IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 08 AGUSTUS 2019
KITAB RUT
(Seri: 60)
Subtema: DEWASA DALAM BERPIKIR,
KANAK-KANAK DALAM KEJAHATAN
Shalom.
Selamat
malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita dan
perhimpunan tempat ibadah ini.
Kita bersyukur
kepada Tuhan, oleh karena kemurahan Tuhan; kita diijinkan menjalankan,
mengusahakan dan memelihara Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan
suci.
Saya juga
tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, dan hamba-hamba Tuhan yang sedang
mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live
streaming video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada, kiranya
Tuhan memberkati kita.
Dan
selanjutnya, mari kita mohon kemurahan Tuhan supaya Tuhan membukakan firman-Nya
bagi kita, sehingga ibadah ini betul-betul mengandung janji dan kuasa, baik
untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang. Di atas segalanya nama Tuhan
dipermuliakan.
Segera kita
memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab yang
disertai dengan perjamuan suci dari KITAB
RUT.
Rut 2: 10
(2:10) Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya
sampai ke tanah dan berkata kepadanya: "Mengapakah aku mendapat belas
kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang
asing?"
Kalimat yang
harus kita perhatikan ialah: “Lalu
sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah”
Dalam hal
ini, Rut menunjukkan suatu sikap yang baik setelah ia mendapatkan jaminan dan
bekal dari Boas.
-
Jaminan dari Boas kepada Rut ialah dia diijinkan berada
di ladang Boas untuk bekerja di ladang Boas.
-
Bekal yang disediakan Boas kepada Rut ialah apabila Rut
haus, ia boleh minum dari air yang dicedok oleh pengerja-pengerja itu.
Boas,
menunjuk; pribadi Tuhan Yesus Kristus, Sang Penebus.
Sujud
menyembah dengan mukanya sampai ke tanah adalah tanda:
1.
Ketundukan Rut.
2.
Kedewasaan Rut.
Kita masih
memperhatikan Rut di dalam hal kedewasaannya.
Tentang: KEDEWASAAN RUT.
Dewasa,
artinya; telah meninggalkan sikap kanak-kanak atau telah akil balig.
1 Korintus
13: 10-11
(13:10) Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang
tidak sempurna itu akan lenyap. (13:11)
Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa
seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang
sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
Jika yang
sempurna itu tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.
Banyak hal
yang membuat kita tidak sempurna, banyak hal yang membuat kita tidak dewasa
rohani.
Seperti
pengakuan dari Rasul Paulus: “Sekarang
sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu”
Adapun sifat
kanak-kanak yang dimaksud ialah:
1.
Berkata-kata seperti
kanak-kanak.
2. Merasa seperti
kanak-kanak.
3.
Bersifat seperti
kanak-kanak.
Contoh BERPIKIR SEPERTI
KANAK-KANAK.
1 Korintus
13: 3
(13:3) Dan sekalipun aku membagi-bagikan
segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar,
tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya
bagiku.
Sekalipun
seorang hamba Tuhan di dalam dua tanda, yaitu:
1.
Membagi-bagikan segala sesuatu yang ada
dalam dirinya.
2.
Menyerahkan dirinya untuk dibakar.
Dengan kata
lain; penuh dengan pengorbanan di dalam melayani Tuhan, tetapi jika hamba Tuhan
itu tidak mempunyai kasih; tidak ada faedahnya.
Hal itu
harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Oleh sebab itu, imam-imam atau
pelayan-pelayan Tuhan, jangan kita datang beribadah dan melayani kepada Tuhan
hanya karena aturan tentang suatu kewajiban, atau hanya karena kepentingan pribadi.
Kalau beribadah
dan melayani tanpa kasih, sekalipun ia memberi segala sesuatu miliknya,
sekalipun ia penuh dengan pengorbanan, sama sekali tidak ada faedahnya. Hasil
dari pelayanan tanpa kasih adalah nol.
Kesimpulannya:
Kalau kebenaran sorgawi diukur dari pemberian dan pengorbanan seseorang, sama
artinya; berpikir seperti kanak-kanak.
1 Korintus
14: 20
(14:20) Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak
dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan,
tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!
Rasul Paulus
berkata sekaligus menghimbau sidang jemaat di Korintus, juga menghimbau kita
sekalian pada malam hari ini, yaitu supaya jangan sama seperti anak-anak
dalam pemikiran, tetapi jadilah anak-anak di dalam hal kejahatan.
Jangan kita
berpikir seperti kanak-kanak, tetapi jadilah kanak-kanak di dalam hal
kejahatan, berarti; kalau pun ada kesalahan, itu terjadi di luar pengertiannya,
tetapi “biarlah kita dewasa di dalam hal berpikir.”
Matius 6: 2
(6:2) Jadi apabila engkau memberi sedekah,
janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di
rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
Orang-orang
munafik suka memberi suatu pemberian di rumah-rumah ibadat dan di jalan-jalan,
di mana maksud dan tujuan hati mereka ialah supaya mereka dipuji orang atau
mencari pujian dari orang lain.
Orang yang
memberi untuk mencari pujian, menunjukkan bahwa; ia berpikir seperti
kanak-kanak, belum dewasa secara rohani.
Jangan
berpikir seperti kanak-kanak, seperti orang munafik; memberi sedekah dengan
tujuan dipuji oleh orang lain. Biarlah kita menjadi anak-anak dalam kejahatan,
tetapi menjadi orang dewasa di dalam hal berpikir.
Matius 9:
1-3
(9:1) Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu
lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri. (9:2) Maka dibawa oranglah kepada-Nya
seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman
mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu
sudah diampuni." (9:3) Maka
berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: "Ia menghujat
Allah."
Yesus
menyembuhkan orang lumpuh, dan berkata: “Percayalah,
hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni”
Tetapi di
sisi lain, beberapa orang ahli Taurat berkata dalam hatinya: “Ia menghujat Allah”, karena di dalam
pemikiran mereka; yang berhak mengampuni dosa ialah Allah di sorga, ini
menunjukkan bahwa; mereka tidak mengenal Yesus, Anak Allah, dengan segala
pengorbanan-Nya.
Matius 9: 4-5
(9:4) Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka,
lalu berkata: "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam
hatimu? (9:5) Manakah lebih mudah,
mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah?
Karena Yesus
mengetahui pikiran mereka, berkatalah Ia: “Mengapa
kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?”
Tuhan
melakukan suatu perkara yang ajaib, yang benar, yang mulia, tetapi beberapa
orang ahli Taurat memikirkan hal yang jahat di dalam hatinya.
Coba
bayangkan; sementara kita beribadah kepada Tuhan, tetapi di sisi lain masih
memikirkan hal-hal yang jahat dan yang najis, bukankah itu suatu hal yang
sangat memilukan hati Tuhan?
Tuhan
menyoroti ibadah kita, sebab Tuhan tahu pikiran hati yang jahat. Kita datang
dengan motivasi apa, Tuhan tahu. Sebab itu di atas tadi sudah dinyatakan:
Jangan berpikir seperti kanak-kanak.
Yesus
kembali berkata kepada mereka: “Manakah
lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan
berjalanlah?”
Perlu untuk
diketahui: Kita akan lebih mudah
berjalan dan melangkah dalam Tuhan, jika dosa sudah diampuni. Sebaliknya, akan
terasa sulit untuk berjalan dan melangkah, terasa sulit untuk beribadah dan
melayani pekerjaan Tuhan, jika dosa-dosa itu belum diampuni Tuhan; (kejahatan
masih berakar, kenajisan masih berakar).
Malam ini,
pikiran dan hati kita sedang disoroti oleh Tuhan, supaya dengan mudah kita
melangkah dan berjalan dalam Tuhan, supaya dengan mudah kita beribadah dan
melayani pekerjaan Tuhan.
Galatia 4:
1-2
(4:1) Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli
waris belum akil balig, sedikit pun ia tidak berbeda dengan seorang
hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu; (4:2) tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan
sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya.
Selama
seorang ahli waris belum akil balig atau belum dewasa rohani -- masih mempertahankan sikap kanak-kanak (kanak-kanak rohani) --, sedikit pun ia
tidak berbeda dengan seorang hamba.
Hamba di
sini, menunjuk; budak dosa, maksudnya; belum lepas dari kelemahan-kelemahannya,
dosa-dosanya, kejahatan dan kenajisan yang masih berakar di dalam hidupnya.
Maka,
seseorang yang masih kanak-kanak rohani, belum akil balig; ia berada di bawah
perwalian dan pengawasan, berarti; belum dipercaya untuk menjadi ahli waris
Kerajaan Sorga, sama artinya; kepadanya belum dipercayakan untuk melayani
pekerjaan Tuhan.
Jangan kita
sakit hati kalau Tuhan tidak percayakan pelayanan kepada kita, justru
sebaliknya kita harus mengoreksi diri; mengapa
masih mempertahankan sifat kanak-kanak, mengapa masih kanak-kanak rohani,
artinya; berpikir seperti kanak-kanak, itu yang harus kita koreksi, jangan kita
marah ketika diberhentikan dari pelayanan.
Jangan kita salahkan situasi, kondisi, keadaan, tetapi salahkan diri
sendiri.
Praktek lumpuh rohani atau belum akil balig
(kanak-kanak rohani).
YANG
PERTAMA.
Galatia 4: 3
(4:3) Demikian pula kita: selama kita belum akil
balig, kita takluk juga kepada roh-roh dunia.
“Takluk
kepada roh-roh dunia.” Roh-roh dunia adalah roh antikris.
1 Yohanes 4:
2-3, 5
(4:2) Demikianlah kita mengenal Roh Allah:
setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia,
berasal dari Allah, (4:3) dan setiap
roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh
antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan
sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia. (4:5)
Mereka berasal dari dunia; sebab itu mereka berbicara tentang hal-hal
duniawi dan dunia mendengarkan mereka.
Roh
antikristus adalah roh duniawi, yang hanya berbicara soal perkara-perkara
duniawi atau perkara-perkara di bawah atau perkara-perkara lahiriah, bukan
perkara-perkara di atas, bukan perkara rohani, bukan perkara di sorga.
Dan manusia
duniawi mendengarkan roh duniawi. Kalau dia berasal dari dunia, pasti dia suka
dengan roh antikris, roh-roh duniawi, dia tidak suka mendengarkan pemberitaan
firman tentang salib.
Kita patut
bersyukur kalau sampai saat ini kita berada di tengah-tengah takhta kasih
karunia, menunjukkan bahwa; kita masih memikirkan perkara rohani, perkara di
atas.
Praktek lumpuh rohani atau belum akil balig
(kanak-kanak rohani).
YANG KEDUA.
Galatia 4:
4-5
(4:4) Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah
mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum
Taurat. (4:5) Ia diutus untuk
menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima
menjadi anak.
“Takluk
kepada hukum Taurat.” Hukum Taurat disebut juga dengan perjanjian
yang pertama, berarti; bersifat lahiriah, dengan lain kata; menjalankan ibadah
pelayanan secara lahiriah, misalnya; mulut memuliakan Tuhan, tetapi hatinya
jauh dari Tuhan, sama artinya; tubuh jasmaninya dipersembahkan kepada Tuhan di
tengah ibadah ini, tetapi manusia batiniahnya tidak dipersembahkan kepada
Tuhan.
Kelemahan
dari hukum Taurat:
1.
Menunjuk-nunjuk dosa, artinya;
suka mengungkit-ungkit kesalahan orang lain, dosa masa lalu orang selalu
diungkit.
2.
Tidak dapat mengampuni dosa, itu
menunjuk kepada; orang yang masih dikuasai oleh roh akar pahit. Kalau kepahitan
itu sudah berakar, orang semacam ini sukar sekali untuk mengampuni dosa orang
lain, menunjukkan bahwa; dia masih menjalankan ibadah Taurat, ibadah lahiriah.
Inilah yang
menyebabkan atau menimbulkan terjadinya kelumpuhan; tidak dapat berjalan
melangkah atau beribadah dan melayani pekerjaan Tuhan.
Praktek lumpuh rohani atau belum akil balig
(kanak-kanak rohani).
YANG KETIGA.
Galatia 4: 8
(4:8) Dahulu, ketika kamu tidak mengenal Allah,
kamu memperhambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan
Allah.
“Memperhambakan
diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah”, pendeknya:
Hidup dalam penyembahan berhala.
Berhala,
artinya;
1.
Segala sesuatu yang melebihi dari Tuhan, misalnya;
meninggalkan ibadah dan pelayanan karena pekerjaan, karena kesibukan-kesibukan,
dan karena perkara lahiriah lainnya.
2. Kekerasan di
hati,
yang digambarkan seperti tanah yang berbatu-batu.
Tanah yang
berbatu-batu, berarti; tanahnya sedikit. Orang yang semacam ini senang sekali mendengar
firman, menangis terharu saat mendengar firman, tetapi firman itu tidak berakar
di hatinya, dia hanya bertumbuh sebentar, sehingga ketika ada ujian, dia segera
murtad, cepat sekali berubah.
Walaupun kita tidak
mendirikan patung dan arca di rumah kita masing-masing sebagai sesembahan,
tetapi kekerasan hati itu disebut juga dengan penyembahan berhala.
3.
Kebenaran diri sendiri, berarti;
mengesampingkan kebenaran dari Allah.
Pendeknya,
oleh karena:
-
takluk kepada roh-roh dunia,
- takluk
kepada hukum Taurat,
-
menyembah berhala,
seseorang
tidak dapat berjalan melangkah atau beribadah dan melayani pekerjaan Tuhan,
sama artinya; lumpuh rohani.
Kiranya kita
memperhatikan hal ini, memperhatikan apa yang menyebabkan seseorang menjadi
lumpuh rohani.
Jalan keluarnya.
Matius 9:
6-7
(9:6) Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia
ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -- lalu berkatalah Ia
kepada orang lumpuh itu --: "Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu
dan pulanglah ke rumahmu!" (9:7)
Dan orang itu pun bangun lalu pulang.
Supaya lepas
dari pikiran jahat atau supaya tidak lagi bepikir seperti kanak-kanak, maka
kita harus selekasnya mengetahui dengan pasti, bahwa; Anak Manusia berhak dan
berkuasa mengampuni dosa.
Berarti,
yang lain tidak berkuasa untuk mengampuni dosanya, bahkan diri kita sendiri
tidak berkuasa untuk melepaskan diri dari dosa, selain kuasa dari Anak Manusia
itu sendiri. Seseorang tidak bisa melepaskan dirinya dari dosa apa saja -- baik itu dosa kejahatan maupun dosa
kenajisan -- tanpa pengampunan dari Anak Manusia, Dia yang berhak untuk
mengampuni dosa manusia di atas muka bumi ini, di dalam dunia ini. Hal ini
harus kita mengerti.
Dulu, saya
banyak mendapat pengertian dari pemikiran yang salah, yang mengatakan: “Untuk
apa beribadah apalagi melayani, kalau masih berdosa?”, sesungguhnya itu
adalah pemikiran kanak-kanak, pemikiran jahat.
Tidak
mungkin kita lepas dari dosa, kalau tidak diampuni oleh Anak Manusia, sebab
itu; saat kita beribadah dan melayani kepada Tuhan disebut berdiri di atas
takhta kasih karunia. Ibadah dan
pelayanan ini merupakan sarana yang efektif untuk kita boleh mendapat
pengampunan dari Tuhan.
Praktek dosa sudah diampuni atau
disembuhkan dari kelumpuhan, Yesus berkata kepada orang lumpuh itu: “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan
pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itu pun bangun, lalu pulang.
Matius 16:
21-23
(16:21) Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan
kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak
penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu
dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. (16:22)
Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan,
kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa
Engkau." (16:23) Maka Yesus
berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu
sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah,
melainkan apa yang dipikirkan manusia."
Simon Petrus
menolak pengalaman salib, sengsara salib. Mengapa? Karena Simon Petrus
memikirkan apa yang dipikirkan oleh manusia, bukan memikirkan apa yang
dipikirkan oleh Allah.
Memikirkan
apa yang dipikirkan oleh manusia, sama artinya; berpikir seperti kanak-kanak.
Padahal,
sengsara salib adalah sarana yang paling efektif untuk selanjutnya membawa kita
masuk dalam pengalaman kematian dan kebangkitan, itu sebabnya Yesus berkata: “Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa”
Kalau dosa
sudah diampuni lewat salib, berarti; ada pengalaman kematian – dibunuh, lalu mati di atas kayu salib
--, dan ada pengalaman kebangkitan -- bangkit
pada hari yang ketiga --.
Yesus, Anak
Allah, Dia harus mati terbunuh di atas kayu salib, dan bangkit pada hari
ketiga, mengapa? Karena;
-
Kematian Yesus adalah kematian terhadap dosa.
-
Kebangkitan Yesus adalah kebangkitan untuk hidup benar
di hadapan Tuhan, berarti; melayani Tuhan di dalam kesucian oleh karena kuasa
Roh suci.
Jadi, sudah
jelas sekali dari Matius 9: 6-7
dengan Matius 16: 21-23, sudah cukup
membuktikan pernyataan Yesus yang mengatakan: “Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa”
Sesudah Ia
memberitahukan hal itu kepada beberapa orang ahli Taurat, Yesus berkata kepada
orang lumpuh: “Bangunlah, angkatlah
tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!”
Tanpa pengalaman kematian dan kebangkitan,
tidak mungkin kita bisa berjalan dan melangkah, beribadah dan melayani
pekerjaan Tuhan.
Sejenak kita
adakan PERBANDINGAN.
Yesaya 14:
16-17
(14:16) Orang-orang yang melihat engkau akan
memperhatikan dan mengamat-amati engkau, katanya: Inikah dia yang telah
membuat bumi gemetar, dan yang telah membuat kerajaan-kerajaan
bergoncang, (14:17) yang
telah membuat dunia seperti padang gurun, dan menghancurkan kota-kotanya,
yang tidak melepaskan orang-orangnya yang terkurung pulang ke rumah?
“Orang-orang yang melihat engkau akan
memperhatikan dan mengamat-amati engkau”
Yang
dimaksud “engkau” di sini adalah
Lucifer.
Pekerjaan
dari Iblis Setan:
1.
“yang telah membuat
bumi gemetar”, artinya; anak-anak Tuhan penuh dengan ketakutan, penuh
dengan kecemasan dan kekuatiran di dalam mengikuti Tuhan.
2. “yang telah membuat kerajaan-kerajaan
bergoncang”, artinya; hamba-hamba Tuhan melayani di dalam kebimbangan dan
keraguan oleh karena ketidakpercayaan.
3. “yang telah membuat dunia seperti padang
gurun”, artinya; tandus, kering-kering rohani, menunjuk; orang yang hidup
tanpa persekutuan yang indah dengan Tuhan, sama seperti ranting-ranting yang
kering tidak melekat pada pokoknya dan tidak menghasilkan buah.
4. “menghancurkan kota-kotanya”, artinya;
tidak ada lagi keramaian kota, tidak ada lagi ibadah dan pelayanan. Kalau
seseorang jauh dari ibadah dan pelayanan, tidak berada dalam keramaian kota,
sesungguhnya hidupnya sudah hancur.
5.
“tidak melepaskan
orang-orangnya yang terkurung pulang ke rumah”, artinya; terikat dan
terbelenggu dosa, sehingga ibadah dan pelayanannya lumpuh total.
Kita
bersyukur, kalau kita sekarang bebas dari dosa, baik dosa karena pengaruh dunia,
baik dosa karena keinginan daging, baik dosa karena pekerjaan Iblis
atau Setan, maka tentu kita akan terikat dengan Tuhan, terikat dengan Roh
Tuhan. Sebab itu; jangan menginginkan diri untuk bebas dari pelayanan Roh ini,
jangan melepaskan diri dari ikatan Roh, untuk menginginkan kebebasan dosa
karena dunia, Setan dan daging. Tetapi biarlah kita lepas dari sana, supaya
kita terikat dengan Roh Tuhan, pelayanan Roh.
Kalau tidak,
akibatnya; lumpuh total, hanya berada di tempat tidur saja, menunjuk kepada;
dosa kawin dan mengawinkan -> Dosa kenajisan.
Lihatlah
pekerjaan Setan; betul-betul berusaha untuk membuat pekerjaan Tuhan lumpuh
total, dia tidak mau melepaskan seseorang dari ikatan dosa kejahatan dan dosa
kenajisan. Coba saudara pikirkan; waktu masih terikat dengan dosa, kita tidak
bebas melayani Tuhan, pelayanan menjadi lumpuh total, bahkan menjadi batu
sandungan.
Tetapi puji
Tuhan, Ia sendiri berkata kepada ahli Taurat: “Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” Dia yang telah mati, hari
ketiga bangkit. Dengan sengsara salib inilah, orang lumpuh diampuni.
Kita kembali
memperhatikan Matius 9.
Matius 9:
7-8
(9:7) Dan orang itu pun bangun lalu pulang. (9:8) Maka orang banyak yang melihat
hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa
sedemikian itu kepada manusia.
“Akhirnya,
orang lumpuh itu pun bangun lalu pulang.”
Berbeda,
saat ia terikat dengan dosa; ia tidak dibiarkan pulang ke rumahnya, sehingga
pekerjaan Tuhan lumpuh total, tetapi karena Anak Manusia berkuasa untuk
mengampuni dosa manusia di dunia ini, maka orang itu pun bangun lalu pulang ke
rumahnya, kembali berada di tengah-tengah kegiatan Roh, ibadah dan pelayanan.
Lalu, reaksi
orang banyak yang melihat hal itu adalah:
1.
“Takut.” Takut akan
Tuhan ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan,
tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat.
2.
“Memuliakan
Allah.”
Kita bersyukur, kita hadir, datang beribadah dan melayani pekerjaan Tuhan
adalah untuk memuliakan kemuliaan Allah, tidak memuliakan yang lain-lain.
Filipi 4:
2-4
(4:2) Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati,
supaya sehati sepikir dalam Tuhan. (4:3)
Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka.
Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil,
bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang
nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan. (4:4) Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan:
Bersukacitalah!
Ada empat
pribadi yang sudah tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba: “Euodia,
Sintikhe, Sunsugos, Klemens.” Mereka setia di dalam melayani pekerjaan
Tuhan, bergandengan tangan bersama-sama dengan Rasul Paulus, secara khusus di
dalam melayani sidang jemaat di Filipi.
Mengapa mereka
bisa melayani pekerjaan Tuhan? Karena mereka tidak berpikir seperti
kanak-kanak, mereka memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah, memikirkan
perkara-perkara rohani, perkara di atas, perkara di sorga.
Tetapi yang
harus kita perhatikan di sini adalah ayat 5-8.
Filipi 4:
5-8
(4:5) Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua
orang. Tuhan sudah dekat! (4:6)
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam
segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan
syukur. (4:7) Damai sejahtera Allah,
yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus
Yesus. (4:8) Jadi akhirnya,
saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil,
semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar,
semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah
semuanya itu.
Semua yang
benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis,
semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji,
pikirkanlah semuanya itu.
Jangan
berpikir di luar itu semua lagi, supaya ibadah pelayanan ini tidak lumpuh
total, dan terlepas dari dosa tempat tidur, itulah kawin mengawinkan, dosa
kenajisan.
Jadilah
anak-anak dalam pemikiran, artinya kalau pun ada kesalahan, itu di luar
pengertiannya.
Jadilah
orang dewasa dalam berpikir, supaya hidup kita semua tidak sembrono, tidak
urakan, melainkan berlaku bijaksana dihadapan Tuhan.
Biarlah kita
memikirkan hal ini, jangan memikirkan yang lain-lain lagi. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment