IBADAH RAYA MINGGU, 20
OKTOBER 2019
WAHYU PASAL 11
(Seri: 09)
Subtema: GEREJA YANG TERTINGGAL
DIINJAK-INJAK ANTIKRIS.
Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan; oleh karena
kemurahan Tuhan, kita diperkenankan untuk mengusahakan Ibadah Raya Minggu sore
ini.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, bahkan
hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, video internet Youtube,
Facebook di manapun anda berada.
Mari kita mohon dengan rendah hati kepada Tuhan supaya kiranya Tuhan
membukakan firman-Nya bagi kita sekaliannya.
Segera kita perhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari WAHYU PASAL 11.
Wahyu 11:1-2
(11:1) Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh,
seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: "Bangunlah
dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di
dalamnya. (11:2) Tetapi kecualikan
pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena
ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan menginjak-injak
Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya."
“Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah
dan mereka yang beribadah di dalamnya.” Adapun alat ukur yang digunakan ialah sebatang
buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, jelas ini menunjuk kepada; Firman
Allah. Sedangkan perasaan dan pikiran hati manusia, bahkan pandangan dan
pengertian manusia tidak dapat digunakan sebagai alat pengukur untuk mengukur
tiga perkara di atas, termasuk mengukur perkara-perkara rohani lainnya atau
perkara Ilahi, selain menggunakan firman Allah yang kekal sebagai alat pengukur
yang sejati.
Adapun tiga hal yang diukur oleh tongkat atau buluh pengukur itu ialah:
1.
Bait
Suci Allah.
2.
Mezbah.
3.
Mereka
yang beribadah di dalamnya.
Sedangkan Bait Suci yang di sebelah luar dilarang untuk diukur, sebab akan
diserahkan kepada bangsa-bangsa lain, yaitu antikris, dan mereka akan mengalami
aniaya atau siksaan yang begitu berat selama 42 (empat puluh dua) bulan atau
3.5 (tiga setengah) masa, sama dengan; satu masa tambah dua masa tambah
setengah masa, sama dengan; 1.260 (seribu dua ratus enam puluh) hari.
Kesimpulannya: Berbahagialah mereka yang masuk dalam tiga golongan atau
tiga perkara yang diukur tadi, sebab mereka itu akan dipelihara dan dilindungi
pada masa kesesakan berat terjadi di bumi ini.
Firman Allah yang kita terima sore ini bukan untuk menakut-nakuti, tetapi
ini merupakan suatu perhatian Tuhan kepada kita, bangsa kafir, secara khusus,
keluarga Allah GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon. Maka, kalau ini merupakan
perhatian dari Tuhan, jangan biarkan kehidupan itu seperti kanak-kanak, jangan
bermain-main di dalam hal beribadah dan melayani Tuhan. Apa artinya beribadah
tetapi dengan sengaja mencemarkan diri? Tidak ada.
1 Petrus 4:17
(4:17) Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman
dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama
dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah
kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah?
Penghakiman itu pertama-tama dimulai pada rumah Allah. Jikalau penghakiman
itu dimulai dari kita, bagaimana akhir hidup dari orang-orang yang tidak
percaya pada Injil Allah, bagaimana nasib mereka? Maka kita yang sudah
dipercayakan oleh Tuhan suatu kemurahan yang besar, yaitu firman Pengajaran
Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, maka kita ini sudah harus terlebih dahulu
memperhatikan nasib mereka. Jangan membiarkan mereka di dalam kenajisan, jangan
membiarkan mereka di dalam kejahatan, bahkan jangan mengajak mereka dalam hal
nyanyian berbalas-balasan.
1 Petrus 4:18
(4:18) Dan jika orang benar hampir-hampir tidak
diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang
berdosa?
Kalau orang benar saja hampir-hampir tidak selamat, apa yang akan terjadi
dengan orang fasik dan orang berdosa? Bagaimana dengan nasib mereka; nasib
orang berdosa, nasib orang fasik?
Maka seorang imam kalau tidak berpihak dalam penggembalaan dan main
belakang; engkau tidak layak untuk melayani Tuhan. Engkau bukan membantu nasib
mereka, tetapi membiarkan mereka dalam kefasikan dan dosa.
Orang fasik dan orang berdosa, menunjuk; orang-orang yang tidak percaya
kepada Injil Allah, dan hanya percaya kepada perkara-perkara lahiriah.
1 Petrus 4:19
(4:19) Karena itu baiklah juga mereka yang harus menderita
karena kehendak Allah, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat
baik, kepada Pencipta yang setia.
Maka, bagi kita sekarang, terkhusus orang-orang yang menderita karena
kehendak Allah, itulah sengsara salib, aniaya karena firman, sebaiknyalah
menyerahkan jiwanya kepada sang Pencipta, dengan cara; berbuat baik kepada
Allah, berdamai kepada Allah. Jangan berselisih dengan Tuhan, tetapi
berdamailah dengan Tuhan.
Mari kita perhatikan PERSAMAANNYA.
Matius 24:15
(24:15) "Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji
berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel
-- para pembaca hendaklah memperhatikannya --
“Para pembaca hendaklah memperhatikannya.” Perhatikan dengan sungguh-sungguh. Jangan
lagi sibuk dengan pikiran dan perasaan yang bodoh. Jangan sibuk dengan
pengertian manusia duniawi. Jangan sibuk dengan keinginan daging. Tetapi sibuk
dengan tanda-tanda zaman, sebab apa yang dinubuatkan oleh nabi Daniel itu pasti
tergenapi di dalam hal Pembinasa keji berdiri di tempat kudus.
Matius 24:19
(24:19) Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil
atau yang menyusukan bayi pada masa itu.
Yang menjadi korbannya ialah ibu-ibu yang sedang hamil dan ibu-ibu
yang sedang menyusukan bayinya pada masa itu. Mereka tidak lepas dari
celaka yang besar itu.
1.
“Ibu-ibu
yang sedang hamil”,
menunjuk; hamba-hamba Tuhan yang hanya memiliki asas-asas pertama.
Jikalau
dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel, dimulai dari pintu gerbang sampai
dengan pintu kemah.
-
Pintu
Gerbang, menunjuk;
orang-orang yang percaya.
-
Mezbah
Korban Bakaran, menunjuk;
pertobatan.
-
Kolam
Pembasuhan, menunjuk;
baptisan air.
-
Pintu
Kemah, menunjuk;
kepenuhan Roh-El Kudus.
2.
“Ibu-ibu
yang menyusukan bayi”,
menunjuk; hamba-hamba Tuhan yang baru bertobat atau lahir baru.
Inilah gambaran dari pelataran Bait Suci di sebelah luar, disebut juga
halaman.
Pendeknya: Kristen halaman ini adalah orang yang;
-
Pernah
percaya kepada Tuhan, dan
-
Pernah
menyesali dosanya dan bertobat.
-
Juga
pernah dibaptis.
-
Bahkan
pernah dipenuhkan oleh Roh Kudus.
Tetapi sayangnya, kerohaniannya tidak bertambah dan berkembang, tidak
mengalami pembaharuan yang terus meningkat, bahkan lupa pada pengampunan Tuhan
yang pernah ia terima. Singkatnya: Kesucian yang tidak proaktif.
Itu sebabnya dalam Ibrani 6: 1
Rasul Paulus menghimbau dengan tegas supaya meninggalkan asas-asas pertama dari
ajaran tentang Kristus dan segera beralih kepada perkembangannya yang penuh.
Ibrani 6:1
(6:1) Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas
pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya
yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan
yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Allah,
Asas pertama tentang ajaran Kristus, itulah; percaya, bertobat, dibaptis
air, bahkan dipenuhkan Roh Kudus, tetapi yang Tuhan mau ialah supaya
beralih pada perkembangannya yang penuh. Kalau tidak segera beralih pada
perkembangannya yang penuh, biasanya ia akan kembali kepada perbuatannya yang
sia-sia, mencemari dirinya dengan sengaja.
Jadi, jelas bahwa Ibrani 6:1,
yaitu perkembangan yang penuh, terkena pada Ruangan Suci, di dalamnya terdapat
tiga macam alat yang merupakan gambaran dari kegiatan rohani atau aksi dan
akselerasi, yaitu aktivitas dan percepatan di dalam hal pertumbuhan rohani.
Maka disebutlah Ruangan Suci sebagai perkembangan sepenuhnya, karena di
situ terjadi perkembangan rohani, di situ terjadi pertumbuhan rohani oleh
karena aktivitas dan akselerasi, percepatan oleh karena kegiatan rohani.
Di dalam Ruangan Suci ada tiga alat:
1.
Meja
Roti Sajian, menunjuk;
penyucian atau kegiatan dari FIRMAN ALAH.
2.
Pelita
Emas, menunjuk; penyucian
atau kegiatan dari Allah ROH KUDUS.
3.
Mezbah
Dupa, menunjuk; puncaknya
ibadah, yaitu doa penyembahan, berarti; daging tidak bersuara lagi. Hal ini
merupakan kegiatan dari KASIH ALLAH.
Inilah ibadah atau kehidupan yang masuk dalam ukuran Tuhan. Jelas bahwa
Ruangan Suci adalah perkembangan yang penuh, berarti terjadi pertumbuhan rohani
oleh karena aktivitas bahkan akselerasi, percepatan oleh kegiatan yang ada di
dalamnya. Pendeknya; puncak kegiatan rohani ialah; Doa Penyembahan.
Sedangkan Kristen halaman atau gereja yang tertinggal tidak ikut
disingkirkan ke padang belantara, sehingga masuk dalam aniaya yang besar selama
42 (empat puluh dua) bulan, sama dengan; 3.5 (tiga setengah) tahun.
Halaman adalah daerah pembenaran oleh korban Kristus. Maka harus beralih
pada perkembangannya yang penuh. Kalau berbicara perkembangan yang penuh,
berarti ada pertumbuhan rohani, bahkan ada akselerasi (percepatan), dan
pertumbuhan itu puncaknya ialah doa penyembahan. Inilah ibadah yang diukur oleh
Tuhan.
Kita kembali memperhatikan Matius 24.
Matius 24:21
(24:21) Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang
dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang
dan yang tidak akan terjadi lagi.
Pada masa kesesakan itu, akan terjadi suatu siksaan yang begitu dahsyat.
Siksaan itu belum pernah terjadi sebelum awal dunia ini ada dan sesudah itu
tidak akan terjadi lagi.
Ciri-ciri apabila
Pembinasan keji berdiri di tempat kudus.
Matius 24:23-24
(24:23) Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu:
Lihat, Mesias ada di sini, atau Mesias ada di sana, jangan kamu percaya. (24:24) Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi
palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat
dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan
orang-orang pilihan juga.
Pada masa kesesakan itu, Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan
muncul. Inilah ciri apabila Pembinasa keji berdiri di tempat kudus.
Pertanyaannya: Mengapa pada masa kesesakan itu nabi-nabi palsu
muncul?
Jawabnya: Pada masa itu, mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan
mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin mereka akan menyesatkan orang-orang
pilihan juga. Begitu besarnya perhatian mereka kepada orang-orang pilihan untuk
segera disesatkan, maka pada saat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus,
muncullah mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu untuk mengadakan mujizat.
Orang-orang pilihan ini bagaikan bintang-bintang di langit, yakni;
pemimpin-pemimpin di dalam rumah Tuhan, imam-imam yang sudah menerima
karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh-El Kudus.
Pendeknya: Masa kesesakan itu adalah momen yang tepat atau kesempatan emas
bagi mereka (nabi-nabi palsu) untuk menyesatkan orang-orang pilihan. Maka kita
harus hati-hati, waspada, jaga diri dengan segala kewaspadaan.
Matius 24:26-28
(24:26) Jadi, apabila orang berkata kepadamu: Lihat, Ia
ada di padang gurun, janganlah kamu pergi ke situ; atau: Lihat, Ia ada
di dalam bilik, janganlah kamu percaya. (24:27) Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur
dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak
kedatangan Anak Manusia. (24:28) Di
mana ada bangkai, di situ burung nazar berkerumun."
Jangan kita percaya apabila ada orang berkata: “Lihat, Ia ada di padang gurun. Lihat, Ia ada di dalam bilik”
-
Padang
gurun, menunjuk; suatu
perjalanan dengan waktu dalam proses yang sangat lama, persis seperti bangsa
Israel melalui suatu perjalanan yang begitu panjang dan melelahkan.
-
Bilik, menunjuk; suatu kehidupan yang rapuh.
Jangan kita percaya. Mengapa? Sebab kedatangan Yesus kembali untuk yang
kedua kalinya sama seperti kilat memancar dari sebelah Timur dan melontarkan
cahayanya sampai ke Barat. Artinya, kedatangan Yesus kembali untuk yang
kedua kalinya ialah setelah terwujudnya kesatuan tubuh, atau setelah
terwujudnya pembangunan tubuh Kristus.
Kalau dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel; Maka pembangunan Tubuh
Kristus dimulai dari sebelah TIMUR dan berakhir di sebelah BARAT.
-
TIMUR
terkena pada Pintu Gerbang = percaya.
-
BARAT
terkena pada Ruangan Maha Suci = sempurna -> Mempelai Tuhan.
Jadi, Tuhan tidak ada di padang gurun, dan Tuhan tidak ada di
bilik.
Kebenaran yang harus kita ketahui ialah: PEMBANGUNAN TUBUH KRISTUS
BAGAIKAN BURUNG NASAR YANG SEDANG MENGERUMUNI BANGKAI, inilah kelompok yang
sudah terbentuk oleh korban Kristus. Sungguh heran kuasa korban Kristus untuk
membentuk kelompok yang disebut tubuh Mempelai.
Sebab itu, kita tidak ada lagi kesempatan untuk bermain-main. Tidak boleh
lagi acuh tak acuh, apalagi bermasa bodoh di dalam hal beribadah, terkhusus
imam-imam yang dipercayakan karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh El Kudus
untuk melayani pekerjaan Tuhan. Harus proaktif, harus beralih pada perkembangannya
yang penuh supaya terlihat pertumbuhan rohani yang nyata sampai pada puncaknya,
itulah doa penyembahan.
Sekarang kita akan melihat; GEREJA YANG TERTINGGAL, yang digambarkan atau
disebut Kristen halaman, yaitu ibu-ibu yang sedang hamil dan yang sedang
menyusukan bayinya.
Praktek pelayanan mereka.
Matius 7:1-5
(7:1) "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu
tidak dihakimi. (7:2) Karena dengan
penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran
yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. (7:3) Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu,
sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (7:4) Bagaimanakah engkau dapat berkata
kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu,
padahal ada balok di dalam matamu. (7:5)
Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka
engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari
mata saudaramu."
Perhatikan dua hal:
-
Dalam hal penghakiman.
Jangan menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Hal
menghakimi adalah hak Allah, sebab Dia adalah hakim yang adil sesuai dengan 1 Petrus 2:21-23.
-
Dalam hal mengukur.
Yang digunakan untuk mengukur tiga hal dalam Wahyu 11:1 ialah tongkat atau buluh
pengukur, jelas ini menunjuk kepada; firman Allah, sedangkan perasaan dan
pikiran hati manusia, bahkan pengertian dan pandangan manusia itu sendiri tidak
dapat digunakan sebagai alat pengukur, selain firman Allah yang kekal sebagai
alat pengukur yang sejati.
Oleh sebab itu, mari kita melihat: Syarat
di dalam hal melayani pelayanan pendamaian.
Matius 7:5
(7:5) Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu
balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan
selumbar itu dari mata saudaramu."
“Hai orang munafik.” Dalam hal ini, orang munafik menjadi sorotan Tuhan.
Sudah berapa lama kita melayani Tuhan dalam kemunafikan? Sehingga
pelayanannya tidak bisa membangun orang lain, tidak dapat menolong dan
mengeluarkan selumbar di mata orang lain, karena melayani dalam kemunafikan.
Kalau kita memang mengerti apa yang Tuhan rindukan, maka kita sudah harus
menyesal oleh karena kemunafikan itu, jangan bertahan dengan kecemaran yang
disengaja itu. Jangan beribadah dalam hal kemunafikan.
“Keluarkanlah dahulu
balok dari matamu.”
Kalau melayani pekerjaan Tuhan, yakni melayani pelayanan pendamaian,
syaratnya ialah; keluarkan dahulu balok di mata sendiri. Balok tersebut,
menunjuk; dosa-dosa yang banyak.
Ada dosa yang terlihat kecil, tetapi fatal, yaitu dosa malas. Mencuci
bajunya saja malas, menyetrika bajunya saja malas, menyapu rumahnya malas,
memperbaiki tempat tidurnya saja malas. Bagaimana orang semacam ini dapat
mengeluarkan selumbar di mata orang. Dosa malas ini kelihatan kecil, tetapi
fatal.
Sebetulnya dari dahulu kala Tuhan sudah memberi pemahaman dan pengertian
semacam ini, tetapi terus bertahan, tidak mau berubah.
Balok, menunjuk kepada; dosa-dosa. Inilah yang terlebih dahulu disingkirkan
supaya layak menjadi terang atau pelita di dalam hal mengadakan pelayanan
pendamaian, sehingga orang lain tertolong, bahkan banyak orang diperdamaikan
kepada Allah oleh korban Yesus, Anak Allah, itulah korban pendamaian.
Melayani pelayanan pendamaian dengan balok di mata disebut orang munafik.
Munafik, sama dengan; di luar dan di dalam tidak sama, dengan lain kata; bagian
luar (tubuh) terlihat baik dan sopan, tetapi bagian dalam (batin) tersirat
kejahatan, tersirat kenajisan yang menimbulkan dan menyebabkan seseorang
menjadi malas, tidak proaktif, tidak mengalami perkembangan yang penuh.
Sebab itu jangan kita membawa diri ke ladang lain, itulah ladang si pemalas
dan ladang dunia, di situ penuh dengan kenajisan, itu yang menyebabkan
seseorang menjadi malas, tidak lagi proaktif, sehingga tidak mengalami
perkembangannya yang penuh, tidak sampai pada penyembahan yang benar (puncak
kegiatan rohani), yaitu penyerahan diri secara sepenuhnya kepada Tuhan.
Banyak orang Kristen seperti berada di dalam penyembahan, serta berada di
tengah ibadah dan pelayanannya, tetapi hanya tubuhnya saja, sedangkan manusia
rohani (manusia dalam) tidak diserahkan sepenuhnya. Kalau kita menanggung
penderitaan karena kehendak Allah, yaitu sengsara salib, aniaya karena firman,
seharusnyalah menyerahkan jiwa ini kepada Tuhan, dengan cara: berbuat baik
kepada Tuhan, dengan lain kata; berdamai dengan Tuhan. Berlakulah bijaksana!!!
Pendeknya: Orang munafik tidak dapat mengeluarkan selumbar atau dosa kecil
dari mata orang lain, karena dosanya lebih besar, bagaikan balok di mata.
Jadi sebetulnya, yang Tuhan inginkan lewat pelayanan pendamaian ini adalah
supaya kehidupan manusia atau umat Tuhan menjadi mata, menjadi terang, menjadi
pelita di tengah dunia ini. Maka seorang pelayan Tuhan itu digambarkan seperti
kota di atas gunung, tidak ada yang tersembunyi, supaya orang lain tertolong,
orang lain diterangi, sehingga dalam pelayanan ini persis seperti empat makhluk
yang penuh dengan mata di depan, di belakang, di dalam penuh dengan mata. Ini
adalah pelayanan yang berkuasa...Wahyu 4:8.
Berkaitan dengan ini, KITA SIMAK KEMBALI WAHYU 11.
Wahyu 11:2
(11:2) Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di
sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada
bangsa-bangsa lain dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua
bulan lamanya."
“Pelataran Bait Suci yang
di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada
bangsa-bangsa lain.”
Penghakiman dan ukuran manusia ternyata tidak berlaku, karena pelataran
Bait Suci di sebelah luar dilarang untuk diukur, karena telah diberikan kepada
bangsa-bangsa lain.
Diberikan kepada bangsa-bangsa lain mengandung suatu arti bahwa daging ini
akan mengalami perobekan sampai daging ini tidak bersuara lagi. Masuk dalam
kesesakan yang besar dan dahsyat, suatu aniaya yang luar biasa.
Kalau kita mengalami perobekan daging sampai daging tidak bersuara lagi
untuk masa sekarang, hal itu sangat baik tentunya, justru itu yang Tuhan
harapkan dan rindukan dari kehidupan kita pribadi lepas pribadi. Mengapa? Sebab
hari-hari ini adalah hari-hari terakhir, hari kedatangan Tuhan sudah tidak lama
lagi, dan kedatangan-Nya tidak untuk ditunda-tunda. Jangan menyesal pada waktu
nanti engkau menyesal.
Saat ini adalah waktu yang terindah bagi kita dari Tuhan untuk mengalami
perobekan daging, sampai daging tidak bersuara lagi. Menyesallah sekarang
sebelum tiba waktu penyesalan.
Pendeknya: Perobekan daging atau penyembahan dalam tanda penyerahan diri
sepenuh merupakan pertolongan Tuhan yang terakhir bagi umat-Nya yang masih
berada di halaman, di luar Bait Suci saat ini.
Dari apa yang sudah kita terima tentu kita dapat mengetahui kondisi dan
kedudukan rohani kita sekarang ada di mana. Sebab itu, Tuhan menghimbau kita
sore ini: Pengalaman perobekan daging sampai daging tidak bersuara lagi, itu
merupakan pertolongan yang terakhir bagi kehidupan rohani yang masih berada di
halaman, pelataran Bait Suci sebelah luar. Tujuannya: Supaya kita bisa mencapai
ukuran Tuhan.
“Mereka akan
menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya.”
Kalau hari ini kita mengalami hal yang sama, yaitu “diinjak-injak”,
ini jelas suatu sengsara dan penderitaan yang hebat bagi daging, tetapi tidak
ada jalan lain untuk mengalami perobekan daging selain diinjak-injak.
Sidang jemaat yang Tuhan kasihi, terkhusus yang angkuh, yang masih
mempertahankan harga diri, emosional yang meluap-luap ketika ditegor, dan yang
masih dikuasai oleh roh egosentris, perhatikan hal ini. Diinjak-injak selama 42
(empat puluh dua) bulan itu tentu tidak enak bagi daging, itu sesuatu yang
sangat berat sekali rasanya untuk diterima, tetapi sekiranya itu terjadi saat
ini, itu adalah kemurahan Tuhan. Menyesallah sebelum terlambat.
Memang ketika harga diri diinjak-injak, harkat dan martabat kita
diinjak-injak, itu merupakan suatu penghinaan yang luar biasa, sakit dan berat
untuk daging, tetapi itu adalah cara Tuhan untuk membawa kita masuk dalam
ukuran Tuhan. Kalau kita dengan sadar sesadarnya memperhatikan, sebetulnya hal
itu sudah dikerjakan Yesus Kristus 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu.
Maka, bagi orang Kristen, kalau berbicara soal sengsara, menderita karena
kehendak Allah, itu bukanlah sesuatu yang asing, tetapi kalau masih
bersungut-sungut di dalam melayani pekerjaan Tuhan, maka sengsara salib bagi
orang semacam ini masih asing. Sebenarnya memikul salib di dalam melayani
pekerjaan Tuhan, itu bukanlah sesuatu hal yang asing bagi kehidupan orang
Kristen.
Jangan kita menjadi orang yang asing bagi Tuhan, sebab sudah selazimnya,
sewajarnya kita memikul salib dalam melayani pekerjaan Tuhan, baik tenaga,
pikiran, waktu, dan uang. Kalau kita punya mata, tentu kita melihat. Kalau kita
sudah melihat dan mengetahui apa yang sudah kita lihat, kerjakanlah dengan
tulus. Yang punya telinga, gunakan untuk mendengar. Supaya apa? Kepada yang
mempunyai akan diberi, sehingga ia semakin berkelimpahan, berarti diperkaya
oleh Tuhan di dalam hal melayani pekerjaan Tuhan.
Salib itu tidak membuat kita menjadi miskin. Sebab Dia kaya rela menjadi
miskin, supaya manusia duniawi yang miskin ini menjadi kaya oleh karena
kemiskinan-Nya. Kalau kita memikul salib, berkorban, baik dalam hal tenaga,
pikiran, waktu, maupun uang, Tuhan tidak bermaksud membuat kita miskin, tetapi
justru sebaliknya, untuk memperkaya kita dalam segala hal, untuk memperlengkapi
kita dalam segala hal. Jadi, di dalam hal teraniaya, terinjak-injak, justru itu
adalah suatu kesempatan, momentum yang baik bagi kita sekaliannya untuk berada
dalam kehinaan, berada pada titik nol, karena itu merupakan cara Tuhan untuk
menolong kehidupan kita, terkhusus pelataran Bait Suci yang di sebelah luar
(kerohanian yang masih kanak-kanak).
Tuhan Yesus baik. Apa jadinya kalau kita di luar Tuhan. Bukankah pembukaan
firman yang besar itu untuk menambah pengetahuan, serta supaya kehidupan
kita disucikan, dimurnikan dan diuji, sebagai salah satu dari sayap
burung nasar yang besar. Satu dari sayap burung nasar yang lain, itulah kuasa
Roh Allah yang besar. Biarlah hari-hari terakhir ini semakin hari semakin lemah
lembuh, semakin hari semakin rendah hati, semakin hari semakin terlihat
berbuah-buah di dalam melayani pekerjaan Tuhan, karena itulah kuasa dari
pekerjaan Roh Allah yang besar. Jangan kita bermasa bodoh, jangan kita acuh tak
acuh.
Intinya: Sengsara salib sampai akhirnya diinjak-injak, bertujuan, untuk
mengalami perobekan daging, sampai daging tidak bersuara lagi. Sekali lagi, sengsara salib
sebetulnya bukan hal yang asing bagi kita, tetapi berguna sebagai sarana supaya
terwujudnya penyerahan diri sepenuhnya.
Mari kita lihat; TELADAN YESUS yang Dia tinggalkan bagi kita.
Matius 27:46,50-51
(27:46) Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara
nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku,
Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (27:50)
Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. (27:51) Dan lihatlah, tabir Bait
Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah
gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,
Yesus mati dan menyerahkan diri-Nya di atas kayu salib. Artinya,
penyembahan atau penyerahan diri Yesus sepenuhnya adalah langkah terakhir di
bumi ini untuk menembusi takhta Allah, itulah Kerajaan Sorga, sehingga kita
berada tepat pada Tabut Perjanjian, sebab pada saat Yesus mati di atas kayu
salib, Dia menyerahkan diri sepenuhnya, pada saat itulah tabir Bait Suci
terbelah dua dari atas sampai ke bawah.
Jadi betul, harkat martabat diinjak-injak dan dihina-hina, itu merupakan
langkah terakhir di bumi ini untuk menembusi Kerajaan Sorga.
Jangan kita angkuh, sombong, mempertahankan harga diri dalam melayani
pekerjaan Tuhan. Bahkan sampai akhirnya membawa diri kepada HAM (Hak Asasi
Manusia), mencari pengadilan kepada orang di luar Tuhan yang tidak mengenal
salib. Ini adalah kebodohan yang double.
Memang diinjak-injak dan dihina bukanlah perkara mudah, sakit bagi daging,
tetapi perlu untuk kita ketahui; itu merupakan langkah terakhir untuk mengalami
perobekan daging, sehingga daging tidak bersuara lagi. Tidak ada lagi langkah
yang lain selain diinjak-injak dan rela dihinakan.
Saya pun menyadari, panggilan sebagai seorang hamba Tuhan, yang sekarang
sudah menerima jabatan sebagai gembala, tidak boleh lari dari sana, itu harus
dialami. Dan kalau kita menyadari dari apa yang sudah kita terima lewat
pengertian besar yang sudah Tuhan berikan pada sore hari ini, maka kita tidak
bisa lari dari kenyataan. Memang itu harus kita terima walaupun sakit bagi
daging.
Berlakulah bijaksana, bersikaplah dewasa untuk menyikapi segala sesuatu
yang sedang terjadi ini. Jangan berlaku seperti kanak-kanak. Nanti Tuhan akan
tolong kita, pada langkah terakhir; penyerahan diri sepenuh, itu yang akan
menembusi tirai, menembusi Kerajaan Sorga, sehingga kelak kita berada tepat
pada Tabut Perjanjian, Takhta Allah dan hubungan nikah. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA
GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel
U. Sitohang
No comments:
Post a Comment