IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 15 AGUSTUS 2019
KITAB RUT
(Seri: 61)
Subtema: MELAYANI TANPA KASIH HASILNYA NOL.
Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya
memenuhi setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Kita bersyukur karena kita masih diberi kesempatan
untuk menikmati uluran tangan belas kasih Tuhan lewat Ibadah Pendalaman Alkitab
disertai perjamuan suci.
Biarlah kiranya malam ini kita sekaliannya tanpa
terkecuali mendapat perhatian dari Tuhan lewat pembukaan rahasia firman supaya
kehidupan kita dipulihkan lahir batin oleh Tuhan. Oleh sebab itu mari kita
berdoa, dengan rendah hati memohon supaya Tuhan bukakan firman-Nya malam ini
bagi kita.
Saya juga tidak lupa menyapa umat Tuhan, anak-anak
Tuhan dan hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan
lewat Live Streaming video internet
Youtube, Facebook di manapun anda berada.
Mari kita segera memperhatikan firman penggembalaan
untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari KITAB
RUT.
Rut 2: 10
(2:10) Lalu sujudlah Rut menyembah
dengan mukanya sampai ke tanah dan berkata kepadanya: "Mengapakah aku
mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal
aku ini seorang asing?"
Kalimat yang harus kita perhatikan dari ayat ini ialah:
“Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya
sampai ke tanah”
Dalam hal ini Rut menunjukkan suatu sikap yang baik
setelah ia mendapatkan jaminan dan bekal dari Boas, yaitu pada ayat 8-9. Adapun
jaminan itu, Boas berkata kepada Rut supaya Rut tetap berada di ladang Boas,
sedangkan bekal yang disediakan oleh Boas kepada Rut ialah jika Rut haus maka
diberi minum dari air yang dicedok oleh pengerja-pengerja laki-laki itu. Itulah
jaminan dan bekal Boas kepada Rut.
Sujud menyembah dengan mukanya sampai ke tanah adalah
tanda:
a.
Ketundukan Rut.
b. Kedewasaan Rut.
Kita masih memeriksa Rut di dalam hal kedewasaannya.
Tentang: KEDEWASAAN RUT.
Dewasa, artinya; telah meninggalkan sikap kanak-kanak
atau telah akil balig.
1 Korintus 13: 10-11
(13:10) Tetapi jika yang sempurna
tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap. (13:11) Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata
seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir
seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan
sifat kanak-kanak itu.
Rasul Paulus berkata: “jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap”,
seperti pengakuan dari Rasul Paulus, ia berkata: “Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak”
Adapun sifat kanak-kanak yang dimaksud ialah:
1.
“Berkata-kata seperti
kanak-kanak”
2. “Merasa seperti kanak-kanak”
3. “Berpikir seperti kanak-kanak”
Gambaran dari BERKATA-KATA SEPERTI KANAK-KANAK.
1 Korintus 13: 1
(13:1) Sekalipun aku dapat
berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku
tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang
yang gemerincing.
Seorang hamba Tuhan “dapat berkata-kata dengan semua
bahasa manusia dan bahasa malaikat”, dengan lain kata dapat menggunakan bahasa intelektual (bahasa yang
tinggi-tinggi) di dalam hal menyampaikan firman Tuhan, tetapi jika ia
tidak mempunyai kasih sama halnya
dengan “gong yang berkumandang” dan “canang yang gemerincing”.
Gambaran dari MERASA SEPERTI KANAK-KANAK.
1 Korintus 13: 2
(13:2) Sekalipun aku mempunyai karunia
untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh
pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk
memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama
sekali tidak berguna.
Seorang hamba Tuhan mempunyai kelebihan-kelebihan, antara lain;
-
Mempunyai karunia untuk bernubuat.
-
Mengetahui segala rahasia.
-
Memiliki seluruh pengetahuan.
-
Memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, berarti mengadakan
perbuatan ajaib.
Tetapi jika hamba Tuhan tersebut tidak mempunyai kasih, hamba Tuhan itu sama sekali tidak berguna di hadapan Tuhan dan di
hadapan umat Tuhan.
Gambaran dari BERPIKIR SEPERTI KANAK-KANAK.
1 Korintus 13: 3
(13:3) Dan sekalipun aku membagi-bagikan
segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar,
tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada
faedahnya bagiku.
Sekalipun seorang hamba
Tuhan di dalam dua tanda, yakni:
-
Membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padanya.
-
Menyerahkan tubuhnya untuk dibakar.
Tetapi jika seorang hamba Tuhan tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagi dia.
Bukan berarti dengan dua hal yang dilakukan hamba
Tuhan tersebut, maka ia disebut hamba Tuhan yang berkenan, tidak. Itu sebabnya
Rasul Paulus berkata sedikit pun tidak ada faedahnya bagi dia.
Singkatnya, melayani tanpa kasih:
1. Sama dengan gong yang
berkumandang dan canang yang gemerincing.
2. Sama sekali tidak berguna.
3. Sedikit pun tidak ada faedahnya
bagi dia (hamba Tuhan).
Pendeknya, melayani
tanpa kasih hasilnya adalah nol.
Sekalipun ditandai dengan pengorbanan, memberikan diri
untuk dibakar, membagi-bagikan apapun yang ada pada miliknya, mengadakan banyak
mujizat di depan banyak orang, tetapi kalau ia melakukan semua itu tanpa kasih,
hasilnya adalah nol.
Dalam hal ini kita dapat melihat dengan jelas,
ternyata seorang hamba Tuhan bisa saja melayani disertai dengan mujizat,
melayani disertai dengan pengorbanan bahkan menyerahkan segala miliknya, tetapi
tanpa didasari oleh kasih.
Sekarang pertanyaannya: Jika melayani Tuhan tanpa
didasari oleh kasih, apa yang menjadi
motor penggerak dari pelayanan itu?
Jawabnya adalah gengsi,
harga diri, mencari puji-pujian
dan hormat, bahkan melayani karena uang. Inilah yang menjadi motor
penggeraknya, kalau melayani tanpa dasar kasih.
Seperti kisah pelayanan dari anak sulung, di situ kita
bisa melihat dengan jelas, di mana anak sulung itu melayani tanpa kasih.
Lukas 15: 25-27
(15:25) Tetapi anaknya yang sulung berada
di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi
seruling dan nyanyian tari-tarian. (15:26)
Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya
itu. (15:27) Jawab hamba itu: Adikmu
telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia
mendapatnya kembali dengan sehat.
Anak yang sulung berada di ladang, berarti; kedudukan
dari anak sulung tersebut bekerja di ladang Tuhan.
Kemudian ketika ia pulang dan dekat ke rumah, “ia mendengar bunyi seruling dan
nyanyian tari-tarian”. Lalu anak yang sulung bertanya kepada seorang hamba: “Apa arti semuanya itu?”
Jawab hamba itu: “Adikmu
telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia
mendapatnya kembali dengan sehat.”
Lukas 15: 28
(15:28) Maka marahlah anak sulung
itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan
dia.
Setelah mendapat jawaban dari hamba itu, marahlah anak sulung itu dan ia tidak
mau masuk rumah bapanya, menunjukkan bahwa anak sulung itu melayani Tuhan tetapi tanpa
didasari oleh kasih.
Mari, sekarang kita maju, lebih dalam kita
memperhatikan ANAK SULUNG ini.
Dampak negatif jika melayani tanpa kasih.
Lukas 15: 29-30
(15:29) Tetapi ia menjawab ayahnya,
katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar
perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing
untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. (15:30) Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan
harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih
anak lembu tambun itu untuk dia.
Anak sulung itu berkata kepada bapanya: “baru saja datang anak bapa yang telah
memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa
menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia”
Arti dari pernyataan anak sulung tersebut adalah:
1.
Anak sulung itu tidak mau mengampuni dosa kenajisan adiknya, justru dengan terang-terang ia menunjukkan kenajisan adiknya, dengan
berkata: “memboroskan harta kekayaan bapa
bersama-sama dengan pelacur-pelacur”
2.
Tidak menghargai korban pendamaian yang telah dikerjakan oleh Yesus,
Anak Allah, sebab memang bapanya menyembelih anak lembu tambun sebab anak yang hilang itu telah kembali.
Malam ini Tuhan hadir di tengah-tengah ibadah
pelayanan ini, Dia tampil sebagai Imam Besar untuk memperdamaikan dosa kita
kepada Bapa di sorga.
Oleh sebab itu, setiap kita yang hadir harus
memperhatikan berita pendamaian dengan sungguh-sungguh, tidak boleh datang
duduk tetapi pikiran melayang-layang, apalagi ada sesuatu tersirat yang najis
di dalam hati dan pikiran.
Jadi, dua hal terlihat dengan jelas, yaitu:
1.
Hukum Taurat masih melekat di dalam diri anak
sulung tersebut.
Kelemahan dari hukum Taurat
ialah menunjuk-nunjuk dosa dan tidak mengampuni dosa. Kemudian orang yang masih
hidup di dalam hukum Taurat, menjalankan ibadahnya secara Taurat atau
menjalankan ibadahnya secara lahiriah. Misalnya; mulut memuliakan Tuhan tetapi
hatinya jauh dari Tuhan, sama artinya mempersembahkan tubuh jasmani di tengah
ibadah dan pelayanan tetapi manusia batiniahnya tidak dipersembahkan kepada
Tuhan.
2.
Tidak mau berdamai dengan Allah dan sesamanya.
Yang belum berdamai dengan
sesamanya, segeralah berdamai, tetapi terlebih dahulu berdamai kepada Allah
supaya bisa berdamai dengan sesama. Jangan menyimpan akar pahit.
2 Korintus 5: 17
(5:17) Jadi siapa yang ada di dalam
Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu,
sesungguhnya yang baru sudah datang.
Siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru = manusia baru, hidup
baru, berarti; yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.
2 Korintus 5: 18-20
(5:18) Dan semuanya ini dari Allah,
yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang
telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. (5:19) Sebab Allah mendamaikan dunia
dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka.
Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. (5:20) Jadi kami ini adalah
utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan
kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan
dengan Allah.
Tuhan telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu
kepada Rasul Paulus, dengan lain kata dipercayakan
untuk membawa berita pendamaian, itulah sebabnya Rasul Paulus berkata
kepada jemaat di Korintus: “berilah
dirimu didamaikan dengan Allah”, berarti berdamai dengan Allah dan berdamai
dengan sesama.
2 Korintus 5: 21
(5:21) Dia yang tidak mengenal dosa
telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan
oleh Allah.
Setiap orang yang menghargai berita pendamaian atau
pelayanan pendamaian, tujuannya supaya di dalam Dia, kita dibenarkan oleh Allah.
Jangan sampai kita tidak menghargai berita pendamaian.
Seorang utusan dipercayakan untuk pelayanan pendamaian, maka posisi atau
kedudukan seorang imam berada di antara Allah dengan manusia berdosa untuk
memperdamaikan dosa manusia kepada Allah.
Tetapi di atas tadi kita sudah melihat; anak sulung
itu tidak menghargai pelayanan pendamaian, itu sebabnya dia tidak mau berdamai
dengan Tuhan, tidak mau berdamai dengan adiknya.
Praktek melayani tanpa kasih.
Lukas 15: 29
(15:29) Tetapi ia menjawab ayahnya,
katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku
melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor
anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.
Anak sulung itu berkata kepada bapanya: “Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan
belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa
memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku”
Arti dari pernyataan anak sulung ini ada dua:
1.
Merasa diri lebih baik, lebih benar dari orang lain = suka bermegah, menunjuk kepada orang yang sombong.
2.
Tidak mengakui kebaikan dan kemurahan Tuhan, seperti apa yang dia
katakan: “kepadaku belum pernah bapa
memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku”
Padahal Rasul Paulus telah menjelaskan kepada jemaat
di Efesus: “betapa lebarnya” dan “panjangnya” dan “tingginya” dan “dalamnya” kasih Kristus.
Efesus 3: 18-19
(3:18) Aku berdoa, supaya kamu
bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya
dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus,
(3:19) dan dapat mengenal kasih itu,
sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di
dalam seluruh kepenuhan Allah.
Rasul Paulus menjelaskan kepada jemaat di Efesus: “betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya
dan dalamnya kasih Kristus”, tetapi anak sulung itu berkata kepada bapanya:
“tetapi kepadaku belum pernah bapa
memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku”,
menunjukkan bahwa dia tidak mengakui kebaikan dan kemurahan Tuhan.
Lanjut kita memperhatikan injil Lukas 15.
Lukas 15: 31-32
(15:31) Kata ayahnya kepadanya:
Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku
adalah kepunyaanmu. (15:32) Kita
patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup
kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."
Oleh sebab itu, ayahnya berkata kepada anak sulung
itu: “Anakku, engkau selalu bersama-sama
dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.” Pernyataan ini
menunjukkan bahwa ayahnya telah menjelaskan betapa lebarnya dan panjangnya dan
tingginya dan dalamnya kasih Bapa itu.
Sesungguhnya ada hal yang jauh lebih penting dari pada hanya menuntut seekor kambing untuk bersukacita, ada hal yang jauh lebih
penting dari pada bersungut-sungut dan tidak mengakui kebaikan dan kemurahan
Tuhan, yaitu bersukacita dan bergembira jika orang lain dalam
keadaan mati dan menjadi hidup, hilang dan didapat kembali.
Seharusnya hal itu jauh lebih
penting dari pada sekedar
bersungut-sungut menuntut ini dan itu kepada Tuhan. Sebenarnya
ketika kita bersungut-sungut dan ngomel-ngomel di hadapan Tuhan, menunjukkan seolah-olah kita tidak mendapatkan kasih-Nya dan kemurahan-Nya.
Anak sulung ini berada di ladang, menunjukkan bahwa;
ia adalah seorang hamba Tuhan. Maka sudah seharusnya pelayan-pelayan Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang disebut malaikat
sidang jemaat, bersukacita ketika adiknya yang hilang itu kembali lagi kepada
bapa, sebab ayat lain berkata: jika
seorang bertobat maka malaikat sorga bersorak-sorak.
Tetapi di sini kita melihat, anak sulung yang notabene
bekerja di ladang bapa, tetapi faktanya (kenyataannya), dia justru bersungut-sungut.
Sekali lagi saya tandaskan: Dari pada bersungut-sungut
di dalam melayani Tuhan, hai imam-imam yang melayani di ladang Tuhan, jauh
lebih penting bersukacita dan bergembira jika orang lain dalam keadaan mati dan
menjadi hidup, hilang dan didapat kembali.
Di atas tadi sudah dijelaskan tentang praktek melayani
tanpa kasih, yaitu: merasa diri lebih baik, lebih benar, lebih suci dari orang
lain, kemudian tidak menghargai kebaikan dan kemurahan Tuhan.
Sebetulnya kalau kita sadari; kebaikan dan kemurahan Tuhan juga sudah
diterima oleh anak sulung itu.
Bukti anak sulung sudah menerima kebaikan dan
kemurahan Tuhan.
Lukas 15: 25
(15:25) Tetapi anaknya yang sulung
berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi
seruling dan nyanyian tari-tarian.
Ketika anak sulung itu pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.
Artinya; anak sulung tersebut sudah mendengar dan
mendapatkan pembukaan rahasia firman
Tuhan.
Seharusnya ketika anak sulung sudah mendengarkan bunyi
seruling dan nyanyian tari-tarian, dari situ saja dia sudah harus bersyukur
kepada Tuhan, karena ketika dia mendengarkan bunyi seruling dan nyanyian
tari-tarian berarti anak sulung tersebut sudah mendengar dan mendapatkan
pembukaan rahasia firman Tuhan.
Bukankah pembukaan rahasia firman adalah kasih dan
kemurahan Tuhan bagi kita? Sebab jikalau terjadi pembukaan rahasia firman maka
segala yang tertutup akan terbuka, tingkat-tingkat sorga terbuka dan berkatnya
dicurahkan dengan limpah kepada kita.
Itu sebabnya di hari-hari ini saya berkali-kali
tandaskan kepada sidang jemaat supaya kita terus berdoa supaya di tengah-tengah
ibadah pelayanan
senantiasa terjadi pembukaan rahasia firman, supaya yang tertutup
itu terbuka, tingkat-tingkat sorga terbuka, segala berkat dicurahkan dengan
limpah.
Hari-hari ini kita sudah mendapatkan kasih dan
kemurahan Tuhan dengan limpah, itulah pembukaan rahasia firman. Puji Tuhan.
Haleluya.
1 Korintus 14: 6-7
(14:6) Jadi, saudara-saudara, jika
aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa roh, apakah gunanya itu
bagimu, jika aku tidak menyampaikan kepadamu penyataan Allah atau pengetahuan
atau nubuat atau pengajaran? (14:7)
Sama halnya dengan alat-alat yang tidak berjiwa, tetapi yang berbunyi, seperti
seruling dan kecapi -- bagaimanakah orang dapat mengetahui lagu apakah yang
dimainkan seruling atau kecapi, kalau keduanya tidak mengeluarkan
bunyi yang berbeda?
Tadi anak sulung sudah mendengar bunyi seruling dan
nyanyian tari-tarian.
Mengapa ada orang bisa menyanyikan nyanyiannya setelah
diiringi oleh seruling? Karena seruling
itu mengeluarkan bunyi yang berbeda-beda,
itulah pembukaan rahasia firman.
Sudah mendapat belas kasih, yaitu betapa panjang,
lebarnya, tingginya, dalamnya kasih Allah, lewat pembukaan rahasia firman yang
sudah dibukakan, tetapi masih saja dia bersungut-sungut dan menuntut bapanya,
tidak mengakui kebaikan dan kemurahan Tuhan. Hal ini sangat disayangkan.
Bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian, itulah:
1. Penyataan Allah.
Kalau dikaitkan dengan kisah
Rasul Paulus ketika diangkat ke tingkat ketiga dari sorga, itu menunjuk
hubungan nikah yang suci atau adanya persekutuan yang indah dengan Tuhan,
disebut juga hubungan intim antara tubuh dengan Kepala.
2. Pengetahuan.
Hal ini berbicara tentang
Kristus dan salib-Nya. Rasul Paulus memiliki pendirian yang tegas dan kuat, ia
tidak mau dipengaruhi oleh orang Yunani dan orang Yahudi, ia tetap memberitakan
firman tentang salib, sebab pemberitaan firman tentang salib itu hikmat,
pengetahuan sorgawi yang kita terima dari Tuhan.
3. Nubuat.
Menunjuk firman para nabi.
Kegunaan firman para nabi:
-
Menyingkapkan rahasia firman, kuasanya: menyingkapkan
segala rahasia yang terkandung dalam hati, sama artinya; dosa dibongkar dengan
tuntas. Bukankah ini adalah kemurahan Tuhan, belas kasih Tuhan kepada kita,
bangsa kafir? Lalu mengapa anak sulung masih suka menuntut dan tidak mengakui
kebaikan bapanya? Anak sulung menuntut, dia berkata dengan sungut-sungut tetapi
dia tidak tahu apa yang diucapkannya.
-
Mengajar kita supaya akhirnya memiliki pandangan
nubuatan, berarti; memandang jauh ke depan.
Kelebihan memiliki pandangan nubuatan: tidak pendek cara berpikirnya,
sama artinya tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang tak suci, tidak mudah
jatuh dalam dosa kejahatan dan dosa kenajisan.
Bukankah ini adalah kemurahan Tuhan, belas kasih Tuhan yang begitu
panjangnya dan lebarnya dan tingginya dan dalamnya? Lalu mengapa masih
bersungut-sungut, menuntut dan tidak mengakui kebaikan kemurahan Tuhan, padahal
dia sendiri sudah mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.
4. Pengajaran.
Kegunaannya: untuk mendewasakan
gereja Tuhan.
Kalau sampai malam hari ini kita masih mendapatkan
pembukaan rahasia firman, menunjukkan; betapa
panjangnya dan lebarnya dan tingginya dan dalamnya kasih Tuhan kepada kita,
sama seperti anak sulung mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.
Mengapa ada nyanyian tari-tarian? Karena orang bisa
mengerti bunyi yang dikeluarkan oleh seruling dan kecapi itu, itulah pembukaan rahasia
firman: penyataan, pengetahuan, nubuat, dan pengajaran.
Kuasa dari pembukaan rahasia firman (mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian) ialah yang hilang ditemukan kembali,
yang berdosa sudah bertobat, yang mati sudah menjadi hidup kembali, itulah kuasa dari pembukaan rahasia firman, lalu mengapa masih
bersungut-sungut dan tidak mengakui kebaikan dan kemurahan Tuhan hanya karena
hal sepele saja?
Jangan lagi bersungut-sungut karena hal sepele. Jauh
lebih penting apabila
kita bersukacita dan bergembira bersama-sama ketika orang lain
bertobat. Orang yang semacam ini terlihat jelas;
-
ia tidak bisa ditahan dalam hal melayani pekerjaan
Tuhan (ia berkobar-kobar),
-
hatinya tidak terpaut dengan dunia dan segala daya tariknya.
1 Korintus 13: 12-13
(13:12) Karena sekarang kita melihat
dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan
melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak
sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri
dikenal. (13:13) Demikianlah tinggal
ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di
antaranya ialah kasih.
Jalan keluarnya.
YANG PERTAMA: Pertama-tama
kita harus melihat diri kita lewat cermin.
Firman Tuhan yang kita terima malam ini adalah cermin
bagi kita. Jangan sampai firman Tuhan yang kita terima dijadikan kaca spion,
hanya untuk melihat kekurangan orang lain yang di belakang.
Oleh sebab itu, biarlah firman Allah kita jadikan
cermin diri untuk bisa melihat seperti apa bentuk dan wujud rohani kita di
hadapan Tuhan,
sampai pada akhirnya kita akan “melihat muka dengan muka”.
Kita ini diciptakan menurut gambar Khalik-Nya. Jadi, kalau kita bercermin dengan firman sampai akhirnya muka bertemu dengan muka, dengan lain kata; mengenal Dia dengan sempurna, seperti kita sendiri mengenal dan dikenal
oleh Tuhan.
Berbicara tentang mengenal dan dikenal itu menunjuk
kepada domba-domba yang tergembala.
Yohanes 10: 2-4
(10:2) tetapi siapa yang masuk
melalui pintu, ia adalah gembala domba. (10:3)
Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya
dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan
menuntunnya ke luar. (10:4) Jika
semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan
domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.
Tanda kalau domba-domba tergembala:
1. Mengenal suara gembala, sama artinya dengar-dengaran.
Kelebihan orang yang
dengar-dengaran: tidak suka mendahului kehendak Tuhan.
2. Mengikuti gembala.
Sejauh ini kita sudah
digembalakan oleh Firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel. Mari
kita terus ikuti geraknya Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel yang
membawa kita masuk dalam pembentukan tubuh Kristus yang sempurna menjadi tubuh
mempelai, kelak berada dalam perjamuan kawin Anak Domba sebagai sasaran akhir
dari ibadah pelayanan kita di atas muka bumi ini.
Jadi sasaran akhir dari
pelayanan kita di atas muka bumi bukan perkara lahiriah, bukan berkat-berkat
jasmani, bukan perkara di bawah ini, karena segala sesuatu yang ada ini akan
berlalu dan lenyap. Langit yang pertama akan berlalu, bumi yang pertama akan
berlalu, bahkan laut pun tidak akan ada lagi, selanjutnya Tuhan akan tampilkan langit yang baru, itulah Yerusalem yang baru, pengantin
perempuan Mempelai Anak Domba.
Kemudian, kelebihan yang lain jika domba-domba
dengar-dengaran (mendengar suara gembala) adalah dari pihak Gembala, di sini
dikatakan: “Gembala memanggil namanya
masing-masing menurut namanya.”
Berarti kehidupan yang dikenal oleh Tuhan, namanya diakui dan tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba.
Rasul Paulus di dalam kitab Filipi dengan jelas
menuliskan beberapa orang yang namanya sudah tercatat dalam kitab kehidupan
Anak Domba.
Filipi 4: 2-3
(4:2) Euodia kunasihati dan Sintikhe
kunasihati, supaya sehati sepikir dalam Tuhan. (4:3) Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang
setia: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam
pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja
yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan.
Rasul Paulus dengan tegas, tanpa ragu mengakui bahwa
ada empat pribadi yang namanya sudah tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba.
1.
Euodia.
2.
Sintikhe.
3.
Sunsugos.
4.
Klemens.
Kelebihan dari empat pribadi:
-
Euodia dan Sintikhe
menerima nasihat. Malam ini kita sudah menerima nasihat firman, bagaimana
respon kita saat menerima nasihat firman? Biarlah respon itu menentukan
kehidupan kita sampai kelak nama kita tertulis dalam kitab kehidupan Anak
Domba.
Maka saudara, kita harus
membenahi diri lewat bercermin kepada firman, jangan sampai firman Allah
dijadikan, bahkan diperalat sebagai kaca spion,
tujuannya hanya untuk melihat kekurangan
orang lain yang di belakang (masa lalunya). Tetapi Euodia dan Sintikhe betul-betul
mau menerima nasihat firman Tuhan, dan itulah yang menentukan kehidupan dua
pribadi ini sehingga namanya tertulis dalam kitab kehidupan. “Perhatikan cara kamu mendengar” … Lukas 8: 18.
-
Kemudian Sunsugos,
adalah seorang rekan kerja yang setia di dalam melayani pekerjaan Tuhan
sekalipun disertai dengan pengorbanan yang besar. Sunsugos ini berjuang bersama
dengan Rasul Paulus dalam pekabaran injil.
-
Demikian juga Klemens,
rekan sekerja, juga berjuang bersama-sama dalam pekabaran injil.
Perjuangan kita tidak berhenti sampai di sini.
Perjuangan kita sampai tetes darah penghabisan, sampai garis akhir
pertandingan,
dengan lain kata; setia, barulah nanti nama tertulis dalam kitab
kehidupan, saat itulah tergenapi hal muka bertemu muka.
Saya bersyukur, dan di tengah-tengah saya bersyukur
atas pemberitaan firman malam ini, juga saya berharap dalam doa kepada Tuhan,
supaya kiranya firman ini tidak berlalu begitu saja.
Jalan keluarnya.
YANG KEDUA: Hidup
di dalam kasih, sebab yang terbesar adalah kasih.
Kalau gereja Tuhan sudah mencapai kedewasaan, tandanya
adalah memiliki buah dada.
Buah dada, menunjuk kepada;
dua loh batu yang berisikan sepuluh hukum, sedangkan
inti dari sepuluh hukum hanya satu, yaitu kasih.
-
Mewakili loh batu pertama adalah kasih kepada Tuhan.
-
Mewakili loh batu yang kedua adalah kasih kepada
sesama.
Itulah kasih. Kalau hidup di dalam kasih menunjukkan
bahwa dia dewasa rohani.
Inilah jalan keluarnya supaya kita tidak melayani
tanpa kasih, sebab di atas tadi sudah saya jelaskan: ternyata ada pelayanan
tanpa didasari oleh kasih. Pertanyaannya: kalau melayani tanpa kasih, apa yang
menjadi motor penggeraknya? Jawabannya sudah jelas, tidak lain tidak bukan;
gengsi, harga diri, mencari puji-pujian dan hormat, bahkan mencari uang (mencari upah).
Jadi, melayani dengan
pengorbanan namun tanpa kasih, ternyata bisa, tetapi
hasilnya adalah nol. Namun biarlah malam ini kita semua hidup di dalam kasih,
berarti dewasa rohani. Walaupun diawali dengan iman dan pengharapan, tetapi kasihlah yang terbesar.
1 Korintus 13: 13
(13:13) Demikianlah tinggal ketiga hal
ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di
antaranya ialah kasih.
1 Korintus 13: 4-7
(13:4) Kasih itu sabar; kasih
itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak
sombong. (13:5) Ia tidak melakukan
yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah
dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. (13:6)
Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. (13:7) Ia menutupi segala sesuatu,
percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala
sesuatu.
Di dalam kasih ada 14 hal, yaitu: (1) sabar, (2) murah hati, (3) tidak cemburu,
(4) tidak memegahkan diri, (5) tidak sombong, (6) tidak melakukan yang tidak sopan, (7) tidak mencari keuntungan diri sendiri, (8) tidak pemarah, (9) tidak
menyimpan kesalahan orang lain, (10) tidak
bersukacita karena ketidakadilan, (11) menutupi
segala sesuatu, (12) percaya segala
sesuatu, (13) mengharapkan segala
sesuatu, (14) sabar menanggung segala
sesuatu.
Kalau kita perhatikan dan kita simak dengan seksama (dengan teliti) tentang empat belas butir
dari kasih ini, maka kita harus mengakui bahwa kasih adalah yang terbesar.
Seseorang yang memiliki iman yang sempurna, dapat memindahkan gunung, belum tentu ia bisa
mengampuni orang lain. Demikian juga apabila seseorang mungkin bisa menaruh pengharapan hari
ini, tetapi besok belum tentu. Jadi sudah sangat jelas, kasih adalah yang terbesar.
1 Korintus 13: 8-9
(13:8) Kasih tidak berkesudahan;
nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. (13:9) Sebab pengetahuan kita tidak
lengkap dan nubuat kita tidak sempurna.
Kasih tidak berkesudahan, sedangkan nubuat berakhir,
bahasa roh berhenti, pengetahuan lenyap, tetapi kasih tidak berkesudahan.
Inilah pemberitaan firman Tuhan malam ini, kiranya
kita semua boleh dikuatkan kembali, dipulihkan kembali, sehingga ibadah, pelayanan serta nikah dan rumah tangga kita semua dipulihkan oleh Tuhan supaya kita boleh melayani
Tuhan disertai dengan kasih.
Jangan sampai kita melayani tetapi motor penggeraknya
adalah gengsi, harga diri, mencari hormat, dan puji-pujian, bahkan tidak
sedikit hamba Tuhan melayani karena upah, terikat dengan uang dan Mamon.
Dan saudara jangan heran, sekalipun melayani tanpa
kasih, hamba Tuhan bisa bernubuat, bisa mengadakan mujizat, bisa mengusir
Setan, bahkan dengan iman yang sempurna bisa memindahkan gunung, tetapi
hasilnya tetap nol,
dengan lain kata; semuanya menjadi sia-sia.
Sekarang Tuhan mau melihat hasil yang maksimal dari
pelayanan kita masing-masing, di mana ibadah dan pelayanan ini senantiasa menyukakan
hati Tuhan. Kita tidak menjalankan ibadah dan pelayanan ini secara Taurat
(lahiriah) saja.
Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment