IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 06 AGUSTUS 2019
KITAB KOLOSE
(Seri: 60)
Subtema: PENGURAPAN ALLAH YANG KUDUS
MELEPASKAN KITA DARI PINTU GERBANG MAUT
Shalom.
Selamat
malam. Salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi setiap kehidupan kita. Dan
kita mohon kemurahan Tuhan supaya kiranya Tuhan membukakan rahasia firman-Nya
bagi kita sekaliannya.
Saya juga
tidak lupa menyapa umat Tuhan, anak Tuhan, dan hamba Tuhan yang sedang
mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live
streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada.
Segera kita
memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan, yaitu surat
yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di KOLOSE.
Kolose 3:
9-10
(3:9) Jangan lagi kamu saling mendustai,
karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, (3:10) dan telah mengenakan manusia
baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar
menurut gambar Khaliknya;
Kita akan
memperhatikan kalimat: “Jangan lagi kamu
saling mendustai.”
Berarti,
antara satu dengan yang lain; jangan saling mendustai.
Dusta adalah
dosa yang sangat mengerikan dan berbahaya, sebab dusta dapat digunakan oleh
orang-orang sebagai alat untuk membungkus segala jenis dosa.
Matius 5:
34-37
(5:34) Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah
sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta
Allah, (5:35) maupun demi bumi,
karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem
adalah kota Raja Besar; (5:36)
janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa
memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun. (5:37) Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak,
hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal
dari si jahat.
Jangan
bersumpah demi apa pun. “Jika ya, hendaklah kita berkata: ya, jika tidak,
hendaklah kita berkata: tidak”, dengan lain kata; ya di atas ya, tidak di
atas tidak, sebab lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
Pendeknya:
Perkataan dusta berasal dari Setan.
Yohanes 8:
44
(8:44) Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu
ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak
semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran.
Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia
adalah pendusta dan bapa segala dusta.
Satu dari
tiga tabiat Setan yang paling mendasar ialah dusta, sebab “Setan
adalah bapa segala dusta.”
Jadi, sudah
sangat jelas, bahwa; dusta adalah dosa yang membawa sampai pintu gerbang maut, itulah
kematian.
Jangan
pertahankan dusta. Jangan saling mendustai satu dengan yang lain.
-
Baik dalam nikah rumah tangga, suami isteri, jangan
saling mendustai.
-
Juga dalam nikah yang lebih besar, yaitu penggembalaan,
jangan saling mendustai di antara kita.
1 Yohanes 1:
7
(1:7) Tetapi jika kita hidup di dalam terang
sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan
seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari
pada segala dosa.
Jika kita
hidup di dalam terang, maksudnya; ada di dalam keterbukaan, tidak ada lagi yang
ditutup-tutupi antara yang satu dengan yang lain, maka dengan demikian; kita
akan beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, artinya; tidak saling
mendustai antara satu dengan yang lain.
Sebaliknya;
kalau tidak hidup dalam terang, tidak ada keterbukaan, dengan kata lain; saling
mendustai, maka tidak akan ada persekutuan antara seorang dengan yang lain.
Oleh sebab
itu; jangan saling mendustai, apalagi dalam nikah. Harus ada keterbukaan, hidup
dalam terang, tidak ada lagi yang ditutup-tutupi, tujuannya; supaya ada
persekutuan antara seorang dengan yang lain.
1 Yohanes 1:
8-9
(1:8) Jika kita berkata, bahwa kita tidak
berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada
di dalam kita. (1:9) Jika kita
mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni
segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
Kalau kita
tidak mengaku dosa, konsekuensinya adalah:
1.
Menipu diri kita sendiri, sama dengan; mendustai hati
nurani.
2.
Kebenaran tidak ada di dalam kita.
Sebaliknya,
jika kita selekasnya mengaku dosa, konsekuensinya ialah Tuhan akan mengampuni
segala dosa kita, serta menyucikan kita dari segala kejahatan, sebab itu;
jangan saling mendustai satu dengan yang lain.
1 Yohanes 1:
10
(1:10) Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada
berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya
tidak ada di dalam kita.
Jika kita
tidak selekasnya mengakui dosa-dosa kita, maka tanpa kita sadari dua hal terjadi:
1.
Membuat Allah menjadi pendusta.
2.
Firman-Nya tidak ada di dalam kita, dengan lain kata;
tidak hidup dalam kebenaran.
Maka malam
ini adalah waktu yang tepat sekali untuk selekasnya mengakui segala
kekurangan-kekurangan, kejahatan-kejahatan, bahkan kenajisan yang tersirat di
dalam hati.
Kalau tidak
selekasnya mengakui dosa, itu berarti kita jadikan Tuhan pendusta, maka sampai
kapan pun firman Allah tidak ada di dalam diri kita dan kita tidak hidup dalam
kebenaran. Jika demikian terjadi, lalu apa gunanya kita melayani pekerjaan
Tuhan yang besar ini?
Sebab itu,
di atas sudah dikatakan: Jangan saling mendustai antara satu dengan yang lain;
-
dimulai dari nikah yang terkecil, itulah rumah tangga,
suami isteri, jangan saling mendustai.
-
nikah yang terbesar, itulah kandang penggembalaan, satu
dengan yang lain, jangan saling mendustai.
Hati-hati,
biarlah selekasnya kita mengaku dosa.
1 Timotius
1: 9-10
(1:9) yakni dengan keinsafan bahwa hukum
Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar, melainkan bagi orang durhaka dan
orang lalim, bagi orang fasik dan orang berdosa, bagi orang duniawi dan yang
tak beragama, bagi pembunuh bapa dan pembunuh ibu, bagi pembunuh pada umumnya, (1:10) bagi orang cabul dan pemburit,
bagi penculik, bagi pendusta, bagi orang makan sumpah dan seterusnya
segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran sehat
Hukum Taurat
itu tidak berlaku bagi orang benar. Hukum Taurat itu berlaku bagi pendusta,
maka pendusta-pendusta berada di bawah hukum Taurat, berarti; menjalankan
ibadahnya secara lahiriah, misalnya; mulut memuliakan Tuhan di tengah-tengah
ibadah pelayanan, tetapi hatinya jauh dari Tuhan, sama artinya; mempersembahkan
tubuh jasmani di tengah ibadah pelayanan, tetapi manusia batiniahnya tidak
dipersembahkan kepada Tuhan.
Kelemahan
dari hukum Taurat:
1.
Menunjuk-nunjuk dosa.
2.
Tidak ada pengampunan terhadap orang berdosa.
1 Timotius
1: 10
(1:10) bagi orang cabul dan pemburit, bagi
penculik, bagi pendusta, bagi orang makan sumpah dan seterusnya segala
sesuatu yang bertentangan dengan ajaran sehat
Dosa dusta
ini setara dengan dua hal:
1.
Makan sumpah.
2.
Bertentangan dengan ajaran sehat.
SEBAGAI BU KTI;
1 Yohanes 2:
22
(2:22) Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal
bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus,
yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak.
Timbul suatu
pertanyaan: Siapakah pendusta itu? Jawabnya: Dia itu adalah antikristus.
Praktek
antikristus: Menyangkal Bapa dan Anak, sama dengan; menyangkal salib Kristus,
menyangkali hati nuraninya.
Pendeknya:
Dusta bertentangan dengan ajaran sehat.
Matius 26:
70-74
(26:70) Tetapi ia menyangkalnya di depan semua
orang, katanya: "Aku tidak tahu, apa yang engkau maksud." (26:71) Ketika ia pergi ke pintu
gerbang, seorang hamba lain melihat dia dan berkata kepada orang-orang yang ada
di situ: "Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu." (26:72) Dan ia menyangkalnya pula
dengan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu." (26:73) Tidak lama kemudian orang-orang
yang ada di situ datang kepada Petrus dan berkata: "Pasti engkau juga
salah seorang dari mereka, itu nyata dari bahasamu." (26:74) Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: "Aku
tidak kenal orang itu." Dan pada saat itu berkokoklah ayam.
Petrus
menyangkal salib Kristus sebanyak tiga kali.
-
Penyangkalan pertama, Petrus berkata: “Aku tidak tahu, apa yang engkau maksud”,
berarti; sudah tahu, tetapi pura-pura tidak tahu, sama artinya; menyangkali
hati nurani.
-
Penyangkalan kedua, Petrus berkata: “Aku tidak kenal orang itu”, ini lebih parah
lagi.
-
Penyangkalan ketiga, Petrus kembali berkata: “Aku tidak kenal orang itu”, tetapi
diawali dengan mengutuk dan bersumpah.
Jelas
sekali, bahwa; dusta itu setara dengan makan sumpah dan bertentangan dengan
ajaran sehat (menyangkal diri dan memikul salib di tengah ibadah pelayanan
yang Tuhan percayakan).
Sungguh,
betapa dosa dusta ini membahayakan diri seseorang, karena dosa dusta membawa
seseorang sampai kepada pintu gerbang maut. Selain membahayakan dirinya, juga
merugikan orang lain. Banyak kerugian yang terjadi oleh karena dusta, oleh
sebab itu; mari kita saling menghormati nikah, menghormati hubungan kita dengan
Tuhan.
1 Timotius
4: 1-2
(4:1) Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa
di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti
roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan (4:2) oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya
memakai cap mereka.
Pendusta-pendusta
menyangkali hati nurani mereka, akibatnya; orang-orang akan murtad lalu
mengikuti ajaran setan-setan.
Siapakah
pendusta-pendusta? Pendusta-pendusta di sini tidak lain tidak bukan, itulah
antikris dan nabi-nabi palsu, di mana mereka menyangkali hati nurani mereka,
sehingga banyak orang akan murtad lalu mengikuti ajaran setan-setan.
Kita
sungguh-sungguh berdoa, supaya pemberitaan firman di tengah-tengah ibadah
pelayanan yang Tuhan percayakan ini terus murni dan benar, tidak ada dusta.
Sebab ketika pendusta-pendusta ini menyangkali hati nurani mereka, banyak orang
menjadi murtad, sehingga mengikuti ajaran setan-setan, bukankah ini sangat
disayangkan sekali?
1 Timotius
4: 3
(4:3) Mereka itu melarang orang kawin, melarang
orang makan makanan yang diciptakan Allah supaya dengan pengucapan syukur
dimakan oleh orang yang percaya dan yang telah mengenal kebenaran.
Praktek
ajaran dari pendusta-pendusta:
1.
Melarang orang kawin.
2.
Melarang orang makan makanan yang diciptakan Allah.
Tentang: Pendusta-pendusta melarang orang kawin.
Ajaran ini
bertentangan dengan Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel.
66 (enam
puluh enam) kitab diawali dengan kitab Kejadian dan diakhiri dengan
kitab Wahyu, di mana intinya hanyalah satu.
-
Dalam kitab Kejadian, berbicara tentang nikah
yang pertama, itulah nikah Adam.
-
Dalam kitab Wahyu, berbicara tentang nikah yang
terakhir, itulah pesta nikah Anak Domba.
Jadi, dari
awal sampai akhir, intinya hanyalah soal nikah, itulah hubungan nikah yang suci
dengan Tuhan.
Maka saya
berani mengatakan: Kalau pendusta-pendusta melarang orang kawin, berarti
bertentangan dengan Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, dengan kata
lain; bertentangan dengan Alkitab.
Sementara
perjalanan rohani kita, ibadah dan pelayanan yang kita jalankan, berakhir dalam
sebuah pesta nikah Anak Domba.
Tentang: Pendusta-pendusta melarang orang makan
makanan yang diciptakan Allah.
Mari kita
lihat makanan yang diciptakan oleh Allah sendiri untuk kita nikmati dengan
baik.
Yohanes 4:
34
(4:34) Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku
ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan
pekerjaan-Nya.
Yesus, Anak
Allah, berkata kepada murid-murid: “Makanan-Ku
ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.”
Ini juga
yang menjadi makanan kita yang harus kita nikmati di hari-hari terakhir ini,
yaitu:
1. Melakukan
kehendak Dia.
2. Menyeles aikan pekerjaan-Nya.
Itulah
makanan atau santapan yang harus kita nikmati di hari-hari terakhir ini, maka;
-
Kalau kita datang beribadah; beribadahlah
sungguh-sungguh.
-
Demikian juga seorang imam; layanilah Tuhan dengan
sungguh-sungguh.
Jadi, betul
bahwa; pendusta-pendusta ini menyangkali hati nurani mereka, sehingga oleh
karena pendusta-pendusta ini, banyak orang menjadi murtad dan mengikuti ajaran
Setan, tidak lagi mengikuti Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel,
tidak lagi menikmati makanan yang sudah Tuhan sediakan di hari-hari terakhir
ini, sebab itu; jangan lagi kita saling mendustai satu dengan yang lain dimulai
dari nikah, itu kuncinya.
Dalam nikah
rumah tangga; suami dan isteri, anak dan orangtua, juga antara sesama saudara,
jangan saling mendustai.
Dan juga
tetap saya himbau kepada seluruh sidang jemaat untuk tetap mendoakan saya,
supaya saya tidak mendustai sidang jemaat dalam segala perkara di tengah ibadah
dan pelayanan yang Tuhan percayakan ini. Doakan terus, supaya kita jangan
saling mendustai satu dengan yang lain.
Lihat,
begitu parahnya antikris dan nabi-nabi palsu, mereka betul-betul menyangkali
hati nurani mereka, dan oleh karena itu banyak orang murtad, sehingga mengikuti
ajaran setan-setan.
Maka kita dapat mengambil suatu kesimpulan:
Dosa dusta
adalah dosa yang sangat berbahaya.
Dosa dusta
adalah dosa yang sangat mengerikan sekali.
Dosa dusta
mengakibatkan seseorang menyangkali hati nurani.
Dan
akhirnya, dosa dusta membawa kehidupan seseorang sampai kepada pintu gerbang
maut.
Jadi, tidak
boleh main-main dengan dusta. Jangan anggap enteng dosa dusta.
Jalan keluar supaya tidak dibawa kepada
pintu gerbang maut.
1 Yohanes 2:
20-22
(2:20) Tetapi kamu telah beroleh pengurapan
dari Yang Kudus, dan dengan demikian kamu semua mengetahuinya. (2:21) Aku menulis kepadamu, bukan
karena kamu tidak mengetahui kebenaran, tetapi justru karena kamu mengetahuinya
dan karena kamu juga mengetahui, bahwa tidak ada dusta yang berasal dari
kebenaran. (2:22) Siapakah
pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu
adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak.
Pertama-tama
saya sampaikan: “tidak ada dusta yang
berasal dari kebenaran”, oleh sebab itu; kita harus beroleh pengurapan dari Yang Kudus, itulah
pengurapan dari Allah Roh Kudus, dengan kata lain; menempatkan Kristus, sebagai
Kepala, sebab Kristus, menunjuk; Yang Diurapi.
Inilah jalan
keluar supaya terlepas dari dusta yang membawa kepada maut.
1 Yohanes 2:
27
(2:27) Sebab di dalam diri kamu tetap ada
pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu
diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang
segala sesuatu -- dan pengajaran-Nya itu benar, tidak
dusta -- dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah
hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia.
Kalau kita
hidup di dalam pengurapan Allah Yang Kudus, pengurapan Yang Suci, maka
pengurapan-Nya itu yang akan mengajar kita tentang segala sesuatu, dan ajaran
dari pengurapan itu semuanya benar, tidak ada yang dusta.
Hamba Tuhan
sekali waktu bisa dusta, tetapi kalau kita hidup dalam pengurapan, maka
pengurapan dari Allah Roh Kudus akan mengajar kita tentang segala sesuatu;
mengajar mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang suci dan mana yang
najis, mana yang benar dan mana yang tidak benar, dan pengajaran-Nya itu tidak
ada dusta. Itu sebabnya; tidak ada dusta berasal dari kebenaran.
Maka, kita
butuh pengurapan dari Allah yang suci, sehingga dalam hal ini dan itu, kita tidak
perlu diajari oleh orang lain. Juga dalam melayani pekerjaan Tuhan, tidak boleh
asal bekerja, melainkan harus dalam pengurapan, itu sebabnya pertahankanlah
kesucian itu. Bukan kesucian yang terlihat oleh mata manusia, tetapi kesucian
lahir batin.
Jangan buat
Roh Kudus berduka karena hati yang tidak suci menjelang hari pemeteraian.
Ada dua cara untuk mempertahankan
pengurapan.
YANG
PERTAMA.
Imamat 21:
12
(21:12) Janganlah ia keluar dari tempat
kudus, supaya jangan dilanggarnya kekudusan tempat kudus Allahnya,
karena minyak urapan Allahnya, yang menandakan bahwa ia telah dikhususkan,
ada di atas kepalanya; Akulah TUHAN.
Seorang imam
tidak boleh keluar dari tempat kudus Allahnya, supaya dia jangan melanggar
kekudusan tempat kudus Allahnya, supaya kita jangan jatuh dalam dosa kejahatan
dan jangan jatuh dalam dosa kenajisan, sehingga dengan demikian; minyak urapan
Allah ada di atas kepala.
Ketika
terjadi pengurapan itu dimulai dari kepala turun ke janggut, lalu ke leher
jubah, sampai ke bawah, artinya; ada suatu persekutuan yang indah karena tidak
saling mendustai satu dengan yang lain.
Biarlah
tidak ada satu pun di antara kita yang berani mendustai nikah kita, mendustai
hubungan kita dengan Tuhan, berarti; tetap menghormati nikah, tetap berada
dalam nikah yang suci. Kalau kita pertahankan nikah suci, itulah persekutuan
yang indah, maka menghasilkan nyanyian baru, logat ganjil, bahasa roh, bahasa
lidah.
Biarlah
minyak urapan ada di atas kepala, seperti minyak urapan di atas kepala Harun,
turun ke janggut, turun ke leher jubah, turun sampai ke ujung jubah, ada suatu
persekutuan yang indah antara satu dengan yang lain, tidak lagi saling
mendustai satu dengan yang lain.
Ada dua cara untuk mempertahankan
pengurapan.
YANG KEDUA.
Keluaran 27:
20
(27:20) "Haruslah kauperintahkan kepada orang
Israel, supaya mereka membawa kepadamu minyak zaitun tumbuk yang murni
untuk lampu, supaya orang dapat memasang lampu agar tetap menyala.
Musa memerintahkan
bangsa Israel: “supaya mereka membawa
kepadamu minyak zaitun tumbuk yang murni untuk lampu.”
Berarti,
supaya tetap di dalam pengurapan Roh Allah yang menyala-nyala itu, maka di sini
diperintahkan untuk membawa minyak zaitun tumbuk.
Yesus telah
mengalami penumbukan itu di atas kayu salib, berarti; untuk menghasilkan
pengurapan tidak lepas dari menyangkal diri dan memikul salibnya, itulah minyak
zaitun tumbuk, sebagaimana Yesus telah mengalami penumbukan itu, Dia remuk di
atas kayu salib untuk menghasilkan minyak urapan.
Kalau
melayani Tuhan tanpa penumbukan, melayani Tuhan tanpa menyangkal diri dan
memikul salibnya, pelayanan yang seperti ini hanyalah berupa pelayanan yang
bersifat Taurat, tidak akan menghasilkan pengurapan.
Tetapi jika
di dalam melayani Tuhan kita penuh dengan sangkal diri dan pikul salib,
berarti; tidak ada lagi kepentingan diri, tidak untuk bermegah kepada orang
lain, maka di situ akan terjadi, akan menghasilkan minyak urapan zaitun murni,
itulah pengurapan yang murni. Dan oleh karena pengurapan inilah, kita menjadi
terang di dunia ini, menjadi kesaksian, sebab pelita harus terus menyala di
tempat yang kudus, Ruangan Suci.
Itulah dua
cara untuk mempertahankan minyak urapan.
Jadi, jangan
merasa rugi kalau menyangkal diri dan memikul salib di dalam melayani pekerjaan
Tuhan, justru itu adalah sarana yang paling efektif dan efisien untuk
menghasilkan minyak urapan.
Walaupun
banyak mengerjakan pekerjaan Tuhan, tetapi jika tidak mau sangkal diri dan
pikul salib, tidak akan menghasilkan minyak urapan.
Jangan kita
saling mendustai satu dengan yang lain. Jangan menjadi penipu ulung, di mana
terlihat baik tetapi hatinya penuh dengan dusta.
Supaya
pengurapan itu tetap ada di atas kepala, perhatikan dua cara ini, pertahankan
dua cara ini, jangan keluar dari tempat kudus. Kalau sudah melayani, jangan
tinggalkan ibadah dan pelayanan, supaya jangan melanggar kekudusan tempat kudus
Allah, dengan kata lain; supaya jangan jatuh dalam dosa kejahatan, jangan jatuh
dalam dosa kenajisan, melainkan kita tetap mempertahankan minyak urapan itu ada
di atas kepala, menandakan bahwa dia dikhususkan oleh Tuhan.
Kalau kita
beralasan ini dan itu untuk meninggalkan ibadah, engkau bukanlah kehidupan yang
diurapi, bukan kehidupan yang dikhususkan oleh Tuhan. Tidak boleh mencari
alasan untuk meninggalkan ibadah dan pelayanan. Dan saya, sebagai gembala,
tidak suka melihat seseorang meninggalkan ibadah karena perkara lahiriah,
engkau bukan yang dikhususkan.
Pertahankan
minyak urapan itu ada di atas kepala, jangan keluar dari tempat kudus, supaya
jangan melanggar kekudusan Allah, tidak jatuh dalam dosa kejahatan dan
kenajisan, sebab minyak urapan ada di atas kepala, dan dengan demikian ada
persekutuan yang indah, satu dengan yang lain tidak saling mendustai.
Pengurapan
yang murni itu diperoleh lewat pengorbanan, sengsara salib, tidak dengan minyak
goreng yang digunakan seorang ibu untuk memasak di dapur. Sidang jemaat jangan
terkecoh, baik juga yang sedang mengikuti live
streaming perhatikanlah hal ini dengan baik, jangan sampai terkecoh.
Jika merindu
supaya terjadi persekutuan yang indah dalam kandang penggembalaan ini, maka
jangan saling mendustai, pertahankan minyak urapan di atas kepala, dan lewat
sengsara salib, kita memperoleh pengurapan yang murni. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment