IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 10 SEPTEMBER 2019
KITAB KOLOSE
(Seri: 64)
Subtema: BERKAT
ORANG YANG BERKATA JUJUR MENJADI MEMPELAI WANITA TUHAN.
Shalom.
Selamat
malam, salam sejahtera dan bahagia, kiranya memenuhi kehidupan kita pribadi
lepas pribadi. Segala puji syukur hanya bagi Dia dari sekarang sampai
selama-lamanya.
Dan saya
juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang
sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, video internet Youtube, Facebook di manapun anda
berada.
Kita sambut
firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh
Rasul Paulus kepada jemaat di KOLOSE.
Kolose 3:
9-10
(3:9) Jangan lagi kamu saling mendustai,
karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, (3:10) dan telah mengenakan manusia
baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar
menurut gambar Khaliknya;
Perhatikan
kalimat: “Jangan lagi kamu saling
mendustai”, berarti; antara satu dengan yang lain, jangan saling mendustai.
Sebaliknya, mari kita menampilkan dan menunjukkan hati kita yang sesungguhnya
di hadapan Tuhan dan sesama, dengan cara; berkata jujur, berkata yang
sebenarnya, sebab semua perkataan-perkataan yang keluar dari mulut, berasal
dari dalam hati.
Dengan
berkata jujur, berkata yang sebenarnya dan tidak saling mendustai, menunjukkan
bahwa; ia tidak hidup dalam kepalsuan dan tidak berkamuflase di hadapan Tuhan.
Mazmur 12: 3
(12:3) Mereka berkata dusta, yang seorang kepada
yang lain, mereka berkata dengan bibir yang manis dan hati yang
bercabang.
Yang
dimaksud dengan berkata dusta ialah berkata dengan bibir yang manis tetapi
hatinya bercabang.
Berarti;
ketika ia berkata-kata, hatinya tidak semanis mulutnya, dengan kata lain;
hatinya dengan mulutnya tidak sama, luar dan dalam tidak sama, ini menunjuk
kepada; orang yang munafik.
Matius 5:
34-37
(5:34) Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah
sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah,
(5:35) maupun demi bumi, karena bumi
adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota
Raja Besar; (5:36) janganlah juga
engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau
menghitamkan sehelai rambut pun. (5:37)
Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah
kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si
jahat.
Jangan kita
bersumpah di hadapan Allah dan sesama demi apapun juga. Jika ya, hendaklah kita
katakan: ya, jika tidak, hendaklah kita katakan: tidak, dengan lain kata ya di
atas ya, tidak di atas tidak, sebab lebih dari pada itu berasal dari si jahat,
yaitu Iblis atau Setan.
Yohanes 8:
44
(8:44) Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin
melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula
dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran.
Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta
dan bapa segala dusta.
Setiap orang
yang berkata dusta, ia adalah anak Iblis atau Setan, sebab Iblis atau Setan
adalah bapa pendusta.
Akibat dosa dusta.
Wahyu 22: 15
(22:15) Tetapi anjing-anjing dan tukang-tukang
sihir, orang-orang sundal, orang-orang pembunuh, penyembah-penyembah berhala
dan setiap orang yang mencintai dusta dan yang melakukannya, tinggal
di luar.
Setiap orang
yang mencintai dusta dan melakukannya, tinggal di luar, berarti; tidak masuk
sorga.
Bermulut
manis dan bercabang hati, itu adalah pendusta, dan orang semacam ini tidak
masuk dalam Kerajaan Sorga.
Wahyu 21: 27
(21:27) Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya
sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta,
tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba
itu.
Pendusta
tidak akan masuk ke dalam kota Yerusalem baru, sama artinya; kehilangan berkat
kota Yerusalem baru, dengan lain kata; pendusta itu tidak pantas menjadi
mempelai Tuhan, tidak pantas bersanding dengan Tuhan.
Wahyu 21: 8
(21:8) Tetapi orang-orang penakut, orang-orang
yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal,
tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta,
mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh
api dan belerang; inilah kematian yang kedua."
Pendusta itu
tidak pantas dan tidak layak menjadi mempelai Tuhan, tetapi bagian dari
pendusta-pendusta ialah “lautan yang
menyala-nyala oleh api dan belerang”, inilah kematian yang kedua, kematian
yang kekal atau mati untuk selama-lamanya.
Setelah kita
melihat akhir hidup dari pendusta yang sangat mengerikan, sekarang kita
bandingkan dengan; ORANG YANG BERKATA JUJUR.
Amsal 11: 11
(11:11) Berkat orang jujur memperkembangkan
kota, tetapi mulut orang fasik meruntuhkannya.
“Berkat orang jujur memperkembangkan kota”
Jangan lagi
kita saling mendustai, tetapi marilah kita berkata jujur antara yang satu
dengan yang lain, jangan saling mendustai, karena berkat bagi orang yang berkata
jujur ialah memperkembangkan kota.
Tujuannya:
Supaya kota, tempat di mana kita beribadah dan melayani Tuhan saat ini, semakin
berkembang dan bertambah besar, dan memuncak sampai kepada terwujudnya kesatuan
tubuh, itulah mempelai Tuhan.
Inilah sasaran
akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini.
Sebaliknya,
“mulut orang fasik meruntuhkannya”
Artinya,
orang yang berkata dusta (pendusta) merusak, bahkan menghancurkan kota di mana
kita sekarang beribadah dan melayani Tuhan. Berarti untuk merusak suatu kota,
itu sangat mudah sekali, yaitu; hanya dengan berkata dusta saja sudah cukup,
kota itu pasti hancur dan rusak.
Jangan kita
saling mendustai. Biarlah kita berkata jujur satu dengan yang lain, karena
perkataan yang keluar itu pasti berasal dari dalam hati. Tampilkanlah hati kita
masing-masing di hadapan Tuhan dan sesama dengan berkata jujur, supaya kota
tempat di mana kita sekarang beribadah dan melayani semakin berkembang dan
bertambah besar, memuncak sampai kepada terwujudnya kesatuan tubuh.
Sebaliknya,
kalau berkata dusta, maka kota tempat di mana kita beribadah; hancur. Dan itu
sudah saya rasakan sendiri, dengan banyaknya kata dusta; rusaklah pelayanan,
terhambatlah pembangunan tubuh.
Kalau
sekiranya malam ini kita tertegur oleh firman dan Roh Tuhan serta memaksa kita
untuk segera mengakui dosa, segera akui, jangan ditahan-tahan, supaya kota
tempat di mana kita beribadah dan melayani tidak hancur, melainkan semakin
berkembang dan bertambah besar, memuncak sampai kepada terwujudnya kesatuan
tubuh. Ini orang yang bijak, memiliki pandangan nubuatan, memandang jauh ke
depan.
Berkat bagi
orang yang berkata jujur adalah memperkembangkan kota, tidak lain tidak bukan
itu merupakan kota Yerusalem baru, kota Mempelai, kota idam-idaman.
Sejenak kita
memperhatikan; KOTA YERUSALEM BARU.
Wahyu 21:
1-2
(21:1) Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi
yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu,
dan laut pun tidak ada lagi. (21:2)
Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari
sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan
untuk suaminya.
Setelah
langit yang pertama dan bumi yang pertama berlalu, dan laut pun tidak ada lagi,
maka tampillah kota kudus, Yerusalem baru, turun dari sorga, dari Allah, yang
berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.
Pendeknya:
Bagian luar dari kota Yerusalem baru, yakni mempelai Tuhan, begitu indah dan
begitu menarik di pemandangan Tuhan.
Itu baru
dari luarnya. Lanjut kita melihat sampai kedalaman dari kota Yerusalem baru.
Wahyu 21:
9-10
(21:9) Maka datanglah seorang dari ketujuh
malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang penuh dengan ketujuh malapetaka
terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku, katanya: "Marilah ke sini, aku
akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak Domba."
(21:10) Lalu, di dalam roh ia
membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan
kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga,
dari Allah.
Kota kudus,
Yerusalem baru, turun dari sorga, dari Allah, itulah pengantin perempuan,
mempelai Anak Domba.
Pendeknya:
Kota Yerusalem baru adalah mempelai Tuhan.
Wahyu 21: 11
(21:11) Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah
dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata
yaspis, jernih seperti kristal.
Kota itu
bercahaya kemuliaan Allah. Kota Yerusalem baru, mempelai wanita Tuhan
memancarkan kemuliaan Allah.
Dari hal ini
kita bisa mengerti; kalau bercahaya kemuliaan, berarti segala sesuatu yang di
dalam tidak ada lagi yang tertutupi, tidak ada lagi yang disembunyikan,
sehingga ia bercahaya kemuliaan.
Jadi, bukan
hanya tampilan luar yang begitu menarik dan indah mempesona hati Tuhan, tetapi
mempelai wanita Tuhan ini bercahaya kemuliaan. Tidak mungkin bercahaya,
memancarkan kemuliaan Allah kalau masih ada yang disembunyikan, kalau masih ada
dosa kejahatan maupun kenajisan yang masih ditutup-tutupi dan sesuatu yang
masih tersirat di dalam hati dan pikiran.
Tampilan
luar begitu menarik, kemudian kita telusuri semakin dalam lagi, rupanya; kota
Mempelai (mempelai wanita Tuhan) ini bercahaya kemuliaan Allah. Dari sini kita
mengerti bahwa tidak ada suatu perkara yang disembunyikan oleh mempelai wanita
Tuhan, baik itu dosa kejahatan, maupun dosa kenajisan. Sebab itu; jangan kita
saling mendustai satu dengan yang lain.
Mari kita
berlaku jujur di hadapan Tuhan, bukan saja di hadapan sesama. Mata manusia
hanya bisa melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat kedalaman hati.
Dengan berkata jujur, maka layak bersanding menjadi mempelai Tuhan.
Berkat bagi
orang yang berkata jujur memperkembangkan kota, dan sudah pasti kota yang
dimaksud ialah Yerusalem baru, mempelai Tuhan.
Kota itu
bercahaya kemuliaan Allah “sama seperti
permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis”
Permata
yaspis adalah permata yang paling indah. Permata yaspis adalah permata hati
Tuhan, itulah mempelai wanita Tuhan.
Maka kalau
kita perhatikan: Persis di atas jantung hati dari seorang imam besar, ada
terdapat tutup dada dengan 12 (dua belas) permata tatahan.
Jadi jelas,
mempelai Tuhan atau kota empat persegi, itulah adalah permata hati Tuhan,
permata yang paling indah. Sebab itu; jangan kita saling mendustai, mari kita
berkata jujur, dan berkat bagi orang yang jujur memperkembangkan kota. Kota
tempat di mana kita beribadah dan melayani akan bertambah-tambah, puncaknya
menjadi mempelai wanita Tuhan, Yerusalem baru, yang turun dari sorga, dari Allah,
yang berhias bagaikan pengantin perempuan, berdandan untuk suaminya, Kristus,
Kepala, Mempelai Pria Sorga yang kita kasihi.
Kota itu
bercahaya kemuliaan Allah sama seperti permata yaspis, permata yang paling
indah, mengapa demikian? Karena permata yaspis “jernih seperti kristal”
Kristal,
sama dengan; transparan, tampil apa adanya, tidak ada lagi yang ditutup-tutupi,
tidak ada lagi dosa yang disembunyikan, berarti; luar dan dalam sama, tidak ada
lagi kepalsuan. Perkataannya manis, hatinya juga manis.
Sebaliknya,
kalau seseorang berkata dengan dusta; perkataannya manis tetapi hatinya
bercabang. Mulut dengan hati tidak sama, penuh dengan kepalsuan, bagaikan kota
Babel; sepintas terlihat menarik dari luar, tetapi begitu ditelusuri ke
dalamnya penuh dengan kepalsuan, sebab di tangan perempuan kekejian itu ada
cawan kekejian dan percabulan.
Kita patut
bersyukur kepada Tuhan, karena sampai sejauh ini Tuhan terus menyatakan kasih
dan kemurahan-Nya lewat Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel yang
terus menuntun kehidupan rohani kita sampai nanti pada satu titik, yaitu
menjadi mempelai wanita Tuhan, Yerusalem baru, kota Mempelai, terlihat begitu
menarik dari luar dan juga bagian dalamnya begitu menarik.
Jadi jelas,
mempelai Tuhan berkata-kata dengan jujur, berkata-kata dengan benar, tidak
dusta.
Dalam nats firman Tuhan Mazmur 50: 23, di situ dikatakan: “siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan
Kuperlihatkan kepadanya”
Keselamatan
yang dari Allah akan Allah perlihatkan kepada orang jujur, oleh sebab itu, kita
belajar untuk berkata jujur;
-
dimulai dalam nikah terkecil, itulah hubungan kita
dengan Tuhan,
- kemudian
nikah dalam rumah tangga,
- lalu nikah
yang makin membesar, itulah dalam sidang jemaat,
-
sampai nanti memuncak menjadi kota Yerusalem baru.
Hal
pengertian semacam ini Tuhan berikan kepada kita, supaya kehidupan kita ini
penuh dengan pengharapan, tidak segera putus asa di dalam mengikuti Tuhan,
karena kelak Tuhan sediakan sesuatu yang begitu berarti lebih dari segala yang
ada ini, sebab langit yang pertama, bumi yang pertama akan berlalu, laut pun
tidak ada lagi, sesudah itu tampillah Yerusalem baru, kota kudus yang turun
dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan berdandan
kepada suaminya.
Wahyu 21:
17-18
(21:17) Lalu ia mengukur temboknya: seratus empat
puluh empat hasta, menurut ukuran manusia, yang adalah juga ukuran malaikat. (21:18) Tembok itu terbuat dari permata
yaspis; dan kota itu sendiri dari emas tulen, bagaikan kaca murni.
Tembok kota
Yerusalem baru terbuat dari “permata
yaspis”, yang disebut juga permata yang paling indah.
Berarti,
yang menjadi perlindungan, pembelaan bagi mempelai Tuhan ialah kejujurannya.
Kalau kita
berlaku jujur, berkata jujur, tidak saling mendustai, maka dibela, dilindungi,
dipelihara oleh Tuhan, sampai pada hari Tuhan kita dibela, jauh dari mata si
ular, jauh dari aniaya antikris 3.5 (tiga setengah) tahun.
Ayo, belajar
berkata jujur. Jangan saling mendustai, dari situlah kita mendapat
perlindungan, pembelaan, pemeliharaan dari Tuhan, sampai hari Tuhan datang.
Tuhan
nyatakan suatu jaminan yang ajaib supaya kita semakin yakin dalam mengikuti
Tuhan, tidak ragu lagi, tidak menaruh pengharapan kepada yang lain-lain,
kecuali selalu berkata jujur di hadapan Tuhan, dengan demikian kita menampilkan
hati kita yang sesungguhnya di hadapan Tuhan dan sesama.
Tuhan Yesus
baik. Kalau memang kita benar-benar sudah mengecap kebaikan Tuhan, datanglah
kepada batu hidup itu, supaya kita dijadikan sebagai batu hidup, yaitu dalam
rangka pembangunan tubuh Kristus dan membawa korban dalam bentuk persembahan
yang rohani, memuncak sampai kepada doa penyembahan. Tidak mungkin ada lagi
kata-kata dusta kalau hidup rohani kita sudah dibawa sampai doa penyembahan.
Hanya orang bodoh melakukan penyembahan, tetapi ia masih mempertahankan
perkataan dusta.
Adapun kota
itu terbuat dari “emas tulen”,
berarti; emas murni, tidak dicampur-campur dengan dosa kejahatan, tidak
dicampur-campur dengan dosa kenajisan, menunjuk orang yang tahan uji, itulah
mempelai wanita Tuhan.
Mempelai
wanita Tuhan itu tahan uji, tidak cengeng, tidak suka bersungut-sungut, tidak
suka ngedumel, menggerutu, tidak
tersandung dan tidak menjadi batu sandungan di dalam mengikuti Tuhan maupun di
tengah-tengah ibadah dan pelayanan. Inilah berkat orang yang berkata jujur;
tahan uji.
Tidak
berlebihan rasanya, kalau saya berkata, bahwa; kita ini adalah orang-orang yang
dipilih Tuhan, kita semua adalah orang-orang pilihan Tuhan. Kita berhutang
banyak kepada Tuhan. Kasih dan kemurahan-Nya limpah; nikah rumah tangga
diberkati, tempat kota di mana kita beribadah diberkati. Puji Tuhan...
Kita ini
yang kurang-kurang, masih terus memelihara kata dusta. Tidak segera mengakui
dosanya, tidak segera mengakui bahwa Tuhan Yesus baik, masih bertahan dengan
kekerasan hati. Ini bukanlah tipe-tipe mempelai Tuhan, ini adalah mempelai
Babel.
Wahyu 21: 27
(21:27) Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya
sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta,
tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak
Domba itu.
Tahan uji,
artinya; tidak akan masuk ke dalamnya dosa, antara lain;
-
dosa kenajisan,
- dosa
kekejian,
-
dan dosa dusta.
Tetapi yang
masuk ke dalamnya hanyalah mereka yang namanya tertulis di dalam kitab
kehidupan Anak Domba, inilah yang disebut emas tulen, emas murni.
Kalau
saudara membeli emas, apalagi emas murni, harus ada tulisan atau suratnya.
Sampai kapan pun kalau ada tulisan atau surat itu, tetap berharga. Semakin hari
akan semakin berharga, bukan semakin turun harganya.
Itulah emas
tulen (emas murni); tidak ada dosa di dalamnya, baik itu dosa kenajisan, dosa
kekejian, termasuk dosa dusta, sebagai dosa terakhir, kecuali mereka yang
namanya tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba. Bersyukurlah kepada Tuhan.
Oleh karena
dosa bangsa Israel, Musa pernah berkata kepada Tuhan: “kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu -- dan jika tidak,
hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis”
Tetapi Tuhan
berfirman kepada Musa: "Siapa yang
berdosa kepada-Ku, nama orang itulah yang akan Kuhapuskan dari dalam kitab-Ku.”
Kita
bersyukur malam ini kita mendapat pengertian yang luar biasa sebelum kita
berada di kaki salib Tuhan, tersungkur di hadapan takhta-Nya, sujud menyembah
Allah yang hidup.
Wahyu 21: 17
(21:17) Lalu ia mengukur temboknya: seratus
empat puluh empat hasta, menurut ukuran manusia, yang adalah juga ukuran
malaikat.
Adapun
ukuran dari tembok kota Yerusalem baru ialah 144 (seratus empat puluh empat)
hasta, yang adalah ukuran manusia juga ukuran malaikat.
Mari kita
lihat bukti; UKURAN MANUSIA, YANG JUGA UKURAN MALAIKAT.
Wahyu 14:
1-3
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri
di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu
orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
(14:2) Dan aku mendengar suatu suara
dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan
suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik
kecapinya. (14:3) Mereka menyanyikan
suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan
tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain
dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi
itu.
Anak Domba
bersama-sama dengan 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang berdiri di
bukit Sion.
Kemudian, di
sini kita melihat dua hal tentang 144.000 (seratus empat puluh empat ribu)
orang:
1.
“di dahi mereka
tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya”, berarti; firman kasih karunia
tertulis di dalam seluruh alam pemikiran mereka, tidak ada yang lain selain
kasih Allah.
2. “Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru” yang tidak
dapat dipelajari oleh siapapun kecuali mereka sendiri.
Menyanyikan suatu
nyanyian baru menunjukkan bahwa mereka masuk dalam persekutuan yang indah, yang
disebut juga dengan hubungan intim atau nikah suci. Dengan melangsungkan
hubungan intim atau menghormati nikah yang suci, akan menghasilkan nyanyian
baru, yaitu logat ganjil, atau yang disebut juga bahasa roh. Tidak ada seorang
pun yang mengerti bahasa Roh, atau bahasa lidah, atau logat ganjil, kecuali
orang itu dengan Tuhan.
Jadi, sudah
sangat jelas sekali, bahwa; ukuran dari tembok kota Yerusalem adalah ukuran
manusia, juga ukuran malaikat.
Kiranya hal
ini menjadi suatu ukuran bagi kita di dalam hal mengikuti Tuhan. Jangan pakai
perasaan, pengertian manusia tidak bisa dijadikan untuk mengukur Bait Allah.
Singkirkan perasaan manusia daging.
Inilah berkat bagi
orang yang berkata jujur, tidak saling mendustai antara seorang demi seorang.
Orang yang kembar
sekalipun, belum tentu satu, walaupun terlihat sama tetapi berbeda, juga
disebut antara seorang demi seorang. Suami isteri pun walaupun disebut satu,
tetapi tetap harus berkata jujur antara seorang demi seorang, supaya kita boleh
melihat berkat yang telah Tuhan sediakan ini menjadi bagian kita pribadi lepas
pribadi.
Jangan kita awalnya
sudah di dalam, tetapi pada hari Tuhan tinggal di luar, semuanya menjadi
kesia-siaan. Tetapi apa yang Tuhan sudah nyatakan, dan Tuhan sudah perlihatkan
kemuliaan itu saat ini, mari kita segera kejar dan raih, supaya kelak itu
menjadi bagian kita. Jangan saling mendustai satu dengan yang lain, dimulai
dari nikah yang terkecil sampai nikah terbesar dalam penggembalaan ini. Menjadi
mempelai wanita Tuhan, itulah berkat bagi orang yang berkata jujur, tidak
saling mendustai seorang demi seorang. Amin
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment