IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 12 SEPTEMBER
2019
KITAB RUT
(Seri: 64)
Subtema: PENYEMBAHAN BESAR MEMBAWA ORANG-ORANG KUDUS SAMPAI KE HADIRAT
ALLAH.
Shalom.
Selamat
malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi tempat ini, lewat pembukaan
firman yang akan kita terima.
Saya juga
tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, hamba Tuhan yang sedang mengikuti
pemberitaan firman lewat live streaming,
video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada.
Marilah kita
memperhatikan, menyambut firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab
disertai dengan perjamuan suci dari KITAB
RUT.
Rut 2: 10
(2:10) Lalu sujudlah Rut menyembah
dengan mukanya sampai ke tanah dan berkata kepadanya: "Mengapakah
aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku,
padahal aku ini seorang asing?"
“Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya
sampai ke tanah.”
Dalam hal
ini Rut menunjukkan suatu sikap yang baik setelah ia mendapatkan jaminan dan
bekal dari Boas, yang bisa kita lihat dari ayat
8-9.
Sujud
menyembah dengan muka sampai ke tanah adalah tanda ketundukan dan kedewasaan
Rut.
Hal ini
mencerminkan bahwa; Rut menempatkan
Kristus sebagai Kepala, dengan lain kata; Rut adalah gambaran dari gereja
Tuhan yang senantiasa menghormati nikah suci, sama artinya; menjaga kesucian
dengan cara, tetap berada dalam persekutuan yang indah dengan Tuhan.
Dalam hal
ini, Rut tidak membiarkan hal-hal yang tak suci itu merusak hubungannya dengan
Tuhan Yesus Kristus, yang adalah Kepala Gereja dan Mempelai Pria Sorga.
Berarti, wujud
nyata dari ketundukan dan kedewasaan gereja Tuhan ialah doa penyembahan.
Doa
penyembahan jika dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel, terkena pada: MEZBAH
DUPA EMAS.
Sementara
kedudukan dari Mezbah Dupa Emas dekat sekali dengan TIRAI (Tabir Bait Suci).
Mari kita
lihat; MEZBAH DUPA.
Wahyu 8: 3
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain,
dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan
kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama
dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu.
“Seorang
malaikat lain berdiri dekat mezbah pedupaan emas, lalu kepadanya diberikan
banyak kemenyan untuk dipersembahkannya”, ini berbicara
tentang: “mezbah dupa besar atau doa penyembahan yang besar.”
Dengan
tandas saya sampaikan: Di hari-hari ini, gereja Tuhan (sidang jemaat Allah)
harus hidup di dalam doa penyembahan yang besar. Ibadah harus sampai kepada
puncaknya, yakni: doa penyembahan. Dan kalau sudah hidup dalam doa penyembahan,
tingkatkan sampai mezbah dupa yang besar, hidup dalam doa penyembahan yang
besar.
Wahyu 8: 4
(8:4) Maka naiklah asap kemenyan
bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan
Allah.
Kemudian, “naiklah asap kemenyan itu ke hadapan Allah.”
Mezbah dupa
besar, itulah doa penyembahan yang berbau harum sungguh menyukakan hati Tuhan.
Semua benda
jika dilemparkan ke atas akan jatuh juga ke bawah, kecuali satu perkara, yaitu
asap dupa kemenyan.
Berarti,
jika kerohanian dari gereja Tuhan, kerohanian dari sidang jemaat Allah sudah
berada pada puncaknya, yaitu berada pada doa penyembahan, maka dia akan
terlepas dari daya tarik bumi ini, dengan lain kata terlepas dari segala
perkara-perkara di bawah, di bumi ini.
Dengan
ketundukan sidang jemaat kepada Kristus sebagai Kepala, menjadi mahkota
keagungan di tangan Tuhan. Sebaliknya kalau kehidupan kita tidak menempatkan
Kristus sebagai Kepala, berarti; membusukkan tulang suami. Kalau tulang busuk,
tidak ada yang tahu, dan itu adalah sesuatu yang sangat menyakitkan sekali. Hal
ini harus kita mengerti dengan sungguh-sungguh.
-
Semua pemuda kelak menjadi suami, maka sekarang
belajarlah untuk menempatkan Kristus sebagai Kepala.
-
Semua pemudi kelak menjadi isteri, maka belajarlah
untuk menopang pelayanan ini dengan baik.
Sekarang
kita perhatikan Matius 27.
Matius 27:
45-46
(27:45) Mulai dari jam dua belas kegelapan
meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga. (27:46) Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring:
"Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku,
mengapa Engkau meninggalkan Aku?
“Kira-kira
jam 3 (tiga), berserulah Yesus dengan suara nyaring”, berarti seruan itu
sangat jelas terdengar.
Adapun
seruan itu adalah: "Eli, Eli, lama
sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Dari seruan
ini, mencerminkan bahwa; dunia dengan segala daya tariknya, dunia dengan segala
pengaruhnya tidak dapat mencengkram kehidupan Anak Domba Allah, sebab daya
tarik bumi ini tidak dapat melebihi segala sesuatu yang ada di dalam Kerajaan
Sorga, tidak dapat melebihi keindahan-keindahan sorgawi.
Yesus, Anak
Allah, datang dari sorga, turun ke dunia, itu karena kehendak Allah Bapa, bukan
karena kehendak-Nya sendiri. Sebetulnya Ia lebih menginginkan untuk terus tetap
tinggal bersama dengan Allah Bapa untuk menikmati segala keindahan-keindahan
yang ada di dalam Kerajaan Sorga, yaitu kasih dari Allah Bapa.
Matius 4:
8-9
(4:8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung
yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia
dengan kemegahannya, (4:9)
dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud
menyembah aku."
Dari atas
gunung yang sangat tinggi, Iblis memperlihatkan kepada Yesus; “semua
kerajaan dunia ini dengan semua kemegahan-kemegahan yang ada di dalamnya.”
Kemudian
Iblis berkata kepada Yesus: “Semua itu
akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.”
Mari kita
perhatikan JAWABAN YESUS.
Matius 4: 10
(4:10) Maka berkatalah Yesus kepadanya:
"Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah
Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
Yesus
menjawab: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada
tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah
engkau berbakti!”
Jawaban ini,
menunjukkan bahwa Yesus, Anak Allah, hidup dalam doa penyembahan yang besar,
sehingga terlepas dari daya tarik bumi, atau kerajaan dunia dengan segala
kemegahan-kemegahan yang ada di dalamnya tidak dapat mencengkram kehidupan
Yesus Kristus, Dia adalah Anak Domba Allah yang telah disembelih di atas kayu
salib.
Kemudian,
dalam Wahyu 8: 3-4 dituliskan: “Datanglah
seorang malaikat lain, dan ia pergi
berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas”, lalu kepada-Nya
diberikan banyak kemenyan.
Artinya;
Yesus, Anak Allah, hidup dalam doa penyembahan yang besar, Dialah Imam Besar,
memimpin orang-orang kudus di dalam doa penyembahan yang benar untuk dibawa
sampai kepada hadirat Allah.
Itu sebabnya
kalau kita perhatikan posisi dari Mezbah Dupa itu, sangat dekat sekali dengan
tirai.
Matius 27:
50-51
(27:50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring
lalu menyerahkan nyawa-Nya. (27:51)
Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah
dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,
Penyembahan
yang benar, disertai dengan tanda penyerahan diri Yesus, maka
terlihatlah; tabir Bait Suci terbelah dua
dari atas sampai ke bawah, dengan demikian; bebaslah jalan menuju Tabut
Perjanjian, yaitu Takhta Allah, yang disebut juga Kerajaan Sorga.
Jadi, “seorang malaikat lain” yang kuat itu,
tidak lain tidak bukan, itu adalah pribadi Yesus, Anak Allah, Dialah Imam
Besar, kepada-Nya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkan-Nya
bersama-sama dengan semua orang kudus, sehingga Dia menjadi mezbah dupa yang
besar, memimpin orang-orang kudus dalam penyembahan untuk selanjutnya dibawa
naik ke hadirat Tuhan (untuk selanjutnya dibawa menembusi tabir) untuk berada
pada Tabut Perjanjian, itulah takhta Kerajaan Sorga.
Sangat jelas
sekali, bahwa Rut ini adalah gambaran dari gereja Tuhan yang sangat luar biasa,
betul-betul menempatkan Kristus sebagai Kepala dan Mempelai Pria Sorga.
Maka sekali
lagi saya tandaskan: Seorang imam harus hidup di dalam doa penyembahan yang
besar untuk membawa sidang jemaat kepada
Tuhan.
Yesus, Anak
Allah, Dialah malaikat yang kuat itu, yang kepada-Nya diberikan banyak kemenyan
untuk menjadi mezbah dupa besar, hidup dalam doa penyembahan yang besar, Dialah
Imam Besar yang memimpin umat Tuhan, orang-orang kudus dalam doa penyembahan
untuk selanjutnya dibawa masuk ke dalam hadirat Tuhan.
Jadi, posisi
kita harus jelas, apalagi imam-imam yang kedudukannya antara Allah dengan orang
berdosa, untuk membawa orang berdosa kepada hadirat Tuhan, lewat doa
penyembahan yang besar.
Ibrani 10:
19-21
(10:19) Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus
kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus,
(10:20) karena Ia telah membuka
jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,
(10:21) dan kita mempunyai seorang
Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.
Kita
sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah
membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita, yaitu melalui tabir, yaitu
diri-Nya sendiri. Ia telah menyerahkan segenap hidup-Nya di atas kayu salib.
Oleh penyembahan yang besar ini, robeklah tabir Bait Suci, terbelah dua dari
atas sampai ke bawah, dengan demikian Ia membuka jalan yang baru untuk berada
di hadapan takhta kasih karunia, melayani Tuhan dan melayani pekerjaan-Nya,
kiranya hal itu terjadi sampai Tuhan datang kembali untuk yang kedua kalinya.
Jangan kita
melayani untuk mencari pujian dan hormat, atau supaya terlihat lebih rohani
dari orang lain. Kalau pemikiran kita hanya sebatas itu, kita keliru / salah kaprah di dalam melayani Tuhan.
Seorang pelayan Tuhan (seorang imam) harus
memimpin orang lain dalam penyembahan untuk dibawa sampai kepada hadirat Tuhan,
maka seorang pelayan Tuhan (seorang imam) harus menjadi mezbah dupa yang besar,
hidup dalam penyembahan yang besar.
Ciri-ciri hidup di dalam doa penyembahan
yang besar.
Kita kembali
lagi melihat suasana ketika Yesus berpuasa di padang gurun.
Matius 4:
3-7
(4:3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata
kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini
menjadi roti." (4:4) Tetapi
Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja,
tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (4:5) Kemudian Iblis membawa-Nya ke
Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, (4:6) lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah,
jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan
memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas
tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." (4:7) Yesus berkata kepadanya:
"Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"
Yesus, Anak
Allah hidup di dalam dua tanda yang besar, yakni:
1.
Firman
Allah.
Mengapa demikian?
Sebab manusia hidup bukan dari roti (makanan) saja, tetapi dari setiap firman
yang keluar dari mulut Allah. Firman yang kita terima dan kita dengar malam
ini, itu adalah firman yang keluar dari mulut Allah.
Itu
sebabnya Yesus berkata kepada Iblis: “Ada
tertulis”, berarti yang menjadi ukuran untuk mengikuti Tuhan adalah firman
yang tertulis di dalam Alkitab, dari kitab KEJADIAN sampai WAHYU, itu adalah
kebenaran. Dan kebenaran dari Allah adalah ukurannya, bukan pengertian kita
yang menjadi ukurannya.
Jawaban
Yesus kepada Iblis ini bukan datang dari diri-Nya, melainkan apa yang tertulis
di dalam Kitab Suci, dari Kejadian sampai Wahyu, itulah kebenaran, dan
kebenaran inilah yang menjadi ukurannya.
Kita
harus kembali kepada firman Allah (back to bible), sebab itu adalah
kebenaran. Jangan berpatokan pada kebenaran manusiawi.
2.
Roh Allah.
Mengapa demikian?
Sebab Yesus tetap mempertahankan kesucian diri-Nya, Ia tidak mau mencobai
Tuhan, Allah, berarti; tidak mau menjatuhkan diri dalam berbagai-bagai
pencobaan oleh karena perkara-perkara yang ada di dunia ini, apapun alasannya.
Sebenarnya malaikat tidak sanggup mengangkat dan menatang kita manakala kita
jatuh dalam berbagai pencobaan.
Jangan kita
meninggalkan ibadah karena berhala. Jangan kita menjatuhkan diri ke dalam pencobaan-pencobaan.
Yakobus 1:
12
(1:12) Berbahagialah orang yang bertahan
dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan
menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang
mengasihi Dia.
“Berbahagialah orang yang bertahan dalam
pencobaan.”
Yesus
bertahan dalam pencobaan. Ia tidak menjatuhkan diri dalam berbagai-bagai
pencobaan, dalam segala perkara yang ada di bumi ini, dan apabila Ia sudah
tahan uji, Ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah.
Jangan kita
jadikan kemegahan-kemegahan / kemewahan-kemewahan yang berasal dari bumi ini
menjadi mahkota, sebab;
-
Segala sesuatu yang ada di bumi ini sama seperti uap
yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.
-
Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala
kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur.
Kemuliaan
yang di bumi yakni; kerajaan dunia dan kemegahannya, tidak bisa memberi
kehidupan yang kekal, tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya. Dan
apabila kita tahan uji, maka ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan
Allah. Puji Tuhan...Haleluya..
Yakobus 1:
13
(1:13) Apabila seorang dicobai, janganlah ia
berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah tidak
dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun.
Apabila
seseorang dicobai, janganlah ia berkata: “Pencobaan
ini datang dari Allah!”, sebab;
-
Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat.
-
dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun.
Fakta-faktanya sudah diterangkan di atas tadi...Matus 4:1-10.
Yakobus 1:
14
(1:14) Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh
keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.
Setiap orang
dicobai oleh keinginannya sendiri. Mengapa demikian? Karena ia diseret dan
dipikat oleh keinginan itu sendiri.
Kalau kita
jatuh dalam pencobaan, jangan kita salahkan Tuhan dan berkata: Tuhan memberi pencobaan.
Sesungguhnya setiap orang dicobai oleh
keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat oleh keinginan itu sendiri,
sehingga menghadapi pencobaan-pencobaan. Pencobaan tidak pernah datang dari
Tuhan, sebab Ia sendiri tahan uji, tahan terhadap pencobaan.
Yakobus 1:
15-16
(1:15) Dan apabila keinginan itu telah
dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia
melahirkan maut. (1:16)
Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah sesat!
Janganlah
sesat, artinya jangan sampai diseret dan dipikat oleh keinginannya sendiri.
-
“Apabila keinginan itu telah dibuahi”, ia
melahirkan DOSA.
-
“Apabila dosa itu sudah matang”, ia
melahirkan MAUT, binasa untuk selama-lamanya.
Tentu kita
semua tidak menginginkan, tidak mendambakan, tidak mengharapkan untuk akhirnya
binasa.
Sebab itu
saudara-saudaraku yang terkasih: Jangan sesat. Jangan mau diseret dan dipikat
oleh keinginan-keinginan itu sendiri, supaya jangan jatuh dalam pencobaan.
Hati-hatilah!!!
1 Timotius
6: 6-8
(6:6) Memang ibadah itu kalau disertai rasa
cukup, memberi keuntungan besar. (6:7) Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita
pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. (6:8)
Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.
“Ibadah
kalau disertai dengan rasa cukup, memberi keuntungan besar.”
Keuntungan
besar itu akan kita alami, baik untuk masa sekarang, maupun untuk masa
yang akan datang.
-
“Masa sekarang”, menunjuk;
diberkati dan dipelihara selama kita hidup di dunia ini.
-
“Masa yang akan datang”; bahagia
selama-lamanya di dalam Kerajaan Sorga.
Itulah janji
ibadah yang akan kita alami dan rasakan selama hidup beribadah di bumi.
Kalau saja
manusia tidak dikontrol oleh FIRMAN ALLAH dan tidak dikontrol oleh ROH ALLAH,
keinginan manusia itu sendiri banyak
sekali; ingin ini, ingin itu. Sampai akhirnya oleh keinginan itu, dia diseret
dan jatuh dalam berbagai pencobaan. Kalau keinginan itu sudah dibuahi, akan
melahirkan dosa, dan apabila dosa itu sudah matang, ujung-ujungnya binasa,
(menghasilkan maut).
Saya
teringat waktu Yesus di Galilea: menyampaikan firman, tetapi orang Yahudi
menuduh Dia dengan yang tidak-tidak, mereka berkata; tidak waras, gila, sampai
akhirnya Dia diseret dan hendak dilemparkan (didorong) ke jurang. Tetapi karena
Dia adalah firman Allah, maksudnya hidup-Nya dikontrol oleh firman Allah, serta
dikontrol oleh Roh Allah, maka Dia boleh menikmati kasih Allah. Belum waktu-Nya
untuk menanggung penderitaan, Dia tidak akan jatuh atau turun ke dalam jurang
maut (dunia orang mati).
Yang
terpenting di dalam beribadah dan melayani Tuhan adalah “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.”
Makanan dan
pakaian adalah dua kebutuhan yang paling dibutuhkan oleh anak-anak Kerajaan
Sorga, tidak butuh yang lain.
Sekali lagi
saya tandaskan: “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.”
Dunia ini
tidak membutuhkan dua hal itu, yang dibutuhkan oleh manusia duniawi adalah
kerajaan dunia dan kemegahannya, tetapi anak-anak Kerajaan Sorga membutuhkan makanan
dan pakaian.
-
Makanan, menunjuk;
FIRMAN ALLAH.
Inilah yang paling
kita butuhkan; firman Tuhan, makanan yang sesungguhnya, yang membuat kita kuat
dan bertahan, tidak goyah sampai Tuhan datang kembali untuk yang kedua kalinya,
sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga.
Sebab kalau kita
perhatikan Amos 8: 11, demikianlah
firman Tuhan Allah, "Aku akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini, bukan
kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan
firman Tuhan.”
Pada masa itu anak-anak
dara yang cantik-cantik dan teruna-teruna akan jatuh dan rebah.
- Pakaian, menunjuk; KASIH
ALLAH.
Kegunaan kasih
Allah:
1. “Menutupi
banyak sekali dosa”, sama artinya; mengampuni orang yang berdosa,
mengampuni orang yang bersalah, tidak ingat kesalahan-kesalahan orang lain.
Kalau orang sudah bertobat, jangan ingat lagi kesalahannya.
2. “Sebagai
pengikat yang mempersatukan dan yang menyempurnakan”...Kolose 3:14.
Kesatuan
tubuh tidak mungkin terwujud apabila hanya diikat oleh tali-tali yang lain,
baik itu tali fileo, maupun tali eros,
tidak bisa diikat oleh tali marga, tidak bisa diikat oleh tali kedudukan, tali
jabatan, tali pendidikan yang tinggi, tali harta, tidak bisa. Cepat lambat,
tali-tali semacam ini akan rapuh. Lihat orang Batak; biar sehebat apapun dia
mengikuti adat istiadatnya, misalnya; sekalipun satu marga, awalnya memang bisa
baik, tetapi akhirnya bisa putus juga.
Tetapi yang
benar ialah; “Kita harus diikat oleh tali kasih yang mempersatukan dan
menyempurnakan kita.” Jadi kasih berfungsi sebagai pengikat yang
mempersatukan dan itu juga yang menyempurnakan kehidupan kita. Kalau kita sudah
menjadi satu, berarti sempurna, sama seperti Dia sempurna adanya sebab Bapa dan
Anak adalah satu. Tidak ada yang mustahil, dimulai dari penyerahan diri kita.
Tetapi kalau masih ada gap, ada
jurang pemisah karena dosa kejahatan dan dosa kenajisan, sampai kapan pun tidak
akan menjadi sempurna.
Asal ada
makanan dan pakaian, itulah yang terpenting, sebab dua hal ini adalah kebutuhan
pokok dari anak-anak Kerajaan Sorga, hal itu tidak dibutuhkan oleh manusia
duniawi. Kebutuhan pokok manusia duniawi (manusia daging) adalah kerajaan dunia
dan kemegahannya.
Bandingan
dengan; KEINGINAN UNTUK KAYA.
1 Timotius
6: 9
(6:9) Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke
dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai
nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke
dalam keruntuhan dan kebinasaan.
Keadaan
mereka yang ingin kaya:
1.
“Terjatuh ke dalam pencobaan.”
Tetapi Yesus, ketika
Dia berada di bubungan Bait Allah (di puncak kesucian), Ia tidak mau
menjatuhkan diri dalam berbagai hal keinginan di bumi ini, Ia tidak jatuh dalam
pencobaan, sebab Ia tidak mau diseret dan dipikat oleh keinginan-keinginan
manusia, apalagi keinginan Setan.
Jadi sekali lagi
saya tandaskan: Tuhan tidak pernah mencobai manusia. Manakala kita menghadapi
pencobaan silih berganti, jangan bersungut-sungut dan jangan persalahkan Tuhan.
Kita jatuh dalam pencobaan karena banyaknya keinginan dan diseret oleh
keinginan itu.
2. “Jatuh ke
dalam jerat.”
Melepaskan diri dari
tawanan Roh (ibadah dan pelayanan), demi menikmati kebebasan dunia ini,
sebetulnya itu merupakan jerat Iblis.
3. “Jatuh ke
dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa.”
Segala
keinginan-keinginan daging manusia, itu adalah nafsu yang hampa yang
mencelakakan dan menenggelamkan manusia.
Banyak di antara
kita yang tidak dengar-dengaran, akhirnya jatuh dalam berbagai nafsu yang
hampa, dan tidak mau bertanya lagi, lebih suka bertanya kepada orang yang tidak
mengenal Pengajaran Mempelai.
Seharusnya, kita
menjadi pribadi yang dengar-dengaran sebab kita sudah digembalakan oleh
Pengajaran Mempelai. Jangan sombong sebab nafsu hampa itu membinasakan.
4. “Jatuh dalam
keruntuhan dan kebinasaan.”
Orang yang ingin
kaya, akan berujung pada kebinasaan, sebab keinginan yang dibuahi akan
melahirkan dosa, dan dosa yang matang akan melahirkan maut, dengan kata lain;
binasa.
Jadi yang
benar adalah: Dengar-dengaran serta mengikuti geraknya Pengajaran Mempelai
dalam Terangnya Tabernakel. Ikuti saja, karena sejauh ini kita sudah
digembalakan oleh Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel. Jangan turuti
dan jangan mau diseret dan dipikat oleh keinginan-keinginan sendiri.
Kalau mau
menjadi suatu kehidupan domba yang tergembala, berarti; dengar-dengaran kepada
Pengajaran Mempelai, karena di situ kita memperoleh jawaban yang pasti dari
Tuhan (digembalakan). Jangan bertanya kepada yang tidak mengenal Pengajaran
Mempelai, biar itu orang yang berilmu tinggi, sebab kita harus kembali kepada:
“Ada tertulis.”
Kelebihan
dari Pengajaran Mempelai, membuat kita dewasa rohani, sebab Pengajaran Mempelai
menggiring kita untuk senantiasa menundukkan diri kepada Kristus sebagai Kepala,
serta taat kepada kehendak Allah, itulah penyembahan yang besar, seperti Rut.
Oleh
ketajaman dari pedang Roh; berkuasa untuk mengoreksi setiap keberadaan kita,
mengoreksi hati kita yang paling dalam. Memang sakit bagi daging, tetapi
walaupun demikian: Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat, memberi
pertolongan dan memberi kesembuhan sehingga masalah selesai.
Sebab itu;
dalam mengikuti Tuhan, yakni: beribadah dan melayani Tuhan, jangan menggunakan
perasaan manusia daging, itu bukan ukuran dalam mengikuti Tuhan.
1 Timotius
6: 10
(6:10) Karena akar segala kejahatan ialah cinta
uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari
iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
Akar dari
segala kejahatan ialah cinta uang.
Ketika Yesus
tiba di Yerusalem, lalu masuk ke Bait Allah, didapati-Nya;
-
“Meja-meja
penukar uang”,
lalu Ia membalikkannya. Menunjuk bahwa; Yesus mengadakan penyucian terhadap
dosa karena cinta akan uang.
- Kemudian Ia
membalikkan “bangku-bangku pedagang
merpati”, artinya; kedudukan, harga, diri, egosentris, juga disucikan.
-
Dan juga berkaitan dengan di dapati-Nya “pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan
merpati”, inilah orang-orang yang tidak menghargai korban Kristus.
Kalau hati
menjadi tempatnya uang (cinta uang), pasti di situ ada kedudukan, yakni;
egosentris, harga diri, dan tidak hanya itu; pasti orang semacam ini tidak
menghargai korban-Nya (penjual lembu, domba, dan merpati) yakni; korban
penebusan yang menguduskan, yang membenarkan sampai menyelamatkan kita semua.
Sebab dari Alfa untuk sampai kepada Omega, di tengahnya adalah
SALIB (korban Kristus).
Tuhan
menyatakan kasih dan kemurahan-Nya kepada kita malam ini. Tuhan tidak mau
melihat kita jatuh dalam keruntuhan dan kebinasaan.
Terikat
dengan Mamon atau cinta uang, menunjukkan bahwa ia dikuasai oleh roh antikris.
Dan oleh
memburu uanglah, beberapa orang:
1.
Menyimpang dari iman.
2.
Menyiksa diri dalam berbagai-bagai duka.
Kita
bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus, sebab kita telah menerima Pengajaran
Firman Mempelai dalam Terang Tabernakel yang terus menerus menunjukkan jalan
keselamatan itu bagi kita.
1 Korintus
10: 14-15
(10:14) Karena itu, saudara-saudaraku yang
kekasih, jauhilah penyembahan berhala! (10:15) Aku berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah
sendiri apa yang aku katakan!
“Jauhilah
penyembahan berhala.” Jangan mau diseret oleh berhala-berhala
apapun di dunia ini. Segala sesuatu yang melebihi dari Tuhan, termasuk
keinginan ini dan itu, itu merupakan berhala. Lepaskan diri dari penyembahan
berhala.
Hal ini kita
terima sebagai pernyataan yang tegas, sebagaimana Rasul Paulus berbicara kepada
jemaat di Korintus dengan bijaksana, sebab itu; pertimbangkanlah sendiri apa
yang sudah kita terima malam ini.
Belajarlah
untuk berlaku bijaksana, sama seperti Rut; ia menyembah dengan mukanya
sampai ke tanah, sebagai tanda ketundukannya dan kerendahan
hatinya.
1 Yohanes 5:
20
(5:20) Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah
telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita
mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam Anak-Nya
Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal.
Tuhan sudah
mengaruniakan pengertian kepada kita, lewat salib Kristus. Pendeknya, oleh
salib di Golgota, kita memiliki hikmat
Allah dan kekuatan Allah.
Tujuannya:
Supaya kita mengenal Yang Benar. Jangan kita mengenal yang tidak benar. Jangan
kita mau menerima pengertian-pengertian yang tidak benar dari manusia.
Jangan bebal
(jangan keras hati), jangan keras kepala, (jangan bertahan dengan sifat
manusiawi), tetapi terimalah pengertian Yang Benar dan yang mulia dari sorga.
Belajar seperti Rut; dewasa dan tunduk dihadapan Kristus, sebagai Kepala.
1 Yohanes 5:
21
(5:21) Anak-anakku, waspadalah terhadap
segala berhala.
“Waspadalah terhadap segala berhala.”
Waspadalah
terhadap berhala-berhala apapun di atas muka bumi ini, supaya kita jangan jatuh
dalam berbagai-bagai pencobaan.
Tadi kita
sudah melihat; Ketika jalan yang baru itu terbuka, kita mempunyai keberanian
untuk berada di tempat kudus. Sebagai tanda bahwa; “Kita mempunyai seorang
Imam Besar dan sebagai Kepala Rumah Tuhan.”
Ibrani 4:
14-15
(4:14) Karena kita sekarang mempunyai Imam
Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah,
baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. (4:15) Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar
yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama
dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
Yesus, Anak
Allah, Dia itu Imam Besar yang sangat mengerti, yang sangat merasakan segala
keluhan-keluhan. Kita butuh Imam Besar yang seperti ini sekaligus Kepala Gereja
(Kepala Rumah Tuhan), yang memimpin penyembahan kita untuk sampai ke hadirat
Tuhan. Dia tahu keadaan kita, Dia mengerti yang kita rasakan, Dia sama seperti
manusia. “Dia sudah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”
Tadi kita
sudah melihat beberapa pernyataan ular itu;
1. "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah
supaya batu-batu ini menjadi roti."
Jawab
Yesus: "Ada tertulis: Manusia hidup
bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari
mulut Allah."
Kita
hidup bukan karena makanan, tetapi
kita hidup oleh karena firman yang keluar dari mulut Allah.
2. Tidak
berhenti sampai di situ, Iblis membawa Yesus ke Kota Suci dan menempatkan Dia
di bubungan Bait Allah.
Kata
Iblis: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah
diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan
malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas
tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."
Jawab
Yesus: "Ada pula tertulis: Janganlah
engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"
Untuk
peperangan yang kedua ini, Yesus kembali berkemenangan, tetapi Setan tidak mau
tinggal diam.
3. Lalu
terjadi lagi peperangan yang ketiga. Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang
sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya.
Kata
Iblis: "Semua itu akan kuberikan
kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."
Jawab
Yesus: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada
tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia
sajalah engkau berbakti!"
Dalam
peperangan yang ketiga ini, Yesus berkemenangan, karena kuasa dari doa
penyembahan sebab Yesus sendiri berkata kepada ular (iblis) itu: “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan
hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”. Oleh penyembahan yang besar
atau Mezbah Dupa yang besar, gereja Tuhan akan bebas dan terlepas dari daya
tarik bumi, yakni; kemegahan dan kerajaan dunia.
Yesus selalu
kembali kepada firman dan berkata; “Ada
tertulis”, itu sebabnya Dia selalu berkemenangan.
Oleh sebab
itu, saya tidak mengeluh walaupun harus menyembah berjam-jam di kaki salib
untuk menantikan pembukaan firman Tuhan, karena Tuhan sendiri sedang memimpin
penyembahan kita untuk selanjutnya dibawa kepada hadirat Tuhan.
Kita harus
hidup dalam doa penyembahan yang besar untuk memimpin sidang jemaat dan
selanjutnya dibawa masuk sampai ke hadirat Tuhan, dan itu dimulai dari diri
kita.
Dia telah
dicobai, hanya tidak berbuat dosa, itulah bukti bahwa Dia memiliki dua tanda
besar, yaitu:
1. FIRMAN
ALLAH yang besar.
2. ROH
ALLAH.
Tuhan
menghendaki penyembah-penyembah yang benar, yaitu menyembah Allah dalam Roh dan
kebenaran. Mengapa demikian? Sebab Allah itu adalah: Roh.
Ibrani 4: 16
(4:16) Sebab itu marilah kita dengan penuh
keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat
dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada
waktunya.
Mari kita
menghampiri takhta kasih karunia, berarti; tekun dalam 3 (tiga) macam ibadah
pokok. Pendeknya, hidup dalam penyembahan yang besar, menjadi mezbah dupa
besar, “supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia”, yaitu
kemurahan hati Tuhan, sehingga dengan demikian; kita mendapatkan pertolongan
pada hari Tuhan, tidak binasa.
Tetapi
jangan juga menyembah namun masih mempertahankan sifat manusiawi, yakni;
kekerasan hati, itu tidak benar. Menyembah itu berarti; menyerahkan diri, sama
seperti Yesus berseru: “Eli, Eli, lama
sabakhtani”, lalu Ia menyerahkan nyawa-Nya, maka tabir Bait Suci terbelah
dua dari atas sampai ke bawah.
Kita butuh
Imam Besar seperti ini untuk memimpin doa penyembahan kita, dibawa masuk sampai
ke hadirat Tuhan, menembusi tirai, bertemu dengan Tabut Perjanjian, dengan lain
kata; berada dalam Kerajaan Sorga, bahagia sampai selama-lamanya.
Haleluya..Puji Tuhan.
Matius 4: 1
(4:1) Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun
untuk dicobai Iblis. (4:2)
Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam,
akhirnya laparlah Yesus.
Kehidupan
yang mau dipimpin dan dikuasai sepenuhnya oleh Roh Tuhan;
1.
Rela menderita, rela dicobai.
2. Berpuasa 40
(empat puluh) hari dan 40 (empat puluh) malam, artinya; berkuasa sampai
tamatnya daging.
Angkat 40 (empat
puluh), menunjuk; tamatnya daging.
Kesimpulannya:
Orang yang mau dipimpin Roh; rela dicobai sampai tamatnya daging.
Itulah
kehidupan yang dikuasai oleh Roh, berarti; mau beribadah dan mau melayani, itu
kehidupan yang didorong oleh Roh Tuhan.
Kita ini
adalah Bait Allah, kegunaannya: sebagai tempat Roh Allah, dan oleh Roh itu kita
boleh beribadah, oleh Roh itu kita melayani, dengan kata lain ada aktivitas,
itulah Bait Allah yang hidup.
Matius 4: 3
(4:3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata
kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu
ini menjadi roti."
Ajaran Setan
adalah batu menjadi roti. Jika “batu”
berubah menjadi “roti” = mujizat.
Kalau di
tengah-tengah ibadah pelayanan itu salib tidak ditegakkan, hanya bicara soal
mujizat-mujizat, itu adalah ajaran Setan. Hati-hati, jangan diseret oleh
keinginan. Kalau hanya menginginkan ibadah semacam itu, jangan mau diseret oleh
keinginan semacam itu, sebab itu adalah ibadah yang keliru (ibadah palsu).
Ibadah yang
benar adalah: Rela menderita pikul salib, sampai tamatnya daging. Tolak ajaran
Setan, yaitu menegakkan mujizat namun mengabaikan salib.
Dalam Rut 2: 10-11, Rut mendapatkan “belas
kasihan” dan Rut mendapatkan “pujian” dari Boas, dan itu merupakan perhatian
dari Boas rohani, yaitu Tuhan Yesus Kristus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga.
Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment