IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 29 AGUSTUS 2019
KITAB RUT
(Seri: 63)
Subtema: MENJADI MAHKOTA KEAGUNGAN & SERBAN KERAJAAN DI TANGAN ALLAH.
Shalom.
Selamat
malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi setiap kehidupan kita, dan
biarlah kiranya Tuhan melawat setiap kehidupan kita, melawat hidup, ibadah,
pelayanan, nikah, dan rumah tangga kita.
Saya juga
tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, bahkan hamba-hamba Tuhan yang
sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, video internet Youtube, Facebook, Tuhan memberkati
di manapun anda berada.
Segera saja
kita sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari KITAB
RUT.
Rut 2: 10
(2:10) Lalu sujudlah Rut menyembah dengan
mukanya sampai ke tanah dan berkata kepadanya: "Mengapakah aku
mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal
aku ini seorang asing?"
Perhatikan
kalimat: “Lalu sujudlah Rut menyembah
dengan mukanya sampai ke tanah”
Menyembah
menunjukkan, bahwa; gereja Tuhan sudah sampai pada puncak kerohanian.
Menyembah
adalah sikap dari mempelai perempuan
yang tunduk kepada Kristus, sebagai Mempelai Laki-Laki
Sorga.
Efesus 5:
22-26
(5:22) Hai isteri, tunduklah kepada
suamimu seperti kepada Tuhan, (5:23)
karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus
adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. (5:24) Karena itu sebagaimana jemaat
tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala
sesuatu. (5:25) Hai suami, kasihilah
isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan
diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya,
sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman,
Seorang isteri wajib tunduk kepada suaminya dalam
segala sesuatu, sebab suami adalah kepala isteri.
Persamaannya;
demikian juga jemaat harus tunduk kepada Kristus, karena Kristus adalah Kepala jemaat.
Sedangkan
pengertian dari Kepala di sini mengarah kepada penyelamatan kepada tubuh
(gereja Tuhan), sebab hanya Kristus yang berkuasa untuk mengerjakan pengudusan
atas gereja Tuhan, lewat kuasa firman dan kuasa Roh-El Kudus.
1 Petrus 3:
1-2
(3:1) Demikian juga kamu, hai isteri-isteri,
tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat
kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya,
(3:2) jika mereka melihat, bagaimana
murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.
Ketundukan
merupakan kemurnian dan kesalehan dari seorang isteri.
Keuntungannya
adalah menjadi kesaksian yang hidup dan berkuasa.
Wujud
kesaksian yang hidup dan berkuasa: Tanpa perkataan memenangkan orang-orang yang
tidak taat kepada firman.
Jadi,
peranan dari seorang isteri di dalam kesalehan dan kemurniannya itu besar
sekali untuk mendongkrak dan menopang pelayanan dalam satu penggembalaan.
Berkaitan
dengan itu, kita perhatikan Yesaya 62.
Yesaya 62:
1-2
(62:1) Oleh karena Sion aku tidak dapat berdiam
diri, dan oleh karena Yerusalem aku tidak akan tinggal tenang, sampai kebenarannya
bersinar seperti cahaya dan keselamatannya menyala seperti suluh. (62:2) Maka bangsa-bangsa akan melihat kebenaranmu,
dan semua raja akan melihat kemuliaanmu, dan orang akan menyebut engkau
dengan nama baru yang akan ditentukan oleh TUHAN sendiri.
Ketundukan
seorang isteri akan bersinar seperti cahaya dan menyala seperti suluh, sehingga
kemurnian dan kesalehan seorang isteri bagaikan kebenaran dan kemuliaan yang
dapat dilihat oleh bangsa-bangsa dan raja-raja, maka orang akan menyebut
seorang isteri yang tunduk itu dengan nama baru yang ditentukan oleh Tuhan
sendiri.
Nama baru
menunjukkan hidup baru, ciptaan baru di dalam Kristus Yesus, dan orang tidak
akan melihat nama yang lama, nama yang dicemari dengan dosa kejahatan dan dosa
kenajisan.
Yesaya 62: 3
(62:3) Engkau akan menjadi mahkota keagungan
di tangan TUHAN dan serban kerajaan di tangan Allahmu.
Oleh karena
ketundukan itu, mempelai wanita Tuhan menjadi:
1.
Mahkota keagungan di tangan Tuhan.
2.
Serban kerajaan di tangan Allah.
Kita akan
memeriksa dua hal di atas diawali dengan: MAHKOTA
KEAGUNGAN DI TANGAN TUHAN.
Amsal 12: 4
(12:4) Isteri yang cakap adalah mahkota
suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan
tulang suaminya.
Isteri yang
cakap adalah mahkota suaminya, menunjuk seorang isteri (gereja Tuhan) yang
tunduk kepada Kristus, sebagai Kepala = kemurnian dan kesalehan seorang isteri
sebagai kesaksian yang hidup dan berkuasa.
Gereja Tuhan
menjadi mahkota keagungan di tangan Tuhan karena ketundukan gereja kepada
Kristus sebagai Kepala.
Sebaliknya,
seorang isteri yang tidak tunduk membuat malu suaminya, persamaannya adalah
seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya.
Tulang yang
busuk di dalam raga ini tidak dapat dilihat oleh mata manusia, namun itu
menjadi suatu penderitaan yang hebat bagi suami. Manusia hanya melihat apa yang
di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.
Ini
pelajaran yang baik supaya terwujud kesatuan tubuh, yaitu tubuh mempelai dengan
ketundukannya kepada Kristus, sebagai Kepala, sehingga menjadi mahkota keagungan
di tangan Tuhan.
Kemudian
kita akan melihat tentang: SERBAN
(KULAH) KERAJAAN DI TANGAN ALLAH.
Keluaran 28:
36-38
(28:36) Juga haruslah engkau membuat patam
dari emas murni dan pada patam itu kauukirkanlah, diukirkan seperti
meterai: Kudus bagi TUHAN. (28:37)
Haruslah patam itu engkau beri bertali ungu tua, dan haruslah itu dilekatkan
pada serban, di sebelah depan serban itu. (28:38) Patam itu haruslah ada pada dahi Harun, dan Harun harus
menanggung akibat kesalahan terhadap segala yang dikuduskan oleh orang Israel,
yakni terhadap segala persembahan kudusnya; maka haruslah patam itu tetap ada
pada dahinya, sehingga TUHAN berkenan akan mereka.
Perintah
Tuhan untuk membuat serban di kepala Harun dari lenan halus. Perintah Tuhan
juga harus membuat patam atau jamang, lalu dilekatkan pada serban di sebelah
depan serban itu tepat di dahi Imam Besar.
Adapun patam
(jamang) itu terbuat dari emas, kemudian diukirkan dengan tulisan: “Kudus bagi Tuhan” dan itu merupakan
sebagai meterai.
Mari kita
lihat pengertiannya secara rohani di dalam Wahyu.
Wahyu 7: 3
(7:3) katanya: "Janganlah merusakkan bumi
atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah
kami pada dahi mereka!"
Di dahi dari
pada milik kepunyaan Tuhan atau hamba-hamba Tuhan terdapat meterai Allah, dan
itu merupakan jaminan, sehingga pada saat bumi, laut dan pohon-pohonan dirusak,
mereka yang menjadi milik kepunyaan Allah terselamatkan; dipelihara, dibela
oleh Tuhan, menjadi serban kerajaan di tangan Allah.
Wahyu 14: 1
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba
berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat
ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama
Bapa-Nya.
Di dahi
orang-orang yang dimeteraikan itu tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya. Adapun
jumlah mereka yang dimeteraikan itu ialah 144.000 (seratus empat puluh empat
ribu) orang, inilah inti dari mempelai wanita Tuhan.
Berarti,
benar sekali bahwa serban kerajaan ada di tangan Allah.
Wahyu 22: 4
(22:4) dan mereka akan melihat wajah-Nya,
dan nama-Nya akan tertulis di dahi mereka.
Selain
melihat wajah-Nya, nama Tuhan juga tertulis di dahi mereka, 144.000 (seratus
empat puluh empat ribu) orang yang telah dimeteraikan itu. Sedangkan kedudukan
mereka, ialah; berdiri di bukit Sion bersama Anak Domba Allah.
Jadi jelas,
serban kerajaan ada di tangan Allahnya.
Wahyu 3: 12
(3:12) Barangsiapa menang, ia akan
Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allah-Ku, dan ia tidak akan
keluar lagi dari situ; dan padanya akan Kutuliskan nama Allah-Ku, nama
kota Allah-Ku, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari Allah-Ku,
dan nama-Ku yang baru.
Di dahi dari
milik kepunyaan Allah tertulis nama Allah-Nya dan nama kota Allah-Nya, serta
nama-Nya yang baru.
Di dahi
mempelai wanita Tuhan, ditulis nama Allah dengan firman-Nya, maupun pribadi-Nya
tidak terpisahkan lagi, demikian juga dengan hati dan pikiran kita harus
tertulis nama-Nya, yaitu firman-Nya.
Jadi,
seluruh alam pemikiran ini tidak terpisahkan dari:
-
Dari nama Allah-Nya.
-
Dari nama kota Allah-Nya, itulah Yerusalem baru.
-
Dari nama-Nya yang baru, itulah firman Allah.
Itu saja
yang tersirat di dalam hati dan pikiran ini, berarti menjadi serban kerajaan di
tangan Allahnya.
Wujud apabila patam emas dilekatkan di
sebelah depan (di dahi):
1.
Menjadi sokoguru di dalam Bait Suci
Allahnya.
2.
Ia tidak akan keluar lagi dari situ.
Yang sudah
melayani pekerjaan Tuhan, jangan lagi tinggalkan ibadah pelayanan, pertahankan
ibadah pelayanan ini, hargai penggembalaan ini lebih dari harta, uang, pekerjaan,
dari kesibukan-kesibukan, dari segala perkara-perkara lahiriah di atas muka
bumi ini.
Mengenai: SOKOGURU DI DALAM BAIT SUCI ALLAH.
Berarti,
menjadi keluarga Allah di dalam Kristus Yesus.
Kita semua,
terkhusus sidang jemaat GPT “BETANIA” disebut keluarga Allah di dalam Kristus
Yesus.
Mari kita
lihat KELUARGA ALLAH lebih rinci.
1 Timotius
3: 14-16A
(3:14) Semuanya itu kutuliskan kepadamu, walaupun
kuharap segera dapat mengunjungi engkau. (3:15)
Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup
sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang
penopang dan dasar kebenaran. (3:16)
Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: "Dia, yang telah menyatakan
diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya
kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak
mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan."
Yang disebut
dengan keluarga Allah adalah jemaat dari Allah yang hidup, yaitu sidang jemaat Allah yang hidup.
Wujudnya
ialah menjadi tiang penopang yang
sudah terpancangkan di dalam rumah Tuhan, berarti; mengerti bahkan terbeban
dengan pekerjaan Tuhan = serban kerajaan itu ada di tangan Allah.
Berarti,
kalau sidang jemaat belum mengerti keberadaan ibadah pelayanan ini, umpamanya:
menjalankan ibadah Taurat (ibadah lahiriah), prakteknya; mulut memuliakan Tuhan
tetapi batinnya jauh dari Tuhan, maka dia ini belum disebut keluarga Allah,
belum disebut sidang jemaat Allah yang hidup.
Jangan berhitung-hitung
dengan tenaga, dengan pikiran, dengan waktu, dengan uang, dengan materi kalau
mau disebut keluarga Allah atau jemaat Allah yang hidup, dia harus menjadi
tiang penopang yang dipancangkan (ditanamkan) di dalam rumah Tuhan, itulah
dasar kebenaran. Kalau belum, itu bukan dasar kebenaran.
Inilah yang
dimaksud dengan rahasia ibadah yang harus kita kerjakan. Dengan demikian,
betapa agung dan mulianya rahasia ibadah kita ini.
Selanjutnya,
selain menjadi sokoguru: IA TIDAK AKAN
KELUAR LAGI DARI SITU.
Dalam
kesempatan Ibadah Doa Penyembahan dua hari yang lalu, terlihat dengan jelas
pemaparan beberapa golongan yang awalnya sudah berada di dalam, namun akhirnya
ia tinggal di luar, tidak diberi kesempatan untuk masuk ke dalam.
GOLONGAN
YANG PERTAMA.
Matius 7: 21-23, ini adalah “golongan
yang berseru dengan menyebut nama Tuhan”, maksudnya, mereka itu;
-
Bernubuat demi nama Tuhan.
-
Mengusir Setan demi nama Tuhan.
-
Mengadakan banyak mujizat demi nama Tuhan.
Namun pada
hari Tuhan, Ia akan berterus terang dan berkata: “Aku tidak pernah mengenal kamu!”, selanjutnya Tuhan berkata: “Enyahlah
dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Berarti,
golongan yang berseru kepada Tuhan ini awalnya sudah berada di dalam, namun
akhirnya tinggal di luar, tidak diberi kesempatan untuk masuk ke dalam.
GOLONGAN
YANG KEDUA.
Matius 25: 1-13, ini adalah “golongan
yang tidak berjaga-jaga”, tidak menghargai minyak urapan yang turun
mengalir dari sorga, bagaikan lima gadis yang bodoh, mereka membawa pelita,
tetapi tidak membawa minyak di dalam buli-buli sebagai persediaan (reserve).
Kalau saat
ini kita berada di tempat kudus lewat pertemuan-pertemuan ibadah kita, itu
merupakan kemurahan hati Tuhan, sebab lewat pertemuan-pertemuan ibadah ini,
kita boleh merasakan pengurapan dari Allah Roh Kudus turun mengalir dalam
setiap kehidupan kita.
Banyak
anak-anak Tuhan belum mengerti tentang pertemuan-pertemuan ibadah, belum
mengerti tentang ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok. Jadi, kalau kita
tidak menghargai pertemuan-pertemuan ibadah ini, sama dengan melanggar
kekudusan tempat kudus Allahnya, jatuh dalam berbagai dosa, tidak menghargai
minyak urapan yang turun mengalir dari sorga.
Pengurapan
itu bukan datang dari mana-mana. Biar berjuta-juta kali seorang hamba Tuhan
meneteskan minyak di atas kepala sidang jemaat, itu bukan pengurapan, jangan
salah mengerti. Setelah kita melihat kejadian-kejadian di berbagai-bagai
pelayanan, itu adalah cara Setan untuk menyesatkan penggembalaan.
GOLONGAN
YANG KETIGA.
Lukas 15: 25-32, ini adalah “golongan
yang tidak menghargai kasih Allah Bapa” di dalam Kristus Yesus yang telah
mengadakan pendamaian dosa, bagaikan anak yang sulung berada di ladang Tuhan,
tetapi tidak mau mengampuni dan tidak mau menerima kelemahan yaitu; kenajisan
adiknya. Padahal ketika anak sulung itu pulang dari ladang dan sudah dekat
rumahnya, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian, artinya; bukan
saja diberi kesempatan melayani di ladang Tuhan, tetapi anak sulung ini juga
sudah mendengar dan sudah mendapatkan pembukaan rahasia firman.
Lukas 15: 25
(15:25) Tetapi anaknya yang sulung berada di
ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi
seruling dan nyanyian tari-tarian.
Anak sulung
bukan hanya diberi kesempatan melayani di ladang Tuhan, tetapi ia juga sudah
mendapatkan pembukaan rahasia firman.
Seruling
adalah alat musik yang tidak berjiwa, sama seperti gong yang berkumandang;
kalau gong dipukul, ia akan mengeluarkan bunyi dan suara, dan kalau dipukul
kembali ia akan mengeluarkan bunyi dan suara yang sama, tidak akan mengeluarkan
bunyi yang berbeda-beda, tidak akan mengeluarkan nada tinggi dan nada rendah.
Tetapi
dengan adanya nyanyian tari-tarian, berarti seruling ini mengeluarkan bunyi
yang berbeda-beda, ada nada tinggi, ada nada rendah, sehingga orang yang
mendengarkannya tahu lagu apa yang dimainkannya, itulah yang disebut pembukaan
firman.
Lukas 15:
26-28
(15:26) Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan
bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. (15:27) Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah
menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. (15:28) Maka marahlah anak sulung itu
dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.
Anak yang
sulung itu sudah mendengarkan pembukaan rahasia firman, tetapi ia masih saja
bertanya kepada salah seorang hamba itu dan berkata: “apa arti semuanya itu”
Banyak kali
kita mendengar dan mendapat pembukaan rahasia firman yang luar biasa untuk
memberi suatu pengertian yang luar biasa, sehingga kita pun bisa melakukan hal
yang luar biasa di hadapan Tuhan di dalam hal bertindak, di dalam hal
berkata-kata, di dalam hal berkorban, semuanya bisa menjadi luar biasa kalau
kita mau menghargai pembukaan rahasia firman yang luar biasa. Tetapi di sini
kita perhatikan, anak sulung itu masih bertanya: “apa arti semuanya itu.” Seolah-olah segala sesuatu yang kita
kerjakan ini tidak berarti, padahal kita melakukan semuanya ini karena kita
sudah terlebih dahulu mendapatkan pembukaan firman, namun kita masih berkata: “apa arti semuanya itu”, ini adalah
kebodohan yang luar biasa, yang tidak habis pikir.
Dia ini anak
sulung tetapi sikapnya kanak-kanak. Sudah mendengar dan mendapatkan pembukaan
firman, tetapi berkata-kata masih seperti kanak-kanak, merasa
masih seperti kanak-kanak, berpikir masih juga seperti kanak-kanak.
Anak-anak tidak menghargai pembukaan rahasia firman, padahal pembukaan rahasia
firman itu memberi suatu pengertian yang luar biasa, supaya kita dapat
melakukan hal-hal yang luar biasa di hadapan Tuhan.
Tidak
berhenti sampai di situ, pada ayat 28, karena anak sulung itu tidak mau
masuk, ayahnya pun keluar, dengan lain kata menghampiri anak sulung itu.
-
Tuhan Yesus Kristus adalah Bapa kita, dan kita adalah
anak-anaknya, bukan? Dia telah keluar meninggalkan sorga yang mulia, turun ke
dunia orang mati untuk menghampiri kehidupan manusia yang berdosa, manusia yang
hina, manusia yang papah ini (najis dan jahat) bagaikan debu tanah. Apa respon,
apa tindakan kita? Masihkah tetap keras hati, angkuh, sombong, tidak tahu diri?
-
Yesus Anak Allah disalibkan atau rela menderita di luar
Pintu Gerbang. Salib yang kasar itu telah ditancapkan di bukit Golgota untuk
menebus dosa dan menyucikan kehidupan kita masing-masing dari segala jenis dosa.
Bagaimana respon kita? Apakah masih tetap mengeraskan hati dan berkata; apa
arti semuanya ini?
Tetapi anak
sulung ini tetap mengeraskan hati. Sudah diberi kesempatan melayani di ladang
Tuhan, kemudian mendapatkan pembukaan firman (bunyi seruling dengan nyanyian
tari-tarian), tetapi juga masih mengeraskan hati.
Bapa sudah
keluar menghampiri kita, bagaimana respon kita?
Lukas 15:
23-24, 27
(15:23) Dan ambillah anak lembu tambun itu,
sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. (15:24) Sebab anakku ini telah mati dan
menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka
bersukaria. (15:27) Jawab
hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu
tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat.
Anak lembu
tambun telah disembelih, menggambarkan bahwa sebagai Imam Besar Agung, Yesus,
Anak Allah telah mengadakan pendamaian dosa. Kita harus bersukacita dengan
pendamaian dosa yang dikerjakan oleh
Yesus, Anak Allah, bahkan Dia menjadi naungan terhadap peti dari tabut
perjanjian itu, sehingga Tuhan tidak lagi melihat kelemahan-kelemahan oleh
karena hukum dan Taurat itu sendiri.
Pada ayat
23-24, Yesus telah mengadakan pendamaian dosa 2.000 (dua ribu) tahun yang
lalu. Kalau pun itu masih kurang jelas untuk dimengerti, pekerjaan pendamaian
terhadap dosa yang telah dikerjakan oleh Yesus itu telah dijelaskan kembali
dengan benar oleh salah seorang hamba itu pada ayat 27, hamba itu
berkata; “Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tuangan.
Malam ini, Yesus sebagai hamba Tuhan, telah menjelaskannya kembali kepada kita
tentang pendamaian dosa yang telah Ia kerjakan di atas kayu salib 2000 tahun
lalu??? Apakah hal itu masih kurang jelas bagi kita? Kurang apa baiknya Tuhan
kepada kita?
Kita yang
kurang banyak melakukan yang baik sebab kita hitung-hitungan dalam hal
berkorban, padahal sudah tahu dan sudah mengerti.
Kita akan
kembali melihat penjelasan: Ia tidak akan keluar lagi dari situ.
Wahyu 3: 7-8
(3:7) "Dan tuliskanlah kepada malaikat
jemaat di Filadelfia: Inilah firman dari Yang Kudus, Yang Benar, yang
memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat
menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka. (3:8) Aku tahu segala pekerjaanmu:
lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorang
pun. Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti
firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku.
Yang
memegang kunci Daud ialah Yesus, Anak Allah, sehingga:
-
Apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutupnya.
-
Apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka.
Yesus, Anak
Allah, Dia yang menentukan segala sesuatu karena Dia yang memegang kunci Daud.
Maka kita tidak bisa menentukan segala sesuatu yang terjadi di dalam
penggembalaan ini, sebab kehendak-Nya yang jadi.
Dalam hal
ini, Tuhan telah membuka pintu bagi sidang jemaat di Filadelfia yang tidak
dapat ditutup oleh siapa pun juga. Kalau Tuhan sudah membuka pintu bagi kita
untuk tetap tinggal di dalamnya, tidak ada yang dapat menutupnya, dan kalau
kita sudah tinggal di dalamnya, tidak keluar lagi dari situ, karena Tuhan yang
memegang kunci Daud.
Fungsi kunci
adalah membuka dan menutup. Kepada siapa Dia membuka, maka dia akan masuk ke
dalamnya dan tidak keluar lagi dari situ. Kepada siapa Dia menutup, maka tidak
ada yang dapat membukanya.
Ciri-ciri kepadanya dipercayakan kunci
Daud.
1.
Menuruti firman Allah yang hidup.
2.
Tidak menyangkal nama Tuhan.
Padahal
kalau kita perhatikan keadaan dari sidang jemaat di Filadelfia ini, Tuhan
sendiri berkata: “Aku tahu bahwa
kekuatanmu tidak seberapa.” Jadi di dalam hal melayani pekerjaan Tuhan,
tidak harus mengandalkan kekuatan manusia, sebab kita datang melayani pekerjaan
Tuhan, bukan karena gagah, hebat, dan keperkasaan, namun kita melayani Tuhan
oleh karena Roh Tuhan.
Di hadapan
Zerubabel, gunung yang besar dan tinggi menjadi tanah rata, artinya; tidak ada
sandungan-sandungan karena kita melayani bukan dengan mengandalkan kekuatan,
namun kita melayani oleh karena Roh Tuhan.
Demikian
halnya sidang jemaat di Filadelfia; kekuatan mereka tidak seberapa, berarti
mereka melayani oleh karena Roh Tuhan.
Perlu untuk
diketahui:
1.
Jangan kita malu apabila manusia lahiriah
kita merosot.
2.
Jangan kita malu apabila harus menderita
karena sengsara salib dan menderita karena aniaya firman.
Dengan
demikian, kita tidak akan pernah menyangkal nama Tuhan dan akan berhasil dalam
segala sesuatu yang kita kerjakan dalam mengerjakan pekerjaan Tuhan ini.
Zakharia 3:
5-8
(3:5) Kemudian ia berkata: "Taruhlah serban
tahir pada kepalanya!" Maka mereka menaruh serban tahir pada kepalanya
dan mengenakan pakaian kepadanya, sedang Malaikat TUHAN berdiri di situ. (3:6) Lalu Malaikat TUHAN itu memberi
jaminan kepada Yosua, katanya: (3:7)
"Beginilah firman TUHAN semesta alam: Apabila engkau hidup menurut jalan
yang Kutunjukkan dan melakukan tugas yang Kuberikan kepadamu, maka engkau akan memerintah
rumah-Ku dan mengurus pelataran-Ku, dan Aku akan mengizinkan
engkau masuk ke antara mereka yang berdiri melayani di sini. (3:8) Dengarkanlah, hai imam besar
Yosua! Engkau dan teman-temanmu yang duduk di hadapanmu -- sungguh kamu
merupakan suatu lambang. Sebab, sesungguhnya Aku akan mendatangkan hamba-Ku,
yakni Sang Tunas.
Pada
akhirnya, serban tahir ditaruh di kepala imam besar Yosua, artinya; menjadi
serban kerajaan di tangan Allah.
Jaminan dari
malaikat Tuhan kepada imam besar Yosua setelah serban tahir ditaruh di
kepalanya ialah:
1.
Imam besar Yosua diijinkan untuk memerintah di rumah
Tuhan.
2.
Diijinkan untuk mengurus pelataran-Nya.
3.
Masuk atau berada di antara mereka yang berdiri
melayani Tuhan.
Kesimpulannya,
diberi kesempatan dan dipercayakan suatu pekerjaan yang agung dan
mulia, sebab kedudukan dari kerajaan imam itu sangat tinggi dan istimewa.
Oleh sebab itu, jangan bermain-main di dalam melayani pekerjaan Tuhan ini.
Kalau Tuhan sudah memberi kesempatan dan memberi kepercayaan yang besar, agung,
dan mulia, jangan bermain-main dengan cara hidup yang jahat dan najis, jangan
juga bermain-main karena terikat dengan perkara lahiriah, sibuk dengan urusan
di dunia ini, itu manusia duniawi yang hidup secara manusiawi (kedagingan).
Diberi
kesempatan dan dipercayakan tugas yang mulia, syaratnya imam besar Yosua harus:
1.
Hidup menurut jalan yang Tuhan tunjukkan,
berarti; tidak menyimpang ke kiri dan ke kanan.
2.
Tidak lalai melakukan tugas yang Tuhan
berikan kepada imam besar Yosua, berarti; bertanggung jawab, tidak
menunda-nunda pekerjaan Tuhan dan setia.
Inilah
keberadaan dari pada Rut: “SUJUDLAH IA MENYEMBAH DENGAN MUKANYA SAMPAI KE
TANAH.”
Menyembah
itu adalah tanda ketundukan mempelai wanita kepada Kristus, sebagai Mempelai
Pria Sorga, sehingga nanti menjadi mahkota keagungan bagi Tuhan serta serban
kerajaan di tangan Allah.
Isteri yang
cakap adalah betul-betul mahkota suami, tetapi isteri yang tidak tunduk,
membusukkan tulang suaminya. Tulang yang busuk tidak ada yang tahu, itulah
penderitaan seorang suami kalau seorang isteri tidak tunduk, alias tubuh
menjadi liangnya serigala dan sarangnya burung.
Praktek dewasa rohani.
1 Korintus
13: 11-13
(13:11) Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata
seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti
kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat
kanak-kanak itu. (13:12) Karena
sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi
nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan
tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku
sendiri dikenal. (13:13) Demikianlah
tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih,
dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.
Dewasa
rohani dibuktikan di dalam:
1.
Tutur kata
yang dewasa.
Berarti, tutur kata menjadi berkat, tidak menjadi kutuk.
2.
Perasaan
yang dewasa.
Berarti, peka terhadap hal-hal yang benar, yang suci dan mulia, tidak peka
terhadap demon-demon dari roh jahat dan demon-demon dari roh najis yang di
sekitar.
3.
Pemikiran
yang dewasa.
Maksudnya, cepat tanggap hal di dalam melayani pekerjaan Tuhan, cepat mengerti
apa yang harus dikerjakan untuk Tuhan, apa yang harus diperbuat untuk
menyukakan hati Tuhan di dalam hal mengorbankan tenaga, pikiran, waktu bahkan
uang dan materi sekalipun. Tetapi kalau kanak-kanak dalam berpikir; biar sudah
tahu, tetapi pura-pura tidak tahu.
Kemudian,
kehidupan yang dewasa rohani itu memiliki tiga perkara (ayat 13);
1.
Iman, artinya;
percaya walaupun tidak melihat. Dengan iman kita percaya bahwa langit bumi dan
segala isinya diciptakan oleh firman Allah. Kemudian oleh iman yang sama,
Abraham percaya terhadap janji Allah bahwa dia menjadi bapa bagi banyak bangsa
seperti bintang di langit dan pasir di tepi laut. Sekalipun tidak ada dasar
untuk berharap terhadap janji Tuhan, namun dia tetap percaya, dia tidak bimbang
oleh karena ketidakpercayaan.
- Umur Abraham
sudah 100 (seratus) tahun, sudah mati pucuk (dalam bahasa medis: lemah sawat).
- Sara,
isterinya, sudah mandul, tidak mungkin untuk menurunkan anak bagi Abraham.
Tetapi
tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, inilah kehidupan yang dewasa rohani
memiliki iman.
2.
Pengharapan. Perlu
untuk diketahui, pengharapan itu bagaikan sauh (jangkar kapal) yang kuat yang
dilabuhkan sampai ke Ruangan Maha Suci, sehingga kalau sauh ini dilabuhkan,
sekalipun ada gelombang lautan dan badai, dia tetap kokoh, tidak akan berpindah
ke tempat lain.
3.
Kasih. Itulah
yang terbesar. Kegunaan kasih:
- “Menutupi
banyak sekali dosa.” Jangan kita seperti anak sulung; ada di ladang Tuhan,
tetapi tidak mengampuni kesalahan orang lain.
-
“Sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.”
Kita sudah
melihat Bait Suci Allah, dimulai dari Ruangan Suci sampai kepada Ruangan Maha
Suci terdiri dari dua puluh papan jenang, panjangnya 10 (sepuluh) hasta,
lebarnya 1.5 (satu setengah) hasta, sehingga panjang keseluruhan Bait Suci itu
30 (tiga puluh) hasta, semuanya menyatu. Kemudian berdiri di atas alas perak,
ini menunjuk kehidupan yang berdiri di atas ketebusan atau kebenaran oleh darah
salib. Dan selanjutnya papan-papan jenang ini dipersatukan oleh 5 (lima) kayu
lintang, itu menunjuk kepada kasih Allah oleh korban Kristus, itulah yang
digunakan sebagai pengikat dan mempersatukan, sehingga kita berdiri dengan
teguh dalam kebenaran, kita kuat, dengan demikian dapat memelihara semua
perabotan yang ada di dalam Ruangan Suci dan Ruangan Maha Suci.
Kalau kasih
itu sudah berfungsi sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan,
maka akan tampak di dalam kehidupan gereja Tuhan yang dipersatukan itu, sesuai Filipi
2; sehati dan sepikir.
Filipi 2:
1-2
(2:1) Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada
penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, (2:2) karena itu sempurnakanlah
sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu
kasih, satu jiwa, satu tujuan,
Kalau kita
sudah dipersekutukan oleh tali kasih, maka empat hal terlihat dengan jelas:
1.
Sehati
sepikir.
Terlebih dalam nikah rumah tangga harus sehati sepikir, kemudian nikah yang
lebih besar, yaitu dalam penggembalaan ini, juga sehati sepikir; satu misi,
satu visi.
2.
Satu kasih. Jangan ada
kasih fileo, jangan ada kasih eros, hanya satu kasih, yaitu kasih Agape.
3.
Satu jiwa. Kalau
kawanan domba sudah sejiwa dalam penggembalaan ini, maka tidak bisa
tercerai-berai oleh binatang buas, itulah nabi-nabi palsu, dengan kata lain
tidak akan terpisahkan dari kasih Kristus.
4.
Satu tujuan. Segala
sesuatu yang ada di atas muka bumi ini, tidak ada yang abadi, maka itu bukan
tujuan kita, tetapi tujuan dari ibadah pelayanan ini adalah supaya terwujudnya
kesatuan tubuh Kristus yang sempurna, menjadi mempelai wanita Tuhan, menjadi
tubuh mempelai, masuk dalam perjamuan kawin Anak Domba, itulah sasaran akhir
dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini.
Itulah
pembangunan tubuh Kristus yang sempurna dan empat perkara di atas juga menjadi
tudung / perlindungan.
Dengan
terwujudnya kesatuan anggota tubuh, maka akan nampak empat hal, itulah empat
tudung di atas Tabernakel:
1.
Tudung Tabernakel yang terbuat dari lenan halus,
itu berbicara tentang IMAN.
2.
Tudung bulu kambing, itu berbicara tentang
PENGHARAPAN.
3.
Tudung kulit domba jantan berwarna merah, itulah
KASIH dari Allah Bapa.
4.
Tudung kulit lumba-lumba atau minagaja,
itu tidak terbatas ukurannya.
Maka
terpeliharalah segala perkara yang ada di dalam Ruangan Suci dan Ruangan Maha
Suci, itu kelebihan dari gereja Tuhan yang sudah mencapai kedewasaan rohani,
hidup dalam doa penyembahan seperti Rut.
Kita patut
bersyukur, Tuhan Yesus baik karena belas kasihan dan perhatian-Nya.
Rut 2: 10
(2:10) Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya
sampai ke tanah dan berkata kepadanya: "Mengapakah aku mendapat belas
kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku
ini seorang asing?"
Penyembahan
ini didorong oleh karena belas kasihan dan
didorong oleh karena perhatian Boas,
itulah Tuhan Yesus Kristus, Kepala gereja dan Mempelai Pria Sorga.
Biarlah
kiranya belas kasihan (kemurahan) Tuhan yang sudah kita alami sampai saat ini
dan juga perhatian Tuhan yang sudah Tuhan tunjukkan, kita hargai, kita junjung
tinggi dengan sungguh-sungguh.
Segala
perabotan yang terdapat di dalamnya terpelihara dengan baik, itu merupakan
harta rohani yang luar biasa, yang harus diperhatikan dengan baik. Jangan
sampai segala perabotan itu dibuang ke Babel, biarlah kita berjuang untuk lepas
dari perbudakan dosa kejahatan dan dosa kenajisan, lepas dari perempuan
kekejian. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment