IBADAH PENDALAMAN ALKITAB,
26 SEPTEMBER 2019
KITAB RUT
(Seri: 66)
Subtema: MENDAPAT BELAS KASIHAN,
SERTA PUJIAN DARI ALLAH KARENA KERENDAHAN HATI
Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Yesus Kristus, Kepala
Gereja, Mempelai Pria Sorga yang telah melayakkan kita untuk mengusahakan
Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci.
Salam sejahtera, bahagia kiranya memenuhi tempat ini, memenuhi setiap
ruangan hati kita masing-masing.
Juga saya tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan dan hamba-hamba
Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di manapun anda
berada. Selanjutnya mari kita mohonkan kemurahan Tuhan dengan segala kerendahan
hati supaya kiranya Tuhan membukakan firman-Nya bagi kita malam ini, sehingga
kita boleh merasakan suasana kebahagiaan sorga dalam hidup, ibadah, pelayanan,
nikah dan rumah tangga masing-masing.
Segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman
Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci dari KITAB RUT.
Malam ini kita akan memasuki Rut 2:11, namun kita terlebih dahulu
memeriksa apa yang tersisa sedikit lagi dari Rut 2:10.
Rut 2:10
(2:10) Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai
ke tanah dan berkata kepadanya: "Mengapakah aku mendapat belas kasihan
dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing?"
Rut mendapat belas kasihan dari Boas padahal ia adalah seorang asing atau
bangsa kafir.
Malam ini dengan tandas saya sampaikan, bahwasanya; kita ini adalah bangsa
kafir, namun oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita dimungkinkan untuk
beribadah dan melayani Tuhan lewat Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai
dengan perjamuan suci. Untuk itu, selayaknyalah kita mengucap syukur kepada
Tuhan Yesus Kristus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga, buat kemurahan
hati-Nya yang masih berlaku atas kita masing-masing.
Gambaran dari kemurahan
Tuhan untuk bangsa kafir
dapat kita temukan dalam 1 Raja-Raja 19.
1 Raja-Raja 19:9-10
(19:9) Di sana masuklah ia ke dalam sebuah gua dan
bermalam di situ. Maka firman TUHAN datang kepadanya, demikian: "Apakah
kerjamu di sini, hai Elia?" (19:10)
Jawabnya: "Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam,
karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu
dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang
dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku."
“Allah menyatakan diri di gunung
Horeb.”
Sekarang kita berada di atas gunung Tuhan untuk boleh menikmati kasih dan
kemurahan-Nya lewat Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, sebagaimana
Musa telah mendapatkan pengajaran Tabernakel dan Pengajaran Mempelai, selama
dua kali empat puluh hari di atas gunung Sinai.
Setelah menyembelih atau membunuh empat ratus nabi-nabi Baal itu, Elia pun
melarikan diri dari Izebel hingga ke gunung Horeb, dan bermalam di dalam sebuah
gua di gunung Horeb itu.
Kemudian, firman Tuhan datang dan berkata: “Apakah kerjamu di sini, hai Elia?” Elia pun menjawab dan
memberitahukan tentang bangsa Israel;
-
Yang
telah meninggalkan perjanjian Tuhan.
-
Yang
telah meruntuhkan mezbah-mezbah Tuhan.
-
Serta
membunuh nabi-nabi Tuhan dengan pedang.
Kemudian Elia berkata: “Hanya
aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku.”
1 Raja-raja 19:11-12
(19:11) Lalu firman-Nya: "Keluarlah dan berdiri di
atas gunung itu di hadapan TUHAN!" Maka TUHAN lalu! Angin besar dan
kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu,
mendahului TUHAN. Tetapi tidak ada TUHAN dalam angin itu. Dan sesudah angin itu
datanglah gempa. Tetapi tidak ada TUHAN dalam gempa itu. (19:12) Dan sesudah gempa itu datanglah
api. Tetapi tidak ada TUHAN dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah
bunyi angin sepoi-sepoi basa.
Tuhan memerintahkan Elia supaya keluar dan berdiri di hadapan Tuhan di atas
gunung Horeb, sebab Tuhan mau lewat, yang didahului oleh tiga perkara:
1.
Angin
besar dan kuat.
2.
Gempa
yang dahsyat.
3.
Api
yang menghanguskan.
Namun Tuhan belum hadir bersama-sama dengan tiga perkara tersebut.
1 Raja-Raja 19:12-14
(19:12) Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak
ada TUHAN dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin
sepoi-sepoi basa. (19:13) Segera
sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya, lalu
pergi ke luar dan berdiri di pintu gua itu. Maka datanglah suara kepadanya yang
berbunyi: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?" (19:14) Jawabnya: "Aku bekerja
segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan
perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh
nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup, dan
mereka ingin mencabut nyawaku."
Sesudah Elia mendengar bunyi angin sepoi-sepoi basa, ia menyelubungi
mukanya dengan jubahnya sambil pergi ke luar pintu gua itu, berarti Tuhan sudah
ada hadir di situ. Lalu Tuhan bertanya kembali: “Apakah kerjamu di sini, hai Elia?” Elia pun menjawab dengan jawaban
yang sama tentang bangsa Israel yang telah:
1.
Meninggalkan
perjanjian Tuhan, sama
dengan; tidak menghargai firman Allah yang disampaikan.
2.
Meruntuhkan
mezbah-mezbah Tuhan, sama
dengan; tidak mengindahkan kegiatan-kegiatan Roh, yakni ibadah dan pelayanan.
3.
Membunuh
nabi-nabi Tuhan, sama
artinya; tidak memiliki kasih Allah.
Jadi, jelas-jelas, bahwa; Bangsa Israel telah meninggalkan Allah Abraham,
Allah Ishak, Allah Yakub, Allah Trinitas di dalam Tuhan Yesus Kristus.
Setelah Elia mengadukan perkara itu di hadapan Allah, lalu Elia berkata: “Hanya aku seorang dirilah yang masih hidup, dan
mereka ingin mencabut nyawaku”, itu sebabnya dia melarikan dari Izebel
hingga berada di gunung Horeb, gunung Tuhan.
Dan sekarang ini, kita sedang melarikan diri dari dunia, menyingkir dari
dunia supaya tidak binasa, dan oleh karena kemurahan-Nya kita sekarang berdiri
di hadapan Tuhan Allah sampai kita boleh merasakan angin sepoi-sepoi basa,
itulah Roh Tuhan yang membuat damai sejahtera dalam kehidupan kita
masing-masing, itu adalah kemurahan Tuhan.
Jangan saudara anggap enteng ibadah pelayanan. Jangan saudara kecilkan
ibadah pelayanan, sebab saudara akan tanggung resikonya sendiri nanti. Jangan
sampai nanti kita menyalahkan Tuhan Yesus manakala kejadian-kejadian itu
terjadi, mulai dari angin yang besar dan kuat, kemudian gempa bumi
dan api yang menghanguskan. Jangan sampai ditimpa oleh tiga perkara ini,
oleh sebab itu;
-
jangan
sampai kita meninggalkan perjanjian Tuhan -> Firman Tuhan.
-
jangan
sampai kita meruntuhkan mezbah-mezbah -> Kegiatan Roh.
-
dan
jangan sampai kita kehilangan kasih Allah Bapa (membunuh nabi).
dengan kata lain; tidak menghargai firman nabi yang menggembalakan
kehidupan rohani kita.
Tetapi puji Tuhan, saat ini kita menyingkir dari dunia, supaya lepas dari
kebinasaan, berada di atas gunung Tuhan, berhadapan langsung dengan Tuhan,
buktinya; Roh Tuhan memberikan damai sejahtera (angin sepoi-sepoi).
1 Raja-Raja 19:15-17
(19:15) Firman TUHAN kepadanya: "Pergilah,
kembalilah ke jalanmu, melalui padang gurun ke Damsyik, dan setelah engkau
sampai, engkau harus mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram. (19:16) Juga Yehu, cucu Nimsi,
haruslah kauurapi menjadi raja atas Israel, dan Elisa bin Safat,
dari Abel-Mehola, harus kauurapi menjadi nabi menggantikan
engkau. (19:17) Maka siapa yang
terluput dari pedang Hazael akan dibunuh oleh Yehu; dan siapa yang terluput
dari pedang Yehu akan dibunuh oleh Elisa.
Setelah mendengar jawaban dari Elia, selanjutnya Tuhan Allah memerintahkan
supaya Elia bertindak;
-
Mengurapi
Hazael menjadi raja atas Aram.
-
Mengurapi
Yehu menjadi raja atas Israel.
-
Mengurapi
Elisa menjadi nabi untuk menggantikan Elia kelak.
Adapun maksud dan tujuan Allah di sini ialah supaya;
-
Siapa
yang luput dari pedang Hazael dibunuh oleh Yehu.
-
Dan
yang luput oleh pedang Yehu dibunuh oleh Elisa.
Lebih baik kita dengan rela hati diperiksa, dikoreksi oleh pedang Roh
(Firman Allah), firman nabi sekarang ini, walaupun sakit bagi daging dan pahit
rasanya, dari pada kelak binasa oleh karena penghakiman dari pedang itu
sendiri, binasa untuk selama-lamanya.
1 Raja-raja 19:18
(19:18) Tetapi Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang
di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan
yang mulutnya tidak mencium dia."
Tetapi akan tinggal tersisa dari antara orang Israel yakni 7000 (tujuh
ribu) orang, inilah orang-orang yang setia kepada Tuhan.
Apa tanda seseorang setia kepada Tuhan? Rela memberi diri disucikan oleh
firman Allah (pedang Roh), berarti;
1.
Tidak sujud menyembah Baal.
2.
Mulutnya
tidak mencium Baal,
berarti; tidak mau mendekatkan diri kepada segala jenis berhala, tidak
merasakan bau aroma dari berhala supaya tidak terpikat oleh keinginan, supaya
jangan sampai diseret oleh keinginan.
Pendeknya: Terlepas dari segala berhala.
Berhala, artinya; segala sesuatu yang melebihi dari Tuhan, misalnya;
1.
Meninggalkan
Tuhan atau ibadah dan pelayanan hanya karena pekerjaan, karena mencari uang,
karna harta, kekayaan, atau kesibukan-kesibukan yang lainnya di dunia ini.
2.
Hidup
dalam kebenaran diri sendiri.
3.
Kekerasan
hati.
Jadi, jumlah mereka yang tetap setia kepada Tuhan atau yang tinggal tersisa
hanyalah 7000 (tujuh ribu) orang.
Singkatnya:
-
Ayat
9-14 berbicara tentang pemberontakan bangsa Israel.
-
Ayat
15-18 berbicara tentang orang-orang yang luput atau orang-orang yang tersisa.
Roma 11:2-4
(11:2) Allah tidak menolak umat-Nya yang dipilih-Nya.
Ataukah kamu tidak tahu, apa yang dikatakan Kitab Suci tentang Elia, waktu ia
mengadukan Israel kepada Allah: (11:3)
"Tuhan, nabi-nabi-Mu telah mereka bunuh, mezbah-mezbah-Mu telah mereka
runtuhkan; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut
nyawaku." (11:4) Tetapi
bagaimanakah firman Allah kepadanya? "Aku masih meninggalkan tujuh ribu
orang bagi-Ku, yang tidak pernah sujud menyembah Baal."
7000 (tujuh ribu) orang yang masih tersisa untuk Tuhan itu adalah orang
yang tidak pernah sujud menyembah kepada Baal, itulah orang yang tersisa, orang
yang tertinggal untuk Tuhan.
Tetapi apa pengertian dari semua ini? Mengapa Tuhan harus menyisakan 7000
(tujuh ribu) orang dari orang Israel? Tentu ada maksud dan tujuan Tuhan.
Kita pun menyingkir dari dunia, sudah pasti supaya lepas dari kebinasaan,
dan sekarang kita berada di atas gunung Tuhan, berhadapan langsung dengan
Tuhan, untuk dapat merasakan angin sepoi-sepoi basa, merasakan bagaimana Roh
Tuhan itu memberi damai sejahtera kepada kita sehingga menjadi kehidupan yang
tersisa.
Roma 11:5
(11:5) Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu
sisa, menurut pilihan kasih karunia.
Demikian juga sekarang ini, ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih
karunia.
Pilihan terhadap 7000 (tujuh ribu) orang yang terluput (yang tersisa), itu
adalah kasih karunia, belas kasihan Tuhan (tanda kemurahan Tuhan) bagi kita.
Yang tersisa, dengan lain kata terluput dari kebinasaan, berada di dalam
rumah Tuhan, di atas gunung Tuhan, berhadapan dengan Tuhan, itu merupakan
kemurahan hati Tuhan untuk orang-orang pilihan.
Jangan pernah berpikir bahwa kita berada di rumah Tuhan, beribadah dan
melayani pekerjaan Tuhan adalah suatu kebetulan, tidak. Itu adalah “kasih
karunia untuk orang-orang pilihan.”
Rut adalah pilihan Tuhan dari bangsa kafir, bangsa Moab, karena kasih
karunia (karena belas kasihan/karena kemurahan Tuhan).
Sadarilah hal ini, sadarilah bahwa hidup ini hanya karena kemurahan. Jangan
sampai kita bermasa bodoh.
Roma 11:6
(11:6) Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih
karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak
demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia.
Hal itu terjadi karena kasih karunia, bukan karena perbuatan atau usaha
seseorang.
Kalau kita sampai hari ini boleh terluput dari kebinasaan, tertinggal di
rumah Tuhan, berdiri di hadapan Tuhan di atas gunung Tuhan, itu karena kasih
karunia, bukan oleh karena hasil usaha, bukan karena kemampuan manusia.
Roma 11:11-12, 15
(11:11) Maka aku bertanya: Adakah mereka tersandung dan
harus jatuh? Sekali-kali tidak! Tetapi oleh pelanggaran mereka, keselamatan
telah sampai kepada bangsa-bangsa lain, supaya membuat mereka cemburu. (11:12) Sebab jika pelanggaran
mereka berarti kekayaan bagi dunia, dan kekurangan mereka kekayaan
bagi bangsa-bangsa lain, terlebih-lebih lagi kesempurnaan mereka. (11:15) Sebab jika penolakan mereka
berarti perdamaian bagi dunia, dapatkah penerimaan mereka mempunyai arti
lain dari pada hidup dari antara orang mati?
Perlu untuk diketahui: Adakah bangsa Israel tersandung dan harus jatuh?
Sekali-kali tidak! Mengapa? Karena mereka adalah; bangsa pilihan, imamat
rajani, bangsa yang kudus, milik kepunyaan Allah sendiri.
Tetapi oleh karena pelanggaran mereka -- sesuai dengan apa yang diadukan Elia kepada Tuhan --, justru
keselamatan bagi bangsa kafir.
Jangan pernah kita melihat kesalahan bangsa Israel, mereka tetap bangsa
pilihan. Justru pelanggaran mereka adalah keselamatan telah terjadi hingga
sampai kepada bangsa kafir.
Kesimpulannya:
-
Pelanggaran
dari bangsa Israel merupakan “kekayaan bagi dunia.”
-
Kekurangan
dari bangsa Israel merupakan “kekayaan bagi bangsa-bangsa kafir.”
-
Penolakan
dari bangsa Israel merupakan “perdamaian bagi dunia.”
Jadi, merekalah yang menentukan segala sesuatunya, itu sebabnya dalam nats firman berkata: “Keselamatan itu datang dari bangsa Israel.”
Jelas sekali bahwa; bangsa kafir boleh berdiri di atas gunung Tuhan, di
hadapan takhta kasih karunia, beribadah dan melayani Tuhan, itu karena
kemurahan hati Tuhan, tidak bisa dipungkiri...Puji Tuhan.
Roma 11:17-18
(11:17) Karena itu apabila beberapa cabang telah
dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di antaranya
dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah, (11:18) janganlah kamu bermegah
terhadap cabang-cabang itu! Jikalau kamu bermegah, ingatlah, bahwa bukan kamu
yang menopang akar itu, melainkan akar itu yang menopang kamu.
Kalau tunas liar, yaitu bangsa kafir, dicangkokkan atau mendapat bagian
dalam akar pohon zaitun yang penuh getah, itu adalah kemurahan.
Jangan sekali-kali kita bermegah, jangan sombong terhadap apa yang sudah
kita alami, yang kita rasakan dan apa yang sudah kita miliki sekarang ini,
sebab Firman Tuhan berkata; “Bukan
kamu yang menopang akar itu, melainkan akar itu yang menopang kamu.”
Kita hidup karena Tuhan masih percayakan nafas hidup, bukan kita yang
menopang nafas hidup. Kita memiliki pekerjaan dan oleh pekerjaan itu kita
mendapat upah, itu karena kemurahan Tuhan, Tuhan yang menopang, bukan kita yang
menopang pekerjaan itu.
Pendeknya: Kita sudah menikmati getah dari akar pohon zaitun. Getah itu
rasanya pahit, menunjuk; sengsara yang dialami oleh Yesus di atas kayu salib,
tetapi itu adalah kemurahan bagi bangsa kafir.
Jangan kita bermegah lagi. Kita harus tahu mana yang menjadi prioritas
utama kalau kita mengerti kemurahan Tuhan.
Roma 11:19-20
(11:19) Mungkin kamu akan berkata: ada cabang-cabang yang
dipatahkan, supaya aku dicangkokkan di antaranya sebagai tunas. (11:20) Baiklah! Mereka dipatahkan
karena ketidakpercayaan mereka, dan kamu tegak tercacak karena iman. Janganlah
kamu sombong, tetapi takutlah!
Sebagai bangsa Kafir, jangan kita berkata: “ada cabang-cabang yang dipatahkan, supaya aku dicangkokkan di antaranya
sebagai tunas”. Mengapa demikian? Jawabnya ialah; karena bangsa Israel
adalah umat pilihan. Entah mereka jatuh, entah mereka berdiri, bangsa Israel
tetap bangsa pilihan.
Tunas liar, itulah bangsa kafir, dicangkokkan atau mendapat bagian dari
kemurahan Tuhan -- getah dari akar pohon zaitun --, sehingga tegak
tercacak karena iman, berarti; dibenarkan oleh karena darah salib Kristus.
Oleh sebab itu, perhatikanlah dua hal, yakni;
1.
Jangan
sombong atau jangan bermegah terhadap apa yang kita miliki sekarang ini.
2.
Takutlah.
Perlu untuk diketahui: “Takut akan TUHAN
ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah
laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat.”
Roma 11:21-22
(11:21) Sebab kalau Allah tidak menyayangkan
cabang-cabang asli, Ia juga tidak akan menyayangkan kamu. (11:22) Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya,
yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu
kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamu pun
akan dipotong juga.
Dengan tandas kembali saya sampaikan: Belajar untuk memperhatikan, yakni “kemurahan”
dan “kekerasan-Nya.”
-
Tuhan berkemurahan kepada siapa Ia
berkemurahan, tentu
kepada orang yang menghargai kemurahan. Apa yang sudah dipercayakan Tuhan
adalah kemurahan, apa yang kita miliki saat ini adalah kemurahan, dan Tuhan
berkemurahan kepada siapa yang menghargai kemurahan. Hati-hati, perhatikan hal
ini terkhusus imam-imam yang sudah mendapat kemurahan Tuhan untuk melayani
pekerjaan Tuhan.
-
Tuhan mengeraskan hati-Nya kepada orang
yang keras hati, yaitu
orang yang tidak menghargai kemurahan.
Roma 9:15-16
(9:15) Sebab Ia berfirman kepada Musa: "Aku akan menaruh
belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku
akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati." (9:16) Jadi hal itu tidak tergantung
pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah.
Tuhan menaruh belas kasihan kepada siapa Ia mau menaruh belas kasihan.
Jadi, belas kasihan itu tidak tergantung kepada kehendak orang atau usaha
orang.
Kalau Tuhan tidak berkemurahan, seperti apapun kita berjuang untuk mencari
Kerajaan Sorga, tetap saja tidak akan ditemukan. Jadi, semata-mata bukan karena
usaha orang (kehendak manusia), tetapi kehendak Tuhan yang jadi.
Banyak orang di luaran sana ingin mencari Pengajaran Mempelai, tetapi
sampai hari ini mereka tidak memperolehnya.
Kemurahan yang kita terima (kita rasakan, kita alami, dan yang kita
miliki), itu kemurahan, bukan karena kekuatan dan usaha manusia, melainkan
karena Tuhan menaruh belas kasihan kepada siapa Ia menaruh belas kasihan, dan
Tuhan menyatakan hal itu kepada Musa, sebab Tuhan melihat kekerasan hati
Firaun.
Waktu terjadi tulah pertama, Firaun berjanji akan melepaskan bangsa Israel,
tetapi kenyataannya tidak. Tulah kedua juga sama, ketiga, keempat, sampai tulah
kesembilan, tetap saja Firaun bertahan dengan kekerasan hatinya, ia tidak
membiarkan bangsa Israel bebas dari perbudakan Mesir, perbudakan Firaun. Tetapi
pada tulah yang kesepuluh, yaitu kematian anak sulung bangsa Mesir dan kematian
anak sulung seluruh binatang milik orang Mesir, akhirnya Firaun membebaskan
Israel. Namun setelah bangsa Israel dalam perjalanan di padang gurun, kembali Firaun
mengeraskan hati, kembali dia mengejar bangsa Israel.
Jadi, hati-hati;
-
Tuhan
menaruh belas kasihan kepada siapa Ia menaruh belas kasihan.
-
Tuhan
mengeraskan hati kepada siapa Ia mengeraskan hati. Akhirnya, orang yang keras
hati (Firaun) akan binasa.
Kita bersyukur kepada Tuhan, lewat pelajaran kitab Rut, maka Tuhan
memperlihatkan satu pribadi, yaitu seorang perempuan bangsa Moab, yang tidak
lain tidak bukan itulah menantu Naomi sendiri, menjadi contoh teladan yang baik
sebagai bangsa kafir, dia memiliki sikap
yang bijaksana di hadapan Tuhan, sampai akhirnya dia pun mendapat belas
kasihan dari Boas -- Boas rohani ialah
Tuhan Yesus Kristus -- , sekalipun ia adalah orang asing.
Kita kembali membaca Rut 2.
Rut 2:10
(2:10) Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai
ke tanah dan berkata kepadanya: "Mengapakah aku mendapat belas kasihan
dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang
asing?"
Jikalau Tuhan memperhatikan bangsa kafir, itulah tunas liar yang
dicangkokkan, maka perhatian-Nya itu sampai kedalaman hati manusia, termasuk
kepada kita bangsa kafir, Tuhan memperhatikan kita sampai hati kita tersentuh
oleh karena perhatian-Nya sungguh luar biasa...Puji Tuhan..Haleluya.
Selanjutnya, malam ini kita akan menerima berkat yang baru dari sorga,
sebab kita akan memperhatikan, memasuki Rut
2: 11.
Rut 2:11
(2:11) Boas menjawab: "Telah dikabarkan orang
kepadaku dengan lengkap segala sesuatu yang engkau lakukan kepada
mertuamu sesudah suamimu mati, dan bagaimana engkau meninggalkan ibu bapamu dan
tanah kelahiranmu serta pergi kepada suatu bangsa yang dahulu tidak engkau
kenal.
Rut mendapat pujian termasuk penghormatan dari Boas rohani, Tuhan Yesus
Kristus.
Amsal 29:23
(29:23) Keangkuhan merendahkan orang, tetapi orang yang rendah
hati, menerima pujian.
Keangkuhan, kesombongan, kecongkakan merendahkan orang itu sendiri, tetapi
orang yang rendah hati menerima pujian dan penghormatan dari Tuhan.
Amsal 15:33
(15:33) Takut akan TUHAN adalah didikan yang
mendatangkan hikmat, dan kerendahan hati mendahului kehormatan.
Amsal 18:12
(18:12) Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi
kerendahan hati mendahului kehormatan.
Kerendahan hati mendahului kehormatan, kerendahan hati mendahului untuk
mendapat pujian dari Tuhan.
Ini terkait erat dengan orang yang takut akan Tuhan, karena orang yang
takut akan Tuhan itu merupakan didikan yang mendatangkan hikmat.
Takut Tuhan adalah didikan yang mendatangkan hikmat dari sorga, sehingga
kita menjadi pribadi-pribadi yang bijaksana.
Contoh pribadi yang bijaksana adalah rendah hati, dan orang yang rendah
hati mendahului kehormatan.
Ayo, berlaku bijaksana, berarti; menjadi pribadi yang rendah hati, sebab
kerendahan hati mendahului untuk mendapat pujian dan kehormatan dari
Tuhan. Yesus, Anak Allah, juga mendapat
penghormatan, mendapat pujian dari Bapa.
1 Petrus 2:6-7
(2:6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci:
"Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah
batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan
dipermalukan." (2:7) Karena itu
bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya:
"Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi
batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan."
Yesus, Anak Allah, mendapat pujian dan penghormatan dari Allah Bapa,
setelah Ia merendahkan diri-Nya di atas kayu salib.
Jadi, kerendahan hati mendahului kehormatan dan puji-pujian dari Allah.
Perhatikan kalimat: “Batu yang telah
dibuang”, artinya; Yesus telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,
bahkan sampai mati di atas kayu salib.
Kerendahan hati Yesus digambarkan dalam injil Matius 5: 17-18, bagaikan “satu iota” dan “satu titik.”
-
Iota, sama dengan; merendahkan diri.
-
Titik, sama dengan; kecil dan rela dikecilkan.
Yohanes Pembaptis adalah seorang hamba Tuhan yang rendah hati, itu bisa
dilihat dari pengakuannya: Biarlah Dia
semakin besar, aku semakin kecil. Biarlah Dia semakin bertambah-tambah, aku
semakin berkurang-kurang. Oleh karena kerendahan hati itulah, ia mendapat
pujian dan penghormatan dari Allah.
Sebab Yesus sendiri berbicara kepada orang Yahudi: “Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus?
Orang yang berpakaian indah dan yang hidup mewah, tempatnya di istana raja.
Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu,
bahkan lebih dari pada nabi.”
Yohanes Pembaptis mendapat pujian dan kehormatan dari Allah sendiri.
Kerendahan hati mendahului untuk mendapat pujian penghormatan dari Allah.
Kita tidak perlu pujian dari manusia.
1 Petrus 2:3-4
(2:3) jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan
Tuhan. (2:4) Dan datanglah
kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia,
tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah.
Allah sendiri mengaku dan berkata: “Batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih
dan dihormat di hadirat Allah.”
Orang yang rendah hati berhak menerima pujian dan kehormatan dari Allah.
Jadi, benar sekali bahwasanya; kerendahan hati mendahului kehormatan.
Kemudian, pada ayat ini dikatakan: “Datanglah kepada-Nya.”
Jika kita semua, terkhusus keluarga GPT ”BETANIA” Serang dan Cilegon sudah
benar-benar mengecap kebaikan Tuhan, datanglah kepada-Nya, datanglah kepada
batu penjuru yang mahal itu, berarti; mau menjadi pribadi yang rendah hati dan
mau menjadi pribadi yang kecil dan rela dikecilkan.
Jangan sampai kita datang ke hadirat Tuhan lewat pertemuan ibadah tetapi
tidak mau rendah hati, itu ibadah Taurat, ibadah lahiriah, tidak mengandung
kuasa dan janji dari Allah baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan
datang.
Kalau kita benar-benar mengecap kebaikan Tuhan, belas kasihan Tuhan,
datanglah kepada-Nya, batu yang dipilih oleh Allah dan dihormati di hadirat
Allah, berarti sebagai bangsa Kafir, kita harus mau merendahkan diri, mau
menjadi kecil dan rela dikecilkan.
Jangan kita beribadah, bahkan melayani tetapi tidak rendah hati, itu tidak
benar, itu bukan gaya hidup seorang imam, bukan gaya hidup seorang pelayan
Tuhan (hamba Tuhan), itu adalah gaya hidup orang di luar Tuhan. Sombong itu
adalah gaya hidup di luar Tuhan.
1 Petrus 2:5
(2:5) Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai
batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat
kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus
Kristus berkenan kepada Allah.
Ganjaran dari kerendahan hati ialah dipergunakan sebagai batu hidup.
Tugas dari batu hidup ialah:
1.
Untuk
pembangunan suatu rumah rohani dari imamat kudus.
2.
Untuk
mempersembahkan persembahan rohani atau hal yang berkenan kepada Allah, seperti
Yesus Kristus, Anak Allah, berkenan kepada Allah.
Sebab itu, biarlah kita datang kepada Tuhan, mempersembahkan tubuh ini
sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah, itu merupakan
ibadah yang sejati, ibadah yang hakiki.
Berbanding terbalik kalau kita hidup di luar Tuhan, sama dengan; batu yang
mati, karena Roh Allah tidak ada di dalamnya. Tetapi Bait Allah yang hidup,
tandanya; Roh Allah ada di dalamnya, sehingga oleh Roh itu kita boleh melayani
pekerjaan Tuhan, hidup.
Jadilah batu hidup untuk dipergunakan sebagai dua hal tadi. Jangan hidup
asal hidup, itu sama dengan; mati sebelum binasa.
Efesus 4:10-12
(4:10) Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik
jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu. (4:11) Dan Ialah yang memberikan baik
rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun
gembala-gembala dan pengajar-pengajar, (4:12)
untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan,
bagi pembangunan tubuh Kristus,
Yesus Kristus akan memperlengkapi batu hidup bagi pekerjaan pelayanan, bagi
pembangunan rumah rohani, itulah tubuh Kristus, sebab Yesus telah merendahkan
diri-Nya, bahkan Ia telah mati di atas kayu salib, dan bangkit pada hari yang
ketiga.
-
Turun, menunjuk; pengalaman Yesus dalam tanda kematian-Nya.
-
Naik, menunjuk; pengalaman Yesus dalam tanda kebangkitan-Nya.
Timbul pertanyaan bagi kita: Mengapa
Rut mendapat pujian oleh karena kerendahan hatinya?
Rut 2:11
(2:11) Boas menjawab: "Telah dikabarkan orang
kepadaku dengan lengkap segala sesuatu yang engkau lakukan kepada
mertuamu sesudah suamimu mati, dan bagaimana engkau meninggalkan ibu bapamu dan
tanah kelahiranmu serta pergi kepada suatu bangsa yang dahulu tidak engkau
kenal.
Boas mengenal pribadi Rut dengan lengkap, sesuai dengan apa yang diperbuat
oleh Rut itu sendiri, yakni:
1.
Segala
sesuatu yang telah dilakukannya terhadap Naomi, mertuanya.
2.
Dengan
rela meninggalkan ibu bapanya dan tanah kelahirannya, serta pergi kepada suatu
bangsa yang tidak ia kenal.
Jadi, kerendahan hati mendahului pujian, kerendahan hati mendahului
kehormatan dari Allah.
Mari kita menyimak dua pujian yang betul-betul dilakukan oleh Rut sendiri.
Tentang: Segala sesuatu yang telah
dilakukannya terhadap Naomi, mertuanya.
Sebetulnya, ketika hendak kembali ke Betlehem -- berarti hendak kembali kepada bangsanya --, Naomi mendesak Rut dan
Orpa, kedua menantunya itu, sebanyak tiga kali, yaitu;
1.
Rut
1:8, “Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah
ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu, seperti yang kamu
tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku.”
2.
Rut
1:11, “Pulanglah, anak-anakku, mengapakah kamu
turut dengan aku? Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan
untuk dijadikan suamimu nanti?”
3.
Rut
1:12, “Pulanglah, anak-anakku, pergilah, sebab
sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku,
dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan
anak laki-laki.”
Naomi mendesak Rut dan Orpa supaya mereka kembali ke Moab, jangan mengikuti
Naomi kembali kepada bangsanya.
Tetapi sekalipun Naomi mendesak kedua menantunya itu, Rut tetap berpaut
kepada Naomi, sedangkan Orpa, iparnya Rut, kembali ke Moab, dengan lain kata;
kembali kepada ibu bapanya dan bangsanya, sama artinya; kembali kepada tabiat
yang lama dari bangsa kafir, yakni “hidup dalam penyembahan berhala” dan
“kembali kepada kenajisan.”
Rut 1:14
(1:14) Menangis pula mereka dengan suara keras, lalu
Orpa mencium mertuanya itu minta diri, tetapi Rut tetap berpaut padanya.
Awalnya sudah berjalan mengikuti langkah Naomi untuk kembali ke
Betlehem-Efrata (bangsa Israel), tetapi setelah mereka (Rut dan Orpa) didesak
oleh Naomi untuk kembali ke bangsanya. Selanjutnya mari kita lihat apa yang
terjadi?
“Menangis pula mereka dengan suara keras.” Saat berpisah dari penggembalaan, memang
sepertinya sedih. Sepertinya sedih saat meninggalkan pelayanan. Tetapi
kesedihan itu tidak ada artinya, bukan itu yang Tuhan mau lihat.
Yang Tuhan mau adalah tetap bertahan. Yang Tuhan tuntut dari hati kita
adalah kesetiaan untuk berpaut kepada-Nya untuk tetap memikul salib.
Saudara tidak perlu kasihan kepada saya sampai menangis-nangis, bersedih,
itu tidak ada artinya, sebab itu adalah perasaan daging. Kalau nanti melayani
dengan perasaan daging, maka apa yang kita perbuat itu adalah karena kehendak
manusia, bukan karena kehendak Tuhan. Jadi dalam hal mengikuti dan berpaut
kepada Tuhan, tidak boleh pakai perasaan.
Tuhan tidak hanya melihat air mata, walaupun Tuhan mengetahui manakala kita
dilawat oleh firman, pasti hancur hati, tetapi Tuhan tidak butuh hanya sekedar
air mata dalam pengikutan kepada Tuhan. Apalah artinya air mata, tetapi tidak
mau beribadah dengan sungguh-sungguh (tidak mau berubah), tidak mau hidup suci,
tidak mau berpaut kepada Tuhan. Bukan air mata semacam ini yang Tuhan inginkan.
“Lalu Orpa mencium mertuanya itu minta diri.”
-
Menangis,
bersedih, tetapi tidak mau berpaut dengan Tuhan.
-
Menangis,
bersedih, tetapi tinggalkan ibadah dan pelayanan.
-
Menangis,
bersedih saat menerima firman, tetapi tidak mau melakukan firman yang diterima,
tidak mau berpaut dan berpadanan dengan firman/tidak mau melangkah bersama
dengan Firman.
Apa artinya tangisan dan kesedihan itu? Tidak ada artinya. Perasaan manusia
daging tidak ada artinya.
“Tetapi Rut tetap berpaut padanya.” Inilah yang benar;
menangis karena berpaut, terikat dengan Tuhan. Inilah yang dilakukan Rut kepada
Naomi, mertuanya, sesuai dengan pujian yang dikatakan oleh Boas.
Jadi, kalau saudara melayani, jangan karena saudara kasihan melihat saya,
itu tidak boleh. Sebab kalau melayani karena kasihan yang terjadi adalah
kehendak manusia, bukan kehendak Tuhan. Biarlah kita semakin dewasa.
Rut 1:15
(1:15) Berkatalah Naomi: "Telah pulang iparmu
kepada bangsanya dan kepada para allahnya; pulanglah mengikuti iparmu
itu."
“Telah pulang iparmu kepada bangsanya
dan kepada para allahnya.”
Akhirnya Orpa mengundurkan diri, padahal sebetulnya mereka sudah berada di
tengah perjalanan menuju Betlehem-Efrata.
Seharusnya, di dalam hal mengikuti Tuhan ialah; kalau mandi, basah sekalian, tidak boleh tanggung-tanggung untuk
ikut Tuhan.
Setelah melihat bahwa Orpa meninggalkan Naomi, maka Naomi kembali mendesak
Rut untuk kembali ke Moab, lalu Naomi kembali berkata: “Pulanglah mengikuti iparmu itu.”
Tidak dipungkiri, banyak ujian yang kita hadapi, bahkan oleh karena ujian
ini bisa mendesak kehidupan rohani kita, mendesak pengikutan kita kepada Tuhan
untuk menggagalkan kita di dalam hal mengikuti Tuhan, untuk menghentikan laju
langkah kita mengikuti Tuhan. Saya tidak pungkiri itu; banyak ujian, dan ujian
itu pasti mendesak.
Sebenarnya dalam perjalanan awal saja, Orpa dan Rut sudah didesak oleh
Naomi untuk kembali ke Moab sebanyak tiga kali, hingga akhirnya Orpa kembali
kepada bangsanya, berarti; kembali dalam penyembahan berhala dan kembali kepada
kenajisan. Setelah Orpa kembali ke Moab, masih juga Naomi mendesak Rut.
Sebab itu saya sampaikan malam ini; tidak dipungkiri, terlalu banyak ujian
yang kita hadapi di atas muka bumi ini dalam mengikuti Tuhan, dan ujian itu
merupakan desakan. Tetapi apakah desakan itu menghentikan langkah kaki kita
dalam mengikuti Tuhan, dalam melayani pekerjaan Tuhan, atau tetap berpaut pada
Tuhan?
Samuel dipanggil saat dia sedang
bergumul dengan daging, yakni; dalam
suasana tidur di tengah malam, lalu ada panggilan.
Jadi, panggilan itu terjadi saat kita bergumul melawan daging, bukan saat
ujian sudah reda, bukan saat segala pergumulan sudah tidak ada lagi, bukan,
tujuannya; supaya panggilan itu terbukti, demikian halnya dengan Rut.
Kalau Tuhan ijinkan kita sekarang menghadapi ujian, itu bukan karena Tuhan
bodoh, tetapi Tuhan mau melihat;
-
Apakah
kita terus mau berjalan bersama dengan Dia?
-
Apakah
kita terus berpaut dengan Tuhan?
-
Apakah
kita terus beribadah melayani Dia?
Maka kalau kita berkata: “Tunggu
dulu, setelah semuanya beres, setelah ini beres, setelah itu beres. Tunggu dulu
sampai reda pergumulan, baru saya mengikuti Tuhan”, itu namanya kehendak
manusia daging; sombong, tidak rendah hati, dan orang semacam ini tidak pernah
mendapat pujian dari Allah Bapa. Tidak menyadari diri bahwa hidup hanya karena
belas kasihan yang dialami sebagai bangsa kafir, tunas liar yang dicangkokkan,
tegak tercacak karena iman, bukan karena perbuatan.
Rut 1:16
(1:16) Tetapi kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan
engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana
engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ
jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku;
Jawab Rut kepada Naomi, mertuanya: “Janganlah
desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau.”
Artinya; jangan karena ujian, lalu akhirnya kita kembali kepada penyembahan
berhala, jangan karena ujian yang mendesak lalu kita kembali berbuat dosa
kenajisan. Tetaplah berpaut dengan Tuhan.
Rut 1:16-17
(1:16) Tetapi kata Rut: "Janganlah desak aku
meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana
engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ
jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; (1:17)
di mana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan.
Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau
sesuatu apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!"
Selanjutnya, jawaban Rut kepada Naomi, mertuanya, dibagi menjadi lima
bagian:
1.
Ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku
pergi.
2.
Di mana engkau bermalam, di situ jugalah
aku bermalam.
3.
Bangsamulah bangsaku.
4.
Allahmulah Allahku.
5.
Di mana engkau mati, aku pun mati di sana.
Di sini kita melihat, bahwa: Pendirian Rut begitu kuat di dalam hal
mengikuti Naomi, mertuanya itu.
Naomi ini gambaran dari ibu atau seorang gembala.
Tuhan juga mau melihat bagaimana pendirian kita dalam hal mengikuti
penggembalaan ini. Itu yang mau Tuhan lihat, bukan sebatas karena kesedihan,
bukan sebatas karena air mata, tetapi pengikutan itu harus terbukti.
Kita digembalakan harus terbukti, yaitu memiliki roh yang tergembala.
Jangan berada dalam penggembalaan, tetapi tidak memiliki roh domba yang
tergembala; apa-apa mengambil jalannya sendiri, apa-apa menuruti keinginan hati
sendiri, serasa hidup ini tanpa Tuhan. Akhirnya ketika susah sendiri, dia
menangis, dan mempersalahkan Tuhan.
Kesimpulannya, dari lima pembagian ini:
-
Hal pertama
dan kedua, berbicara; IMAN atau percaya.
Kalau
dikaitkan dengan pola Tabernakel, terkena pada HALAMAN, di mana terdapat dua
alat di dalamnya, yaitu:
1. Mezbah Korban Bakaran, menunjuk;
pertobatan.
2. Kolam Pembasuhan, menunjuk; baptisan air.
Baptisan air berbicara tentang tiga hal:
(1)
Pengalaman
dalam tanda kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
(2)
Pembaharuan.
(3)
Penyucian
oleh mandi air dan firman yang limpah.
-
Hal ketiga
dan keempat, berbicara; PENGHARAPAN.
Pengharapan
dari bangsa Israel adalah Allah yang hidup, Allah Abraham, Ishak, Yakub,
sementara pengharapan dari bangsa Moab, bangsa kafir adalah allah yang mati
dalam penyembahan berhalanya dan dalam kenajisannya.
-
Hal kelima,
berbicara; KASIH.
Maka apa yang dikatakan Rut kepada Naomi ini adalah sesuatu yang luar
biasa, dia tidak terdesak oleh ujian dan oleh apapun.
Saya tidak pungkiri kita semua menghadapi ujian, saya sendiri menghadapi
ujian, dan ujian itu merupakan desakan bagi kita, tetapi jangan sampai karena
kita terdesak karena ujian, lalu langkah kita dalam mengikuti Tuhan akhirnya
terhenti.
Sekalipun menangis hancur hati setelah mendengar firman, tetapi firman yang
didengar tidak dilakukan, itu tidak ada artinya.
Yang Tuhan mau adalah kita terus berpaut dengan Dia, melangkah bersama
dengan Dia, sesuai dengan langkah-langkah firman Allah yang sudah kita terima,
itulah jejak-jejak yang berdarah.
Bukankah malam hari ini kita berbahagia berada di dalam rumah Tuhan dan
berhadapan langsung dengan Tuhan di atas gunung Tuhan?
Tiga hal nanti terjadi; angin yang kuat, gempa bumi yang
dahsyat, dan api yang menghanguskan, tetapi itu belum kesudahannya,
sebab Tuhan nanti datang saat kerajaan-Nya sudah dipulihkan, yakni; oleh angin
sepoi-sepoi basa, berarti dengan Roh Tuhan memberi damai sejahtera dan
memulihkan kerajaan-Nya.
Kalau saudara melihat semua ini, namun masih tenang, tidak merasa takut dan
gentar, saya kira ini sudah tidak benar lagi; tidak takut binasa, berarti orang
semacam ini sudah tidak waras lagi.
Mari kita menyimak dua pujian dari Boas yang betul-betul dilakukan oleh Rut
sendiri.
Tentang: Dengan rela meninggalkan
ibu bapanya dan tanah kelahirannya, serta pergi kepada suatu bangsa yang tidak
ia kenal.
Efesus 2:11-12
(2:11) Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu -- sebagai
orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak
bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat
lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, -- (2:12) bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan
Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan,
tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.
Bangsa kafir adalah bangsa yang dahulu hidup jauh dari Allah -- tidak
mengenal bangsa Israel dan tidak mengenal Allah bangsa Israel --, yang disebut
juga; bangsa yang tidak bersunat.
Apa arti tidak bersunat?
1.
Tanpa Kristus.
2.
Tidak termasuk kewargaan Israel.
3.
Tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan.
4.
Tanpa pengharapan.
5.
Tanpa Allah di dalam dunia ini.
Itulah yang dimaksud dengan bangsa kafir, bangsa yang tidak bersunat.
Tentang hal yang kelima, yaitu: “tanpa
Allah di dalam dunia”. Kalimat ini menunjukkan bahwa bangsa Kafir adalah
bangsa yang sombong.
Apa buktinya tanpa Allah di dalam
dunia? Melakukan segala sesuatu tanpa bertanya lebih dahulu kepada Tuhan,
sebagai Gembala Agung. Tidak suka bertanya kepada Tuhan, tidak menunggu keputusan
Tuhan dalam setiap bertindak.
Itulah keadaan dari bangsa kafir, bangsa yang tidak bersunat.
Kita bangsa kafir, tetapi apakah kita masih berkata: “tanpa Allah di dalam dunia”? Mulut mungkin tidak berkata, tetapi
kalau bertindak tanpa keputusan Tuhan (Gembala Agung), sama dengan : “tanpa Allah di dalam dunia.”
Efesus 2:13
(2:13) Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang
dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah
Kristus.
Yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah
Kristus.
Bangsa kafir bersatu dengan bangsa Israel oleh karena darah salib,
kemurahan, kebenaran iman.
Kita ini adalah bangsa kafir, bangsa yang tidak bersunat, tetapi sekalipun
kita ini adalah bangsa kafir (yang dahulu hidup jauh), namun sudah menjadi
dekat oleh darah salib, oleh kemurahan, oleh kerena iman.
Semata-mata bukan karena usaha seseorang, bukan karena kehendak manusia,
tetapi karena kemurahan, seperti tunas liar tegak tercacak karena iman.
Efesus 2:14-15
(2:14) Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah
mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu
perseteruan, (2:15) sebab dengan
mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala
perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru
di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera,
Dengan mati-Nya Yesus di kayu salib, Ia telah merobohkan tembok pemisah,
itulah hukum Taurat, sehingga kafir dan Israel bersatu, itulah kemurahan Tuhan.
Kalau suatu kali kelak kita masuk dalam kesatuan tubuh Kristus yang
sempurna, itu karena kemurahan.
Sasaran akhir dari ibadah pelayanan kita adalah perjamuan malam kawin Anak
Domba, penyatuan kafir dan Israel, itu adalah kemurahan, semata-mata bukan
karena kehendak manusia.
Kita kembali membaca Rut 1.
Rut 1:17
(1:17) di mana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di
sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan
lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apa pun memisahkan aku dari engkau,
selain dari pada maut!"
Rut berkata; “Jikalau sesuatu
apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut”, ini menunjuk
kepada; kesatuan yang telah diikat oleh kasih Allah. jikalau tali kasih Allah
yang mempersatukan kita, maka tidak akan terpisahkan oleh apapun, kecuali maut
yang memisahkan.
Kasih berfungsi sebagai pengikat yang
mempersatukan dan menyempurnakan, itulah gereja yang sempurna, mempelai Tuhan. Dan kalau bangsa kafir
menjadi mempelai Tuhan, itu adalah kemurahan besar.
Kesimpulan dari dua pujian Boas kepada Rut adalah:
1.
Hormat
kepada orang tua,
ganjarannya; panjang umur lanjut usia.
Contoh;
panjang umur, kemarin Isai David Sitohang, anak saya, Tuhan tambahkan umurnya
menjadi sepuluh tahun, tetapi jika hormat kepada orang tua, ganjarannya bukan
hanya panjang umur, tetapi juga lanjut usia. Sudah sepuluh tahun, tambah satu,
menjadi sebelas tahun, lanjut usia, terus menerus...
Hormat
kepada orang tua, berarti;
- Hormat kepada bapa jasmani.
- Hormat dua kali lipat kepada bapa rohani.
- Hormat berlipat-lipat kepada Bapa di sorga.
Ini adalah kata firman Tuhan, bukan kata saya: Memberi
hormat dua kali lipat kepada orang yang sudah memberi pengajaran, serta berbagi
kepada orang yang sudah memberi pengajaran. Jangan berbagi kepada dunia,
apalagi berbagi kepada roh jahat dan roh najis, jangan, supaya panjang umur dan
lanjut usia.
2.
Takut
akan Tuhan, berarti kalau
kita kaitkan dengan dua loh batu, Rut adalah gambaran dari gereja yang penuh
dengan kasih Allah -- kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama --.
Ibrani 8: 11
(8:11) Dan mereka tidak akan mengajar lagi sesama
warganya, atau sesama saudaranya dengan mengatakan: Kenallah Tuhan! Sebab
mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku.
Boas mengenal pribadi Rut secara lengkap.
Gereja yang dikenal oleh Tuhan mengerti untuk melakukan sesuatu yang baik,
tidak perlu diajar untuk melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya, tidak
perlu diajar untuk melakukan sesuatu yang baik.
Rut ini gambaran dari gereja mempelai yang betul-betul dikenal oleh Tuhan
dengan lengkap. Gereja yang sempurna tidak perlu diajar untuk bertanggung jawab
dalam hal kewajibannya.
Banyak kewajiban kita, baik itu sepersepuluh, melayani sesuai
karunia-karunia dan jabatan-jabatan, hidup dengan taat, setia, dengar-dengaran,
tekun dalam tiga macam ibadah pokok, dan lain sebagainya, tetapi gereja yang
yang sempurna, gereja yang dewasa, tidak perlu diajar untuk melakukan itu
semua, sebab Tuhan mengenal dengan lengkap.
Tuhan juga mengenal kita dengan lengkap. Semua adalah karena kemurahan,
maka sadarilah kemurahan Tuhan itu.
Amsal 22:4
(22:4) Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN
adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan.
Ganjaran kerendahan hati dan ganjaran dari takut akan Tuhan adalah:
1.
Kekayaan.
2.
Kehormatan.
3.
Hidup kekal.
Tuhan Yesus Kristus Memberkati kita sekaliannya. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA
GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel
U. Sitohang
No comments:
Post a Comment