KITAB KOLOSE
(Seri: 63)
Subtema: TADINYA DI DALAM NAMUN AKHIRNYA TINGGAL DI
LUAR
Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera dan
bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita sekaliannya. Mari kita sambut
pemberitaan firman Tuhan yang akan membawa kita rendah di bawah kaki salib
Tuhan.
Dan selanjutnya saya tidak lupa
menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, hamba Tuhan yang sedang mengikuti
pemberitaan firman Tuhan lewat live
streaming, video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada, kiranya
Tuhan memberkati kita sekaliannya.
Segera saja kita memperhatikan
firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh
Rasul Paulus kepada jemaat di KOLOSE.
Kolose 3: 9-10
(3:9) Jangan lagi kamu
saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta
kelakuannya, (3:10) dan telah
mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh
pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;
Perhatikan kalimat: “Jangan lagi kamu saling mendustai”,
berarti; antara satu dengan yang lain
jangan saling mendustai, sebaliknya mari kita menampilkan hati kita dengan
berkata jujur, berkata yang sebenarnya, sebab apa yang keluar dari mulut, itu
berasal dari hati.
Dengan berkata jujur dan tidak
saling mendustai, maka seseorang tidak hidup di dalam kepalsuan.
Matius 5: 34-37
(5:34) Tetapi Aku berkata
kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit
adalah takhta Allah, (5:35) maupun
demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena
Yerusalem adalah kota Raja Besar; (5:36)
janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa
memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun. (5:37) Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika
tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal
dari si jahat.
Jangan kita bersumpah di hadapan
Allah dan sesama demi apapun juga. Jika ya, hendaklah berkata: ya, jika tidak,
hendaklah berkata: tidak, dengan lain kata ya di atas ya, tidak di atas tidak,
sebab lebih dari pada itu berasal dari si jahat, yaitu Iblis atau Setan.
Masakan kita melayani Tuhan tetapi
kita berasal dari si jahat? Itu tidak mungkin. Seorang pelayan (imam-imam)
diharapkan tidak berdusta lagi.
Yohanes 8: 44
(8:44) Iblislah yang
menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah
pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam
dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya
sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.
Setiap orang yang berkata dusta
atau mendustai antara yang satu dengan yang lain, maka ia adalah anak Iblis
atau Setan, sebab Iblis atau Setan adalah bapa pendusta.
Mazmur 12: 3
(12:3) Mereka berkata dusta,
yang seorang kepada yang lain, mereka berkata dengan bibir yang manis
dan hati yang bercabang.
Yang dimaksud dengan berkata
dusta ialah berkata-kata dengan bibir yang manis tetapi hatinya
bercabang.
Pendeknya, hatinya tidak semanis
mulutnya ketika berkata-kata, ini menunjuk kepada orang yang hidup di dalam
kepalsuan atau sandiwara, berarti hidup di dalam kamuflase, tidak nyata, hidup
dalam bayang-bayang saja.
Kesimpulannya, dosa dusta bukanlah
dosa biasa, melainkan dosa yang sangat berbahaya dan mencelakakan hidup
manusia.
Dampak negatif berkata dusta.
Wahyu 22: 15
(22:15) Tetapi anjing-anjing
dan tukang-tukang sihir, orang-orang sundal, orang-orang pembunuh,
penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang mencintai dusta dan yang
melakukannya, tinggal di luar.
Setiap orang yang mencintai dusta
dan yang melakukannya tinggal di luar, inilah dampak negatifnya.
Berarti orang yang berkata dusta
tidak masuk ke dalam kota Yerusalem baru.
Sebetulnya kota Yerusalem yang
baru itu adalah kota idam-idaman, maksudnya dambaan setiap orang.
Wahyu 21: 27
(21:27) Tetapi tidak akan
masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau
dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak
Domba itu.
Pendusta-pendusta tinggal di luar,
tidak masuk ke dalam kota Yerusalem baru yang kita dambakan itu.
Ada beberapa golongan yang awalnya ada di dalam, namun
akhirnya ia tinggal di luar.
YANG PERTAMA.
Matius 7: 22-23
(7:22) Pada hari terakhir
banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat
demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak
mujizat demi nama-Mu juga? (7:23)
Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak
pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat
kejahatan!"
Golongan yang berseru kepada Tuhan
mengadakan tiga perkara ajaib:
1.
Bernubuat demi nama
Tuhan.
2.
Mengusir Setan demi
nama Tuhan.
3.
Mengadakan banyak
mujizat demi nama Tuhan.
Namun pada akhirnya Tuhan berterus
terang dan berkata: “Aku tidak pernah
mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”,
artinya; awalnya mereka berada di dalam, namun pada akhirnya
mereka tinggal (berada) di luar.
Sangat disayangkan, mereka
melayani dalam keadaan susah payah, susah-susah sebab disertai dengan
pengorbanan yang banyak, tetapi semua menjadi sia-sia karena pada akhirnya
mereka tinggal di luar.
Matius 7: 21
(7:21) Bukan setiap orang
yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam
Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di
sorga.
Mereka yang tinggal di luar itu
adalah golongan yang tidak menghargai kehendak Allah Bapa, sama artinya; tidak
menjunjung tinggi korban Kristus dan darah salib Kristus.
Ada beberapa golongan yang awalnya ada di dalam, namun
akhirnya ia tinggal di luar.
YANG KEDUA.
Matius 25: 1
(25:1) "Pada waktu itu
hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan
pergi menyongsong mempelai laki-laki.
Lewat ibadah ini, gereja Tuhan
tampil menjadi kaki dian emas dengan tujuh pelita yang menyala di atasnya, bagaikan
tujuh sidang jemaat yang ada di Asia kecil (Wahyu 2 & 3).
Tujuannya ialah untuk menyongsong
Mempelai Laki-Laki sorga.
Sebagaimana dengan Rasul Paulus di
dalam hal melayani pekerjaan Tuhan, yakni; di dalam hal pemberitaan Injil
terhadap sidang jemaat di Korintus; dengan satu tujuan; mempertunangkan jemaat
di Korintus kepada satu laki-laki, itulah Mempelai Laki-Laki Sorga, dan ia
berjuang (berusaha) untuk membawa jemaat di Korintus sebagai perawan suci
kepada Kristus ... 2 Korintus 11: 2
Inilah sasaran akhir dari ibadah
pelayanan kita di atas muka bumi ini; menyongsong Mempelai Laki-Laki sorga,
masuk dalam pesta nikah Anak Domba ... Wahyu
19: 6-8
Oleh sebab itu, jadilah kaki dian
emas dengan tujuh pelita menyala di atasnya.
Matius 25: 2-4
(25:2) Lima di
antaranya bodoh dan lima bijaksana. (25:3)
Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak,
(25:4) sedangkan gadis-gadis yang bijaksana
itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka.
Dari 10 (sepuluh) gadis tersebut,
5 (lima) di antaranya bodoh dan 5 (lima) bijaksana.
Kemudian, kalau kita perhatikan:
-
5 (lima) gadis bodoh membawa
pelita tetapi tidak membawa minyak dalam buli-buli (reserve).
-
5 (lima) gadis bijaksana membawa
pelitanya dan minyak dalam buli-buli sebagai persediaan (reserve).
Berarti, lima gadis yang bijaksana
ini senantiasa mempertahankan minyak urapan di atas kepala, mereka selalu
berada di dalam Ruangan Suci untuk tekun dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok,
mereka tidak keluar dari sana, sehingga tidak melanggar kekudusan tempat kudus
Allah (tidak jatuh dalam dosa).
Minyak urapan yang di atas kepala,
tanda bahwa mereka dikhususkan bagi Allah (untuk melayani pekerjaan Tuhan).
Sebaliknya, 5 (lima) gadis yang
bodoh, membawa pelita, tetapi tidak membawa minyak persediaan.
Inilah perbedaan antara 5 (lima)
gadis yang bijaksana dan 5 (lima) gadis yang bodoh.
Matius 25: 10-13
(25:10) Akan tetapi, waktu
mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang
telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan
kawin, lalu pintu ditutup. (25:11)
Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan,
bukakanlah kami pintu! (25:12)
Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.
(25:13) Karena itu, berjaga-jagalah,
sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."
Ketika Mempelai Laki-Laki itu
datang, mereka yang telah siap sedia, yaitu 5 (lima) gadis yang bijaksana masuk
ke ruangan perjamuan kawin, lalu pintu ditutup.
Sedangkan 5 (lima) gadis yang
bodoh tinggal di luar, disebutlah golongan yang tidak berjaga-jaga.
Awalnya berada (tinggal) di dalam,
lewat ibadah dan pelayanan ini, kita semua menjadi kaki dian emas dengan tujuh
pelita emas menyala di atasnya, tujuannya; menyongsong Mempelai Laki-Laki
Sorga, memang itu sasaran akhir dari perjalanan rohani kita, tetapi 5 (lima)
gadis yang bodoh ini ternyata adalah golongan yang tidak berjaga-jaga, mereka
hanya membawa pelita tetapi tidak membawa minyak dalam buli-buli sebagai
persediaan.
Oleh sebab itu, kalau kita masih
diberi kesempatan untuk berada di Ruangan Suci, untuk tekun dalam tiga macam
ibadah pokok, itu adalah kemurahan Tuhan. Jangan dianggap enteng, jangan
seperti 5 (lima) gadis yang bodoh, kehidupan mereka adalah golongan yang tidak
berjaga-jaga; awalnya sudah di dalam, tetapi akhirnya tinggal di luar.
Jadilah bijaksana, jangan keluar
dari tempat kudus Allah, supaya jangan melanggar kekudusan tempat kudus Allah,
supaya pelita itu tetap menyala-nyala sampai hari Tuhan, Dia tampil sebagai
Raja dan Mempelai Pria Sorga.
Pendeknya, golongan yang tidak
berjaga-jaga tidak menghargai minyak urapan yang mengalir dari sorga.
Ada beberapa golongan yang awalnya ada di dalam, namun
akhirnya ia tinggal di luar.
YANG KETIGA.
Lukas 15: 25-28
(15:25) Tetapi anaknya yang
sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia
mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. (15:26) Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya
kepadanya apa arti semuanya itu. (15:27)
Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak
lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. (15:28) Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau
masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.
Anak yang sulung berada di ladang,
sama artinya berada di dalam. Tetapi karena dia tidak mau mengampuni kesalahan
adiknya, ia berada di luar (tinggal di luar).
Kesimpulannya, anak yang sulung
ini adalah golongan yang tidak menghargai kasih Allah.
Kegunaan kasih:
1.
Menutupi banyak sekali
dosa.
2.
Sebagai pengikat yang
mempersatukan dan yang menyempurnakan.
Lukas 15: 25
(15:25) Tetapi anaknya yang
sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi
seruling dan nyanyian tari-tarian.
Sebetulnya, kalau kita simak
dengan seksama di sini; ketika anak sulung pulang dan dekat ke rumah, “ia
mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.”
Artinya; anak sulung ini sudah
mengerti dan mengenal dan menerima pembukaan rahasia firman, segala rahasia
sorga sudah dinyatakan kepadanya, tetapi anehnya, dia dikategorikan sebagai
golongan yang tidak menghargai kasih Allah.
Sangat disayangkan kalau gereja
Tuhan (orang Kristen) sudah mendapatkan pembukaan rahasia firman, tetapi ia
tidak mengampuni orang yang bersalah, sama artinya tidak menghargai kasih
Allah.
“bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian”, itu adalah pembukaan
rahasia firman.
Anak sulung sudah berada di ladang
(berada di dalam), melayani di ladang Tuhan, dan dia sudah menerima (mendengar)
pembukaan rahasia firman Tuhan, tetapi sangat disayangkan ia tidak mau
mengampuni kesalahan adiknya, sehingga ia tinggal di luar.
Kalau hanya mengerti firman tetapi
tidak mengampuni kesalahan orang = berada (tinggal di luar).
Sangat disayangkan, awalnya berada
di dalam, namun akhirnya ia tinggal di luar.
Kesimpulannya, mereka yang tinggal
di luar (tidak masuk ke dalam):
1.
Golongan yang tidak berdiri di
atas kebenaran = tidak menghargai firman Allah ... Matius 7: 21-23
2.
Golongan yang tidak menghargai
minyak urapan yang mengalir dari sorga = tidak menghargai kuasa dari Roh-El
Kudus ... Matius 25: 1-13
3.
Golongan yang tidak menghargai
kasih Allah Bapa ... Lukas 25: 25-32
Pertanyaannya: Siapakah yang tidak menghargai Firman
Allah?
Jawabnya ialah ...
1 Timotius 4: 1-2
(4:1) Tetapi Roh dengan
tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu
mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan (4:2) oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati
nuraninya memakai cap mereka.
Di hari-hari ini banyak orang akan
murtad, lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran Setan-Setan oleh karena tipu
daya pendusta-pendusta, yaitu nabi-nabi palsu. Walaupun salah, mereka tetap
mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran Setan-Setan, dan itu adalah tanda bahwa
hari-hari ini adalah hari-hari terakhir.
Mengapa banyak orang mengikuti
roh-roh penyesat dan ajaran Setan-Setan? Karena mereka (guru-guru palsu)
melayani tanpa hati nurani, di mana hati nuraninya memakai cap mereka.
Cap mereka itu sama seperti daging
yang diselar oleh besi panas, dan kalau sudah diselar, itu sangat susah
dihapus. Jadi, biar salah, mereka tetap merasa diri benar karena hati nuraninya
melayani dengan cap mereka.
Sebaliknya, apabila seorang hamba
Tuhan penuh dengan Roh Kudus dalam memberitakan Injil, maka di dalam mulutnya
tidak ada dusta, sesuai 1 Yohanes 2: 27,
“pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta”
1 Timotius 4: 3
(4:3) Mereka itu melarang
orang kawin, melarang orang makan makanan yang diciptakan Allah
supaya dengan pengucapan syukur dimakan oleh orang yang percaya dan yang telah
mengenal kebenaran.
Nabi-nabi palsu disebut juga
dengan guru-guru palsu atau pendusta-pendusta, di mana ajaran mereka:
1. Melarang orang kawin.
Hal ini bertolak
belakang dengan Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, sebab Pengajaran
Mempelai dalam Terangnya Tabernakel berkuasa membawa gereja Tuhan masuk di
dalam pembentukan tubuh Kristus yang sempurna, menjadi tubuh mempelai, kelak
berada dalam perjamuan kawin Anak Domba (pesta nikah Anak Domba), sebagai
sasaran akhir dari ibadah pelayanan kita di atas muka bumi ini.
Alkitab terdiri dari
66 (enam puluh enam) kitab, diawali dari kitab Kejadian diakhiri dengan
kitab Wahyu, diawali dengan nikah Adam, diakhiri dengan pesta nikah
Anak Domba dalam Wahyu 19: 6-8.
Jadi dari awal sampai
akhir, Alkitab berbicara soal nikah, maka ajaran dari guru-guru palsu ini
bertolak belakang dengan Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel.
Tetapi sayangnya,
banyak orang menggandrungi ajaran dari guru-guru palsu ini, ikut roh-roh
penyesat, ikut ajaran Setan-Setan.
Bersyukur kita diajar
oleh Tuhan, dibentuk, dan hubungan kita dibawa sampai kepada nikah suci dengan
Kristus, Kepala, Mempelai Pria Sorga, maka tidak terjadi penyangkalan. Tetapi
kalau nikah suci sudah rusak, di situ terjadi penyangkalan demi penyangkalan.
2. Melarang orang makan
makanan yang diciptakan Allah.
Perlu untuk diketahui:
makanan yang diciptakan Allah ialah melakukan kehendak Allah Bapa dan
menyelesaikan pekerjaan-Nya, sesuai dengan Yohanes 4: 34-35
Dan ini merupakan
kekejian bagi Tuhan, sebab apabila nanti pembinasa keji berdiri di tempat
kudus, maka mereka nanti akan menghentikan korban sehari-hari, yakni; korban
santapan (melakukan kehendak Allah Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya), dan
korban sembelihan (hati yang hacur, jiwa yang patah dan remuk).
Pertanyaannya: Siapakah yang tidak menghargai kuasa Roh-El
Kudus?
Jawabnya ialah ...
1 Yohanes 2: 21-22
(2:21) Aku menulis kepadamu,
bukan karena kamu tidak mengetahui kebenaran, tetapi justru karena kamu
mengetahuinya dan karena kamu juga mengetahui, bahwa tidak ada dusta yang
berasal dari kebenaran. (2:22)
Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah
Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik
Bapa maupun Anak.
Siapakah pendusta itu? Dia itu
adalah antikristus, dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus.
Kristus, artinya: Yang Diurapi.
Dalam Perjanjan Lama ada tiga yang
diurapi oleh Tuhan:
1. Raja-raja.
2. Imam-imam.
3. Nabi.
Pendeknya, antikristus adalah pendusta yang tidak menghargai kuasa Roh
Kudus.
Pertanyaannya: Siapakah yang tidak menghargai kasih Allah?
Jawabnya ialah ...
Yohanes 8: 44
(8:44) Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan
keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan
tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia
berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta
dan bapa segala dusta.
Iblis atau Setan adalah pembunuh
manusia dari sejak semula, berarti; tidak menghargai kasih Allah.
Kesimpulannya:
1.
Pendusta-pendusta yang tidak
menghargai firman Allah, itulah nabi-nabi palsu.
2.
Pendusta-pendusta yang tidak
menghargai Roh Allah, itulah antikris.
3.
Pendusta-pendusta yang tidak
menghargai kasih Allah, itulah Iblis (Setan).
Jadi:
1.
Yesus, Anak Allah, berhadapan langsung dengan nabi-nabi palsu.
2.
Roh Kudus berhadapan langsung dengan antikris.
3.
Allah Bapa berhadapan langsung dengan Setan.
Allah Tri Tunggal berhadapan
langsung dengan tri tunggalnya Iblis (Setan).
Supaya kita tidak saling mendustai
satu dengan yang lain, maka; kita menghargai firman Allah, dan mau menghargai
minyak urapan yang mengalir dari sorga, dan hidup di dalam kasih Allah, kita
perhatikan jalan keluarnya, maka kita tidak akan tinggal di luar, melainkan
masuk di dalamnya.
Jalan keluarnya.
Wahyu 21: 22-27
(21:22) Dan aku tidak melihat
Bait Suci di dalamnya; sebab Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, adalah Bait Sucinya,
demikian juga Anak Domba itu. (21:23)
Dan kota itu tidak memerlukan matahari dan bulan untuk menyinarinya, sebab kemuliaan
Allah meneranginya dan Anak Domba itu adalah lampunya. (21:24) Dan bangsa-bangsa akan berjalan
di dalam cahayanya dan raja-raja di bumi membawa kekayaan mereka
kepadanya; (21:25) dan pintu-pintu
gerbangnya tidak akan ditutup pada siang hari, sebab malam tidak akan ada
lagi di sana; (21:26) dan kekayaan
dan hormat bangsa-bangsa akan dibawa kepadanya. (21:27) Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang
melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis
di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu.
Kota Yerusalem tidak memerlukan
matahari dan bulan untuk menyinari kota itu, tetapi kemuliaan Allah
meneranginya dan Anak Domba itu adalah lampunya, sehingga tampaklah dua hal
dengan jelas:
1.
Bangsa-bangsa berjalan di dalam
cahayanya dan raja-raja membawa kekayaan mereka kepadanya.
2.
Pintu-pintu gerbangnya tidak akan
ditutup pada siang hari, sebab malam tidak ada lagi di sana.
Malam, artinya gelap,
dan gelap adalah tempatnya dosa disembunyikan.
Kita membuka hati dengan
lebar-lebar untuk segala kebaikan dan kemurahan hati Tuhan, karena malam tidak
ada lagi, dosa tidak lagi disembunyikan, maka kekayaan dan hormat bangsa-bangsa
akan dibawa kepadanya. Inilah yang terjadi kalau kehidupan anak-anak Tuhan
sudah masuk ke dalamnya, itulah mereka yang tidak hidup di dalam dusta.
Jadi;
-
Dosa dusta ini adalah dosa yang
terakhir, kalau kita perhatikan Wahyu
21: 27.
-
Kalau kita perhatikan Wahyu 22: 15, dusta juga dosa terakhir.
-
Kalau kita perhatikan Kolose 3: 5-9, di situ berbicara
tentang kehidupan manusia pada jaman jahiliah, di mana orang yang hidup di luar
Tuhan tanpa sadar ditarik ke dalam penyembahan berhala. Tetapi dosa di dalam
Tuhan, ujung-ujungnya adalah dosa saling mendustai satu dengan yang lain,
berarti dosa yang terakhir adalah betul-betul dosa dusta.
Mengapa saya katakan dosa dusta
adalah dosa yang terakhir? Karena dosa dusta ini begitu rupa menjadi sebuah
bingkisan, sehingga dusta ini dapat membungkus semua dosa apa saja, termasuk
dosa kejahatan, dosa kefasikan, dosa kenajisan dibungkus begitu rupa oleh dosa
dusta, bahkan lebih menarik dari semua parcel
yang ada di atas muka bumi ini.
Tetapi puji Tuhan, mereka yang
tidak hidup dalam dusta, tidak saling mendustai satu dengan yang lain, mereka
layak masuk ke dalamnya.
Ketika bangsa-bangsa berjalan di
dalam terang itu, raja-raja membawa kekayaan dan pintunya tidak tertutup pada
siang hari karena tidak ada malam, tidak ada dosa yang tersembunyi, tidak ada
dusta, maka kekayaan dan hormat bangsa-bangsa akan dibawa kepadanya.
Kita berdoa, supaya kita tidak
saling mendustai lagi, dan kalau kita tidak ada lagi dusta, maka layak berada
dalam Yerusalem baru, maka nanti raja-raja membawa kekayaan, hormat, dan
kemuliaan masuk ke dalamnya.
Kalau masih ada dusta, segeralah
minta ampun. Jangan anggap ini adalah dosa kecil. Dusta adalah dosa terakhir,
dosa yang dapat membungkus semua dosa sehingga terliat demikian menariknya.
Jangan saling mendustai satu
dengan yang lain, berjanjilah dengan tangisan di bawah kaki Tuhan. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment