KEBAKTIAN PERSEKUTUAN: PENGAJARAN
PEMBANGUNAN TABERNAKEL (PPT) KARIMUN,
25 Juli 2019 (Sesi 3)
Tema: DAUD BERKENAN DI HATI TUHAN (Kisah Para Rasul 13: 22)
Subtema: MENJADI PILIHAN & BERKENAN DI HATI
TUHAN KARENA MENIKMATI AIR SUSU YANG MURNI DAN ROHANI
Shalom.
Selamat
malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi setiap kehidupan kita,
memenuhi tempat perhimpunan ibadah ini, memenuhi setiap kehidupan kita
sekaliannya pribadi lepas pribadi tanpa terkecuali.
Saya juga
tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, bahkan hamba-hamba Tuhan yang
sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, video internet Youtube, Facebook di manapun anda
berada. Mari kita mohon kepada Tuhan dengan segala kerendahan hati lewat doa,
supaya kiranya kita dilayakkan untuk menikmati pembukaan firman malam ini.
Pada sesi
pertama kemarin malam, kita sudah mendapat berkat dan kemurahan Tuhan, kemudian
pada sesi kedua tadi pagi, Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci, kita
juga mendapat berkat dan kemurahan dari Tuhan, dan biarlah malam ini tanpa
terkecuali kita kembali diberkati, dilawat oleh firman Tuhan.
Kita berdoa
bersama-sama, kita mohon kemurahan Tuhan supaya Tuhan bukakan firman-Nya bagi
kita sekaliannya, kita boleh menikmati kemurahan demi kemurahan.
Kita segera
memperhatikan tema yang ada yang sudah terpampang dengan jelas: “Aku
telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku”
Kisah Para
Rasul 13: 22
(13:22) Setelah Saul disingkirkan, Allah
mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku
telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku
dan yang melakukan segala kehendak-Ku.
Singkatnya:
Daud berkenan di hati Tuhan.
Doa saya:
Kiranya kita semua hamba-hamba Tuhan, para imam, pelayan Tuhan, sampai kepada
seluruh sidang jemaat, kita semua berkenan di hati Tuhan.
Berkaitan
dengan itu, kita segera melihat 1 Samuel 16.
1 Samuel 16:
1
(16:1) Berfirmanlah TUHAN kepada Samuel:
"Berapa lama lagi engkau berdukacita karena Saul? Bukankah ia telah
Kutolak sebagai raja atas Israel? Isilah tabung tandukmu dengan minyak dan
pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara
anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagi-Ku."
Samuel
mengurapi Daud, sebab Allah telah memilih Daud menjadi raja atas Israel.
1 Samuel 16:
6-10
(16:6) Ketika mereka itu masuk dan Samuel melihat
Eliab, lalu pikirnya: "Sungguh, di hadapan TUHAN sekarang berdiri
yang diurapi-Nya." (16:7)
Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau
perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia
yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN
melihat hati." (16:8) Lalu Isai
memanggil Abinadab dan menyuruhnya lewat di depan Samuel, tetapi Samuel
berkata: "Orang ini pun tidak dipilih TUHAN." (16:9) Kemudian Isai menyuruh Syama lewat, tetapi Samuel
berkata: "Orang ini pun tidak dipilih TUHAN." (16:10) Demikianlah Isai menyuruh ketujuh anaknya lewat di depan
Samuel, tetapi Samuel berkata kepada Isai: "Semuanya ini tidak dipilih
TUHAN."
Isai terlebih
dahulu memperlihatkan anak-anaknya yang tertua;
-
Yang pertama: Eliab.
- Yang kedua: Abinadab.
-
Yang ketiga: Syama.
Lalu Samuel
berpikir bahwa Tuhan akan memilih salah satu dari ketiganya, tetapi
kenyataannya: Tuhan menolak ketiganya, bahkan sampai anak Isai yang ketujuh
ditolak oleh Tuhan.
Mengapa
demikian? Karena “manusia melihat apa
yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati”. Manusia melihat paras yang
menawan serta rupawan, juga melihat perawakan yang tinggi, gagah, hebat dan
kuat, tetapi Tuhan tidak melihat hal-hal yang lahiriah, Tuhan hanya melihat
hati.
Tuhan
melihat hati saya, Tuhan melihat hati rekan-rekanku hamba Tuhan, Tuhan melihat
hati imam-imam, sampai melihat hati seluruh sidang jemaat tanpa terkecuali.
Yang Tuhan lihat adalah hati.
1 Samuel 16:
11-12
(16:11) Lalu Samuel berkata kepada Isai:
"Inikah anakmu semuanya?" Jawabnya: "Masih tinggal yang bungsu,
tetapi sedang menggembalakan kambing domba." Kata Samuel kepada
Isai: "Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan, sebelum
ia datang ke mari." (16:12)
Kemudian disuruhnyalah menjemput dia. Ia kemerah-merahan, matanya indah dan
parasnya elok. Lalu TUHAN berfirman: "Bangkitlah, urapilah dia,
sebab inilah dia."
Akhirnya
Samuel mengurapi Daud, sebab Tuhan memilih Daud menjadi raja atas Israel.
Sebenarnya, pada waktu itu Daud sedang menggembalakan kambing domba ayahnya.
Ternyata,
Daud yang tidak diperhitungkan, justru dipilih oleh Tuhan, itu sebabnya Samuel
mengurapi Daud, walaupun manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan
melihat hati Daud.
Mazmur 78:
72
(78:72) Ia menggembalakan mereka dengan ketulusan
hatinya, dan menuntun mereka dengan kecakapan tangannya.
Daud
menggembalakan umat Israel dengan ketulusan hatinya, itu sebabnya Samuel
mengurapi Daud, karena Tuhan memilih dia menjadi raja untuk menggembalakan
Israel, umat-Nya.
Jadi, Tuhan
tidak salah memilih Daud menjadi raja atas Israel, milik kepunyaan-Nya, sebab
Tuhan betul-betul mengenal hati Daud.
Tuhan
betul-betul mengenal hati kita masing-masing, pribadi lepas pribadi, siapa pun
dia, termasuk saya.
Mazmur 78:
70-71
(78:70) dipilih-Nya Daud, hamba-Nya, diambil-Nya
dia dari antara kandang-kandang kambing domba; (78:71) dari tempat domba-domba yang menyusui
didatangkan-Nya dia, untuk menggembalakan Yakub, umat-Nya, dan Israel,
milik-Nya sendiri.
Daud
dipilih, diambil dari antara kandang-kandang kambing domba, lebih tepatnya dari
tempat domba-domba yang menyusui didatangkan-Nya dia, untuk menggembalakan
Yakub, miliknya, Israel, umat-Nya.
Persamaan
kalimat: “domba-domba yang menyusui”
adalah sama seperti seorang anak yang diasuh dan dirawat oleh ibunya.
1 Tesalonika
2: 7
(2:7) Tetapi kami berlaku ramah di antara
kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
Rasul Paulus
berlaku ramah terhadap sidang jemaat di Tesalonika, seperti seorang ibu.
Ibu, menunjuk;
gembala sidang. Tugas gembala sidang ialah; mengasuh dan merawati
sidang jemaat, sebagai anak-anak rohaninya.
Seorang
gembala tidak boleh lari dari tanggung jawab yang dipercayakan oleh Tuhan,
yaitu; di dalam hal mengasuh dan merawati anak-anak rohaninya, itulah sidang
jemaat. Sebaliknya, seorang anak berhak untuk mendapat hak asuh dan berhak
mendapat hak rawat dari ibunya, bagaikan domba-domba yang menyusui.
Demikianlah
pribadi Daud di hadapan Tuhan; diasuh dan dirawat, bagaikan domba-domba yang
menyusui.
Tidak
mungkin kita menjadi seorang gembala, tidak mungkin kita mencapai pertumbuhan
rohani yang sehat, dewasa, dan menjadi seorang pimpinan dalam rumah Tuhan,
kalau kita tidak terlebih dahulu diasuh dan dirawat, bagaikan domba-domba yang
menyusui tadi. Itu tidak mungkin.
1 Petrus 2:
2
(2:2) Dan jadilah sama seperti bayi yang baru
lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani,
supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan,
Perhatikan
kalimat: “Dan jadilah sama seperti bayi
yang baru lahir”
Mengapa
Tuhan merindukan kehidupan kita untuk menjadi sama seperti bayi yang baru
lahir? Sebab bayi yang baru lahir itu selalu ingin akan air susu yang murni dan
yang rohani.
Mari kita
simak tentang: Air susu yang murni dan yang rohani.
Tentang: “AIR
SUSU YANG MURNI”
Air susu
yang murni, menunjuk; firman Allah yang tidak ditambahkan dan tidak
dikurangkan.
Saking
senangnya dengan anak yang baru lahir ini, lalu diberikan minuman kesukaan
bapaknya, kopi luwak misalnya, anaknya itu mengalami mati, oleh sebab itu; bayi
yang baru lahir hanya rindu air susu yang murni, tidak boleh yang lain.
Murni, artinya;
tidak ditambahkan dan tidak dikurangkan.
Ditambahkan, artinya; hamba
Tuhan itu menyampaikan satu dua ayat firman Tuhan lalu ditambahkan dengan
cerita-cerita isapan jempol, ditambahkan lagi dengan dongeng nenek-nenek tua,
takhayul-takhayul, dan filsafat-filsafat kosong, seluruhnya diceritakan.
Dikurangkan, artinya;
pemberitaan firman tentang salib Kristus diganti dengan dua hal:
1. “Teori
kemakmuran atau teologi kemakmuran”, artinya; orang Kristen tidak boleh
miskin, harus kaya. Itu saja yang menjadi bahan kotbah dalam setiap pertemuan
ibadah; meninabobokan sidang jemaat.
2. “Tanda-tanda
heran atau mujizat.” Kalau kita melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh,
mujizat pasti terjadi, tidak mungkin tidak dan itu tidak bisa disangkal. Tetapi
perlu untuk diketahui; sejuta kali mujizat terjadi di depan mata, tidak ada
artinya kalau berita salib tidak ditegakkan di tengah-tengah ibadah pelayanan
yang Tuhan percayakan.
Kesimpulannya:
Firman yang ditambahkan dan firman yang dikurangkan tidak memberi pertumbuhan
rohani yang sehat, sebab itu bukan air susu yang murni.
Maka sudah
tentu, bayi tidak akan mendapatkan pertumbuhan rohani yang sehat. Jangan
berharap ia akan tumbuh dewasa, sehat saja tidak akan mungkin.
Tentang: “AIR
SUSU YANG ROHANI”
Air susu
yang rohani, menunjuk; firman Allah yang disampaikan itu 100% (seratus persen)
tentang perkara-perkara yang di atas atau perkara-perkara rohani, bukan tentang
perkara-perkara di bawah atau perkara-perkara lahiriah.
Maka kalau
kita perhatikan pernyataan rasul Paulus dalam 2 Korintus 4: 16, “kami tidak tawar hati, tetapi meskipun
manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui
dari sehari ke sehari.” Rasul Paulus tidak tawar hati di dalam melayani
pekerjaan Tuhan, apapun yang terjadi. Sebab itu pada 2 Korintus 4: 17-18,
ciri-ciri manusia rohani atau manusia batiniah yang dibaharui dari sehari ke
sehari ialah:
1.
Mengabaikan (tidak peduli) penderitaan atau sengsara
yang sifatnya sementara dan ringan.
2.
Tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan
memperhatikan yang tidak kelihatan, yaitu perkara rohani, perkara di atas,
perkara sorgawi, itulah ibadah dan pelayanan yang Tuhan percayakan.
Sekarang
kita memperhatikan suratan 1 Yohanes 4.
1 Yohanes 4:
1-5
(4:1) Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah
percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka
berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke
seluruh dunia. (4:2) Demikianlah
kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah
datang sebagai manusia, berasal dari Allah, (4:3) dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari
Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar,
bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia. (4:4) Kamu berasal dari Allah,
anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada
di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia. (4:5) Mereka berasal dari dunia; sebab
itu mereka berbicara tentang hal-hal duniawi dan dunia mendengarkan mereka.
Janganlah percaya
akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu. Mengapa harus diuji? Tujuannya
ialah untuk mengetahui; apakah roh itu berasal dari Allah atau berasal dari
antikris?
-
Tanda Roh Allah: mengaku,
bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, artinya; senantiasa
menyangkal dirinya dan memikul salibnya di dalam melayani pekerjaan Tuhan.
Yesus adalah Allah
menjadi manusia, dan ketika menjadi manusia; Dia menanggung sengsara salib,
itulah Roh Allah.
-
Tanda roh antikristus: “tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah”, artinya; tidak
mengakui Yesus, Anak Allah, yang disalibkan itu, berarti; tidak mengakui salib
Kristus atau tidak menceritakan salib Kristus, melainkan mereka sibuk
menceritakan hal-hal yang duniawi, perkara-perkara lahiriah, perkara di bawah ini.
“Mereka berasal dari dunia; sebab itu mereka
berbicara tentang hal-hal duniawi”, itulah roh antikris.
Hanya
berbicara soal dunia, perkara lahiriah, perkara di bawah, itu adalah roh
antikris, dan ini harus ditolak sebab merusak pertumbuhan rohani.
Jangan
terpengaruh dengan paras yang cakap, perawakan yang besar dan tinggi. Tadi kita
sudah mendengar persembahan pujian dari zangkoor yang mengatakan: “Tuhan tidak melihat paras dan perawakan”
1 Yohanes 4:
6
(4:6) Kami berasal dari Allah: barangsiapa mengenal
Allah, ia mendengarkan kami; barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia tidak
mendengarkan kami. Itulah tandanya Roh kebenaran dan roh yang
menyesatkan.
Barangsiapa
mengenal Allah, ia mendengarkan firman tentang salib yang ditegakkan di tengah
ibadah pelayanan. Sebaliknya; barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia tidak
mau menerima dan tidak mau mendengarkan firman tentang salib Kristus.
1 Korintus
1: 22-23
(1:22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda
dan orang-orang Yunani mencari hikmat, (1:23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan:
untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang
bukan Yahudi suatu kebodohan,
Di dalam
beribadah dan melayani pekerjaan Tuhan;
-
Orang-orang Yahudi menghendaki tanda atau mujizat-mujizat.
-
Orang-orang Yunani atau bangsa kafir mencari hikmat
atau pengertian.
Tetapi di
sini kita melihat; Rasul Paulus memberitakan firman tentang salib Kristus, dia
memiliki pendirian yang kuat, inilah air susu yang murni dan rohani.
-
“Bagi orang-orang
Yahudi”, air susu yang murni dan rohani -- itulah berita salib -- suatu batu sandungan.
Mengapa demikian?
Sebab orang-orang Yahudi menghendaki tanda atau mujizat-mujizat semata di
tengah-tengah ibadah pelayanan. Saya sudah katakan di atas tadi: sejuta kali
mujizat terjadi di depan mata, tidak ada artinya kalau salib tidak ditegakkan
di tengah ibadah pelayanan ini.
Tetapi Rasul Paulus
tidak peduli dengan keinginan dari orang Yahudi, dia tetap dengan pendiriannya
untuk tetap menyampaikan firman tentang salib, itulah air susu yang murni dan
rohani. Demikian juga dengan kita semua, baiknya juga seperti itu:
Rekan-rekanku, hamba Tuhan, jangan terpengaruh dengan sidang jemaat.
Sidang jemaat hanya
menginginkan mujizat, tetapi salib tidak ditegakkan, itu bukan air susu yang
murni dan rohani, tetapi biarlah kita tetap menyampaikan pemberitaan firman
tentang salib kepada sidang jemaat, itulah air susu yang murni dan rohani,
tidak boleh diubah-ubah lagi.
- “Bagi orang-orang Yunani atau bangsa kafir”,
air susu yang murni dan rohani (-- itulah berita salib --) adalah suatu
kebodohan.
Mengapa demikian?
Sebab orang Yunani (bangsa kafir) menghendaki atau mencari hikmat. Kalau
seseorang berhikmat mengerti firman Tuhan, tetapi tidak melakukannya, ia sama
dengan; ahli Taurat, orang Farisi (Matius 23: 1-8).
Bangsa kafir -- yang diwakili oleh orang Yunani --
melayani untuk mencari hikmat, sehingga ketika melihat orang yang menyangkal
diri dan memikul salib di tengah ibadah pelayanan, dia katakan itu adalah suatu
kebodohan, menghabiskan waktu,
menghabiskan tenaga, menghabiskan uang, karena yang terpenting bagi bangsa
kafir adalah hikmat semata.
Matius 23:
1-3
(23:1) Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak
dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: (23:2)
"Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki
kursi Musa. (23:3) Sebab itu
turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi
janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya
tetapi tidak melakukannya. (23:4)
Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu
orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.
Ahli Taurat,
orang Farisi adalah orang yang mengerti firman, orang intelektual, mereka
mengajarkan salib, tetapi mereka sendiri tidak mau memikul salibnya,
menunjukkan bahwa mereka tidak membutuhkan air susu yang murni dan yang rohani.
Maka kita
lihat; PERBUATAN MEREKA dalam ayat 16-18.
Matius 23:
16-18
(23:16) Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin
buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah
demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. (23:17) Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah
yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? (23:18) Bersumpah demi mezbah, sumpah
itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya,
sumpah itu mengikat.
Ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi melayani Tuhan tetapi terikat dengan
perkara-perkara lahiriah.
Kalau hamba
Tuhan ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, maka tentu perbuatannya
harus murni dan rohani. Ahli Taurat dan orang Farisi tidak ingin akan air susu
yang murni dan yang rohani, maka perbuatan mereka sama, tidak murni dan tidak
rohani, itu tidak bisa dipungkiri.
Kesimpulannya:
Ahli Taurat dan orang Farisi dikuasai oleh roh antikris, sebab mereka hanya
berbicara soal yang dunia, perkara-perkara lahiriah, perkara di bawah, mereka
tidak membutuhkan air susu yang murni dan rohani.
Lalu
bagaimanalah seorang anak mendapat pertumbuhan rohani yang sehat, jika tidak
mendapatkan air susu yang murni dan yang rohani? Bagaimana mungkin seseorang
dapat melayani pekerjaan Tuhan dengan baik, kalau dari sejak kecil tidak diasuh
dan dirawat dengan baik seperti domba-domba yang menyusui? Tidak mungkin.
Tetapi tadi
kita sudah melihat: Daud diambil dari antara kandang-kandang kambing domba,
tepatnya tempat domba-domba menyusui. Dipersiapkan oleh Tuhan untuk
menggembalakan umat Israel.
Manfaat air susu yang murni dan rohani.
1 Petrus 2:
2
(2:2) Dan jadilah sama seperti bayi yang baru
lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya
olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan,
Air susu
yang murni dan yang rohani itu bermanfaat memberi pertumbuhan rohani yang sehat
sampai akhirnya dewasa rohani.
Mari kita
lihat; KEDEWASAAN.
Efesus 4:
12-13
(4:12) untuk memperlengkapi orang-orang kudus
bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, (4:13) sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan
yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan
yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,
Dengan
pertumbuhan rohani yang sehat oleh karena air susu yang murni dan rohani, maka
akan menjadikan kita dewasa rohani, sampai akhirnya kita;
-
“Mencapai
kesatuan iman.”
- “Mencapai pengetahuan
yang benar tentang Anak Allah.”
- “Mencapai kedewasaan
penuh.”
-
“Mencapai tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan
kepenuhan Kristus.”
Saya
berharap; kita semua mencapai kepada kesatuan iman yang membawa sampai
terwujudnya kesatuan tubuh, itulah tubuh mempelai, dan kelak berada dalam
perjamuan kawin Anak Domba. Ini adalah kedewasaan. Kalau belum dewasa, jangan
menikah dulu.
Di dalam Kidung
Agung 8; tanda kedewasaan mempelai perempuan itu dilihat dari buah dada.
Buah dada, menunjuk kepada; dua loh batu yang berisikan sepuluh hukum Allah,
yang intinya hanya satu, yaitu; kasih.
-
Loh batu yang pertama; Kasih kepada Tuhan.
-
Loh batu yang kedua; Kasih kepada sesama.
Kalau belum
mampu mengasihi sesama, terlebih Tuhan, tidak layak masuk dalam pesta nikah.
Kesatuan
iman, wujudnya sampai kepada kesatuan tubuh (dewasa rohani). Itulah manfaaat
dari air susu yang murni dan yang rohani.
Tetapi kalau
kita kejar uang, maka uang lari, di sisi lain kita tidak memiliki Tuhan.
Berbicara
tentang kedewasaan penuh, berarti; mencapai tingkat pertumbuhan yang sesuai
dengan kepenuhan Kristus.
Dampak
positif dewasa rohani.
Efesus 4: 14
(4:14) sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan
oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam
kelicikan mereka yang menyesatkan,
Tidak mudah
diombang-ambingkan oleh rupa-rupa pengajaran palsu, sebab air susu yang murni
dan rohani itu telah memberi pertumbuhan rohani yang sehat sampai akhirnya
dewasa rohani.
Efesus 4: 15
(4:15) tetapi dengan teguh berpegang kepada
kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia,
Kristus, yang adalah Kepala.
Kita
bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.
Pendeknya;
pertumbuhan rohani yang sehat itu mengarah kepada Kristus Kepala.
Kepala itu
satu, maka tubuh pun satu, walaupun anggotanya banyak. Sebab itu saya tandaskan
malam ini; jangan kultuskan seorang hamba Tuhan, dengan berkata: “Kalau bukan dia (hamba Tuhan yang
dikultuskan), maka yang lain tidak benar
dan tidak murni”; Kristus adalah Kepala dan Kristus hanya ada satu,
anggota-Nya banyak tetapi satu.
Dalam 1
Korintus 13:1, dengan tegas Rasul Paulus berkata: “Adakah Kristus terbagi-bagi?”, apakah Kepala bisa dibagi-bagi?
Tentu tidak.
Inilah
gambaran dari pada domba-domba yang menyusui; mengalami pertumbuhan yang sehat,
pertumbuhan yang mencapai kepada
kedewasaan penuh, bertumbuh dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah
Kepala.
Daud diambil
dari tempat-tempat domba yang menyusui, menunjukkan bahwa: Daud sudah dewasa,
dia layak untuk diurapi dan menjadi raja atas Israel. Demikian juga dengan
kita, hamba-hamba Tuhan, imam-imam, para pelayan Tuhan: Jangan asal melayani
Tuhan, jangan asal enak-enak melayani pekerjaan Tuhan menjadi pimpinan dalam
rumah Tuhan.
Perhatikanlah
hal ini lebih dulu; Tuhan mengambil Daud dari antara kandang-kandang kambing
domba, lebih tepatnya dari tempat domba-domba menyusui, berarti; memberi sebuah
gambaran tentang kedewasaan.
Ciri-ciri domba yang menyusui.
Yohanes 10:
1
(10:1) "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu,
tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok;
Saya
tandaskan malam ini: yang menjadi gembala, apabila masuk ke dalam kandang
domba, harus melalui pintu.
Yohanes 10:
2-4
(10:2) tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia
adalah gembala domba. (10:3) Untuk
dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia
memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.
(10:4) Jika semua dombanya telah
dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti
dia, karena mereka mengenal suaranya.
Domba-domba
yang menyusui, berarti; tergembala dengan baik, dengan benar, di dalam suatu
penggembalaan, berarti; tidak liar.
Ciri domba
yang menyusui, tergembala dengan baik dan benar, yaitu:
1. “domba-domba mendengarkan suaranya (gembala)”,
sama dengan; dengar-dengaran.
2. “domba-domba itu mengikuti dia (gembala)”,
sama dengan; mengikuti contoh teladan Tuhan.
Keterangan: MENDENGAR SUARA GEMBALA.
Mendengar
suara gembala, sama dengan; dengar-dengaran.
Contoh
dengar-dengaran: SAMUEL.
1 Samuel 3:
4-8
(3:4) Lalu TUHAN memanggil: "Samuel!
Samuel!", dan ia menjawab: "Ya, bapa." (3:5) Lalu berlarilah ia kepada Eli,
serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Tetapi Eli
berkata: "Aku tidak memanggil; tidurlah kembali." Lalu pergilah ia
tidur. (3:6) Dan TUHAN memanggil
Samuel sekali lagi. Samuel pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta
berkata: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Tetapi Eli
berkata: "Aku tidak memanggil, anakku; tidurlah kembali." (3:7) Samuel belum mengenal TUHAN;
firman TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya. (3:8) Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi, untuk ketiga kalinya.
Ia pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta katanya: "Ya, bapa,
bukankah bapa memanggil aku?" Lalu mengertilah Eli, bahwa TUHANlah yang
memanggil anak itu.
Tuhan
memanggil Samuel sebanyak tiga kali. Ketika Samuel dipanggil;
-
Pada panggilan pertama, ia menjawab: “Ya, bapa”
- Demikian
juga pada panggilan kedua, ia menjawab: “Ya,
bapa”
-
Sampai kepada panggilan yang ketiga, ia menjawab: “Ya, bapa”
Menunjukkan bahwa;
Samuel dengar-dengaran, peka terhadap suara panggilan.
Inilah suatu
kehidupan domba yang tergembala dengan baik; menjadi domba yang
dengar-dengaran.
Ketika
Samuel dipanggil, berlarilah ia kepada Eli, serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Tetapi Eli
berkata: "Aku tidak memanggil;
tidurlah kembali." Lalu pergilah ia tidur.
Pada saat
panggilan yang kedua, Samuel tetap pergi mendapatkan Eli, dan berkata: “Ya, bapa”, tetapi ternyata Eli tidak
memanggil Samuel. Lalu Samuel disuruh tidur untuk yang kedua kalinya, namun di
situ Samuel tidak marah sedikit pun.
Saudara bisa
bayangkan: Saat sedang tidur nyenyak di tengah malam, tiba-tiba ada suara
panggilan. Lalu dia datang, namun ternyata tidak dipanggil, malahan disuruh
tidur kembali. Hal itu berlangsung sebanyak 3 kali, tetapi ternyata juga tidak
dipanggil, justru disuruh kembali tidur. Biasanya, orang akan marah-marah,
sebab itu dianggap menganggu ketenangan, kenyamanan tidurnya.
Tetapi
Samuel tidak demikian, Samuel tidak marah-marah, padahal dia masih kecil, masih
muda, bahkan ada hal yang lebih lucu lagi, yang akan kita perhatikan pada ayat
7.
1 Samuel 3:
7
(3:7) Samuel belum mengenal TUHAN; firman
TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya.
Yang
lucunya, Samuel ini belum mengenal Tuhan, bahkan firman Tuhan pun belum pernah
dinyatakan oleh imam Eli kepada Samuel.
Tidak
mungkin imam Eli bisa menyampaikan firman Tuhan, sedangkan matanya mulai kabur
dan tidak dapat melihat dengan baik, dengan kata lain buta. Apa yang bisa kita
sampaikan kalau kita buta rohani? Tidak ada.
1 Samuel 3:
1
(3:1) Samuel yang muda itu menjadi pelayan TUHAN
di bawah pengawasan Eli. Pada masa itu firman TUHAN jarang; penglihatan-penglihatan
pun tidak sering.
Samuel yang
muda itu menjadi pelayan Tuhan di bawah pengasuhan Eli. Pada masa itu, firman
Tuhan jarang sekali disampaikan kepadanya, juga penglihatan pun tidak sering,
tetapi Samuel yang masih muda itu adalah pribadi yang dengar-dengaran.
Kita sudah
mengikuti dari sesi pertama, sesi kedua, dan ini sesi ketiga. Berbahagialah
yang sudah mengikuti tiga sesi ini, supaya kita betul-betul menjadi kehidupan
yang dengar-dengaran. Kalau Samuel saja yang masih muda dengar-dengaran,
apalagi kita yang sudah mengikuti tiga sesi ini.
Pertanyaannya;
Mengapa Samuel memiliki Roh dengar-dengaran?
1 Samuel 3:
3
(3:3) Lampu rumah Allah belum lagi padam. Samuel
telah tidur di dalam bait suci TUHAN, tempat tabut Allah.
“Samuel telah tidur”, arti rohaniya
adalah masuk dalam pengalaman kematian.
Cepat-cepat
mati, supaya cepat bangkit. Lama mati, maka lama juga bangkitnya.
Proses
pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus itu hanya tiga hari, tidak
lama. Tetapi yang membuat kita lama masuk dalam pengalaman kematian dan
kebangkitan adalah suara daging, tidak mati-mati.
Oleh sebab itu,
biarlah kita cepat mati, mematikan suara daging, keinginan daging, supaya
akhirnya kita menjadi pribadi yang dengar-dengaran.
Pertanyaannya:
Di mana pengalaman ini terjadi?
Jawabnya: “di dalam bait suci TUHAN, tempat tabut Allah”,
berarti; di dekat Tabut Perjanjian.
Tabut
Perjanjian terdiri dari dua bagian:
1. Tutup
grafirat dengan dua kerub di atasnya.
2. Peti
yang disalut dengan emas murni bagian luar dan dalamnya, supaya kualitas rohani
sederajat dengan Mempelai Laki-Laki Sorga.
Pengertian
rohani Tabut Perjanjian:
1. Takhta
Allah, menunjuk; ibadah dan pelayanan.
2. Hubungan
nikah antara Kristus, sebagai Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga, dengan
gereja Tuhan, sebagai mempelai perempuan-Nya, berdasarkan kasih.
Pengalaman
kematian itu terjadi di dekat Tabut Perjanjian, berarti dapat kita ambil
kesimpulan, bahwa; Samuel mempertahankan nikah suci, terjadinya suatu
persekutuan yang indah dengan Tuhan.
Itulah Tabut
Perjanjian; tutup dengan petinya menyatu, itulah nikah suci, hubungan intim
antara tubuh dengan Kepala menyatu.
Mari kita
menghormati nikah, baik itu nikah jasmani dan juga nikah rohani.
-
Nikah kita dalam rumah tangga, itulah nikah jasmani.
-
Nikah kita, hubungan kita dengan Tuhan, itulah nikah
rohani.
Nikah suci,
jangan direcoki dengan yang jahat, yang najis, supaya betul-betul kita menjadi
kehidupan yang dengar-dengaran.
Lucu rasanya
apabila seseorang dengar-dengaran tanpa ada firman, dengar-dengaran tanpa ada
penglihatan? Ternyata, Samuel yang masih kecil dengar-dengaran itu terjadi
karena nikah suci. Inilah letak keberhasilan dari Samuel yang masih muda.
Saya,
sebagai suami, harus menghormati nikah suci dalam rumah tangga, juga
menghormati hubungan saya dengan Tuhan, itulah nikah rohani, sebab Kristus
adalah Kepala. Oleh sebab itu, biarlah kita semua menjadi suatu kehidupan domba
yang dengar-dengaran, tidak mempertahankan zona kenyamanan, seperti Samuel.
Praktek dengar-dengaran.
1 Samuel 3:
5
(3:5) Lalu berlarilah ia kepada Eli,
serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Tetapi Eli
berkata: "Aku tidak memanggil; tidurlah kembali." Lalu pergilah ia
tidur.
“Lalu berlarilah ia kepada Eli”, sama
dengan; berlari kepada suara panggilan.
Jangan
berlari kepada suara asing yang memanggil. Sebaliknya, kalau Tuhan memanggil,
jangan berlari ke tempat lain. Jangan mendengar suara panggilan yang lain
(suara asing) yakni; suara daging dan suara Setan.
Filipi 3:
13-15
(3:13) Saudara-saudara, aku sendiri tidak
menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku
melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di
hadapanku, (3:14) dan berlari-lari
kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari
Allah dalam Kristus Yesus. (3:15)
Karena itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian. Dan jikalau lain
pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu.
Mengarahkan
diri kepada apa yang di depan, berlari-lari kepada tujuan, yaitu panggilan
sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.
Bukankah
panggilan kepada kita terdengar jelas? Dengarkanlah suara panggilan itu.
Berlarilah kepada tujuan panggilan sorgawi itu. Jangan berlari kepada suara
asing, suara daging, suara Setan, roh jahat dan roh najis. Inilah praktek
dengar-dengaran.
Ayo, mari
kita memiliki pemikiran yang demikian, jangan memiliki pemikiran yang lain.
Ibrani 3: 1
(3:1) Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus,
yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi, pandanglah kepada Rasul
dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus,
Mengapa di
sini ada sebutan: “saudara-saudara yang
kudus”? Karena kita berada di tengah-tengah ibadah, bersama dengan Dia,
bersama dengan hadirat-Nya, oleh karena panggilan sorgawi itu.
Yang sudah
mendapat bagian dalam panggilan sorgawi; pandanglah kepada Rasul, pandanglah
kepada Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus, Anak Allah. Jangan pandang yang
lain, jangan akui yang lain.
- “Pandanglah kepada Rasul”, berarti;
memperhatikan pembukaan rahasia firman. Kepada dua belas rasul disampaikan
rahasia Kerajaan Sorga (rahasia firman), pandanglah itu. Juga Rasul Yohanes;
mendapat penglihatan (Wahyu) di pulau Patmos, ditulis sebanyak 22 (dua puluh
dua) pasal.
-
“Pandanglah Imam Besar”, mengapa
demikian? Sebab Dia sudah mengadakan pendamaian terhadap dosa.
2 Korintus
5: 18-21
(5:18) Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan
perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah
mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. (5:19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus
dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian
itu kepada kami. (5:20) Jadi kami
ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan
perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu
didamaikan dengan Allah. (5:21) Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena
kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
Tugas
seorang Imam Besar adalah berdiri di antara Allah dengan manusia berdosa, untuk
memperdamaikan dosa manusia di atas kayu salib, itulah korban pendamaian.
Berarti
seorang imam (hamba Tuhan) harus rela menjadi korban, supaya terwujudnya
pendamaian.
Yang disebut
imam, mulai dari zangkoor, pemimpin
pujian, pembaca firman Tuhan, singer,
kolektan, pemain musik, termasuk yang mengambil bagian dalam pelayanan, itulah
imam, berarti:
-
Kedudukan mereka ada di
antara Allah dengan manusia.
- Tugasnya adalah
memperdamaikan dosa manusia.
-
Konsekuensinya adalah menjadi
korban.
Yang sudah
mendapat panggilan sorgawi, pandang saja Yesus yang adalah: Rasul dan Imam
Besar, jangan pandang yang lain.
2 Petrus 1:
10
(1:10) Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah
sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab
jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.
Arahkanlah
pandangan kepada panggilan sorgawi, di mana Yesus, Anak Allah, sebagai Imam
Besar dan juga Rasul, maka sampai kapan pun kita tidak akan pernah tersandung.
Itulah
kelebihan dari pribadi yang dengar-dengaran karena diasuh dan dirawat dengan
baik, rindu akan air susu yang murni dan yang rohani, sehingga menjadi suatu
kehidupan domba yang tergembala dengan baik.
Ciri domba
yang menyusui, tergembala dengan baik dan benar, yaitu:
Keterangan: MENGIKUTI GEMBALA.
Intinya,
mengikuti geraknya firman Pengajaran Mempelai yang senantiasa menggembalakan
kehidupan kita.
Yosua 3: 1-4
(3:1) Yosua bangun pagi-pagi, lalu ia dan semua
orang Israel berangkat dari Sitim, dan sampailah mereka ke sungai Yordan, maka
bermalamlah mereka di sana, sebelum menyeberang. (3:2) Setelah lewat tiga hari, para pengatur pasukan menjalani
seluruh perkemahan, (3:3) dan
memberi perintah kepada bangsa itu, katanya: "Segera sesudah kamu melihat
tabut perjanjian TUHAN, Allahmu, yang diangkat para imam, yang memang suku
Lewi, maka kamu harus juga berangkat dari tempatmu dan mengikutinya
-- (3:4) hanya antara kamu dan tabut
itu harus ada jarak kira-kira dua ribu hasta panjangnya, janganlah mendekatinya
-- maksudnya supaya kamu mengetahui jalan yang harus kamu tempuh, sebab jalan
itu belum pernah kamu lalui dahulu."
“Apabila tugas melihat tabut perjanjian
TUHAN, Allahmu, yang diangkat para imam, yang memang suku Lewi, maka mereka
harus juga berangkat dari tempatnya dan mengikutinya”
Bangsa
Israel diperintahkan untuk terus mengikuti geraknya Tabut Perjanjian.
Ketika
bangsa Israel keluar dari Mesir dituntun oleh tongkat Musa. Di situ banyak
terjadi mujizat luar biasa, mulai dari; tongkat berubah menjadi ular, yang
sakit sembuh, dan terus mujizat terjadi. Tetapi kenyataannya; mayat-mayat dari
bangsa Israel bergelimpangan di padang gurun, tidak ada yang selamat, tidak ada
yang sampai ke tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan Tuhan Allah kepada bangsa
Israel, kecuali Yosua dan Kaleb.
Tetapi sejak
dari gunung Sinai, bangsa Israel dituntun oleh Tabut Perjanjian, artinya;
bangsa Israel dituntun oleh Pengajaran Mempelai.
Yang pasti,
geraknya Pengajaran Mempelai ini membawa kita masuk di dalam pembangunan tubuh
Kristus yang sempurna, itulah sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di atas
muka bumi ini.
Bukan
mujizat (tongkat yang mengadakan mujizat) yang membawa dan menuntun kita
mencapai sasaran akhir, tetapi oleh Pengajaran Mempelai dalam Terangnya
Tabernakel, sampai langkah terakhir kita dibawa masuk dalam perjamuan kawin
Anak Domba, dengan kata lain; selamat.
Enak atau
tidak, harus terima. Tidak bisa tidak. Tidak ada ajaran lain yang membawa kita
untuk sampai kepada perjamuan kawin Anak Domba, selain Pengajaran Mempelai
satu-satunya. Ini sudah menjadi harga mati bagi saya untuk selanjutnya
menggembalakan kami dalam kandang penggembalaan GPT “BETANIA” Serang Cilegon. Enak
tidak enak, jangan ditolak.
Kita bahagia
dalam Kebaktian Persekutuan Pengajaran Pembangunan Tabernakel ini sampai nanti
kita dibawa masuk dalam perjamuan kawin Anak Domba, sesuai dengan Wahyu 19:
6-8.
Dalam Wahyu
19, ada dua macam pesta.
1.
Pesta nikah Anak Domba.
2.
Pesta burung-burung, itulah tubuh Babel, tempat
persembunyian roh najis.
Saudara mau
pilih yang mana; masuk dalam pembangunan tubuh Kristus atau pembangunan tubuh
Babel?
Tetapi yang
pasti kerinduan kita: Biarlah kita terus digembalakan oleh Pengajaran Mempelai
dan mengikuti geraknya, untuk membawa kita masuk dalam pembangunan tubuh
Kristus, berada dalam perjamuan kawin Anak Domba, sebagai sasaran akhir dari
perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini.
Kemudian,
yang memikul Tabut Perjanjian itu adalah imam-imam yang memang suku Lewi.
Mengapa
harus suku Lewi?
1.
Yang
berpihak kepada penggembalaan.
Waktu bangsa Israel
jatuh dalam penyembahan berhala (patung anak lembu emas tuangan), Musa sangat
marah sekali, Musa melihat bangsa Israel seperti kuda terlepas dari kandang,
lalu Musa berdiri dan berkata: “Siapa
yang memihak kepada TUHAN datanglah kepadaku!” Lalu berkumpullah kepadanya
seluruh bani Lewi. Hanya satu suku yang berpihak kepada Tuhan, itulah suku
Lewi.
Apa tanda berpihak
kepada Tuhan? “Baiklah kamu masing-masing
mengikatkan pedangnya pada pinggangnya, dan biarlah masing-masing membunuh saudaranya
dan temannya dan tetangganya.” Arti rohaninya; tabiat daging
teman, tabiat daging saudara, tabiat daging tetangga, semua tabiat daging yang
terdekat harus dibunuh dengan firman Tuhan (pedang Roh). Jangan pakai
perasaan/jangan kompromi dengan perasaan manusia daging.
2. Tongkat dari suku Lewi mengeluarkan kuntum,
mengembangkan bunga dan berbuahkan buah badam untuk menghentikan sungut-sungut
bangsa Israel.
Waktu bangsa Israel
bersungut-sungut, semua pemimpin dari dua belas suku Israel memberikan kepada
Musa satu tongkat dari setiap suku, menurut suku-suku mereka (dua belas
tongkat), dan tongkat Harun ada di antara tongkat-tongkat itu. Lalu tampaklah
tongkat Harun dari keturunan Lewi telah bertunas, mengeluarkan kuntum,
mengembangkan bunga dan berbuahkan buah badam. Tujuannya ialah; untuk meredakan
sungut-sungut dari bangsa Israel.
Artinya; kehidupan
yang dipenuhkan Roh Kudus sanggup menghentikan sungut-sungut daging, sehingga
layak memikul Tabut Perjanjian. Itulah gambaran dari suku Lewi.
Itulah
imam-imam, yang memang suku Lewi, memikul tabut Perjanjian. Biarlah kita ikuti
terus geraknya, maka pasti nanti kita dibawa sampai kepada satu titik, langkah
terakhir, yaitu perjamuan kawin Anak Domba.
Jadi, Tuhan
tidak salah memilih Daud untuk menjadi raja atas Israel, sebab Tuhan itu tidak
pernah salah memilih.
Yosua 3: 4
(3:4) hanya antara kamu dan tabut itu harus ada
jarak kira-kira dua ribu hasta panjangnya, janganlah mendekatinya --
maksudnya supaya kamu mengetahui jalan yang harus kamu tempuh, sebab jalan itu
belum pernah kamu lalui dahulu."
Syarat untuk
mengikuti dan digembalakan oleh Pengajaran Mempelai adalah “harus ada jarak kira-kira dua ribu hasta
panjangnya”
Dua ribu
tahun yang lalu Yesus telah mati di atas kayu salib, pendeknya kita harus
memandang salib Kristus itu. Jangan arahkan pandangan kepada yang lain-lain.
Maksudnya;
supaya kita mengetahui jalan yang harus kita tempuh, sebab jalan itu belum
pernah dilalui oleh umat Israel. Tidak ada seorang pun yang naik turun sorga,
kecuali Dia yang pernah berada di dunia orang mati, itulah Yesus, Anak Allah.
Jadi,
Pengajaran Mempelai ini mutlak harus menggembalakan kehidupan kita, tidak bisa
tidak. Ikuti saja geraknya Pengajaran Mempelai. Kita dididik dan diasuh oleh
Pengajaran Mempelai, sama dengan menerima air susu yang murni dan air susu yang
rohani, sampai menjadi suatu kehidupan domba yang dengar-dengaran.
Setelah Daud
mendapat didikan dari tempat domba-domba yang menyusui, marilah kita melihat
Mazmur 78.
Mazmur 78:
70-72
(78:70) dipilih-Nya Daud, hamba-Nya, diambil-Nya
dia dari antara kandang-kandang kambing domba; (78:71) dari tempat domba-domba yang menyusui didatangkan-Nya dia,
untuk menggembalakan Yakub, umat-Nya, dan Israel, milik-Nya sendiri. (78:72)
Ia menggembalakan mereka dengan ketulusan hatinya, dan menuntun mereka
dengan kecakapan tangannya.
Daud
menggembalakan umat Israel dengan ketulusan hatinya, kemudian “menuntun mereka dengan kecakapan tangannya”,
karena dia sudah mendapat didikan yang baik dalam penggembalaan, tempat
domba-domba yang menyusui, maka layaklah dia diangkat menjadi pemimpin, menjadi
raja atas umat Israel.
Seorang imam
harus memiliki kecakapan tangan. Mari kita gunakan dua tangan untuk melakukan
pekerjaan Tuhan dengan baik. Jangan malas, sebab tahbisan seorang imam adalah
rajin berbuat baik sesuai dengan kitab Titus, melayani Tuhan dengan
sungguh-sungguh, tidak boleh malas. Jangan memandang muka, jangan pilih kasih.
1 Samuel 17:
31-35
(17:31) Terdengarlah kepada orang perkataan yang
diucapkan oleh Daud, lalu diberitahukanlah kepada Saul. Dan Saul menyuruh
memanggil dia. (17:32) Berkatalah
Daud kepada Saul: "Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia; hambamu
ini akan pergi melawan orang Filistin itu." (17:33) Tetapi Saul berkata kepada Daud: "Tidak mungkin engkau
dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda,
sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit." (17:34) Tetapi Daud berkata kepada
Saul: "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya.
Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, (17:35) maka aku mengejarnya, menghajarnya
dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri
menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya.
Daud diambil
dari tempat domba-domba yang menyusui, berarti Daud sudah memiliki pengalaman
dalam penggembalaan, dan dengan pengalaman inilah dia datang menghadapi Goliat.
Sekalipun
Saul mengecilkan Daud dengan berkata: “Tidak
mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab
engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit”,
tetapi Daud berkata: “Hambamu ini biasa
menggembalakan kambing domba ayahnya”
“biasa” di sini bukan bersifat rutinitas,
tetapi “biasa” yang dimaksud di sini
adalah sudah punya pengalaman dalam penggembalaan, sebab tergembala dengan
baik, yaitu;
1.
Dengar-dengaran.
2.
Mengikuti geraknya Pengajaran Mempelai
Dan
pengalaman ini Daud terapkan dalam menghadapi Goliat.
Jadi, Daud
ini bukan seorang pemimpin yang sembarangan, sebab Tuhan juga mengangkat Daud
bukan secara sembarangan. Tuhan memilih Daud karena Tuhan melihat hatinya.
Selanjutnya
Daud berkata: “Apabila datang singa atau
beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya,
menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya”, inilah tanggung jawab
dari seorang gembala yang bertanggung jawab menggembalakan domba-domba dengan
tulus hati; dia sanggup membebaskan kawanan domba itu dari mulut singa,
sehingga domba tidak sampai ditelan oleh singa yang mengaum, seperti Iblis
Setan yang mencari mangsa untuk dapat ditelannya...1 Petrus 5:8.
Bukan hanya
mengejar, bukan hanya menghajar, tetapi juga melepaskan domba itu dari mulut
singa, sehingga domba tidak sampai ditelan. Kita butuh gembala yang seperti
ini. Kita butuh pemimpin yang seperti ini. Sebab itu; Tuhan itu tidak salah
memilih Daud untuk menjadi seorang raja atas Israel. Tuhan tahu bahwa Daud
menggembalakan umat Israel dengan ketulusan hati dan dengan kecakapan
tangannya. Dari mana kecakapan tangan ini? Dia diambil dari tempat domba-domba
menyusui, tergembala dengan baik dan benar; dengar-dengaran dan mengikuti
geraknya Pengajaran Mempelai. Pengalaman ini Daud terapkan, sehingga
domba-domba tertolong.
Sidang
jemaat membutuhkan gembala yang seperti ini. Yesus adalah Gembala Agung, yang
bertanggung jawab kepada domba-domba-Nya. Tanda bahwa Ia adalah Gembala yang
baik: Dia menyerahkan diri-Nya, nyawa-Nya di atas kayu salib.
Sedangkan
gembala upahan akan lari ketika melihat serigala datang, sehingga serigala itu
datang menerkam dan mencerai-beraikan kawanan domba.
Kita
bersyukur, sebab Tuhan Yesus baik kepada kita semua. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment