KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, May 18, 2022

IBADAH RAYA MINGGU, 15 MEI 2022


 
IBADAH RAYA MINGGU, 15 MEI 2022
 
KITAB WAHYU
PASAL 14
(Seri: 05 )
 
Subtema: FIRMAN ALLAH TERUKIR SEBAGAI METERAI
 
Selamat malam, salam sejahtera; bahagia di dalam kita menikmati Sabda Allah. Saya tidak lupa menyapa sidang jemaat TUHAN yang ada di Bandung dan di Malaysia, bahkan umat ketebusan TUHAN, para simpatisan yang tekun dalam persekutuan untuk digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang Cilegon, Banten, lewat live streaming video internet YouTube, Facebook, di mana pun berada.
Selanjutnya, kita mohon kemurahan TUHAN; dalam doa kita mohonkan supaya Firman yang dibukakan itu meneguhkan setiap kehadiran kita, sehingga kita boleh merasakan lawatan TUHAN, pertolongan TUHAN dengan dua tangan yang diulurkan bagi kita malam ini lewat pembukaan Firman yang diurapi oleh ilham Roh Kudus.
 
Kita menyambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari Kitab Wahyu. Kita masih berada pada Wahyu 14:1, dengan perikop: “Anak Domba dan pengikut-Nya yang ditebus-Nya
Wahyu 14:1
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
 
Anak Domba berdiri di bukit Sion bersama-sama dengan 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang ditebus dari antara manusia di bumi ini, di mana di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya. Berarti, meterai Allah ada pada dahi mereka.
 
Terkait dengan meterai di dahi, kita akan membaca Wahyu 3, dengan perikop: “Kepada jemaat di Filadelfia
Wahyu 3:12
(3:12) Barangsiapa menang, ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allah-Ku, dan ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan Kutuliskan nama Allah-Ku, nama kota Allah-Ku, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari Allah-Ku, dan nama-Ku yang baru.
 
Bagian dari janji TUHAN kepada sidang jemaat di Filadelfia ialah padanya akan Kutuliskan:
-          Nama Allah-Ku.
-          Nama Kota Allah-Ku, yakni Yerusalem baru yang turun dari sorga, dari Allah-Ku.
-          Nama-Ku yang baru.
 
Singkat kata: 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang tersebut adalah inti mempelai -- hal itu ditekankan juga di dalam Wahyu 7 --, Yerusalem baru, yang turun dari sorga, dari Allah.
 
Soal INTI MEMPELAI ini, kita akan lanjutkan di dalam Wahyu 21, dengan perikop: “Langit yang baru dan bumi yang baru
Wahyu 21:1
(21:1) Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi.
 
Rasul Yohanes melihat langit yang baru dan bumi yang baru, ganti dari langit yang pertama dan bumi yang pertama. Jadi, langit yang pertama, bumi yang pertama, bahkan segala sesuatu unsur-unsur yang ada di dalamnya juga, semuanya nanti akan berlalu, diganti dengan langit yang baru dan bumi yang baru.
Itulah yang dilihat oleh Rasul Yohanes, dan apa yang dilihatnya itu dituliskan di dalam Wahyu 21:1 ini, dan dikirimkan kepada 7 (tujuh) sidang jemaat di Asia kecil.
 
Wahyu 21:2
(21:2) Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.
 
Kemudian, Rasul Yohanes melihat kota kudus, Yerusalem yang baru, turun dari Sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.
 
Kata "berhias" menunjukkan pada suatu sikap bahwasannya pengantin perempuan tidak terpisahkan dari:
1.      Nama Allah. Tabiat dari Allah adalah kasih-Nya.
2.      Nama Kota Allah, Yerusalem Baru, yang adalah tempat dari kegiatan Roh Allah.
3.      Nama-Nya, yakni Firman Allah, sesuai dengan Wahyu 19:13.
Pendeknya: Kasih Allah, Roh Allah dan Firman Allah terukir di dalam hati dan pikiran dari pengantin perempuan mempelai Anak Domba.
 
Tentang kasih Allah, tentang Roh Allah yang terukir di dalam hati sudah disampaikan, sudah dijelaskan; sekarang, kita akan mengikuti penjelasan tentang yang ketiga, yakni tentang Firman Allah.
 
Tentang: FIRMAN ALLAH terukir di dalam hati dan pikiran pengantin perempuan.
Soal Firman Allah yang terukir ini, kita temukan juga di dalam tubuh sidang jemaat dari pada Filadelfia, yang dapat kita perhatikan di dalam Wahyu 3.
Wahyu 3:8
(3:8) Aku tahu segala pekerjaanmu: lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorang pun. Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku.
 
Pada Wahyu 3:7, Yesus tampil sebagai pemegang kunci Daud untuk mengoreksi keberadaan dari sidang jemaat di Filadelfia, seperti TUHAN juga mengoreksi sidang jemaat sebelumnya.
Pada saat sidang jemaat di Filadelfia ini dikoreksi, maka terlihatlah keberadaan mereka dengan jelas, yaitu: kekuatan dari sidang jemaat di Filadelfia ini tidak seberapa. Namun mempunyai kelebihan seperti yang diharapkan oleh TUHAN, yaitu menuruti Firman dan tidak menyangkal nama TUHAN.
Inilah keberadaan dari pada sidang jemaat di Filadelfia di dalam hal pengikutan mereka kepada TUHAN.
 
Kekuatan dari sidang jemaat di Filadelfia memang tidak seberapa. Mungkin kekuatan kita juga kecil tidak seberapa, umpamanya 10% (sepuluh persen), tetapi jika kita mempunyai keinginan (kerinduan) yang besar untuk melakukan dan menuruti Firman TUHAN, maka TUHAN akan menambahkan kekuatan-Nya kepada sidang jemaat di Filadelfia, sebesar 90% (sembilan puluh persen).
Sebaliknya, kalau kita merasa memiliki kekuatan 90% (sembilan puluh persen), maka TUHAN hanya menambahkan kekuatan-Nya sebesar 10% (sepuluh persen) untuk sidang jemaat di Filadelfia.
 
Soal “menuruti Firman Allah”, sidang jemaat di Filadelfia ini memiliki kemiripan dengan keberadaan dari pada Rasul Paulus, yang dapat kita perhatikan di dalam 2 Korintus 12, dengan perikop: “Paulus menerima penglihatan dan penyataan
2 Korintus 12:1-4
(12:1) Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan. (12:2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau -- entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. (12:3) Aku juga tahu tentang orang itu, -- entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- (12:4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.
 
Rasul Paulus diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga atau diangkat ke Firdaus; pada saat itu juga ia menerima (mendapatkan) penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan dari Allah. Singkat kata: Rasul Paulus telah dipermuliakan oleh TUHAN.
 
Jadi, soal “dipemuliakan” ini, setiap orang juga berhak untuk mendapatkannya. Manusia ini banyak dosa, banyak kesalahan pelanggaran, sampai akhirnya hina sama seperti debu tanah, karena memang manusia berasal dari debu tanah. Tetapi semua orang bisa atau berhak mendapatkan kesempatan seluas-luasnya dan selebar-lebarnya untuk dipemuliakan oleh TUHAN.
Jadi, bukan hanya Rasul Paulus, tetapi setiap orang, setiap individu, setiap insani berhak mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk kelak dipermuliakan bersama-sama dengan TUHAN, walaupun kita ini manusia yang hina, yang masih banyak ditandai dengan kelemahan-kelemahan.
 
Korelasi dari kisah ini ada juga di dalam 1 Korintus 15.
1 Korintus 15:8
(15:8) Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.
 
TUHAN menampakkan diri kepada Rasul Paulus, pada ia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga -- yang disebut Firdaus -- untuk menerima penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan dari Allah, dengan lain kata; menerima jabatan sebagai rasul. Dan hal itu digambarkan seperti anak yang lahir sebelum waktunya, atau disebut bayi prematur yang tidak berdaya, tetapi diangkat ke tingkat ketiga untuk menerima jabatan rasul; itu adalah kemurahan.
Kalau pada akhirnya manusia yang hina menerima jabatan rasul -- atau dengan lain kata; pada akhirnya dipermuliakan -- itu adalah kemurahan saja, semata-mata bukan karena kekuatan manusia itu sendiri.
 
1 Korintus 15:9
(15:9) Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.
 
Dahulu Rasul Paulus adalah seorang yang hina, sebab dahulu dia adalah seorang yang suka menganiaya jemaat TUHAN, namun pada akhirnya, dia dipermuliakan oleh TUHAN.
 
Jadi, setiap orang -- sekalipun masih dalam keadaan hina -- mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk dipermuliakan oleh TUHAN, siapapun dia kalau mau dipermuliakan. Berarti, orang-orang yang menerima karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh-El Kudus adalah orang-orang yang dipermuliakan oleh TUHAN. Percayalah.
Karunia-karunia Roh Kudus, jabatan-jabatan Roh-El Kudus bukanlah perkara ringan, itu adalah hal yang sangat mahal sekali. Kalau hal yang mahal dan berharga ini dinyatakan (dipercayakan) kepada seorang hamba TUHAN, kepada seorang imam, itu semua karena kemurahan TUHAN saja, sebab itu tidak mudah untuk diperoleh.
 
Perhatikan: Seharusnya, selama kita hidup di dunia, kita harus terpisah dari daging, tetapi Esau tidak demikian; ia sibuk berburu daging. Akhirnya, dia lalai mempergunakan karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh-El Kudus; dia simpan jubah yang maha indah itu di dalam kemahnya.
Itu sebabnya saya katakan: Karunia-karunia, jabatan-jabatan Roh-El Kudus adalah perkara yang mahal dan berharga, sehingga kalau itu dipercayakan kepada seorang imam, kepada seorang hamba TUHAN, berarti ia dipermuliakan (ditinggikan) oleh TUHAN. Oleh sebab itu, hargai apa yang dipercayakan oleh TUHAN, supaya kita kelak dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
 
Hari ini kita bisa menganggap enteng segala sesuatu yang dipercayakan oleh TUHAN, tetapi kelak Esau meringis setengah mati, dia menangis untuk kembali memiliki apa yang dipercayakan; tetapi TUHAN menolaknya karena kesempatan sudah tidak ada lagi. Ingat: Kesempatan hanya datang satu kali.
Dahulu Rasul Paulus adalah seorang yang hina, sebab dahulu ia adalah sebagai penganiaya jemaat TUHAN, tetapi yang hina bisa dipermuliakan. Selagi masih ada kesempatan, itu adalah panjang sabarnya TUHAN, itu adalah kemurahan; manfaatkan kesempatan yang ada ini, walaupun kesempatan yang tersisa tinggal sedikit lagi, sebab tanda zaman sudah nyata. Jadi, jangan terlena dengan segala sesuatu yang ada di dalam dunia ini. Seharusnya kita terpisah dari dunia ini supaya kita layak berada di sorga. Kalau kita masih menyatu dengan dunia ini, maka kita tidak layak masuk ke dalam Kerajaan Sorga, sebab daging itulah yang memberatkan kita untuk tidak terangkat.
 
Jadi, imamat rajani adalah suatu kedudukan yang sangat tinggi, sesuai dengan Wahyu 5:10; sesudah ditebus dari berbagai kaum, bahasa dan bangsa oleh darah Anak Domba, selanjutnya milik ketebusan-Nya ditinggikan (dipermuliakan). Kehidupan yang sudah ditebus selanjutnya dijadikan sebagai raja-raja dan menjadi imam-imam (imamat rajani), suatu kedudukan yang sangat tinggi, yang tidak boleh disepelekan oleh siapapun.
 
Dalam keadaan dipermuliakan oleh TUHAN, SEPERTI APAKAH SIKAP RASUL PAULUS MERESPONI SAAT IA DIPERMULIAKAN OLEH TUHAN?
Kita kembali untuk memperhatikan 2 Korintus 12.
2 Korintus 12:5-6
(12:5) Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku. (12:6) Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku.
 
Sekalipun telah dipermuliakan, sekalipun telah ditinggikan, atau berada pada kedudukan yang sangat tinggi, namun sikap Rasul Paulus; ia tidak mau bermegah atas hal itu, ia tidak bermegah atas kelebihan-kelebihan yang ia miliki, selain bermegah atas kelemahannya saja, sama artinya; menyangkali diri.
Jika seseorang mau menyangkali diri, berarti ia tidak menyangkali nama TUHAN. Itulah orang yang menuruti Firman.
 
Kekuatan dari sidang jemaat di Filadelfia tidak seberapa, tetapi mereka mempunyai kerinduan yang besar untuk menuruti Firman TUHAN, dan mereka tidak menyangkali nama TUHAN. Itulah orang yang memiliki kerinduan yang besar untuk menuruti nama TUHAN, yaitu tidak menyangkali nama TUHAN, sekalipun memiliki kelebihan, sekalipun telah dipermuliakan oleh TUHAN; ia tidak bermegah, selain bermegah atas kelemahannya = menyangkali diri = tidak menyangkali nama TUHAN; itulah orang yang menuruti Firman TUHAN.
 
Menuruti Firman TUHAN dan tidak menyangkali nama TUHAN, itulah keberadaan dari sidang jemaat di Filadelfia. Berbeda dengan orang yang hidup menurut hawa nafsu dan keinginan daging yang jahat, yang disangkali adalah TUHAN, dan dia akan bermegah atas kelebihannya itu.
 
Jadi, ada kesamaan antara keberadaan dari sidang jemaat di Filadelfia dan keberadaan dari pada Rasul Paulus di dalam hal melayani TUHAN dan pemberitaan Firman TUHAN.
 
2 Korintus 12:7
(12:7) Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.
 
Wujud menyangkali diri: Diberi suatu duri dalam daging, yaitu seorang utusan Iblis menggocoh Rasul Paulus. Menggocoh, berarti; dipukul, dihantam, ditinju dengan keras.
Hal itu terjadi atas seizin TUHAN supaya kehidupan yang dipermuliakan itu jangan meninggikan diri, tetap menyangkali diri, tidak menyangkali nama TUHAN.
 
Kalau ada utusan Iblis menggocoh, maka tidak perlu marah kepada Iblis, tetapi kita mengangkat dua tangan, menyerah kepada TUHAN sebagai tanda bahwa kita tidak memiliki apa-apa. Sebab tidak mungkin kita hadapi Iblis dengan kekuatan sendiri, kita harus menghadapi Iblis dengan kekuatan yang berasal dari TUHAN; oleh sebab itu, biarlah kita bermegah dengan kelemahan, menyerah saja, mengangkat dua tangan, tanda bahwa kita tidak mempunyai kekuatan apa-apa.
 
Di atas tadi sudah saya katakan: Sekalipun kekuatan kita tidak seberapa, tetapi jika ada kerinduan untuk menuruti Firman TUHAN supaya Firman itu tetap terukir dalam hati dan pikiran kita masing-masing, maka TUHAN yang akan menambahkan kekuatan yang berasal dari Dia. Jadi, TUHAN yang memberi kemampuan bagi kita untuk melewati semua ujian cobaan yang terjadi di atas muka bumi ini.
Memang selama kita mendiami kemah tubuh ini, tidak dipungkiri bahwa kita akan menanggung banyak penderitaan dan banyak tangisan, seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus. Tetapi suatu kali nanti, kemah tubuh ini akan dirubuhkan, diganti dengan kemah yang baru, langit yang baru.
 
2 Korintus 12:8-9
(12:8) Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. (12:9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
 
Tujuan dari duri dalam daging (utusan Iblis menggocoh Rasul Paulus) ialah supaya Rasul Paulus tetap bermegah dalam kelemahannya, berada dalam ketidak-berdayaan, namun disertai dengan mengangkat dua tangan, atau dengan kata lain; mengangkat dua tangan saat berada dalam ketidak-berdayaan.
Mengapa? Supaya pada saat kita mengangkat dua tangan dalam ketidak-berdayaan, maka kuasa Kristus turun menaungi Rasul Paulus. Oleh sebab itu, bermegahlah dalam kelemahan, tidak bermegah dalam kelebihan, sangkali diri, jangan sangkali TUHAN.
Sekalipun tidak mempunyai kekuatan, tetapi kalau kita senantiasa bermegah dalam kelemahan, maka yang menjadi naungan kita adalah kuasa Kristus, kuasa dari Allah Yang Mahatinggi.
 
2 Korintus 12:10
(12:10) Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.
 
Rasul Paulus sungguh-sungguh menikmati segala sesuatu; dia bermegah dalam kelemahan, dia senang dan rela dalam kelemahan, siksaan, kesukaran, aniaya, kesesakan oleh karena Kristus. Rasul Paulus tidak menyangkali nama TUHAN, dia tetap pikul salibnya, berarti menyangkali dirinya sendiri, menyangkali kelebihannya.
 
Kemudian, di sini kita melihat, Rasul Paulus berkata: Jika aku lemah, maka aku kuat.
Kekuatan tidak seberapa, tetapi kita tidak menyangkali nama TUHAN -- selain menyangkali diri sendiri --, juga ada kerinduan untuk menuruti Firman TUHAN, maka TUHAN menambahkan kekuatan dari sorga bagi kita, dengan demikian; jika kita lemah karena sangkal diri pikul salib, maka pada saat itulah kita memiliki kekuatan yang ditambahkan dari sorga, sehingga kita mempunyai kemampuan untuk menuruti Firman TUHAN, dan Firman TUHAN tidak terpisahkan dari hidup kita, Firman TUHAN tetap terukir di dalam hati dan pikiran kita masing-masing. Tetapi kalau kita merasa kuat, maka kita lemah, sebab tidak ada apa-apa yang bisa kita andalkan dari diri ini, tidak ada kekuatan yang bisa kita andalkan dari kelebihan yang kita punya.
 
Jadi, jangan kita bermegah dengan apapun yang kita punyai ini, jangan bermegah dengan kelebihan yang kita punya, sebab itu semua tidak bisa kita andalkan. Justru kalau kita andalkan kelebihan yang kita miliki, Setan plesetkan; akhirnya, hal itu yang membawa kita kepada penyesatan, keterpurukan, jatuh ke dalam lobang yang sangat dalam sekali.
Oleh sebab itu, perhatikanlah baik-baik Firman Allah. Sekali lagi saya sampaikan: Memang kekuatan kita kecil, tetapi apabila ada kerinduan yang besar untuk menuruti Firman, maka kekuatan yang dari TUHAN akan ditambahkan bagi kita sekaliannya.
 
Kita kembali untuk melihat sidang jemaat di Filadelfia di dalam Wahyu 3.
Wahyu 3:9
(3:9) Lihatlah, beberapa orang dari jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta, akan Kuserahkan kepadamu. Sesungguhnya Aku akan menyuruh mereka datang dan tersungkur di depan kakimu dan mengaku, bahwa Aku mengasihi engkau.
 
Beberapa orang dari jemaah Iblis, yakni mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, melainkan mereka itu adalah pendusta. Menghadapi pendusta ini juga merupakan pukulan keras, bagaikan utusan Iblis yang menggocoh. Inilah yang dihadapi oleh sidang jemaat di Filadelfia.
 
Wahyu 3:10
(3:10) Karena engkau menuruti firman-Ku, untuk tekun menantikan Aku, maka Aku pun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi.
 
Karena jemaat di Filadelfia ini sungguh-sungguh menuruti Firman TUHAN untuk tekun menantikan TUHAN, di sini kita perhatikan; TUHAN memberi suatu jaminan, yaitu TUHAN akan melindungi sidang jemaat di Filadelfia dari hari pencobaan yang akan datang di depan, yang menimpa atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi.
 
Oleh sebab itu, Firman TUHAN itu memang tidak boleh terpisahkan dari kehidupan kita, itu harus menjadi meterai di dahi kita, dengan lain kata; Firman Allah terukir dalam hati dan pikiran kita, tidak terpisahkan dari Firman untuk tekun menantikan TUHAN, di mana jaminannya adalah dilindungi pada masa kesesakan yang akan terjadi, tepatnya pada saat antikris menjadi raja, memerintah dan berkuasa atas seantero dunia ini, mencobai mereka yang diam di bumi, dan itu adalah betul-betul cobaan yang begitu berat.
 
Saya akan tunjukkan bahwa betul-betul itu adalah suatu cobaan yang sangat berat sekali, yang akan kita perhatikan di dalam Matius 24, dengan perikop: “Siksaan yang berat dan Mesias-mesias palsu” Jadi, siksaannya begitu berat, tidak dapat dipikul, ketika tampilnya pemimpin-pemimpin palsu (nabi palsu) yang berkolaborasi dengan antikris.
Matius 24:21
(24:21) Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi.
 
Pada saat antikris menjadi raja, memerintah dan berkuasa atas seantero dunia, pada saat itulah akan terjadi siksaan yang sangat dahsyat, siksaan yang begitu berat, yang tidak dapat dipikul oleh siapapun, dan tidak ada kata “ampun”.
Saat ini TUHAN memberikan pengampunan besar kepada kita; oleh sebab itu, manfaatkanlah kesempatan ini. Jangan nanti meringis di kemudian hari seperti Esau yang meringis gigit jari, tidak bisa apa-apa. Lebih baik hari ini kita gigit jari, sepertinya kita ngiler melihat dunia ini dan orang-orang yang menikmatinya, dari pada nanti kita menangis meringis gigit jari karena kesempatan sudah tidak ada lagi.
 
Wahyu 13:9-10
(13:9) Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar! (13:10) Barangsiapa ditentukan untuk ditawan, ia akan ditawan; barangsiapa ditentukan untuk dibunuh dengan pedang, ia harus dibunuh dengan pedang.
 
Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar! Kita semua mempunyai sepasang telinga, maka pergunakanlah itu untuk mendengarkan Firman yang kita terima.
Pada saat antikris menjadi raja atas seantero dunia ini, pada saat itu terjadi pencobaan yang begitu berat dan dahsyat, yang tidak bisa dipikul oleh siapapun, sehingga;
-          Ada yang ditentukan untuk ditawan, maka ia akan ditawan, diinjak-injak, teraniaya.
-          Ada yang ditentukan untuk dibunuh dengan pedang, maka lehernya dipenggal (digorok) dengan pedang antikris.
Yang terpenting di sini adalah ketabahan dan iman orang-orang kudus.
 
Jangan sampai kita lekas-lekas mengambil sikap yang salah, sebab nanti yang rugi adalah diri sendiri juga. Jangan bermasa bodoh, jangan membabi-buta, selagi masih ada kesempatan.

Lihat, dalam Matius 20:25 dikatakan: Pada saat antikris menjadi raja …
-          mereka memerintah dengan tangan besi,
-          kemudian menjalankan kekuasaannya dengan kekerasan (otoriter).
Lalu kemudian pada Injil Lukas 22:25, juga di situ dikatakan: Pada saat antikris menjadi raja, mereka memutar-balik tatanan sorgawi, segala aturan-aturan yang dari Sorga diputar-balik oleh mereka, sehingga manusia menjadi kacau. Mereka akan menginjak-injak Kota Suci, kemudian mereka akan melemparkan kebenaran dan diinjak-injak, menganggap najis darah perjanjian (korban Kristus), sehingga mereka mengaku bahwa mereka adalah raja yang harus disembah, merekalah yang disebut menjadi pelindung-pelindung.
Mereka merampas korban sehari-hari diganti dengan kebaktian fasik; jadi, tatanan itu dirubah, semua dirubah. Kalau tatanan dirubah, itu membuat suasana menjadi tidak kondusif.
-          Kalau tatanan dalam nikah rumah tangga dirubah, maka keadaan menjadi tidak kondusif.
-          Coba kalau daging dan kepentingannya menjadi kepala, maka keadaan tidak menjadi kondusif.
-          Kalau tatanan sorgawi di tengah ibadah pelayanan dirubah juga, pasti tidak kondusif.
-          Kalau kepentingan diri, mencari pujian dan hormat di tengah ibadah menjadi kepala, dengan lain kata; tatanan dirubah di tengah ibadah, maka semua menjadi tidak kondusif, semua menjadi kacau.
Ditambah lagi dengan siksaan yang begitu dahsyat, siksaan yang begitu berat, tidak bisa dipikul lagi;
-          ada yang ditentukan untuk ditawan, lalu diinjak-injak,
-          ada yang ditentukan dibunuh dengan pedang, leher digorok oleh antikris.
Ini adalah suatu siksaan yang begitu dahsyat, siksaan yang begitu berat yang tidak bisa dipikul. Kalau salib masih bisa dipikul, tetapi siksaan nanti berat, tidak bisa dipikul. Salib masih bisa kita pikul, justru itu adalah jalan kebenaran dan hidup kekal, tidak ada cara lain. Yang membuat kita tidak bisa memikul salib adalah karena hatinya tidak di situ; kalau ada kerinduan yang besar, pasti bisa memikul salib.
 
Tetapi ingat; kalau kita abaikan semuanya ini, maka nanti, sesuatu yang tidak bisa kita pikul akan kita pikul;
-          ada yang ditentukan untuk ditawan,
-          ada yang ditentukan dibunuh dengan pedang.
Ayo, pikullah yang bisa menyelamatkan diri ini sampai kepada hidup kekal. Jadilah keturunan Peres yang dilahirkan Tamar bagi Yehuda, yang menembus ke luar dari segala ujian yang terjadi, termasuk puncak kesesakan pada saat antikris berkuasa.
Jadi, tergantung hati ini; walaupun kekuatan tidak seberapa, tetapi tergantung hati ini untuk menuruti Firman TUHAN dan tidak menyangkali TUHAN. Kalau kita menyerah, maka TUHAN tambahkan kekuatan. Jadi, tidak ada alasan ini dan itu. Biarlah kiranya kita semakin dewasa dalam menyikapi Firman.
 
Biarlah kiranya Firman itu terukir di hati dan pikiran ini, kita tidak terpisahkan dari nama-Nya. Kita berkata “aku mengasihi nama Yesus”, seringkali kita bernyanyi dengan muluk-muluk, dengan luar biasa berlonjak-lonjak, tetapi wujud nyatanya tidak ada. “Nama Yesus menara yang kuat, nama Yesus kota benteng yang teguh”, nama Yesus disebut dengan luar biasa, mengakui Firman-Nya dengan muluk-muluk, tetapi hatinya tidak ada di situ. Ayo, kita harus semakin dewasa.
 
Ingat: Siksaan itu berat tidak bisa kita pikul. Tetapi Yesus berkata: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” Jika kita mau memikul salib, maka kita akan mendapat ketenangan. Untuk apa kita lempar salib sekarang, tetapi nanti kita harus memikul tekanan berat yang tidak bisa kita pikul.
 
Mari kita lihat Daniel 12.
Daniel 12:1
(12:1) "Pada waktu itu juga akan muncul Mikhael, pemimpin besar itu, yang akan mendampingi anak-anak bangsamu; dan akan ada suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu. Tetapi pada waktu itu bangsamu akan terluput, yakni barangsiapa yang didapati namanya tertulis dalam Kitab itu.
Memang akan ada masa kesesakan yang besar, tetapi percayalah; TUHAN akan utus pemimpim besar (malaikat Mikhael) mendampingi perjalanan rohani kita untuk menembus ke luar dari masa kesesakan. Itulah jaminan yang TUHAN berikan kepada jemaat di Filadelfia, juga kepada kita semua. Dari segala suku, kaum, bahasa dan bangsa mendapat kesempatan untuk dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
 
Kita harus secepatnya menangkap jaminan ini, sebab ini adalah janji Firman, bukan janji Pdt. Daniel U. Sitohang, bukan janji gembala GPT “BETANIA”, ini adalah jaminan Firman Allah. Nama-Nya Yesus, Dialah Firman Allah, Dia yang menjamin segala sesuatu.
 
Wahyu 3:10
(3:10) Karena engkau menuruti firman-Ku, untuk tekun menantikan Aku, maka Aku pun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi.
 
Jika kita menuruti Firman TUHAN, berarti kita membutuhkan ketekunan di dalam menuruti Firman TUHAN itu. Jadi, kita menuruti Firman TUHAN, itu karena kita membutuhkan ketekunan di dalam menantikan kedatangan TUHAN.
 
Mengapa kita tidak boleh terpisah dari Firman Allah? Mengapa Firman itu harus terukir di dalam hati dan pikiran kita? Jawabnya: Untuk tekun menantikan kedatangan TUHAN kembali pada kali yang kedua sebagai Raja mulia dan Mempelai Laki-Laki Sorga yang sempurna.
Jadi, kita menuruti Firman TUHAN untuk tekun menantikan-Nya. Kalau memerlukan ketekunan, berarti kita harus menuruti Firman untuk menantikan Dia.
 
Ibrani 10:35
(10:35) Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya.
 
Kita menuruti Firman TUHAN untuk tekun menantikan-Nya. Jadi, jangan kita melepaskan kepercayaan kita, karena besar upah yang menantinya.
 
Ibrani 10:36
(10:36) Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.
 
Kita menuruti Firman TUHAN untuk tekun menantikannya, maka kita memerlukan ketekunan. Singkatnya: Kita menuruti Firman, karena kita memerlukan ketekunan supaya kita memperoleh apa yang dijanjikan-Nya. Bukan hanya sebatas jaminan perlindungan, tetapi jaminan keselamatan, yaitu dipermuliakan.
Jadi, kita memerlukan ketekunan itu untuk menantikan Dia, maka kita harus tetap menuruti Firman-Nya; jangan dilepaskan.
 
Ibrani 10:37
(10:37) "Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatangan-Nya.
 
Waktu yang tersisa ini tinggal sedikit, maka kita memerlukan ketekunan itu dengan cara harus mempunyai kerinduan yang besar untuk menuruti Firman TUHAN, walaupun kekuatan kita tidak seberapa. Asal kita mengangkat dua tangan, maka TUHAN akan tambahkan kekuatan.
 
Ibrani 10:38
(10:38) Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya."
 
Untuk melakukan (mengerjakan) kebenaran itu diperlukan iman.
Kemudian, apabila seseorang mengundurkan diri …
-          mengundurkan diri keluar dari penggembalaan,
-          mengundurkan diri dari pertemuan ibadah,
-          mengundurkan diri turun dari pelayanan (menyimpan jubah di kemah),
maka TUHAN berkata:  Aku tidak berkenan kepadanya.
 
-          Kepada siapa TUHAN tidak berkenan? Jawabnya: Kepada orang yang mengundurkan diri.
-          Kepada siapa TUHAN tidak berkenan? Jawabnya: Kepada orang yang tidak bertekun menantikan kedatangan TUHAN.
Karena kita memerlukan ketekunan, maka mau tidak mau, kita harus menuruti Firman TUHAN yang agung dan mulia.
 
Ibrani 10:39
(10:39) Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup.
 
Jika seseorang mengundurkan diri, turun dari pelayanan, maka ia disebut orang yang tidak berkenan kepada TUHAN.
-          Tidak berkenan itu “mengundurkan diri”.
-          Sebaliknya, mengundurkan diri itu “tidak berkenan”.
Tetapi di ayat 39 ini dikatakan: Kita bukanlah orang yang mengundurkan diri.
Kemudian, di sini juga dikatakan: Kita bukanlah orang yang akan binasa. Yang akan binasa itu adalah binatang yang dilahirkan untuk ditangkap dan dimusnahkan oleh nafas mulut Allah.
 
Tetapi kita adalah orang-orang yang percaya dan beroleh hidup. Biarlah kiranya kita lebih percaya kepada Firman Allah, jangan percaya kepada hati pengertian diri sendiri, supaya kita beroleh hidup.
Jauh lebih baik kita menuruti Firman, karena kita membutuhkan ketekunan di dalam menantikan-Nya kembali, sebab kita bukanlah orang yang binasa, tetapi kita adalah orang yang percaya kepada Firman Allah. Biarlah Firman itu termeterai di dalam hati dan pikiran kita masing-masing, sehingga nama-Nya dimeteraikan di dahi kita.
 
Kembali kita melihat sidang jemaat di Filadelfia tadi di dalam Wahyu 3.
Wahyu 3:12
(3:12) Barangsiapa menang, ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allah-Ku, dan ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan Kutuliskan nama Allah-Ku, nama kota Allah-Ku, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari Allah-Ku, dan nama-Ku yang baru.
 
Ada banyak hal yang menggocoh kita, bukan? Tetapi barangsiapa menang atas utusan Setan yang menggocoh, maka ia akan dijadikan sebagai sokoguru di dalam Bait Suci, menjadi tiang penopang di dalam rumah TUHAN.
 
Tadi, pada Wahyu 3:7, Yesus tampil sebagai pemegang kunci Daud untuk memeriksa hidup rohani dari pada sidang jemaat di Filadefia:
-          Yesus tampil sebagai Yang Kudus. Aktivitasnya ialah sibuk dalam kesucian.
-          Yesus tampil sebagai Yang Benar. Aktivitasnya ialah melakukan kebenaran.
-          Kemudian, Yesus tampil sebagai yang memegang kunci Daud. Aktivitas kunci ialah membuka dan menutup pintu; dan kalau kita sudah masuk, maka tidak lagi untuk keluar.
 
Kunci Daud berfungsi untuk membuka pintu kemurahan, sehingga limpah kasih karunia kepada kita semua. Sampai akhirnya, kalau kita ada di dalam rumah TUHAN, maka kita menjadi sokoguru di dalam rumah TUHAN.
Pintu kemurahan, pintu kasih karunia sudah terbuka, karena TUHAN tampil sebagai pemegang kunci Daud.
-          Kalau Dia sudah membuka, maka tidak ada yang dapat menutup.
-          Kalau Dia menutup, maka tidak ada yang dapat membuka.
Tetapi lihatlah; Dia sudah membuka pintu kemurahan bagi kita semua untuk menjadi sokoguru di dalam rumah TUHAN.
 
Mari kita lihat SOKOGURU di dalam 1 Timotius 3, dengan perikop: “Jemaat Allah, dasar dan penopang kebenaran
1 Timotius 3:14
(3:14) Semuanya itu kutuliskan kepadamu, walaupun kuharap segera dapat mengunjungi engkau.
 
Firman TUHAN tertulis di dalam Kitab Suci, dan TUHAN sudah menyingkapkan rahasia Firman oleh ilham Roh Kudus. Maka kita patut bersyukur, karena TUHAN sudah memberikan suatu pengertian yang suci dan mulia, sehingga kita boleh mengerti rencana TUHAN.
 
1 Timotius 3:15
(3:15) Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.
 
Kita harus hidup sebagai keluarga Allah, yaitu jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang (sokoguru) dan dasar dari kebenaran (menjadi sumber kebenaran, menjadi kesaksian atas kebenaran). Biarlah hal itu terjadi hari ini, besok, lusa, sampai kesudahan dunia ini, TUHAN datang kembali.
 
Inilah yang TUHAN percaya kepada jemaat di Filadelfia, karena dia yang memegang kunci Daud, yang membuka pintu kemurahan bagi kita. Kalau dia sudah masuk, maka bukan untuk keluar lagi.
Ada banyak hamba TUHAN yang masuk, tetapi akhirnya keluar, mulai dari YANG PERTAMA: Anak sulung, dia hamba TUHAN, dia ada di ladang TUHAN, tetapi karena iri hati kepada anak yang bungsu -- oleh karena lembu pendamaian yang dikerjakan Yesus di atas kayu salib --, anak sulung itu pun iri. Sekalipun bapa keluar, namun dia tidak mau masuk.
Demikian juga YANG KEDUA: Lima gadis yang bodoh, dia hanya membawa pelita, tetapi tidak membawa minyak dalam buli-buli sebagai persediaan. Sudah ada dalam keadaan jalur track penantian Sang Mempelai Laki-Laki, tetapi hanya membawa pelita, tidak membawa minyak dalam buli-buli sebagai persediaan; sudah di dalam, tetapi akhirnya keluar. Saat lima gadis yang bijaksana masuk dalam pesta nikah, pintu pun tertutup, lalu lima gadis bodoh kembali dari pembelian minyak, namun TUHAN berkata: Aku tidak mengenal kamu! Jadi, mereka sudah di dalam, tetapi akhirnya keluar.
Demikian juga YANG KETIGA: Nabi-nabi palsu sibuk bernubuat menyampaikan Firman demi nama TUHAN, sibuk mengusir Setan demi nama TUHAN, sibuk mengadakan banyak mujizat demi nama TUHAN, tetapi pada hari TUHAN, TUHAN berkata: “Aku tidak mengenal kamu sekalian!” Lalu TUHAN kembali berkata: “Enyahlah dari padaku kamu sekalian pembuat kejahatan!” Mereka sudah di dalam, tetapi keluar kembali. Mengapa? Mereka sibuk mengadakan mujizat, tetapi mengabaikan kehendak Allah Bapa, mengabaikan salib di Golgota. Padahal salib di Golgota adalah jalan kebenaran hidup kekal, tidak ada yang sampai ke rumah Bapa di sorga tanpa Anak (Firman Allah).
 
Jadi, sudah sangat jelas sekali; inilah jaminan yang TUHAN berikan kepada jemaat di Filadelfia, yaitu menjadi sokoguru, karena dialah yang memegang kunci Daud. TUHAN sedang mengoreksi kehidupan kita; seperti apakah kita ini di hadapan TUHAN.
Saya berdoa dan berharap dengan harapan yang besar: Walaupun kekuatan kita tidak seberapa, kiranya kita semua memiliki kerinduan yang besar untuk menuruti Firman TUHAN, untuk tekun menantikan Dia datang kembali pada kali yang kedua sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga; menjadi sokoguru dan menjadi dasar kebenaran.
 
Wahyu 3:12
(3:12) Barangsiapa menang, ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allah-Ku, dan ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan Kutuliskan nama Allah-Ku, nama kota Allah-Ku, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari Allah-Ku, dan nama-Ku yang baru.
 
Bagian dari janji TUHAN kepada kita ialah padanya akan dituliskan nama-Ku yang baru, itulah Firman Allah dimeteraikan, diukir di dalam hati dan pikiran kita masing-masing.
 
Wahyu 19:11,13
(19:11) Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: "Yang Setia dan Yang Benar", Ia menghakimi dan berperang dengan adil. (19:13) Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan nama-Nya ialah: "Firman Allah."
 
Kalau Firman itu termeterai di hati dan pikiran, maka kita juga disebut bernama "Yang Setia dan Yang Benar"; itulah Firman yang sudah termeterai.
 
Ingatlah hal ini di dalam menantikan TUHAN:
-          menjadi pribadi yang setia,
-          menjadi pribadi yang benar,
karena sudah melewati proses sengsara salib, memaki jubah yang telah dicelup di dalam darah.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang