KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Monday, February 26, 2024

IBADAH RAYA MINGGU, 25 FEBRUARI 2024


I
BADAH RAYA MINGGU, 25 FEBRUARI 2024 KITAB WAHYU PASAL 17


KEADAAN PEREMPUAN BABEL (SERI 1)


Subtema: RAHASIA NIKAH PATAHKAN RAHASIA BABEL


Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN, oleh karena rahmat-Nya, dengan dua tangan-Nya; telah menghimpun kita untuk berada di atas gunung TUHAN yang kudus, beribadah lewat Ibadah Raya Minggu di dalam ruangan ini, rumah TUHAN. Dan kiranya TUHAN berkenan kepada kehidupan kita dan korban persembahan yang akan kita persembahkan kepada TUHAN. Baik cara kita duduk mendengar Firman TUHAN, kiranya menjadi korban persembahan yang berkenan kepada TUHAN. 


Saya tidak lupa menyapa, anak-anak TUHAN, umat ketebusan TUHAN bahkan rekan-rekan hamba TUHAN yang sedang bergabung dengan penggembalaan GPT “Betania” Serang & Cilegon, Banten, Indonesia, lewat live streaming; Youtube, Facebook, baik di dalam negeri, maupun di luar negeri, dimanapun anda berada. Karena saya tahu, ada seorang hamba TUHAN di Hungaria tetap setia mengikuti penggembalaan ini, kiranya TUHAN memberkati saudara di sana. Kiranya damai sejahtera turun memerintah di tengah-tengah ibadah ini dan bahagia dalam menikmati Sabda Allah, seperti Maria duduk dekat kaki TUHAN dan terus mendengar Firman TUHAN.


Namun sebelumnya, kita berdoa dalam Roh, kita memohon kepada TUHAN supaya Firman yang dibukakan itu memberi kepastian, iman yang teguh supaya kita tidak mudah goyah terhadap pengaruh yang tidak suci, kecemaran dunia, berhala-berhala dan lain sebagainya.


Sebelum saya menyampaikan Firman Allah, pada minggu yang lalu ada kekeliruan sedikit, dan saya minta maaf sebesar-besarnya dalam kekeliruan ini, karena, ada beberapa kali saya mengucapkan ayat yang salah. Seperti dalam Ibadah Pendalaman Alkitab pada minggu yang lalu (15 Februari 2024), saya mengatakan; Lukas 26:30-31, ayatnya memang benar tetapi sebetulnya kisahnya salah, karena kisah itu ada pada Matius 26:30-31 dimana nanti gembala akan dibunuh, kemudian korban sehari-hari juga akan dirampas, karena Kristus gembala, Dia juga korban sehari-hari. 

Kemudian, Ibadah Raya Minggu tanggal 18 Februari 2024, saya juga minta maaf karena ada kesalahan; seharusnya Ishak bukan Isai. Jadi, mohon dimaafkan, baik juga kepada pemirsa / anak-anak TUHAN yang terus mengikuti secara live streaming, saya tidak bermaksud untuk menyesatkan saudara, atau mengada-ngada. Ada kalanya pikiran dan mulut ini tidak sambung, tetapi, kiranya roh TUHAN terus berkuasa atas kehidupan kita, dimulai dari saya, juga imam-imam dan kepada kita semua. 


Secepatnya kita sambut KITAB WAHYU sebagai Firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu

Wahyu 17:4-5 dengan perikop: “Penghakiman atas Babel”

(17:4) Dan perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi dengan emas, permata dan mutiara, dan di tangannya ada suatu cawan emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya. (17:5) Dan pada dahinya tertulis suatu nama, suatu rahasia: "Babel besar, ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi."


Kedua ayat ini menampilkan keadaan dari PEREMPUAN BABEL.

Kemudian, perempuan Babel ini tampil dalam 3 (tiga) keadaan:

YANG PERTAMA: Memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi dengan emas, permata dan mutiara.

YANG KEDUA: Di tangan perempuan Babel ada suatu cawan emas penuh dengan:

  • Kekejian

  • kenajisan percabulan

YANG KETIGA: Pada dahinya tertulis suatu nama, suatu rahasia: Babel besar.


Pada minggu yang lalu bagian yang pertama dan kedua dari keadaan perempuan Babel, telah disampaikan / diterangkan. Doa dan harapan saya, kiranya pemberitaan Firman Allah pada minggu yang lalu memberi kepastian, meneguhkan iman kita pribadi lepas pribadi, menjadi berkat besar dan tetap dalam ingatan kita masing-masing. Sekarang kita akan mengikuti penjelasan ketiga dari keadaan perempuan Babel.


Perempuan Babel ini tampil dalam 3 (tiga) keadaan:

YANG KETIGA: Pada dahinya tertulis suatu nama, suatu rahasia.

Pertama-tama yang mau saya katakan adalah; revolusi telah terjadi, perkembangan dan kemajuan zaman telah terjadi disegala bidang. Kemudian, kemajuan dan perkembangan yang disebut juga dengan revolusi, tidak terelakkan dan tidak terbantahkan lagi, dan akan terus meningkat sampai pada akhirnya menjadi suatu ancaman besar bagi gereja TUHAN. 

Oleh sebab itu, gereja TUHAN harus dipersiapkan untuk menghadapi revolusi yang terjadi ini. Dunia internet adalah bagian dari kemajuan zaman, handphone android (gadget) yang ada di tangan saudara itu merupakan ancaman besar. Maka, malam ini, dengan tandas saya berkata bahwa revolusi yang sedang terjadi ini sangat dimanfaatkan oleh setan untuk menjatuhkan dan memisahkan anak-anak TUHAN dari kasih TUHAN Allah yang sempurna sampai akhirnya gereja TUHAN berada pada satu titik yaitu; KEHANCURAN.

Singkat kata, revolusi demi revolusi yang sedang terjadi akan mengarah kepada kegiatan antikris.


Jadi, di hari-hari terakhir ini gereja TUHAN harus dipersiapkan oleh gembala sidang / pemimpin sidang jemaat untuk menghadapi kemajuan zaman dan kemajuan teknologi, untuk menghadapi revolusi yang sedang terjadi ini. Tetapi yang pasti, menurut hemat saya, dari apa yang saya dapat dari Alkitab;

  1. Revolusi tidak dapat diatasi dengan revolusi.

  2. Kemajuan zaman dan perkembangan teknologi, tidak bisa dihadapi dengan kemajuan zaman dan perkembangan teknologi.

  3. Kemajuan teknologi tidak bisa dilawan dengan cyber.

Sehebat apapun seorang cyber untuk mengetahui segala sesuatu di dunia ini, tidak akan bisa digunakan untuk menghadapi revolusi yang sedang terjadi ini, karena revolusi ini akan mengarah kepada antikris. 


Kemajuan zaman dan perkembangan teknologi, itu yang disebut dengan revolusi. Dulu, berawal dari menggunakan tenaga, lalu pikiran, kemudian teknologi maju terus dan terus, dan saya yakin mengatakan; kemajuan zaman dan perkembangan teknologi yang disebut sebagai revolusi, itu akan dimanfaatkan oleh setan. Singkat kata, revolusi yang terjadi ini mengarah kepada antikris. 

Mengapa saya mengatakan hal ini? Karena, pengetahuan manusia belum sempurna untuk membawa gereja TUHAN sampai masuk ke dalam Sorga. 


Kita sama-sama buktikan…

Wahyu 6:15-16

(6:15) Dan raja-raja di bumi dan pembesar-pembesar serta perwira-perwira, dan orang-orang kaya serta orang-orang berkuasa, dan semua budak serta orang merdeka bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di gunung. (6:16) Dan mereka berkata kepada gunung-gunung dan kepada batu-batu karang itu: "Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu."


Kejahatan dan orang-orang yang melakukan kejahatan. Kemudian, antikris dan orang-orang yang dikuasai oleh roh antikris, roh jual beli disebut juga dengan kenajisan percabulan, tidak dapat menyembunyikan dirinya dari hari murka TUHAN


Di Hari terakhir, tepatnya, pada saat Anak Domba membuka meterai yang keenam:

  • Raja-raja di bumi.

  • Pembesar-pembesar dan perwira-perwira, dengan kata lain; pangkat tinggi.

  • Orang-orang kaya, serta orang-orang yang berkuasa di bumi.

  • Semua budak dan orang merdeka.

Mereka akan sembunyi di gua-gua, di celah-celah batu karang dan gunung, dengan satu tujuan; supaya lepas dari murka, penghukuman sebagai balasan dari TUHAN. Tetapi, semuanya jelas dipemandangan TUHAN, tidak ada orang yang dapat menyembunyikan dosanya.


Wahyu 6:17

(6:17) Sebab sudah tiba hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat bertahan?


Tidak ada seorangpun yang dapat melarikan dirinya dari hari penghukuman TUHAN / murka TUHAN / hari pembalasan TUHAN.


Anak-anak TUHAN / orang Kristen, mungkin bisa menikmati dosa dari segala keinginan-keinginan daging dan hawa nafsu daging, baik dosa kejahatan maupun kenajisan percabulan. Tetapi sebetulnya, saat gereja TUHAN atau anak-anak TUHAN hidup di dalam dosa itu, sekalipun di dalam hati yang terdalam pun, itu tidak luput dari pandangan TUHAN. Sampai tiba hari murka TUHAN, kejahatan dan orang yang melakukan kejahatan, antikris dan orang yang dikuasai oleh roh antikris / roh jual beli (roh kenajisan percabulan), juga tidak bisa menyembunyikan dirinya dari hari murka TUHAN, dari hari pembalasan dan penghukuman TUHAN, baik dia bersembunyi dalam gua-gua dan celah-celah gunung. Hal ini harus diperhatikan.


Pendek kata, suatu nama, suatu rahasia "BABEL BESAR", hanya dapat dipatahkan dan dihadapi dengan cara TUHAN saja, tidak ada cara lain, termasuk pengetahuan manusia. Demikian juga revolusi-revolusi yang terjadi, tidak bisa dihadapi dengan pengetahuan manusia, kemampuan manusia. Maka, untuk mematahkan suatu nama, suatu rahasia harus dengan cara TUHAN. Di dalam TUHANpun ada rahasia. 


Mari kita lihat….

Efesus 3:3

(3:3) yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan singkat.


Rahasia Kristus dinyatakan kepada Paulus dengan wahyu.


Efesus 3:4

(3:4) Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui dari padanya pengertianku akan rahasia Kristus


Kitab wahyu dapat memberi pengertian akan rahasia Kristus

Sebab itu, kita patut bersyukur dan berterimakasih kepada TUHAN, karena, oleh kemurahan TUHAN kita diberi kesempatan untuk membuka;

  • STUDY YUSUF sebagai Firman penggembalaan untuk Ibadah Kaum Muda Remaja.

  • SURAT YUDAS sebagai Firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan.

  • STUDY MALEAKHI sebagai Firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.

  • KITAB WAHYU sebagai Firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu.

Sehingga dengan demikian, dengan pasti kita menerima pengertian dan pengetahuan dari Sorga tentang rahasia Kristus. 


Efesus 3:9

(3:9) dan untuk menyatakan apa isinya tugas penyelenggaraan rahasia yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah, yang menciptakan segala sesuatu,


Rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad, dari keturunan ke keturunan, telah dinyatakan kepada kita oleh karena kemurahan TUHAN.

Rahasia Kristus itu sebetulnya tersembunyi dari abad ke abad. 1 (satu) abad = 100 tahun. Jadi berabad-abad, sudah berapa keturunan? 


Yang pasti untuk kita ketahui, ada 2 (dua) rahasia besar di dalam Kristus.

Untuk malam ini, saya kira kita hanya mendapat kesempatan untuk memperhatikan bagian yang pertama.

RAHASIA BESAR YANG PERTAMA

Efesus 5:32-33 dengan perikop: “Kasih Kristus adalah dasar hidup suami isteri”

(5:32) Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. (5:33) Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.


Rahasia Kristus besar, sebetulnya tersembunyi dari abad ke abad (ratusan tahun), kemudian, tersembunyi dari keturunan ke keturunan. 


Singkat kata, rahasia besar yang pertama adalah hubungan Kristus dengan jemaat, disebutlah itu rahasia nikah (hubungan nikah). Ini adalah rahasia yang harus disampaikan oleh seorang pemimpin sidang jemaat, oleh seorang gembala sidang untuk mematahkan suatu nama, suatu rahasia; Babel besar. 

Kalau dua rahasia ini tidak diterangkan/dijabarkan/disampaikan dengan seksama oleh pemimpin sidang jemaat, maka, dengan jelas dan dengan pasti saya berkata; gereja TUHAN tidak akan memahami tentang suatu nama, suatu rahasia itulah Babel besar. Ingat; revolusi tidak bisa dihadapi dengan revolusi, pengetahuan manusia belum sempurna untuk membawa gereja TUHAN sampai ke dalam kerajaan Sorga. 


Jadi, rahasia besar yang pertama adalah rahasia nikah, sebab hubungan Kristus dengan jemaat adalah hubungan antara tubuh dengan kepala (dua menjadi satu). Oleh sebab itu, pelihara hubungan kita dengan TUHAN, jangan nampak baik, tetapi rohnya bergerilya supaya kenajisan bisa melihat dia. Hal itu bisa terjadi lewat media sosial; Youtube, Facebook, Tiktok dan media sosial lainnya. 

Itulah yang saya katakan di atas tadi, puncak revolusi; gadget yang di tangan saudara. Siapa yang tahu, nampaknya seperti beribadah di Youtube, Facabook, tetapi ternyata; kenajisan sedang dilancarkan. 

Pelihara hubungan kita dengan TUHAN. Hubungan kita dengan TUHAN adalah hubungan dalam nikah suci baik lahir maupun batin (luar dan dalam).


Mari kita lihat cara supaya terwujud hubungan antara kepala dengan tubuh dalam nikah suci

Efesus 5:22-23 dengan perikop: ‘Kasih Kristus adalah dasar hidup suami isteri”

(5:22) Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, (5:23) karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.


Gereja tidak bisa menyelamatkan gereja. Pengetahuan kita belum sempurna untuk membawa manusia masuk dalam kerajaan Sorga, dengan lain kata selamat. Yang menyelamatkan tubuh adalah Kepala (Kristus).


Singkat kata, inti dari apa yang kita baca adalah; isteri tunduk kepada suami seperti kepada TUHAN

Alasannya: Karena suami adalah kepala isteri, sama seperti Kristus adalah Kepala jemaat, Dialah yang menyelamatkan tubuh. Tubuh tidak bisa menyelamatkan tubuh, yang menyelamatkan tubuh adalah Kepala, yang menyelamatkan tubuh adalah Suami (Mempelai Laki-Laki Sorga). 

Itu sebabnya, revolusi tidak bisa dihadapi dengan revolusi, kemajuan zaman tidak bisa dihadapi dengan kemajuan zaman, teknologi yang semakin canggih dan berkembang, tidak bisa dihadapi dengan cyber. Ini harus diperhatikan dengan baik-baik.


Kembali saya katakan; isteri tunduk kepada suami seperti kepada TUHAN. Dan ketundukkan itu mutlak (harga mati), tidak bisa berasalan tapikan begini, tapikan begitu. Seperti apapun bentuk / rupa suami, perilaku dan lain sebagainya, kalau itu dari TUHAN ya dari TUHAN. Percayalah, anak-anak TUHAN tidak hidup di dalam kebetulan / tidak ada istilah kebetulan di dalam diri anak-anak TUHAN. 

Kalau itu sudah terjadi (sudah menjadi suami isteri), kalau Alkitab berkata; tunduk, ya tunduk saja. Dan  ketundukkan isteri kepada suami sebagai kepala, persis seperti ketundukkan gereja / jemaat kepada Kristus sebagai Kepala. 

Kenapa harus tunduk dengan mutlak? Karena, kepala yang menyelamatkan tubuh. Tubuh tidak bisa menyelamatkan tubuh, tangan tidak bisa menyelamatkan kaki. Yang selamatkan seluruh anggota tubuh yang banyak dan berbeda hanya satu; Kristus Kepala. Maka, gereja harus tunduk kepada Kristus Kepala, istri harus tunduk kepada suami sebagai kepala. Pendeknya, segala yang ada di atas; harus tunduk, itu Alkitab yang berkata. 


Mari kita lihat soal KETUNDUKKAN…

1 Petrus 3:1,6 dengan perikop: “Hidup bersama suami isteri”

(3:1) Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, (3:6) sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman.


Seorang isteri hendaknya tunduk kepada suaminya, dan ketundukkan dari seorang isteri sama seperti Sara taat kepada Abraham.  Kemudian, di dalam ketaatan Sara, ia menyebut Abraham sebagai "tuan."

Jadi, di dalam ketundukkan akan nampak ketaatan dari gereja TUHAN kepada Firman Allah; Dia Kristus, Kepala, suami, penyelamat tubuh, pembela tubuh. 

Biarlah kita semua menjadi hamba kebenaran. Kristus adalah Firman yang harus menjadi tuan atas kehidupan kita masing-masing. 


Lebih rinci soal ketundukkan…

Ibrani 5:5-7

(5:5) Demikian pula Kristus tidak memuliakan diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam Besar, tetapi dimuliakan oleh Dia yang berfirman kepada-Nya: "Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini", (5:6) sebagaimana firman-Nya dalam suatu nas lain: "Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek." (5:7) Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.


Yesus adalah Anak Allah, tetapi Dia juga Imam Besar Agung menurut peraturan Melkisedek, maksudnya; imamat-Nya itu tidak berkesudahan, selama-lamanya, tidak pernah berubah. Kita patut bersyukur karena memiliki Imam Besar Agung semacam ini.


Tugas Imam Besar Agung; berdoa, melayani dan memperdamaikan dosa manusia = rela menjadi korban.

Supaya manusia berdamai dengan Allah, Yesuslah yang menjadi korban pendamaian (rela berkorban).


Dahulu, hubungan manusia dengan Allah sudah terputus, seperti kitab Maleakhi ke Injil Matius; terputus kurang lebih 400 (empat ratus) tahun lamanya. Tetapi…

  • Dalam Injil Matius; Yesus datang, tampil sebagai Raja

  • Kemudian dalam Injil Matius; Yesus ditampilkan sebagai Hamba.

  • Dalam Injil Lukas; Yesus ditampilkan sebagai Manusia dalam sengsara dan derita yang Ia tanggung di atas kayu salib.

  • Dalam Injil Yohanes; Yesus ditampilkan sebagai Anak Allah, hidup di dalam keadilan dan kebenaran-Nya.


Dengan lain kata; Yesus harus menanggung penderitaan di atas kayu salib, supaya hubungan yang terputus antara manusia dengan Allah tersambung kembali, terjalin kembali.

Jadi, hubungan kita terjalin kembali dengan Allah Bapa, itu karena ada pengantara yaitu; Yesus Kristus sebagai Imam Besar Agung, menurut peraturan Melkisedek. 


Itu sebabnya, kalau kita perhatikan pada ayat 7: Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia. Kenapa ada ratap tangis? Karena ada sengsara derita yang ditanggung di atas kayu salib, sebagaimana seruan yang disampaikan di atas kayu salib; “Eli, Eli lama sabakhtani?”Sebetulnya, seruan itu adalah keluhan kita yang disampaikan kepada Allah Bapa, tetapi Yesuslah yang menanggungnya, Ia yang menderita sengsara.


Lebih jelas,,,,

Ibrani 5:8

(5:8) Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,


Singkat kata, sekalipun Yesus adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya.

Ini adalah suatu pelajaran terkait dengan taat kepada Firman Allah. Karena, kebanyakan orang, kalau menderita sedikit, mulutnya cepat sekali terbuka, cepat bersungut-sungut dan ngomel. Atau, mungkin mulut tidak bersungut-sungut atau ngomel, tetapi hatinya seperti panas api yang membara. Tetapi Yesus, sekalipun adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya.

Jadi, sangkal diri dan pikul salib tidak berhenti di tengah jalan, tetapi terus belajar menjadi taat dari apa yang diderita. 


Kita tahu, dari taman Getsemani sampai ke Golgota suatu perjalanan yang dalam bahasa Yunani disebut Viadolorosa penuh dengan tapak-tapak kaki Yesus yang berdarah. Bahkan di tengah jalan pun Yesus terjatuh dan terjatuh, tetapi Ia berjuang, itu sebabnya dikatakan; Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya.


Soal ketundukkan isteri kepada suami sehingga menjadi taat kepada Kristus Kepala sebagai Suami, sama seperti Sara taat kepada Abraham sebagai suami; sudah ditampilkan oleh Yesus Kristus 2000 tahun yang lalu di atas kayu salib. Sehingga, kita dapat melihat dengan seksama, dan kita boleh belajar untuk menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya / meneladani teladan yang mulia ini. 

Demikian juga, kalau akhirnya Sara pun taat kepada Abraham, itu karena Abraham juga telah memberi contoh kepada Sara sehingga Sarapun meneladani teladan yang ditinggalkan oleh Abraham kepada isterinya. Jangan nampak taat di luar, tetapi hatinya bergerilya.


Kita perhatikan hal itu dalam….

Kejadian 22:1-2 dengan perikop: “Kepercayaan Abraham diuji”

(22:1) Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan." (22:2) Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu."

Di sini kita melihat, Abraham diperintahkan TUHAN untuk mempersembahkan Ishak anaknya yang dikasihi dan yang tunggal kepada TUHAN sebagai korban bakaran. Padahal kita tahu, Abraham ini hanya mempunyai satu anak, itulah Ishak, dan Ishak ini betul-betul sangat dikasihi oleh Abraham, tetapi TUHAN perintahkan kepada Abraham untuk mempersembahkan Ishak sebagai korban bakaran, saudara bisa bayangkan hal itu? Betapa kagetnya Abraham mendengar perintah itu.


Kemudian, terhadap perintah TUHAN ini, Abraham berkata: YA TUHAN.”

Waktu TUHAN memerintahkan Abraham, ia tidak mengelak, tidak menjawab dan mengajukan pertanyaan mengapa, kenapa, cukup dengan sahutan yang pertama: “YA TUHAN.”

Bisa saudara bayangkan, misalnya, suami isteri hanya mempunyai satu anak yang dikasihi dan disayangi tetapi harus dimatikan? Tetapi kalau memang itu untuk dijadikan sebagai korban bakaran kepada TUHAN, katakan; “ya” jangan susah hati, karena TUHAN yang berfirman. 

Kalau saudara disuruh untuk tidak usah bekerja supaya mengikuti ketekunan dalam tiga macam ibadah, pasti hati saudara susah. Tetapi Abraham tidak susah hatinya, justru berkata; ya TUHAN. Kemudian, kalau saudara dilarang jangan main tiktok, takut ada kenajisan di situ, pasti ngedumel, padahal itu sifatnya untuk daging saja. Tetapi Abraham bukan daging saja, namun anak tunggalnya dijadikan sebagai korban bakaran, bayangkan?


Kejadian 22:3-4

(22:3) Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. (22:4) Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh.


Singkat kata, setelah dalam perjalanannya yang panjang, setelah tiga hari; Abraham melihat gunung Moria sebagai tempat mempersembahkan korban bakaran kepada TUHAN. Jadi, tempat untuk mempersembahkan korban bakaran; TUHAN yang memilih dan menentukan. Abraham tidak memilih, tidak menentukan tempat untuk mempersembahkan korban bakaran bagi dirinya kepada TUHAN.


Ada kalanya, untuk melakukan sesuatu, kita pilih-pilih dulu tempatnya dimana dan bagaimana, kita tentukan sendiri. Untuk korban ini; segini, untuk korban ini; segitu, tidak dengan kerelaan di  hati, ditentukan dulu. Kemudian, kalau hubungannya baik dengan saya; segini, kalau tidak baik dengan saya; segitu. Tetapi Abraham tidaklah demikian, ketika ia mempersembahkan korban bakaran; TUHAN yang memilih tempat dan menentukannya dan tempat yang dipilih TUHAN itu perjalanannya selama tiga hari. 

Tiga hari jelas kaitannya dengan pengalaman kematian dan kebangkitan. Dan jangan lupa, Abraham juga mempersiapkan kayu untuk korban bakaran. Kayu salib yang kasar, itulah yang dijadikan oleh Bapa untuk mempersembahkan korban bakaran; Ia telah dihanguskan oleh derita sengsara di atas kayu salib. Betapa hebatnya ketaatan Abraham ini kepada TUHAN.


Saya berharap kita semua memperhatikan, manakala TUHAN berbicara kepada kita demi kebaikan hidup saya dan hidup saudara, hubungan saudara dengan TUHAN. Kalau kita tidak memperhatikannya, satu kali, murka TUHAN sebagai pembalasan tidak bisa tertahankan lagi. Dimanapun kejahatan dan orang-orang yang melakukan kejahatan, antikris dan orang-orang yang dikuasai roh antikris, tidak ada yang bisa menyembunyikan dirinya dari pembalasan TUHAN. Jadi, berpikir panjang, jangan pendek. 

Ini adalah nasihat yang bagus. Jangan takut untuk taat kepada Firman. Jadilah hamba Firman, hamba TUHAN, hamba Kristus yang taat dalam segala perkara.


Saya sendiri belajar taat, termasuk sepersepuluh. Misalnya saya dapat berkat, entah pakaian, ditarktir makan, persembahan-persembahan dari sidang jemaat yang dibawa ke pastori, saya hitung berapa berkat itu, lalu saya ambil sepersepuluhnya.

Perlu diperhatikan; jangan saudara sepersepuluh gaji, tetapi tunjangan natal, gaji ketiga belas, saudara sembunyikan, itu tidak baik. Kita semua harus taat kepada Firman Allah, kepada hukum Allah. 


Kejadian 22:5

(22:5) Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu."

Ayat ini merupakan doa penyembahan (puncak ibadah).

Yesus Kristus adalah Imam Besar Agung yang memimpin ibadah-ibadah di bumi sampai kepada ibadah tertinggi / puncak ibadah itulah doa penyembahan.


Kemudian…

Kejadian 22:6

(22:6) Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.

Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak.

Salib memang harus dipikul dan ditanggung. Bukan Abraham tetapi Ishak, anaknya. 


Kejadian 22:7-8

(22:7) Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: "Bapa." Sahut Abraham: "Ya, anakku." Bertanyalah ia: "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" (22:8) Sahut Abraham: "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.


Di sini Ishak bertanya: "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" Dari pertanyaan ini nampak sekali ketulusan Ishak, anak tunggal, bayangan dari Yesus Kristus, Anak Tunggal Bapa dalam ketulusan; Ia serahkan diri-Nya, Ia belajar untuk menjadi taat dari apa yang diderita-Nya, Ia tidak berhenti di jalan. 


Kalau saudara suka ngomel, lalu turun dari ibadah dan pelayanan, tidak ada arti hidupmu. Keselamatan harus dikerjakan dengan takut dan gentar. Harus menjadi hamba Kristus, hamba Firman Allah; taat, setia dan dengar-dengaran. Kalau berhenti di tengah jalan = pecundang. 


Kemudian, dengan iman percayanya, Abraham berkata: "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Abraham menjawab Ishak sambil mereka melangkah bersama-sama = belajar menjadi taat dari apa yang diderita. Baik Ishak maupun Abraham; tidak ngomel dan bersungut-sungut.

Hal ini bagaikan dua helai kain yang ada di Ruangan Maha Suci untuk menudungi Ruangan Maha Suci sampai ke belakang Ruangan Maha Suci. Ini adalah iman dan perbuatan iman. Jadi iman dan perbuatannya sudah sampai ke Ruangan Maha Suci. 


Kejadian 22:9-10

(22:9) Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. (22:10) Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.


Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Bisa saudara bayangkan? 

Di sini kita melihat Abraham belajar dari apa yang dideritanya. Kemudian, Ishak juga tidak melawan, tidak bertanya; bapa kenapa diikat? Ishak diam saja, mulutnya kelu.

Singkat kata, Abraham menampilkan/menunjukkan suatu ketaatan yang sungguh-sungguh kepada TUHAN, ia tidak ragu menjadikan Ishak anaknya yang tunggal sebagai korban bakaran di hadapan TUHAN.


Setelah sampai di tempat yang dituju oleh TUHAN, Abraham mendirikan mezbah, meletakkan kayu api untuk korban bakaran. Kemudian, langkah berikutnya; Ishak, anaknya yang tunggal itu diikat baik tangan dan kakinya. Langkah terakhir; Abraham mengambil pisau untuk selanjutnya menyembelih anaknya, tetapi sebelum Ishak anaknya ini disembelih…

Kejadian 22:11-12

(22:11) Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan." (22:12) Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku."


Abraham menunjukkan suatu ketaatan yang sungguh-sungguh kepada Bapa. Sebab kita sudah melihat, di dalam ketaatan itu ia tidak segan-segan mempersembahkan Ishak, anaknya yang tunggal, anaknya yang sangat dikasihi itu, untuk dijadikan sebagai korban bakaran. 


Kalau anak-anak TUHAN sungguh-sungguh mengasihi ibadah dan pelayanan (tekun dalam tiga macam ibadah pokok), pasti taat kepada Firman, menjadi hamba kepada Firman Allah, ia akan menempatkan Kristus sebagai Kepala, Firman sebagai Kepala, sebagai tuan. Kita adalah hamba Firman Allah, kepada-Nya kita harus taat, tunduk dan pasrah. Tunduk dan pasrah sudah dibuktikan baik Ishak maupun Abraham, karena mereka taat kepada TUHAN. Di dalam ketaatan pun ada takut akan TUHAN, benci segala kejahatan. Sebab itu, kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar; jangan di depan baik tetapi di belakang main belakang.


Lalu, kalau kita kembali menilik atau menengok Kejadian 22:1-2; untuk perintah TUHAN Abraham berkata; “ya TUHAN” ia tidak menolak, tidak disertai dengan ragu-ragu, tidak bimbang. 


Matius 26:37-38

(26:37) Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, (26:38) lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku."


Hal ini sama seperti Abraham  tadi; setelah sampai tujuan, ia berkata kepada dua bujangnya; tinggallah di sini, kami akan naik ke gunung, sesudah itu kami turun kembali. 

Jadi, jelas; Yesus menampilkan diri-Nya sebagai Imam Besar Agung memimpin gereja-gereja sampai puncak ibadah; doa penyembahan.


Matius 26:39-42

(26:39) Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (26:40) Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? (26:41) Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"


Terhadap kehendak Allah, Yesus berkata: “YA BAPAKU.”

Inilah tanda ketaatan Yesus kepada Bapa, sebagaimana ketaatan Abraham kepada Allah Bapa di Sorga.

 

Jadi, Yesus sebagai Kepala gereja maupun Abraham sebagai suami, sama-sama memberi contoh teladan dalam hal ketaatan.

  • Abraham memberi contoh teladan kepada Sara, isterinya.

  • Yesus memberi contoh teladan kepada gereja TUHAN.

Sehingga, dengan demikian; Sara taat kepada Abraham, Sara menempatkan diri sebagai hamba sedangkan Abraham sebagai tuannya. Taat kepada Firman = hamba kebenaran. 

Demikian juga kiranya hal itu terjadi kepada gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini, dengan contoh teladan yang ditinggalkan Kristus sebagai Kepala dengan berkata; ya Bapa-Ku, kemudian Dia harus meminum cawan yang isinya anggur, Ia harus menanggung penderitaan yang tidak harus ditanggung, menderita karena dosa manusia. Ini adalah suatu ketaatan yang ditinggalkan TUHAN Yesus di atas kayu salib, kita sudah melihatnya secara rohani.


Kembali kita membaca…

Kejadian 22:12

(22:12) Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku."


Kehidupan yang taat kepada TUHAN, di dalamnya ada roh takut akan TUHAN

Kalau di depan baik tetapi dibelakang tidak; tidak ada roh takut akan TUHAN di situ. Dia bukan takut TUHAN tetapi takut manusia; bos, atasan.


Kejadian 22:13

(22:13) Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya.


Yesus Kristus adalah Anak Domba Allah yang telah tersembelih di atas kayu salib, dijadikan sebagai korban bakaran. Kemudian kita lihat disini; tanduknya tersangkut dalam belukar.

Kehidupan kita ini seperti semak belukar, bahkan onak duri, suka menusuk. Kenapa bisa menjadi onak duri? Karena penuh kekuatiran, di situlah tanduk Anak Domba itu tersangkut.

Singkat kata, kekuasaan Ilahi tersangkut paut dengan dosa manusia, karena hanya kuasa Ilahi yang sanggup membebaskan manusia dari dosa dan maut.


Jadi, revolusi tidak bisa dihadapi dengan revolusi. Satu nama, satu rahasia; Babel besar hanya bisa dihadapi dengan caranya TUHAN, sebab di dalam Kristus ada dua rahasia, dan malam ini kita memperhatikan bagian yang pertama; hubungan Kristus dengan jemaat (tubuh dan kepala).

Hubungan itu harus dibangun dengan baik, dibangun dalam kesucian, bukan dibangun dengan trik-trik. Seorang suami atau seorang isteri, harus menghormati nikah. Kita juga adalah gereja TUHAN, tubuh Kristus; hormati hubungan kita dengan TUHAN. Kalau manusia saja bisa dihormati, harusnya lebih lagi kepada TUHAN. 


Kalau saya saja menghormati sidang jemaat, bahkan yang tidak tekun saja saya hormati, apalagi TUHAN; Dia sangat menghormati nikah suci. Jadi jangan berpikir; datang ibadah, lalu duduk sebagai jemaat, kemudian pulang. Atau sebaliknya, saya sebagai gembala datang, berkhotbah, lalu pulang. 

Kalau hubungan kita terjaga dengan baik dalam nikah suci, otomatis hubungan saya dan saudara akan terjaga. Jangan sampai sebagai gembala sidang, hubungan saya lebih terbangun kepada yang orang duniawi dari pada kepada jemaat. Tetapi saya harus terus membangung hubungan saya dengan TUHAN dengan ratap tangis dan segala doa permohonan dinaikkan kepada TUHAN, supaya jemaat TUHAN, gereja TUHAN tergembala dengan baik dan terjaga dengan baik, tidak tercerai-berai. Kalau ada yang tercerai-berai itu karena setan bukan karena TUHAN. 


Kejadian 22:14

(22:14) Dan Abraham menamai tempat itu: "TUHAN menyediakan"; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: "Di atas gunung TUHAN, akan disediakan."


Kalau kita ada di gunung TUHAN yang kudus (tekun dalam tiga macam ibadah pokok): TUHAN tetap pelihara, baik lahir maupun batin. Kalau kita diajar berkorban untuk pekerjaan TUHAN, bukan berarti kita menjadi tumpur atau bangkrut dan jatuh miskin; tidak. Kita tetap bisa makan dan minum, karena yang penting: asal ada makanan dan minuman cukuplah (1 Timotius 6:8). Kemudian, ibadah disertai dengan rasa syukur memberi keuntungan besar (1 Timotius 6:6).

Masakan karena berkorban kita menjadi bangkrut dan menjadi pengemis di pinggir jalan? Itu tidak mungkin. Apalagi kalau mengembalikan milik TUHAN; taat kepada Firman TUHAN, masakan jadi jatuh miskin? Itu tidak mungkin. Sekalipun terlibat dengan pekerjaan TUHAN dan segala korban di tengahnya yang harus kita persembahkan, tidak akan membuat jatuh miskin. Jauh dari TUHAN saja dipelihara TUHAN, apalagi di dalam TUHAN. Ingat; di atas gunung TUHAN segalanya tersedia, itulah yang disebut dengan Yehova Jireh. Kita akan merasakan sebutan Allah sebagai Jehovah Jireh bilamana kita ada di atas gunung TUHAN; terlibat dengan Anak Domba yang tanduk-Nya tersangkut dengan semak belukar. 

Ibadah ini kuasa TUHAN, kalau terlibat dengan kuasa TUHAN pasti dipelihara, nyatalah bahwa TUHAN Jehova Jireh. 


Jangan sepersepuluh akal-akalan. Kalau gajian seminggu, langsung sepersepuluh. Kalau trik-trikan itu nanti yang menjerumuskan. Saya sampaikan ini, karena saya sudah lebih dahulu taat dalam hal ini.  


Kita akan melihat Sara lebih dalam. Di atas tadi kita sudah melihat 1 Petrus 3:1, seorang isteri hendaknya tunduk kepada suami, berarti taat seperti Sara. Maka dalam ketaatan itu, Sara menjadikan dirinya hamba karena Abraham dijadikan tuan. Kalau Firman dijadikan tuan, berarti kita hamba Firman, hamba kebenaran. 

Pendeta harus menjadi hamba TUHAN, imam-imam harus menjadi hamba TUHAN, jemaat juga harus menjadi hamba TUHAN; taat kepada Firman. Kalau pendeta tidak taat kepada Firman, tidak taat mengembalikan milik TUHAN; dia bukan hamba TUHAN; hanya sekedar pendeta. Tetapi kita semua harus taat berarti hamba TUHAN.


1 Petrus 3:2

(3:2) jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.


Di dalam ketaatan ada takut akan TUHAN = benci kejahatan. Kemudian di dalam ketaatan; ada kemurnian dan kesalehan dari seorang isteri. 


1 Petrus 3:3-5

(3:3) Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, (3:4) tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. (3:5) Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya,


Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut.

Tidak salah mempunyai rambut yang bagus. Tetapi kalau sengaja rambut itu dikepang begini dan begitu, pertanyaannya; untuk siapa itu? Untuk TUHAN sebagai Kepala (suami) atau untuk kenajisan? Jangan katakan itukan model zaman sekarang. Sebab, di atas tadi saya sudah katakan; kemajuan zaman tidak bisak dikalahkan dengan kemajuan zaman

Kalau rambut dikepang-kepang bukan untuk TUHAN, nanti kenajisan yang melihat. Tetapi, begitu kita tunduk (taat kepada kebenaran), orang lain pasti melihat kemurnian dan kesalehan sehingga kita dihormati. Kalau kita menghormati nikah kita dengan TUHAN, maka orang lain juga menghormat nikah kita. Sebaliknya, kalau kita tidak menghargai nikah kita dengan TUHAN, orang lain juga akan sembarangan melancarkan kenajisan percabulannya. 


Inilah suatu nama, suatu rahasia; Babel besar. Babel besar adalah perempuan cabul. Untuk menghadapi rahasia ini harus dengan rahasia Kristus. Jangan sampai hubungan kita dengan TUHAN dirongrong oleh suatu nama suatu rahasia Babel besar.


Gereja TUHAN yang tunduk kepada Kristus dia taat kepada TUHAN, dan selanjutnya, ia akan memiliki perhiasan rohani yaitu; manusia batiniah, perhiasan yang tidak dapat binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tentram, itu sangat berharga di mata TUHAN.

Jadi, di dalam ketundukkan Sara, dia taat kepada Firman menjadi hamba kepada tuannya sebagai Kepala dan suami. Kemudian ternyata, di dalam ketundukkan itu, ia memiliki perhiasan manusia batiniah (manusia dalam).

Kalau ada ketundukkan, ia tidak mungkin mengutamakan perhiasan lahiriah, antara lain; 

  • Mengepang-ngepang rambut.

  • Memakai perhiasan emas.

  • Memakai pakaian yang indah-indah.


Sedikit kesaksian; kalau saya tidak taat mengembalikan milik TUHAN dengan lain kata; mengambil milik TUHAN, perhiasan emas di tangan saya mungkin sudah full. Tetapi yang terpenting adalah ketundukkan, di dalam ketundukkan; taat kepada Firman, kepada suami, kepada Kepala, kepada Kristus. Itu perhiasan manusia batiniah yang tersembunyi. 


Inilah cara TUHAN mendidik gereja TUHAN (tubuh-Nya). Ini cara TUHAN menyelamatkan tubuh-Nya supaya gereja TUHAN menghargai hubungan nikah yang suci. Hubungan kita dengan TUHAN adalah hubungan intim (nikah suci) harus terjaga dengan baik tidak dirusak oleh si perusak. 


Inilah dari pihak isteri di dalam hubungan nikah, yaitu; tunduk dan kita sudah melihat pemaparannya. Kita berdoa, mohon kepada TUHAN, supaya sebagaimana TUHAN memberkati kita malam ini, kiranya di minggu yang akan datang TUHAN juga memberkati kita dari; hubungan intim dari sisi kepala; Kristus sebagai Suami.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI


Pemberita Firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang