KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, November 28, 2012

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 27 NOVEMBER 2012

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 27 NOVEMBER 2012


Tema:  HAL BERDOA
           (Seri 25)

Subtema: MENERIMA GULUNGAN KITAB DARI TANGAN MALAIKAT YANG KUAT

Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena kasih-Nya yang besar, kita boleh beribadah pada malam hari ini.
Biarlah lewat ibadah ini, kita boleh merasakan kasih Tuhan, di mana kasih Tuhan dinyatakan di atas kayu salib.

Kembali kita memeriksa Matius 6: 5-13, namun kita hanya membaca ayat 10 saja.
Matius 6: 10
(6:10) datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.

Dari pembacaan ayat 10 ini, dibagi menjadi dua bagian.
YANG PERTAMA:
Datanglah Kerajaan-Mu.

YANG KEDUA:
Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.
Malam ini, kita masih memperhatikan bagian yang kedua; untuk itu, mari kita buka injil Matius.

Matius 26: 39, 42
(26:39) Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."
(26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"

Yesus meminum cawan Allah = melakukan kehendak Allah = jadilah kehendak-Mu di bumi dan di sorga.
Meminum cawan Allah, artinya; menanggung penderitaan di atas kayu salib.
Biarlah kehendak Allah jadi / terlaksana dalam kehidupan saya dan saudara.
Jika kehendak Allah jadi di tengah-tengah ibadah pelayanan yang Tuhan percayakan, terlebih di dalam nikah rumah tangga, maka semuanya akan menjadi lebih baik, lebih indah.
Memang, sadar atau tidak sadar, seringkali manusia melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak sendiri.

Pada ayat 42 dikatakan; “cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya”.
Berarti; meminum cawan Allah adalah suatu keharusan supaya kehendak Allah jadi di bumi seperti di sorga.

Yesaya 53: 9-10
(53:9) Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya.
(53:10) Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.

Yesus diremukkan dengan kesakitan di atas kayu salib, sehingga dengan demikian, kehendak Allah terlaksana oleh-Nya, sekalipun Dia tidak berbuat KEKERASAAN dan TIPU TIDAK ADA DI DALAM MULUT-NYA / tidak berbuat dosa.

Ketika Yesus diremukkan dengan kesakitan di atas kayu salib, itu bukan karena kesalahan-Nya, melainkan supaya kehendak Allah jadi.
Itu sebabnya saya katakan tadi; meminum cawan Allah adalah suatu keharusan, bukan karena suatu peraturan.

Ayat yang sama...
Ibrani 10: 8-9
(10:8) Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat --.
(10:9) Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua.

Kehendak Allah jadi, karena Yesus telah mempersembahkan tubuh-Nya di atas kayu salib.
Kalau kita beribadah melayani Tuhan, itu bukanlah kehendak manusia, melainkan kehendak Tuhan.
Supaya kehendak Tuhan jadi, memang harus mengalami sengsara salib / rela berkorban, mulai dari: waktu, tenaga, pikiran, perhatian, keuangan, dan lain sebagainya.
Jadi, kalau seseorang mengeluh karena ibadah, tanpa sadar ia telah menolak kehendak Allah.

Mari kita lihat lebih jauh, ketika Yesus melakukan kehendak Allah.
Ibrani 10: 6-7
(10:6) Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan.
(10:7) Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku."

Allah tidak menghendaki korban bakaran dan korban penghapus dosa, artinya; Allah tidak menghendaki persembahan dalam bentuk lahiriah, termasuk ibadah yang lahiriah.
Ibadah lahiriah; mulut / tubuh memuji Tuhan, kemudian tangan bertepuk, tetapi hati jauh dari Tuhan, itulah yang disebut persembahan dalam bentuk lahiriah.
Perhatikan saudaraku, supaya ibadah ini tidak menjadi sia-sia.

Ibrani 10: 5
(10:5) Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki -- tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku --.

Jadi, persembahan yang lahiriah itu tidak dikehendaki oleh Tuhan, tetapi di sini kita perhatikan; ada satu pernyataan; “Engkau telah menyediakan tubuh bagiku”.

Mari kita perhatikan, apa yang dimaksud dengan; Engkau telah menyediakan tubuh bagiku.
Roma 12: 1
(12:1) Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.

Menyediakan tubuh bagiku, maksudnya; mempersembahkan tubuh dalam 3 hal;
-      Sebagai persembahan yang hidup
Hidup, berarti tidak mengalami kematian rohani. Kalau mengalami kematian rohani, maka seluruh anggota tubuh tidak dapat digunakan untuk melayani Tuhan; mulai dari tangan, mulut, mata, dan sebagainya.
Kalau seseorang jauh dari ibadah, tidak terbeban dalam ibadah pelayanan, itu adalah gambaran bahwa seseorang mengalami kematian rohani.
Kalau orang mati, tubuhnya tidak dapat dipergunakan / tidak dapat digerakkan lagi, itulah kematian rohani.
Kalau ada kematian, pasti ada yang berduka; demikian juga, kalau seseorang mengalami kematian rohani, maka Roh Kudus berduka, oleh sebab itu, biarlah kita mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup.

Kesimpulannya;
Sebagai persembahan yang hidup = hidup dalam pimpinan Roh-El Kudus.

-      Sebagai persembahan yang kudus.
Kudus, memberi arti 2 hal;
a.     Efesus 5: 26-27
(5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman,
(5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.

Saudaraku, supaya jemaat kudus dan tidak bercela, maka harus dimandikan oleh air firman Tuhan.
Kalau dimandikan oleh air firman Tuhan, berarti dibutuhkan air yang banyak.
Kalau mandi dengan dua, tiga gayung, tidak akan bersih, oleh sebab itu, kita membutuhkan air firman yang banyak, itulah pembukaan rahasia firman Tuhan = ayat yang satu menjelaskan ayat yang lain, sampai rahasianya tersingkap = benar-benar bersih / suci.

b.    1 Petrus 1: 15-16
(1:15) tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,
(1:16) sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.

Kalau seseorang hidup dalam kekudusan dan berusaha hidup suci, berarti; menjadi sama seperti Allah di dalam kekudusan.
Sebaliknya, kalau seseorang hidup dalam dosa kejahatan, berarti sama dengan setan.

Kesimpulannya;
Sebagai persembahan yang kudus = hidup benar sesuai kebenaran firman Tuhan.

-      Sebagai persembahan yang berkenan kepada Allah.
Saudaraku, salah satu persembahan yang berkenan kepada Allah adalah; kalau kita menjadi satu dalam penderitaan Kristus.

Kesimpulannya;
Sebagai persembahan yang berkenan = hidup di dalam kasih Allah, sebab ketika Yesus dikorbankan di atas kayu salib, itu adalah tanda dari kasih Allah Bapa bagi saya dan saudara.

Roma 12: 2
(12:2) Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Saudaraku, dengan mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah = mengalami pembaharuan budi, sehingga dapat membedakan / dapat mengerti kehendak Allah.
Selain hati dibaharui, akal budi harus dibaharui.
Supaya terwujudnya pembaharuan akal budi, mari kita bersama-sama mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah, sehingga dengan demikian terjadi pembaharuan akal budi, maka dapatlah kita membedakan kehendak Allah.

Kehendak Allah itu;
1.    Apa yang baik.
2.    Yang berkenan kepada Allah.
3.    Yang sempurna.

Saya mengingatkan kembali;
Supaya terjadinya pembaharuan budi, biarlah kita mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah.

Ciri-ciri melakukan kehendak Allah.
Ibrani 10: 7
(10:7) Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku."

Ciri-cirinya; melakukan kehendak Allah, dalam bentuk gulungan kitab.

Wahyu 10: 10
(10:10) Lalu aku mengambil kitab itu dari tangan malaikat itu, dan memakannya: di dalam mulutku ia terasa manis seperti madu, tetapi sesudah aku memakannya, perutku menjadi pahit rasanya.

Melakukan kehendak Allah dalam bentuk gulungan kitab;
-      Di dalam mulut terasa manis.
Berarti; mulut senantiasa bernyanyi, bermazmur, atau memuji-muji Tuhan, sehingga manis didengar oleh Tuhan.
-      Di perut terasa pahit.
Berarti; perut dikenyangkan dengan segala kepahitan.

Minggu lalu saya sudah sampaikan mengenai di dalam mulut terasa manis dan di perut terasa pahit (IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 20 NOVEMBER 2012).

Sekarang pertanyaannya; Kapan waktu yang tepat untuk melakukan kehendak Allah, dalam bentuk gulungan kitab?
Wahyu 10: 8-9
(10:8) Dan suara yang telah kudengar dari langit itu, berkata pula kepadaku, katanya: "Pergilah, ambillah gulungan kitab yang terbuka di tangan malaikat, yang berdiri di atas laut dan di atas bumi itu."
(10:9) Lalu aku pergi kepada malaikat itu dan meminta kepadanya, supaya ia memberikan gulungan kitab itu kepadaku. Katanya kepadaku: "Ambillah dan makanlah dia; ia akan membuat perutmu terasa pahit, tetapi di dalam mulutmu ia akan terasa manis seperti madu."

Rasul Yohanes menerima gulungan kitab dari tangan malaikat itu untuk dimakan.

Wahyu 10: 2, 5
(10:2) Dalam tangannya ia memegang sebuah gulungan kitab kecil yang terbuka. Ia menginjakkan kaki kanannya di atas laut dan kaki kirinya di atas bumi,
(10:5) Dan malaikat yang kulihat berdiri di atas laut dan di atas bumi, mengangkat tangan kanannya ke langit,

Malaikat yang turun dari sorga tersebut, memegang sebuah gulungan kitab.
Kemudian, kalau kita melihat keadaan malaikat yang turun dari sorga;
-      Malaikat tersebut menginjakkan kaki kanannya di atas laut.
Wahyu 13: 1
(13:1) Lalu aku melihat seekor binatang keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh; di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya tertulis nama-nama hujat.

Binatang yang keluar dari dalam laut -> antikris.
Berarti, selama kaki kanan dari malaikat itu masih menginjakkan laut, itu artinya; kita masih diberi kesempatan untuk melakukan kehendak Allah Bapa dalam bentuk gulungan kitab.
Sebab, akan tiba saatnya nanti, pembinasa keji berdiri di Bait Suci, itu adalah puncak kesukaran, yang diperbuat oleh antikris (pembinasa keji).
Selama pembinasa keji belum berdiri di dalam Bait Suci, kita masih mendapatkan kesempatan untuk melakukan kehendak Allah dalam bentuk gulungan kitab, walaupun terasa pahit di perut.
Oleh sebab itu, kita patut bersyukur kepada Tuhan, sebab hari-hari terakhir ini, hari-hari di mana kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi, namun Tuhan masih berkemurahan, Tuhan masih memberi kesempatan bagi kita untuk melakukan kehendak Allah Bapa dalam bentuk gulungan kitab.
Kalau sidang jemaat tidak menggunakan waktu yang singkat ini, maka sangat disayangkan tentunya.

SAUDARAKU, PERLU SAYA SAMPAIKAN;
Hari-hari ini adalah hari-hari terakhir, di mana kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi, buktinya apa?
Baru saja kita melangsungkan Ibadah Raya Minggu, pada hari Minggu, ternyata sekarang kita sudah melangsungkan Ibadah Doa Penyembahan, pada malam ini, di hari Selasa.
Itu adalah bukti bahwa hari-hari ini adalah hari-hari terakhir, semua sudah serba cepat / hari berlalu dengan begitu cepat. Kalau melihat keadaan seperti, namun lalu anak-anak Tuhan masih bersantai-santai, ini sangat disayangkan tentunya.

PERHATIKAN BAIK-BAIK:
Selagi kaki kanan malaikat menginjakkan laut, pergunakanlah waktu yang ada ini, sebab malaikat tersebut masih menahan pekerjaan dari pada antikris.

-      Malaikat tersebut menginjakkan kaki kirinya di atas bumi.
Wahyu 13: 11
(13:11) Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga.

Binatang yang keluar dari dalam bumi -> nabi-nabi palsu, sebab ketika berbicara seperti seekor naga, artinya; semua perkataannya penuh dengan kepalsuan / dusta belaka.
Naga -> penghulu di udara, itulah iblis setan.
Dari mulut naga, tidak ada perkataan-perkataan yang benar.

Saudaraku, barangkali saja nabi-nabi palsu sudah berada di tengah-tengah kawanan domba, dalam satu kandang penggembalaan, tetapi selama kita masih bebas beribadah melayani Tuhan, itu adalah kesempatan yang baik bagi kita, untuk melakukan kehendak Allah Bapa dalam bentuk gulungan kitab.
Artinya; nabi-nabi palsu belum menguasai sepenuhnya ibadah pelayanan dalam satu kandang penggembalaan.
Kalau nabi-nabi palsu berkuasa di atas bumi ini, maka tidak ada kesempatan bagi kita untuk melakukan kehendak Allah Bapa dalam bentuk gulungan kitab, selain menyembah patung binatang itu (Wahyu 13: 14-15).

-      Malaikat tersebut mengangkat tangan kanannya ke langit.
Wahyu 12: 3
(12:3) Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota.

Tanda yang lain di langit: seekor naga merah padam yang besar.
Kalau malaikat mengangkat tangan kanannya ke langit, berarti; malaikat tersebut menahan kuasa dari roh jahat di udara / penghulu di udara. Ini menunjukkan bahwa kita masih mendapat kesempatan untuk melakukan kehendak Allah Bapa dalam bentuk gulungan kitab.
Naga merah padam -> roh jahat di udara (tanda di langit).

Suatu saat nanti, kegelapan memang akan terjadi, di mana bintang-bintang berjatuhan, dan pada masa itu, gereja Tuhan tidak dapat berbuat apa-apa.
Kalau terjadi kegelapan, yang berkuasa adalah penguasa kegelapan, itulah naga merah padam.
Selama langit belum berlalu, bumi dan laut masih ada, berarti kesempatan yang besar bagi kita untuk melakukan kehendak Allah Bapa dalam bentuk gulungan kitab.

Kalau seorang anak Tuhan berada dalam kegelapan, apa yang bisa ia lakukan?
Apakah kita dapat meminta supaya waktu diulang kembali, untuk melakukan kehendak Allah Bapa dalam bentuk gulungan kitab? Itu tidak mungkin.
Saya dan saudara adalah orang yang paling berbahagia, karena Tuhan senantiasa menyatakan kemuliaan-Nya di tengah-tengah ibadah pelayanan, karena saya dan saudara digembalakan oleh firman pengajaran yang rahasianya dibukakan, bukan cerita isapan jempol, bukan teori kemakmuran. Berarti, saya dan saudara dipersiapkan untuk menjadi mempelai perempuan Tuhan, terlepas dari tubuh Babel, dilepaskan dari kegelapan, dilepaskan dari kebinasaan, bukankah itu suatu kemurahan?
Saya menghimbau; kiranya anak-anak Tuhan yang setia mengikuti “Buli Buli Emas Berisi Manna” (www.gptserangcilegon.blgospot.com), baik yang di dalam negeri, maupun yang di luar negeri, tetap setia berpegang teguh kepada firman pengajaran yang rahasianya dibukakan / pengajaran mempelai dalam terangnya Tabernakel, karena pengajaran yang besar ini membawa kita masuk ke dalam pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, menjadi mempelai perempuan Tuhan, masuk dalam pesta nikah Anak Domba.

Kembali kita perhatikan...
Wahyu 10: 1
(10:1) Dan aku melihat seorang malaikat lain yang kuat turun dari sorga, berselubungkan awan, dan pelangi ada di atas kepalanya dan mukanya sama seperti matahari, dan kakinya bagaikan tiang api.

Malaikat yang turun dari sorga adalah malaikat yang kuat, inilah yang menahan semuanya; yang menahan ANTIKRIS (binatang yang keluar dari dalam laut), yang menahan NABI-NABI PALSU (binatang yang keluar dari dalam bumi) dan yang menahan PENGHULU DI UDARA (naga merah padam yang besar).
-      Naga, gambaran dari iblis setan yang pekerjaannya lebih dahsyat dari ular, dalam Kejadian 3.
-      Merah padam, menggambarkan iblis setan di dalam kemarahan, kegeraman yang luar biasa (membara).
-      Besar, menggambarkan bahwa pekerjaan dari iblis setan lebih besar, lebih banyak, dari pekerjaan yang semula.
Namun, oleh karena kekuatan malaikat yang turun dari sorga, sekarang ini kita mendapat kesempatan untuk melakukan kehendak Allah Bapa dalam bentuk gulungan kitab, ini adalah kemurahan Tuhan tentunya. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman;
Gembala Sidang: Pdt. Daniel U. Sitohang

Sunday, November 25, 2012

IBADAH RAYA MINGGU, 25 NOVEMBER 2012


IBADAH RAYA MINGGU, 25 NOVEMBER 2012

Tema: SIAPA YANG TERBESAR DALAM KERAJAAN SORGA
           (Seri 08)

Subtema: ORANG YANG MENYAMBUT YESUS KRISTUS ADALAH ORANG-ORANG YANG KECIL / MERENDAHKAN DIRI SERENDAH-RENDAHNYA.

Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena kemurahan-Nya, kita boleh berada dalam rumah Tuhan, beribadah melayani Tuhan, dan biarlah kiranya Tuhan memberkati kita dengan limpah, lewat kemurahan Tuhan tentunya.

Kembali kita memperhatikan Matius 18: 1-5, secara khusus, kita hanya membaca ayat 1-2.
Matius 18: 1-2
(18:1) Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?"
(18:2) Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka

Murid-murid bertanya kepada Yesus, “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?”.
Sepintas kita melihat, pertanyaan ini baik dan rohani, tetapi kalau kita perhatikan ayat 2, Yesus tidak segera menjawab pertanyaan dari 12 murid, dan tidak menunjuk siapa-siapa yang terbesar di dalam Kerajaan Sorga, justru memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di antara mereka.

Lebih rinci kita lihat kisah yang sama, ditulis oleh Markus.
Markus 9: 33-34
(9:33) Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?"
(9:34) Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka.

Ternyata, terjawablah sudah, murid-murid bertanya tentang “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?”, tetapi dengan cara-cara manusiawi / duniawi.
Saudaraku, kalau kita perhatikan di sini, bila menginginkan yang terbesar dengan cara-cara manusiawi / duniawi, pada saat itu terjadi pertengkaran, terjadi perselisihan di antara murid-murid.

Demikian halnya kalau saya dan saudara menginginkan yang terbesar dengan cara-cara manusiawi / duniawi, pada saat itu terjadi pertengkaran / perselisihan satu dengan yang lain.
Barangkali pertengkaran itu tidak terjadi dengan adu mulut atau adu fisik, tetapi jika seseorang menginginkan yang terbesar, di situ telah terjadi pertengkaran satu dengan yang lain, itu dapat dilihat dari suasana yang ada; suasana menjadi tegang, tidak tenang, tidak kondusif, sehingga segalanya menjadi serba salah, bahkan berbicarapun tidak teratur lagi.

Kita kaitkan kembali ketika murid-murid menginginkan yang terbesar dengan cara-cara manusiawi, di dalam injil Lukas.
Lukas 22: 24
(22:24) Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka.

Di antara 12 murid terjadi pertengkaran, hanya karena menginginkan yang terbesar dengan cara-cara manusiawi / duniawi, ini sangat disayangkan sekali, sebab peristiwa ini terjadi pada waktu perjamuan malam.
Perjamuan malam, berarti; ada makan dan minum.
Makanan rohani itulah firman Tuhan, minuman rohani itulah Roh-El Kudus = bagaikan saat beribadah; tetapi pada saat itu, terjadi pertengkaran hanya karena menginginkan yang terbesar.
Jika di antara para imam menginginkan yang terbesar, pasti terjadi perselisihan / pertengkaran satu dengan yang lain.

Mari kita lihat; yang terbesar menurut ukuran manusiawi / duniawi.
Lukas 22: 25
(22:25) Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung.

-      Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka.
Berarti; yang terbesar menurut ukuran manusiawi / duniawi adalah raja-raja atau pemerintah-pemerintah di dalam satu kerajaan atau di dalam satu negara.
-      Orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung.
Jadi, pelindung-pelindung yang menjalankan kuasa, inilah yang terbesar menurut ukuran manusiawi / duniawi.
Kalau menginginkan yang terbesar dengan cara-cara seperti ini, seseorang tidak perlu datang kepada Tuhan, tidak perlu beribadah melayani Tuhan, cukup memperbesar otot saja, dengan cara fitness, atau cara-cara yang lain, dengan demikian, maka ia akan menjadi yang terbesar dengan cara-cara manusiawi / duniawi, tetapi bagi kita, anak-anak Tuhan, itu tidaklah benar.

Akibat menginginkan yang terbesar dengan cara-cara manusiawi / duniawi.
YANG PERTAMA

Lukas 22: 33
(22:33) Jawab Petrus: "Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!"

Ayat ini memberi arti 2 hal, yaitu;
a.    Petrus cepat berkata-kata.
Yakobus 1: 19
(1:19) Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;

Hal yang harus kita perhatikan adalah hendaklah setiap orang cepat untuk mendengar = dengar-dengaran terhadap firman pengajaran yang rahasianya dibukakan, sehingga...
-      Lambat untuk berkata-kata.
-      Lambat untuk marah.

Sebaliknya, kalau tidak dengar-dengaran kepada firman pengajaran yang benar, maka daging akan segera bersuara, sama seperti Simon Petrus; setelah Yesus Kristus menyatakan satu perkara, dia langsung cepat berkata-kata, itu artinya Petrus masih dikuasai hawa nafsu dan keinginan daging.

Sebaiknya memang kita harus dengar-dengaran, ingat filosofi / prinsip domba-domba;
Untuk menjadi domba-domba yang tergembala dalam satu kandang penggembalaan, pertama-tama harus dengan-dengaran, kemudian mengikuti gembala (Yohanes 10: 3, 4)

b.    Roh penurut, tetapi daging lemah.
Artinya; menginginkan yang baik, sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, namun pada saat praktek firman, ia tidak mampu melakukan, inilah yang disebut daging lemah.

Lukas 22: 33
(22:33) Jawab Petrus: "Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!"

Mari kita lihat, apakah pernyataan Petrus ini sesuai dengan kenyataannya?

Lukas 22: 55-57
(22:55) Di tengah-tengah halaman rumah itu orang memasang api dan mereka duduk mengelilinginya. Petrus juga duduk di tengah-tengah mereka.
(22:56) Seorang hamba perempuan melihat dia duduk dekat api; ia mengamat-amatinya, lalu berkata: "Juga orang ini bersama-sama dengan Dia."
(22:57) Tetapi Petrus menyangkal, katanya: "Bukan, aku tidak kenal Dia!"

Petrus menyangkal Yesus untuk yang pertama kali.
Praktek penyangkalan Petrus yang pertama: “aku tidak kenal Dia”.

Kalau seorang suami mengatakan kepada isterinya, “aku tidak kenal dia”, atau sebaliknya kalau seorang isteri mengatakan kepada suaminya, “aku tidak kenal dia”, bukankah itu menyakitkan?
Barangkali kita tidak berucap seperti itu kepada suami, kepada isteri, kepada sesama, tetapi kalau kita berpaling kepada sesuatu perkara yang menyenangkan hati, karena disebabkan roh jahat dan roh najis, maka roh kita sedang berkata, “aku tidak kenal dia”, ini sangat menyakitkan, bukan?

Lukas 22: 58
(22:58) Tidak berapa lama kemudian seorang lain melihat dia lalu berkata: "Engkau juga seorang dari mereka!" Tetapi Petrus berkata: "Bukan, aku tidak!"

Untuk yang kedua kalinya, Petrus menyangkal Yesus dan berkata: “Bukan, aku tidak”.
Berarti, dia tidak menunjukkan jati dirinya di hadapan Tuhan, seperti apa = tidak menunjukkan status yang jelas.

Saya menghimbau; sebagai suami, sebagai isteri, sebagai kaum muda, sebagai imam-imam, sebagai sidang jemaat, TUNJUKKAN JATI DIRI, TUNJUKKAN STATUS YANG JELAS DI HADAPAN TUHAN.
Bayangkan sikap Petrus ini, saudaraku, sungguh luar biasa; sebagai seorang murid, dia telah kehilangan jati diri, statusnya sudah tidak jelas lagi, sikap Petrus ini sangat menyakitkan hati Tuhan
Sesungguhnya, seorang murid berpegang teguh kepada kebenaran firman Tuhan, dan seorang murid mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan seorang murid (Yohanes 8: 31-32).
Mengerti kebenaran dan dimerdekakan oleh karena kebenaran = menemukan jati diri dan memiliki status yang jelas.

Lukas 22: 59-60
(22:59) Dan kira-kira sejam kemudian seorang lain berkata dengan tegas: "Sungguh, orang ini juga bersama-sama dengan Dia, sebab ia juga orang Galilea."
(22:60) Tetapi Petrus berkata: "Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan." Seketika itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah ayam.

Penyangkalan yang ketiga, Petrus berkata: “Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan”.
Artinya; tidak mau tahu lagi dengan segala sesuatu yang ada / yang terjadi, sekalipun tahu.
Kalau orang tidak mau tahu lagi, orang yang seperti ini berbahaya, dia tahu tetapi tidak mau tahu = tahu tetapi tidak mau berubah. Ini lebih parah dari yang kedua, bahkan dari yang pertama.

Kalau saudara tahu, tetapi tidak mau tahu = tidak terbeban = tidak mau berubah = orang bebal, yang tidak memperoleh pengertian.

Akibat menginginkan yang terbesar dengan cara-cara manusiawi / duniawi.
YANG KEDUA

Lukas 22: 37-38
(22:37) Sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi pada-Ku: Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi."
(22:38) Kata mereka: "Tuhan, ini dua pedang." Jawab-Nya: "Sudah cukup."

Kalau menginginkan yang terbesar dengan cara-cara duniawi, maka ia akan mengangkat pedang terhadap musuh / lawan.
Bukankah hukum yang terutama dan yang utama adalah;
-      mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan,
-      dan mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri.
Tetapi di sini kita perhatikan, 12 murid yang diwakilkan oleh Simon Petrus, berkata “Tuhan, ini dua pedang”.
Saudaraku, mengangkat pedang terhadap orang yang menyalibkan Yesus, itu bukanlah kasih.
Orang yang mengangkat pedang terhadap musuh, hanyalah orang gila, tetapi di dalam Tuhan, tidaklah demikian, sebab yang benar adalah; mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama.

Yesaya 2: 4-5
(2:4) Ia akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa; maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang.
(2:5) Hai kaum keturunan Yakub, mari kita berjalan di dalam terang TUHAN!

Kehidupan anak Tuhan yang berjalan di dalam terang-Nya Tuhan, tidak lagi mengangkat pedang terhadap lawan, tidak ada lagi perang dengan sesama / orang lain, itulah yang benar.

-      Pedang menjadi mata bajak.
Itu menunjukkan bahwa; bangsa tidak bangkit melawan bangsa, tidak ada perselisihan, tidak ada pertengkaran satu dengan yang lain, sebab pedang telah berubah menjadi mata bajak.
Kegunaan mata bajak; untuk mengupayakan mengerjakan, menggarap tanah-tanah di ladang.
Kalau tanah digarap, maka batu-batu disingkirkan sampai tanah hati menjadi subur.
Batu -> kekerasan hati.
-      Tombak-tombak menjadi pisau pemangkas.
Itu menunjukkan bahwa; bangsa tidak bangkit melawan bangsa, tidak ada perselisihan, tidak ada pertengkaran satu dengan yang lain, sebab tombak telah berubah menjadi pisau pemangkas.
Kegunaan pisau pemangkas; untuk memangkas rumput-rumput, ilalang, jerami.
Rumput-rumput, ilalang, jerami, artinya;
·        Kehidupan yang tidak berarti.
·        Kehidupan yang kering-kering, tidak menghasilkan buah.
·        Kehidupan yang tidak mengerti ibadah pelayanan / tanpa kebenaran.
Tombak berubah menjadi pisau pemangkas, itulah yang benar.
Tetapi, setelah mendengar pernyataan Yesus, Petrus berkata “Tuhan, ini dua pedang”, inilah akibat kalau menginginkan yang terbesar dengan cara-cara manusiawi / duniawi.

Keadaan seseorang setelah merasakan akibat.
Lukas 22: 31
(22:31) Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum,

Iblis menuntut, untuk menampi Simon, seperti gandum.
Saudaraku, menampi seperti gandum, berarti; harus melalui penderitaan yang hebat.

Seperti yang sudah saya sampaikan; ketika gandum ditampi supaya terpisah dari jerami, maka pertama-tama dilempar ke atas, kemudian ditadah, dilempar lagi, ditadah lagi, dilempar, dibanting, sampai jerami itu terpisah dari gandum.
Kalau seseorang mampu melalui ujian ini setiap hari, puji Tuhan, sehingga ia semakin murni, seperti gandum.
Tetapi kalau ia tidak mampu menghadapi ujian yang begitu berat (ditampi seperti gandum), maka ia akan putus asa, kecewa, menolak Tuhan, dan akhirnya undur dari ibadah pelayanan, inilah resikonya.

Matius 26: 40-41
(26:40) Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?
(26:41) Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."

Saudaraku, perhatikan; roh memang penurut, tetapi daging lemah.
Roh penurut, berarti menginginkan yang baik sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, tetapi kenyataannya, pada saat praktek firman, daging lemah / tidak mampu melakukannya, inilah yang dikuatirkan.
Kalau mampu menghadapi ujian yang begitu berat, silahkan saja, tetapi bagaimana kalau tidak mampu?

Supaya itu semua berlalu, mari kita lihat jalan keluarnya.
Matius 18: 3
(18:3) lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Jalan keluarnya; bertobat = berhenti berbuat dosa, dan jangan mengulangi lagi, seperti 2 tangan 2 kaki yang terpaku, tidak dapat berbuat lagi, dari sanalah mengalir darah. Berarti, pertobatan itu ditandai dengan tanda darah / tanda pengorbanan.
Kalau bertobat namun tidak ada tanda darah / tanda pengorbanan, itu tidaklah mungkin.

Kalau bertobat, secara khusus berhenti supaya tidak lagi menginginkan yang terbesar dengan cara-cara manusiawi / duniawi, berarti; menjadi sama seperti anak kecil, sehingga dengan demikian, menjadi yang terbesar di dalam Kerajaan Sorga.

Matius 18: 4
(18:4) Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.

Menjadi kecil = merendahkan diri serendah-rendahnya.
Tempat yang terendah berada pada titik nol, bukan pada angka satu. Sekalipun angka satu adalah angka yang paling kecil, tetapi angka satu masih ada nilainya / harganya = masih ada harga diri yang dipertahankan, meski nilainya kecil.
Oleh sebab itu, biarlah kita sama seperti anak kecil, berada pada titik nol, bukan pada angka satu, supaya tidak ada harga diri, dengan demikian, berkat berkelimpahan menjadi bagian kita.
Saudaraku, percayalah; harga diri membuat seseorang gagal.
Saya merindukan kita semua berada di titik nol, supaya nyata keberhasilan itu.

Matius 18: 4
(18:5) Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku."

Kalau kita mau menjadi kecil dan merendahkan diri serendah-rendahnya = MENYAMBUT YESUS KRISTUS SEUTUHNYA, tidak hanya bagian tertentu.
Kalau menyambut Yesus hanya pada bagian tertentu, berarti;
-      beribadah melayani karena kepentingan-kepentingan,
-      beribadah melayani karena penonjolan diri,
-      beribadah melayani karena ingin tampil / dilihat orang lain, inilah yang dimaksud menyambut Yesus hanya bagian tertentu, tetapi bagian sengsara-Nya tidak disambut.

Sedikit kesaksian.
Tentang Pdt. In Juwono, sebagai pendiri Gereja Pantekosta Tabernakel (GPT).
Suatu kali, seorang imam bertanya kepada Pdt. In Juwono (sebagai gembala sidang), “Om, saya inikan pemain musik, berarti rambut saya boleh panjang, seperti Tuhan Yesus?”.
Jawab Pdt. In Juwono, “kalau ingin seperti Tuhan Yesus, jangan hanya rambutnya saja, sekalian saja dengan puasa-Nya, selama 40 hari 40 malam”.

Praktek menyambut Yesus seutuhnya.
Lukas 22: 37
(22:37) Sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi pada-Ku: Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi."

Menyambut Yesus seutuhnya, berarti; SATU DALAM PENDERITAAN KRISTUS = SENGSARA SALIB = ANIAYA FIRMAN, jangan hanya pada bagian tertentu saja.
Kalau menjadi kecil dan merendahkan diri serendah-rendahnya, berarti; menyambut Yesus seutuhnya, dan salib-Nya.

Saudaraku, ketika kita masuk dalam praktek menjadi kecil dan merendahkan diri serendah-rendahnya, buat daging memang sakit, tetapi bagi orang yang di sekitar kita, mereka akan merasa nyaman.

Ketika menanggung penderitaan di atas kayu salib, Ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, artinya; ketika kita satu dalam penderitaan Kristus, banyak tuduhan-tuduhan yang harus kita terima, bahkan tuduhan itu membuat kita sama seperti pemberontak-pemberontak / penjahat-penjahat yang melakukan banyak kejahatan, tetapi kalau kita mau menerima ini, orang yang disekitar kita merasa nyaman, orang yang di sekitar kita tertolong / dibenarkan.

Mari kita lihat ayat yang sama.
Yesaya 53: 11-12
(53:11) Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul.
(53:12) Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.

-      Kalau menanggung penderitaan; membenarkan orang yang di sekitar kita.
-      Kalau kita menanggung penderitaan, berarti; sekaligus berdoa untuk pemberontak.

Kalau kita menanggung penderitaan, bukan berarti menuduh orang lain, sebab kebenaran sejati bukan membenarkan diri, dengan menuduh / menunjuk kesalahan orang lain, tetapi yang benar adalah; kita yang tertuduh, sampai kita disamakan seperti pemberontak / penjahat yang banyak melakukan kejahatan, namun pada saat itu, banyak orang merasa nyaman, sampai banyak orang dibenarkan, karena mereka telah didoakan.

Hasilnya.
Yesaya 53: 12
(53:12) Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.

-      Aku akan membagikan kepadanya ORANG-ORANG BESAR sebagai rampasan.
-      Ia akan memperoleh ORANG-ORANG KUAT sebagai jarahan.
Berarti; memiliki orang-orang besar dan orang-orang kuat = menjadi besar dan kuat, karena menyambut Yesus Kristus seutuhnya / menyambut salib Kristus.
Biarlah ini menjadi kenyataan di dalam kandang penggembalaan yang Tuhan percayakan bagi kita, juga bagi seluruh sidang jemaat, tanpa terkecuali.
Terpujilah Tuhan kekal sampai selama-lamanya. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang