KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Saturday, February 27, 2021

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 23 FEBRUARI 2021


 
IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 23 FEBRUARI 2021
 
KITAB KOLOSE
(Seri: 132)
 
Subtema: DIAKUI ANAK KARENA DIDIKAN SALIB
 
Segala puji, segala hormat, selayaknya hanya bagi Dia yang sudah memberi kesempatan bagi kita untuk berada di tengah perhimpunan Ibadah Doa Penyembahan.
Sebentar, kita akan tersungkur di kaki salib TUHAN, sujud menyembah Dia, Pribadi dalam kekekalan. Biarlah kiranya dengan segala kerelaan, kita memberikan diri kita masing-masing untuk dituntun oleh tongkat kerajaan, tongkat kebenaran, untuk selanjutnya dibawa sampai kepada puncak ibadah, itulah doa penyembahan; suatu kedudukan yang sangat tinggi, yang tidak bisa dijangkau oleh Setan (antikris). Kita bersyukur kepada TUHAN.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di dalam dan di luar negeri.
 
Segera kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada sidang jemaat di Kolose. Kita masih berada untuk memperhatikan Kolose 3:19.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
 
Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Nasihat Firman Allah ditujukan langsung kepada suami-suami, supaya setiap suami tahu untuk mengasihi isterinya dengan benar.
Oleh sebab itu, nasihat yang suci ini harus diterima oleh seorang suami dengan hati yang terbuka lebar-lebar disertai dengan kerendahan hati, sekalipun memang seorang suami adalah kepala, adalah pemimpin dalam hubungan nikah rumah tangganya.
 
Kemudian, kita akan melihat lebih rinci tentang seorang suami di dalam hal mengasihi isterinya, dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus 5, dengan perikop: “Kasih Kristus adalah dasar hidup suami isteri”.
Efesus 5:25-29
(5:25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana: Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. (5:28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
 
Seorang suami di dalam hal mengasihi isterinya, dibagi dalam 2 (dua) bagian:
YANG PERTAMA pada ayat 25: Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.
Seorang suami mengasihi isterinya, sama seperti Kristus menguduskan sidang jemaat dengan air dan firman, dengan demikian; Ia menempatkan sidang jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang, tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.
 
YANG KEDUA, pada ayat 28: Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.
Seorang suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri. Pendeknya: Siapa yang mengasihi isterinya = mengasihi dirinya sendiri. Supaya dua hal ini terwujud, maka harus ada kerja sama yang kuat antara laki-laki dan perempuan. Jadi, jangan seorang isteri serta merta menuntun seorang suami untuk mengasihi dirinya, tetapi harus ada kerja sama yang kuat. Mengapa demikian?
 
Efesus 5:31
(5:31) Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
 
Antara suami dengan isterinya sudah menjadi satu daging oleh karena salib di Golgota, bukan karena yang lain-lain. Sebab, pada ayat 31 ini dikatakan: laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya. Jelas hal ini berbicara tentang salib di Golgota.
Sebagaimana Yesus sendiri sebagai Anak Allah telah meninggalkan segala sesuatunya, meninggalkan segala milik kepunyaan-Nya, yakni:
-          Ia telah meninggalkan Bapa-Nya.
-          Ia telah meninggalkan rumah-Nya di Sorga.
-          Ia telah meninggalkan segala kemuliaan-Nya. 
Semuanya itu ditulis secara lengkap di dalam Filipi 2:5-7, dengan satu tujuan yang mulia; supaya Kristus, yang adalah Kepala, secepatnya menyatu dengan tubuh-Nya, yaitu sidang jemaat.
 
Efesus 5:29
(5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
 
Bukti seorang suami mengasihi isterinya ialah mengasuhnya dan merawatinya sama seperti apa yang dikerjakan oleh Yesus Kristus terhadap sidang jemaat.
 
Hal yang senada tentang mengasuh dan merawati, kita akan temukan kembali di dalam 1 Tesalonika 2:7.
1 Tesalonika 2:7
(2:7) Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
 
Rasul Paulus berlaku ramah terhadap sidang jemaat, terkhusus terhadap sidang jemaat di Tesalonika, sama seperti seorang ibu terhadap anaknya.
 
Ibu à Gembala sidang atau pemimpin sidang jemaat. Adapun tugas dari seorang gembala sidang ialah:
1.      Mengasuh hidup rohani dari sidang jemaat.
2.      Merawati hidup rohani dari sidang jemaat.
 
Selanjutnya, marilah kita mengikuti penjelasan tentang MENGASUH.
Hal “mengasuh” ini dapat kita pelajari secara langsung di dalam Kisah Para Rasul 7.
Kisah Para Rasul 7:21
(7:21) Lalu ia dibuang, tetapi puteri Firaun memungutnya dan menyuruh mengasuhnya seperti anaknya sendiri.
 
Musa diasuh oleh puteri Firaun sama seperti anaknya sendiri.
 
Perlu untuk diketahui:

-          Seorang ibu haruslah bertanggung jawab di dalam hal mengasuh anak yang dilahirkan dari rahimnya sendiri.

-          Sebaliknya, seorang anak berhak untuk mendapatkan hak asuh dari ibunya sendiri

 
Jangan sampai seorang ibu menelantarkan anak yang dilahirkan dari rahimnya sendiri. Anak berhak untuk mendapatkan hak asuh dari ibunya sendiri.
Demikian juga ibu secara rohani, itulah gembala sidang atau pemimpin sidang jemaat, harus betul-betul mengasuh hidup rohani dari pada sidang jemaat sebagai anak-anak rohaninya. Dan sidang jemaat TUHAN, sebagai anak-anak rohani dari seorang gembala sidang sangat membutuhkan asuhan dari seorang gembala sidang yang bertanggung jawab. Kita butuh untuk diasuh; tubuh, jiwa, roh ini harus diasuh oleh TUHAN.
 
Oleh sebab itu, kita sebagai sidang jemaat Allah, patutlah berterima kasih setinggi-tingginya dan mengucap syukur sedalam-dalamnya kepada TUHAN kita, Yesus Kristus. Mengapa? Sebab ...
-          Dia adalah Kepala rumah TUHAN,
-          Dia juga adalah Gembala yang baik,
yang telah mengasuh hidup rohani kita masing-masing, lewat ibadah dan pelayanan dalam penggembalaan GPT “BETANIA” Serang Cilegon.
 
Kisah Para Rasul 7:22
(7:22) Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya.
 
Bukti bahwa Musa diasuh oleh puteri Firaun ialah Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir.
Berarti, diasuh = menerima didikan langsung dari TUHAN.
 
Kita sudah menerima pendidikan di dunia ini;
-          Dimulai dari Taman Kanak-Kanak.
-          Kemudian, 6 (enam) tahun di Sekolah Dasar.
-          3 (tiga) tahun di Sekolah Menengah Pertama.
-          Selanjutnya, 3 (tiga) tahun di Sekolah Menengah Atas.
-          Bahkan ada sebagian di antara kita yang lanjut sampai kepada Perguruan Tinggi.
Itu bagus, itu baik, tidak salah; memang kita harus menuntut ilmu, supaya kita sebagai orang yang mempunyai pengetahuan, itulah kehidupan yang berpendidikan. Karena, orang yang berpendidikan dengan orang yang tidak berpendidikan itu berbeda; baik perkataannya, baik perbuatannya, baik sudut pandangnya, pasti berbeda, dan wawasannya pun pasti lebih luas; itu bagus. Tetapi itu belum sempurna dibanding didikan langsung dari TUHAN.
 
Perhatikan: Kita pun sebagai orang tua, jangan kita berlaku seperti manusia duniawi; kita paksa anak kita, kita push, kita tekan untuk menuntut ilmu setinggi langit di bumi ini, lewat pendidikan sampai Perguruan Tinggi, tetapi terkadang kita berlaku curang di hadapan TUHAN. Mengapa saya katakan orang tua berlaku curang di hadapan TUHAN? Untuk menuntut ilmu atau pendidikan dari didikan TUHAN lewat ibadah dan pelayanan, kita tidak tekan anak kita, kita tidak push anak kita untuk menerima didikan lewat ibadah pelayanan; ini namanya berlaku curang.
Tetapi, lewat pengertian yang kita terima dari Firman TUHAN, sebagai kebenaran yang suci, doa saya kepada TUHAN; kiranya kita semua nanti akan berlaku bijaksana, tidak lagi berlaku curang di hadapan TUHAN, karena keubahan itu tidak seperti membalik telapak tangan. Oleh sebab itu, biarlah kita menyerah, supaya TUHAN tuntun kehidupan kita sampai pengertian yang sempurna.
 
Kita lanjut untuk membaca 1 Korintus 11.
1 Korintus 11:31-32
(11:31) Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita. (11:32) Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.
 
Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita. Kemudian, persamaannya; kalau kita menerima hukuman dari TUHAN, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.
 
Singkatnya: Pada ayat 31, di situ berbicara tentang mengalami ujian atas seizin TUHAN. Dan apabila telah mengalami ujian atas seizin TUHAN, maka hukuman tidak akan menimpa dia = tidak binasa.
Sedangkan pada ayat 32, jikalau sidang jemaat atau anak TUHAN harus menerima hukuman dari TUHAN, yaitu sengsara salib dan aniaya karena firman = kita dididik langsung oleh TUHAN.
 
Didikan sorgawi, didikan yang datang dari atas, lebih sempurna dari pada didikan yang kita terima selama kita menerima pendidikan di atas muka bumi ini. Hal ini harus dipahami dengan baik, sebab terkadang, kebenaran itu diputar-balik oleh pikiran dan perasaan manusiawi.
 
Pendeknya: Ibadah dan pelayanan yang dihubungkan langsung dengan salib adalah ibadah yang mendatangkan didikan dari TUHAN.
 
Kita langsung hubungkan dengan Ibrani 12.
Ibrani 12:5
(12:5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;
 
Umat TUHAN tidak boleh mengabaikan dan tidak boleh melupakan nasihat Firman TUHAN, dengan kata lain:
-          Janganlah anggap enteng didikan TUHAN.
-          Jangan putus asa terhadap peringatan TUHAN.
Manakala firman TUHAN datang lalu mengoreksi dosa kita secara langsung, jangan putus asa, jangan patah semangat, jangan lantas kecewa dan mengundurkan diri dari hadapan TUHAN, supaya kita jangan mengalami kerugian yang besar di kemudian hari.
 
Berarti, mau tidak mau, ibadah dan pelayanan yang sedang kita kerjakan di bumi ini harus dihubungkan langsung dengan salib Kristus; itu kudu, mutlak, tidak bisa ditawar-tawar. Oleh sebab itu, ibadah jangan dipoles-poles dengan pengertian manusiawi, ibadah jangan dipoles-poles dengan perkara-perkara lahiriah di dunia ini.
Biarlah kiranya ibadah di bumi yang sedang kita kerjakan dan pelayanan di bumi yang sedang kita usahakan, merupakan gambaran dan bayangan dari ibadah yang terdapat di sorga; itulah pernyataan Rasul Paulus kepada jemaat di Ibrani 8:5. Ibadah di bumi adalah gambaran dan bayangan yang terdapat di sorga; oleh sebab itu, kita patut bersyukur sebab kita digembalakan oleh Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel. Ibadah di bumi berpola Tabernakel, berpola Kerajaan Sorga.
 
Ibrani 12:6
(12:6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
 
Kita, sebagai umat TUHAN, harus menyadari betul, bahwa:
-          TUHAN menghajar orang yang dikasihi-Nya.
-          TUHAN menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.
Kita rindu untuk dijadikan sebagai kekasih-kekasih TUHAN Yesus, bukan? Kita rindu untuk diakui sebagai anak-anak Allah, bukan?
 
Pendeknya:

-          Meterai dari orang-orang yang dikasihi oleh TUHAN ialah HAJARAN TUHAN = Sengsara salib.

-          Meterai dari orang-orang yang diakui sebagai anak Allah ialah dengan RELA untuk DISESAH = Sengsara salib

Miliki meterai Allah supaya benar-benar kita diakui sebagai anak Allah, supaya kita benar-benar diakui sebagai orang-orang yang dikasihi-Nya.
 
Kalau TUHAN mengakui kita sebagai anak-anak Allah, Ia tidak melihat latar belakang kita sebagai orang kaya atau orang miskin; pejabat atau bukan; tidak demikian. Doakan, supaya saya juga belajar seperti itu.
 
Ibrani 12:7-8
(12:7) Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? (12:8) Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.
 
Setiap orang yang menanggung ganjaran dengan segala kerelaannya, menunjukkan bahwa Allah memperlakukan kita sebagai anak-Nya.
Ayo, kita harus rela diluruskan. Pengertian ini, pemikiran ini harus rela diluruskan. Jangan bertahan, jangan kaku di dalam hal beribadah, di dalam hal melayani pekerjaan TUHAN. Kalau kita “kaku”, nanti sama seperti suami dari Abigail; keras hati, tidak mau diingatkan, ujung-ujungnya membatu. Kalau sudah membatu, maka ujung-ujungnya mati. Jangan kita keraskan hati, jangan kita bertahan dengan cara ibadah pelayanan yang lama.
 
Kembali saya sampaikan: Setiap orang yang menanggung ganjaran, menunjukkan bahwa Allah memperlakukan kita sebagai anak-Nya. Sebaliknya, jika kita bebas dari ganjaran, dengan kata lain; ibadah dan pelayanan di bumi ini tidak dihubungkan dengan salib, menunjukkan bahwasanya kita bukanlah anak-anak Allah, tetapi anak-anak gampang = anak-anak yang lahir di luar nikah, tidak diakui sebagai anak yang sah. Kiranya secepatnya kita memahami hal ini.
 
Mulai dari sejak sekarang, bukan saja yang sudah masuk dalam nikah, tetapi yang belum masuk dalam nikah pun belajarlah untuk menjunjung tinggi korban Kristus, belajar untuk menyangkal diri dan memikul salibnya masing-masing, supaya kutuk nenek moyang atau dosa warisan itu putus. Jangan sampai anak cucu (keturunan) juga mengulangi kesalahan yang sama; sebelum menikah sudah hamil duluan, akhirnya ke depan ibadahnya setengah mati.
Oleh sebab itu, baik laki-laki, baik yang perempuan, yang belum masuk dalam nikah, biarlah sungguh-sungguh dalam beribadah, supaya manakala nanti masuk dalam nikah itu betul-betul adalah nikah suci. Dan anak yang dilahirkan pun bukan anak gampang, melainkan anak-anak yang betul-betul memikul salibnya untuk selanjutnya dikasihi dan diakui.
Sebab, salib itu merupakan meterai yang tidak bisa diganggu gugat Setan sekalipun. Oleh sebab itu, kalau kita menjunjung tinggi korban Kristus, pasti susah sekali dirasuk Setan, biar diguna-guna seperti apa tetap tidak bisa; asal kita berdarah-darah, maka lepas dari pekerjaan Setan.
 
Ibrani 5:5
(5:5) Demikian pula Kristus tidak memuliakan diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam Besar, tetapi dimuliakan oleh Dia yang berfirman kepada-Nya: "Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini",
 
Kepada Yesus Kristus, dengan tandas, Allah berkata: "Anak-Ku Engkau! Engkau Kuperanakkan pada hari ini".
 
Ibrani 5:8
(5:8) Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,
 
Mengapa Allah dengan tandas berkata kepada Yesus: “Anak-Ku Engkau!”? Sebab sengsara salib atau aniaya karena firman TUHAN yang telah dialami oleh Yesus, Anak Allah.
Sebab, pada ayat 8 ini dikatakan: “Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya”. Jadi, kalau Allah mengakui Yesus sebagai Anak Allah, itu tidak terlepas karena Yesus telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya.
 
Tadi seorang pemain musik menganggap enteng didikan TUHAN: Berkali-kali saya sampaikan, kalau perbaiki musik, jangan tunjuk pakai kayu (stick). Tetapi ini susah sekali untuk diingatkan, saya tidak tahu apakah itu kutuk nenek moyang? Harusnya, gunakan 2 (dua) tangan untuk bekerja, pencet (tekan) dengan baik, supaya terawat dengan baik. Sudah berkali-kali saya ajarkan; jangan pakai benda keras untuk menusuk peralatan musik.
 
Ayo, jangan anggap enteng didikan TUHAN, supaya Allah sendiri mengakui kita sebagai anak-Nya. Anak-Ku Engkau! Engkau Kuperanakkan pada hari ini. Jadi, setiap kali kita memikul salib, Allah langsung mengakui kita sebagai anak-anak Allah. Tidak tunggu besok; tetapi pada saat kita memikul salib, seketika itu juga Allah langsung berkata: “Anak-Ku Engkau! Engkau Kuperanakkan pada hari ini”. sekali lagi saya sampaikan: Jangan lagi anggap enteng didikan TUHAN.
 
Persamaan dari Ibrani 5:5,8, dapat kita temukan dalam Injil Matius 26:42.
Matius 26:42
(26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"
 
Yesus Kristus berkata kepada Allah: “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!”. Dari doa penyahutan ini, kita dapat mengetahui dengan jelas; untuk menjadi anak Allah, meterainya ialah sengsara salib, atau minum cawan Allah, berarti menanggung penderitaan yang tidak harus kita tanggung. Bukan kesalahan kita, melainkan kesalahan orang lain, tetapi oleh karena kesalahan orang itu, kita harus menanggung penderitaan; itu adalah cawan Allah.
 
Perlu untuk kita ketahui: Pada saat kita minum cawan Allah,  yaitu menanggung penderitaan yang tidak harus kita tanggung, maka pada saat itu juga Allah akan mengakui dan berkata dengan tandas: "Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan hari ini".
Jadi, jangan ragu di dalam hal memikul salib. Apalagi seorang imam, tidak usah ragu menggunakan dua tangan, sepuluh jari di dalam hal melayani TUHAN, di dalam hal melayani pekerjaan TUHAN sesuai karunia dan jabatan yang dipercayakan oleh TUHAN. Jangan ambil jalan pintas, sebab itu adalah jalan Setan. Kalau itu adalah cara lama yang engkau lihat, jangan teruskan.
 
Lihat: "Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan hari ini" Dan Yesus sadar bahwa Dia adalah Anak. Oleh sebab itu, dalam doa penyahutan diawali dengan: “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu ...” Jadi, memang dia harus meminum cawan Allah supaya Firman Allah tergenapi.
Jadi, jangan ragu di dalam hal menyangkal diri, memikul salib. Jangan pakai perasaan, pikiran manusia daging supaya jangan mempertahankan harga diri.
 
Awal pertama, banyak di antara kita yang tidak mau mengakui gembalanya. Salah seorang sidang jemaat, memanggil gembalanya kadang “bapak”, kadang “Oom”, tergantung seleranya. Juga memanggil ibu gembalanya kadang dengan sebutan “tante”, kadang dengan sebutan “ibu”.
Ada lagi di antara kita, di luar ibadah, dia tidak mengakui gembalanya dengan menyebut “Pendeta itu”, tidak segera mengakui “Bapak Gembala saya”.Apa salahnya kalau kita segera sangkal diri, pikul salib? Supaya ketika kita memikul salib, maka secepatnya dari sorga Allah berkata: “Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan hari ini”. Loh, apa salahnya kalau kita diakui sebagai “anak Allah”, kok bodoh sekali mempertahankan harga diri.
Atau, pada saat bertemu di luar sana, padahal bisa menyapa memanggil dengan berkata “bapa gembala” atau “Oom”, tetapi justru malah mempertahankan harga diri.
Saya menggunakan contoh-contoh dari apa yang saya lihat saja. Saya tidak mau menggunakan contoh dengan contoh kata si A, kata si B, kata pendeta ini, tidak. Saya menggunakan contoh dari apa yang saya lihat saja. Oleh sebab itu, banyak yang tidak kuat juga mendengar Firman TUHAN, lalu diputar balik, diserang balik.
 
Siapa yang rindu untuk diakui sebagai anak Allah? Oleh sebab itu, ayo, sangkal diri pikul salib saja. Jauh lebih baik menjadi anak Allah dari pada anak Setan. Jauh lebih baik menjadi anak Allah dari pada menjadi anak gampang, sebab darah Yesus yang menjadi jaminannya; mau diguna-guna, mau diteluh, mau disantet, tidak bisa. Bukankah enak jaminan dari darah salib ini? Karena Allah sendiri akan secepatnya mengakui: “Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan hari ini”. Kurang apa baiknya TUHAN?
Kalau kita diakui oleh pejabat sebagai anaknya, kita bangga. Bagaimana kalau Allah yang mengakui? Terlalu bodoh kalau kita tidak bangga.
 
Saudara jangan salah mengerti dengan apa yang saya sampaikan. Jangan saudara pikir bahwa saya gila hormat, tidak. Saya hanya mau menyampaikan; sangkal diri, pikul salib saja, itu saja.
 
Kita lihat pengakuan dari Salomo dalam tulisannya pada Amsal 3.
Amsal 3:11
(3:11) Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya.
 
Salomo mengakui, supaya kita diakui sebagai anak-anak Allah, maka sudah barangtentu;
-          Jangan kita menolak didikan TUHAN, itulah sengsara salib.
-          Jangan kita bosan akan peringatan-Nya; jangan putus asa, jangan lantas kecewa kalau kita menerima peringatan atau teguran-teguran TUHAN.
 
Pendeknya: Ibadah pelayanan yang sedang kita kerjakan di atas muka bumi ini harus dihubungkan langsung dengan salib sebagai didikan dan sebagai peringatan langsung dari TUHAN.
 
Amsal 3:12-13
(3:12) Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi. (3:13) Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian,
 
Salomo juga mengakui bahwa didikan TUHAN atau ajaran TUHAN berlaku hanya ...
-          Bagi orang yang dikasihi oleh TUHAN.
-          Dan bagi orang-orang yang diakui-Nya sebagai anak.
 
Adapun tujuan dari hajaran, teguran, dan peringatan TUHAN, yang disebut juga dengan didikan salib ialah:
-          Untuk mendapatkan hikmat Allah.
-          Untuk memperoleh kepandaian dari sorga dari Allah.
Itulah tujuan didikan salib, yaitu supaya kita semua mendapatkan hikmat, berarti; memiliki hikmat dari Allah, dari sorga, dari atas, bukan dari bumi ini, kemudian untuk memperoleh kepandaian. Sebagaimana dengan Musa; ia dididik oleh puteri Firaun dengan segala hikmat kerajaan di Mesir.
 
Kalau kita diingatkan oleh TUHAN, berarti TUHAN mau supaya pertobatan itu permanen. Jangan terlihat seperti malaikat di rumah TUHAN, tetapi di luar rumah TUHAN tidak seperti malaikat; itu munafik.
Jadi, segala sesuatu yang baik yang sudah kita terima dari TUHAN, itu harus dipertahankan; baik di luar ibadah, baik di rumah kediaman, baik di tempat kita bekerja, di mana pun kita berada tempat komunitas kita. Hal-hal yang baik dan mulia itu tetap harus dipertahankan. Jangan suka ambil jalan pintas. Apalagi kalau sedang menghadapi masalah, jangan suka mengambil jalan pintas, tidak bagus; itu ibaratnya dari dari Mesir ke Kanaan dengan melewati Filistin, itu adalah jalan pintas, tidak boleh.
Susah senang, sekalipun banyak lika-liku di tengah perjalanan rohani yang kita hadapi ini, tetap hadapi saja, jangan suka mengambil jalan pintas. Lalu nanti kalau ditegur malah suka mencari alasan, itu tidak boleh. Memang, dari Mesir ke Kanaan itu lebih dekat kalau mengambil jalur Filistin -- gambaran dari Setan --. Jadi, jalan Filistin, jalan Setan, jalan pintas itu memang lebih singkat.
 
Kembali saya sampaikan: Didikan hajaran TUHAN hanya berlaku bagi orang yang dikasihi oleh TUHAN dan bagi orang yang diakui sebagai anak. Adapun tujuan dari hajaran, teguran dan peringatan TUHAN yang disebut dengan didikan salib ialah untuk mendapatkan hikmat sorgawi dan untuk memperoleh kepandaian dari Allah, dari sorga, sebagaimana dengan Musa, ia dididik dengan segala hikmat orang Mesir.
 
Kisah Para Rasul 7:22
(7:22) Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya.
 
Manfaat dari hikmat Allah ialah Musa berkuasa dalam perkataan dan perbuatan. Oleh karena hikmat Allah, kita semua berkuasa dalam perbuatan dan dalam perbuatan.
 
Sekalipun kita mempunyai guru dan dididik oleh beribu-ribu guru secara sekuler, itu bagus, tetapi itu belum sempurna untuk menjadikan kita sebagai kehidupan yang berkuasa dalam perkataan dan perbuatan.
Orang cerdas di dunia, orang pandai di dunia karena menuntut ilmu gelar tinggi, belum tentu berkuasa dalam perkataan dan perbuatan. Justru karena gelar tinggi, seseorang bisa salah guna. Tetapi dengan hikmat Allah, maka kita semua berkuasa dalam perkataan, berkuasa dalam perbuatan.
 
Saya himbau kembali: Jangan anggap enteng didikan TUHAN. Walaupun di rumah masing-masing, kalau hal itu tidak berkenan kepada TUHAN, jangan kita menganggap “tidak ada yang melihat”, jangan, sebab TUHAN yang melihat.
 
SEBAGAI CONTOH.
1 Korintus 2:1-3
(2:1) Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. (2:2) Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan. (2:3) Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar.
 
Di dalam hal melayani dan menyampaikan kesaksian Allah kepada sidang jemaat, Rasul Paulus tidak datang dengan;
-          Kata-kata yang indah.
-          Atau dengan hikmat manusia duniawi.
Tetapi rupa-rupanya, Rasul Paulus datang dan berada di tengah-tengah sidang jemaat dengan menyangkal diri dan memikul salibnya atau berada dalam kelemahan disertai dengan takut dan gentar.
 
Saya juga lebih suka menyampaikan 5 (lima) kata dari pada bahasa “cas cis cus cas cis cus”, tetapi tidak dimengerti oleh orang lain. Atau, selain “cas cis cus cas cis cus”, sepertinya bahasanya indah-indah, seperti kotbah yang saya dengar sekali waktu di Surabaya dari seorang yang gelarnya tinggi, yaitu doktor. Saking banyaknya bahasa tinggi, saya tidak mengerti arahnya ke mana; tetapi yang mendengar firman selalu berkata “Amin. Yes, Amin”.
Mengapa tidak menggunakan bahasa yang sederhana, sehingga yang tua sekalipun mudah mengerti maksud firman yang tertulis dalam Kitab Suci; mengapa tidak seperti itu saja?
Tetapi kita lihat di sini Rasul Paulus luar biasa; ia datang dan berada di tengah-tengah sidang jemaat dengan menyangkal diri dan memikul salibnya atau berada dalam kelemahan disertai dengan takut dan gentar. Rasul Paulus tidak mau tahu dengan keadaan sidang jemaat; apakah ia orang kaya atau orang miskin, apakah ia pejabat atau budak, atau pekerja buruh, tidak. Tetapi Rasul Paulus lebih suka di dalam hal menyangkal diri dan memikul salib atau di dalam kelemahan disertai dengan takut dan gentar.
 
Orang yang memikul salib adalah orang yang takut dan gentar kepada TUHAN. Kalau seseorang hanya menggunakan kata-kata indah, itu belum teruji apakah ia takut dan gentar kepada TUHAN atau tidak.
Tetapi orang yang memikul salib, orang yang menyangkal dirinya adalah orang yang takut dan gentar. Kalau seorang hamba TUHAN menggunakan kata-kata yang indah, itu bagus, tetapi belum cukup untuk membuktikan bahwa ia takut akan TUHAN.
Itu sebabnya, Rasul Paulus melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN tidak dengan kata-kata yang indah, tidak dengan pengetahuan manusia duniawi, tidak; dia lebih suka menyangkal diri dan memikul salib, dia takut dan gentar kepada TUHAN.
 
1 Korintus 2:4
(2:4) Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh,
 
Rasul Paulus berkuasa dalam perkataan dan perbuatan. Itu jauh lebih penting dari pada;
1.      Melayani dengan kata-kata yang indah.
2.      Dengan hikmat atau pengetahuan manusia daging.
yang bertujuan supaya terlihat berwibawa, namun hanya untuk memuaskan hati manusia, memuaskan hati sidang jemaat.
 
Jadi, dengan tidak bosan, saya menyampaikan kembali: Kita ini harus bersyukur kepada TUHAN karena bahwasanya kita sudah diasuh oleh TUHAN. Dan manfaatnya luar biasa, yaitu kita berkuasa dalam perkataan dan perbuatan. Jangan mau dirubah dari pengertian semacam ini.
 
Gambaran dari hamba TUHAN yang melayani sidang jemaat dengan kata-kata yang indah, dengan hikmat atau pengetahuan manusia, akan kita perhatikan dalam Filipi 2.
Filipi 3:18
(3:18) Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus.
 
Banyak hamba TUHAN menjadi seteru salib, ia menolak salib Kristus, ia menolak untuk menyangkal dirinya dan memikul salibnya;

-          Dia lebih suka berada di tengah sidang jemaat, melayani sidang jemaat dengan kata-kata yang indah, dipoles dengan kata-kata yang indah.

-          Dia lebih suka berada di tengah sidang jemaat, melayani sidang jemaat dengan pengetahuan manusia duniawi.

Ini adalah seteru salib.
 
Itu sebabnya saya katakan tadi: Seorang hamba TUHAN yang menggunakan kata-kata yang indah di tengah ibadah dan pelayanan, itu bagus, tidak salah, tetapi belum terbukti bahwa dia adalah hamba TUHAN yang takut dan gentar kepada TUHAN.
 
Filipi 3:19
(3:19) Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.
 
Kesudahan hamba TUHAN yang tidak takut akan TUHAN, yang menolak untuk menyangkal diri memikul salibnya ialah kebinasaan.
Tuhan dari orang-orang yang menolak untuk menyangkal diri memikul salibnya ialah perut mereka.
Kemuliaan dari orang-orang yang menolak untuk menyangkal diri memikul salibnya ialah aib mereka
Pikiran dari orang-orang yang menolak untuk menyangkal diri memikul salibnya ialah semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.
 
Persamaannya juga kita temukan kembali di dalam Kolose 2.
Kolose 2:18-19
(2:18) Janganlah kamu biarkan kemenanganmu digagalkan oleh orang yang pura-pura merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat, serta berkanjang pada penglihatan-penglihatan dan tanpa alasan membesar-besarkan diri oleh pikirannya yang duniawi, (2:19) sedang ia tidak berpegang teguh kepada Kepala, dari mana seluruh tubuh, yang ditunjang dan diikat menjadi satu oleh urat-urat dan sendi-sendi, menerima pertumbuhan ilahinya.
 
Melayani sidang jemaat ...
-          Dengan kata-kata yang indah.
-          Dengan hikmat atau pengetahuan manusia duniawi.
Sebenarnya, hamba TUHAN semacam ini tidak menempatkan Kristus sebagai Kepala yang berkuasa untuk menyatukan anggota-anggota tubuh yang berbeda-beda.
 
Kita adalah bangsa Indonesia, tetapi kita datang dari berbagai suku dan bahasa, berbeda suku, berbeda kaum dan bahasa, tetapi kita satu oleh karena Kristus sebagai Kepala.

-          Seandainya, yang menjadi kepala adalah burung (roh najis), Babel yang menjadi kepala, maka kita pasti berpisah-pisah. Sudah dipisahkan oleh suku, oleh bahasa, ditambah lagi dipisahkan oleh roh najis, pasti berpisah-pisah.

-          Seandainya serigala yang menjadi kepala, nabi palsu yang menjadi kepala, maka pasti kita terpisah-pisah.

Tetapi kalau Kristus yang menjadi Kepala, sekalipun berbeda suku, kaum bahasa dan bangsa, maka kita semua menjadi satu.
 
Tetapi orang-orang, hamba TUHAN yang tidak menempatkan Kristus sebagai Kepala ...

-          Mereka datang di tengah sidang jemaat hanya dengan menggunakan kata-kata yang indah supaya terlihat “wow.”

-          Mereka melayani TUHAN tetapi dengan hikmat duniawi supaya kelihatan “wow”, semua dikemas dengan hikmat duniawi.

Sehingga manusia duniawi, sidang jemaat yang berpikir secara duniawi pun cepat sekali merespon mereka. Dan di sini kita melihat; semuanya diperlihatkan kepada kita lewat tulisan Rasul Paulus.
 
1 Korintus 2:4
(2:4) Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh,
 
Berarti, di tengah ibadah dan pelayanan, Rasul Paulus berkuasa dalam perkataan, berkuasa dalam perbuatannya.
 
1 Korintus 2:5
(2:5) supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.
 
Iman dari sidang jemaat harus bergantung kepada salib Kristus, lewat pelayanan dari seorang hamba TUHAN yang berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya; itu yang harus dicari oleh umat TUHAN di atas muka bumi ini, termasuk anak-anak TUHAN yang senantiasa memberikan dirinya digembalakan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook baik di dalam maupun di luar negeri.
 
Iman itu harus bergantung kepada salib Kristus, bergantung kepada kekuatan Roh. Kalau kita mampu memikul salib, itu karena Roh TUHAN yang memberi kekuatan kepada kita. Oleh sebab itu, biarlah iman bergantung kepada salib Kristus, maka Roh TUHAN yang memberi kekuatan bagi kita lewat pelayanan dari seorang hamba TUHAN yang berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya.
 
Jadi, dalam pelayanan itu, Rasul Paulus menempatkan dirinya sebagai hamba TUHAN yang senantiasa menjunjung tinggi korban Kristus atau kehendak Allah.
 
Supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah; ini adalah kerinduan dari seorang hamba TUHAN yang tulus dalm murni di dalam melayani TUHAN; hamba TUHAN yang berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya seperti Rasul Paulus. Jadi, dia tidak egois. Ayo, kita pun semua tidak boleh egois, apalagi seorang pelayan TUHAN.
 
Roma 15:17
(15:17) Jadi dalam Kristus aku boleh bermegah tentang pelayananku bagi Allah.
 
Rasul Paulus berkata: “dalam Kristus aku boleh bermegah tentang pelayananku bagi Allah” Mengapa Rasul Paulus berkata demikian?
 
Roma 15:18
(15:18) Sebab aku tidak akan berani berkata-kata tentang sesuatu yang lain, kecuali tentang apa yang telah dikerjakan Kristus olehku, yaitu untuk memimpin bangsa-bangsa lain kepada ketaatan, oleh perkataan dan perbuatan,
 
Sebab aku tidak akan berani berkata-kata tentang sesuatu yang lain, tidak berani berkata-kata indah, uali tentang apa yang telah dikerjakan Kristus olehku, yaitu untuk memimpin bangsa-bangsa lain, bangsa kafir, kepada ketaatan, oleh perkataan dan perbuatan.
Di sini kita melihat: Oleh karena salib Kristus, Rasul Paulus berkuasa dalam perkataan dan perbuatan, yang bertujuan di tengah pelayanan untuk memimpin bangsa-bangsa lain, untuk memimpin bangsa kafir kepada ketaatan, taat kepada TUHAN. Jadi, Rasul Paulus tidak egois.
 
1 Yohanes 3:16
(3:16) Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.
 
Karena Kristus telah menyerahkan diri-Nya di atas kayu salib, maka saya dan saudara wajib menyerahkan diri kita kepada saudara-saudara kita, apalagi seorang imam.
 
Kalau saudara mau datang ke pastori, apalagi sudah dijadwal untuk menyuci kendaraan mobil, berarti saudara sedang membantu saya. Kalau saya juga harus mengerjakan itu, maka habis waktu saya.
Oleh sebab itu, seorang imam tidak boleh egois. Kalau TUHAN mau menyerahkan diri-Nya untuk orang berdosa, maka seorang hamba TUHAN, imam-imam, pelayan TUHAN, sampai kepada seluruh sidang jemaat juga harus mau mengerti orang lain. Siapa yang mau melayani TUHAN dengan cara TUHAN melayani? Maka, lakukanlah.
 
1 Yohanes 3:17
(3:17) Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?
 
Jika menutup pintu terhadap orang yang menderita, maka orang semacam ini kehilangan kasih Allah.
 
1 Yohanes 3:18
(3:18) Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.
 
Jadi, mengasihi sesama, berarti kita sudah terlebih dahulu berkuasa dalam perkataan dan perbuatan. Itulah Rasul Paulus yang memimpin bangsa-bangsa lain, bangsa yang bukan Yahudi, bangsa kafir kepada ketaatan, supaya taat kepada TUHAN Yesus. Bukankah hebat Rasul Paulus ini?
 
Kembali saya sampaikan: Mengasihi sesama, berarti kita sudah terlebih dahulu berkuasa dalam perkataan dan perbuatan; kalau tidak, maka tidak akan bisa, bahkan sampai kiamat dunia ini pun tetap tidak akan bisa, apalagi kalau hanya bisa main musik saja, tidak mengerti mengasihi TUHAN.
Orang yang melayani hanya main musik, atau imam-imam yang hanya mengerjakan apa yang dikerjakan di atas mimbar, itu belum terbukti mengasihi TUHAN dan sesama, itu baru “perkataan”, tetapi harus dibuktikan dengan “perbuatan”. Iman tanpa perbuatan, iman itu nol. Apa itu iman? Ya pelayanan kepada TUHAN. Semua pelayanan nol, jika tanpa perbuatan.
 
Tetapi kita sudah melihat di sini; mengasih sesama, berarti kita sudah terlebih dahulu berkuasa dalam perkataan dan perbuatan. Ayo, kita kembali koreksi diri masing-masing. Bukan berarti kalau lembut-lembut, lalu dia mengasihi TUHAN, mengasihi sesama, tidak, bukan itu ukurannya.
 
2 Tesalonika 2:16-17
(2:16) Dan Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam kasih karunia-Nya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita, (2:17) kiranya menghibur dan menguatkan hatimu dalam pekerjaan dan perkataan yang baik.
 
Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam kasih karunia-Nya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita, kiranya menghibur dan menguatkan hatimu dalam pekerjaan, dalam perbuatan, dalam tindakan, dan perbuatan yang baik.
Singkatnya: Oleh karena kasih karunia TUHAN, kita semua berkuasa dalam perkataan dan perbuatan. Kalau kita berkuasa dalam perkataan dan perbuatan, sama dengan mengasihi sesama, sebab itu adalah contoh yang memimpin bangsa Israel kepada ketaatan untuk taat kepada TUHAN Yesus Kristus, bukan taat kepada daging, bukan taat kepada Setan, bukan taat kepada dunia, bukan taat kepada hal-hal yang tidak suci, tetapi taat kepada TUHAN Yesus Kristus.
 
1 Korintus 4:20
(4:20) Sebab Kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan, tetapi dari kuasa.
 
Kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan, tetapi dari kuasa. Oleh sebab itu, biarlah kita semua berkuasa dalam perkataan dan perbuatan, supaya kita layak masuk ke dalam Kerajaan Sorga, dan itu adalah contoh yang baik supaya orang lain taat kepada TUHAN. Itulah manfaat dari hikmat, yaitu berkuasa dalam perkataan dan perbuatan.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang