KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, January 29, 2020

IBADAH RAYA MINGGU, 26 JANUARI 2020



IBADAH RAYA MINGGU, 26 JANUARI 2020


WAHYU PASAL 11
(Seri: 22)

Subtema: HIDUP UNTUK KRISTUS, MATI ADALAH KEUNTUNGAN.

Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan karena Tuhan masih memberi kesempatan kepada kita untuk menikmati kasih dan kemurahan-Nya lewat Ibadah Raya Minggu dalam kesempatan sore ini.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Dan selanjutnya, mari kita berdoa, kita mohonkan kemurahan Tuhan supaya kiranya Tuhan membukakan firman-Nya bagi kita sekaliannya untuk memulihkan segala sesuatunya, di atas segalanya nama Tuhan dipermuliakan.

Kita akan segera memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari WAHYU 11.
Wahyu 11:10
(11:10) Dan mereka yang diam di atas bumi bergembira dan bersukacita atas mereka itu dan berpesta dan saling mengirim hadiah, karena kedua nabi itu telah merupakan siksaan bagi semua orang yang diam di atas bumi.

Tindakan mereka yang diam di atas bumi:
1.     Bergembira dan bersukacita.
2.     Berpesta.
3.     Saling mengirim hadiah.
Tiga perkara ini telah saya terangkan dua minggu yang lalu.

Penyebabnya ialah: Karena kesaksian dari Musa dan Elia merupakan siksaan bagi penduduk bumi.

Kita akan melihat persamaan ayat 10 ini dalam 1 Petrus 2.
1 Petrus 2:9
(2:9) Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:

Bangsa yang terpilih = imamat yang rajani = bangsa yang kudus = milik kepunyaan Allah.
Jelas ini menunjuk; hamba-hamba Tuhan atau orang-orang yang melayani Tuhan.
Tugas mereka ialah untuk memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Allah, sama dengan; memberitakan salib kepada penduduk bumi. Itulah tugas dari seorang pelayan Tuhan.

Sebenarnya, kesaksian semacam ini merupakan suatu keuntungan yang besar atau suatu tanda positif bagi kita, bukan suatu tanda negatif yang merugikan kita, itu harus dipahami dengan baik. Tetapi bagi penduduk bumi, itu merupakan siksaan besar bagi mereka. Itu sebabnya mereka bergembira dan bersukacita, mereka berpesta dan saling mengirim hadiah saat dua saksi ini terbunuh dan mati.

Filipi 1:21
(1:21) Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.

Rasul Paulus dengan tegas berkata kepada jemaat di Filipi: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.
Oleh sebab itu, kalau kita hidup, biarlah kita hidup di dalam Kristus, dan kalau pun kita mati, biarlah kita mati di dalam Kristus juga, karena kedua-duanya merupakan tanda positif yang mendatangkan keuntungan besar bagi kita, bukan tanda negatif yang merugikan.

Banyak orang Kristen tidak mengerti tentang salib. Melihat hamba Tuhan dengan tegas, dia katakan: “Pendeta itu galak.” Padahal dengan tegasnya Pendeta itu, dia (sidang jemaat) berubah. Mana saudara pilih; seorang hamba Tuhan yang terlihat lembut-lembut, tetapi saudara (sidang jemaat) tidak berubah, atau salib kasar dinyatakan tetapi saudara berubah? Kalau kita memang mau dan memang terpanggil menjadi hamba Tuhan (pelayan Tuhan), kita tidak menolak salib kasar itu.
Banyak pelayan Tuhan, orang Kristen tidak terdidik dari masa kecilnya sehingga tidak mengerti; mana hamba Tuhan yang bisa membawa suatu keuntungan positif, dan mana hamba Tuhan yang merugikan. Tetapi jauh lebih baik ketegasan firman dinyatakan dan saudara berubah, itu keuntungan besar.
Jangan seperti kehidupan yang digambarkan di dalam Wahyu 11:10 ini, mereka bergembira atas kematian dua saksi Allah, karena kesaksian mereka adalah kesaksian salib, sehingga mereka merasa rugi dan berkata: “Musa dan Elia tidak benar”.
Kiranya, mulai dari sore ini dan seterusnya belajar bijaksana. Kalau memang mau melayani Tuhan, menjadi hamba Tuhan, terimalah didikan positif. Salib bukan tanda negatif (-), salib adalah tanda positif (+).

Oleh sebab itu, sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Kalau kita hidup, biarlah kita hidup dalam Kristus, dan kalau pun kita mati, biarlah kita mati di dalam Kristus juga, karena kedua-duanya merupakan tanda positif (+) yang mendatangkan keuntungan besar bagi kita.

Filipi 1:22-24
(1:22) Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. (1:23) Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus -- itu memang jauh lebih baik; (1:24) tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.

Rasul Paulus didesak dari dua pihak, yaitu antara hidup dan mati di dalam Kristus, sehingga Rasul Paulus tidak tahu mana yang harus dipilih. Namun pada ayat 24, Rasul Paulus memilih hidup adalah Kristus, sebab alasan kuat bagi dia, ialah: Rasul Paulus sangat peduli dengan sidang jemaat Allah. Rasul Paulus merasa perlu untuk memperhatikan sidang jemaat Tuhan, berarti hidup adalah Kristus.

Pendeknya: Ia tidak hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri (tidak egois).
Hamba Tuhan itu harus menjadi doulos; tidak hanya memikirkan kepentingannya sendiri. Kalau tidak mau memikul salib, tidak usah jadi hamba Tuhan. Mulai sekarang, bijaksanalah.

Filipi 1:25-26
(1:25) Dan dalam keyakinan ini tahulah aku: aku akan tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman, (1:26) sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku, apabila aku kembali kepada kamu.

Dengan demikian, sidang jemaat, terkhusus sidang jemaat di Filipi ini, semakin maju dan bersukacita karena iman, sehingga kemegahan mereka (sidang jemaat di Filipi) dalam Kristus Yesus semakin bertambah karena keberadaan (kehadiran) Rasul Paulus di tengah-tengah sidang jemaat di Filipi. Rasul Paulus merasa perlu untuk memperhatikan sidang jemaat di Filipi, sehingga dia memilih hidup adalah Kristus.

Dalam doa, saya berharap; kita semua semakin dewasa. Biarlah kita saling melengkapi, antara yang satu dengan yang lain. Pelayanan itu bukan aturan, bukan suatu tugas untuk mencari pujian, bukan, tetapi suatu pengabdian kepada Tuhan. Dewasalah mulai dari sekarang.
Saya yakin, kalau bagi kita hidup adalah Kristus, tentu kita akan semakin dewasa, sebab salib kasar itu telah mengubahkan dan mendewasakan kita.

Pengkotbah 7:1B
(7:1) Nama yang harum lebih baik dari pada minyak yang mahal, dan hari kematian lebih baik dari pada hari kelahiran.

Kembali dengan tandas di sini dinyatakan: “Hari kematian lebih baik dari pada hari kelahiran.”
Kita tidak boleh mengartikan ayat ini secara hurufiah, supaya kita jangan keliru dan bunuh diri.

Mari kita lihat pembuktian dari ayat ini, di mana dikatakan; HARI KEMATIAN lebih baik dari pada HARI KELAHIRAN.
Matius 16:24-25
(16:24) Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. (16:25) Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.

Mau binasa atau hidup? Tentu kita menginginkan untuk hidup sebab Yesus berkata kepada murid-murid: “...Barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya”, dengan lain kata; hidup.

Mati di dalam Kristus, tandanya ialah:
1.     Menyangkal dirinya.
2.     Memikul salibnya.
3.     Mengikut Tuhan.
Itulah yang disebut pengikut Kristus atau mati di dalam Kristus.

Mati di dalam Kristus, tandanya ialah: MENYANGKAL DIRINYA.
Artinya; menyangkal segala sesuatu yang terkait di dalam diri seseorang = tidak bermegah dengan kelebihan-kelebihan yang dia miliki, selain bermegah di dalam kelemahannya.

Biarlah kita semua bermegah atas sengsara salib (kelemahan-kelemahan), sekalipun kita memiliki kelebihan-kelebihan atau memiliki harta kekayaan atau pun memiliki pendidikan yang tinggi, atau pun kita berada pada kedudukan dan jabatan yang tinggi. Jangan kita bermegah atas itu semua selain bermegah atas kelemahan-kelemahan, selain bermegah atas sengsara salib, karena tiada satu pun yang dapat kita banggakan dari dalam diri ini, juga tidak ada yang pantas untuk dibanggakan dari apa yang ada di atas muka bumi ini. Semua itu berasal dari Tuhan, apa yang bisa kita banggakan? Jadi, sudah sangat jelas bahwa; semua hanya oleh karena kemurahan Tuhan.

Mati di dalam Kristus, tandanya ialah: MEMIKUL SALIBNYA.
Memikul salib, sama dengan; memikul suatu tanggung jawab atau memikul suatu beban di atas pundak kita masing-masing.
Setiap orang harus memikul salibnya masing-masing, berarti setiap orang tidak boleh lari dari kenyataan hidup.
-       Seorang suami mempunyai tanggung jawabnya, berarti mengasihi dan bertanggung jawab dengan keluarganya.
-       Seorang isteri juga mempunyai tanggung jawab, yaitu taat dan tunduk kepada suaminya, karena seorang isteri harus menjadi penopang yang baik di dalam melayani Tuhan dan melayani pekerjaan Tuhan, sehingga di dalam pelayanan itu terjadi keseimbangan.
-       Seorang anak juga mempunyai tanggung jawabnya, dia harus hormat kepada orang tuanya, supaya dia takut akan Tuhan, benci kepada dosa kejahatan dan dosa kenajisan, bebas dari pergaulan yang tidak baik.
-       Demikian juga seorang hamba mempunyai tanggung jawab sendiri, ia harus tunduk kepada tuannya. Tuhan Yesus Kristus adalah Tuan dari semua hamba-hamba Tuhan. Jadi, seorang pelayan Tuhan harus tunduk kepada Tuannya.
-       Seorang tuan juga mempunyai tanggung jawab, yakni secara khusus memperhatikan hamba-hambanya.
Jadi, setiap orang, setiap insan, setiap yang bernafas, mempunyai tanggung jawabnya masing-masing. Tuhan sudah taruh suatu beban itu di atas pundak kita masing-masing, tidak boleh lari dari situ. Jangan cengeng, hadapi kenyataan yang ada.  Seorang imam tidak boleh cengeng.
Tuhan mau pakai kita semua dengan luar biasa, tetapi tentu sesuai dengan pemakaian Tuhan, bukan sesuai dengan kemampuan manusia daging.

Mati di dalam Kristus, tandanya ialah: MENGIKUT TUHAN.
Yohanes 12:24-26
(12:24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. (12:25) Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. (12:26) Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.

Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja.
Kalau dia tidak jatuh ke tanah dan tidak mati, dia tetap satu biji saja, dengan lain kata; dia tidak jadi benih.
Saya rindu supaya imam-imam atau pelayan-pelayan Tuhan menjadi benih, supaya menghasilkan buah pelayanan.

Syarat untuk melayani Tuhan ialah mengikut Tuhan dengan tepat dan benar, sebab di sini dikatakan: “Di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada”.
Pengikutan yang dimaksud di sini ialah digambarkan seperti benih -- misalnya; biji gandum -- yang harus jatuh ke tanah dan mati.
Supaya menjadi benih yang menghasilkan banyak buah, maka ia harus:
1.     Jatuh ke dalam tanah.
2.     Mati.
Mengikuti Tuhan digambarkan seperti benih, supaya kita jangan menganggap salib yang kasar itu menjadi suatu tanda negatif.

Kalau kita tidak mengerti tentang rumus mati dan bangkit; kita keliru, kita emosi, kita bersungut-sungut dalam mengikuti Tuhan, akhirnya salah dan keliru dalam melayani pekerjaan Tuhan, sehingga kita melayani dengan kemampuan, dengan pengertian manusiawi, dengan cara-cara dunia, tetapi celakanya tidak sampai kepada kemuliaan.

Supaya menjadi benih yang menghasilkan banyak buah, maka ia harus: JATUH KE DALAM TANAH.
Jatuh ke dalam tanah, jelas ini menunjuk kepada; suatu kerendahan hati dari seorang hamba Tuhan (pelayan Tuhan).
Jadi, memang seorang hamba Tuhan, seorang pelayan Tuhan, imam-imam harus rendah hati.

Tanda rendah hati: Jangan malu memberi suatu pertanggungjawaban kepada tuannya, dengan kata lain; jangan malu melayani Tuhan, jangan malu untuk hidup suci dan benar, jangan malu memikul salibnya.
Banyak orang Kristen gengsi untuk memikul salib. Hamba Tuhan tidak boleh jaim (jaga image), nyatakanlah yang benar; kalau salah ya salah, kalau benar ya benar. Kalau ya katakan: ya, kalau tidak katakan: tidak. Jangan jaim jaim, itu tidak jelas, tetapi yang benar adalah seorang hamba Tuhan harus jelas, seorang pemimpin rumah Tuhan harus jelas. Kalau tidak jelas, maka jejak (teladannya) tidak bisa diikuti dengan baik.

Rendah hatilah, karena memang hamba Tuhan harus rendah hati dalam melayani Tuhan, tidak boleh melayani dengan mengandalkan kepintaran, tidak boleh dengan kesombongan dan keangkuhannya.
Mengapa hamba Tuhan harus rendah hati? Jawabnya: Karena hamba Tuhan (karena kita semua) harus memberi pertanggungan jawab kepada Tuhan Yesus Kristus, sebagai Tuan dari setiap hamba-hamba Tuhan.
Itulah sedikit saja tentang; rendah hati =  jatuh ke dalam tanah.

Supaya menjadi benih yang menghasilkan banyak buah, maka ia harus: MATI.
Tidak ada orang mati yang bisa berbicara (berucap dengan tutur kata) lagi.
Jadi, mati, artinya; daging tidak bersuara lagi, dengan lain kata; tidak hidup menurut hawa nafsu, yaitu keinginan-keinginan daging yang jahat. Memang itulah tabiat dari seorang hamba Tuhan.
Kalau seorang hamba Tuhan tidak masuk dalam pengalaman kematian dari Tuhan Yesus Kristus, lalu bagaimana seorang hamba dapat memberi contoh teladan kepada sidang jemaat? Misalnya;
-       Hamba Tuhan nongkrong di kedai kopi, bagaimana hamba Tuhan seperti ini menjadi contoh teladan?
-       Hamba Tuhan suka keluyuran di mall, bagaimana hamba Tuhan seperti ini dapat memberi contoh teladan?
Jangankan di kedai tuak, di mall saja tidak boleh, kecuali ada kepentingan di sana. Itulah arti rohani mati.

Biarlah hamba-hamba Tuhan (pelayan Tuhan) masuk dalam pengalaman kematian, sebab tanpa kematian, tidak mungkin  mengalami kebangkitan. Ada pelayanan dengan kebangkitan palsu, mengapa? Karena matinya tidak benar. Misalnya: melayani tanpa kesucian, melayani tanpa tahbisan yang benar, itu adalah kebangkitan palsu.

Lebih konkrit tentang mati.
Yesaya 53:7
(53:7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.

Menderita tetapi tidak bersungut-sungut, menderita tetapi tidak ngomel, sama dengan; tidak membuka mulutnya.
Pendeknya; ngomel, bersungut-sungut, itu merupakan suara daging, berarti; tanda belum mati.
Kalau hamba Tuhan masih hidup menurut hawa nafsu daging, berarti ia belum mati. Ngomel, berarti ia belum mati. Bersungut-sungut, berarti ia belum mati. Kalau melayani tetapi daging belum mati, sama dengan; kebangkitan palsu.

Gambaran dari pengalaman kematian, dengan kata lain; tidak hidup menurut daging (daging tidak bersuara lagi):
1.     Seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian.
2.     Seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya.
Ayo, masuk dalam pengalaman kematian, daging jangan bersuara. Kalau sudah dengar firman, turuti saja firman Tuhan, jangan turuti suara daging (suara asing).
Pengalaman kematian jangan karena manusia, tetapi karena melihat pengalaman Yesus di atas kayu salib. Jangan takut kepada saya. Apa saudara pikir kalau saudara takut kepada saya, lantas saya menjadi senang? Tidak. Sungguhan, karena saya tidak gila hormat.
Saya tidak suka dengan orang yang takut di depan manusia, tetapi di belakang gerilya. Takutlah kepada Tuhan.
Bukankah jelas dan terang-terangan Tuhan berbicara sore ini kepada kita?

Pendeknya: Pengalaman kematian itu menghasilkan dua hal:
1.     Pembantaian.
2.     Pengguntingan bulu.

Pengalaman kematian itu menghasilkan dua hal:
Yang Pertama: PEMBANTAIAN.
Pembantaian, menunjuk kepada; potongan-potongan daging yang dipersembahkan di atas Mezbah Korban Bakaran.
Hal ini sangat berguna untuk dijadikan sebagai persembahan yang berbau harum, persembahan yang menyenangkan hati Tuhan, ketika kita datang menghadap Tuhan di tengah-tengah ibadah pelayanan kepada Tuhan.
Kalau jiwa hancur, hati patah dan remuk tidak dipandang hina, melainkan mulia di hadapan Tuhan. Itulah pembantaian; seperti anak domba jantan dibantai, lalu potongan-potongan daging itu dipersembahkan di atas Mezbah Korban Bakaran, itu merupakan persembahan yang harum, menyenangkan hati Tuhan.

Pembantaian menunjuk; ROTI YANG DIPECAH-PECAHKAN.
Yesus telah memecah-mecahkan segenap hidup-Nya di atas kayu salib, itulah firman Allah yang disampaikan di tengah-tengah ibadah yang Tuhan percayakan. Yesus, Anak Allah, telah dibantai di atas kayu salib, itulah roti yang dipecah-pecahkan. Dan itu merupakan korban yang berbau harum.
Coba renungkan dan bayangkan, kalau Anak Allah, Yesus Kristus, tidak dibawa kepada pembantaian, kita makan apa? Kita bisa menikmati apa? Kita bisa apa? Jawabnya, kita tidak bisa apa-apa. Tidak ada kekuatan apa-apa. Jadi, jangan ngomel. Jangan bersungut-sungut.
Kalau Yesus Kristus, Anak Allah, tidak dibawa ke pembantaian, kita tidak akan mendapatkan makanan, kita tidak bisa menikmati apa-apa, selain meringis oleh karena penderitaan, pergumulan, kesulitan yang menghimpit. Tetapi Yesus, Anak Allah, telah dibantai, Dia telah memecah-mecahkan diri-Nya di atas kayu salib, sehingga kita boleh menikmati firman Allah di tengah-tengah ibadah pelayanan ini, itu adalah asupan untuk memberi kekuatan kepada kita semua.

Kuasa dari roti yang dipecah-pecahkan: Sengsara yang membawa kita sampai kepada pengudusan.
Tidak ada seorang pun di atas muka bumi ini dapat menguduskan dirinya dengan kemampuannya, dengan kepandaiannya, dengan pendidikan yang tinggi yang dimiliki itu atau dengan harta, kekayaan, kedudukan, jabatan yang dia miliki, tidak bisa, selain roti yang dipecah-pecahkan.

Mengertikah saudara bahwa Yesus, Anak Allah, Dialah Anak Domba Allah yang dibawa ke pembantaian, dan itu merupakan suatu persembahan yang berbau harum, menyenangkan hati Tuhan? Roti yang dipecah-pecahkan itu akan membawa kita sampai kepada pengudusan. Tidak ada persembahan yang lebih harum dari pembantaian Anak Domba yang membawa kita sampai kepada pengudusan.
Ketika firman datang mengoreksi kita, memang tidak enak bagi daging, tetapi itu membawa kepada pengudusan.

2 Korintus 9:9-10
(9:9) Seperti ada tertulis: "Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya." (9:10) Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu;

Seperti ada tertulis ...” Pengalaman Rasul Paulus adalah pengalaman yang luar biasa sesuai dengan firman Allah, dinyatakan kepada sidang jemaat di Korintus. Jadi, perkataan dan perbuatannya sama.
Kebanyakan orang Kristen; lain di mulut, lain di hati, tetapi Rasul Paulus tidak demikian.

Rasul Paulus berkata kepada jemaat di Korintus: “Ia yang menyediakan ... roti untuk dimakan.
Artinya; ia membagi-bagikan, ia memberikan kepada orang miskin kebenaran Tuhan tetap untuk selamanya.
Pecah-pecahkanlah dirimu kepada yang lain. Nyatakanlah kebenaran itu kepada yang lain. Kita bersyukur, oleh pemecahan roti ini, kita betul-betul dibawa kepada pengudusan, bukan hanya diri kita, tetapi juga orang lain, itulah Rasul Paulus; dia sangat memperhatikan sidang jemaat.

Sebetulnya, Rasul Paulus didesak dari dua pihak, sebab dia berkata: Hidup adalah Kristus, mati adalah keuntungan. Kedua-duanya berdampak positif, sehingga dia susah hati, mana yang harus dipilih. Tetapi Rasul Paulus bukanlah seorang yang egois, dia bukan hanya mementingkan dirinya sendiri, dia mau memecah-mecahkan roti itu kepada yang lain, dengan lain kata; menyatakan kebenaran kepada orang lain.
Yesus, Anak Allah, telah dibantai luar biasa. Potongan daging-Nya itu kita nikmati sekarang. Ayo, pecah-pecahkanlah dirimu, nyatakanlah kebenaran supaya orang lain dibenarkan. Jangan turuti hawa nafsu di dalam kebodohan.

Hal ini harus diperhatikan oleh hamba-hamba Tuhan. Ayo, mahasiswa/i STTIA, calon-calon hamba Tuhan, perhatikanlah hal ini. Jangan engkau bersungut-sungut oleh karena tegasnya Firman ini. Engkau harus mengerti mana yang benar, mana yang tidak benar.

Suatu kali saya membawa anak-anak mahasiswa/i STTIA ini untuk mengikuti persekutuan PDI Kom II di daerah Depok, lalu salah seorang dari istri hamba Tuhan berkata: “Kamu semua di situ saja ya. Kamu bersyukur di situ.” Tentu istri hamba Tuhan tersebut tidak asal bicara, dia tahu apa yang diucapkannya, karena dia hamba Tuhan. Saya mengerti apa yang dia maksud.
Puji Tuhan, banyak perubahan yang saya lihat; dari sikap, cara berpakaian (roh pendek) mereka banyak berubah. Semoga itu semua bertahan sampai mereka kembali ke Surabaya. Jangan jaim lagi. Nyatakan terang-terangan kebenaran itu.
Seharusnya hati kita hancur sore ini. Kalau saudara mengenang pembantaian ini, hati kita pasti hancur, jangan keras hati lagi, supaya saudara juga bisa berbagi dan memecah-mecahkan rotimu kepada yang lain. Jangan keras hati lagi.

2 Tesalonika 3:7-8
(3:7) Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu, (3:8) dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun di antara kamu.

Rasul Paulus betul-betul membagi-bagikan rotinya, memecah-mecahkan dirinya bukan hanya kepada jemaat di Korintus, tetapi juga menyatakan kebenaran itu kepada jemaat di Tesalonika, supaya jangan mereka percuma makan roti, jangan mereka percuma mendengar firman Tuhan dan tidak berubah.

Dari hari ke hari, dari minggu ke minggu, bulan ke bulan, tahun ke tahun, kalau kita ada di tengah ibadah, tetapi tidak berubah = makan roti dengan percuma, sia-sialah firman yang kita dengar dan terima.
Tetapi Rasul Paulus benar-benar memecahkan segenap hidupnya, dia merasa perlu memperhatikan sidang jemaat, berarti dia memilih hidup adalah Kristus, walaupun mati adalah keuntungan. Ayo, mari kita saling memperhatikan satu dengan yang lain. Pecah-pecahkanlah rotimu kepada orang lain, supaya orang lain juga mengenal kebenaran itu.
Kalau kita hanya melayani dengan rutinitas, atau karena aturan, tetapi dengan tidak rela memecah-mecahkan roti, sama dengan; lips service, manis di mulut tetapi hatinya jahat.

Itu sedikit tentang pembantaian anak domba. Yesus, Anak Domba Allah yang telah dibantai di atas kayu salib, sehingga yang miskin ini dibenarkan oleh pemecahan roti.

Pengalaman kematian itu menghasilkan dua hal:
Yang Kedua: PENGGUNTINGAN BULU.
Yesaya 1:18
(1:18) Marilah, baiklah kita beperkara! -- firman TUHAN -- Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.

Sepintas tentang: “Marilah, baiklah kita beperkara!
Kalau kita beperkara, biarlah kita bertindak sesuai dengan ukuran firman Tuhan, jangan sesuai ukuran emosional manusia daging.

Dari pembacaan ini jelas bahwa; bulu domba terkait dengan kasih Allah, yang berkuasa untuk memberi pengampunan terhadap dosa manusia, sehingga digambarkan seperti dosa merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju.
Berarti; hanya kasih yang sanggup mengampuni dosa. Harta, kekayaan, uang yang banyak tidak bisa memberi pengampunan terhadap dosa manusia.

1 Petrus 4:8
(4:8) Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.

Perikop ayat ini adalah: “Hidup Orang Kristen.

Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain.
Mengapa kita harus sungguh-sungguh mengasihi seorang akan yang lain? Mengapa saya harus sungguh-sungguh mengasihi sidang jemaat tanpa terkecuali, tidak memandang bulu dan tidak memandang muka? Dan mengapa sidang jemaat harus mengasihi saya dengan sungguh-sungguh? Mengapa kita harus saling mengasihi?
Jawabnya: “Sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.” Hanya kasih yang sanggup menutupi dosa. Harta, kekayaan, pendidikan yang tinggi, kedudukan, jabatan yang tinggi tidak bisa menutupi dosa.
Rupanya kasih ini luar biasa. Dosa merah seperti kain kesumba akan menjadi putih seperti salju. Puji Tuhan, kasih Allah luar biasa dan heran.

Lebih terang lagi dalam Kolose 3.
Kolose 3:14
(3:14) Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

Pakaian (jubah) dari seorang hamba Tuhan adalah kasih, karena kasih itu juga berfungsi sebagai pengikat untuk mempersatukan sampai menyempurnakan kita semua.
Kalau masih tercerai-berai satu dengan yang lain, berarti; tidak sempurna. Tetapi kalau anggota tubuh yang berbeda itu menjadi satu, pasti sempurna. Sebab itu, jangan ijinkan ada gap di antara kita. Gap atau pemisah itu banyak, bisa kejahatan, bisa kenajisan, dan lain sebagainya.

Jadi, jelas; bulu domba terkait dengan kasih Allah, karena kasih itu berkuasa mengampuni dosa, seperti kain kesumba yang merah akan menjadi putih seperti salju, itulah kuasa kasih yang mengubahkan kita semua, karena kasih Allah telah mengampuni dosa kita yang banyak itu.

Itulah sedikit mengenai Wahyu 11:10, sekarang kita akan memasuki Wahyu 11:11.
Wahyu 11:11
(11:11) Tiga setengah hari kemudian masuklah roh kehidupan dari Allah ke dalam mereka, sehingga mereka bangkit dan semua orang yang melihat mereka menjadi sangat takut.

Pada ayat 7, binatang buas yang muncul dari jurang maut itu memerangi mereka dan mengalahkan serta membunuh mereka, tetapi 3.5 (tiga setengah) hari kemudian masuklah Roh kehidupan dari Allah ke dalam mereka, sehingga mereka hidup kembali. Biarlah kita hidup kembali oleh karena roh kehidupan.

Kiranya roh kehidupan yang dikirim dari sorga, dari Allah, memenuhi Bait Suci-Nya, memenuhi setiap kehidupan kita tanpa terkecuali siapa pun kita. Tuhan tidak melihat latar belakang kita masing-masing, Tuhan tidak melihat masa lalu kita masing-masing. Yang Tuhan tuntut adalah masa sekarang dan masa yang akan datang, maka saudara tidak berhak untuk melihat kekurangan di masa lalu. Tetapi kalau Tuhan sudah beri kesempatan, Tuhan sudah beri pengampunan, jangan diulangi, jangan buat sakit hati Tuhan berkali-kali.

Ini adalah kemurahan bagi kita semua tentunya. Bukankah kita adalah orang miskin, orang papah, sampah masyarakat bagi ukuran dunia. Ayo, yang merasa diri hina, hargailah kemurahan ini.

Mari kita lihat kehidupan yang -- kalau menurut pandangan manusia -- sudah tidak berguna lagi, sudah mati, tetapi roh kehidupan memenuhi bait sucinya.
Yehezkiel 37:1-2
(37:1) Lalu kekuasaan TUHAN meliputi aku dan Ia membawa aku ke luar dengan perantaraan Roh-Nya dan menempatkan aku di tengah-tengah lembah, dan lembah ini penuh dengan tulang-tulang. (37:2) Ia membawa aku melihat tulang-tulang itu berkeliling-keliling dan sungguh, amat banyak bertaburan di lembah itu; lihat, tulang-tulang itu amat kering.

Yehezkiel adalah seorang penjaga yang baik. Seorang gembala sidang (seorang pemimpin rumah Tuhan) harus menjadi penjaga yang baik. Penjaga yang baik itu peka, tahu segala sesuatu baik lahir maupun batin.
Roh Tuhan membawa Yehezkiel ke suatu lembah, di mana lembah itu penuh dengan tulang-tulang kering. Tulang-tulang kering itu banyak bertaburan di lembah itu, ke situlah Yehezkiel dibawa oleh Roh Tuhan.

Kalau seorang hamba Tuhan diutus oleh Tuhan dan dipimpin oleh Roh Tuhan, maka kita harus menyerah, harus dengar-dengaran. Sama seperti Yehezkiel; seorang penjaga yang baik, dia diutus sampai ke tengah-tengah lembah, di situ dia temukan tulang-tulang kering sekeliling lembah itu dan amat sangat banyak jumlahnya.

Jangan sampai hamba Tuhan memiliki pandangan seperti pandangan Lot; dia melihat dataran lembah Yordan itu begitu subur, sehingga dia memilih ke kiri, tetapi akhirnya lembah yang subur ini justru yang menjerumuskan dia, justru dia menderita karena di situ banyak kefasikan, sehingga timbullah dosa Sodom sampai sekarang.

Yehezkiel 37:11
(37:11) Firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, tulang-tulang ini adalah seluruh kaum Israel. Sungguh, mereka sendiri mengatakan: Tulang-tulang kami sudah menjadi kering, dan pengharapan kami sudah lenyap, kami sudah hilang.

Tulang-tulang kering yang berada di lembah, menunjuk; orang-orang yang putus asa, orang-orang yang kecewa dan patah semangat, pendeknya; semangat hidupnya sudah hilang. Orang yang semangat hidupnya sudah hilang, cenderung ingin bunuh diri, sudah dekat dengan kutuk kebinasaan, ke situlah Tuhan mengirim Yehezkiel.
Ke mana pun seorang hamba Tuhan, pelayan Tuhan, imam-imam diutus (dikirim) oleh Tuhan, ia harus dengar-dengaran terhadap suara dari pemimpin Roh Tuhan. Hamba Tuhan harus dengar-dengaran kepada Tuhan, pelayan Tuhan, imam-imam harus dengar-dengaran.

Tulang kering itulah orang yang semangat hidupnya sudah hilang, kecewa, tidak terima dengan situasi, kondisi atau keadaan yang ada, lari dari kenyataan hidup, cenderung ingin bunuh diri. Selain itu, orang semacam ini juga disebut orang yang tersandung dan juga menjadi sandungan.
Ke situlah Yehezkiel diutus oleh Tuhan. Roh Tuhan membawa dia untuk memperhatikan tulang-tulang kering. Bagaimana dengan kita, apakah mau memperhatikan tulang-tulang kering?

Kemarin kita sudah melayani salah seorang jemaat yang meninggal dunia, kita harus memperhatikan itu, karena di daerah Serang Cilegon ini sangat sukar untuk mengubur orang yang sudah meninggal, banyak birokrasi-birokrasi yang harus dihadapi  gereja-gereja di Serang Cilegon ini. Tetapi kalau Tuhan utus kita untuk memperhatikan itu, kita harus kerjakan, karena Roh Tuhan yang memimpin kita, maka kita mengerjakan itu disertai dengan Roh dengar-dengaran. Jangan seperti terlihat rajin tetapi tidak dengar-dengaran. Saya berharap sekali kita semua menyatu.

Yehezkiel 37:9-10
(37:9) Maka firman-Nya kepadaku: "Bernubuatlah kepada nafas hidup itu, bernubuatlah, hai anak manusia, dan katakanlah kepada nafas hidup itu: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Hai nafas hidup, datanglah dari keempat penjuru angin, dan berembuslah ke dalam orang-orang yang terbunuh ini, supaya mereka hidup kembali." (37:10) Lalu aku bernubuat seperti diperintahkan-Nya kepadaku. Dan nafas hidup itu masuk di dalam mereka, sehingga mereka hidup kembali. Mereka menjejakkan kakinya, suatu tentara yang sangat besar.

Yehezkiel bernubuat terhadap orang-orang yang mati terbunuh, itulah tulang-tulang kering, lalu masuklah nafas hidup, disebutlah firman kehidupan, sehingga mereka hidup kembali.
Orang yang putus asa, orang yang kecewa, orang yang patah semangat (semangat hidupnya hilang), hidup kembali oleh firman kehidupan. Kita ini bagaikan tulang-tulang kering, tetapi sore ini Tuhan mengutus firman kehidupan supaya kita hidup.

Tuhan hidupkan kita kembali, karena Dia hidup, maka kita hidup. Sebetulnya kita bagaikan tulang-tulang kering yang tempatnya di dalam lembah kekelaman, tetapi sekalipun demikian Tuhan menjangkau kita dalam lembah kekelaman.

Yehezkiel 37:10
(37:10) Lalu aku bernubuat seperti diperintahkan-Nya kepadaku. Dan nafas hidup itu masuk di dalam mereka, sehingga mereka hidup kembali. Mereka menjejakkan kakinya, suatu tentara yang sangat besar.

Setelah mereka hidup, selanjutnya mereka menjejakkan kakinya. Kaki mereka seperti suatu tentara yang sangat besar, tentara Tuhan yang kuat dengan kaki berderak-derak, pantang menyerah. Tidak ada lagi putus asa, tidak ada lagi rasa kecewa dalam mengikuti Tuhan. Tidak ada lagi semangat hidup yang pudar, sudah lenyap, sehingga mereka menjejakkan kakinya, suatu tentara yang sangat besar, tentara Tuhan yang kuat, yang berderak-derak, pantang mundur, pantang menyerah, suatu tentara yang berkemenangan.
Demikian halnya Musa dan Elia, akhirnya mereka dihidupkan kembali.

Yehezkiel 37:7
(37:7) Lalu aku bernubuat seperti diperintahkan kepadaku; dan segera sesudah aku bernubuat, kedengaranlah suara, sungguh, suatu suara berderak-derak, dan tulang-tulang itu bertemu satu sama lain.

Dimulai dari suara yang berderak-derak, menunjukkan bahwa; tulang-tulang itu bertemu satu sama lain, tulang-tulang itu menyatu.

Kalau mayat dibiarkan, lama-lama daging akan membusuk dan lenyap. Kalau dagingnya habis, tidak ada lagi di situ urat-urat, maka ujung-ujungnya tinggal tulang-tulang kering dalam keadaan tercerai-berai dan terpisah. Tetapi setelah Yehezkiel bernubuat, menyatakan firman nabi -- walaupun sakit bagi daging --, terdengarlah suara berderak-derak, berarti tanda-tanda kehidupan sudah mulai terlihat, lalu tulang-tulang itu mulai menyatu satu dengan yang lain.
Biarlah tanda kehidupan itu ada; satu dengan yang lain menyatu, dimulai dari nikah (suami isteri) menyatu, lebih besar lagi di dalam penggembalaan menyatu. Itu tanda-tanda kehidupan. Kalau kita tidak menyatu, bagaikan tulang-tulang kering, tidak ada lagi keinginan untuk hidup, semangat hidup lenyap.

Pengharapan sudah lenyap, keinginan untuk hidup juga sudah lenyap, tetapi puji Tuhan, sore ini Tuhan datang melawat setiap kehidupan kita, firman nubuatan dinyatakan. Tulang-tulang menyatu, satu dengan yang lain menyatu, itu tanda kehidupan.  Tetapi itu baru tanda.

Yehezkiel 37:8-9
(37:8) Sedang aku mengamat-amatinya, lihat, urat-urat ada dan daging tumbuh padanya, kemudian kulit menutupinya, tetapi mereka belum bernafas. (37:9) Maka firman-Nya kepadaku: "Bernubuatlah kepada nafas hidup itu, bernubuatlah, hai anak manusia, dan katakanlah kepada nafas hidup itu: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Hai nafas hidup, datanglah dari keempat penjuru angin, dan berembuslah ke dalam orang-orang yang terbunuh ini, supaya mereka hidup kembali."

Setelah ada penyatuan, berhembuslah nafas hidup.
Sama seperti seonggok tanah liat di tangan penjunan; setelah dibentuk, mulai dari kepala sampai ujung kaki (segambar serupa), tetapi belum hidup. Oleh sebab itu, Allah menghembuskan nafas hidup, lalu manusia itu hidup.
Huruf itu mati -- seperti daging --, tetapi Roh itu hidup. Biarlah seantero bumi; Timur, Barat, Utara, Selatan, dipersekutukan oleh Roh Kudus; supaya hidup.

Jadi, bukan hanya tanda-tanda kehidupan, tetapi selanjutnya adalah kita hidup. Kalau kita sudah dihidupkan oleh Roh Tuhan, maka selanjutnya kita akan dibawa sampai kepada persekutuan seantero dunia ini.
Itulah sebabnya Tuhan memberi Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT) kepada sidang jemaat GPT “BETANIA” supaya hidup. Tetapi ada orang, bahkan saudara yang tua tidak setuju, tetapi tidak mengapa. Memang, setelah Yusuf menerima jubah itu, barulah mulai ada gejolak dari saudara-saudara tertua. Memang itu harus terjadi, kita harus terima.
Maka saudara juga harus tahu isi hati saya; kalau dari luar saya harus menerima tekanan, jangan lagi dari dalam. Tetapi kalau toh juga ada tekanan dari dalam, saya akan tetap melayani Tuhan. Tidak akan patah semangat saya, supaya hidup.

Yehezkiel 37:6
(37:6) Aku akan memberi urat-urat padamu dan menumbuhkan daging padamu, Aku akan menutupi kamu dengan kulit dan memberikan kamu nafas hidup, supaya kamu hidup kembali. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN."

Tanda kesatuan tubuh Kristus yang besar:
1.     Memberi urat-urat.
Urat-urat, jelas menunjuk; hamba-hamba Tuhan, sesuai Kolose 2:19. Kita membutuhkan urat-urat, kita butuh pelayanan dari hamba Tuhan.
Kalau satu saja urat putus, maka anggota tubuh ini stroke. Tuhan tidak ijinkan anggota tubuh ini stroke. Kita butuh urat-urat, kita butuh pelayanan dari hamba-hamba Tuhan. Itulah tanda kehidupan sesungguhnya; ada pelayanan dari hamba-hamba Tuhan di dalamnya.
2.     Menumbuhkan daging.
Daging tumbuh, berarti; ada pertumbuhan rohani yang sehat. Jangan sampai kita melayani, atau ada di tengah-tengah ibadah pelayanan, tetapi tidak bertumbuh. Tetapi kehidupan yang sesungguhnya; ada pertumbuhan rohani yang sehat. Tuhan menumbuhkan daging -- bukan bicara kedagingan -- itu merupakan pertumbuhan rohani yang sehat, arahnya kepada Dia, Kristus yang adalah kepala, tidak mengarah kepada perkara lahiriah, tidak mengarah kepada kenajisan (Babel).
3.     Ditutupi dengan kulit.
Barulah sempurna kehidupan itu oleh karena kasih dari Allah, dari sorga, yang menutupi segala-galanya. Sempurnalah anggota tubuh itu, itulah kehidupan yang sesungguhnya.

Kita kembali membaca Wahyu 11.
Wahyu 11:11
(11:11) Tiga setengah hari kemudian masuklah roh kehidupan dari Allah ke dalam mereka, sehingga mereka bangkit dan semua orang yang melihat mereka menjadi sangat takut.

Tiga setengah hari kemudian masuklah roh kehidupan dari Allah ke dalam mereka.
Puji Tuhan, ada hidup, tanda yang pertama adalah ada kesatuan. 
Selanjutnya tanda yang kedua adalah;
1.     Diberi urat-urat, menunjuk; pelayanan dari hamba Tuhan.
2.     Ada pertumbuhan rohani yang sehat mengarah kepada Dia, Kristus Kepala, tidak mengarah kepada perkara lahiriah apalagi kenajisan (tubuh Babel).
3.     Kasih Allah menutupi kita semua. Kita semua berada dalam naungan kasih Allah. Kita dipelihara oleh kasih Allah.
Itulah kehidupan yang sesungguhnya.

Kalau ada kehidupan, ada kesatuan dari tubuh Kristus yang sempurna, maka; setan takut, antikris takut, antek-anteknya takut.
Kalau Tuhan di pihak kita, siapa yang berani melawan kita?

Tuhan Yesus Kristus, Dialah Allah yang hidup sehingga kita hidup dan kasih-Nya sudah menutupi kekurangan-kekurangan kita semua, sehingga urat-urat -- pelayanan-pelayanan dari hamba Tuhan -- berfungsi, kemudian ada pertumbuhan rohani yang sehat.
Daging harus ditutupi dengan kulit, urat-urat juga harus ditutupi dengan kulit, sehingga hidup, semua hidup; setan takut, antikris takut, antek-anteknya takut, semua penduduk bumi menjadi takut. Kalau Tuhan di pihak kita, maka kita hidup. Amin. 





TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang