KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, February 28, 2020

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 25 FEBRUARI 2020



IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 25 FEBRUARI 2020


KITAB KOLOSE
(Seri: 85)

Subtema: KETEKUNAN SUPAYA BERSATU
               (YANG TERUTAMA IALAH KASIH)

Shalom.
Selamat malam. Salam sejahtera bagi kita sekaliannya.
Tidak lupa saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan, karena Tuhan Yesus baik dan kasih-Nya kekal sampai selama-lamanya. Kemurahan-Nya dinyatakan sehingga Tuhan menghimpunkan kita sehingga kita boleh datang menghadap takhta kasih karunia lewat Ibadah Doa Penyembahan, dan kita akan tersungkur di kaki salib Tuhan, dan biarlah kiranya firman itu membawa kita rendah di bawah kaki salib Tuhan.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, mari kita berdoa, kita mohonkan kemurahan Tuhan, supaya kiranya Tuhan bukakan firman-Nya bagi kita sekaliannya.

Mari kita sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di KOLOSE.
Kolose 3:14
(3:14) Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

Yang terutama dari semuanya itu ialah kasih.

Jadi, setelah kita mendapat kemurahan lewat pembukaan firman dari ayat 12-13, selanjutnya Rasul Paulus berkata kepada jemaat di Kolose: Yang terutama dari semuanya itu ialah kasih.
Mengapa demikian? Sebab kasih berfungsi sebagai tali atau pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

Berkaitan dengan itu, kita akan memperhatikan Yohanes 17.
Yohanes 17:20-22
(17:20) Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; (17:21) supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. (17:22) Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu:

Doa dan kerinduan Yesus, Anak Allah, yang terbesar adalah supaya gereja Tuhan menjadi satu, sama seperti Bapa dan Anak adalah satu.

Yohanes 17:23
(17:23) Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.

Perlu untuk diketahui: Gereja Tuhan akan sempurna, kalau gereja Tuhan sudah bersatu.
Kesatuan itu;
-       Dimulai dari dalam nikah rumah tangga.
-       Semakin bertambah besar; di dalam penggembalaan.
-       Makin berkembang lagi; antar penggembalaan.
-       Makin berkembang lagi; antar denominasi gereja.
-       Sampai pada akhirnya nanti; bangsa Israel bersatu dengan bangsa kafir.
Sama dengan; sempurna.
Sempurna, berarti; tidak ada kekurangan suatu apa pun, tidak ada lagi gap (jarak) antara seorang dengan yang lain, tidak terlihat lagi kelemahan-kelemahan sehingga ada penyatuan, sama dengan; sempurna.

Efesus 2:13
(2:13) Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus.

“… Yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus.” Artinya, kafir dan Israel sudah menjadi satu oleh karena kasih Allah.
Singkatnya, kasih Allah berfungsi sebagai tali atau pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan gereja Tuhan supaya kita semua menjadi sempurna.

Efesus 2:14-15
(2:14) Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, (2:15) sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera,

Berarti dengan demikian, Kristus telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan.
Perseteruan, menunjuk; hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya.
Perlu untuk diketahui: Masalah tidak akan pernah selesai selama seseorang berada (hidup) di bawah hukum Taurat, bahkan masalah akan bertambah besar dan semakin meruncing jika hidup seseorang masih berada di bawah hukum Taurat.
Akibatnya; semakin terlihatlah perbedaan sehingga antara yang satu dengan yang lain tidak memiliki titik temu, yaitu penyatuan, dengan lain kata; gereja tidak bersatu.

Jadi, perseteruan itu menunjuk kepada hukum Taurat, itulah tembok pemisah sehingga kita tidak memiliki titik temu -- yaitu penyatuan -- dan akhirnya gereja Tuhan tidak bersatu.
Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat.” Memang, tidak seorang pun dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat. Justru oleh hukum Taurat itulah orang mengenal dosa, sesuai dengan Roma 3:20.
Jadi, hukum Taurat itu menjadi pemicu terjadinya perselisihan. Hukum Taurat itu adalah tembok pemisah yang menimbulkan perseteruan.

Roma 13:8,10
(13:8) Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapa pun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. (13:10) Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.

“… Kasih adalah kegenapan hukum Taurat.” Berarti, penggenapan dari hukum Taurat adalah kasih, sehingga barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat.

Kalau seseorang hidup di bawah hukum Taurat, banyak kurang-kurangnya, banyak kelemahan terdapat di sana, menimbulkan perseteruan sehingga menjadi tembok pemisah, sehingga tidak ada titik temu antara yang satu dengan yang lain.
Tetapi di sini dikatakan: “Kasih adalah kegenapan hukum Taurat”, sehingga barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat.
Sebab itu, biarlah kiranya hendaklah kita saling mengasihi sesama manusia, tidak saling menyakiti baik lahir maupun batin.

Sebagai bukti bahwa “Barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat.
Roma 8:3
(8:3) Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,

Hukum Taurat itu tidak menyelamatkan, sebab hukum Taurat tidak berdaya oleh daging, dengan lain kata; hukum Taurat itu lemah oleh karena keinginan-keinginan daging yang jahat. Hukum Taurat lemah oleh daging, yaitu; keinginan-keinginannya yang jahat itu.
Oleh sebab itu, Yesus Kristus rela mati di atas kayu salib. Tujuannya; supaya tuntutan hukum Taurat itu digenapi dalam kita.
Siapa yang mengasihi sesamanya, ia telah memenuhi hukum Taurat, sebagaimana Yesus, Anak Allah, rela mati di atas kayu salib dengan satu tujuan; supaya tuntutan hukum Taurat itu digenapi dalam kita.
Jadi, barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat.

Yesus datang ke dunia ini untuk menggenapi hukum Taurat, sehingga satu “iota” dan satu “titik” mendapat pertolongan dan mendapat kemurahan, sesuai dengan Matius 5:17-18.
-       Satu iota, menunjuk; orang yang rendah hati karena salib Kristus.
-       Satu titik, menunjuk; orang yang mau menjadi kecil dan hina karena salib Kristus.
Memang, kita harus mau menjadi bodoh karena salib. Kita mau menjadi bodoh di hadapan Tuhan karena salib, tetapi ingat;
-       Satu iota -- orang yang rendah hati --, namun oleh karena salib, ia tertolong oleh karena kemurahan Tuhan (kasih Kristus).
-       Satu titik, berarti; mau menjadi kecil saat mendengar firman dan hina karena salib Kristus.
Jadi, kalau kita bodoh di hadapan Tuhan, itu karena salib. Jangan kita bermegah di hadapan Tuhan.

Maka jelas sekali bahwa; barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat, sehingga satu iota -- orang yang rendah hati karena salib -- tertolong oleh karena kemurahan Tuhan dan satu titik -- orang mau menjadi kecil dan hina -- tertolong oleh karena kasih Allah, itulah salib Kristus.

Siapa yang mau tertolong? Siapa yang mau diselamatkan oleh kasih Allah? Ayo, belajar rendah hati, mau menjadi kecil dan hina, serta menjadi bodoh di hadapan Allah, karena salib.
Rupanya, gereja Tuhan harus bersatu di hari-hari terakhir ini. Hukum Taurat tidak menyelamatkan, hukum Taurat tidak membawa kita kepada satu titik temu (penyatuan).

Sebab itu, lanjut kita memperhatikan 1 Korintus 15:56-57.
1 Korintus 15:56-57
(15:56) Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. (15:57) Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.

Kuasa dosa ialah hukum Taurat. Berarti, setiap orang yang masih hidup di bawah hukum Taurat, menunjukkan bahwa; dosa masih berkuasa atas dia. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh darah salib Kristus.
Pendeknya, kasih Allah memberikan kepada kita kemenangan. Tandanya; lepas dari kuasa dosa, yakni hukum Taurat.

Hukum Taurat adalah tembok pemisah, karena hukum Taurat adalah pemicu terjadinya perseteruan, sehingga antara yang satu dan yang lain tidak bersatu. Tetapi kita bersyukur, Allah telah memberikan kemenangan kepada kita, kasih Allah telah memberikan kemenangan kepada kita, sehingga tidak ada lagi perseteruan, maka tentu tidak terlihat lagi perbedaan-perbedaan.
Pendeknya; oleh karena kasih Allah, kita semua menjadi satu.

Jadi betul, tidak perlu ragu, bahwa; kasih Allahlah yang membawa gereja Tuhan bersatu. Tidak ada yang bisa mempersatukan gereja Tuhan selain kasih Allah yang heran dan besar. Pemikiran, logika, pengertian, harta, kekayaan, kemampuan manusia daging tidak bisa mempersatukan gereja Tuhan. Hanya kasih Allah yang mempersatukan gereja Tuhan. Hendaklah kita menjadi rendah hati supaya kita semua betul-betul saling mengasihi, supaya gereja Tuhan bersatu di hari-hari terakhir ini, sebab itulah doa dan kerinduan yang terbesar dari Yesus, Anak Allah, Tuhan kita.
Jangan coba-coba mengambil jalan masing-masing. Wujudkanlah doa dan kerinduan Tuhan yang terbesar ini, sebab kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi.

Ingat; kalau tidak bersatu, maka tidak sempurna. Manakala kita sukar sekali dipersatukan karena adanya penonjolan diri, karena masih mempertahankan harga diri, mungkin masih keras hati, bertahan dengan kebodohan, bertahan dengan kelemahan, sampai kapan pun tidak akan sempurna, tetapi kalau kita sudah bersatu oleh karena kasih Allah, maka kita sempurna.
Tolonglah simak firman ini dengan baik. Berlaku bijaksanalah di hadapan Tuhan supaya kita bersatu. Jangan inginkan sesuatu yang kurang-kurang, menimbulkan perselisihan/perseteruan itulah hukum Taurat.

Praktek bersatu.
1 Korintus 15:58
(15:58) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.

Perhatikanlah kalimat: “Berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan!
Kalimat ini dibagi dalam tiga bagian:
1.     “Berdirilah teguh”, artinya; kita menjadi teguh kalau berdiri di atas korban Kristus. Jika dikaitkan dengan pola Tabernakel, berdirilah teguh terkena pada MEZBAH KORBAN BAKARAN, menunjuk; pertobatan.
Kalau dikaitkan dengan anatomi manusia, Mezbah Korban Bakaran ini ada di antara mata kaki dan lutut manusia, itulah yang disebut dengan TUNGKAI BAWAH.
2.     “Jangan goyah.” Jika dikaitkan dengan pola Tabernakel, terkena pada KOLAM PEMBASUHAN TEMBAGA, menunjuk; baptisan air. Baptisan air, artinya; satu di dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Berarti, oleh karena pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, kita tidak goyah, tidak dapat dipengaruhi oleh apa pun.
Kalau sudah mati, seseorang tidak bisa dipengaruhi oleh apa pun, tidak bisa dipengaruhi oleh hal-hal yang tak suci, tidak bisa dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh si jahat, tidak bisa dipengaruhi oleh dosa kenajisan, tidak bisa dipengaruhi oleh daging dan hawa nafsunya yang jahat, tidak bisa dipengaruhi oleh dunia dan arusnya yang menghanyutkan = tidak goyah. Itulah pengalaman kematian dan kebangkitan.
Kalau dikaitkan dengan anatomi manusia, Kolam Pembasuhan Tembaga berada di antara lutut dengan pangkal paha, sama dengan; TUNGKAI ATAS.
3.     “Giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan!” Jika dikaitkan dengan pola Tabernakel, terkena pada PINTU KEMAH, artinya; dipenuhkan dengan Roh Kudus. Pendeknya, pintu kemah adalah kegiatan Roh, yaitu pelayanan pekerjaan Tuhan.
Kalau dikaitkan dengan anatomi manusia, Pintu Kemah terkena pada PINTU RAHIM.
Hasilnya: Membawa kita masuk dalam persekutuan yang indah dengan Tuhan.
Jadi, persekutuan kita yang indah dengan Tuhan ditopang oleh tungkai bawah -- itulah korban Kristus, dasar kita untuk berdiri teguh -- dan ditopang oleh tungkai atas -- itulah baptisan air; satu dalam kematian dan kebangkitan Yesus, maka kita tidak goyah, tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang tidak suci, tidak baik dan tidak benar --, untuk selanjutnya giat selalu dalam pekerjaan Tuhan -- berada dalam kegiatan Roh --.

Ibrani 10:22-25
(10:22) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. (10:23) Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. (10:24) Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. (10:25) Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Jangan menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita. Mengapa demikian? Sebab ibadah adalah suatu wadah yang telah disiapkan bagi kita untuk masuk dalam persekutuan yang indah dengan Tuhan.
Jangan jauh dari setiap pertemuan-pertemuan ibadah kita mengingat hari-hari ini adalah hari-hari terakhir, kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi.

Perhatikan tanda-tanda zaman yang sekarang ini; banjir melanda dunia, longsor melanda dunia, gunung meletus, terjadi gempa bumi, puting beliung dan lain sebagainya. Kalau saudara memperhatikan itu semua dengan seksama, maka sudah seharusnya kita ibadah setiap hari -- kalau bisa, menurut saya itu perlu untuk kita lakukan --, kita terus berada di atas gunung Sion. Tidak perlu kita berpikir: Bagaimana cara kita membangun rumah di atas gunung yang tinggi supaya kita bebas dari banjir yang menghanyutkan, yang menggeser pulau-pulau dan gunung-gunung ini? Tidak perlu kita berpikir demikian. Yang terpenting adalah kita berada di gunung Sion, jangan jauh dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, karena itu merupakan suatu wadah yang diberikan oleh Tuhan untuk kita boleh berada dan masuk dalam persekutuan yang indah dengan Tuhan.
Manfaatkanlah kemurahan Tuhan yang tidak dapat kita temukan di luaran sana, di luar Tuhan kita tidak bisa berbuat apa-apa. Itulah alasan saya mengatakan: Marilah kita semakin rendah hati. Tidak ada artinya sombong, angkuh, keras hati, bermegah, bertahan dengan keras hati, tidak rendah hati, supaya kita semua bisa menjadi penopang. Tetapi tidak akan ada yang bisa menjadi penopang kalau ia masih ingin bermegah, ingin menonjolkan diri, sebab di dalam Tuhan tidak seperti itu. Siapa pun bisa dipakai kalau menyerah. Biarlah kita menjadi bodoh di hadapan Tuhan karena salib, itu yang dipakai Tuhan.

Di sini kita dapat menemukan tiga kata:
1.     Imanayat 22.
Iman, menunjuk; ketekunan dalam ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci = persekutuan dengan FIRMAN ALLAH dan korban penebusan dari Anak Allah.
2.     Pengharapanayat 23.
Pengharapan, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah (Kebaktian) Minggu disertai kesaksian = persekutuan dengan ROH ALLAH.
3.     Kasihayat 24.
Kasih, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan = persekutuan dengan KASIH ALLAH.

Ibrani 10:26-27
(10:26) Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. (10:27) Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka.

Tanpa persekutuan dengan tabiat dari Allah Trinitas, lewat ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, maka darah Yesus tidak berlaku atas dia, darah Yesus tidak akan mengampuni dosa dia. Tetapi sebaliknya, kematian yang kedua akan berlaku, yaitu di dalam api neraka yang menghanguskan dia selama-lamanya.
Darah Yesus tidak berlaku untuk menghapuskan dosa orang yang tidak menghargai tiga macam ibadah pokok, karena ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, itu diberikan kepada kita sebagai wadah supaya membawa kita masuk dalam persekutuan yang indah dengan tiga tabiat dari Allah Trinitas.

Kabar Mempelai inilah yang membuat kita bahagia karena kabar ini memberi suatu pengertian yang baik, memberi suatu pengertian yang indah, sehingga kita boleh menjadi yakin di dalam hal mengikuti Tuhan, tidak ragu lagi di dalam hal mengikuti Tuhan.
Berdoa saja, supaya kiranya Tuhan terus memberkati kita lewat Kabar Mempelai, kabar yang besar ini untuk membawa kita masuk di dalam pembangunan tubuh Kristus yang sempurna. Kalau kita satu, kita sempurna. Jangan ada tembok pemisah karena sesuatu yang tidak suci. Jangan terlihat lagi kekurangan kelemahan.
Bukankah kita bersyukur malam hari ini karena memperoleh pengetahuan yang benar lewat Kabar Mempelai, terkhusus tentang tiga macam ibadah pokok sebagai wadah untuk membawa kita masuk dalam persekutuan yang indah dengan Tuhan? Di luar Tuhan, kita tidak bisa berbuat apa-apa.

Ibrani 10:29
(10:29) Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?

Tanpa persekutuan dengan tabiat dari Allah Trinitas, sama dengan:
1.     Menginjak-injak Anak Allah.
2.     Menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya.
3.     Menghina Roh kasih karunia.

Ibrani 10:30-32
(10:30) Sebab kita mengenal Dia yang berkata: "Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan." Dan lagi: "Tuhan akan menghakimi umat-Nya." (10:31) Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup. (10:32) Ingatlah akan masa yang lalu. Sesudah kamu menerima terang, kamu banyak menderita oleh karena kamu bertahan dalam perjuangan yang berat,

Pembalasan adalah hak-Nya Tuhan. Tuhanlah yang akan menuntut pembalasan, Tuhan akan menghakimi umat-Nya. Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup, sebab itu, belajar untuk menghargai kebaikan dan kemurahan Tuhan.
Tuhan sudah memberikan kepada kita; ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, dan itu merupakan suatu wadah untuk membawa kita masuk dalam persekutuan yang indah dengan Tuhan. Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup, perhatikanlah hal itu.

Ibrani 10:35-36
(10:35) Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. (10:36) Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.

Kita memerlukan ketekunan, sebab ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, merupakan wadah untuk kita masuk dalam persekutuan yang indah dengan Tuhan. Lalu di sini dikatakan: “Supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.”
Jadi benar-benar, pengharapan itu merupakan sauh yang kuat dan yang aman bagi jiwa kita, karena sauh yang kuat ini akan melabuhkan kita sampai ke belakang tabir. Itulah janji Allah; menjadi mempelai Tuhan, gereja Tuhan yang sempurna, berarti; tidak bercacat.

Ibrani 10:37-39
(10:37) "Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatangan-Nya. (10:38) Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya." (10:39) Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup.

Oleh sebab itu, biarlah kita tekun dalam tiga macam ibadah pokok, berada dalam persekutuan yang indah dengan tiga tabiat dari Allah Trinitas.
Sebab apabila dia mengundurkan diri, maka Tuhan tidak berkenan lagi kepadanya. Ditambah lagi waktu yang tersisa ini tinggal sedikit, dan Dia yang akan datang sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatangan-Nya. Kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi, jangan sibuk dengan segala perkara yang ada di atas muka bumi ini.

Kalau saudara sibuk dengan segala perkara yang ada di atas muka bumi ini, tanpa persiapan yang matang dalam melayani pekerjaan Tuhan, lalu tiba-tiba melayani, itu merupakan penonjolan diri, itu merupakan mencari puji-pujian dari manusia. Seharusnya adalah kita melayani Tuhan dengan rendah hati, mempersiapkan diri dengan matang, baik dalam penyembahan dan harus menguasai materi. Jangan menganggap najis darah perjanjian. Jangan menghina Roh kasih karunia.
Barangsiapa mengundurkan diri dari tiga macam ibadah pokok dan mengundurkan diri dari pelayanan di tengah-tengah tiga macam ibadah pokok, Tuhan tidak berkenan kepada dia. Jadi, parah sekali, sementara kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi.

Siapa yang mau bertahan dalam persekutuan yang indah dengan Tuhan? Bertahanlah. Kalau mundur, maka darah Yesus tidak berlaku untuk mengampuni dosa mereka. Oleh sebab itu, Allah berkata: “Apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.” Camkanlah itu.

Kisah Para Rasul 2:42
(2:42) Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.

Cara hidup jemaat mula-mula adalah mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, yakni:
1.     Tekun dalam persekutuan, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian = persekutuan dengan Roh Allah.
2.     Tekun dalam memecahkan roti, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci = persekutuan dengan Firman Allah.
3.     Tekun dalam berdoa, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan = persekutuan dengan kasih Allah yang sempurna.

Kisah Para Rasul 2:44
(2:44) Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,

Lewat ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, orang-orang percaya tetap bersatu.
Jadi, jelas sekali bahwa; ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, itu merupakan wadah yang efektif dan efisien untuk kita berada di dalam persekutuan yang indah dengan tiga tabiat dari Allah Trinitas. Lewat ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, kita bersatu.

Kemudian, tanda kesatuan itu ialah “Segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama.” Inilah yang sedang kita terapkan bersama-sama. Apa yang kita miliki adalah milik bersama.
Contohnya: Kalau si A punya motor, si B tidak punya motor, lalu yang tidak punya motor sedang membutuhkan kendaraan, maka yang memiliki motor (kendaraan) beri kesempatan untuk digunakan, untuk kepentingan bersama. Itu tanda kesatuan.

Kisah Para Rasul 2:45-46
(2:45) dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. (2:46) Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,

Dengan bertekun dan dengan sehati, mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Kemudian mereka memecahkan roti di rumah masing-masing. Biarlah kita memecahkan roti, membagi-bagi kebenaran kepada orang lain.

Kisah Para Rasul 2:47
(2:47) sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.

Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan”, menunjuk; pesta nikah Anak Domba, persekutuan yang begitu besar dan sempurna.

Kita memang memerlukan ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok karena itu merupakan wadah yang Tuhan berikan kepada kita untuk masuk dalam persekutuan yang indah dan baik dengan Tuhan.
Sekali lagi saya sampaikan: Yang terutama dari semuanya itu adalah kasih. Mengapa demikian? Sebab kasih berfungsi sebagai tali atau pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Kalau gereja Tuhan bersatu, maka gereja Tuhan menjadi sempurna.
Jangan ada lagi perseteruan, yaitu tembok pemisah, itulah hukum Taurat. Setiap orang yang berada di bawah hukum Taurat, dosa berkuasa atas dia, itu adalah kekurangan kelemahan yang memicu perseteruan, sehingga tidak ada titik temu, tidak ada persatuan.
Jadi, yang terutama adalah kasih, bukan yang lain-lain.

Kita berdoa, kita tersungkur di kaki salib, kita dambakan kasih-Nya supaya menguasai setiap kehidupan kita masing-masing, supaya gereja Tuhan bersatu. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

Wednesday, February 26, 2020

IBADAH RAYA MINGGU, 23 FEBRUARI 2020



IBADAH RAYA MINGGU, 23 FEBRUARI 2020

WAHYU PASAL 11
(Seri: 25)

Subtema: BUAH DUDAIM BERBAU HARUM

Shalom. 
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan; oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita dihimpunkan untuk berada di rumah Tuhan, yaitu mengusahakan Ibadah Raya Minggu yang disertai dengan kesaksian. 
Dan saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, bahkan hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet, Youtube, Facebook di mana pun anda berada. 
Selanjutnya, mari kita berdoa, kita mohon kemurahan Tuhan, kiranya Tuhan bukakan firman-Nya bagi kita sore malam hari ini supaya keadaan kita, mulai dari hidup, ibadah, nikah dan rumah tangga, segala sesuatu dipulihkan oleh Tuhan, berkat berkelimpahan menjadi bagian kehidupan kita masing-masing. Dan biarlah kiranya ibadah ini menjadi korban persembahan yang berbau harum, berarti menyenangkan hati Tuhan, bagaikan apa yang sudah dipersembahkan oleh Maria, yaitu mempersembahkan setengah kati minyak narwastu murni seharga tiga ratus dinar -- sama dengan upah setahun di Israel --.

Mari, segera kita sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari WAHYU PASAL 11, secara khusus kita akan memperhatikan Wahyu 11:13-14. Barangkali ini merupakan ayat-ayat terakhir untuk kita nikmati dari WAHYU PASAL 11 dengan perikop “Dua saksi Allah.

Wahyu 11:13-14
(11:13) Pada saat itu terjadilah gempa bumi yang dahsyat dan sepersepuluh bagian dari kota itu rubuh, dan tujuh ribu orang mati oleh gempa bumi itu dan orang-orang lain sangat ketakutan, lalu memuliakan Allah yang di sorga. (11:14) Celaka yang kedua sudah lewat: lihatlah, celaka yang ketiga segera menyusul.

Setelah Musa dan Elia naik ke langit (ayat 12); “Terjadilah gempa bumi yang dahsyat”, di mana suara Allah diperdengarkan sampai menggema, sampai mengguncang bumi ini, dengan lain kata; firman Allah yang disampaikan itu kelak akan mengguncang bumi ini.

Akibatnya:
1. Sepersepuluh bagian dari kota itu rubuh, maka tidak mungkin dibangun kembali. Jadi, apa yang sudah rubuh, tidak mungkin dibangun kembali -- demikian juga dengan kejatuhan anak-anak Tuhan, tidak mungkin dibangkitkan kembali -- sebab kesaksian dari Musa dan Elia sudah berakhir untuk menolong gereja yang terakhir.
2. Tujuh ribu orang mati oleh gempa bumi itu
Pada dua minggu lalu berturut-turut, hal ini telah disampaikan dengan baik. Kiranya itu menjadi suatu berkat yang besar bagi kita semua, di mana kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi. 

Oleh karena peristiwa yang dahsyat itu, orang-orang lain sangat ketakutan, lalu memuliakan Allah yang bertakhta di dalam Kerajaan Sorga. “Orang-orang lain” ini menunjuk bangsa kafir, persis seperti kepala pasukan; setelah melihat goncangan yang terjadi, ia ketakutan dan memuliakan Tuhan. 
Kiranya sore ini hati kita digoncang setiap kali kita mendengarkan firman Allah yang disampaikan, sehingga kita turut memuliakan Tuhan sebagai bangsa kafir. 

Tadi kita sudah perhatikan: Sepersepuluh bagian dari kota itu rubuh dan tujuh ribu orang mati oleh gempa bumi itu, tetapi karena kita sudah diguncang firman Tuhan, maka kehidupan kita ini menjadi suatu kehidupan yang takut akan Tuhan, dan akhirnya turut memuliakan Tuhan.
Biarlah tanda itu ada di dalam diri kita, yaitu:
1. Mengembalikan seluruh milik-Nya Tuhan, yaitu sepersepuluh.
2. Taat kepada kehendak Allah, tidak mengeraskan hati, sehingga kita dibawa sampai kepada hari ketujuh, yaitu hari perhentian dan yang sempurna.

Dengan demikian, celaka yang kedua sudah lewat, lalu celaka yang ketiga segera menyusul -- itu akan terdapat di dalam Wahyu 16:18 --. Pendeknya, gempa bumi yang dahsyat itu akan terjadi sebanyak tiga kali sebagai penghukuman dari Allah Trinitas -- tiga kali tujuh penghukuman dari Allah Trinitas --:
- Yang Pertama, Wahyu 6:12, itu merupakan penghukuman dari Allah Roh Kudus, itulah TUJUH METERAI.
- Yang Kedua, Wahyu 11:13, itu merupakan penghukuman dari Allah Anak, yaitu karena tidak menghargai pembukaan firman Allah, itulah TUJUH SANGKAKALA. 
- Yang Ketiga, Wahyu 16, sebagai penghukuman dari Allah Bapa, yaitu orang-orang yang tidak menghargai kasih dari Allah Bapa, itulah KETUJUH CAWAN MURKA ALLAH.
Itulah tiga kali tujuh penghukuman yang akan terjadi menimpa bumi ini. Kiranya dapat dipahami dengan baik.
Jadi, selagi masih ada waktu, mari kita menghargai tiga tabiat dari Allah Trinitas tersebut, yaitu:
1. FIRMAN ALLAH.
2. ROH ALLAH.
3. KASIH ALLAH. 
Itu merupakan tiga tabiat dari Allah Trinitas supaya lepas dari tiga kali tujuh (3x7) penghukuman dari Allah Trinitas:
1. Lepas dari penghukuman tujuh meterai.
2. Lepas dari penghukuman tujuh sangkakala.
3. Lepas dari penghukuman tujuh cawan murka Allah yang akan ditumpahkan.
Sebab itu, sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Manfaatkanlah waktu yang ada ini, mengingat kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi, berarti waktu yang tersisa tinggal sedikit. Jangan sampai waktu yang tersisa ini kita gunakan untuk memburu daging. Latihlah dirimu beribadah, sebab latihan badani terbatas. 
Saya harus menyampaikan hal ini supaya kita menjadi kehidupan yang takut akan Tuhan.

2 Petrus 3:9
(3:9) Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.

Perikop ayat ini adalah “Hari Tuhan” (hari kedatangan Tuhan), saya tambahkan: “tidak lama lagi”. Kalau kita lihat dan kita kaitkan keadaan dunia yang sekarang dengan apa yang tertulis dalam Alkitab, tanda-tanda yang terjadi menunjukkan bahwa kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi, sudah sangat jelas. 
Tadi saya bercerita dalam perjalanan menuju gereja: Biar banyak perusahaan diberikan kepada saya, dengan syarat saya harus meninggalkan ibadah, saya akan tolak. Tetapi kalau saya diberkati di tengah ibadah dan pelayanan, dan saya terus melayani, berkat Tuhan itu akan saya terima. Sebab, untuk apa seseorang memperoleh seisi dunia kalau dia harus kehilangan nyawanya? Hari Tuhan atau kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi, kalau kita lihat tanda dunia ini dikaitkan dengan apa yang tertulis dalam kitab suci dan apa yang sudah dinubuatkan oleh para nabi tentang kedatangan Tuhan.  

Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian” Hal ini dituliskan karena pada ayat sebelumnya ada orang yang mengejek dan berkata: "Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan." Mereka berkata bahwa Tuhan tidak akan datang, keadaan dunia sama saja, sampai nenek moyang sudah mati pun keadaan dunia sama saja, tetapi pernyataan mereka itu dijawab dengan baik oleh hamba-Nya, itulah Rasul Petrus: “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya” Sekalipun ada orang yang mengejek, yang menganggap Tuhan lalai dalam menepati janji-Nya, tetapi yang sebenarnya Tuhan sabar kepada kita, sabar menantikan keubahan kita, supaya kita berbalik kepada Dia.
Mengapa Tuhan sabar terhadap kita? Supaya jangan ada yang binasa, supaya semua orang berbalik dan segera bertobat dari jalannya. Itulah yang Tuhan kehendaki.

2 Petrus 3:10-12
(3:10) Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap

Tetapi yang pasti harus kita ketahui: Hari Tuhan, kedatangan Tuhan persis seperti pencuri di malam hari, berarti datang mendadak (tiba-tiba), tidak ada yang tahu. 
Tidak ada pencuri yang memberi tahu rencananya untuk mencuri di malam hari kepada tuan rumah, tidak ada. Itu sebabnya, kedatangan Tuhan (hari Tuhan) persis seperti pencuri di malam hari, berarti kedatangan-Nya tiba-tiba, mendadak, tidak ada yang tahu.

Lihat, tanda-tanda kedatangan Tuhan: Hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh, kemudian unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, bumi dan segala yang ada di atasnya suatu kali nanti akan hilang lenyap, tidak ada sesuatu yang bertahan dari yang ada ini, suatu kali nanti akan lenyap.

2 Petrus 3:11
(3:11) Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup 

Kalau memang yang ada ini nanti akan lenyap, maka betapa suci dan salehnya kita harus hidup di hadapan Tuhan, tidak boleh bermain-main. Kalau beribadah, beribadahlah sungguh-sungguh. Kalau melayani Tuhan, layani Tuhan sungguh-sungguh. Kalau ikut Tuhan, ikutilah jejak-Nya dengan sungguh-sungguh, dengan lain kata; jangan menyimpang ke kiri dan ke kanan.
Bukankah dengan jelas Tuhan memberitahukan hal ini semua, di mana kedatangan-Nya yang dikaitkan dengan tanda-tanda, kurang apa baiknya Tuhan? Jadi, kalau ada manusia yang tidak selamat, Tuhan tidak bisa dipersalahkan. 

2 Petrus 3:12
(3:12) yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya.

Jadi, orang-orang yang menantikan kedatangan Tuhan kembali pada kali yang kedua sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga harus hidup dalam kesucian, harus hidup dalam kesalehan.

2 Petrus 3:13
(3:13) Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.

Tetapi yang pasti kita harus ketahui, bahwa; Tuhan akan menepati janji-Nya, yatiu tentang langit yang baru dan bumi yang baru, itulah Yerusalem yang baru, itulah mempelai Tuhan.
Jadi, janji Tuhan adalah supaya kehidupan kita semua menjadi mempelai Tuhan. 

Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa pergumulan tidak ada. Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa gelombang-gelombang dan ombak laut tidak ada. Namun Tuhan menjanjikan langit yang baru, bumi yang baru, Yerusalem yang baru, itulah janji Tuhan, supaya kita semua kelak menjadi mempelai Tuhan. 
Jadi, kalau ada riak-riak dalam kehidupan ini, dan kalaupun kita harus menghadapi gelombang lautan, yang memang itu harus terjadi. Tuhan tidak pernah berjanji hal-hal itu tidak ada, pasti ada, tetapi janji Tuhan pasti ditepati mengenai langit yang baru, bumi yang baru, Yerusalem yang baru, mempelai Tuhan. Mempelai Tuhan ada di hati Tuhan. 

Selanjutnya, kita sekarang menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana di dalamnya terdapat kebenaran
Di dalam langit yang pertama, bumi yang pertama banyak kekacauan, oleh sebab itu, harus diganti dengan langit yang baru dan bumi yang baru, di dalamnya terdapat kebenaran. Itulah yang harus kita cari saat ini, yaitu kebenaran yang terdapat di dalam Kerajaan Sorga. Sebab itu, biarlah kiranya kehidupan kita ini mengalir, sesuai dengan aliran-aliran sungai air kehidupan, sesuai dengan tuntunan firman dalam urapan Roh Kudus, ke mana pun kita dibawa. Jangan paksakan kehendak sendiri. 

Tadi kita sudah memperhatikan: Kita harus mencari kebenaran yang terdapat dalam Kerajaan Sorga. Sebab itu, saat menantikan Tuhan, ikuti arusnya firman Tuhan. Jangan paksakan kehendak sendiri. Masa depan ada di dalam dua tangan Tuhan, umur panjang di tangan kanan, kekayaan di tangan kiri. 

Matius 6:31-32
(6:31) Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai (6:32) Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.

Yang dicari oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah ialah soal apa yang akan dimakan, diminum, dan dipakai. 
Tetapi saat ini kita ada di dalam di rumah Tuhan, dihimpunkan lewat Ibadah Raya Minggu, dan kita mendengar aliran-aliran sungai air kehidupan mengalir untuk mengisi kekosongan di hati ini. Mari kita penuhkan hati kita dengan firman Allah. 

Pendeknya: Bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, orang-orang yang di luar Tuhan, berada dalam kekuatiran penuh; kuatir soal tidak makan, kuatir soal tidak minum, kuatir soal tidak memiliki apa yang akan dipakai. 

Matius 6:33
(6:33) Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. 

Tetapi yang benar adalah carilah dahulu Kerajaan Allah, sebab di dalamnya terdapat kebenaran yang hakiki, kebenaran yang sejati.  
Kalau kita mencari kebenaran yang berasal dari sorga, maka semuanya akan ditambahkan; soal makanan, minuman dan soal apa saja yang akan kita pakai (gunakan), semuanya akan ditambahkan. Termasuk pemuda pemudi yang sedang menantikan pasangan hidup; cari dahulu Kerajaan Sorga, dan kebenaran yang sejati di dalamnya, maka semuanya akan ditambahkan. 
Sebab itu, di atas tadi telah saya sampaikan: Nantikanlah aliran-aliran sungai air kehidupan mengalir memenuhi hati kita, dan ikuti arusnya. Biarlah kita melangkah sesuai dengan langkah-langkah firman. Biarlah kita melangkah sesuai ketetapan firman, maka nanti firman akan menyediakan segala sesuatu.

Matius 6:33
 (6:34) Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."

Oleh sebab itu, jangan kita kuatir tentang hari esok, -- alasan saya mengatakan itu adalah -- karena hari esok mempunyai kesusahannya sendiri. Jadi, yang perlu kita ketahui adalah kesusahan sehari cukup untuk sehari. Apa yang bisa kita tanggung hari ini, tanggung saja hari ini, tidak usah kuatir, tidak usah cemas, tidak usah takut tentang hari esok. 
Jangan kita memikirkan kesusahan di hari besok -- hari Senin, hari Selasa, hari Rabu --, bahkan kesusahan hari-hari yang akan datang, itu tidak sanggup untuk kita pahami, terlalu berat untuk kita pikul di pundak kita masing-masing. Yang benar adalah: Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari, karena hari esok mempunyai kesusahannya sendiri.

SEKARANG KITA AKAN MELIHAT, PRAKTEK MENCARI KERAJAAN SORGA DAN KEBENARAN YANG SEJATI TERDAPAT DI DALAMNYA.  PERHATIKANLAH PRAKTEK MENCARI KEBENARAN YANG HAKIKI INI, SEMOGA KITA DIBERKATI, SEHINGGA IBADAH, PELAYANAN, HUBUNGAN KITA DENGAN TUHAN DIPULIHKAN OLEH TUHAN, KITA DIBERKATI DAN KITA BAHAGIA SAMPAI KEDATANGAN TUHAN PADA KALI YANG KEDUA.

Matius 6:25
(6:25) "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?

Karena itu Aku berkata kepadamu”, kepada saya, kepada saudara, kepada kita semua yang hadir sore ini secara khusus, dan tidak terkecuali kepada para pemirsa yang sedang mengikuti pemberitaan firman melalui live streaming di sore ini.
Tuhan berkata kepada kita: Janganlah kuatir akan hidupmu. Janganlah kuatir pula akan tubuhmu. 
- Hidup kaitannya dengan makanan dan minuman.
- Tubuh kaitannya dengan pakaian
Yang terpenting adalah hidup saya dan saudara, yang terpenting adalah tubuh saya dan saudara untuk segera dijadikan sebagai korban dan persembahan kepada Tuhan.

Jangan kuatir soal apa yang dimakan dan diminum, sebab yang terpenting adalah hidup. Biarlah kiranya kita hidup dan kita mempersembahkan hidup ini kepada Tuhan.
Jangan kuatir soal pakaian, sebab yang terpenting adalah tubuh. Rawatlah tubuh. Tubuh perlu untuk dirawat dengan baik, tetapi dirawat bukan untuk memuaskan hawa nafsunya, melainkan dirawat supaya sehat. Kalau kita sehat, maka kita ada waktu untuk menyembah Tuhan, serta tidak melewatkan jam-jam ibadah kita, jam-jam ibadah itu kita manfaatkan bagi kemuliaan-Nya karena Tuhan yang memberi kesehatan tubuh (raga) ini.
Tuhan yang memberi kesempatan, Tuhan yang memberi kesehatan, dan Tuhan yang memberi kemauan menurut kerelaan pekerjaan-Nya.

Saya ingatkan kembali: Yang terpenting adalah hidup dan tubuh
Hidup lebih penting dari makanan dan minuman. Berarti, kita hidup bukan untuk makan, tetapi kita makan untuk hidup.
Kemudian, tubuh lebih penting dari pakaian. Biarlah kiranya kita datang kepada Tuhan untuk mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Tuhan.

Matius 6:26-28
(6:26) Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? (6:27) Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? (6:28) Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,

Praktek mencari Kerajaan Sorga dan kebenaran yang ada di dalamnya:
1. Memandang burung-burung di langit.
2. Memperhatikan bunga bakung di ladang.

Mari kita simak dua perkara ini, kiranya Tuhan memberkati kita.
Tentang: “Memandang burung-burung di langit”
Artinya, memandang dan memikirkan perkara-perkara yang di atas, perkara-perkara yang rohani, bukan perkara-perkara yang di bawah -- yaitu perkara-perkara yang lahiriah --.
Perkara rohani, menunjuk; ibadah pelayanan dengan segala kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya.
Selanjutnya di sini dikatakan: Burung-burung di udara, 
- Ia tidak menabur. 
- Kemudian ia tidak menuai -- tidak mungkin menuai karena ia tidak menabur --.
- Dan tidak mengumpulkan bekal di dalam lumbungnya.
Tetapi yang luar biasanya; dipelihara oleh Bapa di sorga, lebih lagi manusia ciptaan Allah yang paling mulia dari segala jenis binatang.

Tidak sedikit orang Kristen mengumpulkan harta dalam lumbungnya, persis seperti orang kaya yang bodoh. Di tengah malam dia bertanya kepada jiwanya karena hartanya sudah semakin banyak dan melimpah, sementara lumbungnya masih kecil. Akhirnya, supaya ada jalan keluar, dia segera bertanya kepada jiwanya (ia bertanya dalam hati): “Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku.” Pendeknya, dia tidak bertanya kepada Tuhan, apa yang harus dia lakukan. Kalau ia bertanya kepada Tuhan, niscaya Tuhan yang akan memberikan pengertian tentang hartanya yang dia punya. Tetapi karena dia bertanya kepada jiwanya, dia bertanya kepada hatinya, dia bertanya kepada pengertiannya, logikanya sebagai manusia, maka dia langsung segera mendapat jawaban, yakni: aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.” Dia akan memperbesar lumbungnya dan mengisinya dengan semua harta kekayaannya. Lalu selanjutnya dia berkata: “Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!” Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Itulah rancangan-rancangan dari orang kaya yang bodoh.
Lihat, di mana hartamu berada, di situ hatimu berada. Biarlah saat menantikan kedatangan Tuhan pada kali yang kedua, kita mengumpulkan harta di lumbung sorgawi.

Lihatlah burung-burung di udara; tidak menabur, tidak menuai, dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun dipelihara oleh Bapa di sorga, lebih lagi manusia, ciptaan-Nya yang paling mulia. 

Selanjutnya, perhatikan kalimat berikutnya; “Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?”
Oleh sebab itu, siapa di antara kita, yang oleh karena kekuatirannya, oleh karena ketakutan yang mencekam dapat menambah sehasta saja pada jalan hidupnya? Tentu tidak ada. 
Karena kuatir, ada jalan keluar satu hasta. Karena takut, ada jalan keluar satu hasta. Tidak ada yang dapat, oleh karena kekuatiran lalu menambah sehasta jalan keluar dari setiap kekuatirannya soal apa yang dimakan, diminum dan dipakai.

Hati kita mungkin sedang digoncang pada malam hari ini? Itu jauh lebih baik daripada ditimpa oleh gempa bumi yang dahsyat nanti. Sebab itu, relakanlah hati ini digoncang saat ini, supaya timbul ketakutan akan Tuhan, maka barulah kita memuliakan Tuhan. 

Tentang: “Perhatikanlah bunga bakung di ladang”
Artinya, memperhatikan ladang Allah atau memperhatikan ladang tuaian. 
Kisah ini dapat kita temukan dalam Injil Yohanes 4:34-35.

Yohanes 4:34
(4:34) Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Yesus berkata kepada murid-murid: Makanan-Ku ialah …
1. Melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku, menunjukkan bahwa; Yesus sebagai Anak dengar-dengaran.
2. Menyelesaikan pekerjaan-Nya, menunjukkan bahwa; Yesus telah mencapai garis akhir, sehingga terwujudlah kesatuan tubuh Kristus yang sempurna.
Inilah makanan Yesus yang sesunguhnya, yang juga menjadi makanan kita. Inilah makanan yang bisa membawa kita masuk dalam Kerajaan Sorga. Makanan lahiriah sesaat kenyang, tetapi tidak lama kemudian lapar kembali, tidak membawa kita kepada kekekalan.

Yohanes 4:35
(4:35) Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai.

Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai.” Jangan sampai tidak mau tahu dengan pekerjaan Tuhan (ladang tuaian) hanya karena keinginan, rencana yang disusun berdasarkan pikiran hati manusia daging.

Kemudian, di sini Yesus berkata: “Empat bulan lagi tibalah musim menuai.” Dari perkataan ini menunjukkan bahwa Tuhan itu betul-betul memperhatikan ladang tuaian, dan hal itu diajarkan kepada 12 (dua belas) murid. Sampai sore ini kita sudah mendengarkan pantulan dari penyembahan Yesus 2000 tahun yang lalu di atas kayu salib, sehingga firman ini juga diperdengarkan kepada kita, supaya kita juga turut memperhatikan ladang tuaian. Jangan kita bermasa bodoh. Jangan puas dengan yang ada ini. Tetapi puaslah dengan kasih Allah yang heran. 

“Empat bulan lagi tibalah musim menuai.” Dalam hal ini, Tuhan menunjukkan waktu yang tepat, di mana akan terjadi suatu kegerakan hujan akhir secara besar-besaran dan sifatnya akan menyeluruh seantero dunia ini. Pada saat kegerakan hujan akhir, di situ akan terjadi tuaian besar-besaran, sebab itu apa yang dinyatakan oleh Yesus kepada murid-murid, ini juga harus menjadi perhatian kita. 
Tuhan sudah percayakan PENGAJARAN PEMBANGUNAN TABNERNAKEL (PPT) menjadi suatu beban yang harus kita pikul di atas pundak kita masing-masing. 

Tentang: Empat bulan.
Satu bulan ada 30 (tiga puluh) hari, berarti; 4 (empat) bulan x 30 (tiga puluh) hari = 120 (seratus dua puluh) hari. Itulah orang-orang yang dipenuhkan oleh Roh Kudus di loteng Yerusalem. 
Kemudian, 120 (seratus dua puluh) yobel, atau 120 (seratus dua puluh) x 50 (lima puluh) = 6000 (enam ribu) tahun, menunjuk; kegerakan Roh Kudus hujan akhir. Ini merupakan hari terakhir, hari keenam untuk memasuki hari ketujuh, hari perhentian kekal. 

Pada kegerakan Roh Kudus hujan akhir, gereja Tuhan sudah harus dewasa secara rohani. Di hari-hari terakhir ini, gereja Tuhan (sidang jemaat) sudah harus dewasa secara rohani, sudah harus meninggalkan sifat kanak-kanak, sifat tabiat daging yang hanya menuruti perasaan-perasaan manusia daging. 

Dewasa berarti; sudah matang. Kalau sudah matang, siap untuk dituai oleh Tuhan. 
Mari kita lihat tentang dewasa rohani ini untuk memperoleh suatu pengertian yang luas, karena pikiran manusia ini pendek, padahal Kerajaan Sorga itu luas, tidak sependek pikiran manusia. Apa buktinya pikiran manusia pendek? 
- Mudah sekali jatuh dalam dosa.
- Mudah mengambil jalan pintas. 
- Mudah sekali menuruti keinginan-keinginan di hati.
Ayo, supaya pikiran kita menjadi luas dan akhirnya kita memiliki pandangan nubuatan, memandang jauh ke depan (memandang yang tak kelihatan), itulah Kerajaan Sorga. 

Kejadian 30:14
(30:14) Ketika Ruben pada musim menuai gandum pergi berjalan-jalan, didapatinyalah di padang buah dudaim, lalu dibawanya kepada Lea, ibunya. Kata Rahel kepada Lea: "Berilah aku beberapa buah dudaim yang didapat oleh anakmu itu."

Pada musim menuai gandum, Ruben menemukan buah dudaim di padang.
Buah dudaim yang berbau harum, menunjuk; kasih Mempelai.

Supaya meneguhkan buah dudaim yang berbau harum ini, kita perhatikan Kidung Agung 7:13.
Kidung Agung 7:13
(7:13) Semerbak bau buah dudaim; dekat pintu kita ada pelbagai buah-buah yang lezat, yang telah lama dan yang baru saja dipetik. Itu telah kusimpan bagimu, kekasihku!

Pada Yobel terakhir atau musim menuai tiba, gereja Tuhan sungguh-sungguh mengasihi Tuhan = bau buah dudaim, sama dengan; bau harum buah dudaim.
Sebab itu, hargailah kasih Mempelai, hargailah kemurahan Tuhan, hargailah panjang sabar Tuhan. Kesempatan yang ada ini adalah kasih Mempelai, kemurahan Tuhan bagi kita semua, itu merupakan buah dudaim yang berbau harum.

Sidang jemaat tidak perlu ragu soal buah dudaim, itu berbicara tentang kasih Mempelai yang berbau harum, di mana Mempelai Laki-Laki memberikannya kepada mempelai perempuan. 

Kejadian 30:15
(30:15) Jawab Lea kepadanya: "Apakah belum cukup bagimu mengambil suamiku? Sekarang pula mau mengambil lagi buah dudaim anakku?" Kata Rahel: "Kalau begitu biarlah ia tidur dengan engkau pada malam ini sebagai ganti buah dudaim anakmu itu."

Akhirnya, buah dudaim ada di tangan Rahel, sebab itu dia mengorbankan Yakub untuk tidur dengan Lea malam itu, tanda bahwa buah dudaim itu ada di tangan Rahel. Jadi, sudah seharusnya buah dudaim itu juga ada di tangan kita. 

Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Buah dudaim itu menunjuk kasih Mempelai = buah cinta. Itu jelas cinta-Nya Yesus, itulah korban Kristus yang mampu membangkitkan kasih Allah kepada kita, yang nanti berkuasa menghapus aib kita semua, menghapus kejahatan, menghapus kenajisan kita semua.

Kejadian 30:22-23
(30:22) Lalu ingatlah Allah akan Rahel; Allah mendengarkan permohonannya serta membuka kandungannya. (30:23) Maka mengandunglah Rahel dan melahirkan seorang anak laki-laki. Berkatalah ia: "Allah telah menghapuskan aibku."

Akhirnya, Rahel mengandung, sebab Allah membuka kandungannya. Pendeknya, Allah telah menghapus aib kita oleh karena buah dudaim, oleh karena buah cinta, oleh karena kasih Mempelai, oleh karena korban Kristus, Tuhan menghapus aib kita.
Bukankah Tuhan baik? Coba renungkan, berapa banyak kejahatan-kejahatan di hati? -- Itu belum terhitung perbuatan yang jahat, baru kejahatan di hati -- Berapa banyak rencana-rencana yang tidak sesuai dengan keinginan Tuhan? Semua itu merupakan aib, tetapi oleh karena cinta-Nya Tuhan, oleh karena korban Kristus (kasih Mempelai), bau harum buah dudaim, Tuhan menghapus segala aib, segala noda, segala kekurangan-kekurangan kita semua. Tuhan Yesus baik.

Sekarang, kita kaitkan kembali dengan Injil Yohanes 4, yang terkait dengan PEREMPUAN SAMARIA.
Yohanes 4:27
(4:27) Pada waktu itu datanglah murid-murid-Nya dan mereka heran, bahwa Ia sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan. Tetapi tidak seorang pun yang berkata: "Apa yang Engkau kehendaki? Atau: Apa yang Engkau percakapkan dengan dia?"

Yesus bertemu dengan perempuan Samaria di sumur Yakub. Saat ini kita bertemu dengan Dia di sumur-Nya Tuhan, beribadah melayani kepada Tuhan. 

Yesus adalah Mesias. Singkatnya, ayat ini menceritakan bahwa Yesus telah memperhatikan perempuan Samaria sebagai ladang tuaian. 
Kalau kita melihat siapakah dan orang apakah perempuan ini? Jelas dia adalah orang yang hidup diliputi kenajisan yang amat sangat.
Ayat-ayat sebelumnya, dijelaskan bahwa dia sudah mempunyai lima laki-laki, ditambah dengan satu laki-laki -- yang sekarang ada bersama dengan dia, ketika dia berbicara dengan Yesus --. 
Namun sekalipun demikian, Yesus memperhatikan perempuan Samaria sebagai ladang tuaian. Mari, kita memperhatikan sekeliling kita sebagai ladang tuaian. Jangan manfaatkan kekurangan mereka, selagi masih ada kesempatan, sebab kalau kedua saksi Allah sudah naik maka akan terjadi gempa bumi yang dahsyat, sepersepuluh bagian dari kota suci rubuh, sepersepuluh anak-anak Tuhan mengalami kejatuhan-kejatuhan yang tidak mungkin dibangkitkan kembali. 

Sekarang, masih ada kesempatan. Pandanglah ladang yang sudah menguning, yang sudah matang, siap untuk dituai. Biarlah kiranya kita memandang orang-orang di sekeliling kita, di sekitar kita sebagai ladang tuaian tanpa melihat kekurangannya, tanpa mempersoalkan kejahatan dan kenajisannya. Itu merupakan suatu contoh yang baik sehingga terbuktilah dalam Injil Yohanes 4:34, perkataan Yesus kepada murid-murid: Makanan-Ku ialah …
1. Melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku.
2. Menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Yohanes 4:28
(4:28) Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ:

“Perempuan Samaria akhirnya meninggalkan tempayannya”, menunjukkan bahwa Tuhan telah memenuhi hidupnya dengan buah dudaim Tuhan -- yaitu kasih Mempelai --. 
Padahal, rencana semula, cita-cita semula dari perempuan Samaria ini adalah untuk mencari kepuasan dari air yang ada di sumur Yakub. Tidak sedikit atau bahkan terlalu banyak orang Kristen yang hanya mencari kepuasan diri dari dunia ini, tidak datang kepada Tuhan untuk mencari kepuasan dari kasih Mempelai. 
Tetapi cita-cita semula, rencana semula, semuanya berubah, karena Tuhan telah memberi buah dudaim Tuhan kepada mempelai perempuan-Nya. 

Kalau kita berubah karena buah dudaim Tuhan, karena kasih Mempelai, berubah karena cinta-Nya Tuhan, maka kita tidak usah takut, tidak usah kuatir akan apa yang akan dimakan, diminum dan dipakai. Hidup kita lebih penting dan berharga bagi Tuhan. Tubuh kita lebih berharga bagi Tuhan. Latihlah tubuh dan hidup ini beribadah. Latihan badani terbatas adanya.
Yang terpenting adalah buah dudaim Tuhan; berbau harum, cinta kasih Mempelai, itu nomor satu. Semoga kita bisa berada dalam rencana-Nya Tuhan, sebab kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi.

Yohanes 4:13
(4:13) Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,

Barangsiapa minum dari sumur Yakub, ia akan haus lagi. Demikian juga kalau seorang anak Tuhan, orang Kristen mencari kepuasan dari dunia ia akan haus lagi; haus jabatan, haus kedudukan, haus uang, haus harta. Akhirnya tidak lagi sesuai dengan ketentuannya Tuhan, seperti perempuan Samaria ini; dia hidup dengan satu laki-laki, dua laki-laki, tiga laki-laki, sampai lima laki-laki, dan setelah lima laki-laki terbuang, ia hidup dengan satu laki-laki, berarti ada enam laki-laki.

Yohanes 4:14
(4:14) tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."

“… Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya.
Kasih Mempelai memuaskan kehidupan kita masing-masing. Buah dudaim Tuhan memuaskan hati kita, memuaskan hasrat kita. Bukan hanya memuaskan, tetapi menjadi mata air di dalam diri kita, sampai memancar kepada hidup yang kekal. 

Setelah mendengar pernyataan kasih Mempelai, mari kita lihat reaksi dari perempuan Samaria.
Yohanes 4:15-18
(4:15) Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air." (4:16) Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini." (4:17) Kata perempuan itu: "Aku tidak mempunyai suami." Kata Yesus kepadanya: "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, (4:18) sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar."

Perempuan Samaria memberi diri disucikan oleh firman Tuhan disertai dengan kasih Mempelai. Inilah kedudukan yang benar dari gereja Tuhan. 

Jadi, kedudukan dari gereja Tuhan supaya benar di mata Tuhan adalah senantiasa memberi diri disucikan.  Kalau kita kaitkan dengan Efesus 5, dasar dari hubungan nikah (suami isteri) adalah kasih. Sebab itu, perempuan harus tunduk kepada Kristus, sebagai Kepala. Sebaliknya, Kristus, sebagai suami, sebagai Kepala, mengasihi isterinya. Apa tandanya? Jelas, tanda yang pertama dalam -- pada ayat 26-27 -- disucikan oleh air dan firman Allah. Tujuannya; untuk menempatkan sidang jemaat di hadapan diri-Nya menjadi cemerlang, tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, sama dengan; kudus, tidak bercela.
Kesimpulannya; memberi diri untuk disucikan oleh air firman, itu merupakan kedudukan yang tepat, kedudukan yang benar dari gereja Tuhan, sebab itu adalah tanda ketundukan. 

Waktu perempuan Samaria meminta air kepada Yesus, sebaliknya Yesus berkata: "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini." Hal itu Ia katakan, bukan berarti Yesus tidak mengetahui apa-apa tentang dirinya. Sesungguhnya, Tuhan melihat dan Mahatahu.

Tetapi perempuan Samaria itu mengakui bahwa dia tidak mempunyai suami. Pendeknya, dia mengakui semua kenajisannya di hadapan Tuhan, dia akui semua kesalahan di masa lalu. Ini adalah suatu kedudukan yang tepat dan benar.
Bagaimana dengan kedudukan kita? Apakah sudah berada pada kedudukan yang tepat dan benar, atau belum? Jangan kita merasa anggap enteng ibadah ini. Jangan anggap enteng pelayanan. Jangan membesar-besarkan suatu hal lahiriah, tidak ada jaminan di situ.
Seperti apa pun hebatnya pengetahuan manusia di bumi ini, namun satu hal yang perlu kita ketahui: Pengetahuan manusia belum sampai kepada sumber keselamatan. Tetapi kalau kita mempunyai pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, maka kita selamat.

Yohanes 4:21
(4:21) Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.

Setelah memposisikan dirinya pada kedudukan yang tepat dan benar, lalu Yesus berkata: “Percayalah kepada-Ku, hai perempuan
Pendeknya, setelah perempuan Samaria mengalami penyucian, Tuhan menyebutnya: “hai perempuan”, berarti menjadi tubuh Kristus, menjadi mempelai perempuan, sedangkan Kristus adalah Kepala. Ini adalah kedudukan yang tepat dan benar dari gereja Tuhan. 

Setelah perempuan Samaria itu mengalami penyucian, barulah Yesus berkata kepada perempuan Samaria: “hai perempuan.
Padahal pada ayat sebelumnya, perempuan Samaria berkata: “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.)” Tetapi setelah perempuan Samaria mengalami penyucian, Yesus sendiri menempatkan posisinya pada kedudukan yang tepat dan benar, yaitu diakui sebagai tubuh Mempelai, diakui sebagai mempelai Perempuan Tuhan. 

Jangan lewatkan penyucian firman Allah ini. Hargai penyucian firman Allah, sebab itu merupakan kasih Mempelai, buah dudaim Tuhan yang berbau harum.
Siapa kita ini? Orang yang papah, orang yang hina karena banyaknya kejahatan dan kenajisan, tetapi tetap menjadi ladang tuaiannya Tuhan.

Yohanes 4:22-24
(4:22) Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. (4:23) Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. (4:24) Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."

Selanjutnya, Tuhan akan membawa kita pada penyembahan yang benar; menyembah di dalam roh dan kebenaran. 
Biarlah kiranya kerohanian ini berada pada puncaknya, itulah doa penyembahan, dengan lain kata; hidup dalam penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Tuhan, bukan lagi taat pada kehendak sendiri, bukan lagi taat pada kehendak daging, bukan lagi taat pada kepentingan diri sendiri. 
Tuhan Yesus baik, Dia membawa kita kepada penyembahan yang benar, sampai kita nanti menjadi suatu kehidupan yang dewasa secara rohani, berarti matang, artinya; siap dituai.

Yohanes 4:25-26
(4:25) Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami." (4:26) Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau."

Kalau kita sudah mencapai kedewasaan rohani atau matang rohani (siap dituai), barulah Tuhan datang pada hari Tuhan dan berkata: “Akulah Dia”, yang engkau cari-cari “Akulah Dia.

Yesus memandang perempuan Samaria sebagai ladang tuaian, sehingga perempuan Samaria tersebut dibawa sampai kepada puncak rohani, yakni; doa penyembahan, hidup dalam penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Tuhan, tidak lagi taat pada kepentingan diri. Sesudah itu, Yesus berkata: “Akulah Dia”, Tuhan datang. 
Bukankah Tuhan sudah menceritakan segala sesuatunya kepada kita tentang keselamatan ini, tentang kedatangan-Nya pada kali yang kedua sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga? Oleh sebab itu, ayo, hargai buah dudaim Tuhan, hargai kasih Mempelai. Hargai cinta-Nya Tuhan. Hargai korban Kristus yang sudah mengambil aibmu, aibku, aib kita semua. 

Yohanes 4:30-35
(4:30) Maka mereka pun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus. (4:31) Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: "Rabi, makanlah." (4:32) Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal." (4:33) Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: "Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?" (4:34) Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. (4:35) Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai.

Akhirnya, dari apa yang sudah kita baca dalam ayat ini, ada dua hal yang kita temukan:
YANG PERTAMA: Perempuan Samaria berkuasa menggerakkan seisi kota Samaria.
Suatu kegerakan besar akan terjadi oleh kegerakan dari Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, pada Yobel yang terakhir. Sekarang ini adalah 120 Yobel, menunjukkan bahwa hari-hari ini adalah hari-hari terakhir. Di atas tadi saya sudah sampaikan: 120 (seratus dua puluh) x 50 (lima puluh) = 6000 (enam ribu) tahun, hari terakhir.
Kita ini sudah berada pada hari terakhir. Hari terakhir pada mil mil yang terakhir juga. Bukan hari terakhir tetapi waktunya masih panjang, namun hari terakhir tetapi pada mil mil yang terakhir (menjelang hari Tuhan). 

YANG KEDUA: Yesus memberitahukan makanan-Nya. 
Itu asing bagi murid-murid, tetapi sekalipun demikian, hal itu tetap dinyatakan (diberitahukan) dengan gamblang, supaya itu juga merupakan makanan yang harus kita nikmati di hari-hari terakhir ini. Jangan kita egois lagi, maksudnya; dari Tuhan, oleh Tuhan, kembali ke Tuhan.
Dari mana kesehatan? Dari mana umur panjang? Yaitu dari Tuhan, oleh Tuhan, kembali lagi kepada Tuhan. Janganlah kita egois. Sadarilah bahwa hidup ini adalah kemurahan Tuhan. Kita ini adalah bangsa kafir, seonggok tanah liat, yang akhirnya dibentuk oleh pembukaan firman untuk sampai segambar serupa dengan Dia.

Ada hal yang mau saya beritahukan yaitu; kalau firman ini ditolak, hati saya sangat hancur sekali. Tetapi kalau saudara mengalami sesuatu yang tidak saudara inginkan, ingatlah firman ini.

2 Petrus 3:14
(3:14) Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia.

Untuk menantikan kedatangan Tuhan kembali sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga, berusahalah untuk “kedapatan tak bercacat dan tak bernoda” di hadapan Tuhan. Bawa diri berada pada kedudukan yang tepat dan benar, yaitu mengalami penyucian oleh air firman, sebab Tuhan mau menempatkan kita di hadapan diri-Nya tanpa cacat, tanpa cela, atau kerut atau yang serupa itu, sama dengan; kudus, tidak bercela.

Kemudian, yang tidak kalah penting adalah berada “dalam perdamaian dengan Dia”. Berarti, berdamai dengan Allah. Jangan kita pandai berdamai dengan sesama karena ada kepentingan diri, tetapi terlebih dahulu berdamai dengan Allah, maka ketika kita berdamai dengan sesama, pasti kita berdamai dengan tulus. 
Jadi, selain dalam penyucian oleh air dan firman, kita juga harus berada dalam pendamaian dengan Allah.

2 Korintus 5:18
(5:18) Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.

Dan semuanya ini dari Allah.” Apa yang engkau miliki, semuanya dari Allah. Dari Allah, oleh Allah, kembali kepada Allah. 
Bahkan Dia telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kita, semua karena kemurahan Tuhan.

2 Korintus 5:19-20
(5:19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. (5:20) Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.

Tuhan telah mempercayakan pendamaian itu kepada hamba-hamba Tuhan, maka kita (umat Tuhan), harus memberi diri diperdamaikan dengan Tuhan. Hargai pelayanan pendamaian. Jangan kita marah, kesal, jengkel, uring-uringan dan lain sebagainya, akhirnya tinggalkan ibadah dan pelayanan, hanya karena hamba Tuhan membawa berita pendamaian. Sesungguhnya, berita pendamaian itu dinyatakan (dibawa) oleh seorang hamba Tuhan supaya kita berdamai dengan Allah, sebab di hari-hari terakhir ini, selain tak bercacat, kita juga harus berdamai dengan Allah. Jadi, jangan sampai kita mengecilkan korban pendamaian.

Lihat, ketika seorang utusan membawa berita pendamaian untuk memperdamaikan umat Tuhan kepada Allah …
2 Korintus 5:21
(5:21) Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.

“Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”, berarti; menjadi korban. Itulah kedudukan dari seorang imam menjadi pengantara antara Allah dengan manusia berdosa. Supaya manusia berdosa ini berdamai dengan Allah. Maka seorang utusan Tuhan yang membawa berita pendamaian menjadi korban. 

2 Petrus 3:15
(3:15) Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya.

Panjang sabar-Nya Tuhan adalah kesempatan yang baik, kesempatan emas bagi kita saat ini. Panjang sabar-Nya Tuhan adalah kemurahan supaya kita boleh berbalik kepada Tuhan. Dan hal ini dituliskan oleh Rasul Paulus menurut hikmat yang dikaruniakan Allah kepada Dia.
Hikmat itu datang dari Salib. Jadi, betul-betul Rasul Paulus telah memikul salib yang begitu hebat. Hal itu bisa kita perhatikan mulai dari Kisah Para Rasul, sampai kepada tulisan-tulisannya kepada sembilan jemaat, kepada tiga perorangan, dan yang terakhir kepada orang Ibrani, semua jelas bahwa dia benar-benar memikul salib, sehingga dia penuh hikmat dari sorgawi. Dan lewat pengalaman salib ini, dia memperoleh hikmat, lalu dia bagi kepada kita malam hari ini.
Kita patut bersyukur sebab kita mendapatkan suatu pengalaman yang indah dari seorang yang punya pengalaman yang luar biasa dengan Tuhan dan kita pun akan selamat kalau kita mau menghargainya.

Kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi. Manfaatkan kesempatan yang ada. Kalau Tuhan masih memberi waktu dan kesempatan, itu merupakan panjang sabar-Nya Tuhan. 
Jangan ada lagi yang bermain-main dalam pelayanan. Jangan ada lagi yang pikirannya mengarah kepada yang tidak suci. Ayo, jangan berpikir pendek, karena Kerajaan Sorga itu luas dan panjang, tidak sesempit pemikiran manusia yang berpikir kerdil. Amin. 


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang