KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, March 31, 2020

IBADAH RAYA MINGGU, 29 MARET 2020


IBADAH RAYA MINGGU, 29 MARET 2020

WAHYU PASAL 11
(Seri: 30)

Subtema: HIDUP DALAM PEMERINTAHAN ALLAH

Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan; oleh karena kasih dan kemurahan-Nya, kita masih diberi kesempatan untuk mengusahakan Ibadah Raya Minggu walaupun dalam keadaan saat ini kita menghadapi masa sulit, tanda bahwa kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi, tetapi waktu yang tersisa ini kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Jangan kita sibuk berburu daging, mengingat kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi.

Saya tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, marilah kita berdoa, kita mohon kemurahan Tuhan supaya kiranya Tuhan membukakan firman-Nya di sore petang malam ini.

Firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu adalah dari Wahyu 11, sekarang kita akan memperhatikan ayat 16-18.
Wahyu 11:16-18
(11:16) Dan kedua puluh empat tua-tua, yang duduk di hadapan Allah di atas takhta mereka, tersungkur dan menyembah Allah, (11:17) sambil berkata: "Kami mengucap syukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, yang ada dan yang sudah ada, karena Engkau telah memangku kuasa-Mu yang besar dan telah mulai memerintah sebagai raja (11:18) dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi."

Ayat-ayat ini secara khusus menjelaskan tentang 24 (dua puluh empat) tua-tua dengan aktivitas mereka, yakni tersungkur dan menyembah Allah.

Ciri penyembahan yang benar:
1.     Rela meninggalkan takhta mereka, sesuai Wahyu 4:4. Takhta di sini menunjuk kepada;
-       Harga diri.
-       Keakuan.
-       Egosentris atau kepentingan diri sendiri.
2.     Rela melemparkan mahkota emas yang di kepala mereka di hadapan takhta Anak Domba, sesuai dengan Wahyu 4:10-11. Berarti, segala kemuliaan hanya bagi Dia. Kita boleh melayani Tuhan berarti berada pada suatu kedudukan yang sangat tinggi dan istimewa, namun segala kemuliaan hanya bagi Dia, dari sekarang sampai selama-lamanya.

Roma 11:36
(11:36) Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!

Segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia; oleh sebab itu, bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.

Kemudian, saat 24 (dua puluh empat) tua-tua tersungkur dan menyembah Allah …
Wahyu 11:16-17
(11:16) Dan kedua puluh empat tua-tua, yang duduk di hadapan Allah di atas takhta mereka, tersungkur dan menyembah Allah, (11:17) sambil berkata: "Kami mengucap syukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, yang ada dan yang sudah ada, karena Engkau telah memangku kuasa-Mu yang besar dan telah mulai memerintah sebagai raja

24 (dua puluh empat) tua-tua tersungkur dan menyembah Allah sambil berkata: “Kami mengucap syukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, yang ada dan yang sudah ada, karena Engkau telah memangku kuasa-Mu yang besar dan telah mulai memerintah sebagai raja …” Jadi, 24 (dua puluh empat) tua-tua tersungkur dan menyembah Allah sambil mengucap syukur kepada Tuhan Allah Yang Maha Kuasa, yaitu yang ada, yang sudah ada, dan yang akan datang memerintah sebagai Raja sampai selama-lamanya. Biarlah ucapan syukur dari setiap anak-anak Tuhan bagaikan dupa yang berbau harum yang naik di hadirat Tuhan. Pendeknya, ucapan syukur terjadi bila anak-anak Tuhan hidup dalam penyembahan yang benar seperti ke-24 tua-tua tersebut.

Namun, di lain kesempatan …
Wahyu 11:18
(11:18) dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi."

Di lain kesempatan, semua bangsa telah marah. Mengapa demikian? Sebab, sebelum Yesus datang untuk yang kedua kali dan tampil sebagai Raja dan memerintah sampai selama-lamanya; orang-orang yang di luar Tuhan, mereka hidup dalam kebebasan dan sesuka hati berbuat sesuatu tanpa mempedulikan hati Tuhan.
Pendeknya, orang-orang yang hidup di luar Tuhan; mereka hidup di luar pemerintahan Allah, mereka hidup tanpa aturan, sehingga ketika Allah menjadi Raja dan memerintah sebagai Raja sampai selama-lamanya, pada saat itulah semua bangsa telah marah.

Hal ini tidak ada bedanya sebelum Allah memerintah di dalam hati kita; tidak ada damai sejahtera, karena hidup dengan sesuka hati, hidup dalam kebebasan, hidup tanpa aturan sampai memilukan hati Tuhan. Tetapi pada saat Yesus tampil sebagai Raja dan memerintah sampai selama-lamanya, maka semua bangsa menjadi marah, karena kebebasan mereka akhirnya terpasung oleh pemerintahan Allah. Dengan peraturan-peraturan dan perintah-perintah, yaitu; ketetapan Firman Allah sebagai kebenaran.  

Sekali lagi saya tandaskan: Orang yang hidup di luar Tuhan, ia hidup di luar pemerintahan Allah, maksudnya; mereka hidup tanpa aturan-aturan.
Mari kita lihat perkara itu, mengingat hari-hari ini adalah hari-hari terakhir, di mana kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi. Namun puji Tuhan, kita bersyukur, karena Tuhan selalu mengingatkan kita lewat pembukaan rahasia firman Allah.

2 Timotius 3:1-4
(3:1) Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. (3:2) Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, (3:3) tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, (3:4) suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.

Lihat, keadaan manusia pada akhir zaman ialah dikuasai oleh 18 (delapan belas) macam keadaan:
1) Mencintai dirinya sendiri, 2) Hamba uang, 3) Membual, 4) Menyombongkan diri, 5) Pemfitnah, 6) Berontak terhadap orang tua, 7) Tidak tahu berterima kasih, 8) Tidak mempedulikan agama, 9) Tidak tahu mengasihi, 10) Tidak mau berdamai, 11) Suka menjelekkan orang, 12) Tidak dapat mengekang diri, 13) Garang, 14) Tidak suka yang baik, 15) Suka mengkhianat, 16) Tidak berpikir panjang, 17) Berlagak tahu, 18) Lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.

Berarti, dengan demikian, di hari-hari terakhir ini, manusia hidup dalam kebebasan, hidup dengan sesuka hati tanpa aturan, sampai akhirnya memilukan hati Tuhan.

2 Timotius 3:5
(3:5) Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!

Mereka sebenarnya menjalankan ibadah, tetapi menurut aturan masing-masing, dengan lain kata; mereka betul-betul tidak mengindahkan pemerintahan Allah dengan segala perintah-perintah dan peraturan-peraturan, serta ketetapan Firman Allah.

Sekarang kita akan bandingkan JIKA HIDUP DALAM PEMERINTAHAN ALLAH -- berarti, Yesus menjadi Raja di dalamnya --.
1 Timotius 2:8-10
(2:8) Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan. (2:9) Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal, (2:10) tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik, seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah.

Di tengah ibadah ini Allah bertakhta dan memerintah, sebab dua tiga orang berkumpul, di tengah-tengahnya Allah berhadirat. Oleh sebab itu, mari kita perhatikan baik-baik; sikap laki-laki dan perempuan dalam ibadah atau pemerintahan Allah.

SISI SIKAP LAKI-LAKI dalam ibadah atau dalam pemerintahan Allah, yaitu:
1.     Berdoa dengan menadahkan tangan yang suci.
2.     Tanpa marah.
3.     Tanpa perselisihan.
Kita akan melihat tiga perkara di atas.

Tentang: “BERDOA DENGAN MENADAHKAN TANGAN YANG SUCI.”
Berdoa -- sama dengan menaikkan permohonan kepada Tuhan -- disertai dengan:
-       Sikap penyembahan atau rendah hati, sama dengan; menadah.
-       Perbuatan yang suci, sama dengan; tangan yang suci.
Inilah yang harus kita buktikan manakala kita berada dalam pemerintahan Allah dari sisi sikap laki-laki.

Tentang: “TANPA MARAH.”
Contohnya;
Yakobus 1:19-20
(1:19) Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; (1:20) sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.

“… Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar …”, sama dengan; dengar-dengaran.
Kelebihan dari orang yang dengar-dengaran ialah:
1.     Lambat untuk berkata-kata. Berarti, tidak suka mengumbar kata-kata dengan bebas, tidak mudah mengucapkan kata-kata dengan sesuka hati, dengan lain kata tidak sesumbar.
2.     Lambat untuk marah. Mengapa demikian? Sebab amarah seseorang tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. Berbeda dengan ketika Yesus menyucikan Bait Allah, itu berbicara tentang ketegasan, tetapi amarah di sini ialah amarah di luar Tuhan. Kalau beribadah, datanglah beribadah dengan tulus. Kalau melayani, datanglah melayani dengan tulus. Datanglah membawa korban dan persembahan dengan tulus, jangan dengan amarah, sebab amarah tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Tuhan. Seberat apa pun salib yang kita pikul, seberat apa pun pengorbanan kita dalam melayani Tuhan; jangan marah dan jangan jengkel hati.

Tentang: “TANPA PERSELISIHAN.”
Contohnya;
1 Korintus 3:3-7
(3:3) Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi? (3:4) Karena jika yang seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos," bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani? (3:5) Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. (3:6) Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. (3:7) Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.

Di tengah-tengah ibadah pelayanan, kita tidak boleh memihak dan tidak boleh memandang kepada satu golongan, apalagi pribadi manusia selama kita beribadah di bumi ini. Mengapa demikian? Sebab yang terpenting ialah bukan siapa yang menanam atau siapa yang menyiram, tetapi yang terpenting bagi kita di tengah-tengah ibadah dan pelayanan adalah Allah yang memberi pertumbuhan rohani yang yang sehat, -- saya tambahkan sedikit lagi -- bahkan telah memberi sistem imun yang baik, berarti memberi kekebalan terhadap penyakit dosa kejahatan dan penyakit dosa kenajisan.
Itu yang terpenting; tidak perlu memihak, tidak perlu memandang kepada satu golongan. Yang terpenting bagi kita adalah Tuhan telah memberi pertumbuhan rohani yang sehat. Titik.

Perlu untuk diketahui: Apabila ada iri hati dan perselisihan di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, menunjukkan bahwa ia adalah manusia duniawi, berarti hidup secara manusiawi, belum rohani atau belum dewasa. Belum dewasa rohani, berarti kanak-kanak rohani. Kehidupan semacam ini tidak memerlukan makanan keras, selain susu.
Itu sebabnya pada ayat 1-2, Rasul Paulus berbicara kepada mereka yang belum dewasa itu secara duniawi juga, karena ketika Rasul Paulus berbicara dewasa secara rohani, maka kanak-kanak tidak tanggap, tidak mengerti. Oleh karena itulah, kehidupan  kanak-kanak rohani; belum pantas melayani Tuhan, belum dipercayakan untuk melayani pekerjaan Tuhan, dan tidak layak untuk menjadi ahli waris Kerajaan Sorga, selain berada di bawah pengawasan karena belum akil balig… Galatia 4:1-8.

Itulah contoh “tanpa perselisihan”, berarti; tidak memihak kepada satu golongan. Prakteknya; yang terpenting adalah Tuhan telah memberi pertumbuhan rohani yang sehat, bahkan memberi sistem imun yang baik.

Itulah dari sisi sikap laki-laki di mana Tuhan memerintah sebagai Raja. Jangan marah, sebab ketika Yesus tampil sebagai Raja dan memerintah selama-lamanya, bangsa-bangsa telah marah. Sebagaimana dengan kita sebelum berada dalam pemerintahan Allah, sebelum mengerti ibadah pelayanan; ketika diajar untuk memikul salib, di situ terjadi amarah karena kebebasan itu dipasung. Tetapi sekarang kita sudah mengerti “sikap dari sisi laki-laki” dalam ibadah atau pemerintahan Allah.

Sekarang kita akan memperhatikan dari SISI SIKAP PEREMPUAN.
1 Timotius 2:9-10
(2:9) Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal, (2:10) tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik, seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah.

Sisi sikap perempuan dalam ibadah atau pemerintahan Allah ialah hendaklah perempuan berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana. Maksudnya, berdandan bukan dengan perhiasan, antara lain;
-       Rambut dikepang-kepang. Minggu ini dikepang dengan keriting, minggu depan dikepang bermacam-macam, bukan itu perhiasan atau seorang perempuan berdandan.
-       Emas dan mutiara. Kalau kita berdandan, bukan dengan perhiasan emas dan mutiara.
-       Juga, kalau perempuan berdandan bukan dengan pakaian yang mahal-mahal atau yang indah-indah.
Melainkan berdandan dengan perbuatan baik, supaya ia layak beribadah, layak berada dalam pemerintahan Allah.

Jangan kita membuat suatu ukuran dengan kelayakan manusia di tengah-tengah pemerintahan Allah, di tengah-tengah kita beribadah dan melayani kepada Tuhan. Mari, mulai sekarang, kita gunakan ukuran firman Allah untuk berada di tengah-tengah ibadah dan pemerintahan Allah kita. Jangan marah seperti orang di luar Tuhan, supaya selayaknya perempuan berada di tengah-tengah ibadah, berada di tengah-tengah pemerintahan Allah. Jangan marah seperti bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.

Lebih jauh kita akan melihat SISI PEREMPUAN di dalam pemerintahan Allah.
1 Timotius 2:11-12
(2:11) Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh. (2:12) Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri.

Yang dimaksud dengan berdandan dengan perbuatan baik dalam ibadah, dalam pemerintahan Allah ialah “berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh”. Belajar dengar-dengaran. Jangan kita menggunakan alasan ini dan itu, tetapi berilah kesempatan kepada Tuhan supaya kita boleh mendapat ajaran dari Dia.

Praktek berdiam diri di hadapan Tuhan:
-       Tuhan tidak mengizinkan perempuan mengajar apa pun alasannya.
-       Tuhan tidak mengizinkannya memerintah laki-laki apa pun alasannya.

Tetapi, adalah suatu kehormatan bagi perempuan, kalau dia memiliki tudung (rambut panjang), berarti, tunduk, berarti; taat, setia, dengar-dengaran, seperti Sara yang menyebut suaminya itu adalah tuan. Kalau menyebut suaminya “tuan”, berarti ia  mengambil rupa sebagai seorang hamba, bukan mengambil rupa seperti seorang tuan yang selalu ingin mengatur, tetapi tidak ingin diatur.

Dengan aturan yang ada di dalam pemerintahan Allah ini, jangan kita menjadi marah seperti bangsa-bangsa yang ada di luar Tuhan, itulah bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan.

1 Timotius 2:13-14
(2:13) Karena Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa. (2:14) Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa.

Alasan Tuhan untuk tidak mengizinkan perempuan mengajar dan memerintah laki-laki:
1.     Karena Adam yang pertama dijadikan. Biasakan untuk memelihara budaya antre rohani, yakni; mendahulukan Tuhan dalam segala sesuatu, jangan mendahulukan yang lain. Kristus adalah Kepala, Dia suami, Dialah yang terlebih dahulu, dari sanalah datangnya ajaran dan perintah. Biasakan untuk memelihara budaya antre, berarti mendahulukan Tuhan dalam segala perkara, karena Adam yang pertama dijadikan.
2.     Bukan Adam yang tergoda, tetapi perempuan (Hawa) itulah yang tergoda dan jatuh dalam dosa. Banyak kali perempuan berkata: “Dasar laki-laki hidung belang. Dasar laki-laki penggoda.” Sebetulnya itu adalah perkataan dunia, bukan perkataan di dalam Tuhan. Semoga sidang jemaat, juga umat Tuhan, anak-anak Tuhan, bahkan hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti live streaming di mana pun anda berada mengerti akan hal ini; di dalam Alkitab, perempuan itulah yang tergoda dan jatuh dalam dosa.

Tetapi perlu juga untuk diketahui: Gereja Tuhan adalah sidang jemaat, dengan lain kata mempelai perempuan; tidak diizinkan untuk mengajar dan tidak diizinkan untuk memerintah laki-laki. Berarti, kita semua -- besar kecil, tua muda, laki-laki perempuan -- yang hadir di tengah pemerintahan Allah; harus dengar-dengaran. Jangan marah-marah kalau diajar dengar-dengaran. Jangan seperti “bangsa-bangsa telah marah” ketika Yesus menjadi Raja dan memerintah selama-lamanya, karena sebelum berada dalam pemerintahan Allah; dia hidup dalam kebebasan, hidup dengan sesuka hati tanpa aturan, sehingga ketika berada dalam pemerintahan Allah, hidupnya seperti terpasung, lalu timbullah amarah hebat sekali. Sekarang, belajar untuk mendekat dengan Allah sampai betul-betul kita ada dalam pemerintahan Allah, di mana Yesus menjadi Raja, sampai akhirnya damai sejahtera Kristus memerintah di dalam hati kita masing-masing, tidak marah-marah lagi.

1 Timotius 2:15
(2:15) Tetapi perempuan akan diselamatkan karena melahirkan anak, asal ia bertekun dalam iman dan kasih dan pengudusan dengan segala kesederhanaan.

Saya sangat bersyukur, karena Tuhan memberi pengertian bagi kita petang ini. Mengapa? Pada ayat 15 ini dikatakan: “Tetapi perempuan akan diselamatkan karena melahirkan anak …” Sungguh, betapa Tuhan akhirnya berkemurahan.

Perhatikan: Tetapi perempuan akan diselamatkan karena melahirkan anak yang dikandung dari benih Ilahi, yakni:
1.     Benih firman Allah.
2.     Benih Roh Allah.
3.     Benih dari kasih Allah.
Biarlah kiranya firman itu membuahi di dalam hidup kita masing-masing; biarlah kiranya Roh Allah membuahi di dalam hidup kita masing-masing; biarlah kiranya kasih Allah membuahi di dalam hidup kita masing-masing, sampai akhirnya melahirkan anak, dengan demikian perempuan pun diselamatkan. Berbahagialah si mandul apabila ia melahirkan anak, seperti Sara; justru dari dialah nanti keturunan dari seluruh bangsa-bangsa.

Syarat untuk mengandung dari tiga benih Ilahi:
1.     Bertekun dalam iman.
2.     Bertekun dalam kasih.
3.     Bertekun dalam pengudusan dengan segala kesederhanaan.

Perlu untuk diketahui:
YANG PERTAMA: “Iman” adalah motor penggerak, sehingga kita boleh mengusahakan ibadah pelayanan dalam penggembalaan GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon.
YANG KEDUA: “Kasih” berguna sebagai pengikat yang mempersatukan dan yang menyempurnakan kita. Tanpa kasih Allah, tanpa kasih Agape, kita tidak akan pernah menjadi satu, karena terlalu banyak kejahatan dan kenajisan manusia, tetapi kasih penuh dengan pengampunan, dan kasih juga berguna sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan gereja Tuhan.
YANG KETIGA: “Dalam pengudusan dengan segala kesederhanaan.” Oleh sebab itu, biarlah kita tetap berada di dalam Ruangan Suci untuk terus dikuduskan oleh firman Allah, Roh Allah dan kasih Allah. Jika dikaitkan dengan pola Tabernakel:
-       Dikuduskan oleh Firman Allah, menunjuk; MEJA ROTI SAJIAN, artinya; tekun dalam “Ibadah Pendalaman Alkitab” disertai perjamuan suci. Berarti, mengandung dari benih Firman Allah.
-       Dikuduskan oleh Roh Allah, menunjuk; PELITA EMAS, artinya; tekun dalam “Ibadah Raya Minggu” disertai kesaksian. Berarti, mengandung dari benih Roh Allah.
-       Dikuduskan oleh kasih Allah, menunjuk; MEZBAH DUPA, artinya; tekun dalam “Ibadah Doa Penyembahan.” Berarti, mengandung dari benih kasih Allah.

Kita kembali membaca Wahyu 11.
Wahyu 11:18
(11:18) dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi."

Semua bangsa telah marah, sebab Allah telah menjadi Raja dan memerintah sampai selama-lamanya. Pendeknya, tidak ada lagi kebebasan bagi orang-orang yang hidup di luar Tuhan, tetapi sebaliknya orang-orang yang hidup di dalam Tuhan akan menanti-nantikan momen di mana Tuhan menjadi Raja dan memerintah untuk selama-lamanya.

2 Petrus 3:13
(3:13) Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.

Sesuai dengan janji Allah, maka kita tidak perlu ragu untuk menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran. Itulah orang-orang yang di dalam Tuhan; menanti-nantikan momen di mana Yesus tampil sebagai Raja dan memerintah di dalamnya, karena di dalam pemerintahan Allah terdapat kebenaran, berarti di dalam pemerintahan Allah;
-       Tidak ada kebebasan untuk berpihak kepada daging.
-       Tidak ada kebebasan untuk berpihak kepada setan, yaitu roh jahat dan roh najis.
-       Tidak ada lagi kebebasan untuk berpihak kepada kebebasan dunia dan kenajisan dunia ini.
Jadi, bagi anak-anak Tuhan, bagi mereka yang menanti-nantikan kedatangan Tuhan, mereka sangat mendambakan Yesus tampil sebagai Raja dan memerintah sampai selama-lamanya, tetapi bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, mereka menjadi sangat marah sekali karena kebebasan mereka sangat dipasung.

Orang yang tidak mau memikul salib, orang yang tidak mau dipasung kebebasannya; ia suka marah, suka mencak-mencak, dan suka mencari alasan untuk mencari celah untuk menyalahkan orang lain. Tetapi kita tidaklah demikian, sebab kita ini adalah orang yang menanti-nantikan Yesus tampil sebagai Raja dan memerintah sampai selama-lamanya, karena di dalamnya ada kebenaran, di situ tidak ada lagi kebebasan untuk daging berbuat dosa.
Mulai sekarang, belajar untuk menghukum daging lewat salib yang kita pikul di tengah-tengah ibadah pelayanan ini. Jangan merasa aneh kepada salib, salib adalah sarana yang paling tepat untuk menghukum daging, itu adalah sarana untuk membawa kita pada akhirnya berada di tengah-tengah pemerintahan Allah, di mana di dalamnya ada kebenaran.

Tadi kita sudah melihat “semua bangsa telah marah”, bukan? Tetapi amarah Tuhan telah datang untuk menghakimi orang-orang yang mati di luar Tuhan. Maksudnya, sampai mati pun, orang-orang yang di luar Tuhan tetap dihakimi. Amarah Tuhan lebih besar, sebab orang mati pun tetap dihakimi. Tuhan tidak pakai perasaan dan pikiran manusia daging.

Perlu untuk diketahui: Segala sesuatu yang kita perbuat selama kita hidup, semuanya itu akan diperhitungkan oleh Tuhan. Jangan kita tidak mau tahu dengan hal ini. Jangan seperti orang dursila yang menjadi tuli, pura-pura tidak mendengar.
Berarti, “orang-orang yang di luar Tuhan” sampai mati pun tetap akan dihakimi. Tetapi, sebenarnya kita tidak perlu dihakimi seperti orang-orang yang di luar Tuhan tadi, seperti orang-orang yang mati pun dihakimi oleh Tuhan, tidak perlu seperti itu, kalau kita belajar dari pengalaman Rasul Paulus di dalam 1 Timotius 1.

1 Timotius 1:13-14
(1:13) aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. (1:14) Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus.

Perhatikan: Ketika Rasul Paulus masih berada di bawah hukum Taurat, dia dirangsang oleh hukum Taurat itu sendiri untuk berbuat dosa, sebab sebelum menerima kasih karunia, Rasul Paulus menyebut dirinya sendiri sebagai:
1.     Seorang penghujat.
2.     Seorang penganiaya.
3.     Seorang ganas.
Tetapi, oleh karena kasih karunia yang limpah, ia tertolong dan bertobat.

Kalau kita belajar dari sikap Rasul Paulus ini, kita tidak perlu dihakimi, seperti orang-orang yang mati di luar Tuhan, mereka dihakimi. Sebab itu, andaikata pun kita dahulu sebagai seorang yang ganas seperti binatang buas, seorang penghujat, seorang penganiaya, tetapi kalau dari sekarang kita mau belajar menghargai ibadah dan pelayanan, di mana di tengah-tengahnya ada salib yang harus dipikul -- sama dengan; menghargai kasih karunia --, maka kita akan mendapat pengampunan, kita tertolong dan bertobat. Tetapi orang-orang yang di luar Tuhan, sampai mati pun mereka tidak memperoleh kasih dan kemurahan dari Tuhan (tanpa pengampunan).

1 Timotius 1:15-16
(1:15) Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. (1:16) Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal.

Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya …” Jadi, jangan kita ragu, jangan kita mati di luar Tuhan, tetapi hargailah kasih dan kemurahan Tuhan untuk memperoleh keselamatan. Ibadah dan pelayanan, di mana di tengah-tengahnya ada salib yang harus dipikul, itu adalah kesempatan untuk memperoleh keselamatan. Jangan disia-siakan lagi.

Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa. Dan Rasul Paulus berkata: “ … di antara mereka akulah yang paling berdosa …”, sebab ia adalah:
-       Seorang penganiaya. Berarti, membuat orang lain menderita dengan menciderai orang lain.
-       Seorang ganas. Berarti, kehidupannya persis seperti binatang, brutal, tidak mengerti isi hati orang lain, tidak dapat menyelami hati orang lain.
-       Seorang penghujat takhta Allah. Berarti, sungguh-sungguh tidak menghargai ibadah pelayanan, sungguh-sungguh tidak menghargai pemerintahan Allah.
Tetapi pada akhirnya, Rasul Paulus hidup di dalam kasih karunia, dan kepada Rasul Paulus, Tuhan menunjukkan masa kesabaran-Nya. Ini merupakan contoh teladan yang harus diikuti. Jangan sampai kita mati di luar Tuhan, mati tanpa berdamai dengan Tuhan. Saya tekankan sekali lagi: jangan sampai kita mati tetapi tidak berdamai dengan Tuhan. Hidup manusia tidak ada yang tahu, kita tidak tahu akan hari esok, bahkan satu jam dari detik ini, kita tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi selama ada kesempatan, mari kita berdamai dengan Tuhan.

Pendeknya, kepada Rasul Paulus, Tuhan menunjukkan kesabaran-Nya. Ini merupakan contoh yang baik yang patut untuk diikuti di masa sekarang, karena perkataannya itu benar, tidak perlu diragukan.
Perhatikanlah firman Tuhan dengan sungguh-sungguh; baik yang di Perumnas fokus kepada firman, baik yang di Serang fokus dengar firman, baik yang di BCA fokus dengar firman, pikiran jangan melayang-layang, sebab sekarang kita ada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, dengan lain kata; kita ada di dalam pemerintahan Allah, berarti tidak boleh sesuka hati dalam kebebasan daging, kebebasan dunia dan kebebasan di dalam kenajisan. Kita sekarang ada di dalam pemerintahan Allah; takutlah kepada Tuhan, supaya kita layak untuk melayani Tuhan.

Kita kembali membaca Wahyu 11:18.
Wahyu 11:18
(11:18) dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi."

Bangsa-bangsa telah marah, tetapi “amarah-Mu telah datang”, amarah Tuhan lebih besar, dan itu merupakan “saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi …” Tetapi di sisi yang lain, Tuhan datang untuk memberi upah kepada hamba-hamba Tuhan, antara lain:
1.     Nabi-nabi.
2.     Orang-orang kudus.
3.     Orang yang takut akan nama Tuhan.
Pendeknya, upah itu tidak terbatas hanya kepada “pendeta”, melainkan kepada orang yang benar, yaitu orang-orang yang melakukan kehendak Allah, hamba kebenaran. Jadi, hamba Tuhan itu tidak hanya sebatas “pendeta” atau “imam” melainkan kepada semua orang; besar kecil, tua muda, laki-laki perempuan, kaya miskin, yakni orang-orang yang melakukan kehendak Allah, itulah hamba kebenaran.

Jadilah hamba-hamba Tuhan; baik yang di Serang jadilah hamba-hamba kebenaran, baik yang di Perumnas jadilah hamba-hamba kebenaran, baik yang di sektor BCA jadilah hamba-hamba kebenaran. Haleluya … Puji Tuhan …

Jadi, Tuhan datang untuk membawa upah.
-       Bagi orang yang mati di luar Tuhan, ia akan dihakimi, itu adalah upahnya.
-       Bagi hamba-hamba Tuhan, ia akan diselamatkan, itu juga adalah upahnya.
Sebab Tuhan datang untuk membawa upah.

1 Korintus 15:58
(15:58) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.

“ … Saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah …” Jangan goyah oleh sesuatu yang tak suci, oleh pengaruh dunia dan arusnya. Kemudian, “giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan!” Mengapa demikian? Sebab “dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia”.
Kalau kita giat bekerja dalam Tuhan, ada upah, berarti jerih payah tidak sia-sia, tetapi untuk semuanya itu, kita harus memperhatikan beberapa hal, yaitu:
1.     Berdirilah teguh.
2.     Jangan goyah.
3.     Giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan.

Tiga hal di atas, bila dikaitkan dengan POLA TABERNAKEL, maka:
1.     “Berdirilah teguh”, terkena pada; MEZBAH KORBAN BAKARAN, menunjuk; orang-orang yang berdiri di atas korban Kristus.
2.     “Jangan goyah”, terkena pada; KOLAM PEMBASUHAN TEMBAGA, menunjuk; orang-orang yang masuk dalam pengalaman kematian dan kebangkitan Kristus.
3.     “Giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan” atau berkobar-kobar di dalam melayani pekerjaan Tuhan, terkena pada; PINTU KEMAH, menunjuk; orang-orang yang dipenuhkan dengan Roh Kudus, ia berkobar-kobar dan berapi-api di dalam melayani Tuhan dan melayani pekerjaan Tuhan.

Sampai pada akhirnya, berada di dalam “persekutuan dengan Tuhan”. Persekutuan dalam Tuhan -- bila dikaitkan dengan pola Tabernakel -- terkena pada Ruangan Suci.

Di dalam RUANGAN SUCI inilah nanti imam-imam akan bertugas untuk memperhatikan tiga perkara yang ada di dalamnya, yaitu:
1.     Memperhatikan Meja Roti Sajian.
2.     Memperhatikan Pelia Emas.
3.     Memperhatikan Mezbah Dupa.
Sehingga dengan demikian, nyatalah suatu persekutuan yang indah dengan Tuhan.

Jadi, dalam persekutuan dengan Tuhan -- dengan lain kata; berada di dalam Ruangan Suci untuk mengerjakan tiga perkara di dalamnya -- kita harus menjadi hamba-hamba Tuhan, imam-imam, pelayan-pelayan Tuhan yang memiliki dasar yang teguh, jangan goyah, melainkan giatlah bekerja di dalam pekerjaan Tuhan.

Tiga hal sebagai dasar untuk menopang “persekutuan dengan Tuhan”, kalau kita kaitkan dengan anatomi (raga) manusia:
1.     “Berdirilah teguh” = MEZBAH KORBAN BAKARAN, terkena pada; tungkai bawah kaki manusia, berarti antara mata kaki dengan lutut.
2.     “Jangan goyah” = KOLAM PEMBASUHAN, terkena pada; tungkai atas kaki, berarti antara lutut dengan pangkal paha.
3.     “Giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan” = PINTU KEMAH, terkena pada; pintu rahim.


Itulah dasar kita untuk berada dalam Ruangan Suci atau “bersekutu dengan Tuhan” untuk memperhatikan tiga perkara yang ada di dalam Ruangan Suci, dengan lain kata; tekun dalam tiga macam ibadah pokok.
-    “Meja Roti Sajian”, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci.
-       “Pelita Emas”, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian.
-       “Mezbah Dupa”, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan.

Sekali lagi saya tandaskan: Yang pasti, Tuhan datang untuk membawa upah.
-       Bagi orang-orang yang hidup di luar Tuhan, mereka akan dihakimi, bahkan sampai mati pun akan tetap dihakimi.
-       Bagi hamba-hamba Tuhan akan mendapat upah, yaitu keselamatan. Itu sebabnya, dalam persekutuan dengan Tuhan, jerih payah kita tidak menjadi sia-sia. Itulah hidup di dalam Tuhan mendapat upah.

Wahyu 22:11-12
(22:11) Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya!" (22:12) "Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya.

Lihat dan perhatikan:
-       Di sisi orang-orang yang di luar Tuhan: “Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar.
-       Di sisi orang-orang yang berada dalam pemerintahan Allah: “Barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya!

Mengapa demikian? Sebab “… Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku …” Tuhan akan datang segera untuk membawa upah-Nya, dan upah Tuhan merupakan pembalasan kepada setiap orang menurut perbuatannya.
-       Orang yang berbuat jahat dan cemar akan dihakimi.
-       Orang yang benar dan kudus, ia juga akan mendapat upahnya, yakni; keselamatan.

Tetapi, perlu untuk saya sampaikan dengan tandas: Hari-hari ini adalah hari-hari terakhir di mana yang cemar akan semakin cemar, tetapi mereka yang ada dalam pemerintahan Allah;
-       Yang benar biarlah ia semakin benar
-       Yang kudus semakin menguduskan dirinya di hadapan Tuhan.
Kekudusan dan kesucian bukanlah akhir, tetapi itu adalah awal untuk membawa kita sampai kepada kesempurnaan.

Wahyu 22:13
(22:13) Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir."

Yesus Kristus adalah Alfa dan Omega, berarti Yang Awal dan Yang Akhir. Pertama kali Yesus datang ialah untuk menyelamatkan orang berdosa di atas kayu salib, tetapi yang terakhir, yang kedua kali untuk membawa upah, menghakimi sesuai dengan perbuatannya. Dia Alfa dan Omega.

Kita kembali membawa Wahyu 11:18.
Wahyu 11:18
(11:18) dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi."

Tuhan datang untuk membawa upah, berarti;
-       Menghakimi orang yang di luar Tuhan sesuai dengan perbuatannya.
-       Juga menghakimi orang yang di dalam pemerintahan Allah sesuai dengan perbuatannya.

Tetapi ingat: Tuhan akan membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa bumi ini telah rusak seiring rusaknya kelakuan manusia.

2 Petrus 3:14-15
(3:14) Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia. (3:15) Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya.

Saudara-saudaraku yang kekasih”, keluarga Allah GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, jadilah tiang penopang yang dipancangkan dalam rumah Tuhan, dan jadilah dasar kebenaran, menjadi contoh teladan supaya diikuti oleh orang lain.

“… Sambil menantikan semuanya ini …” di mana langit dan bumi akan berlalu, diganti dengan langit yang baru dan bumi yang baru, maka berusahalah supaya kita “kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya”, sama dengan; “dalam perdamaian dengan Dia”. Jadi, di hari-hari terakhir ini, menjelang kedatangan Tuhan, berusahalah untuk berdamai dengan Tuhan.
Praktek berdamai dengan Tuhan ialah berusaha untuk hidup tidak kedapatan bercacat dan tidak kedapatan bernoda di hadapan Tuhan, dengan kata lain; berusaha untuk hidup tanpa cacat cela.

Kita memanfaatkan kesempatan yang ada, sebab kesempatan yang ada ini tinggal sedikit, dan itu adalah panjang sabar-Nya Tuhan. Kita ikuti contoh teladan Rasul Paulus; dahulu ia adalah seorang penghujat, seorang penganiaya, seorang yang ganas, tetapi oleh karena kasih karunia, ia diselamatkan.

Marilah kita fokus memperhatikan Kerajaan Sorga, takhta Allah, di situ terdapat kebenaran.
Wahyu 11: 16-18, jelas itu berbicara tentang 24 (dua puluh empat) tua-tua dengan aktivitas mereka, yaitu tersungkur dan sujud menyembah Anak Domba Allah yang duduk di atas takhta sampai selama-lamanya, sambil mengucap syukur kepada Allah, kepada Dia yang ada, yang sudah ada, dan yang akan datang memerintah sebagai Raja sampai selama-lamanya. Tetapi kita melihat tadi, di sisi lain “semua bangsa telah marah” karena kebebasan mereka sudah terpasung, sebab di dalam pemerintahan Allah tidak ada lagi kebebasan daging, tidak ada lagi kebebasan untuk hidup dalam kenajisan, tidak ada lagi kebebasan dunia ini, sebab itu bukanlah kebenaran. Tetapi ingat; Tuhan datang membawa upah-Nya dan menghakimi sesuai perbuatan-perbuatan mereka selama hidup.

Ingat, bagaimana sikap kita di dalam pemerintahan Allah:
-       Sikap dari sisi laki-laki: berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa amarah, tanpa perselisihan.
-       Sikap dari sisi perempuan: taat, setia, dengar-dengaran = tunduk. Berarti, dilarang memerintah dan mengajar laki-laki, sebaliknya memiliki rambut yang panjang (tunduk), sebab itu merupakan perhiasan rohani dari seorang perempuan untuk menyenangkan hati Tuhan.  Mengapa perempuan harus tunduk? Alasan Tuhan ada dua:
1.     Adam yang pertama diciptakan.

2.     Bukan Adam yang tergoda, tetapi perempuan yang tergoda.

Seringkali dunia berkata: “Dasar laki-laki penggoda”, tetapi sebetulnya perempuan yang menggoda karena dia tergoda.

Jangan kita putar balik fakta, tetapi kita harus mau menerima pengajaran; Tuhan yang memerintah di hati kita supaya ada damai sejahtera. Kita bersyukur, selama kita hidup, selama nafas di kandung badan, mari kita berdamai dengan Tuhan selagi ada kesempatan, berarti berusaha untuk hidup tak bernoda dan tak bercacat cela, supaya kita akhirnya menerima upah.

Perhatikanlah aktivitas dari 24 (dua puluh empat) tua-tua ini supaya kita jangan marah apabila daging dipasung oleh salib Kristus. Biarlah kita merendahkan diri kita serendah-rendahnya, seperti aktivitas dari 24 (dua puluh empat) tua-tua, yaitu tersungkur dan menyembah Allah, sebab segala puji, hormat, dan kemuliaan hanya bagi Dia.
Kalau kebebasan dipasung, kenajisan dipasung, kebebasan dunia dan arusnya dipasung oleh salib, terimalah, jangan ada amarah, sebab kita ada di dalam pemerintahan Allah. Kalau ingin berada di dalam pemerintahan Allah, ikutilah aturan dalam pemerintahan Allah; jangan marah-marah, jangan emosi, jangan jengkel.

Kita telah mendapat lawatan dari Tuhan, Ia sudah menyatakan isi hati-Nya, kehendak-Nya, maksud-Nya, jalan-jalan-Nya di setiap kehidupan kita. Tentu hati kita sudah diterangi oleh Tuhan, mata rohani kita sudah tercelik, dan kita boleh melihat kemuliaan sorga, keindahan sorgawi, sebab itulah yang kita nanti-nantikan. Bagi mereka yang hidup di dalam Tuhan; menanti-nantikan kedatangan Tuhan sebagai Raja dan memerintah sampai selama-lamanya, tetapi mereka yang hidup di luar Tuhan “semua bangsa telah marah”.
Kita sekarang mengerti bagaimana sikap laki-laki dan sikap perempuan dalam pemerintahan Allah, itu semua karena Tuhan yang memberi pengertian, sebab itu perempuan tidak boleh mengajar dan memerintah, tetapi biarlah kita patuh terhadap pengajaran Tuhan, dengar-dengaran kepada Tuhan. Jangan lagi ada iri hati dan perselisihan, tetapi biarlah kerohanian kita mengarah sampai kepada pertumbuhan rohani yang sehat, sehingga ada sistem imun yang baik.

Sekarang, kita mengerti; siapa yang marah-marah dan siapa yang tidak. 24 (dua puluh empat) tua-tua ada ucapan syukur karena mereka tersungkur dan menyembah Allah, dengan lain kata hidup dalam penyembahan yang benar, tetapi mereka yang di luar Tuhan,  di luar pemerintahan Allah; mereka marah-marah, tidak mengerti tentang memikul salib.

Mari kita perhatikan tanda-tanda zaman ini, sebab yang ada ini semuanya akan berlalu, sebab itu berdamailah dengan Allah, berarti berusahalah untuk tidak bernoda dan berusahalah tidak bercacat cela, sampai kita sempurna di hadapan Tuhan.
Yesus adalah Kristus, Kepala, Penyalamat, maka kita harus taat, setia, dan dengar-dengaran = Tunduk. Biarlah kita semua melakukan kehendak Allah Bapa, menjadi hamba kebenaran yang akan mendapat upah dari sorga, sebab jerih payah tidak sia-sia, asal ada dasar pondasi, yaitu menjadi imam-imam yang berdiri di atas korban Kristus (tungkai bawah), jangan goyah (tungkai atas), dan giat selalu (berkobar-kobar) dalam melayani Tuhan (pintu kemah), itulah yang menopang persekutuan kita dengan Tuhan atau menopang ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok. Kita kuat karena kasih karunia dan kemurahan Tuhan. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang