KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Monday, October 7, 2013

IBADAH RAYA MINGGU, 06 OKTOBER 2013

IBADAH RAYA MINGGU, 06 OKTOBER 2013

Tema: JEMAAT DI TIATIRA (Wahyu 2: 18-29)
            (Seri 01)

Subtema: YESUS TAMPIL SEBAGAI FIRMAN ANAK ALLAH UNTUK MENYUCIKAN SIDANG JEMAAT DI TIATIRA

Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena kasih-Nya kita boleh berada di dalam rumah Tuhan, di rumah Allah Yakub, itulah gunung Sion, tempat kita beribadah, di mana tempat itu adalah tempat yang dipilih oleh Allah, sekaligus tempat untuk mempersembahkan segala korban, dan kita patut bersyukur untuk itu.

Puji syukur kita naikkan kepada Tuhan, karena kita telah menerima pemberitaan firman mengenai tujuh sidang jemaat di Asia kecil, dimulai dari sidang jemaat di Efesus, kemudian sidang jemaat di Smirna, dan sidang jemaat di Pergamus (tiga dari tujuh sidang jemaat di Asia kecil yang telah Tuhan nyatakan).
Dan Yesus menampilkan pribadi-Nya, sesuai dengan tabiat-Nya untuk memeriksa masing-masing ketujuh sidang jemaat tersebut, dan kita telah melihat kelebihan-kelebihan sekaligus kekurangan-kekurangan dari sidang jemaat, dan tentu kita berkaca dari apa yang sudah kita terima, sehingga suatu kali kelak kita menjadi sama dengan tujuh sidang jemaat yang telah disucikan, di mana aib mereka sudah diambil oleh Tuhan, sampai akhirnya terwujudlah apa yang menjadi rencana Allah terhadap tujuh sidang jemaat yang ada di Asia kecil, yaitu menjadi pelita emas, berarti menjadi kesaksian, menjadi terang di tengah-tengah dunia ini.

Sekarang, kita berdoa, biarlah kiranya Tuhan kembali membuka rahasia firman-Nya, mengenai sidang jemaat di Tiatira, dalam Wahyu 2: 18-29, namun terlebih dahulu kita membaca ayat 18.
Wahyu 2: 18
(2:18) "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Tiatira: Inilah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga:

Yesus tampil untuk memeriksa sidang jemaat di Tiatira, sebagai Firman Anak Allah;
-      yang mata-Nya bagiakan nyala api untuk melihat, menyelidiki, sekaligus menyucikan dosa sidang jemaat di Tiatira.

Yeremia 17: 9-10
(17:9) Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?
(17:10) Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya."

Kelicikan hati siapa yang mengetahui, apalagi kalau hati itu sudah membatu, mengeras, siapa yang dapat mengetahuinya? Tentu hanya Tuhanlah yang dapat menyelidiki hati, hanya Tuhan yang dapat menguji batin manusia, sekaligus untuk memberi balasan kepada setiap orang, setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya.

-      Kaki-Nya bagaikan tembaga untuk menghukum, menghakimi dosa.
Tembaga à penghukuman atas dosa.
Jadi, Tuhan menghakimi, Tuhan menghukum setiap kesalahan-kelsahan dari pada umat-Nya.
Itu sebabnya, kalau kita perhatikan pola Tabernakel, secara khusus dua alat yang ada di halaman yaitu;
·        Mezbah korban bakaran.
Mezbah korban bakaran terbuat dari kayu penaga, kemudian disalut / dilapisi dengan tembaga luar dan dalam.
Kayu penaga gambaran dari manusia daging yang penuh dengan kelemahan-kelemahannya.
·      Kolam / bejana pembasuhan.
              
Kolam / bejana pembasuhan yang terbuat dari lempengan-lempengan tembaga sebagai cermin-cermin wanita.
Bejana pembasuhan dari tembaga ini berbicara soal;
1.    Baptisan air dalam tanda kematian dan kebangkitan.
Kuasa kematian; mengubur hidup lama (dosa tidak berkuasa lagi).
Kuasa kebangkitan; hidup dalam hidup yang baru (Roma 6: 3-4)
2.    Penyucian oleh air firman Allah (Efesus 5: 26).

Setelah diperiksa dengan penampilan Yesus sebagai firman Anak Allah, maka terlihatlah keadaan dari sidang jemaat di Tiatira.
Wahyu 2: 19
(2:19) Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama.

Setelah diselidiki, tampaklah keadaan sidang jemaat di Tiatira di hadapan Tuhan dengan jelas, yaitu;
YANG PERTAMA.
Terdapatlah kelebihan-kelebihan sidang jemaat di Tiatira, sehingga Tuhan berkata:  
-   Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu
-   “Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama”
Pekerjaan dari seorang hamba Tuhan adalah mengerjakan apa yang dikerjakan oleh Tuhan. Kemudian, pekerjaan dari seorang hamba Tuhan dilihat dari kualitas rohaninya; semakin tingkat kerohaniaannya berkualitas, maka tingkat pekerjaannya akan semakin banyak. Kalau tingkat kerohaniaannya tidak naik, maka pekerjaannya hanya sebatas itu saja.
Kalau pekerjaan dari awal sampai akhir adalah sama, itu adalah penurunan. Apalagi kalau benar-benar pekerjaan itu tidak lagi dikerjakan dengan sungguh-sungguh, berarti tingkat kerohaniannya lebih turun lagi.
Jadi, semakin rohani berkualitas tinggi, maka intensitas pekerjaan juga akan semakin tinggi. Dan kalau seorang hamba Tuhan mengerjakan pekerjaannya dengan cinta kepada Tuhan, maka sedikitpun ia tidak akan bersungut-sungut, sebaliknya kalau ia tidak cinta kepada Tuhan, pekerjaan kecil pun akan terasa berat.
Mengapa Tuhan dapat melihat ketekunan seseorang beribadah melayani Tuhan, mengapa Tuhan dapat melihat kesetiaan? Itu karena Tuhan melihat tingkat kerohanian sidang jemaat di Tiatira.

Kalau begitu, supaya pekerjaan kita lebih banyak, berarti mari kita imbangi dengan kualitas rohani, supaya kita lebih sungguh-sungguh lagi untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan, di mana hari-hari ini adalah hari-hari terakhir, sebab suatu kali kelak orang tidak akan dapat bekerja. Selama masih ada kesempatan untuk bekerja di ladang Tuhan, bekerjalah dengan baik.

Saya kira, jauh lebih baik, bila kita mengarahkan pikiran dan pandangan kita kepada perkara yang sederhana.
Perkara sederhana, ibarat kalau menghitung dimulai dari angka satu.
Angka satu = yang terutama, yaitu mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan kekuatan, lewat ibadah pelayanan yang Tuhan percayakan.
Di hari-hari terakhir ini, jangan lagi mengarahkan pikiran kepada perkara-perkara yang begitu tinggi, perkara-perkara yang tidak mungkin masuk akal. Kalau kita memikirkan apa yang tidak mungkin kita pikirkan, itu adalah roh najis.
Oleh sebab itu, arahkan saja pandangan pada perkara yang sederhana, jangan memikirkan perkara-perkara yang tidak mungkin dipikirkan.

SEDIKIT KESAKSIAN;
sebelum terpanggil sebagai seorang hamba Tuhan, saya seringkali memikirkan apa yang tidak mungkin dipikirkan manusia, dan itu adalah roh najis.
Kemudian, kalau mengarahkan pikiran pada perkara yang tinggi, itu menunjukkan tabiat seseorang, yaitu tinggi hati, sebaliknya jikalau mengarahkan pikiran kepada perkara-perkara yang sederhana, menunjukkan bahwa orang itu adalah orang yang sederhana / menunjukkan kesederhanaan hati seseorang.
Layanilah Tuhan dengan sungguh-sungguh, giatlah bekerja di ladang Tuhan, ladang sudah menguning, siap untuk dituai.

Roma 12: 11
(12:11) Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.

Biarlah roh kita menyala-nyala melayani Tuhan, jangan sampai kerajinan kita kendor, sehingga pekerjaan yang kita kerjakan sekarang dan seterusnya akan lebih banyak dari yang semula.

Roma 12: 12
(12:12) Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!

Untuk menantikan hasil dari pekerjaan;
-      bersukacita dalam pengharapan,
-      sabar dalam kesesakan,
-      bertekun dalam doa.
Kalau hari ini doa belum didengar, itu karena Tuhan mau melihat ketekunan kita.
Kemudian, perlu kita ketahui; “.. tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.” (Yesaya 59: 1-2)
Ini adalah tanda-tanda orang yang rajin dalam pekerjaan Tuhan (kerajinan tidak kendor).

Saya tambahkan sedikit; UNTUK MENANTIKAN HASIL DARI PEKERJAAN, HARGAILAH NABI SUPAYA MENDAPAT UPAH NABI.
Matius 10: 41
(10:41) Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar.

Barangsiapa menyambut seorang nabi, ia akan memperoleh upah nabi.
Satu kali upah yang besar, kalau saja nabi itu berdoa, doa itu pasti didengar, tetapi kalau tidak ada penyatuan hati (tidak menghargai nabi), bagaimana doa mau didengar? Biar buruknya seorang nabi, biar seorang nabi kecil dan hina, tetapi itu dari Tuhan.
Pengalaman hidup itu adalah guru yang terbaik, itu juga adalah nabi yang sedang bernubuat, oleh sebab itu, hargailah, sambutlah nabi supaya menerima upah nabi.

Setelah diselidiki, tampaklah keadaan sidang jemaat di Tiatira di hadapan Tuhan dengan jelas, yaitu;
YANG KEDUA.
Wahyu 2: 20
(2:20) Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.

Selain terdapat kelebihan, terdapat juga kekurangan dari sidang jemaat di Tiatira, itu sebabnya Tuhan berkata: “Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala

SIDANG JEMAAT DI TIATIRA MEMBIARKAN WANITA IZEBEL MENGAJAR HAMBA-HAMBA TUHAN, sekaligus MENYESATKAN.
Kesesatan dari pada ajaran Izebel adalah supaya hamba-hamba;
-      Tuhan berbuat zinah.
-      makan persembahan berhala.

Sedikit saja kesesatan dari satu ajaran, itu cukup merusak, bahkan menghancurkan kandang penggembalaan.
Kalau gembala yang bersalah / berdosa, maka sidang jemaat tidak terkhamiri dengan dosanya, tetapi kalau seorang gembala (hamba Tuhan) mengajarkan ajaran sesat, maka seluruh kandang penggembalaan akan terkhamiri, sekalipun
Oleh sebab itu, di hari-hari terakhir ini, sidang jemaat harus lebih berhati-hati untuk menerima suatu ajaran, karena sedikit kesesatan dari suatu ajaran akan menyebabkan kebinasaan dari pada sidang jemaat.
Oleh karena kasih karunia Tuhan, kita telah menerima banyak pengertian-pengertian supaya terlepas dari ajaran sesat, dan kita patut bersyukur untuk itu.

Kemudian, kalau kita perhatikan ayat 21 ...
Wahyu 2: 21
(2:21) Dan Aku telah memberikan dia waktu untuk bertobat, tetapi ia tidak mau bertobat dari zinahnya.

Tuhan kembali berfirman: “Aku telah memberikan dia waktu untuk bertobat, tetapi ia tidak mau bertobat dari zinahnya
-      Saudaraku, jauh lebih baik kita bertobat hari ini, sekalipun harus lewat pedang yang tajam, ia menusuk amat dalam untuk menyucikan dosa manusia, dari pada dipenggal / leher digorok oleh pedang antikris.
Pedang yang tajam à FIRMAN ALLAH.
-      Jauh lebih baik kita bertobat sekarang dan memberi diri hangus karena cinta akan rumah Tuhan.
Hangus karena cinta akan rumah Tuhan karakterisitk dari api ROH KUDUS yang menghanguskan sifat tabiat daging.
-      Jauh lebih baik kita disucikan oleh KASIH ALLAH, lewat pengorbanan Yesus Kristus, berarti satu di dalam penderitaan Yesus Kristus, dari pada berada dalam penderitaan yang kekal.
Pengorbanan Yesus Kristus = sengsara salib = aniaya karena firman = menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung.

Ingat, bertobatlah selagi ada waktu,
-      karena memberi diri disucikan oleh pedang yang tajam,
-      karena sifat tabiat daging dihanguskan oleh api Roh kudus, dari pada kita hangus oleh api neraka untuk selama-lamanya
-      lebih baik sekarang kita menderita karena mengasihi Tuhan dari pada nanti kita menderita untuk selama-lamanya.

Saudaraku, awalnya Tuhan cukup disenangkan oleh karena kelebihan-kelebihan yang terdapat dalam sidang jemaat di Tiatira, tetapi ternyata terdapat juga kekurangan, dan itu cukup memilukan hati Tuhan.
Awalnya sebelum terlihat jelas keadaan, bentuk, wujud kita, orang lain melihat kita rohaniawan, tetapi setelah ditelusuri, ternyata memilukan hati Tuhan, sehingga Tuhan tidak memberi kepercayaan, dan kalau pun melayani, itu bukan kepercayaan Tuhan, melainkan karena keinginan sendiri, bukan Tuhan yang menggunakan.
Saudaraku, di minggu yang akan datang, kita akan kembali memperhatikan firman ini. Kita akan melihat ajaran Izebel lebih dalam, lebih jauh lagi, sekaligus untuk melihat keadaan, kondisi rohani kita.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment