KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, September 26, 2017

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 19 SEPTEMBER 2017

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 19 SEPTEMBER 2017
(Seri 126)

KITAB KOLOSE

Subtema: MENGGENAPKAN APA YANG KURANG PADA PENDERITAAN KRISTUS.

Shalom saudaraku...
Selamat malam bagi kita semua. Oleh karena kemurahan hati Tuhan kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Doa Penyembahan.

Segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat Rasul Paulus yang dikirim kepada sidang jemaat di Kolose.

Kolose 1: 24
(1:24) Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat.

Dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus.”
Sesungguhnya tidak ada yang kurang dari salib Kristus bahkan Yesus Kristus telah menggenapkan hukum Taurat di atas kayu salib.

Terlebih dahulu kita memperhatikan itu supaya jangan keliru atas pernyataan Rasul Paulus tersebut kepada sidang jemaat di Korintus.

Matius 5: 17
(5:17) "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.

Yesus datang ke dunia ini untuk menggenapi hukum Taurat, menunjukkan bahwa hukum Taurat tidak sempurna adanya.
Berarti, Yesus menyempurnakan ketidak sempurnaan dari hukum Taurat.

Bukti-bukti bahwa hukum Taurat tidak sempurna.
Yang pertama.
Matius 5: 21-22
(5:21) Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.
(5:22) Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.

Menurut hukum Taurat: “Jangan membunuh”, sebab siapa yang membunuh harus dihukum.
Bandingkan dengan kegenapan dalam Kristus Yesus:
-       Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum.
-       Siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama.
-       Siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.

Bukti-bukti bahwa hukum Taurat tidak sempurna.
Yang kedua.
Matius 5: 27-28
(5:27) Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah.
(5:28) Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.

Menurut hukum Taurat: “Jangan berzinah.”
Bandingkan dengan kegenapan dalam Kristus Yesus: setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.

Bukti-bukti bahwa hukum Taurat tidak sempurna.
Yang ketiga.
Matius 5: 31-32
(5:31) Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya.
(5:32) Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.

Menurut hukum Taurat: “Boleh menceraikan isteri dengan syarat memberi surat cerai.”
Bandingkan dengan kegenapan dalam Kristus Yesus: menceraikan isterinya berarti menjadikan isterinya berzinah. Kemudian, setiap orang yang kawin dengan perempuan yang diceraikan sama dengan berzinah.

Bukti-bukti bahwa hukum Taurat tidak sempurna.
Yang keempat.
Matius 5: 33-36
(5:33) Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.
(5:34) Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah,
(5:35) maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar;
(5:36) janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun.

Menurut hukum Taurat: “Jangan bersumpah palsu melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.” Berarti menurut hukum Taurat boleh bersumpah asal jangan bersumpah palsu.
Bandingkan dengan kegenapan dalam Kristus Yesus: “Jangan bersumpah baik demi langit, demi bumi, demi Yerusalem, demi kepalamu sendiri.”

Matius 5: 37
(5:37) Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
Tetapi yang benar: jika ya, katakan ya, jika tidak, katakan tidak.
Berarti ya di atas ya, tidak di atas tidak, lebih dari pada itu, berasal dari si jahat = anak Setan.

Bukti-bukti bahwa hukum Taurat tidak sempurna.
Yang kelima.
Matius 5: 38-39
(5:38) Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.
(5:39) Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.

Menurut hukum Taurat: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi, arti rohaninya; kejahatan dibalas dengan kejahatan. Kalau menurut hukum Taurat, boleh.
Bandingkan dengan kegenapan dalam Kristus Yesus: “Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan siapa yang menampar pipi kananmu, berilah juga pipi kirimu.”

Bukti-bukti bahwa hukum Taurat tidak sempurna.
Yang keenam.
Matius 5: 43-44
(5:43) Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.
(5:44) Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.

Menurut hukum Taurat: “Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuh”, berarti tidak sempurna di dalam kasih. Mengasihi sesamanya, tetapi musuh dibenci, berarti tidak sempurna dalam kasih = berbuat baik hanya kepada orang yang berbuat baik, tetapi tidak berbuat baik kepada orang yang tidak berbuat baik. Pendeknya, kasih itu tidak sempurna di dalam hukum Taurat.
Bandingkan dengan kegenapan dalam Kristus Yesus: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.

Inilah contoh-contoh bahwa hukum Taurat itu tidak sempurna namun Yesus rela menderita di atas kayu salib untuk menggenapi hukum Taurat.

Roma 8: 3
(8:3) Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,

Hukum Taurat tidak berdaya dan tidak berkuasa terhadap dosa oleh karena daging.
Oleh sebab itu, Allah telah mengutus Anak-Nya sendiri di dalam daging yang serupa dengan daging.

Pertanyaannya: mengapa harus serupa dengan daging manusia?
Jawabnya: karena daging telah dikuasai oleh dosa, dengan demikian Ia menanggung hukuman atas dosa di dalam daging-Nya di atas kayu salib supaya manusia lepas dari dosa.

Tadi saya terlebih dahulu beritahukan bahwa penderitaan Yesus Kristus itu begitu sempurna, Dia sanggup menggenapi hukum Taurat.
Supaya tidak terkecoh dengan perkataan Rasul Paulus tadi, maka sengaja saya membawa saudara ke dalam hal ini (Yesus menggenapkan hukum Taurat).

Matius 26: 42
(26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"

Yesus harus minum cawan Allah, artinya; Yesus harus menanggung penderitaan di atas kayu salib, sehingga jadilah kehendak Allah atau kehendak Allah terlaksana oleh-Nya.
Kesimpulannya; Ia telah menggenapi hukum Taurat di atas kayu salib.

Supaya kita lebih diteguhkan lagi bahwa penderitaan Yesus di atas kayu salib begitu sempurna, kita lihat ...
Yohanes 19: 30
(19:30) Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.

Sesudah Yesus minum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai."
Sudah selesai, artinya; tidak ada yang kurang dari penderitaan Kristus = penderitaan Kristus sangat sempurna.

Roma 8: 3-4
(8:3) Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,
(8:4) supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.

Setelah hukum Taurat itu digenapi, kita tidak lagi hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.
Berarti betul-betul penderitaan Yesus Kristus di atas kayu salib itu tidak kurang, tetapi sempurna. Oleh sebab itu sekali lagi saya tandaskan; jangan terkecoh dengan apa yang telah disampaikan oleh Rasul Paulus tadi.
Sampai di sini kita telah diteguhkan tentunya...Haleluyah.

Kita kembali membaca ...
Kolose 1: 24b
(1:24) Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat.

“Dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat.”
Dalam ejaan lama: “Dan menggenapkan dalam diriku, jumlah sengsara Kristus karena tubuh-Nya, yaitu sidang jemaat.”

Kita sendiri telah melihat bahwa penderitaan Kristus begitu sempurna, sehingga berkuasa untuk menyempurnakan hukum Taurat.
Sekarang mari kita simak, pernyataan Rasul Paulus tentang “Menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus.”

Kolose 1: 25
(1:25) Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu,

Rasul Paulus harus melanjutkan atau meneruskan pemberitaan firman, kepada sidang jemaat Tuhan (tubuh-Nya).
Yesus Kristus telah mati di atas kayu salib, hari ketiga Ia bangkit, kemudian naik dan dipermuliakan, sekarang Ia duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Dengan demikian siapakah yang akan meneruskan pemberitaan Injil? Jawabannya adalah Rasul-rasul (12 murid) salah satunya adalah Rasul Paulus, secara khusus memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa yang tak bersunat (bangsa kafir).
Di tengah-tengah pemberitaan injil inilah Rasul Paulus banyak menanggung penderitaan, sehingga dia berkata: dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus dalam tubuh-Nya, karena setiap orang yang memberitakan injil, dia harus menanggung banyak penderitaan.

1 Korintus 9: 15
(9:15) Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satu pun dari hak-hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini, supaya aku pun diperlakukan juga demikian. Sebab aku lebih suka mati dari pada ...! Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapa pun juga!
Perhatikan kalimat: “Sebab aku lebih suka mati dari pada ...!
Titik titik ini harus kita jawab malam ini. Untuk menjawab ini, kita lanjut dengan pembacaan ayat 16-17.

1 Korintus 9: 16-17
(9:16) Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.
(9:17) Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku.

Rasul Paulus menceritakan tentang pelayanannya sebagai pemberita injil kepada jemaat Tuhan.
Oleh sebab itu, ia mengatakan selanjutnya;
-       Pemberitaan injil itu adalah suatu keharusan.
-       Rasul Paulus berkata: “Celakalah aku jika aku tidak memberitakan injil.
-       Rasul Paulus berkata: “Pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku.

Kesimpulannya, kelanjutan dari kalimat: sebab aku lebih suka mati dari pada TIDAK MEMBERITAKAN INJIL !
Inilah tugas penyelenggaraan yang dipercayakan oleh Tuhan kepada Rasul Paulus.

Pemberitaan injil itu tidak mesti di atas mimbar. Kalau kita menjadi surat pujian, menjadi surat Kristus yang dapat dibaca, yang dapat dikenal baik lewat perkataan, baik lewat perbuatan, solah tingkah, gerak-gerik kita, itu juga disebut pemberitaan injil.
Jadi kalau Rasul Paulus berkata: sebab aku lebih suka mati dari pada tidak memberitakan injil, maka itu juga yang harus kita tanamkan di dalam hati pikiran ini bersama-sama.

Jangan terlalu berpikir muluk-muluk. Jangan terlalu memikirkan kesusahan hari esok, itu yang membuat kita akhirnya patah semangat, ujung-ujungnya gagal.
Yang harus kita tanamkan dalam hati dan pikiran kita adalah seperti yang dinyatakan Rasul Paulus: sebab aku lebih suka mati dari pada tidak memberitakan injil sama sekali.
Percayalah. Eben-Haezer. Setiap hari, kita temukan hari yang baru, lalu kita berkata:  Eben-Haezer, sampai di sini Tuhan menolong saya. Besok kita akan mengatakan hal yang sama, Eben-Haezer, sampai di sini Tuhan menolong saya. Lusa kita harus berkata dengan perkataan yang sama, Eben-Haezer, sampai di sini Tuhan menolong saya.
Perlu untuk diketahui: kesusahan hari ini adalah untuk hari ini, sedangkan hari esok mempunyai kesusahannya sendiri. Oleh sebab itu, jangan patah semangat, jangan mau digagalkan oleh Setan hanya karena memikirkan kesusahan hari esok. Tetapi yang harus kita tanamkan dalam hati dan pikiran ini, seperti yang dinyatakan oleh Rasul Paulus, percayalah.
Tanamkanlah dalam hati: aku lebih suka mati dari pada tidak memberitakan injil.

Kalau pikiranmu mulai dikecoh oleh Setan kembalikan kepada kebenaran firman, ubah cara berpikir yang lama. Jangan ikuti cara Setan. Pemikiran ini harus diubah. Jangan hanya karena ingin menabung uang sedikit, lalu engkau gagal.
Biarlah perkataan Rasul Paulus ini ditanamkan dan kita akan melihat pertolongan Tuhan dan mulut  kita akan berkata sampai di sini Tuhan menolong saya.
Sekali lagi saya tandaskan: jangan mau digagalkan oleh Setan lagi...Haleluyah.

1 Korintus 9: 18-19
(9:18) Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil.
(9:19) Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.

Upah yang diinginkan dari Tuhan: “Memberitakan injil tanpa upah”, kemudian tidak menggunakan haknya sebagai pemberita injil.
Sehingga dengan demikian, ia bebas terhadap semua orang dan menjadi hamba dari semua orang.
Kalau seorang hamba Tuhan setiap kali memberitakan injil lalu dia menuntut setiap sidang jemaat, bukankah dia menjadi batu sandungan? Tetapi di sini dia berkata, upahku adalah kalau dipercaya untuk memberitakan injil tanpa upah, kemudian dia tidak menuntut haknya sebagai pemberita injil, sehingga dia bebas terhadap semua orang, karena orang lain tidak tersandung.
Orang-orang tidak tersandung dalam pemberitaan injil, dan dia menjadikan dirinya hamba terhadap semua orang. Tujuannya: supaya ia boleh memenangkan sebanyak mungkin jiwa di tengah pemberitaan injil itu.
Kalau misalnya dia menuntut haknya sebagai pemberita injil, orang lain pasti tersandung.

Kalau Rasul Paulus menerapkan hal yang demikian di tengah pelayanan, maka otomatis dia banyak menanggung penderitaan. Maka wajar saja dia mengatakan: “Dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus untuk sidang jemaat”, karena dia meneruskan pemberitaan injil.

Kalau saudara melayani Tuhan, sesuai dengan karunia jabatan, jangan terlalu banyak menuntut hak supaya kita bebas melayani semua orang, dan menjadi hamba dari semua orang.

1 Korintus 9: 20-22
(9:20) Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat.
(9:21) Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat.
(9:22) Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka.

Keadaan Rasul Paulus di tengah-tengah pemberitaan injil:
-       Bagi orang Yahudi ia menjadi sama seperti orang Yahudi.
-       Bagi orang yang hidup menurut hukum Taurat ia sama seperti orang yang hidup menurut hukum Taurat.
-       Bagi bangsa kafir, ia sama seperti bangsa kafir.
-       Bagi orang yang lemah ia sama seperti orang-orang yang lemah.

Pendeknya; bagi semua orang, ia telah menjadi segala-galanya, maka dapatlah kita bayangkan betapa hebatnya penderitaan yang harus ia tanggung.
Saudara bisa bayangkan? Untuk orang Yahudi ia harus sama seperti orang Yahudi, betapa ketatnya orang Yahudi. Untuk orang yang berada di bawah hukum Taurat dia harus sama seperti orang yang berada di bawah hukum Taurat. Untuk bangsa kafir, dia harus sama seperti bangsa kafir.
Tetapi bukan berarti sikapnya seperti bangsa kafir, maksudnya dia harus bisa diterima di tengah-tengah bangsa kafir. Kemudian, bagi orang-orang yang lemah, ia juga sama seperti orang lemah. Pendeknya, bagi semua orang ia menjadi segala-galanya, berarti betapa hebatnya penderitaan yang harus ia tanggung hanya untuk meneruskan pemberitaan injil ini.

Kesimpulannya, Rasul Paulus dapat menerima kelebihan dan kekurangan -kekurangan dari; orang Yahudi, orang yang berada di bawah hukum Taurat, bangsa kafir, orang-orang yang lemah, dengan satu tujuan; supaya ia memenangkan sebanyak-banyaknya jiwa.
Memang tidak mungkin bisa memenangkan jiwa kalau kita tidak bisa beradaptasi (tidak diterima) dengan orang-orang yang kita layani.

1 Korintus 9: 23
(9:23) Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya.

Rasul Paulus rela menanggung banyak penderitaan hanya karena memberitakan injil.
Kemudian di atas telah saya singgung tadi, dia memberitakan injil tanpa upah dan dia tidak menuntut haknya sebagai pemberita injil. Betapa hebatnya penderitaan yang ia alami.

1 Korintus 9: 15
(9:15) Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satu pun dari hak-hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini, supaya aku pun diperlakukan juga demikian. Sebab aku lebih suka mati dari pada ...! Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapa pun juga!

Rasul Paulus bermegah atas segala penderitaannya, bukan bermegah atas segala kelebihannya, maka dia berani mengatakan: “Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapa pun juga!
Artinya: pelayanan Rasul Paulus di tengah-tengah pemberitaan injil dapat diterima semua orang.

Di sinilah letak kelebihan dari seorang pemberita injil.
Efesus 3: 13
(3:13) Sebab itu aku minta kepadamu, supaya kamu jangan tawar hati melihat kesesakanku karena kamu, karena kesesakanku itu adalah kemuliaanmu.

Rasul Paulus banyak menanggung penderitaan dan kesesakan di tengah-tengah ibadah pelayanan karena sidang jemaat Tuhan.
Tujuan kesesakan yang dialami Rasul Paulus: supaya sidang jemaat Tuhan memperoleh kemuliaan. Oleh sebab itu Rasul Paulus berpesan: jangan tawar hati atau jangan sampai tidak ada rasa melihat seorang hamba Tuhan yang sedang menderita karena perjuangannya terhadap sidang jemaat Tuhan, justru kita membutuhkan dan mendambakan hamba Tuhan yang demikian.
Kita ini ada kalanya saat melihat hamba Tuhan di dalam pengalaman kematian, kita mengecilkan dia, kita tawar hati melihat orang yang seperti itu. Sebetulnya, justru kita membutuhkan hamba Tuhan yang seperti itu, jangan sampai hambar, tidak ada rasa melihat hamba Tuhan yang seperti itu. Jangan malah sebaliknya, kagum melihat hamba Tuhan yang tidak dalam pengalaman kematian, hanya karena memiliki gereja besar dan  perkara lahiriah. Itu adalah kesalahan besar.

Justru di dalam penderitaan seorang hamba Tuhan, oleh karena perjuangannya terhadap ibadah dan pelayanannya kepada sidang jemaat Tuhan, kita kagum, kita membutuhkannya, tidak tawar hati.

Tadi telah diungkapkan dalam Kolose 1: 24b, Tuhan menambahkan jumlah sengsara Kristus di dalam dagingnya, oleh sebab itu dia berpesan: jangan tawar hati, sebab tujuan dari penderitaan Rasul Paulus di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, supaya sidang jemaat Tuhan memperoleh kemuliaan.
Sesungguhnya kita membutuhkan dan mendambakan hamba Tuhan yang demikian, kita pikir dia kena pukul dan kena tulah dari Allah, padahal karena dosa kita yang ditanggungnya...Yesaya 53: 3-5.

Semua orang mengakui pelayanan Rasul Paulus, sebab dia bebas melayani semua orang, tidak ada yang tersandung, semua orang mengakui kemegahannya sebab dia bermegah atas penderitaannya. Bukan bermegah atas kelebihannya tetapi atas kelemahannya, atas sengsara salib, sehingga semua orang mengakui.
Berapa banyak jemaat di Asia kecil, selain tujuh sidang jemaat, Efesus sampai jemaat di Laodikia, juga Kolose mengakuinya, Korintus mengakuinya, kemudian jemaat di Makedonia mengakuinya, kemudian di Tesalonika mengakuinya.
Apa buktinya? Surat yang ditulis kepada jemaat-jemaat di Asia kecil telah dibaca oleh jemaat-jemaat itu. Dengan penuh penderitaan, dia teruskan pemberitaan itu. Itu sebabnya Rasul Paulus berkata: aku menggenapi penderitaan Kristus, bukan berarti salib Kristus tidak sempurna, karena tidak mungkin Yesus menginjili dari daerah ke daerah. Dia telah mati di atas kayu salib, hari ketiga Ia bangkit, lalu naik dan dipermuliakan, sekarang kitalah yang melanjutkannya karena kita menjadi surat Kristus, surat pujian yang dapat dibaca orang. Apa upah kita? Kalau dipercaya memberitakan injil.
Tidak usah tuntut-tuntut yang lain supaya kita bebas melayani semua orang. Jadikan diri untuk menjadi hamba semua orang.

Dahulu banyak kegagalan karena Setan sudah mulai merecoki pemikiran manusia, ubah sekarang juga, karena Tuhan tolong kita, dan kita berkata Eben-Haezer, sampai di sini Tuhan menolong kita. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


No comments:

Post a Comment