KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Thursday, December 21, 2023

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 21 DESEMBER 2023

 


                                        

 IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 21 DESEMBER 2023

KITAB MALEAKHI PASAL 2

(Seri: 1)

 Subtema: PERCAYA TUHAN PASANGAN SEJATI


Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN, oleh karena rahmatNya kita dihimpunkan lewat Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci. 


Saya tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat ketebusan TUHAN yang mengikuti Ibadah dan pemberitaan Firman TUHAN secara online atau Live Streaming, YouTube, Facebook dimanapun berada. Biarlah kiranya damai sejahtera memerintah kehidupan kita dan selanjutnya bahagia menikmati sabda Allah. Dalam Roh kita berdoa, supaya firman yang dibukakan itu memberikan kepastian, meneguhkan hati kita masing-masing. 


Secepatnya kita sambut Studi Maleaki sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci. 

Kita kembali untuk memeriksa Maleakhi 2:5. Namun biarlah kiranya kita tetap mengawali pembacaan dari Maleakhi 2:4.

Maleakhi 2:4. Perikop: “Murka TUHAN terhadap para Imam.”

Maleakhi 2:4

(2:4) Maka kamu akan sadar, bahwa Kukirimkan perintah ini kepadamu, supaya perjanjian-Ku dengan Lewi tetap dipegang, firman Tuhan semesta alam.


Perintah TUHAN kepada para imam yaitu supaya perjanjian Tuhan dengan Lewi tetap dipegang.


Sejenak kita akan melihat perjanjian TUHAN dengan Lewi dalam Bilangan 3:11-13.

Bilangan 3:11-13

(3:11) Tuhan berfirman kepada Musa: (3:12) ”Sesungguhnya, Aku mengambil orang Lewi dari antara orang Israel ganti semua anak sulung mereka, yang terdahulu lahir dari kandungan, supaya orang Lewi menjadi kepunyaan-Ku, (3:13) sebab Akulah yang punya semua anak sulung. Pada waktu Aku membunuh semua anak sulung di tanah Mesir, maka Aku menguduskan bagi-Ku semua anak sulung yang ada pada orang Israel, baik dari manusia maupun dari hewan; semuanya itu kepunyaan-Ku; Akulah Tuhan .”


Tuhan mengambil suku Lewi dari antara orang Israel, ganti semua anak sulung dari orang Israel.


Lebih rinci terkait dengan anak sulung dalam Bilangan 8:18-19.

Bilangan 8:18-19 Perikop: “Pentahbisan orang Lewi”.
(8:18) Maka Aku mengambil orang Lewi ganti semua anak sulung yang ada pada orang Israel. (8:19) dan Aku menyerahkan orang Lewi dari tengah-tengah orang Israel sebagai pemberian kepada Harun dan anak-anaknya untuk melakukan segala pekerjaan jabatan bagi orang Israel di Kemah Pertemuan, dan untuk mengadakan pendamaian bagi orang Israel, supaya orang Israel jangan kena tulah apabila mereka mendekat ke tempat kudus.”



Suku Lewi diangkat menjadi anak sulung (milik kepunyaan Tuhan) untuk:

  • Melayani Tuhan dan pekerjaan Tuhan sesuai dengan karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh Kudus.

  • Untuk mengadakan pendamaian bagi orang Israel, sehingga umat Israel jangan kena tulah  (hukuman), karena dosa-dosa dan pelanggaran-pelanggaran yang diperbuat bangsa Israel.

Itu berarti, suku Lewi harus memiliki kerelaan untuk merendahkan diri bahkan rela menjadi korban pendamaian. Jadi, melayani TUHAN harus dengan kerendahan hati dan harus rela menjadi korban untuk pendamaian. 


Bilangan 8:18-19 ada sangkut pautnya dengan Lukas 2:22.

Lukas 2:22-24

(2:22) Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan. (2:23) seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: ”Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”, (2:24) dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.


Semua anak laki-laki, terlebih anak yang sulung harus diserahkan (dikuduskan) kepada TUHAN untuk mempersembahkan korban, yaitu mempersembahkan sepasang burung tekukur.

Antara lain:

  • Melayani Tuhan dan pekerjaan Tuhan sesuai dengan karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh Kudus.

  • Menjadi pendamaian.

Jadi, seorang imam tidak hanya sekedar melayani di altar, tapi juga sekaligus menjadi pendamaian (korban) untuk memperdamaikan, itu arti sepasang. Kalau hanya melayani tetapi tidak menjadi pendamaian bukan sepasang, tetapi itu baru sebagian dari satu kesatuan dari dua burung tekukur. Jadi, dengan pengertian ini kita akan menyikapi arti dari hak kesulungan ini dengan bijaksana.


Selanjutnya, kita akan melihat perjanjian TUHAN dengan Lewi dalam Maleakhi 2:5.

Maleakhi 2:5

(2:5) Perjanjian-Ku dengan dia pada satu pihak ialah kehidupan dan sejahtera dan itu Kuberikan kepadanya – pada pihak lain ketakutan – dan ia takut kepada-Ku dan gentar terhadap nama-Ku.


Perjanjian Tuhan dengan Lewi pada satu pihak atau yang disebut sebagai pihak yang pertama,

yaitu: Kehidupan dan sejahtera. Kepada pihak lain (pihak kedua) / pihak dari suku Lewi adalah: Ketakutan itu berarti, suku Lewi harus dikuasai Roh takut akan Tuhan dan gentar terhadap nama Tuhan.


Jadi yang pasti apabila para Imam (pelayan Tuhan)  dengan sungguh-sungguh bepegang pada perjanjian TUHAN dengan Lewi, maka dari pihak TUHAN yang membuat perjanjian akan memberikan kehidupan dan sejahtera untuk para Imam. Jadi para Imam tidak akan pernah mengalami kerugian apabila para imam berpegang teguh pada perjanjian TUHAN dengan Lewi = Tidak rugi melayani TUHAN.


Untuk membuktikan janji TUHAN kepada para Imam dapat kita lihat dalam Bilangan 25:10-11.

Bilangan 25:10-11 Perikop: “Israel menyembah Baal-Peor”. 

(25:10) Tuhan berfirman kepada Musa: (25:11) ”Pinehas, anak Eleazar, anak imam Harun, telah menyurutkan murka-Ku dari pada orang Israel, oleh karena ia begitu giat membela kehormatan-Ku di tengah-tengah mereka, sehingga tidaklah Kuhabisi orang Israel dalam cemburu-Ku.


TUHAN akan menghabisi atau membunuh orang Israel  di Sitim, sebab Israel telah membuat TUHAN dalam cemburu yang amat sangat besar. Akan tetapi Pinehas tampil untuk menyurutkan murka TUHAN karena ia giat membela kehormatan TUHAN. 


Pinehas ini adalah cucu Harun, anak Eliezer. Pinehas adalah seorang Imam. Sebagai imam (pelayan TUHAN/hamba TUHAN)  Pinehas berpegang teguh pada perjanjian TUHAN dengan Lewi, itu memang tugas dari para Imam.  


Mari kita lihat mengapa TUHAN begitu cemburu ?.

Bilangan 25:1

(25:1) Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab.


Singkat kata Israel berzinah dengan perempuan-perempuan Moab di Sitim. Jadi sebelum melintasi Wilayah Moab mereka berhenti di Sitim dan berkemah di Sitim. Tetapi pada saat Israel berkemah di Sitim, Israel berzinah dengan perempuan-perempuan Moab disitu. 

Berzinah = Berhubungan dengan orang yang bukan pasangannya. 


DAMPAK NEGATIF PERZINAHAN.

Bilangan 25:2

(25:2) Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu ke korban sembelihan bagi allah mereka, lalu bangsa itu turut makan dari korban itu dan menyembah allah orang-orang itu. (25:3) Ketika Israel berpasangan dengan Baal-Peor, bangkitlah murka Tuhan terhadap Israel;


Singkat kata bangsa Israel menjadi pasangan dari Baal-Peor (berhala orang Moab).


2 Korintus 6:11-13 Perikop: “Jangan ada lagi noda kekafiran”.

(6:11) Hai orang Korintus! Kami telah berbicara terus terang kepada kamu, hati kami terbuka lebar-lebar bagi kamu. (6:12) Dan bagi kamu ada tempat yang luas dalam hati kami, tetapi bagi kami hanya tersedia tempat yang sempit di dalam hati kamu. (6:13) Maka sekarang, supaya timbal balik – aku berkata seperti kepada anak-anakku –: Bukalah hati kamu selebar-lebarnya


Hubungan kita dengan Tuhan seharusnya dalam hubungan timbal balik, maksudnya adalah; jikalau Tuhan mau menerima kita apa adanya, maka sebaliknya kita juga harus menerima Tuhan dengan hati selebar-lebarnya untuk pemberitaan Firman yang disampaikan. Wujud dari hubungan timbal balik; jangan berpasangan dengan orang-orang yang tidak percaya. Tapi sebaliknya, jika berpasangan dengan orang-orang yang tidak percaya kepada salib Kristus, berarti dia bukan pasangan TUHAN, dia tidak ada sangkut pautnya (hubungan) dengan TUHAN. 


Wujud dari hubungan timbal balik adalah jangan menjadi pasangan dari orang-orang yang tidak percaya, berarti kita harus percaya. Sama seperti orang yang membangun hubungan harus sama-sama percaya. Israel sudah berpasangan dengan Baal-Peor, mereka berarti tidak percaya lagi kepada TUHAN. 


2 Korintus 6:14-16

(6:14) Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? (6:15) Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? (14:16) Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: ”Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku.


Jangan menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya.
Contoh pasangan yang tidak seimbang:

a.  Kebenaran dan kedurhakraan

- Kebenaran sumbernya ialah salib.

- Kedurhakaan pemberontakan terhadap salib / anti kepada Kristus, disebut dengan roh antikris.

b. Terang dan gelap

- Terang = siang, sementara siang adalah kesempatan untuk bekerja (melayani Tuhan dan pekerjaan Tuhan sesuai dengan karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh Kudus.
- Gelap = malam. Malam adalah tempat semua dosa disembunyikan. Orang-orang malam adalah orang yang mabuk dalam hawa nafsu daging, juga hidup dalam kemalasan. Jadi gelap dan terang itu tidak boleh berpasangan.


c. Kristus dan Belial

- Kristus = Kepala tubuh = Pemimpin yang disebut juga Mesias. Orang-orang yang melayani Tuhan disebut imam (pemimpin Rohani).

Belial = pemimpin dalam bentuk segala kejahatan.


d. Orang percaya dan orang yang tidak percaya
  -  Percaya = menerima Yesus sebagai Juruselamat. Yesus adalah pintu gerbang dari kerajaan 

       Sorga
  - Tidak percaya = tidak mau menerima Yesus sebagai Juruselamat = tidak beriman = percaya pada pintu gerbang maut, itulah setan tritunggal, antara lain; naga, antikris, dan nabi-nabi palsu.

Jadi menerima setan tritunggal = Percaya dengan pintu gerbang maut. 


e. Bait Allah dan berhala
  - Bait Allah = Rumah Tuhan, tempat dari kegiatan Roh Allah yang suci (tempat dari aksi Roh                 —--Allah).
  - Berhala "tuhan", tetapi dibuat dengan tangan manusia. Ini yang banyak di sembah manusia.


Kalau dikatakan bodoh, tetapi dia punya pendidikan tinggi, artinya pandai secara pengetahuan umum, tetapi bodoh dalam pengetahuan rohani . Kalau dia bijaksana tidak mungkin menyembah berhala, karena berhala itu adalah buatan tangan manusia.  Namanya juga buatan tangan manusia, punya mulut tetapi tidak bisa bicara. Apa yang bisa diharapkan dari tuhan yang tidak bisa bicara. Punya mata tapi tidak bisa melihat. Itu sebabnya mereka yang hidup dalam penyembahan berhala sesuka hati melakukan apa saja karena tuhan-nya punya mata tapi tidak melihat. Sedangkan kehidupan yang menyembah Allah yang benar takut TUHAN. Sekalipun mata TUHAN tidak melihat, ia tidak berani berbuat dosa karena TUHAN melihat. 


2 Korintus 6:16

(6:16) Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: ”Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku.


2 Korintus 6:16B bila dikaitkan dengan pola Tabernakel terkena pada dari Tabut Perjanjian

Tabut Perjanjian terdiri dari dua bagian:
1. Peti.
2. Tutupan Grafirat (tutupan pendamaian dengan kedua kerub di atasnya, menunjuk kepada Allah Trinitas yakni Yesus Kristus Mempelai Pria sorga.
dengan rincian:

  • Tutupan Grafirat/pendamaian 🡪 Pribadi Yesus Anak Allah

  • Kerub pertama 🡪Allah Bapa.

  • Kerub kedua 🡪 Roh Allah yang suci.


Jadi, dari sini kita dapat memetik satu pengertian: Tidak boleh menjadi pasangan dari berhala atau pasangan yang tidak seimbang, melainkan harus menjadi pasangan dari Tuhan. Sebab itu muara dari ibadah di bumi ini yaitu perjamuan malam pesta nikah Anak Domba (Wahyu 19:6-9)


2 Korintus 6:17

(6:17) Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu.


Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka

Saya teringat dengan Lot, keponakan dari Abram. Begitu Abraham sangat diberkati oleh Imannya yang luar biasa. Kemudian oleh Imannya Lot keponakanya juga sangat diberkati. Akhirnya antara Gembala Abraham dengan Gembala Lot bertengkar karena merasa daerah itu kurang luas bagi mereka. Lalu akhirnya Abraham berkata : Supaya jangan ada pertengkaran antara gembalamu dengan gembala Lot maka Abraham berkata kepada Lot dalam Kejadian 13:9: Bukankah seluruh negeri ini terbuka untuk engkau? Baiklah pisahkan dirimu dari padaku; jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri.” 3:10 Lalu Lot melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman Tuhan , seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar. – Hal itu terjadi sebelum Tuhan memusnahkan Sodom dan Gomora. –


Intinya Lot berpisah dari Abraham, tetapi ia tidak berpisah dari berhala-berhala dan kenajisan. 

Singkat kata Lot menjadi pasangan yang tidak seimbang. Seharusnya pisahkan diri dari mereka

itu yang benar. Jadi karena Lot ke kiri (Timur), maka Abraham ke kanan (tanah Kanaan sebelah Barat). 


Mulai dari Mesir sampai Pilistin itu Timur. Pembangunan Tabernakel dari Timur sampai ke Barat, itu yang benar; ini yang memisahkan dari kenajisan = Tidak berpasangan dengan pasangan yang tidak semibang = Tidak berpasangan dengan orang yang tidak percaya. Karena itu pilihan Lot; tidak terpisah dari pasangan yang tidak seimbang, akhirnya ia menjadi sangat menderita sekali. Jadi, keadan kita tergantung pilihan masing-masing dari sekarang sampai TUHAN datang nanti.

 

Jangan menjamah apa yang najis, supaya kita diterima oleh Tuhan = Jangan menjadi pasangan yang tidak seimbang supaya TUHAN menerima kita. Kalau kita sudah menjadi pasangan dari kenajisan, tentu kita tidak diterima TUHAN. Itulah dampak negatif perzinaan (menjadi pasangan Baal-Peor berhala dari orang Moab).


CIRI-CIRI MENJADI PASANGAN YANG TIDAK SEIMBANG.

Bilangan 25:2

(25:2) Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu ke korban sembelihan bagi allah mereka, lalu bangsa itu turut makan dari korban itu dan menyembah allah orang-orang itu.


Bangsa Israel berada dalam 2 hal:
YANG PERTAMA: Bangsa Israel turut makan dari korban yang dipersembahkan kepada berhala (Baal-Peor), artinya: kebenaran dari berhala yang dihidupi

Kita harus menikmati kebenaran dari Sorga bukan kebenaran dari berhala. Berhala memang punya aturan, umpama peraturan kerja di bumi ini masuk jam 8 pulang jam setengah 5 sore. Apabila seseorang sudah menjadi pasangan yang tidak seimbang (menjadi pasangan berhala) otomatis dia akan hidup dalam kebenaran itu. Apapun katanya dia akan berpegang teguh pada kebenaran itu. Walaupun dia harus tinggalkan jam-jam ibadah, dia harus makan dari situ, dia hidup dalam kebenaran itu.  

Atau misalnya orang berbisnis. Biasanya orang berbisnis waktunya ditentukan oleh lawan berbisnis. Kalau dia sudah termakan dengan korban persembahan dari berhala itu, maka ia harus mengutamakan bisnisnya, dia harus mengutamakan aturan-aturan dari bisnis itu untuk memperoleh laba atau keuntungan yang besar, sehingga untuk itu dia berani tinggalkan jam-jam ibadah, dia tidak takut. Nah, ini kebenaran yang datang dari berhala. Kalau sudah menikmati kebenaran seperti ini, dia tidak akan perduli dengan kebenaran dari Sorga. Inilah ciri sudah berpasangan dengan berhala. 


YANG KEDUA: Bangsa Israel menyembah Baal-Peor.
Penyembahan adalah tingkat ibadah yang tertinggi, disebut juga dengan puncak ibadah, sebab penyembahan sangat erat hubunganya dengan nikah. Jadi penyembahan yang benar adalah gambaran dari nikah suci yang benar. Begitu juga sebaliknya, kalau hubungannya suci dengan Tuhan, pasti penyerahannya juga benar dihadapan Tuhan.

Ibadah = nikah, nikah = ibadah, seperti Taman Eden. Taman Eden itu adalah ibadah yang harus diusahakan dan dipelihara. Sementara di taman Eden ada sepasang manusia yaitu Adam dan Hawa.


Intinya: Ibadah = nikah, nikah = ibadah, sedangkan puncak ibadah adalah Doa Penyembahan.


Kalau penyembahan seseorang benar pasti ia ada pada nikah suci yang benar. Demikian juga sebaliknya, apabila dalam nikah suci yang benar pasti penyembahannya (penyerahannya) kepada TUHAN pasti benar. Kalau hubungannya suci dengan TUHAN pasti penyerahannya benar di hadapan TUHAN. Perlu diketahui: Nikah yang benar dan penyembahan yang benar, adalah klimaks dari rencana Tuhan.


Bilangan 25:2

(25:2) Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu ke korban sembelihan bagi allah mereka, lalu bangsa itu turut makan dari korban itu dan menyembah allah orang-orang itu.


Terkait dengan korban sembelihan dapat kita lihat lebih jelas pada ayat berikutnya.


Mazmur 51:19

(51:19) Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.


Jiwa bangsa Israel hancur dan remuk untuk Baal-Peor. Banyak orang setengah mati berjuang untuk pekerjaanya, setengah mati berjuang untuk bisnis yang dikeolahnya, tetapi untuk Tuhan tidak mau mempersembahkan korban persembahan, tidak mau berjuang sedikitpun.


Untuk kuliah no 1. Tidak salah kuliah, tidak salah bekerja, tidak salah berbisnis, tidak salah mengadakan usaha-usaha di muka bumi ini. Tetapi TUHAN akan cemburu bilamana kita dengan rela mempersembahkan korban persembahan kepada berhala; jiwa hancur kepada berhala, hati patah dan remuk, tetapi untuk TUHAN separuhnya pun tidak ia persembahkan. Padahal yang memelihara hidupnya bukan berhala, tetapi TUHAN. Bukan kuliah yang memelihara masa depan, tapi TUHAN. Bukan bisnis yang memlihara  masa depan, tetapi TUHAN. Berlaku dewasalah dan bijaksanalah. Jadi kalau TUHAN pada akhirnya murka wajarlah.


Bagaimana hati kita setelah mendapat pengertian ini? apakah mau terbuka dan berubah? atau tetap bertahan dengan keras hati, tidak mau berubah? sehingga dalam penyembahan itu terus kering-kering. Tapi saya kira kuasa dan doa dari Imam Besar sudah dipantulkan dari salib di Golgota, akhirnya kita mendapat pertolongan di malam ini. Hati kita sangat terbuka, karena kita tidak akan bertahan dalam kebodohan, tidak mau disebut sebagi idiot (kerdil seperti bonsai.)


Bilangan 25:3

(25:3) Ketika Israel berpasangan dengan Baal-Peor, bangkitlah murka Tuhan terhadap Israel;


Wajar tidak TUHAN marah, wajar tidak TUHAN murka? wajar, karena mereka sudah membuat TUHAN cemburu. Untuk berhala kita mau mati-matian, keringat dimana-mana, tetapi untuk ibadah perhatian kita sedikitpun tidak ada. Jangankan keringat satu tetes, perhatian pun tidak ada. 


Bilangan 25:4-5

(25:4) lalu berfirmanlah Tuhan kepada Musa: ”Tangkaplah semua orang yang mengepalai bangsa itu dan gantunglah mereka di hadapan Tuhan di tempat terang, supaya murka Tuhan yang bernyala-nyala itu surut dari pada Israel.” (25:5) Lalu berkatalah Musa kepada hakim-hakim Israel: ”Baiklah masing-masing kamu membunuh orang-orangnya yang telah berpasangan dengan Baal-Peor.”


Demi kesucian Ilahi, Allah bertindak dan secepatnya berfirman kepada Musa, yaitu: Untuk menghukum gantung orang-orang yang mengepalai kelompoknya yang berzinah di tempat yang terang. TUHAN itu terang, maka tindakan TUHAN juga terang, pembalasan TUHAN juga terang. TUHAN tidak diam-diam membunuh orang yang bersalah, tetapi secara terang-terangan supaya orang juga kapok dan mau berhenti berbuat dosa yang sama dengan orang yang menerima hukuman.

Kemudian, Musa memerintahkan hakim-hakim Israel untuk membunuh orang yang berpasangan dengan Baal-Peor. Jadi yang menghukum umat Israel yang berzinah dengan  perempuan moab  adalah hakim-hakim.



Hakim-hakim menurut kitab Hakim-hakim adalah gambaran dari Roh Kudus (Roh Allah yang suci).  Perlu untuk dikethui, sebelum dipimpin seorang Raja, Israel terlebih dahulu dipimpin oleh seorang hakim.

Dari ayat yang kita baca, kita dapat melihat tiga pribadi yang disebut pemimpin yaitu:
1. Allah.
2. Musa.
3. Hakim-hakim.
Pendeknya, Allah mengutus Musa untuk melaksanakan perintahnya. Kemudian Musa melanjutkan perintah itu  kepada Hakim-hakim. 

Jadi dari sini kita mendapat suatu pengertian:
-  Menghujat Allah; tidak dihukum (masih diampuni)
-  Menghujat Anak Allah; tidak dihukum (masih diampuni)
Menghujat Roh Kudus; dihukum (tidak diampuni). 

Itu sebabnya yang mengeksekusi (menghukum) gantung orang-orang yang mengepalai kelompok dan yang berpasangan dengan Baal-Peor  adalah Hakim-hakim.


Jadi, menghujat Allah masih diampuni, menghujat anak Allah masih diampuni . Tetapi apabila menghujat kegiatan Roh (mengabaikan ibadah dan pelayanan) tidak diampuni, baik di dunia ini maupun di sorga (Matius 12:30).


Matius 12:30-32

(12:30) Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan. (12:31) Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. (12:32) Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak.



Kita adalah bait Allah (tubuh Kristus). Tubuh itu satu walaupun anggotanya banyak dan berbeda-beda. Menghujat Allah masih diampuni, menghujat Anak Allah diampuni, tetapi menghujat kegiatan Roh Allah, menghujat ibadah dan pelayanan, mengabaikan ibadah dan pelayanan tidak diampuni, darah Yesus berarti tidak berlaku atas dia


Selagi masih ada kesempatan, hargai kegiatan Roh ini setinggi-tingginya. Jangan sampai kita menjadi pasangan yang tidak seimbang, supaya TUHAN tidak cemburu. Kalau TUHAN murka wajarlah, Dia yang membentuk dan menciptakakan kita, Dia yang memberkati dan memberi nafas kepada kita, tapi bisa-bisanya kita berlaku serong (berzinah) dengan yang bukan pasangan kita dihadapan TUHAN.

Hati-hati, mempersembahkan korban persembahan kepada berhala, tetapi kepada TUHAN tidak pernah korbankan korban sembelihan, maka TUHAN akan cemburu.


Kita sudah melihat apa yang TUHAN nyatakan kepada kita. Seorang Imam harus berpegang teguh pada perjanjian TUHAN dengan Lewi, nanti janji TUHAN memberi hidup dan sejahtera. Dari pihak Lewi (imam) harus memiliki Roh takut akan Tuhan dan gentar terhadap nama TUHAN. 


Masing-masing pihak akan menunjukannya sikapnya. TUHAN yang membuat janji menunjukan sikap  (jati diriNya) yaitu: Memberikan kehidupan dan damai sejahtera

Kita juga yang berpegang pada perjanjian TUHAN dengan Lewi menunjukan rasa takut kepada TUHAN. Jangan takut kepada manusia, jangan takut kepada pemilik perusahaan (atasan), jangan takut kepada rekan kerja, atau teman berbisnis, takut hanya kepada TUHAN saja, supaya TUHAN jangan cemburu, amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

 

Pemberita Firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang




No comments:

Post a Comment