KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Saturday, January 31, 2015

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 28 JANUARI 2015

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 28 JANUARI 2015

TemaDARI KITAB KOLOSE
          (Seri 29)

Subtema: BERKUASA DALAM PERKATAAN KARENA DIDIKAN TUHAN

Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Kristus dengan kasih sayang dan kasih setia Tuhan yang abadi.
Kita patut bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan masih memberi kesempatan pada kita untuk melangsungkan Ibadah Doa Penyembahan, semua karena kemurahan Tuhan.
Biarlah kita giat menyembah kepada Tuhan supaya kita terbebas dari segala penyembahan berhala di atas muka bumi ini.

Kembali kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari kitab yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat di KOLOSE.
Kolose 1: 18A
(1:18) Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.

Bagian dari ayat 18 yang harus kita perhatikan adalah: “Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat

Kita akan melihat KEPALA TUBUH lebih jauh ...
Efesus 5: 23
(5:23) karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.

Kristus adalah kepala jemaat, Dialah yang menyelamatkan tubuh.
Pendeknya: Kristus adalah penyelamat tubuh.

Efesus 5: 25
(5:25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya

Kristus telah mengasihi jemaat, dan Ia telah menyerahkan diri-Nya, Ia telah berkorban bagi jemaat, dengan tujuan: untuk menyelamatkan tubuh-Nya, saya dan saudara.

Penyelamatan itu dengan jalan;
Yang Pertama
Efesus 5: 26
(5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman,

Dikuduskan, disucikan sesudah memandikan dengan air dan firman. Pada minggu yang lalu telah saya sampaikan.

Yang Kedua
Efesus 5: 28-29
(5:28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.
(5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,

Mengasuh dan merawati tubuh-Nya, yaitu jemaat.

Keterangan: MENGASUH.
Kisah Para Rasul 7: 21-22
(7:21) Lalu ia dibuang, tetapi puteri Firaun memungutnya dan menyuruh mengasuhnya seperti anaknya sendiri.
(7:22) Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya.

Musa diasuh oleh puteri Firaun, ia dididik dengan segala hikmat orang Mesir.

1 Korintus 11: 32
(11:32) Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.

Kalau kita menerima hukuman/hajaran/ganjaran dari Tuhan oleh karena kesalahan, itu menunjukkan bahwa kita dididik. Maksud semua itu, supaya kita tidak bersama-sama dihukum dengan dunia = tidak binasa dengan dunia.
Memang setiap orang yang melakukan kesalahan tidak luput dari ganjaran.
Tuhan memang mengampuni setiap dosa yang kita akui, tetapi ganjaran/hajaran yang merupakan didikan dari Tuhan, itu tetap berlangsung, konsekuensi dari sebuah tindakan.

Sama halnya dengan kesaksian Daud dalam ...
2 Samuel 12: 9-11
(12:9) Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon.
(12:10) Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu.
(12:11) Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari.

Kita melihat kesalahan dari Daud, antara lain:
1.    Uria, orang Het itu dibiarkan tewas dengan pedang dalam sebuah peperangan melawan Amon, dia ditempatkan di barisan paling depan, kemudian tentara Israel diperintahkan untuk mundur, sehingga dia tinggal sendiri di depan, dan akhirnya tewas, itu adalah siasat jahat Daud.
2.    Batsyeba, isteri Uria, orang Het, diambil menjadi isterinya, ini merupakan perzinahan/dosa kenajisan.

Oleh karena kesalahan yang diperbuat Daud, maka Tuhan menghukum, mengganjar, menyesah Daud dengan 3 perkara:
1.    Pedang tidak akan menyingkir dari keturunan Daud sampai selama-lamanya.
Pedang adalah alat/senjata perang.
2.    Malapetaka ditimpakan atas Daud, sedangkan malapetaka itu datang dari kaum keluarganya sendiri, dan itu kita ketahui: Absalom berusaha mengambil kerajaan secara paksa, Absalom membunuh Amnon juga karena Tamar diperkosa oleh Amnon.
3.    Atas seijin Tuhan, isteri-isterinya diserahkan di depan matanya kepada orang lain, sehingga orang itu tidur dengan isteri-isteri Daud di siang hari.
Saya tidak bisa membayangkan betapa stressnya seorang suami, bila seorang isteri berlaku demikian.
Tetapi hukuman itu harus terjadi kepada Daud, sebagai ganjaran yang merupakan didikan dari Tuhan oleh karena kesalahannya sendiri.

Biasanya orang belajar dari pengalaman, sehingga disebutlah pengalaman adalah guru yang terbaik.
Setiap orang memiliki pengalaman masa lalu, tetapi saya menghimbau: jangan mengulangi dosa masa lalu, terlebih dalam hal kenajisan.

2 Samuel 12:12-13
(12:12) Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan."
(12:13) Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku sudah berdosa kepada TUHAN." Dan Natan berkata kepada Daud: "TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati.

Kelebihan dari pada Daud adalah dengan mudah sekali mengakui kesalahannya, karena dia memang adalah seorang yang tulus hati, sehingga dia dengan setia melakukan firman Tuhan.
Itu menunjukkan bahwa dia tidak menolak hukuman/ganjaran yang harus ia terima, konsekuensi dari sebuah tindakan yang salah.

Kita perhatikan ...
Ibrani 12: 5-6
(12:5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;
(12:6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."

Oleh sebab itu, JANGAN ANGGAP ENTENG DIDIKAN TUHAN dan JANGAN PUTUS ASA apabila Tuhan mengajar, menghajar dan menghukum yang merupakan peringatan dari Tuhan.
Kalau seseorang putus asa, putus pengharapan, ia adalah orang yang tidak mau maju. Orang yang mau maju adalah orang yang mau berubah, baik cara berpikir, sudut pandang, segala sesuatu berubah.
Kalau kita putus asa, itu menunjukkan seolah-olah kita yang benar, Tuhan yang salah, seolah-olah kita tidak punya kesalahan.

Perlu diketahui:
-      Tuhan menghajar orang yang dikasihi,
-      dan menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.

Ibrani 12: 7-8
(12:7) Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?
(12:8) Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.

Jikalau seseorang harus menanggung ganjaran, hukuman, berarti Allah memperlakukan ia sebagai anak, sebab anak tidak lepas dari hajaran ayahnya.
Sebaliknya, jika seseorang bebas dari hajaran/ganjaran yang harus ia derita, maka ia bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang, anak yang lahir di luar nikah.
Sebelum menjadi isteri Daud, Batsyeba telah mengandung dari hasil perzinahan, lalu lahirlah anak laki-laki, tetapi akhirnya anak itu mati.
Jadi, istilah lain ganjaran/hukuman ini adalah hasil hubungan intim dengan Tuhan.

Dampak positif menerima didikan Tuhan.
1 Korintus 1: 23-24
(1:23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,
(1:24) tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.

Hikmat Allah diperoleh lewat salib Kristus yang merupakan didikan dari Tuhan.

2 Timotius 3: 15
(3:15) Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.
Di sini semakin dipertegas bahwa pemberitaan firman tentang salib Kristus itu memberikan hikmat, sebagaimana Rasul Paulus menyatakannya kepada anak yang dikasihinya, yaitu Timotius.

2 Timotius 3: 16
(3:16) Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.

Segala tulisan yang diilhamkan Allah, bermanfaat: untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Jadi, kita tidak perlu berkecil hati ketika kita menerima didikan Tuhan, tidak perlu putus asa, dan jangan anggap enteng didikan Tuhan.

2 Timotius 3: 17
(3:17) Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.
Sehingga anak-anak Tuhan diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik, antara lain;
Ibrani 12: 10-11
(12:10) Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.
(12:11) Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.

-      Dia menghajar kita untuk kebaikan kita supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.
-      Memberikan damai kepada mereka yang dilatih oleh Tuhan, yaitu mereka yang menerima ganjaran dari Tuhan.

Hasil menerima didikan Tuhan.
Kisah Para Rasul 7: 21-22
(7:21) Lalu ia dibuang, tetapi puteri Firaun memungutnya dan menyuruh mengasuhnya seperti anaknya sendiri.
(7:22) Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya.

Musa berkuasa dalam perkataannya, ini menunjukkan bahwa Musa berpegang teguh pada 10 hukum Allah dan secara khusus memperhatikan hukum yang ketiga.

Keluaran 20: 7
(20:7) Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.

Hukum yang ketiga adalah “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan”, sebab Tuhan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
Orang yang menyebut nama Tuhan dengan sembarangan, menunjukkan bahwa dirinya tidak berkuasa dalam perkataan. Sama halnya dengan orang yang asal berbicara, asal melontarkan kata-kata dari mulut, dan itu tidak ada faedahnya, tidak ada kebenaran di dalamnya, walaupun perkataan itu dikemas sedemikian rupa.

Lebih jauh kita melihat ...
Imamat 19: 12
(19:12) Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah TUHAN.

Dengan jelas di sini dikatakan bahwa “Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku”, untuk memperhatikan betapa kudusnya hidup.
Jadi, kudusnya kehidupan terlihat dari perkataannya, sebab jika seseorang tidak salah dalam perkataan, ia sempurna dalam hidupnya.
Kalau seseorang tidak menjaga hati dalam kesucian, pasti perkataannya tidak berkuasa, sebab apa yang keluar dari mulut, itu berasal dari hati.

Matius 5: 33-36
(5:33) Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.
(5:34) Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah,
(5:35) maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar;
(5:36) janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun.

Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di hadapan Tuhan.
Janganlah bersumpah palsu secara khusus;
1.    Baik demi langit karena langit adalah takhta Allah.
2.    Baik demi bumi karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya.
3.    Baik demi Yerusalem karena Yerusalem adalah kota Raja Besar, kota mempelai.
4.    Baik demi kepala karena Kristuslah kepala yang berkuasa atas tubuh.

Matius 5: 37
(5:37) Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.

Jika ya hendaklah katakan ya, jika tidak hendaklah katakan tidak.
Jadi, ya di atas ya, tidak di atas tidak, lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
Ya di atas ya, tidak di atas tidak = berpegang teguh pada kebenaran di depan Tuhan.

Sekarang, kita kembali memperhatikan ...
Imamat 19: 12
(19:12) Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah TUHAN.

Pertanyaannya: Mengapa jangan bersumpah dusta demi nama Tuhan?
Jawabnya; supaya jangan melanggar kekudusan nama Allah.
Saudaraku, kita harus memperhatikan kekudusan nama Allah. Jangankan memperhatikan kekudusan nama Allah, menjaga nama baik juga penting.
Demikian juga dalam hal berdoa, yang pertama-tama yang harus diucapkan adalah “dikuduskanlah nama-Mu.

Matius 6: 9
(6:9) Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu,
(6:10) datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.

Doa yang benar diawali dengan: “Dikuduskanlah nama-Mu”, ini berbicara tentang 2 hal.
1.    Berbicara tentang kerajaan Allah
Dalam surat Paulus yang ditulis pada jemaat di Roma 14: 17-18, dikatakan di sana: Kerajaan Sorga bukan soal makan, minum, bukan soal apa yang dipakai, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita, dan ketiganya dikerjakan oleh Roh Kudus.
Kalau kita mencari Kerajaan Sorga, pasti nama Tuhan dikuduskan. Berarti, mencari kerajaan Sorga = menguduskan nama Tuhan.
Oleh sebab itu, biarlah kita betul-betul mencari Kerajaan Sorga, di dalamnya tercipta kebenaran, tercipta sukacita, tercipta damai sejahtera yang ketiganya dikerjakan oleh Roh Kudus.
Saudaraku, jika seseorang dikuasai roh lain, maka ia dapat merusak damai sejahtera, sekalipun ia tidak berbicara dan berbuat, hanya sebatas duduk dan berdiri. Sebaliknya, jika seseorang sungguh-sungguh mencari Kerajaan Sorga, ia dapat menciptakan damai sejahtera.
Banyak orang yang mencari sukacita di luaran sana, yang berasal dari daging untuk memuaskan hawa nafsunya, tetapi itu sifatnya semu.
2.    Berbicara tentang kehendak Allah.
Di dalam injil Matius 26: 42, Yesus mengatakan bahwa Dia harus meminum cawan Allah, supaya kehendak Allah jadi. Minum cawan Allah, berarti menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung di atas kayu salib.
Jadi oleh karena kehendak Allah, nama Tuhan dikuduskan. Setiap orang yang melakukan kehendak Allah = menguduskan nama Tuhan.

Saudaraku, biarlah kita memperhatikan 2 hal ini , supaya kita sekaliannya menguduskan nama Tuhan di dalam diri kita masing-masing lewat ibadah dan pelayanan yang Tuhan percayakan.
Pendeknya; kita mencari Kerajaan Sorga dan melakukan kehendak Allah Bapa supaya NAMA TUHAN DIKUDUSKAN.

Sekarang kita melihat ...
2 Korintus 12: 6
(12:6) Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku.

Rasul Paulus menahan diri dalam perkataan, ia tidak bermegah atas dirinya, supaya jangan ada orang yang memperhitungkan kepadanya lebih dari pada yang mereka lihat, lebih dari pada apa yang mereka dengar dari Rasul Paulus.
Berarti, Rasul Paulus berkuasa dalam perkataan.
Sebetulnya, kalau Rasul Paulus hendak bermegah, ada alasan baginya untuk bermegah, yaitu ia diangkat ke tingkat yang ketiga (Firdaus), ia mendengarkan perkataan-perkataan yang tak terucapkan yang tidak boleh diucapkan, tetapi sekalipun demikian, ia tidak bermegah.
Pendeknya; jangan membesar-besarkan diri, jangan berkata-kata lebih dari perbuatan-perbuatan.

Kisah Para Rasul 22: 1-3
(22:1) "Hai saudara-saudara dan bapa-bapa, dengarkanlah, apa yang hendak kukatakan kepadamu sebagai pembelaan diri."
(22:2) Ketika orang banyak itu mendengar ia berbicara dalam bahasa Ibrani, makin tenanglah mereka. Ia berkata:
(22:3) "Aku adalah orang Yahudi, lahir di Tarsus di tanah Kilikia, tetapi dibesarkan di kota ini; dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek moyang kita, sehingga aku menjadi seorang yang giat bekerja bagi Allah sama seperti kamu semua pada waktu ini.

Rasul Paulus dididik sesuai dengan hukum Taurat, di bawah pimpinan Gamaliel, sehingga Rasul Paulus seorang yang giat bekerja, giat melayani untuk Tuhan, bukan terpaksa. Tidak boleh terpaksa, tidak boleh merasa dibutuhkan, tidak boleh merasa diri berjasa, tidak boleh merasa diri mampu, karena kita bekerja hanya untuk Tuhan, dari Tuhan dan oleh Tuhan.

Kaitan DIDIK di sini, sama halnya dengan 2 Korintus 12 tadi.
Kisah Para Rasul 22: 5
(22:5) Tentang hal itu baik Imam Besar maupun Majelis Tua-tua dapat memberi kesaksian. Dari mereka aku telah membawa surat-surat untuk saudara-saudara di Damsyik dan aku telah pergi ke sana untuk menangkap penganut-penganut Jalan Tuhan, yang terdapat juga di situ dan membawa mereka ke Yerusalem untuk dihukum.

Paulus yang tadinya adalah seorang pembunuh, seorang yang dikuasai dosa kejahatan, sehingga oleh karena kejahatannya Tuhan mendidik dia.

Kisah Para Rasul 22: 6-9
(22:6) Tetapi dalam perjalananku ke sana, ketika aku sudah dekat Damsyik, yaitu waktu tengah hari, tiba-tiba memancarlah cahaya yang menyilaukan dari langit mengelilingi aku.
(22:7) Maka rebahlah aku ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang berkata kepadaku: Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?
(22:8) Jawabku: Siapakah Engkau, Tuhan? Kata-Nya: Akulah Yesus, orang Nazaret, yang kauaniaya itu.
(22:9) Dan mereka yang menyertai aku, memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia, yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar.

Cahaya yang menyilaukan dari langit mengelilingi Rasul Paulus. Kemudian, suara yang berkata kepadanya: “Saulus, Saulus”, itu adalah firman pengajaran, firman yang mendidik.
Jadi, saat dia diangkat ke tingkat yang ketiga dari Sorga, yang disebut juga Firdaus, itulah didikan Tuhan yang berasal dari cahaya yang menyilaukan dari langit dan suara yang berseru-seru, itulah firman Allah yang mendidik.
Andaikata Rasul Paulus tidak menerima ganjaran/didikan dari Tuhan, ia tidak mengerti untuk giat melayani Tuhan, tetapi oleh karena didikan itu, ia mengerti untuk giat melayani Tuhan.

Ada kesamaan antara Musa dan Rasul Paulus: Musa mendirikan Tabernakel, rumah secara fisik, sedangkan Rasul Paulus mengusung firman pengajaran mempelai dalam pola terang Tabernakel = membangun rumah rohani untuk menjadi pengantin perempuan.
Biarlah kita memiliki kuasa dalam perkataan, tidak asal bicara. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment