KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, July 14, 2015

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 10 JULI 2015

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 10 JULI 2015

“DARI KITAB MALEAKHI”

Subtema: MENGUNJUNGI YATIM PIATU

Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita sekalian, salam dalam kasih sayang dan kasih setia Tuhan yang abadi.
Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci.

Kita memperhatikan KITAB MALEAKHI.
Maleakhi 3: 18
(3:18) Maka kamu akan melihat kembali perbedaan antara orang benar dan orang fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah kepada-Nya.

Kita dapat melihat perbedaan antara orang benar dan orang fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah kepada-Nya.
Orang benar = orang yang beribadah kepada Allah.
Orang fasik = orang yang tidak beribadah kepada Allah, sekalipun ia beribadah dan melayani di tengah-tengah ibadah itu sendiri.

Saat ini kita tidak dapat menunjukan bahwa ibadah yang kita jalankan lebih benar dari ibadah-ibadah yang dijalankan orang lain, tetapi kita patut bersyukur kepada Tuhan, karena sejauh ini kita telah digembalakan oleh Firman Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, yang disebut juga firman pengajaran yang rahasianya dibukakan, untuk membangun, menghibur, menasihati, dengan kata lain menyelidiki, mengoreksi segala sesuatu yang terkandung di dalam hati, sampai kita dibawa masuk dalam pesta nikah Anak Domba, menjadi pengantin perempuan, sasaran akhir dari ibadah pelayanan di atas muka bumi ini = menjadi harta kesayangan, milik kesayangan-Nya pada hari yang disiapkan-Nya itulah perjamuan kawin Anak Domba. Jadi, disitulah kita akan melihat perbedaan itu, mana orang yang beribadah dan mana yang tidak beribadah, atau orang yang beribadah tetapi tetap mempertahankan dosa kefasikan, bahkan melayani.
Jadi sekali lagi saya sampakan kita patut bersyukur bahwa kita telah digembalakan oleh Firman Pengajaran Mempelai, dimana dahulu kita tidak mengetahui bahwa Firman Pengajaran Mempelai ini bagaikan harta yang terpendam, harta yang berharga, sekarang kita berbahagia. Kemudian, awal mula kita menerima Firman Pengajaran Mempelai ini seolah-olah asing bagi kita, karena memang Firman Pengajaran Mempelai ini keras dan tajam itulah sebabnya Firman Pengajaran Mempelai ini disebut juga bagaikan pedang yang tajam, lebih tajam dari pedang bermata dua manapun. Ia hidup, kuat, menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum dan dapat membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita, artinya; dapat menyucikan apa yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia. Itulah dahsyatnya Firman Pengajaran Mempelai, tetapi sekalipun firman pengajaran ini tajam, namun kalau kita digembalakan oleh firman pengajaran mengandung janji dan kuasa baik untuk masa yang sekarang maupun untuk masa yang akan datang.

Saudaraku, berkaitan dengan ibadah segera kita memperhatikan....
Yakobus 1: 26-27
(1:26) Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.
(1:27) Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.

Jikalau ada seorang yang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya; IA MENIPU DIRI SENDIRI.
Tidak mengekang lidah = hidup menurut hawa nafsu dan keinginan daging.
Ini adalah kerugian besar, biasanya seseorang menipu orang lain / sesamanya, tetapi kenyataannya kalau beribadah namun tidak dapat menguasi hawa nafsu dan keinginan daging = menipu diri sendiri, maka dari pada itu ibadah yang seperti ini adalah ibadah yang sia-sia.

Oleh sebab itu, supaya ibadah kita tidak menjadi sia-sia, kiranya kita menjalankan IBADAH YANG MURNI, ibadah yang tak bercacat di hadapan Allah, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka.
Pada Minggu lalu kita telah melihat ibadah yang murni yaitu: Mengunjungi janda-janda dalam kesusahan mereka.”
Ada suatu keluarga yang meninggalkan Betelehem, Yehuda, itulah Elimelekh dan isterinya Naomi dan dua anak laki-laki, pada saat Israel mengalami resesi/kelaparan yang hebat. Kemudian, tidak lama Elimelekh mati di daerah Moab, pendeknya; Naomi menjadi janda.
Mahlon dan Kilyon menikah, Mahlon mengambil isteri bernama Orpa dan Kilyon mengambil isteri bernama Rut. Namun tidak lama kemudian mereka mati. Pendeknya; Orpa dan Rut menjadi janda. Jumlah janda bertambah banyak, dari satu menjadi tiga.
Tidak lama kemudian, Naomi mendengar bahwa Tuhan memulihkan Israel, Tuhan telah memberikan makanan dengan limpah, sehingga ia ingin kembali ke tanah leluhurnya, Betelehem, Yehuda, sebab dia adalah orang Efrata.
Pada saat Naomi hendak berpisah dengan kedua menantunya; Orpa dan Rut, mereka menangis sejadi-jadinya, menunjukan bahwa kehidupan seorang janda selalu dalam kesusahan hati, kesedihan, pendeknya dalam penderitaan. Tetapi Orpa dan Rut tetap ingin mengikuti Naomi, namun Naomi terus mendesak kedua menantunya itu untuk kembali kepada ibunya, kembali kepada allahnya, kembail kepada bangsanya. Oleh karena desakan Naomi, akhirnya Orpa kembali, kepada ibunya, kepada allahnya, kepada bangsanya, namun Rut tetap berpaut kepada Naomi.
Pendeknya; Rut dan Naomi mendapat lawatan dari Tuhan di dalam kesusahan mereka. Kita melihat Rut tetap berpaut kepada Naomi, mertuanya, bahkan ketika didesak untuk kembali kepada ibunya, kepada bangsanya, kepada allahnya, justru ia berkata: “Kemana engkau pergi, kesitu aku pergi”, ini adalah pengikutan yang benar.
Pengikutan yang benar; tidak menyimpang ke kiri dan ke kanan = kuat dan teguh hati, tidak mudah dipengaruhi oleh situasi dan keadaan, tidak mudah dipengaruhi segala sesuatu yang tidak suci.
Demikianlah pesan Musa kepada Yosua ketika hendak melanjutkan kepemimpinan Musa untuk membawa bangsa Israel masuk ke tanah Kanaan, dia harus bersikap seperti seorang laki-laki; kuat dan teguh hati.
Daud juga berpesan kepada Salomo, supaya ia memiliki sikap seperti laki-laki, kuat dan teguh hati, tidak menyimpang ke kiri dan ke kanan, supaya kerajaan itu tidak putus-putusnya dari keturunan Daud.

Wujud kuat dan teguh hati, kita dapat melihat dari perkataan Rut yaitu: BANGSAMULAH BANGSAKU”
Dalam Keluaran 19: 5-6, Allah berfirman bahwa bangsa Israel menjadi harta kesayangan (bangsa yang terpilih), menjadi imamat yang rajani dan bangsa yang kudus.
Jadi harta kesayangan / milik kesayangan adalah bangsa yang terpilih = imamat rajani = bangsa yang kudus, dengan satu tujuan untuk melayani Tuhan, dipanggil, dipilih untuk melayani Tuhan.
Kita patut bersyukur, karena kita telah dipanggil dan oleh darah Anak Domba Paskah kita dibebaskan, selanjutnya kita dibawa ke tanah sorgawi dengan satu tujuan beribadah dan melayani Tuhan.

Pengakuan Rut selanjutnya, ia berkata: “ALLAHMULAH ALLAHKU.”
Setiap suku, setiap bangsa punya allah sendiri, tetapi Allah bangsa Israel adalah Allah Abraham, Ishak, Yakub, Allah yang hidup, yang mampu memberi iman, harap dan kasih.
Allah itu esa, oleh sebab itu, mengasihi Tuhan harus dengan segenap hati, jiwa akal budi dan kekuatan, dengan sepenuh hati, berarti bukan separuh hati.
Sebaliknya, kalau Allah itu dua, maka separuh hati menyembah dan mengasihi allah yang pertama dan separuh hati menyebah dan mengasihi Allah kedua.
Allah itu Tuhan dan Juruselamat, satu-satunya Penebus dosa tidak ada yang lain. Barang yang fana, emas dan perak,  harta kekayaan, tidak mampu menebus dosa-dosa manusia, hanya Darah Anak Domba Allah sanggup menyucikan dosa manusia.
Pengakuan Rut ini adalah pengakuan yang luar biasa.

Sebelum pengakuan yang ketiga, dahulu kita punya banyak allah dan kita sering menyembah allah itu dimulai dari kekerasan hati, terikat dengan perkara lahiriah itu semua berhala, tetapi puji Tuhan, kalau kita bisa melepaskan segala berhala-berhala di atas muka bumi, semua karena kemurahan hati Tuhan.
Pengakutan ketiga, Rut berkata: “DI MANA ENGKAU MATI, AKU PUN MATI DI SANA.`”
Kebangkitan yang benar adalah hasil dari kematian yang benar. Kalau kematian benar, pasti kebangkitannya benar.
Ada kebangkitan palsu, itulah mereka yang beribadah melayani Tuhan tetapi tidak mengubur hidup yang lama.
Kuasa kematian Yesus: Mengubur hidup yang lama.
Kuasa kebangkitan Yesus Kristus: Hidup dalam hidup yang baru.
Kita belajar dari Rut dan sikap itu dapat kita lihat dari pribadi rasul Paulus, ia menghendaki beberapa hal, antara lain
Rasul Paulus menghendaki;
-      Mengenal Dia secara pribadi.
Banyak orang mengenal Allah karena ikut-ikutan, mengenal Allah karena mujizat, mengenal Allah karena perkara lahiriah, mengikuti Tuhan karena motivasi-motivasi lain di dalam dirinya, ini adalah pengenalan yang belum sempurna.
Biarlah kita mengenal Dia dengan sempurna, hati  bertemu hati, saat Tuhan mencurahkan isi hatinya lewat firman Tuhan, terima dan tampung semua isi hati Tuhan dalam hati kita; hati bertemu hati, mata bertemu mata, tangan bertemu tangan, mulut bertemu mulut.
-      Kebangkitan-Nya.
Berarti, hidup dalam hidup yang baru, senantiasa di tengah-tengah ibadah pelayanan kepada Tuhan, karena rasul Paulus satu dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.

Pengakuan Rut ini tidak diduga oleh Naomi dan bahkan ia tidak menduga Rut mengutarakan pengakuan-pengakuannya dihadapan Allah. Seorang bangsa kafir yang dahulu hidup jauh dari Allah, yang dahulu menyembah allah asing, tidak mengerti kuasa kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, tetapi diawali dengan pengikutan yang benar, tiga pengakuan ini menjadi nyata di dalam Rut sebagai janda dan tentunya kita semua.
Pendeknya; Tuhan mengunjungi Rut dalam kesusahannya, Naomi pun dipulihkan oleh Tuhan.

Malam ini kita memperhatikan ...
Keterangan: MENGUNJUNGI YATIM PIATU DALAM KESUSAHAN MEREKA
Yatim piatu, berarti tidak beribu, bapa.
Ibu bapa à seorang gembala.
Pendeknya: Tidak beribu bapa = tidak tergembala dengan baik.

Kita perhatikan PRIBADI ESTER.
Ester 2: 5-7
(2:5) Pada waktu itu ada di dalam benteng Susan seorang Yahudi, yang bernama Mordekhai bin Yair bin Simei bin Kish, seorang Benyamin
(2:6) yang diangkut dari Yerusalem sebagai salah seorang buangan yang turut dengan Yekhonya, raja Yehuda, ketika ia diangkut ke dalam pembuangan oleh raja Nebukadnezar, raja Babel.
(2:7) Mordekhai itu pengasuh Hadasa, yakni Ester, anak saudara ayahnya, sebab anak itu tidak beribu bapa lagi; gadis itu elok perawakannya dan cantik parasnya. Ketika ibu bapanya mati, ia diangkat sebagai anak oleh Mordekhai.

Terlebih dahulu saya mengatakan, Ahasyweros sempat panas hati, karena ratu Wasti tidak dengar-dengaran, sehingga ia tidak menghendaki Wasti menjadi ratu lagi. Setelah panas hati itu surut, ia mengumpulkan semua gadis-gadis yang elok parasnya di dalam benteng Susan, balai perempuan, sehingga gadis yang terbaik pada pemandangan raja, menjadi ratu ganti Wasti.
Pada waktu itu ada seorang Yahudi yang bernama Mordekhai, ia adalah buangan dari Yehuda pada zaman Yekhonya.  Mordekhai adalah pengasuh Hadasa, yakni Ester, sebab Ester tidak beribu bapa lagi / yatim piatu, sehingga ia diangkat sebagai anak oleh Mordekhai.

Saudaraku, kita patut bersyukur, di dalam kandang penggembalaan ini kita diasuh oleh Tuhan, berarti mendapat kunjungan Tuhan dalam kesusahan-kesusahan kita.
Setiap manusia memiliki kesusahan, baik kaya miskin tua muda laki-laki, tidak terkecuali, baik hamba Tuhan maupun sidang jemaat, semua pasti mengalami kesusahan.

Yohanes 14: 15-18
(14:15) "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.
(14:16) Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,
(14:17) yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.
(14:18) Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.

Perhatian Tuhan kepada gereja-Nya; Ia akan memberikan seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai sampai selama-lamanya, yaitu Roh kebenaran, dengan kata lain Yesus tidak meninggalkan 12 murid dan gereja-Nya sebagai yatim piatu.

Yohanes 16: 4B-7
(16:4) Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu."
(16:5) tetapi sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku, dan tiada seorang pun di antara kamu yang bertanya kepada-Ku: Ke mana Engkau pergi?
(16:6) Tetapi karena Aku mengatakan hal itu kepadamu, sebab itu hatimu berdukacita.
(16:7) Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.
(16:8) Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman;

Selain menyertai, Roh kebenaran itu menghibur sampai akhirnya menginsafkan dunia akan dosa.
Itulah perhatian Tuhan terhadap gereja-Nya; Ia tidak akan meninggalkan gereja-Nya yatim piatu.

Pertanyaannya; APA DAYA TARIK DARI ESTER SEHINGGA MORDEKHAI MENGASUH ESTER?
Banyak yatim piatu di luaran sana, kalau ingin mengangkat seorang anak, dapat diambil dari panti asuhan, tetapi kita tidak akan tertarik melihat sikap yang tidak memiliki daya tarik.
Di sini kita melihat bahwa Ester itu elok parasnya dan cantik perawakannya. Ini adalah daya tarik sehingga Mordekhai mengasihi Hadasa / Ester.

Kejadian 39: 6-12
(39:6) Segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf, dan dengan bantuan Yusuf ia tidak usah lagi mengatur apa-apa pun selain dari makanannya sendiri. Adapun Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya.
(39:7) Selang beberapa waktu isteri tuannya memandang Yusuf dengan berahi, lalu katanya: "Marilah tidur dengan aku."
(39:8) Tetapi Yusuf menolak dan berkata kepada isteri tuannya itu: "Dengan bantuanku tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku,
(39:9) bahkan di rumah ini ia tidak lebih besar kuasanya dari padaku, dan tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain dari pada engkau, sebab engkau isterinya. Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?"
(39:10) Walaupun dari hari ke hari perempuan itu membujuk Yusuf, Yusuf tidak mendengarkan bujukannya itu untuk tidur di sisinya dan bersetubuh dengan dia.
(39:11) Pada suatu hari masuklah Yusuf ke dalam rumah untuk melakukan pekerjaannya, sedang dari seisi rumah itu seorang pun tidak ada di rumah.
(39:12) Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: "Marilah tidur dengan aku." Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar.

Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya.
Saudaraku, sikap yang manis dan paras yang elok telah dibuktikan oleh seorang Yusuf, dimulai dari rumah bapanya; ia seorang anak yang paling dikasihi Yakub dari antara saudara-saudaranya dan oleh karena itu ia dibenci. Namun sekalipun ia dibenci, ia tetap berdiam diri, tidak melakukan perlawanan, bahkan ia dipercayakan jubah yang maha indah, itulah baju efod dengan lima warna. Selanjutnya dijual kepada saudagar dari Midian dengan harga 30 keping uang perak, sebelum ia dijual, ia ditempatkan di sumur kosong yang kering, namun ia tidak membenci saudara-saudaranya.
Tidak berhenti sampai di situ, Yusuf di bawa ke Mesir, saudagar dari Midian menjual Yusuf kepada Potifar, kepala istana raja. Untuk beberapa saat lamanya rumah Potifar diberkati, apapun yang dimilikinya diberkati, bahkan rumah dan ladangnya diberkati oleh Tuhan, oleh karena keberadaan Yusuf. Tetapi oleh karena sikap yang manis dan paras yang elok dari Yusuf, maka isteri Potifar tertarik lalu mengajak untuk bersetubuh, tetapi Yusuf dengan tegas menolak, sekalipun Yusuf berkuasa atas rumah Potifar dan ada kesempatan tetapi Yusuf tetap mempertahankan kekudusannya. Sampai akhirnya isteri Potifar menarik Yusuf, tetapi Yusuf tetap menolaknya.


Kejadian 39; 13-14
(39:13) Ketika dilihat perempuan itu, bahwa Yusuf meninggalkan bajunya dalam tangannya dan telah lari ke luar,
(39:14) dipanggilnyalah seisi rumah itu, lalu katanya kepada mereka: "Lihat, dibawanya ke mari seorang Ibrani, supaya orang ini dapat mempermainkan kita. Orang ini mendekati aku untuk tidur dengan aku, tetapi aku berteriak-teriak dengan suara keras.

Isteri Potifar memfitnah Yusuf; memutar balik fakta, dan akhirnya Potifar memasukkan Yusuf ke dalam liang tutupan.

Semua itu Yusuf terima dengan segala kerelaan, tanpa membalas kejahatan dengan kejahatan, tanpa mengadakan perlawanan, karena Yusuf menyadari betul bahwa ia sedang berada dalam suatu rencana Allah yang besar.
Kalau kita dibentuk oleh nyala api siksaan, dibentuk oleh banyaknya ujian-ujian, ujian yang satu belum selesai datang ujian yang kedua, ujian yang kedua belum selesai, datang ujian yang ketiga, silih berganti, tujuan Tuhan adalah supaya membentuk kehidupan kita, sehingga dengan demikian Tuhan membawa kita masuk ke dalam suatu rencana Allah yang besar.
Tuhan membentuk kehidupan manusia seperti tanah liat di tangan penjunan; ia membentuk tanah liat itu sesuai kehendaknya. Dan apakah tanah liat itu harus bertanya; mengapa engkau berbuat ini dan itu? Semua atas kehendak Tuhan, Tuhan mau membentuk kita dengan cara apapun, itu atas kehendak Tuhan.
Manusia dibentuk oleh Tuhan, dibuat kaki, tangan, mata, telinga, kepala, wajah dan semua anggota tubuh dibentuk sesuai dengan recana Allah, sehingga manis sikapnya dan elok parasnya, sampai segambar serupa dengan Allah.
Kalau seseorang menyadari diri, ia berada dalam suatu rencana Allah yang besar, ia pasti tidak akan memberontak, ia tidak mau mengadakan perlawanan, tidak akan membalas kejahatan dengan kejahatan.
Inilah daya tarik, sehingga Mordekhai mau mengasuh Hadasha. Semoga daya tarik ini kita miliki dihadapan Tuhan, sehingga di dalam kandang penggembalan ini kita boleh merasakan Allah mengasuh kita sekaliannya.

Ester 2: 8-10
(2:8) Setelah titah dan undang-undang raja tersiar dan banyak gadis dikumpulkan di dalam benteng Susan, di bawah pengawasan Hegai, maka Ester pun dibawa masuk ke dalam istana raja, di bawah pengawasan Hegai, penjaga para perempuan.
(2:9) Maka gadis itu sangat baik pada pemandangannya dan menimbulkan kasih sayangnya, sehingga Hegai segera memberikan wangi-wangian dan pelabur kepadanya, dan juga tujuh orang dayang-dayang yang terpilih dari isi istana raja, kemudian memindahkan dia dengan dayang-dayangnya ke bagian yang terbaik di dalam balai perempuan.
(2:10) Ester tidak memberitahukan kebangsaan dan asal usulnya, karena dilarang oleh Mordekhai.

Salah satu dari sekian banyak gadis-gadis yang elok perawakannya, yang dikumpulkan di benteng Susan, balai perempuan  adalah Ester. Ester tidak memberitahukan kebangsaan dan asal usulnya, karena dilarang oleh Mordekhai, berarti Ester dengar-dengaran.
Kalau seseorang dengar-dengaran, jauh lebih baik dari pada mengandalkan kekuatan, jaun lebih baik dari pada mengandalkan pikiran, menuruti keinginan sendiri.
Andai saja Ester tidak dengar-dengaran, maka otomatis Ester tidak akan terpilih, tidak akan masuk dalam kumpulan perempuan-perempuan yang dikumpulkan di benteng Susan, karena ia adalah bangsa Yehuda dan ia adalah seorang yatim piatu, tidak memenuhi syarat. Tetapi karena ia dengar-dengaran, ia tetap berada dalam kumpulan besar, di antara gadis yang elok perawakannya di benteng Susan, balai perempuan.
Perhatikanlah firman ini: Dengar-dengaran Jauh lebih baik dan pemakaian Tuhan oleh karena dengar-dengaran. Saya sudah perhatikan, kalau seseorang sudah membawa pengeritan dan perasaanya pasti tidak terpakai, kalaupun ia melayani itu karena keinginannya saja.
Ingat kata-kata ini: Dengar-dengaran jauh lebih baik dari pada mengandalkan kekuatan, dengar-dengaran jauh lebih baik dari pada menuruti pengertian sendiri.
Andaikata Ester mengandalkan kekuatan dan pemikirannya, ia tidak masuk nominasi, keluar dari benteng susan.
Biarlah kita sekalian dengar-dengaran, berarti tergembala dengan baik.
Dalam Yohanes 10: 3-4, kalau domba-domba tergembala dengan baik dan benar dalam satu kandang penggembalaan, maka domba-domba mendengarkan suara gembala.
Sejauh ini kita telah digembalakan oleh Firman Pengajaran Mempelai, yang membawa kita masuk dalam pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, menjadi pengantin perempuan, milik kesayangan-Nya, kemana saja kita dibawa, ikuti saja dan jangan mendengar suara asing, kalau tergembala, tidak mendengar suara asing, suara daging, roh jahat dan roh najis.

Daya tarik ini dikaitkan dengan: Pujian dari mempelai laki-laki kepada mempelai perempuannya.
Yang pertama
Kidung Agung 1: 15
(1:15) -- Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau, bagaikan merpati matamu.
Elok perawakan (kecantikan) dan manis sikap, dikaitkan dengan: “Bagaikan merpati matamumenunjuk kepada pandangan yang tulus.

Pandangan yang tulus dapat kita lihat ketika Rut mengunjungi Boas di tengah malam.
Rut 3: 7-11
(3:7) Setelah Boas habis makan dan minum dan hatinya gembira, datanglah ia untuk membaringkan diri tidur pada ujung timbunan jelai itu. Kemudian datanglah perempuan itu dekat dengan diam-diam, disingkapkannyalah selimut dari kaki Boas dan berbaringlah ia di situ.
(3:8) Pada waktu tengah malam dengan terkejut terjagalah orang itu, lalu meraba-raba ke sekelilingnya, dan ternyata ada seorang perempuan berbaring di sebelah kakinya.
(3:9) Bertanyalah ia: "Siapakah engkau ini?" Jawabnya: "Aku Rut, hambamu: kembangkanlah kiranya sayapmu melindungi hambamu ini, sebab engkaulah seorang kaum yang wajib menebus kami."
(3:10) Lalu katanya: "Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN, ya anakku! Sekarang engkau menunjukkan kasihmu lebih nyata lagi dari pada yang pertama kali itu, karena engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, baik yang miskin maupun yang kaya.
(3:11) Oleh sebab itu, anakku, janganlah takut; segala yang kaukatakan itu akan kulakukan kepadamu; sebab setiap orang dalam kota kami tahu, bahwa engkau seorang perempuan baik-baik.

Rut datang kepada Boas untuk mendapatkan perlindungan, sebab yang berhak menebus dia adalah kaum sanaknya, itulah Boas. Jadi, Rut tidak datang mencari seorang pemuda yang tampan, gagah perkasa. Kalau seorang perempuan mencari laki- laki karena tampan atau sesuatu hal, itu adalah pandangan yang tidak tulus. Tetapi di sini kita perhatikan, Rut datang, berlindung di bawah pengawasan Boas, sebab Boas inilah yang berhak menebusnya. Ini adalah pandangan yang tulus.

Bandingakan dengan Yohanes pembaptis...
Yohanes 1: 29
(1:29) Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.
Yohanes berkata kepada murid-muridnya: “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.
Artinya; memandang korban Kristus atau memandang Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Ini adalah pandangan yang tulus.

Untuk yang kedua kalinya, Yohanes berkata kepada murid-muridnya ...
Yohanes 1; 36
(1:36) Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah!"

Yohanes berkata: “Lihatlah Anak domba Allah!”, artinya; memandang kedatangan Yesus untuk yang kedua kalinya sebagai Raja dan mempelai Pria Sorga, sebab untuk yang kedua tidak ada perkataan: “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.

Selama kita mengikuti Tuhan, biarlah pertama-tama mata tertuju pada korban Kristus, selanjutnya memandang Yesus Kristus sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga, ini adalah pandangan yang tulus.
Berbeda dengan pandangan yang tidak tulus; sekalipun ia beribadah melayani kepada Tuhan, namun kalau senantiasa memandang perkara lahiriah/perkara di bawah, tidak memandang korban Kristus, tidak memandang kedatangan Yesus Kristus pada kali yang kedua sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga, itu bukan pandangan yang tulus.

Mari kita lihat: Ester berada di benteng Susan, dibawah pengawasan Hegai.
Ester 2: 8-9
(2:8) Setelah titah dan undang-undang raja tersiar dan banyak gadis dikumpulkan di dalam benteng Susan, di bawah pengawasan Hegai, maka Ester pun dibawa masuk ke dalam istana raja, di bawah pengawasan Hegai, penjaga para perempuan.
(2:9) Maka gadis itu sangat baik pada pemandangannya dan menimbulkan kasih sayangnya, sehingga Hegai segera memberikan wangi-wangian dan pelabur kepadanya, dan juga tujuh orang dayang-dayang yang terpilih dari isi istana raja, kemudian memindahkan dia dengan dayang-dayangnya ke bagian yang terbaik di dalam balai perempuan.

Sekarang kita melihat Ester setelah berada di benteng Susan, ia berada di bawah pengawasan Hegai, penjaga perempuan.

Hegai memberi 3 perkara.
Yang Pertama: MEMBERIKAN WANGI-WANGIAN menunjuk kepada doa penyembahan, kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel terkena pada mezbah dupa.

Keluaran 30: 7-8
(30:7) Di atasnya haruslah Harun membakar ukupan dari wangi-wangian; tiap-tiap pagi, apabila ia membersihkan lampu-lampu, haruslah ia membakarnya.
(30:8) Juga apabila Harun memasang lampu-lampu itu pada waktu senja, haruslah ia membakarnya sebagai ukupan yang tetap di hadapan TUHAN di antara kamu turun-temurun.

Membakar ukupan wangi-wangian à doa penyembahan yang berbau harum.
Syarat membakar ukupan dari wangi-wangian:
-      Tiap-tiap pagi saat membersihkan lampu-lampu.
Tiap-tiap pagi, berarti; untuk sepanjang hari. Doa penyembahan di pagi hari itu penting, sebab itu adalah penyerahan hidup sepenuhnya kepada Tuhan. Lewat penyembahan inilah kita mendapat pembelaan, penyertaan, perlindungan dari Tuhan untuk sepanjang hari.
-      Pada saat pelita dinyalakan pada waktu senja.
Pada waktu senja untuk sepanjang malam, sehingga demikian menjadi terang sepanjang malam.
Pada waktu malam, semua jenis binatang hutan berkeliaran, keluar dari sarangnya. Daging dengan segala keinginannya disebut juga binatang buas, yang siap untuk menerkam, oleh sebab itu, penting di dalam doa penyembahan.
Setiap hari Sabtu ada doa penyembahan imam-imam jam lima pagi, kita sudah megawali pada Minggu lalu sebagai ibadah doa penyembahan sulung, demi kemajuan rohani dan ibadah pelayanan dalam kandang penggembalan ini.

Jadi, doa penyembahan membawa kita pada penyerahan diri sepenuhnya dalam kehidupan yang bersih/suci untuk siang hari dan menjadi kehidupan yang terang, dimana dunia ini  berada dalam kegelapan dosa, kalau dalam terang binatang buas tidak dapat menerkam.

Wahyu 5: 8
(5:8) Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.

Membakar ukupan wangi-wangian, itulah doa orang-orang kudus.
Ketika ukupan dibakar, asapnya bergumpal-gumpal naik ke hadirat Tuhan, bertemu dengan Allah dalam kasih-Nya.
Jadi, doa penyembahan itulah doa orang-orang kudus, dan lewat doa penyembahan kita bertemu dengan Allah di dalam kasih-Nya.

Wahyu 8: 3
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu.

Kemenyan yang dibakar, asapnya akan naik bergumpal-gumpal di hadapan Tuhan, itulah doa penyembahan dari orang-orang kudus, jadi lewat doa penyembahan, bertemu dalam kasih-Nya. Itulah yang pertama yang diberikan Hegai kepada Ester.

Hegai memberi 3 perkara.
Yang Kedua: PELABUR.
Kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel terkena pada meja roti sajian à ketekunan dalam Ibadah pendalaman Alkitab.
Pelabur adalah makanan, dan tentu disertai minuman. Ini à kebenaran Allah/firman Allah.

Mari kita lihat; MAKANAN DARI SORGA.
Yohanes 6: 33-35
(6:33) Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia."
(6:34) Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa."
(6:35) Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.

Yesus adalah roti yang turun dari sorga, Dialah roti hidup; memberi kehidupan kepada manusia, supaya manusia tidak lapar dan tidak haus lagi.
Itu sebabnya kalau kita perhatikan pada ayat 32, Yesus berkata: “Sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga.”

Yohanes 6: 51
(6:51) Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."
Daging Yesus adalah benar-benar makanan dan darah Yesus adalah benar-benar minuman.
Ia telah mempersembahkan tubuh-Nya di atas kayu salib, Dialah roti hidup, yang dipersembahkan-Nya, dipecah-pecahkan di atas kayu salib dan darah-Nya yang tercurah itu adalah benar-benar minuman untuk memberi kehidupan yang kekal dan oleh karena darah-Nya, kita telah ditebus dari perbuatan yang sia-sia yang telah diwariskan, inilah kebenaran yang sejati. Kebenaran yang sejati datang dari salib Kristus, di luar salib tidak ada kebenaran.

Hegai memberi 3 perkara.
Yang Ketiga: TUJUH ORANG DAYANG-DAYANG YANG TERPILIH.
Kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel terkena pada pelita emas menunjuk ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu.
Pelita emas berbicara tentang kehidupan yang diurapi Roh Kudus dan menjadi terang.

Roma 8: 5-6
(8:5) Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.
(8:6) Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.

Mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari roh, memikirkan perkara-perkara di atas/rohani, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan ibadah dan pelayanan. Dan selanjutnya, keinginan roh adalah hidup dan damai sejahtera.

Keuntungan hidup menurut keinginan Roh.
1 Yohanes 2: 27
(2:27) Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu -- dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta -- dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia.
Pengurapan Roh Kudus mengajar seseorang, dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta. Sebaliknya, sehebat apapun, sepintar apapun seorang guru, seorang pengajar, pasti suatu kali ia salah ketika ia mengajar. Tetapi kalau pengurapan itu tinggal di dalam kehidupan seseorang, maka pengurapan-Nya itu mengajari dalam segala sesuatu dan ajaran yang datang dari Roh Kudus; tidak ada dusta, tidak salah. Saya rindu sekali supaya kehidupan kita sekaliannya diurapi Roh Kudus, sehingga kita terus mau diajar oleh Roh Kudus dan tidak perlu di ajar orang lain, itulah hidup dan damai sejahtera.

Wahyu 5: 6
(5:6) Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.

Bermata tujuh, itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi, berarti menjadi kesaksian.
Kehidupan yang diurapi itu menjadi kesaksian, seperti pelita emas menerangi seisi dunia.

Persis seperti kedua pohon zaitun: Elia dan Musa.
Zakharia 4: 2-4
(4:2) Maka berkatalah ia kepadaku: "Apa yang engkau lihat?" Jawabku: "Aku melihat: tampak sebuah kandil, dari emas seluruhnya, dan tempat minyaknya di bagian atasnya; kandil itu ada tujuh pelitanya dan ada tujuh corot pada masing-masing pelita yang ada di bagian atasnya itu.
(4:3) Dan pohon zaitun ada terukir padanya, satu di sebelah kanan tempat minyak itu dan satu di sebelah kirinya."
(4:4) Lalu berbicaralah aku, kataku kepada malaikat yang berbicara dengan aku itu: "Apakah arti semuanya ini, tuanku?"

Dua pohon zaitun itu adalah Musa dan Elia. Kehidupan yang diurapi menjadi terang, menjadi kesaksian, seperti kandil dengan tujuh pelita yang menyala di atasnya.
Biarlah kita hidup di dalam pengurapan Allah, minyak urapan itu ada di atas kepala. Tekun dalam tiga macam ibadah pokok, jangan keluar dari tempat kudus, supaya kita jangan melanggar kekudusan Allah sehingga minyak pengurapan Allah ada di atas kepalan dan karunia-karunia jabatan pun semakin dipertajam, baik pemimpin pujian, pembaca, singer, pemain musik, multmedia, infocus, menjadi terang, menjadi kesaksian, dimana saja kita dipakai, itulah kuncinya.

Perlu untuk diketahui: Tiga perkara yang diterima oleh Ester yaitu: wangi-wangian, pelabur, tujuh dayang-dayang yang terpilih menunjuk kepada ketekunan dalam tiga macam Ibadah utama/pokok dan perkara ini tidak diterima oleh perempuan-perempuan lain, kecuali Ester sendiri, sebab perempuan yang lain hanya menerima minyak wangi-wangian saja.

Kita sudah melihat apa yang menjadi daya tarik Ester sehingga Mordekhai mengangkat Ester menjadi anak, sekarang pertanyaannya: APA DAYA TARIK ESTER DI MATA HEGAI?
Ester 2: 9
(2:9) Maka gadis itu sangat baik pada pemandangannya dan menimbulkan kasih sayangnya, sehingga Hegai segera memberikan wangi-wangian dan pelabur kepadanya, dan juga tujuh orang dayang-dayang yang terpilih dari isi istana raja, kemudian memindahkan dia dengan dayang-dayangnya ke bagian yang terbaik di dalam balai perempuan.

Ester sangat baik di pemandangan Hegai dan menimbulkan kasih sayang Hegai.
Biarlah keadan kita menjadi benar di hadapan Tuhan, itulah daya tarik di hadapaan Tuhan, jadi jangan coba-coba menggunakan daya tarik yang lain. Dunia berupaya membuat suatu daya tarik dengan cara yang tidak benar, tetapi di dalam Tuhan tidak seperti itu.

Daniel 1: 8-9
(1:8) Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.
(1:9) Maka Allah mengaruniakan kepada Daniel kasih dan sayang dari pemimpin pegawai istana itu;

Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego adalah orang-orang buangan dari Yehuda, pada zaman Nebukadnezar. Kemudian, raja Nubakadnezar memberikan nama Beltsazar kepada Daniel, Hananya kepada Sadrakh, Misael kepada Mesakh dan Azarya kepada Abednego karena mereka ada dalam pembuanganan, sesuai dengan tradisi kerajaan pada saat itu. Jadi, ada nama dari Nebukadnezar dan nama dari Tuhan Yesus juga ada. Mereka ini adalah orang yang tangkas, gagah perkasa dari Yehuda. Tuhan mau memakai Sadrakh, Mesakh dan Abednego, Tuhan mau menjadikan mereka pemimpin-pemimpin yang tangkas.

Disini kita perhatikan, Allah mengaruniakan kepada Daniel kasih dan sayang dihadapan pemimpin pegawai istana, karena ia tidak menajiskan diri dari setiap makanan dan minuman raja.
Saudaraku, orang yang menginginkan makanan dan tidak ada rasa puas, ingin terus menikmati makanan, sampai makanan mewah seperti raja dan minuman mewah seperti raja, itu sama dengan menajiskan diri dihadapan Tuhan dan tidak menimbulkan kasih sayang dihadapan Tuhan.
Dalam Amsal 23:2 dikatakan: “Taruhlah sebuah pisau pada lehermu, bila besar nafsumu!” Ini adalah pelajaran yang bagus untuk kita supaya tidak mencari makanan yang lebih enak dan lebih enak lagi. Apapun makanan yang ada di rumah, makan saja, jangan sampai ada makanan di rumah tetapi mencari makanan lagi di luar sana, sampai mencari makanan yang mewah. Asal ada makan dan minuman, cukuplah, jangan menginginkan sesuatu yang melebih dari apa yang sewajarnya.

Daniel 1: 13-15
(1:13) sesudah itu bandingkanlah perawakan kami dengan perawakan orang-orang muda yang makan dari santapan raja, kemudian perlakukanlah hamba-hambamu ini sesuai dengan pendapatmu."
(1:14) Didengarkannyalah permintaan mereka itu, lalu diadakanlah percobaan dengan mereka selama sepuluh hari.
(1:15) Setelah lewat sepuluh hari, ternyata perawakan mereka lebih baik dan mereka kelihatan lebih gemuk dari pada semua orang muda yang telah makan dari santapan raja.

Daniel hanya menghendaki makan sayur dan meminum air, itu saja. Tetapi setelah lewat 10 hari ternyata perawakan mereka lebih baik dan mereka kelihatan lebih gemuk dari pada semua orang muda yang telah makan dari santapan raja.

Kembali kita memperhatikan pujian dari mempelai laki-laki kepada mempelai perempuannya: “Cantik engkau, manisku” yang dikaitkan dengan bagaikan merpati matamu. Perkataan cantik ada banyak, tetapi perkataan “cantik engkau, manisku” yang dikaitkan dengan bagaikan merpati matamu hanya dua kali, mari kita lihat.....
Yang kedua
Kidung Agung 4: 1
(4:1) Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau! Bagaikan merpati matamu di balik telekungmu. Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang bergelombang turun dari pegunungan Gilead.

Mempelai perempuan itu cantik dan manis = perempuan yang elok.
Kemudian, digambarkan bagaikan merpati matamu dibalik telekungmu, arti rohaninya; memiliki pandangan yang tulus, bagaikan Rut, ia tidak memandang pemuda yang ganteng, gagah perkasa dan kaya tetapi dia memandang Boas sebagai penebus, Tuhanlah Penebus dosa kita.

Setelah kita melihat pandangan yang tulus, ada lagi penambahan untuk yang kedua, yaitu: “Bagaikan merpati matamu di balik telekungmu.” Telukung itu semacam sejadah, penutup aurat.
Jadi mata yang tulus, pandangan yang tulus itu tidak hidup menurut hawa nafsu dan keinginan daging / semua daging tertutupi.

Tidak berhenti sampai di situ: “Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang bergelombang turun dari pegunungan Gilead.”
Berbicara rambut panjang menunjuk kepada ketundukan seorang isteri kepada suami. Dan ketundukan seorang isteri kepada suami sangat diperlukan, berkaitan dengan Malaikat disurga. Jangan sampai ketundukan seorang isteri kalah dengan ketundukan pembantu sorgawi, yaitu malaikat sorgawi, sementara manusia lebih berharga dari Malaikat sorgawi.
Ketundukan seorang isteri menunjukkan ketaatan, kepatuhannya pada ajaran yang benar, dan itulah hiasan dari seorang perempuan. Gereja Tuhan adalah gambaran dari tubuh Kristus, sebaiknya gereja Tuhan tunduk kepada Kristus sebagai kepala, Dialah suami, Dialah penyelamat tubuh.
Rambut yang panjang ini ditemukan dalam kandang penggembalaan, sebab di sini dikatakan: “...bagaikan kawanan kambing yang bergelombang turun dari pegunungan Gilead.” Jadi, ketundukan seorang perempuan kepada suaminya, ketundukan gereja Tuhan / ketundukan gereja Tuhan kepada Kristus sebagai kepala, sebagai suami itu dimulai dari kandang penggembalaan.
Jadilah kawanan domba Allah, berarti tergembala dengan baik, dalam satu kandang penggembalan.
Kita semua mendapat pelajaran yang indah dan itu patut dihargai supaya kita boleh merasakan ibadah yang murni yaitu; mengunjungi yatim piatu dalam kesusahan mereka, itu ibadah yang murni tak bercacat cela. Kalau ibadah yang sejati, mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan, ini berlaku secara jasmani dan rohani.
Inilah daya tarik Ester di mata Hegai.

Saudaraku, kita memerlukan ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, sebagaimana tadi Hegai memberikan tiga perkara kepada Ester itulah; wangi-wangian (ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan), pelabur (ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab) dan tujuh orang dayang-dayang yang terpilih dari istana raja (ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu), yang lain tidak mendapatkan tiga perkara ini.
Banyak gereja di luaran sana menjalankan ibadah sesuai dengan pengertian mereka, menjalankan ibadah buatan tangan manusia, tetapi kita di dalam kandang penggembalaan ini, menerima tiga perkara yang tidak diterima oleh orang lain dan inilah pertolongan selama kita ada di bumi. Gereja di luar sana tidak memiliki pengertian tentang ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok.
Oleh sebab itu, untuk yang kesekian kali saya sampaikan, bersyukur dan bersyukur!!!! bersyukur dan bersyukur!!!! karena telah digembalakan oleh Firman Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, menggunakan pola yang benar, Tabernakel adalah miniatur kerajaan surga (Ibrani 8:5). Ibadah di bumi adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, itulah Tabernakel.

Ester 2: 12
(2:12) Tiap-tiap kali seorang gadis mendapat giliran untuk masuk menghadap raja Ahasyweros, dan sebelumnya ia dirawat menurut peraturan bagi para perempuan selama dua belas bulan, sebab seluruh waktu itu digunakan untuk pemakaian wangi-wangian: enam bulan untuk memakai minyak mur dan enam bulan lagi untuk memakai minyak kasai serta lain-lain wangi-wangian perempuan.
Semua perempuan di benteng susan berhak menerima minyak wangi-wangian, termasuk Ester, tetapi tiga perkara yang diberikan Hegai kepada Ester, tidak diterima oleh perempuan lain, inilah kelebihan Ester, kelebihan kita.

Saudaraku, disini kita perhatikan...
Semester pertama (enam bulan yang pertama): Diberikan minyak mur untuk merawat seluruh perempuan-perempuan di benteng susan.
Dalam kitab Kidung Agung, minyak mur merupakan kasih Allah. Minyak selalu menunjuk kepada urapan, tetapi dalam bentuk perhatian kasih Allah kepada mempelai perempuan itu.
Di tengah malam mempelai laki-laki datang mengetuk pintu, tetapi mempelai perempuan tidak membuka pintu dengan alasan saya sudah tidur, sudah mencuci tangan dan mencuci kaki / tidak bisa diganggu gugat. Karena mempelai perempuan tidak membuka pintu, maka mempelai laki-laki meninggalkan pintu yang diketok itu. Tetapi akhirnya mempelai perempuan membuka pintu dan pada pintu itu ada tetesan mur (minyak urapan dalam bentuk kasih dan perhatian Tuhan).
Inilah yang merawat semua perempuan pada semester pertama (enam bulan yahg pertama). Kita juga membutuhkan kasih dan perhatian Tuhan, supaya kita tidak selalu menggunakan alasan-alasan di tengah-tengah ibadah dan pelayanan ini.

Semester kedua (enam bulan yang kedua): Memakai minyak kasai serta lain-lain wangi-wangian perempuan.
Sifatnya: Merawat. Urapan Roh Kudus itu merawat kita, memimpin, menolong, mengajar, menghibur sampai menginsafkan, sehingga mempelai perempuan itu akan kelihatan semakin elok berarti penuh dengan Roh kemuliaan.

Enam bulan pertama dan enam bulan kedua à daging yang diurapi Roh Kudus supaya semakin terlihat urapan Allah / kemuliaan Allah.
Semua itu diterima oleh semua perempuan, termasuk Ester. Tetapi apa yang diterima Ester tidak diterima oleh perempuan-perempuan yang lain, inilah yang kita banggakan malam ini.

Selanjutnya.....
Seluruh perempuan yang berada di benteng susan akan menghadap raja Ahasyweros, setelah satu tahun dirawat, berarti setelah enam bulan pertama memakai minyak mur dan enam bulan kedua memakai minyak kasai, barulah menghadap raja Ahasyweros.
Kelak kita juga akan menghadap Raja di atas segala raja. Syukur kepada Allah karena kita telah diasuh dan dirawat di  kandang penggembalaan ini, selanjutnya dipelihara dan Roh Kudus memelihari kita, supaya daging tidak bersuara lagi, barulah kita menghadap raja di atas segala raja. Apakah masuk pesta nikah seperti lima gadis bijaksana? Atau tidak? Biarlah kita dirawat dan dipelihara minyak mur (enam bulan yang pertama) dan minyak kasai (enam bulan yang kedua).

Mari kita melihat, menghadap raja...
Ester 2: 13
(2:13) Lalu gadis itu masuk menghadap raja, dan segala apa yang dimintanya harus diberikan kepadanya untuk dibawa masuk dari balai perempuan ke dalam istana raja.
Semua perempuan masuk menghadap raja Ahasyweros.
Ada hal penting yang harus kita perhatikan disini yaitu, perempuan-perempuan tersebut berhak menerima segala sesuatu yang diminta / apa saja yang diminta harus dipenuhi.

Sekarang, bandingkan dengan Ester.
Ester 2: 15
(2:15) Ketika Ester -- anak Abihail, yakni saudara ayah Mordekhai yang mengangkat Ester sebagai anak -- mendapat giliran untuk masuk menghadap raja, maka ia tidak menghendaki sesuatu apa pun selain dari pada yang dianjurkan oleh Hegai, sida-sida raja, penjaga para perempuan. Maka Ester dapat menimbulkan kasih sayang pada semua orang yang melihat dia.
Ester tidak menghendaki apapun, selain kasih sayang dari Tuhan sehingga ia menimbulkan kasih sayang pada semua orang yang melihatnya. Biasanya, seorang perempuan dikagumi laki-laki, itu wajar. Tetapi disini kita melihat, semua orang termasuk perempuan menyukai Ester sebab dia dengar-dengaran, tidak menuruti keinginan-keinginan di hati = tidak menuruti keinginan daging, dia lebih mengharapkan kasih dan sayang dari Tuhan. Kunci keberhasilan letaknya pada dengar-dengaran. Itu sebabnya tidak heran guru-guru saya ketika di sekolah Alkitab, mengajarkan: Dengar-dengaran saja!

Ester 2: 16
(2:16) Demikianlah Ester dibawa masuk menghadap raja Ahasyweros ke dalam istananya pada bulan yang kesepuluh -- yakni bulan Tebet -- pada tahun yang ketujuh dalam pemerintahan baginda.

Akhirnya, Ester pun menghadap raja Ahasyweros, kemudian ia beroleh kasih dan sayang dari raja Ahasyweros, lebih dari semua perempuan di benteng Susan, sehingga raja mengenakan mahkota kerajaan di atas kepala Ester dan mengangkatnya menjadi ratu ganti wasti. Ester satu-satunya yang dipilih dan terpilih dari sekian banyak perempuan yang dikumpulkan di benteng Susan, balai perempuan.

Saudaraku, rasul Paulus telah mengakhiri pertandingannya sampai garis akhir dan akhirnya ia memperoleh mahkota kebenaran, itulah upah jerih payah kita, sama seperti Ester menerima upah jerih payah.
Bukankah ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok yang kita kerjakan selama di bumi ini memiliki satu tujuan supaya kita dibawa masuk dalam pesta nikah Anak Domba, menjadi pengantin perempuan dan mengenakan mahkota kebenaran? Kita tidak perlu ini dan itu, yang kita perlukan adalah kasih dan sayang dari Tuhan, dengar-dengaran saja supaya memperoleh kasih dan sayang.
Ayub juga mengetahui itu, dia berkata: Aku datang tidak membawa apa-apa, kembali kepada Allah juga tidak membawa apa-apa, sehingga ibadah ini mengandung janji dan kuasa.

Ester 2: 18
(2:18) Kemudian diadakanlah oleh baginda suatu perjamuan bagi semua pembesar dan pegawainya, yakni perjamuan karena Ester, dan baginda menitahkan kebebasan pajak bagi daerah-daerah serta mengaruniakan anugerah, sebagaimana layak bagi raja.

Akhirnya diadakanlah perjamuan bagi semua pembesar dan pegawainya, yakni perjamuan karena Ester.
Pada saat diadakan perjamuan, di situlah ada kebebasan pajak bagi daerah-daerah / terlihat kebebasan, pengangkatan gereja. Tinggal dimana saja akan dibebaskan, di Serang, di Cilegon akan bebas, itulah pengangkatan gereja = tidak lagi berhutang dosa.

Orang – orang yang terlepas dari hutang dosa suatu kali kelak akan masuk dalam perjaman kawin yang besar...
Wahyu 10: 6-9
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.
(19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.
(19:8) Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.]
(19:9) Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah."

Haleluya adalah bahasa sorga, bahasa kasih, yang adalah pujian karena Tuhan Allah kita yang mahakuasa telah menjadi raja. Akhirnya, ibadah dan pelayanan di atas muka bumi ini dibawa masuk dalam pesta nikah Anak Domba, Yesus tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga dan pengantinnya telah siap sedia dengan mengenakan pakaian putih, masuk dalam perjamuan yang besar. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment