KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Thursday, December 7, 2017

IBADAH RAYA MINGGU, 03 DESEMBER 2017

IBADAH RAYA MINGGU, 03 DESEMBER 2017

KITAB WAHYU
(Seri 39)

Subtema: MELAYANI TUHAN SIANG DAN MALAM.

Shalom saudaraku...
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita sekaliannya. Salam di dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.
Oleh karena kemurahan hati-Nya kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian.

Segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari Kitab Wahyu.
Wahyu 7: 15
(7:15) Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.
Terlebih dahulu kita memperhatikan kalimat: “Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya.
Hal ini bisa terjadi di dalam kehidupan kita masing-masing, kita boleh alami pribadi lepas pribadi, kalau kita memiliki pengalaman dalam melayani Tuhan selama hidup di bumi.
Jadi, untuk berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Tuhan di Bait Suci-Nya siang dan malam, tidak tertutup kemungkinan, itu boleh dialami oleh setiap orang, setiap insan, besar kecil, tua muda, laki-laki perempuan, tanpa terkecuali, asal saja dia mempunyai pengalaman yang sama di dalam melayani Tuhan selama dia hidup di bumi.

Tentu kita punya kerinduan supaya suatu kali kelak kita boleh berdiri di hadapan takhta Allah, melayani Tuhan siang dan malam, itu kerinduan kita.
Biarlah kita buktikan pengalaman melayani Tuhan selama kita hidup di bumi ini.

Yohanes 12: 26
(12:26) Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.

Syarat melayani Tuhan: ia harus mengikuti Tuhan, seperti pernyataan Yesus berikut ini: “Di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada.

Matius 16: 24
(16:24) Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.

Mengikut Tuhan, berarti; menyangkal dirinya dan memikul salibnya.
Kita akan melihat kedua hal ini.

Tentang: MENYANGKAL DIRINYA.
Artinya; tidak bermegah, berarti tidak mengakui segala kelebihan dan segala kemampuan-kemampuan yang ada di dalam diri sendiri.

2 Korintus 12: 1-4
(12:1) Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan.
(12:2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau -- entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga.
(12:3) Aku juga tahu tentang orang itu, -- entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya --
(12:4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.

Rasul Paulus diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga yang disebut juga Firdaus.
Pengalaman ini sangat langka tidak banyak dialami oleh hamba-hamba Tuhan bahkan rasul-rasul sekalipun.

Kemudian pada saat dia diangkat ke tingkat yang ketiga “ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia”, menunjukkan suatu persekutuan yang indah dengan Tuhan.
Itu ibarat tubuh menyatu dengan kepala. Berarti ada hubungan intim, disebut juga hubungan nikah.
Itulah pengalaman Rasul Paulus ketika diangkat ke tingkat yang ketiga, disebut juga Firdaus.

2 Korintus 12: 5
(12:5) Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku.
Rasul Paulus berkata; atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahannya sendiri.

Ketika dia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga, suatu peristiwa yang luar biasa, pengalaman yang sangat langka dialami oleh seorang hamba Tuhan, bahkan 12 rasul (12 murid Yesus).
Kemudian pada saat dia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga, di situ dia mendapat penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang luar biasa dari Tuhan.
Kemudian, tidak berhenti sampai di situ, dia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.
Itu adalah suatu kelebihan yang dialami oleh Rasul Paulus, tetapi dalam hal itu semua, dia tidak bermegah selain bermegah atas kelemahan-kelemahannya. Menunjukkan bahwa Rasul Paulus menyangkal dirinya.

2 Korintus 12: 6-7
(12:6) Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku.
(12:7) Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.

Rasul Paulus menahan dirinya, dia tidak mau bermegah, sebab kalau seseorang bermegah atas kelebihan-kelebihan, atas kemampuan-kemampuan, itu adalah perbuatan bodoh.
Justru oleh karena pernyataan-pernyataan yang luar biasa itu, ia diberi suatu duri dalam dagingnya yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh dia. Tujuannya supaya ia jangan meninggikan diri di hadapan Tuhan.
Berarti, Rasul Paulus ini adalah hamba Tuhan yang rendah hati.

Perlu untuk diketahui; kalau ada utusan Iblis untuk menggocoh, tidak usah heran, itu terjadi atas seizin Tuhan, supaya kita tidak meninggikan diri, tidak sombong, melainkan supaya kita semua tetap rendah hati.
Biasanya orang kalau memiliki suatu kelebihan, orang semacam ini identik untuk menyombongkan diri, maka atas seizin Tuhan, seorang utusan Iblis menggocoh (meninju dengan keras-keras) dia supaya  tetap rendah hati dan tidak sombong.

2 Korintus 12: 8-9
(12:8) Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.
(12:9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.

Duri dalam daging sesungguhnya itu adalah kasih karunia, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa Tuhan menjadi sempurna dalam kehidupan kita semua.
Oleh sebab itu rasul Paulus terlebih suka bermegah atas kelemahannya supaya kuasa Kristus turun menaungi dia.

2 Korintus 12: 10
(12:10) Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.

Kalau hamba Tuhan sadar dia dipakai oleh Tuhan, maka hamba Tuhan itu akan menjadi senang dan rela dalam penderitaan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan, di dalam kesesakan oleh karena Kristus, sebab jika kita lemah, maka di situ kita akan memiliki kekuatan yang dari Allah.

Tentang: MEMIKUL SALIB.
Memikul salib, berarti; memikul tanggung jawab yang Tuhan percayakan. Setiap orang harus memberi pertanggungjawaban kepada Tuhan bukan kepada manusia, supaya kita melayani Tuhan dengan segala ketulusan hati. Kita melayani Tuhan bukan untuk menyenangkan hati manusia.

Kolose 3: 18-22
(3:18) Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
(3:20) Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan.
(3:21) Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.
(3:22) Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan.

Yang memberi pertanggungan jawab kepada Tuhan, antara lain;
-       Isteri-isteri, tanggung jawabnya kepada Tuhan: tunduk kepada suaminya, sebagaimana yang seharusnya di dalam Tuhan. Itu kepantasannya di dalam Tuhan.
-       Suami-suami, tanggung jawabnya kepada Tuhan: mengasihi isterinya, berarti tidak berlaku kasar kepada isterinya.
-       Anak-anak, tanggung jawabnya kepada Tuhan; taat kepada kedua orang tuanya dalam segala hal karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hukum yang kelima: hormatilah orang tuamu supaya panjang umurmu di tanah yang Tuhan berikan. Itu yang indah.
Diberi umur panjang di atas bumi ini tetapi tidak mengalami keindahan hidup, itu tidak ada artinya. Jadi, anak harus hormat, supaya dia merasakan keindahan dalam hidup.
-       Bapa-bapa, tanggung jawabnya kepada Tuhan, jangan menyakiti hati anaknya supaya hati anak tidak menjadi tawar. Kalau hati anak sudah menjadi tawar, anak menjadi mendurhaka, memberontak kepada bapa.
-       Hamba-hamba, tanggung jawabnya kepada Tuhan: taat kepada tuannya yang ada di dunia ini dengan segala ketulusan hati karena takut akan Tuhan.
Kalau seorang hamba tidak tulus kepada tuannya, maka dia hanya berbuat baik di depan tuannya tetapi di belakang tidak. Perkataannya, perbuatannya, gerak-geriknya, dia hanya berbuat baik di depan tuannya, tetapi di belakang tidak. Maka seorang hamba, tanggung jawabnya kepada tuannya adalah taat dengan segala ketulusan karena takut kepada Tuhan.
Kalau tulus hati karena takut kepada Tuhan, maka seorang hamba, akan taat bukan dengan kepura-puraan.

Kolose 3: 23-24
(3:23) Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.
(3:24) Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.

Setiap orang memberi pertanggungjawaban kepada Tuhan bukan kepada sesamanya, bukan kepada manusia, karena dari Tuhanlah kita mendapat upah.

Tuhan yang memberi umur panjang kepada anak. Kemudian, Tuhanlah yang memakai seorang suami karena ketundukan isterinya. Kemudian, seorang isteri dapat merasakan kasih suaminya, itu karena Tuhan.
Jadi dari Tuhan kita mendapat upah, bukan dari manusia. Kepada Tuhan kita memberi pertanggungan jawab.
Biarlah kita memikul tanggung jawab di atas pundak, kita kerjakan dengan ketulusan hati, karena takut akan Tuhan.

Tadi kita sudah melihat hamba yang taat, berarti tuan juga harus memperhatikan hambanya, mari kita lihat...
Kolose 4: 1
(4:1) Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah, kamu juga mempunyai tuan di sorga.

Tuan-tuan, tanggung jawabnya kepada Tuhan: berlaku adil dan jujur terhadap hamba-hambanya karena dia mempunyai tuan di sorga.

Ibrani 4: 13
(4:13) Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.
Perlu untuk diketahui; semuanya jelas terbuka di mata Tuhan, tidak ada yang tertutupi. Mungkin mata manusia tidak melihat, tetapi mata Tuhan melihat, itu sebabnya kita harus memberi pertanggungan jawab kepada Tuhan, tidak ada yang bisa ditutup-tutupi, semuanya terlihat, semuanya terbuka.
Maka, kalau kita melakukan sesuatu yang tidak baik, sebetulnya kehidupan orang yang seperti ini adalah kehidupan yang tidak berguna. Jadi sandiwara, kemunafikan di dalam diri, menjadikan seseorang tidak berarti di hadapan Tuhan.
Itulah arti dari: “Kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.” Semuanya jelas, terbuka di hadapan Tuhan.

Matius 16: 25
(16:25) Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.

Menyangkal diri dan memikul salib = rela kehilangan nyawa = rela mati, tetapi dia memperoleh hidup yang kekal.
Kesimpulan, menyangkal diri dan memikul salibnya adalah rela mati. Tetapi barangsiapa rela mati, dia akan memperoleh hidup yang kekal.

Proses menyangkal diri dan memikul salibnya.
Yohanes 12: 24-25
(12:24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
(12:25) Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.

Jadi, orang yang menyangkal diri dan memikul salibnya, berarti ia sedang memelihara nyawanya. Sebaliknya kalau seseorang tidak sangkal diri dan pikul salib, dia akan kehilangan nyawanya.
Jadi, untuk memelihara nyawa di bumi adalah dengan cara  menyangkal diri dan memikul salib, rela mati untuk Tuhan.

Proses untuk rela kehilangan nyawa ada dua:
YANG PERTAMA: JATUH KE DALAM TANAH -> kerendahan hati.
Sikap merendahkan diri atau rendah hati menunjukkan bahwa dia menyadari diri telah dipanggil sebagai hamba Tuhan. Tetapi sebaliknya kalau seorang hamba Tuhan tidak menyadari panggilannya maka hamba Tuhan seperti ini sukar sekali merendahkan diri, sukar sekali untuk menjadi orang yang rendah hati karena dia tidak menyadari panggilannya.
Kalau seorang hamba Tuhan betul-betul menyadari panggilan sebagai seorang pelayan, tentu akan merendahkan diri di hadapan Tuhan dan menjadi orang yang rendah hati.

Efesus 4: 1-2
(4:1) Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.
(4:2) Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.

Terpanggil sebagai seorang hamba Tuhan, maka ia harus berpadanan dengan panggilannya, berarti ada tanda darah untuk menjadikan kita selalu seorang hamba Tuhan yang rendah hati, lemah lembut dan sabar. Dan juga untuk menjadikan kita selalu sebagai seorang hamba Tuhan yang menunjukkan kasihnya dalam hal saling membantu, saling mendukung.
Dia sangat memahami orang lain, dia memahami hati sesamanya, memahami hati suaminya, memahami hati isterinya, memahami hati orang tuanya, memahami hati anaknya. Dia memahami orang lain yang di sekitarnya.

Jadi, belajar untuk memahami orang-orang di sekitar kita. Bila kita tahu sikap itu membuat hati orang lain tergores, jangan teruskan. Jangan menjadi sandungan di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, jangan menjadi sandungan terhadap orang lain. Belajar memahami perasaan orang, hati yang terluka.
Inilah hamba Tuhan yang menyadari panggilannya, dia selalu rendah hati.
Menyadari panggilan berarti ada tanda darah, itu yang membuat dia selalu terus rendah hati, lemah lembut dan sabar,  dan menjadi hamba Tuhan yang terus menunjukkan kasihnya dalam hal saling membantu, saling mendukung, saling memahami.

Kemudian ...
Efesus 4: 3-6
(4:3) Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera:
(4:4) satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu,
(4:5) satu Tuhan, satu iman, satu baptisan,
(4:6) satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.

Seorang hamba Tuhan yang menyadari panggilannya selain rendah hati dan lemah lembut, ia berusaha memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera = berusaha hidup rukun, berarti di situ tidak ada roh pemecah, roh keonaran, karena diikat oleh damai sejahtera.

Matius 11: 28-29
(11:28) Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
(11:29) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.

Hamba Tuhan yang menyadari panggilannya atau hamba Tuhan yang lemah lembut dan rendah hati adalah hamba Tuhan yang jiwanya selalu mendapat ketenangan.
Hamba Tuhan yang lemah lembut, jiwanya pasti tenang, mendapat ketenangan.

Orang yang sombong, tinggi hati, sebetulnya di dalam hidupnya, di dalam jiwanya tidak ada ketenangan walaupun dia bergelimang harta dan kemewahan.
Ayo, sadari diri, sadarilah panggilan kita masing-masing. Sebagai hamba Tuhan, berpadanan terhadap panggilan itu sendiri. Sebagai seorang hamba Tuhan yang telah menerima jabatan gembala harus menyadari panggilannya, supaya imam-imam serta sidang jemaat menyadari panggilannya, sebagai seorang imam, pelayan Tuhan, hamba Tuhan.
Sehingga di situlah jiwa kita ada ketenangan.

Itu proses sangkal diri memikul salib yang pertama.

Proses untuk rela kehilangan nyawa ada dua:
YANG KEDUA: MATI.
Mati, berarti; daging tidak bersuara lagi.
Saudara mungkin pernah melihat orang mati. Biar bagaimanapun sedihnya orang yang ditinggalkan oleh orang mati itu, tetap saja dia tidak bergeming. Beda kalau orang yang hidup, kalau dia menunjukkan sikap yang baik, merendah, hati kita pasti terharu kepada dia.
Dengan orang mati; sekalipun orang-orang yang dikasihi, orang-orang yang ditinggalkan ini menangis tersedu-sedu menangisi orang yang mati, orang yang mati tidak bergeming, karena dia sudah mati, tidak ada lagi rasa atas pengaruh yang ada di sekitarnya. Itulah mati.

Roma 6: 5-7
(6:5) Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.
(6:6) Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.
(6:7) Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa.

Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa, ia tidak lagi menghambakan dirinya kepada dosa.
Orang yang sudah mati tidak akan mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang tak suci, tidak akan mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang jahat dan najis, daging tidak bersuara lagi, pendeknya; daging tidak ditunggangi oleh dosa.

Filipi 2: 8-9
(2:8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
(2:9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,

Dalam keadaan sebagai manusia, Yesus telah merendahkan diri-Nya, itu langkah awal.
Dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di atas kayu salib.

Jadi, untuk menuju pada pengalaman kematian ini, diawali dari benih itu harus jatuh ke dalam tanah. Merendahkan diri di hadapan Tuhan, menyadar diri terhadap panggilannya, sampai pada akhirnya, sama seperti yang dikerjakan oleh Yesus. Sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati bahkan sampai mati di atas kayu salib.

Inilah proses yang terjadi bilamana kita menyangkal diri dan memikul salib.
Diawali jatuh ke dalam tanah, merendahkan diri, lalu taat sampai mati bahkan sampai mati di atas kayu salib.

Yohanes 12: 24
(12:24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.

Kalau biji gandum jatuh ke dalam tanah dan mati, maka ia akan menghasilkan banyak buah.
Jadi, untuk menjadi benih gandum diawali dari merendahkan diri, kemudian taat sampai mati bahkan sampai mati di atas kayu salib, maka ia akan menghasilkan banyak buah.
Menghasilkan banyak buah; buah-buah yang baik di hadapan Tuhan akan dihasilkan, buah pertobatan, buah pelayanan, jumlah jiwa bertambah.

Yesaya 53: 10-12
(53:10) Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.
(53:11) Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul.
(53:12) Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.

Karena Yesus telah jatuh ke dalam tanah dan mati, dengan kata lain Ia menjadi benih gandum, maka Allah membagikan kepada-Nya orang-orang besar sebagai rampasan dan orang-orang kuat sebagai jarahan.

Sebab, kegiatan kita dalam penggembalaan ini banyak; termasuk menerbitkan majalah : “Buli-buli Emas berisi Manna” pertiga bulan untuk dikirim ke daerah-daerah.
Tuhan memakai orang-orang besar sebagai rampasan, dan orang-orang kuat sebagai jarahan.
Dirampas dari maut, dijarah dari maut untuk selanjutnya dipakai bagi Kemuliaan Tuhan dalam rangka pembangunan tubuh Kristus yang sempurna.

Yohanes 12: 26
(12:26) Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.

Barangsiapa melayani Tuhan dengan cara yang demikian tadi, ia akan dihormati Bapa.
Penghormatan dari manusia bila itu terjadi, itu cukup menyenangkan manusia, tetapi itu bersifat semu, tidak kekal. Tetapi penghormatan dari Allah bersifat kekal.
Pengakuan dari Allah malam ini akan berlaku kepada mereka yang betul-betul menyadari diri, menyadari panggilannya sebagai hamba Tuhan. Ia akan dihormati Bapa.

Kita kembali memperhatikan ...
Wahyu 7: 15
(7:15) Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.
Arti kalimat: “Karena itu”, berarti mempunyai pengalaman melayani Tuhan dengan baik, dengan benar, maka kelak ia akan berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Tuhan siang dan malam di Bait Suci-Nya.

Dampak positif melayani Dia siang dan malam.
Wahyu 7: 15b
(7:15) Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.
Ia yang duduk di atas takhta itu, akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.
Pada minggu yang lalu telah disinggung sedikit mengenai tudung kemuliaan Tuhan segumpal awan pada siang hari, maka tidak akan lagi mengalami panas terik matahari.
Kemudian, segumpal asap disertai dengan api pada malam hari, sebagai perlindungan Tuhan pada waktu badai dan angin ribut.

Sekarang ini badai sedang terjadi dari Sabang sampai Merauke. Indonesia akhir-akhir ini dilanda badai, dilanda angin ribut, topan, tsunami, dilanda dengan longsornya gunung. Dilanda dengan berbagai-bagai masalah.
Mungkin saat ini kita, Serang dan Cilegon belum merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang yang dilanda badai, angin ribut.
Tetapi suatu kali nanti itu akan terjadi di seantero dunia ini, bukan hanya menimpa negara kita ini.

Bagaimana kita menghadapi masa sukar seperti ini kalau kita tidak hidup di dalam Tuhan, maka dampak positif orang yang melayani Tuhan dengan menyangkal diri memikul salib (menyadari diri terhadap panggilannya sebagai hamba Tuhan), maka Dia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah sebagai tudung perlindungan, tudung kemuliaan.

Selain itu, pengertian “Ia membentangkan kemah-Nya”, berarti kemah itu mengembang ke kiri dan ke kanan.
Itu pengertian lain dari membentangkan, sesuai dengan apa yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya.

Yesaya 54: 2-5
(54:2) Lapangkanlah tempat kemahmu, dan bentangkanlah tenda tempat kediamanmu, janganlah menghematnya; panjangkanlah tali-tali kemahmu dan pancangkanlah kokoh-kokoh patok-patokmu!
(54:3) Sebab engkau akan mengembang ke kanan dan ke kiri, keturunanmu akan memperoleh tempat bangsa-bangsa, dan akan mendiami kota-kota yang sunyi.
(54:4) Janganlah takut, sebab engkau tidak akan mendapat malu, dan janganlah merasa malu, sebab engkau tidak akan tersipu-sipu. Sebab engkau akan melupakan malu keremajaanmu, dan tidak akan mengingat lagi aib kejandaanmu.
(54:5) Sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau, TUHAN semesta alam nama-Nya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut Allah seluruh bumi.

Kemah yang dibentangkan itu berarti mengembang ke kanan dan ke kiri, berarti dari bangsa Israel sampai kepada bangsa kafir. Puncak dari pada kemah yang dibentangkannya ini sampai kepada gunung Sion, menjadi pengantin perempuan, Mempelai Anak Domba.
Ini wujud dari pada kemah yang dibentangkan itu.

Kita lihat perwujudan dari kemah yang dibentangkan dalam ...
Wahyu 21: 1-3
(21:1) Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi.
(21:2) Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.
(21:3) Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.

Kemah yang dibentangkan ini wujudnya adalah menjadi pengantin perempuan mempelai Anak Domba.
Yesus Kristus, Dialah Mempelai Laki-Laki Sorga. Gereja Tuhan adalah mempelai perempuan-Nya.
Kristus adalah Kepala, adalah Suami Dialah penyelamat tubuh. Gereja Tuhan adalah tubuh = isteri.

Saudaraku, betapa berharganya himpunan besar orang banyak, mereka memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem, mereka berdiri di hadapan takhta Allah, melayani Tuhan siang dan malam.
Apakah kita satu di antara himpunan besar orang banyak? Apakah kita nanti berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang dan malam?

Pengalaman melayani Tuhan selama kita hidup di bumi itu penting, itu yang akan membawa, menghantar kita.
Apa yang terikat di bumi akan terikat di sorga, sebaliknya apa yang akan engkau lepaskan di bumi, akan terlepas di sorga.
Jadi, pengalaman melayani selama hidup di bumi itu penting.
Yang belum melayani Tuhan, berdoa sungguh-sungguh. Pusatkan perhatianmu hanya kepada Dia, supaya perasaanmu jangan terganggu kepada yang lain-lain.

Biarlah kegagalan satu kali menjadi satu episode saja, tidak berlanjut pada episode berikutnya.
Pengalaman jadikan itu guru supaya kita juga turut berdiri di hadapan takhta Allah, melayani Dia siang dan malam.

Wahyu 22: 3-5
(22:3) Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya,
(22:4) dan mereka akan melihat wajah-Nya, dan nama-Nya akan tertulis di dahi mereka.
(22:5) Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.

Ada 7 perkara di dalam Kerajaan Sorga, antara lain;
1.     Tidak akan ada lagi laknat.
2.     Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya.
3.     Beribadah kepada-Nya.
4.     Melihat wajah-Nya.
5.     Nama-Nya akan tertulis di dahi mereka.
6.     Malam tidak akan ada lagi di sana.
7.     Mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya = melayani Tuhan.

Ada 7 perkara di dalam Kerajaan Sorga namun hanya ada dua kegiatan di dalamnya, yaitu beribadah di dalamnya dan melayani Dia sampai selama-lamanya.
Inilah yang menjadi kerinduan kita sekaliannya, Yerusalem yang baru, menjadi pengantin perempuan mempelai Anak Domba, juga disebut gunung Sion.

Dari takhta itu Ia membentangkan kemah-Nya. Dibentangkan, berarti mengembang ke kanan dan ke kiri. Dimulai dari bangsa Israel sampai kepada bangsa kafir. Perwujudannya: menjadi pengantin perempuan, mempelai Anak Domba. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang



Link Video : https://web.facebook.com/GPTBETANIASERCIL/videos/390852388032057/

No comments:

Post a Comment