KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, December 4, 2018

IBADAH RAYA MINGGU, 07 OKTOBER 2018



IBADAH RAYA MINGGU, 07 OKTOBER 2018

KITAB WAHYU
(Seri:72)

Subtema: KAKINYA BAGAIKAN TIANG API.


Shalom saudaraku.
Selamat sore, salam bahagia di dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, kita bersyukur oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita kembali dipercayakan untuk mengusahakan dan memeliharakan Ibadah Raya Minggu yang disertai dengan perjamuan suci karena ini adalah minggu yang pertama. Puji Tuhan.
Saya juga tidak lupa menyapa umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan, anak-anak Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman lewat live streaming, video internet, youtube, facebook, dimanapun anda berada kiranya Tuhan memberkati kita sekaliannya.
Mari kita bersama-sama berdoa dan memperhatikan firman Tuhan untuk menerima rahmat-Nya dan kasih karunia dari sorga turun atas kita di tengah perhimpunan di saat sore hari ini.

Kita kembali memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari Kitab Wahyu.
Wahyu 10:1-3
(10:1) Dan aku melihat seorang malaikat lain yang kuat turun dari sorga, berselubungkan awan, dan pelangi ada di atas kepalanya dan mukanya sama seperti matahari, dan kakinya bagaikan tiang api.
(10:2) Dalam tangannya ia memegang sebuah gulungan kitab kecil yang terbuka. Ia menginjakkan kaki kanannya di atas laut dan kaki kirinya di atas bumi,
(10:3) dan ia berseru dengan suara nyaring sama seperti singa yang mengaum. Dan sesudah ia berseru, ketujuh guruh itu memperdengarkan suaranya.

Ada tujuh perkara hasil dari tujuh kali percikan darah yang dialami oleh Tuhan Yesus Kristus, sebab memang Dia adalah Tutup Pendamaian yang sudah mengalami percikan darah:
1.   Berselubungkan awan.
2.   Pelangi ada di atas kepala-Nya
3.   Muka-Nya sama seperti matahari.
4.   Kaki-Nya bagaikan tiang api.
5.   Dia memgang sebuah gulungan kitab kecil yang terbuka.
6.   Ia menginjakkan kaki kanan-Nya di atas laut dan kaki kiri-Nya di atas bumi.
7.   Ia berseru dengan suara nyaring sama seperti singa yang mengaum.

Sekarang tiba  saatnya kita memperhatikan
Keterangan: KAKI-NYA BAGAIKAN TIANG API.
Mari kita memperhatikan ayat yang terkait dengan kaki-Nya bagaikan tiang api.
Wahyu 1:15
(1:15) Dan kaki-Nya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian; suara-Nya bagaikan desau air bah.

Dan kaki-Nya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian.
Ayat ini dengan jelas berbicara tentang Mezbah Korban Bakaran.

Kalau kita sejenak mengingat perjalanan bangsa Israel di Padang gurun selama empat puluh tahun, mereka berada di dalam perlindungan (naungan) tiang awan dan tiang api. Tiang awan pada siang hari dan tiang api pada malam hari. Sebagai naungan, berarti; berada di atas. Tetapi  keterangan yang keempat, yaitu; kaki-Nya bagaikan tiang api, berarti; berada di bawah. Maka hal ini terkait dengan Wahyu 1:15, yaitu; kaki-Nya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapianAyat ini dengan jelas berbicara tentang MEZBAH KORBAN BAKARAN.
 
Keluaran 27:1-2
(27:1) "Haruslah engkau membuat mezbah dari kayu penaga, lima hasta panjangnya dan lima hasta lebarnya, sehingga mezbah itu empat persegi, tetapi tiga hasta tingginya.
(27:2) Haruslah engkau membuat tanduk-tanduknya pada keempat sudutnya; tanduk-tanduknya itu haruslah seiras dengan mezbah itu dan haruslah engkau menyalutnya dengan tembaga.

Mezbah Korban Bakaran terbuat dari kayu penaga, tetapi disalut (dilapisi) dengan tembaga. 
Mezbah Korban Bakaran dibuat sesuai dengan ketetapan Allah seperti apa yang ditunjukkan oleh Tuhan kepada Musa di atas gunung Sinai. Ini adalah suatu ketetapan yang dibuat olah Allah dan Allah sendiri akan menggenapi ketetapan-Nya  di dalam diri Yesus Kristus, Anak-Nya yang kekasih, yang disebut Anak Domba Allah.
Saudaraku, perjalanan Yesus Kristus di atas muka bumi ini selama tiga tahun setengah berakhir pada satu titik penyelamatan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus di atas kayu salib. Sebab pengertian rohani dari Mezbah Korban Bakaran adalah salib, di mana Kristus sendiri yang menjadi korbannya.

Ibrani 9:22
(9:22) Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.

Tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan. Jadi apa yang sudah ditetapkan Allah dari sejak semula akan digenapi-Nya, sebab Dia menyediakan Kristus, yang disebut Anak Domba Allah bagi kita.

Wahyu 1:5
(1:5) dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya--

Jadi darah Kristus yang berkuasa untuk melepaskan kita dari segala jenis dosa, dari dosa apa saja.
Saudaraku, Mezbah mengandung tiga pengertian, antara lain:
a. Tempat yang tinggi (Altare) dalam bahasa Yunani (Gerika).
b. Tempat penyembelihan (Mizbeach) dalam bahasa Ibrani.
c. Tempat perapian (ara).
Suaudaraku, perlu juga saya tambahkan sedikit; tidak ada bahasa yang dapat menampung hikmat Allah di atas muka bumi ini. Tetapi Allah sendiri telah memilih bahasa Ibrani untuk Perjanjian Lama dan bahasa Yunani untuk Perjanjian Baru.

Mari kita mengiktuti tiga keterangan di atas.
YANG PERTAMA:  TEMPAT YANG TINGGI (dalam bahasa Yunani/Gerika adalah: ALTARE), DALAM BAHASA YUNANI (GERIKA).
Saudaraku, Tuhan Yesus sendiri tidak disalib di tempat yang rendah (di lembah), tetapi Tuhan Yesus Kristus disalib di tempat yang tinggi, itulah yang disebut bukit Golgota. Jadi sesuai dengan arti dari Altare; tempat yang tinggi.

Tentu ada makna dibalik ini semua, maka yang berkaitan dengan ini kita perhatikan di dalam..
Bilangan 21:4-5
(21:4) Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan.
(21:5) Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: "Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak."

Saudaraku, intinya Bangsa Israel bersungut-sungut, mengomel kepada Tuhan dan Musa karena tidak ada roti dan tidak ada air.

Bilangan 21:6
(21:6) Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati.

Kemudian banyak dari antara orang Israel oleh karena persungutannya, mereka mati dipagut ular tedung.
Roti dan air adalah perkara daging, itu bukan perkara rohani, itu bukan perkara sorgawi berarti; perkara di bawah.
Tempat yang rendah itu tempat ular menjalar, melatah, dan menyusup untuk memagut dan menjatuhkan anak-anak Tuhan, menjatuhkan hamba-hamba Tuhan, semua lapisan dan semua golongan.
Perkara roti dan air itu perkara daging, ada dibawah, di tempat yang rendah, tempat ular melatah untuk selanjutnya memagut anak-anak Tuhan, memagut hamba-hamba Tuhan, untuk menjatuhkan semua golongan, semua lapisan.

Bilangan 21:7-9
(21:7) Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: "Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami." Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu.
(21:8) Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup."
(21:9) Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.

Jadi untuk mengatasi pagutan ular tedung tadi maka Musa harus menaruh ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang/meninggikan ular tembaga sehingga setiap orang yang dipagut ular, apabila dia memandang ular tembaga  itu maka ia akan tetap hidup.
Jadi untuk mengatasi masalah itu maka bangsa Israel harus meninggikan ular tembaga sehingga manakala kehidupan yang rendah dan dipagut ular, namun dia mau memandang salib Kristus maka dia akan tetap hidup.

Kita bahagia dengan satu dari tiga pengertian dari Mezbah adalah tempat yang tinggi. Tuhan Yesus disalibkan di tempat yang tinggi, yaitu; bukit Golgota, bukan di tempat yang rendah, bukan di lembah.
Karena itu kita bersyukur Tuhan Yesus baik.

Sejenak kita memperhatikan..
Yesaya 53:1-3
(53:1) Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan?
(53:2) Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya.
(53:3) Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.

Saudaraku, salib di Golgota sepintas tidak menarik hati orang yang memandangnya, yaitu; secara khusus mereka yang hidup menurut keinginan daging dengan segala tabiat-tabiatnya. Bagi mereka salib di Golgota itu terlalu hina, tidak terlalu dipandang.

Lalu yang benar seperti apa?
Yesaya 53:4-7
(53:4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
(53:5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
(53:6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.
(53:7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.

Saudaraku, bagi orang yang tergigit ular/jatuh dalam sengat dosa, yaitu; pemberontakan, kejahatan, kesesatan karena liar tidak tergembala, orang yang kesakitan, dan sengsara, bagi mereka salib di Golgota sangat berarti dan sangat berharga. Sebab Dia tertikam karena pemberontakan kita, Dia teraniaya karena kejahatan kita.

Saya sangat berharap kiranya kita senantiasa meninggikan korban Kristus, meninggikan salib Kristus di dalam diri kita lebih dari perkara di bawah, perkara daging yang letaknya di bawah, tempatnya ular melatah.
Jadi meninggikan ular tembaga, artinya; penghukuman terhadap dosa yang ditanggung/dipikul Yesus Kristus di atas kayu salib.
Kalau kita memandang/meninggikan korban Kristus maka yang sudah terpagut ular, yang sudah disengat maut, yaitu; pemberontakan, kejahatan, kesesatan, liar tidak tergembala, namun setelah memandang dan meninggikan korban Kristus maka yang disengat maut akan hidup, yang sakit akan sembuh. 

Berkaitan dengan itu mari kita memperhatikan..
Yohanes 3:14
(3:14) Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,

Sebagaimana Musa meninggikan ular tedung maka Yesus yang disalibkan juga harus ditinggikan lebih dari yang lain. Jangan menjadi kehidupan yang murahan yaitu berada di tempat yang rendah seperti bangsa Israel mereka mengomel dan bersungut-sungut hanya karena roti dan air. Roti dan air adalah perkara di bawah, perkara daging yang letaknya di lembah, tempatnya ular melata. Sebab itu kalau Musa saja meninggikan ular tedung, ular tembaga di padang gurun, maka biarlah kiranya kita senantiasa meninggikan korban Kristus. Kalau memang kita sadar bahwa kehidupan kita ini sudah mengalami sengat maut atau gigitan ular tedung tadi, ayo mari tinggikan korban Kristus.
Namun beda dengan orang yang merasa diri tidak berdosa, merasa diri benar memandang hina salib Kristus di Golgota.
Jadi sama seperti Musa meninggikan ular di Padang gurun maka demikian juga Anak manusia harus ditinggikan.
Siapa yang meninggikan korban Kristus? Itulah mereka yang menyadari dirinya sudah mengalami gigitan ular tedung.

Yohanes 12:32-33
(12:32) dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku."

Saudaraku, apabila Anak manusia ditingikan, dinaikkan di atas kayu salib maka kuasanya adalah menyelamatkan banyak jiwa, menarik banyak jiwa datang kepada Allah.
Ayoo, mulai dari kami suami istri sebagai gembala, terlebih dahulu meninggikan korban Kristus, imam-imam juga turut bertanggung jawab dalam hal menarik jiwa untuk datang kepada Tuhan.
Dan seluruh sidang jemaat harus senantiasa meninggikan korban Kristus untuk menarik jiwa-jiwa datang kepada Tuhan.
Kalau Anak Manusia ditinggikan di atas muka bumi ini, dan salib-Nya ditinggikan maka Dia berkuasa menarik sebanyak-banyaknya jiwa. Itulah yang menjadi pergumulan saya sampai detik ini.
Andai saja korban lembu sapi dan anak domba dipersembahkan di atas Mezbah maka ada api yang membakar, ada api Tuhan, ada semangat, ada gairah untuk membawa jiwa-jiwa kepada Tuhan. Siapa mereka? Itulah mereka yang senantiasa meninggikan korban Kristus.
Kiranya apa yang menjadi kerinduan Tuhan ini kita perhatikan sungguh-sungguh, jangan turuti daging dan segala keinginannya lagi.

1 Korintus 1:18
(1:18) Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.

Saudaraku, berita salib di Golgota adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa. Sebab orang bodoh tidak akan pernah meninggikan korban Kristus sehingga mereka dibayangi oleh maut. Sedangkan, kehidupan yang senantiasa meninggikan salib di Golgota dibayangi keselamatan. Pendeknya; satu kaki sudah ada di dalam kerajaan sorga, asal kita tidak menjadi lemah, tidak goyah di dalam persekutuan kita dengan Tuhan.

Saya juga berdoa kepada Tuhan meminta kekuatan, untuk senantiasa memandang kepada korban Kristus, sebab kalau saya memandang kepada kekurangan, apalagi kekurangan yang tidak dilihat oleh mata, itu membuat kadang lemah. Namun salib di Golgota adalah hikmat Alllah dan kekuatan Allah bagi mereka yang dibayangi keselamatan. 

YANG KEDUA: TEMPAT PENYEMBELIHAN (MIZBEACH)
Ibrani 9:14
(9:14) betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.

Pendeknya; Yesus disembelih sebagai persembahan yang tidak bercacat. Inilah persembahan dalam Perjanjian Baru.
Tadi, persembahan menurut perintah dan peraturan menurut hukum taurat, yang dipersembahkan adalah lembu jantan dan percikan abu lembu muda, tetapi dalam Perjanjian Baru yang selanjutnya disembelih untuk dipersembahkan adalah pribadi Yesus Kristus, Dia adalah Anak Domba Allah. Kuasanya adalah untuk menyucikan hati nurani dari perbuatan yang sia-sia. Sedangkan darah lembu jantan dan lembu muda tadi hanya menyucikan yang lahiriah, tetapi Yesus Kristus yang disembelih, yang dipersembahkan kepada Allah, darah-Nya berkuasa untuk menyucikan hati nurani kita dari perbuatan yang sia-sia.

Sejenak kita perhatikan dalam..
1 Petrus 1:18-19
(1:18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
(1:19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.

Saudaraku, perbuatan yang sia-sia itu adalah warisan dari nenek moyang, itulah yang disebut dosa turunan.
Banyak perbuatan yang sia-sia yag diwariskan dari nenek moyang. Dulu nenek moyang orang batak sebelum mengenal Tuhan terlalu kuat dengan adat istiadat, bahkan banyak orang Kristen, orang batak secara khususnya, sering mengesampingkan ibadah dan pelayanan  demi adat istiadat.
Tanpa sadar anak pasti melihat kekurangan orang tuanya, karena menurut anak itu baik bagi dia. Itulah dosa warisan.
Jadi kalau orang tuanya keras kepala maka tidak tertutup kemungkinan anaknya keras kepala, kalau orang tuanya pendusta, anaknya pendusta, kalau orang tuanya keras hati, maka tidak tertutup kemungkinan anaknya juga keras hati, tegar tengkuk dan lain sebagainya, dan mohon maaf, kalau orang tuanya najis pasti anaknya najis. Itu tidak bisa dipungkiri.
Perlu untuk diketahui; dosa dan perbuatan sia-sia warisan dari nenek moyang ini hanya bisa dipatahkan dengan darah Anak Domba yang disembelih, tidak bisa disucikan oleh darah lembu jantan muda , dan abu lembu muda, itu hanya pengudusan secara lahiriah. Jadi dosa atau perbuatan sia-sia itulah dosa warisan dari nenek moyang hanya bisa disucikan oleh darah Anak Domba yang disembelih yang tidak bernoda dan tidak bercacat, tidak bisa disucikan barang fana, oleh perak, dan emas, dan lain sebagainya.
Tadi kita sudah melihat dalam Yesaya 53:7; sekalipun dia teraniaya, tetapi Dia membiarkan diri ditindas, tidak membuka mulut Darah Anak Domba yang tak bernoda dan bercacat.

Kita bersyukur, Yesus Anak Allah disediakan bagi kita, dan menjadi Anak Domba yang disembelih, dan dipersembahkan kepada Allah untuk menyucikan dosa dan perbuatan sia-sia yang diwariskan dari nenek moyang.

Kita kembali membaca..
Ibarani 9:14
(9:14) betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.

Setelah hati nurani kita disucikan dari perbuatan yang sia-sia (dosa warisan dari nenek moyang), barulah kita bisa beribadah kepada Tuhan. Ibadah seperti apa? Itulah ibadah yang sejati.
Banyak orang yang menjalankan ibadah, tetapi bukan ibadah sejati.
Rasul Paulus mengatakan kepada sidang jemaat di Roma, supaya mereka segera mempersembahkan hidup mereka sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Tuhan, itulah ibadah sejati. Ada lagi ibadah yang lain, itulah ibadah yang murni; mengunjungi janda-janda dan yatim piatu.
Janda-janda itulah kehidupan yang tidak menempatkan Kristus sebagai kepala, itu perlu dikunjungi.
Yatim piatu itulah kehidupan yang tidak tergembala, tidak memiliki ayah dan ibu (gembala sidang), itu juga perlu untuk dikunjungi.
Tetapi di sini kita sudah melihat, setelah disucikan dari hati nurani yang jahat, perbuatan yang  sia-sia dari dosa warisan nenek moyang, barulah kita dapat menjalankan ibadah sejati, sesuai dengan apa yang menjadi kerinduan dari Rasul Paulus kepada sidang jemaat di Roma supaya mereka mempersembahkan tubuhnya sebagai persembahan yang hidup, persembahan yang kudus, dan berkenanan kepada Tuhan. Kalau hati nurani yang jahat belum disucikan dari hati nurani yang sia-sia maka mereka bisa beribadah, tetapi bukan ibadah yang sejati.
Saya bersyukur, kita dilawat oleh Tuhan, diberkati oleh Tuhan karena Tuhan baik kepada kita semua, Tuhan tidak biarkan kita binasa. Tuhan tidak rela kita tertindas oleh karena dosa-dosa itu semua. Sehingga Dia mempersembahkan diri-Nyya sebagai korban persembahan kepada Tuhan.

Ibarani 9:15
(9:15) Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama.

Sampai pada akhirnya, kita dapat menerima perjanjian bagian kekal yang dijanjikan-Nya, itulah kebahagiaan di dalam kerajaan sorga.

YANG KETIGA: TEMPAT PERAPIAN (ARA).
Yohanes 1:29
(1:29) Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.

Perhatikan kalimat dari ayat ini; “Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia.”
Jadi kalimat ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Anak Domba yang disembelih, tetapi bukan saja disembelih, namun potongan-potongan daging dari domba yang disembelih itu juga bisa dibakar di atas perapian sampai nanti menjadi persembahan yang berbau harum, potongan daging menjadi persembahan yang berbau harum dihadapan Tuhan. Kalau ada api yang membakar sehingga kita berkobar-kobar dalam melayani Tuhan maka menjadi korban persembahan yang berbau harum dihadapan Tuhan. Beda kalau potongan daging tanpa perapian, bau amis, tidak berbau harum bagi Tuhan.
Saya dengan kerendahan hati menaruh belas kasih bagi sidang jemaat yang belum mengerti ibadah, sidang jemaat yang belum mengerti pelayanan. Ayo, beribadahlah dengan sungguh-sungguh bagaikan potongan daging yang diletakkan di atas perapian, menjadi korban persembahan yang berbau harum. Kalau potongan daging tidak dipersembahkan di atas perapian nanti menjadi daging yang bau amis, kalau dibiarkan berlam-lama menjadi bau busuk, dan kalau dibiarkan lebih lama lagi, berulat, dikuasai oleh roh jahat dan roh najis.
Kita bersyukur atas kemurahan Tuhan, oleh pengertian kekayaan dan hikmat Allah kita terima dari Tuhan.

Yohanes 2:17
(2:17) Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku."

Ketika Yesus menyucikan bait Allah yang di Yerusalem, selanjutnya Yesus berkata; “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.” Pendeknya; Yesus bukan hanya menjadi korban sembelihan, tetapi juga menjadi korban bakaran.
Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku -> Yesus menjadi korban bakaran.
Berarti potongan-potongan daging itu dibiarkan di atas perapian sampai pagi, berarti sampai hangus, daging tidak bersuara lagi. Itulah yang dikerjakan oleh Yesus, Anak Domba Allah yang disembelih, sekaligus sudah menjadi hangus untuk menjadi korban bakaran bagi kita sekaliannya.

Imamat 6:8-9
(6:8) TUHAN berfirman kepada Musa:
(6:9) "Perintahkanlah kepada Harun dan anak-anaknya: Inilah hukum tentang korban bakaran. Korban bakaran itu haruslah tinggal di atas perapian di atas mezbah semalam-malaman sampai pagi, dan api mezbah haruslah dipelihara menyala di atasnya.

Hukum tentang korban bakaran, yaitu; korban bakaran itu harus tinggal di atas perapian, di atas Mezbah semalam-malaman sampai pagi, sampai potongan daging itu hangus, dari kepala sampai ke ekornya, tidak ada lagi buntut-buntut dosa.
Inilah yang dikerjakan oeleh Yesus Kristus sebab Dia adalah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia.
Tadi kaki-Nya bagaikan tiang api; inilah perjalanan pelayanan Yesus di atas muka bumi selama tiga tahun setengah, berakhir pada satu titik penyelamatan yang telah dikerjakan-Nya di atas kayu salib 2018 tahun yang lalu.
Sekarang apa yang telah ditetapkan oleh Allah sesuai dengan apa yang ditunjukkan oleh Tuhan kepada Musa telah digenapi oleh Allah di dalam diri Yesus Kristus, Dialah Anak Domba Allah yang telah disembelih, darah-Nya tercurah atas kita sekalinnya.

Saya berdoa kepada Tuhan supaya firman itu hidup di dalam kehidupan kita dan kita hidup oleh firman. Bukan hanya lima menit, satu jam, dua jam, tetapi sampai firman itu berkuasa, mendarah daging di dalam kehidupan kita pribadi lepasa pribadi.
Ingat, kaki-Nya bagaikan tiang api, pada waktu bangsa Israel di Padang gurun, tiang api itu ada di malam hari sebagai perindungan, tetapi tadi kita sudah melihat bahwa yang menjadi tiang api adalah kaki-Nya, perjalanan kehidupan Yesus selama tiga setengah tahun di atas muka bumi, itulah penyelamatan yang dikerjakan oleh Yesus di atas kayu salib.
Dan dalam Wahyu 10:1 tadi, kaki-Nya bagaikan tiang api dilengkapi di dalam Wahyu 1:15; “Mezbah korban bakaran terbuat dari kayu penaga, tetapi disalut dengan tembaga.”
inilah penghukuman terhadap dosa telah ditanggung oleh Yesus Kristus di atas kayu salib. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang





No comments:

Post a Comment