KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, February 18, 2020

IBADAH RAYA MINGGU, 16 FEBRUARI 2020


IBADAH RAYA MINGGU, 16 FEBRUARI 2020


WAHYU PASAL 11
(Seri: 24)

Subtema: TUNTUTAN FIRMAN TERKAIT 1/10 DAN HARI KE-7

Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan; oleh karena kasih dan kemurahan-Nya, kita dimungkinkan untuk mengusahakan Ibadah Raya Minggu yang disertai dengan kesaksian dari zangkoor.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada.
Selanjutnya mari kita berdoa, kita mohonkan kemurahan Tuhan supaya kiranya Tuhan membukakan firman-Nya sore ini, dan kehidupan kita dipulihkan oleh Tuhan; ibadah, pelayanan, nikah dan rumah tangga dipulihkan oleh Tuhan, yang sakit disembuhkan, yang susah dihibur, yang lemah dikuatkan. Di atas segalanya, nama Tuhan dipermuliakan.

Kita sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari WAHYU PASAL 11.
Sebetulnya sore ini kita akan fokus pada ayat 13, namun kita akan review kembali ayat 12 untuk sesaat saja.

Wahyu 11:12
(11:12) Dan orang-orang itu mendengar suatu suara yang nyaring dari sorga berkata kepada mereka: "Naiklah ke mari!" Lalu naiklah mereka ke langit, diselubungi awan, disaksikan oleh musuh-musuh mereka.

Lalu, naiklah mereka -- yaitu Musa dan Elia -- ke langit.
Kalau Musa dan Elia naik ke langit, berarti; tugas mereka untuk menjadi kesaksian yang besar selama 1260 (seribu dua ratus enam puluh hari) -- sama dengan 42 (empat puluh dua) bulan, sama dengan 3.5 (tiga setengah) tahun -- sudah selesai.

Kemudian, ketika Musa dan Elia -- saksi yang besar itu -- naik ke langit, ditandai dengan dua hal:
1.     Diselubungi awan.
2.     Disaksikan oleh musuh-musuh mereka.

Mari kita simak arti dari dua perkara tersebut.
YANG PERTAMA: Diselubungi awan.
Diselubungi awan, menunjukkan bahwa; mereka itu adalah manusia rohani, bukan manusia daging. Kalau manusia daging tidak bisa terangkat. Yang terangkat naik ke sorga adalah manusia rohani.
Ciri (tanda-tanda) manusia rohani, yaitu; terlepas dari daya tarik bumi, sama dengan; tidak terikat dengan segala perkara-perkara di bumi ini. Itu yang disebut manusia rohani. Sedangkan manusia daging (manusia lahiriah); terikat dengan perkara lahiriah, pikirannya sibuk dengan perkara lahiriah.
Sekali lagi saya tandaskan, ciri manusia rohani: Terlepas dari daya tarik bumi = tidak terikat dengan perkara-perkara di bumi ini, bagaikan asap dupa (kabut) kemenyan naik di hadirat Allah. Pendeknya: Manusia rohani hidup dalam doa penyembahan.
YANG KEDUA: Disaksikan oleh musuh-musuh mereka.
Ketika Musa dan Elia naik ke sorga, hal itu disaksikan oleh musuh-musuh mereka, tujuannya -- tidak lain tidak bukan -- ialah supaya musuh-musuh mereka tahu dengan pasti, bahwa:
1.     Kerajaan Sorga atau kemuliaan kekal itu nyata dan benar, bukan hanya sekedar cerita di Alkitab.
2.     Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya.
3.     Kerajaan Sorga adalah upah bagi orang yang sungguh-sungguh mengikuti Tuhan. Mengikut Tuhan itu tidak boleh suam-suam, melainkan harus sungguh-sungguh, itulah manusia rohani.

Hal ini telah diterangkan pada dua minggu yang lalu -- Ibadah Raya Minggu, 02 Februari 2020 dengan alamat https://gptserangcilegon.blogspot.com/2020/02/ibadah-raya-minggu-02-februari-2020.html --. Selanjutnya, mari kita memasuki ayat 13.

Wahyu 11:13
(11:13) Pada saat itu terjadilah gempa bumi yang dahsyat dan sepersepuluh bagian dari kota itu rubuh, dan tujuh ribu orang mati oleh gempa bumi itu dan orang-orang lain sangat ketakutan, lalu memuliakan Allah yang di sorga.

Setelah dua saksi Allah besar -- Musa dan Elia -- naik ke langit; terjadilah gempa bumi yang dahsyat.
Gempa bumi yang dahsyat ini akan terjadi (berlaku) baik secara jasmani (fisik) dan juga secara rohani. Kedua-duanya akan sama-sama berlangsung (terjadi) untuk menggenapi apa yang telah dinubuatkan oleh para nabi atau apa yang tertulis di dalam Kitab Suci ini.
GEMPA BUMI YANG DAHSYAT SECARA JASMANI (FISIK) itu sumbernya dari bumi, dengan jenis (penyebab) yang berbeda-beda, misalnya:
-       Terjadinya pergeseran lempengan-lempengan di dasar laut.
-       Longsor, banjir, banjir bandang.
-       Gunung meletus, dan seterusnya.
Itulah gempa bumi yang dahsyat, yang sumbernya dari bumi.
Sedangkan GEMPA BUMI YANG DAHSYAT SECARA ROHANI ialah berasal dari suara Allah karena Allah berfirman dari sorga -- dengan lain kata; terjadi pembukaan firman secara besar-besaran -- namun ditolak oleh manusia.
Firman Tuhan yang benar, firman Tuhan yang suci, firman Tuhan yang mulia disampaikan secara besar-besaran, tetapi manusia menolaknya. Namun sekalipun demikian, Firman Allah tersebut akan semakin jelas diperdengarkan dan semakin menggema, sampai mengguncang bumi ini. 
Inilah gempa bumi yang dahsyat baik secara jasmani (fisik), maupun secara rohani.

Berbahagialah kalau sore ini kita diberi pengertian soal kesaksian Musa dan Elia, supaya kita juga diselamatkan. Kita ini harus sama seperti Musa dan Elia menjadi manusia rohani. Jangan terikat di bumi, jangan terlena dengan berkat di bumi, jangan terikat dengan perkara lahiriah, itu yang memberatkan seseorang sehingga tidak terangkat naik ke sorga.

Gempa bumi yang dahsyat akan terjadi baik secara jasmani maupun secara rohani, dan mari kita lihat hal itu yang juga pernah terjadi ketika bangsa Israel berada di gunung Sinai. Tetapi untuk kita dapat mengerti hal ini, kita harus rendah hati dalam mendengar firman Tuhan, jangan ditolak.

Keluaran 19:16-20
(19:16) Dan terjadilah pada hari ketiga, pada waktu terbit fajar, ada guruh dan kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi sangkakala yang sangat keras, sehingga gemetarlah seluruh bangsa yang ada di perkemahan. (19:17) Lalu Musa membawa bangsa itu keluar dari perkemahan untuk menjumpai Allah dan berdirilah mereka pada kaki gunung. (19:18) Gunung Sinai ditutupi seluruhnya dengan asap, karena TUHAN turun ke atasnya dalam api; asapnya membubung seperti asap dari dapur, dan seluruh gunung itu gemetar sangat. (19:19) Bunyi sangkakala kian lama kian keras. Berbicaralah Musa, lalu Allah menjawabnya dalam guruh. (19:20) Lalu turunlah TUHAN ke atas gunung Sinai, ke atas puncak gunung itu, maka TUHAN memanggil Musa ke puncak gunung itu, dan naiklah Musa ke atas.

Menjelang kedatangan Tuhan kembali untuk yang kedua kalinya, persis seperti Tuhan turun ke atas gunung Sinai, lalu menampakkan diri-Nya kepada bangsa Israel. Peristiwa yang besar ini disertai dengan:
1.     “Kilat” sabung menyabung dan “awan padat” di atas gunung Sinai.
2.     “Bunyi sangkakala yang sangat keras”, bahkan pada ayat 19 dikatakan: “Bunyi sangkakala kian lama kian keras”, demikian juga firman Allah yang disampaikan, makin lama harus makin keras diperdengarkan, bukan makin lama makin dilembutkan, bukan makin lama makin meninabobokan sidang jemaat, tetapi firman Allah, firman Pengajaran Mempelai itu makin lama makin keras. Tidak boleh meninabobokan, tidak boleh semakin lembut, tetapi harus semakin keras, supaya kita betul-betul mengalami penyucian terhadap dosa.
Jadi, saudara jangan kaget dan berkata: “Kok, di gereja ini keras sekali firman-Nya.Loh, memang itulah firman Tuhan. Untuk menjelang kedatangan Tuhan, firman itu harus diperdengarkan kian lama kian keras. Walaupun manusia menolak, tetapi firman harus tetap diperdengarkan sampai menggema, sampai mengguncang bumi, untuk mempersiapkan diri di dalam hal menantikan kedatangan Tuhan kembali pada kali yang kedua.

Keluaran 19:16
(19:16) Dan terjadilah pada hari ketiga, pada waktu terbit fajar, ada guruh dan kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi sangkakala yang sangat keras, sehingga gemetarlah seluruh bangsa yang ada di perkemahan.

“… Sehingga gemetarlah seluruh bangsa yang ada di perkemahan.” Berarti, hati mereka diguncang bagaikan gempa bumi yang dahsyat.

Keluaran 20:18
(20:18) Seluruh bangsa itu menyaksikan guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap. Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh.

Bangsa Israel menyaksikan, antara lain:
1.     Guruh mengguntur dan kilat sabung menyabung.
2.     Sangkakala berbunyi kian lama kian keras.
3.     Gunung berasap.
Akibatnya; bangsa Israel menjadi takut dan gemetar, kemudian mereka berdiri jauh-jauh dari Tuhan. Bagaikan gempa bumi yang dahsyat.

Keluaran 20:19
(20:19) Mereka berkata kepada Musa: "Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan; tetapi janganlah Allah berbicara dengan kami, nanti kami mati."

Dalam keadaan takut dan gemetar, bangsa Israel berkata kepada Musa: “Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan …” Jauh lebih baik hari ini hati kita digoncang oleh pembukaan firman Allah daripada -- setelah Musa dan Elia naik ke langit -- goncangan gempa bumi yang dahsyat yang akan terjadi nanti.

Memang, ketika sangkakala ditiup kian lama kian keras itu sakit bagi daging karena menusuk di hati. Ketika dosa disingkapkan, sakit rasanya, tetapi itu jauh lebih baik daripada gempa bumi yang dahsyat yang akan terjadi nanti. Oleh sebab itu, relakanlah hatimu, sebab Tuhan sedang menunggu hati kita, bukan harta kita.

Sebenarnya, goncangan-goncangan sekarang ini pun sedang terjadi di bumi, baik dalam bidang ekonomi, maupun bidang politik, sampai pada akhirnya terjadi peperangan, bangsa bangkit melawan bangsa, kerajaan melawan kerajaan.

Matius 24:3-7
(24:3) Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya untuk bercakap-cakap sendirian dengan Dia. Kata mereka: "Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?" (24:4) Jawab Yesus kepada mereka: "Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! (24:5) Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang. (24:6) Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. (24:7) Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat.

Sejenak tentang: “Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun …” Biarlah kita menantikan Tuhan di atas gunung. Janganlah kita memboroskan harta rohani di luaran sana. Nantikanlah Tuhan seperti bangsa Israel menantikan kedatangan Tuhan di atas gunung Sinai; apapun goncangan yang terjadi tetap berada di atas gunung Tuhan, dengan lain kata; tetap ada di dalam rumah Tuhan.

… Datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya untuk bercakap-cakap sendirian dengan Dia …” Berarti, pembicaraan ini adalah pembicaraan khusus, hanya Yesus dan 12 (dua belas) murid, itu arti bercakap-cakap sendirian.

“… Bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?" Langit dan bumi ini akan berlalu, harta, kekayaan, kedudukan, jabatan, ijazah, segala yang ada ini akan berlalu.

Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu!” Oleh sebab itu, kita patut bersyukur kepada Tuhan karena kita telah menerima Pengajaran Mempelai sehingga kita tidak disesatkan lagi. Jangan memberi diri disesatkan oleh ajaran-ajaran yang lain.

Tanda kedatangan Tuhan dan tanda kesudahan dunia ini ialah:
YANG PERTAMA: Banyak orang memakai nama Tuhan dan berkata: “Akulah Mesias.”
Pendeknya: Nanti banyak orang akan mengaku sebagai utusan Tuhan, sebagai orang-orang yang diurapi Tuhan, sehingga nanti banyak orang yang disesatkan.
Sidang jemaat berdoa, supaya Tuhan tolong penggembalaan ini lewat pengajaran firman Allah yang benar dan murni, tidak ditambahkan dan tidak dikurangkan. Berdoa, supaya perjalanan rohani kita tiba pada tujuan. Kalau ajarannya sesat, sampai kapan pun ia tidak akan tiba (sampai) di tujuan, sebab ia sesat di jalan; mutar-mutar berbicara soal berkat, mutar-mutar bicara soal mujizat-mujizat, tetapi salib tidak ditegakkan di tengah ibadah pelayanan, mutar-mutar di situ saja = sesat.

Tanda kedatangan Tuhan dan tanda kesudahan dunia ini ialah:
YANG KEDUA: Bangsa bangkit melawan bangsa, kerajaan melawan kerajaan.

Tanda kedatangan Tuhan dan tanda kesudahan dunia ini ialah:
YANG KETIGA.
Matius 24:9-10
(24:9) Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku, (24:10) dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci.

Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa …” Nanti, anak-anak Tuhan akan diserahkan dan banyak mengalami penderitaan karena harus disiksa. Jadi, belajar untuk memikul salib supaya jangan ngomel-ngomel pada saat penderitaan itu tiba.
Kalau seorang pemimpin rumah Tuhan, gembala sidang (pendeta) sibuk berbicara hanya soal berkat-berkat secara jasmani, tetapi tidak mempersiapkan sidang jemaat untuk memikul salib, maka celaka dua belas -- seperti orang yang sesat; mutar-mutar saja di situ --.

“… Dan banyak orang akan murtad …” Oleh karena penderitaan itu, banyak orang akan murtad, bagaimana tidak? Karena selama dia berada dalam satu penggembalaan, dia selalu dicekoki dengan ajaran-ajaran theologi kemakmuran, hanya berbicara soal berkat dan mujizat secara jasmani, tetapi salib tidak ditegakkan, sehingga tidak mengerti untuk menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung, tidak mengerti tentang sengsara salib Kristus. Akhirnya, tiba hari penderitaan, tiba hari pencobaan, tiba hari kesusahan; ia menjadi murtad karena tidak sanggup.
Mulai dari sekarang belajar untuk memikul salibnya, menyangkal dirinya, dan mengikut Tuhan.

Kemudian, pada waktu itu, anak-anak Tuhan akan diserahkan supaya disiksa, dibunuh dan dibenci semua bangsa karena nama Tuhan. Inilah tanda kedatangan Tuhan dan tanda kesudahan dunia yang ketiga.

Akibat tiga perkara di atas: Banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci karena kasih sudah semakin dingin.
Oleh sebab itu, dengan tegas saya menyampaikan kembali: Bahwasanya, setelah Musa dan Elia naik ke langit, terjadilah gempa bumi yang dahsyat. Artinya, terjadi goncangan di bumi oleh karena suara Allah sebab Tuhan berfirman dari sorga, itulah pembukaan firman yang dinyatakan. Sekalipun ditolak oleh manusia, namun Tuhan akan terus memperdengarkan firman-Nya, menggemakannya sampai bumi digoncangkan.

Saat ini kita berbahagia tentunya, setelah menerima pengertian dari sorga, dari Allah. Kebahagiaan dari sorga sifatnya kekal.
Berbeda dengan kebahagiaan di bumi yang hanya bersifat sementara; uang habis maka kebahagiaan juga habis, kedudukan jabatan habis maka kebahagiaan juga habis. Tetapi kebahagiaan dari sorga kekal; seperti yang tertulis di dalam kitab Wahyu;  Berbahagialah mereka yang membaca, yang mendengar dan yang menurutinya, sesuai dengan Wahyu 1:3.
Tuhan tidak berkata: “Berbahagialah mereka yang banyak uangnya. Berbahagialah mereka yang memiliki kedudukan jabatan yang tinggi. Berbahagialah mereka yang menjadi pengusaha besar. Berbahagialah mereka yang memiliki ijazah yang tinggi.
Dalam Wahyu 1:3, Tuhan hanya berkata: “Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya.” Berbahagialah orang yang (1) membaca, (2) mendengar, (3) menuruti firman Allah.

Tadi kita sudah memperhatikan; terjadi gempa bumi yang dahsyat, goncangan yang hebat karena suara Allah, firman diperdengarkan sampai mengguncang bumi. Hal ini dijelaskan oleh nabi Amos dan nubuatannya.

Amos 3:4
(3:4) Mengaumkah seekor singa di hutan, apabila tidak mendapat mangsa? Bersuarakah singa muda dari sarangnya, jika belum menangkap apa-apa?

Mengaumkah seekor singa di hutan, apabila tidak mendapat mangsa?” Berarti, seekor singa mengaum kalau ia sudah mendapat mangsa.
Bersuarakah singa muda dari sarangnya, jika belum menangkap apa-apa?” Berarti, singa muda bersuara kalau ia sudah menangkap buruannya.

Pendeknya: Singa mengaum terkait dengan mangsa. Yesus Kristus adalah Singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, Dia berfirman untuk mengguncang bumi, mengguncang orang-orang yang menolak firman Tuhan.

Amos 3:8
(3:8) Singa telah mengaum, siapakah yang tidak takut? Tuhan ALLAH telah berfirman, siapakah yang tidak bernubuat?"

Sebenarnya, kalau Allah berfirman, dua hal terjadi:
1.     Orang-orang menjadi takut.
2.     Dosa disingkapkan, sama dengan; dosa dibongkar dengan tuntas.
Sebab, tugas dari seorang nabi adalah bernubuat. Bernubuat, artinya; menyingkapkan segala dosa yang terselubung.
Kalau dosa yang terselubung (tersembunyi) sudah tersingkap, sama dengan; dosa dibongkar dengan tuntas.

Yesus adalah Singa dari suku Yehuda sudah mengaum dan mengguncang hati kita di sore ini. Apa tandanya? Tentu kita menjadi takut, kemudian dosa dibongkar dengan tuntas, sebab segala dosa yang terselubung disingkapkan.
Tetapi biarkanlah itu terjadi kalau memang hal itu terjadi sore ini, sebab itu jauh lebih baik daripada nanti gempa bumi yang dahsyat menimpa kehidupan kita masing-masing.

Menurut saudara (sidang jemaat), Pengajaran Firman Allah yang kita terima dan kita dengar sore ini, apakah itu maksud jahat atau bermaksud mulia? Tentu Tuhan bermaksud mulia, supaya kehidupan kita selamat. Tetapi banyak orang yang tidak mengerti sehingga banyak orang mencari firman yang enak-enak, dagingnya dielus-elus, tetapi kelak apabila hari pencobaan tiba (celaka besar terjadi), ia tidak akan mampu menghadapinya.
Sekarang ini kita tidak sedang dininabobokan oleh Tuhan Yesus, justru Dia sedang memperhatikan kita.

Kemudian saya tegaskan, sekalipun ditolak, Tuhan akan tetap memperdengarkan firman-Nya seperti Singa dari suku Yehuda telah mengaum sampai menggoncang bumi, menggoncang hati kita. Tetapi itu jauh lebih baik supaya kita menjadi suatu kehidupan yang takut akan Tuhan, kemudian dosa kita dibongkar dengan tuntas, karena tugas seorang nabi adalah bernubuat. Bernubuat, berarti menyingkapkan segala dosa yang terselubung. Tugas nabi itu menunjuk dosa: semua dosa sampai dosa itu dibongkar dengan tuntas. Memang hati kita terasa tergoncang sekarang, tetapi itu jauh lebih baik, supaya dosa dibongkar dengan tuntas.

Kita kembali membaca Keluaran 20.
Keluaran 20:19-20
(20:19) Mereka berkata kepada Musa: "Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan; tetapi janganlah Allah berbicara dengan kami, nanti kami mati." (20:20) Tetapi Musa berkata kepada bangsa itu: "Janganlah takut, sebab Allah telah datang dengan maksud untuk mencoba kamu dan dengan maksud supaya takut akan Dia ada padamu, agar kamu jangan berbuat dosa."

“… Tetapi janganlah Allah berbicara dengan kami, nanti kami mati.” Kalau Tuhan yang bersuara dari sorga -- itulah gempa bumi yang dahsyat -- mematikan, oleh sebab itu, lebih baik hati kita digoncang sekarang ini.

Lebih baik hari ini kita dengan rela ditegur oleh firman Allah yang disampaikan, dengan satu tujuan; supaya kita menjadi suatu kehidupan yang takut akan Tuhan.
Tanda takut akan Tuhan ialah tidak lagi berani berbuat dosa. Kalau masih berani (nekat) berbuat dosa, berarti ia tidak takut Tuhan, tetapi tanda orang yang takut Tuhan ialah tidak berani, tidak nekat berbuat dosa, tidak nekat meninggalkan Tuhan.
Pendeknya: Takut akan Tuhan membenci dosa kejahatan, juga membenci dosa kenajisan.

Akibat gempa bumi yang dahsyat.
Wahyu 11:13
(11:13) Pada saat itu terjadilah gempa bumi yang dahsyat dan sepersepuluh bagian dari kota itu rubuh, dan tujuh ribu orang mati oleh gempa bumi itu dan orang-orang lain sangat ketakutan, lalu memuliakan Allah yang di sorga.

Akibat gempa bumi yang dahsyat:
1.     Sepersepuluh bagian dari kota itu rubuh.
2.     Tujuh ribu orang mati.

Sebetulnya, angka-angka ini -- 1/10 dan 7000 -- adalah angka-angka yang dikhususkan oleh Tuhan, baik sepersepuluh -- itu merupakan  milik-Nya Tuhan --, maupun tujuh ribu -- adalah angka sempurna --. Tetapi justru, akibat gempa bumi yang dahsyat ini, angka-angka tersebut mengalami suatu musibah besar, yaitu sepersepuluh bagian dari kota itu rubuh dan tujuh ribu orang mati.

Sewaktu membaca ini, saya renungkan dan bertanya-tanya: Tuhan, apa maksudnya ini semua? Bukankah angka-angka ini adalah angka-angka yang dikhususkan? Baik sepersepuluh -- miliknya Tuhan -- maupun tujuh ribu -- angka sempurna atau angka hari perhentian bagi Tuhan --, tetapi justru mengalami musibah besar, celaka besar.
Mari kita berdoa, supaya kita bisa melihat perkara ini. Dengan rendah hati kita datang memohon kepada Tuhan supaya Tuhan menyatakan kemurahan-Nya bagi kita.

Akibat gempa bumi yang dahsyat,
YANG PERTAMA: SEPERSEPULUH BAGIAN DARI KOTA ITU RUBUH.
Akibat gempa bumi yang dahsyat ini, nanti sepersepuluh bagian dari kota suci rubuh, dan kerubuhan atau kejatuhan dari anak-anak Tuhan ini tidak dapat dibangunkan kembali. Pendeknya, binasa untuk selama-lamanya.

Jika Tuhan memberikan pengertian, Tuhan bukakan firman-Nya, itu adalah kemurahan, supaya kita mengerti semua rencana Tuhan. Jangan kita hanya menantikan dua tiga ayat lalu ditambahkan dengan cerita si kancil, si kura-kura, tidak jelas arahnya, sebab si kancil dan si kura-kura tidak mungkin membawa kita masuk sorga.

Mari kita lihat lebih dulu tentang SEPERSEPULUH.
Maleakhi 3:8-10
(3:8) Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?" Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! (3:9) Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa! (3:10) Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.

“Bolehkah manusia menipu Allah?” Tentu tidak, tetapi Tuhan berkata; “Namun kamu menipu Aku.”

Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?", Kalimat ini menunjukkan bahwa manusia suka berdalih dan mengelak. Kebanyakan manusia memang seperti itu; tidak mudah mengaku dosanya, susah untuk disucikan. Tidak mau datang kepada Tuhan dengan rendah hati dan berkata: “Ya, aku berdosa, aku sudah menipu Engkau.

“Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!” Siapa yang mau datang dengan rendah hati mengakui kesalahannya, mengakui bahwa dia pernah mencuri sepersepuluh – milik-Nya Tuhan -- ?

Resiko yang akan dialami apabila menolak untuk mengembalikan 1/10 (milik-Nya Tuhan) ialah “kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku.”

Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu …” Seluruh persembahan persepuluhan, misalnya;
-       Entah ditraktir makan bakso, kalau harganya Rp 15.000 (lima belas ribu), berarti ambil Rp 1.500 (seribu lima ratus) untuk persepuluhan.
-       Entah dibayar ongkos naik ojek kemana-mana, kalau harganya Rp 10.000 (sepuluh ribu), berarti ambil Rp 1.000 (seribu) sebagai milik-Nya Tuhan.
Seluruh persembahan persepuluhan bawalah itu “… Ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku …”  Jadi, persepuluhan itu terkait dengan firman Tuhan sebagai makanan rohani.

Perhatikan baik-baik:
Maleakhi 3:8-10, ayat ini jelas berbicara tentang persembahan persepuluhan. Kita memang harus membawa persembahan persepuluhan kepada Tuhan, tetapi persembahan persepuluhan yang kita bawa itu semata-mata bukan berbicara soal uang saja, sebab Tuhan kita tidak pernah kekurangan uang.
Jadi, sudah sangat jelas, bahwa; persembahan persepuluhan yang kita bawa itu berbicara soal kasih Allah dinyatakan kepada milik-Nya (umat-Nya) -- dinyatakan kepada saya dan saudara -- berdasarkan tuntutan firman Allah (makanan rohani) yang akan kita lakukan di hadapan Tuhan. Itulah yang mau Tuhan nyatakan sore hari ini kepada kita masing-masing.

Ayo, jangan menipu Tuhan lagi, tetapi jujurlah dalam hal persembahan persepuluhan, supaya kita diberkati Tuhan, dan Tuhan akan membuka tingkap-tingkap langit lebih dari berkat yang sebelumnya. Haleluya..

Yohanes 15:10
(15:10) Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.

Jikalau kita melakukan apa yang dituntut oleh Firman Allah dari kehidupan kita masing-masing, tanda bahwa kita tinggal di dalam kasih Allah.
Oleh sebab itu, kita tidak boleh menipu Tuhan, supaya bebas dari kutuk nenek moyang, sebab kutuk nenek moyang itu berlaku sampai pada keturunan yang keempat. Kutuk nenek moyang itu merupakan dosa warisan, misalnya;
-       Kalau bapanya penjudi, nanti anaknya turut penjudi.
-       Kalau bapanya pendusta, nanti anaknya pendusta.
Sebab itu, kita tidak boleh menipu Tuhan. Apa yang Tuhan tuntut kepada kita, biarlah itu kita lakukan, tanda bahwa kita betul-betul tinggal dalam kasih Allah yang besar, kasih yang heran itu.

Sebenarnya firman Allah menuntut kita untuk melakukan banyak hal, tetapi marilah kita fokus dengan apa yang kita terima sore hari ini.

Inilah tuntutan firman kepada kita untuk segera kita lakukan kepada Tuhan, yaitu …
Yohanes 15:12
(15:12) Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.

Tuntutan yang utama dari firman Tuhan ialah supaya kita saling mengasihi, supaya antara seorang dengan yang lain -- saya dan saudara -- saling mengasihi dengan kasih Agape, bukan dengan kasih Fileo – daging --, bukan dengan kasih Eros --  kenajisan (lawan jenis) --. Dan contoh teladan dari kasih itu ialah seperti pengorbanan Yesus, yang telah Dia buktikan di atas kayu salib.

Yang dituntut oleh firman Tuhan dari kita adalah untuk saling mengasihi antara seorang dengan yang lain, dimulai dalam nikah rumah tangga, makin berkembang dalam penggembalaan, makin berkembang di luar penggembalaan, menjadi suatu kesaksian yang hidup baik dalam situasi kondisi apapun, baik saat berdiri, duduk dan berjalan, saling mengasihi satu dengan yang lain.

Persembahan persepuluhan atau satu dari sepuluh (1/10), itu merupakan kasih Allah, bagaikan sepuluh hukum yang tertulis dalam dua loh batu, intinya hanya satu, yaitu kasih.
-       Hukum yang pertama sampai hukum yang keempat = kasih kepada Allah.
-       Hukum yang kelima sampai hukum yang kesepuluh = kasih kepada sesama.

Jadi, sepuluh hukum yang tertulis pada dua loh batu, intinya hanya satu, yaitu kasih. Satu dari sepuluh adalah kasih. Sepersepuluh itulah kasih. Itulah tuntutan firman yang harus kita lakukan untuk segera saling mengasihi satu dengan yang lain, bukan dengan kasih Eros, bukan dengan kasih Fileo, tetapi dengan kasih Agape, seperti Yesus telah menunjukkan kasih-Nya, Dia rela berkorban untuk kita di atas kayu salib dua ribu tahun yang lalu.

Jadi, persembahan persepuluhan itu bukan saja berbicara soal uang. Seolah-olah Tuhan kita kekurangan uang sehingga kita ketakutan mengembalikan milik Tuhan, sehingga kita tidak jujur dalam hal mengembalikan sepersepuluh (milik-Nya Tuhan). Bagaimana mungkin kita bisa mengasihi satu dengan yang lain kalau kita tidak jujur dalam mengembalikan sepersepuluh (milik-Nya Tuhan)? Kalau kita sudah tidak jujur dalam hal sepersepuluh, maka kita tidak mungkin bisa melakukan apa yang dituntut oleh firman kepada kita, yaitu untuk saling mengasihi satu dengan yang lain.

Saya masih ingat: Tahun 2001 saya sudah menjadi hamba Tuhan. Sejak tahun 2003 sampai tahun 2020, sampai hari ini, saya belajar untuk setia mengembalikan persembahan persepuluhan kepada Tuhan melalui Gereja Pantekosta Tabernakel (GPT) berpusat di Surabaya. Dari semua persembahan persepuluhan saya kembalikan kepada Tuhan, sebab itu merupakan milik-Nya Tuhan.
Entah sekali waktu saya mendapat berkat, contohnya; seperti kemarin saudara Kaleb bawa kado ulang tahun dalam bentuk celana. Setelah saya mengetahui harganya, selanjutnya saya hitung persembahan persepuluhannya. Saya tidak mau mencuri milik-Nya Tuhan.
Belajar untuk melakukan saat orang tidak tahu apa yang harus saya lakukan, saat orang tidak tahu dalam ketulusan saya melakukan tuntutan firman. Kalau melakukan saat dilihat mata manusia, oohh tentu orang dunia jagonya.
Ayo, belajar jujur mengembalikan persepuluhan. Saudara David juga harus jujur dalam bisnisnya; begitu dapat tender proyek kecil ataupun besar-besaran, langsung ingat miliknya Tuhan (1/10).

Apakah susah masuk sorga? Jawabnya; tidak susah. Yang membuat susah ialah; logika manusia (pikiran manusia daging).
Mulai dari sejak tahun 2003, saya tidak pakai logika, saya kosongkan diri di dalam hal untuk mengembalikan milik Tuhan. Dan tidak ada yang tahu seberapa besar persepuluhan yang saya kembalikan kepada Tuhan, kecuali isteri saya dan Tuhan. Tetapi saya harus jujur dalam mengembalikan persembahan persepuluhan ini, tidak boleh menipu Tuhan, sebab tuntutan firman terkait sepersepuluh adalah untuk saling mengasihi.

Sekarang kita akan melihat …
Kesimpulan dari tuntutan firman Allah terkait persepuluhan (10 hukum) kepada kita ialah:
Yang Pertama: MEMIKUL SALIB di tengah-tengah kegiatan Roh, bagaikan dua loh batu yang pertama telah dipecahkan oleh Musa sebagai gambaran dari sengsara salib, sebab Yesus telah memecah-mecahkan segenap hidup-Nya di atas kayu salib.
Mengapa Musa memecahkan dua loh batu yang pertama itu? Karena bangsa Israel telah jatuh dalam dosa. Yesus memecah mecahkan segenap hidup-Nya di atas kayu salib karena dosa umat Tuhan.
Itulah tuntutan yang pertama terkait dengan persepuluhan (= 2 loh batu), sebab inti dari dua loh batu (sepuluh hukum) hanya satu, yaitu kasih; memikul salib.

Keluaran 32:15-16,19
(32:15) Setelah itu berpalinglah Musa, lalu turun dari gunung dengan kedua loh hukum Allah dalam tangannya, loh-loh yang bertulis pada kedua sisinya; bertulis sebelah-menyebelah. (32:16) Kedua loh itu ialah pekerjaan Allah dan tulisan itu ialah tulisan Allah, ditukik pada loh-loh itu. (32:19) Dan ketika ia dekat ke perkemahan itu dan melihat anak lembu dan melihat orang menari-nari, maka bangkitlah amarah Musa; dilemparkannyalah kedua loh itu dari tangannya dan dipecahkannya pada kaki gunung itu.

Dua loh batu yang berisikan sepuluh hukum yang ditulis oleh ujung jari Tuhan itu telah dipecahkan oleh Musa karena bangsa Israel telah jatuh dalam dosa.
Musa memecahkan dua loh batu yang pertama, itu berbicara tentang sengsara salib, sebab Yesus telah memecahkan segenap hidup-Nya di atas kayu salib.

Tuntutan firman terkait dengan sepersepuluh, yang pertama adalah sangkal diri, memikul salib. Memang setiap orang harus memikul salibnya.
-       Saya sebagai seorang suami mempunyai tanggung jawab yang harus dipikul di atas pundak, yaitu; mengasihi isteri, mengayomi keluarga, nikah dan rumah tangga.
-       Saya juga sebagai pemimpin rumah Tuhan (gembala sidang) harus memperhatikan kawanan domba dalam kandang penggembalaan ini satu per satu. Dalam keadaan susah, dalam keadaan memberontak, dalam keadaan liar, seorang gembala harus terus memperhatikan kawanan dombanya, memberinya makan dan minum.
-       Juga seorang isteri harus memikul salib, memikul tanggung jawab di atas pundak, yaitu tunduk kepada suaminya (menjadi penopang) dan memperhatikan keluarganya.
-       Tanggung jawab seorang anak yang harus dipikul di atas pundak, yaitu hormat kepada orang tuanya.
-       Tanggung jawab dari seorang hamba Tuhan, yaitu sungguh-sungguh melayani dalam kesucian.
-       Tanggung jawab seorang tuan, yaitu memperhatikan hamba-hambanya. Yesus Kristus adalah Tuan dari hamba-hamba Tuhan, Dia sangat memperhatikan kita, Dia telah memikul tanggung jawabnya dengan luar biasa, sekalipun menderita sangat di atas kayu salib.

Itulah tuntutan firman terkait persepuluhan (satu dari sepuluh) yang tertulis pada dua loh batu, yang pertama ialah sengsara salib.

Kesimpulan dari tuntutan firman Allah terkait persepuluhan (10 hukum) kepada kita ialah:
Yang Kedua: SUPAYA KITA SEMUA MENJADI SATU, ini merupakan kerinduan Yesus, Anak Allah yang terbesar. Walaupun berbeda suku, kaum, bahasa, dan bangsa, tetapi kerinduan Tuhan adalah supaya kita menjadi satu.
Itulah tuntutan firman yang kedua, terkait dengan persepuluhan, terkait dengan dua loh batu yang berisikan sepuluh hukum.

Jangan sampai karena sakitnya firman ini, lalu kita terpisah-pisah, sidang jemaat tidak mau lagi beribadah besok. Biarlah kita berlaku bijaksana terhadap pemberitaan firman Tuhan di sore ini. Jadilah bijaksana dan dewasa secara rohani.

Yohanes 17:4
(17:4) Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.

Bapa telah dipermuliakan di bumi, sebab Anak telah menyelesaikan pekerjaan Bapa. Atau pekerjaan Bapa sudah selesai maka Bapa dipermuliakan.
Dalam Yohanes 19:30, sesudah minum anggur asam, Yesus berkata: “Sudah selesai”, lalu Ia menyerahkan nyawa-Nya, Ia mati sehingga prajurit-prajurit (tentara Romawi) tidak mematahkan kaki-Nya (tulang-tulang-Nya). Tetapi penjahat yang disalibkan di sebelah kanan dan kiri Yesus, kaki mereka dipatah-patahkan karena mereka masih hidup.
Berarti kesimpulannya, Yesus telah menyelesaikan pekerjaan Bapa sehingga terwujudlah kesatuan tubuh Kristus yang berbeda-beda, tulang-tulang-Nya tidak terpisah, anggota tubuh-Nya tidak terpisah karena Yesus sudah mati di atas kayu salib.
Sudah selesai”, Dia sudah menyelesaikan pekerjaan Allah Bapa, sehingga Bapa dipermuliakan di atas muka bumi ini.

Selanjutnya, karena Yesus sudah mati, prajurit (tentara Romawi) tidak mematahkan kaki-Nya, melainkan menombak lambung-Nya, maka segera keluar mengalir darah dan air, tanda kelahiran baru. Ketika seorang bayi lahir, tandanya ialah; darah dan air ketuban, artinya; gereja -- bangsa kafir – dilahirkan kembali.

Tulang-tulang-Nya tidak dipatah-patahkan, artinya; terwujudnya kesatuan tubuh. Ini adalah kerinduan Tuhan. Dia sudah melakukan-Nya di atas kayu salib, barulah kerinduan itu Dia sampaikan (diomong).

Yohanes 17:21
(17:21) supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.

Inilah kerinduan Anak: Supaya dari setiap suku, dan kaum, dan bahasa, dan bangsa di bumi menjadi satu.
Terbuktilah pernyataan Yesus yang berkata: “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku.” Jadi, perkataan-Nya sesuai dengan perbuatan-Nya.
-       Ayat 4 merupakan perbuatan (Yesus menyelesaikan pekerjaan Bapa).
-       Ayat 21 merupakan pengakuan, perkataan.
Kalau pengakuan (perkataan) singkron dengan perbuatan, maka kesaksian kita benar di mata Tuhan, kesaksian kita benar di mata manusia.

Yohanes 17:22-23
(17:22) Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: (17:23) Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.

“… Supaya mereka menjadi satu …”, inilah kerinduan Yesus, Anak Allah. Kerinduan-Nya yang terbesar bukan soal uang, bukan, Tuhan itu kaya. Tetapi kerinduan Tuhan adalah supaya kita menjadi satu, sama seperti Anak dan Bapa adalah satu.
Kita harus satu, oleh sebab itu, jangan turuti kejahatan dan kenajisan, sebab itulah yang menimbulkan perpecahan.

PERHATIKAN: Menjadi satu, sama dengan; sempurna. Kalau sudah sempurna, maka kelak berada dalam kemuliaan (dipermuliakan).
Kalau kita satu, berarti sempurna, dan kalau kita sempurna, kelak kita berada dalam kemuliaan apabila Dia datang sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga di dalam kemuliaan dan kesempurnaan-Nya.

Kalau kita satu, sempurna, dipermuliakan. Tetapi kalau terpisah-pisah, mengambil jalannya masing-masing, menuruti kata hati dan keinginan daging, menuruti kata kenajisan, menuruti kata kejahatan, maka tidak akan menjadi satu.
Kalau kita mengambil jalannya masing-masing, itu artinya sedang menggagalkan rencana Allah, menggagalkan kerinduan yang terbesar dari Anak Allah. Hati-hati, jangan lagi mengambil jalannya masing-masing, khususnya imam-imam belajar taat, setia, dengar-dengaran, supaya kerinduan Tuhan terwujud.

Inti dari tuntutan firman terkait dengan sepersepuluh, yang kedua ialah supaya kita menjadi satu.
Jadi, jangan mengambil jalannya masing-masing, jangan menuruti kata hati, jangan menuruti keinginan di hati, supaya kita menjadi satu.
Satu = sempurna. Kalau sudah sempurna, kelak berada dalam kemuliaan apabila Dia datang pada kali yang kedua sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga.
Seberapa besar (beratnya) firman yang kita dengar, jangan terpisah, jangan takut untuk terus digembalakan oleh Pengajaran Mempelai. Satu-satunya pengajaran yang mempersatukan gereja Tuhan ialah Pengajaran Mempelai.
Apa arti Mempelai? Satu. Suami isteri berbicara mempelai, berarti satu. Dua tetapi satu, itu Roh Mempelai. Miliki Roh Mempelai.

Kolose 3:14
(3:14) Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

“… Kenakanlah kasih …” Tadi persembahan persepuluhan berbicara soal kasih, itulah tuntutan firman.
Kasih berguna sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Jadi, tali kasih mengikat kita menjadi satu dan sempurna.

Memang, untuk mempersatukan dua pribadi yang berbeda, untuk mempersatukan dua pikiran yang berbeda, untuk mempersatukan dua hati yang berbeda, untuk mempersatukan dua keinginan yang berbeda itu susah, hanya bisa dipersatukan di dalam kasih Allah, sebagaimana Yesus telah mengasihi kita di atas kayu salib.

Biarlah pikiran Allah terpatri di dalam pikiran kita. Kita tidak boleh mengikuti Tuhan dengan pikiran manusia. Oleh sebab itu, terimalah firman Tuhan dengan rendah hati dan lemah lembut, itu adalah pikiran Tuhan.

Kembali saya sampaikan: Kalau kita sempurna, maka kelak berada dalam kemuliaan, BAGAIKAN DUA LOH BATU YANG KEDUA DISIMPAN DI DALAM TABUT PERJANJIAN.

Terlebih dahulu kita melihat dua loh batu yang kedua.
Keluaran 34:4-5
(34:4) Lalu Musa memahat dua loh batu sama dengan yang mula-mula; bangunlah ia pagi-pagi dan naiklah ia ke atas gunung Sinai, seperti yang diperintahkan TUHAN kepadanya, dan membawa kedua loh batu itu di tangannya. (34:5) Turunlah TUHAN dalam awan, lalu berdiri di sana dekat Musa serta menyerukan nama TUHAN.

Dua loh batu yang pertama yang berisikan sepuluh hukum Allah, itu ditulis oleh ujung jari Tuhan. Tetapi dua loh batu yang kedua -- walaupun sama dengan dua loh batu yang pertama -- itu dipahat oleh Musa.
Saat ini hati kita sedang dipahat firman, sebab tidak mungkin Tuhan datang langsung menunjuk-nunjuk dosa di hati. Doakan terus supaya saya tetap menjadi gembala yang setia memahat, sehingga firman itu tertukik di hati kita masing-masing.

Setelah dua loh batu yang kedua selesai dipahat, selanjutnya turunlah Tuhan dalam awan (Tuhan turun dalam kemuliaan), menyatu dengan Musa.
Jadi jelas sekali, bahwa; tuntutan firman terkait persembahan persepuluhan, yang kedua adalah supaya kita menjadi satu. Kalau kita sudah menjadi satu, maka sempurna. Kalau sempurna, maka kelak dipermuliakan, seperti Musa dipermuliakan bersama dengan Tuhan di atas gunung Sinai.

Jangan terpecah-pecah lagi. Jangan malas-malas beribadah. Biarlah kita sungguh-sungguh menjadi satu dalam kandang penggembalaan ini walaupun kita ini adalah himpunan kecil. Yang penting masuk sorga. Untuk apa kita memiliki semua yang ada di dunia ini, namun kehilangan kasih yang mempersatukan -- sama dengan; binasa --
Biarlah kita memperhatikan kerinduan Tuhan ini. Tuhan himpunkan kita dari latar belakang yang berbeda-beda dan memiliki masa lalu yang berbeda-beda, tetapi Tuhan tidak lihat itu. Tuhan tidak lihat orang kaya atau miskin, Tuhan tidak lihat apakah engkau punya kedudukan jabatan atau tidak. Hal itu terlalu kecil bagi Tuhan. Tuhan itu hebat, Dia tidak melihat hal-hal yang seperti itu.
Yang Tuhan mau bukan soal uangnya, sebab Tuhan kita kaya. Yang Tuhan mau -- dari inti tentang ketentuan persembahan persepuluhan -- adalah supaya kita satu, sempurna, dipermuliakan.

Keluaran 34:6-7
(34:6) Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: "TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, (34:7) yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat."

Tuhan berjalan di depan Musa, sekaligus berseru: “TUHAN, TUHAN, Allah”, selanjutnya terdengarlah seruan:
-       Seruan yang pertama: Penyayang.
-       Seruan yang kedua: Pengasih.
-       Seruan yang ketiga: Panjang sabar.
-       Seruan yang keempat: Berlimpah kasih-Nya.
-       Seruan yang kelima: Berlimpah setia-Nya.
Sampai pada akhirnya, Tuhan meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, juga mengampuni kesalahan dan pelanggaran dosa kita. Apa tujuannya? Supaya kerinduan Tuhan ini terwujud. 
Tuntutan firman terkait persembahan persepuluhan yang kedua adalah supaya kita menjadi satu, itulah kerinduan Tuhan yang terbesar.

Selanjutnya kita akan melihat: DI MANA KEDUA LOH BATU YANG KEDUA ITU DILETAKKAN?
Keluaran 25:21-22
(25:21) Haruslah kauletakkan tutup pendamaian itu di atas tabut dan dalam tabut itu engkau harus menaruh loh hukum, yang akan Kuberikan kepadamu. (25:22) Dan di sanalah Aku akan bertemu dengan engkau dan dari atas tutup pendamaian itu, dari antara kedua kerub yang di atas tabut hukum itu, Aku akan berbicara dengan engkau tentang segala sesuatu yang akan Kuperintahkan kepadamu untuk disampaikan kepada orang Israel."

“Haruslah kauletakkan tutup pendamaian itu di atas tabut dan dalam tabut itu engkau harus menaruh loh hukum”, sudah pasti yang ditaruh adalah dua loh batu yang baru, yang dipahat oleh Musa.

Karena, loh batu yang pertama sudah dipecahkan, itu berbicara tentang sengsara salib, itulah tuntutan yang pertama dari firman terkait sepersepuluh, supaya kita masing-masing memikul salib di dalam mengikuti Tuhan.
Tuntutan firman yang kedua terkait sepersepuluh adalah supaya kita menjadi satu.
Sekarang, satu = sempurna. Kalau sempurna, maka kelak dipermuliakan. Orang berdosa tidak mungkin dipermuliakan. Hanya orang sempurna yang dipermuliakan. Oleh sebab itu, dua loh batu yang kedua itu ditaruh di dalam Tabut Allah.

Sesudah dua loh batu yang kedua ditaruh di dalam Tabut Allah itu, maka di situ ada suatu pertemuan yang indah antara Musa dan Allah. Lalu kemudian Allah membicarakan tentang masa depan, yaitu pesta nikah Anak Domba, sebab Tabut Perjanjian itu berbicara tentang hubungan nikah antara tubuh dengan Kepala.
-       Peti tabut perjanjian, menunjuk kepada; mempelai Tuhan, gereja yang sempurna.
-       Tutup pendamaian dengan dua kerub di atasnya, itu berbicara tentang Allah Trinitas.
Ø  Tutup pendamaian yang terbuat dari emas, itulah pribadi Yesus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga.
Ø  Kerub yang pertama, menunjuk; Allah Bapa.
Ø  Kerub yang kedua, menunjuk; Allah Roh Kudus.
Jadi, tutup pendamaian dengan dua kerub di atasnya seluruhnya seiras terbuat dari emas murni, itu berbicara tentang Allah Trinitas, Tuhan Yesus Kristus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga.
Bagaimana saudara melihat rencana Allah dalam kehidupan kita? Bukankah luar biasa?

Wujud dari Tabut Perjanjian.
Wahyu 19:6-8
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. (19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. (19:8) Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.]

Sampai pada akhirnya, berada dalam pesta nikah Anak Domba atau perjamuan kawin Anak Domba. Mempelai perempuan bersanding dengan Mempelai Laki-Laki Sorga, sama dengan; berada di dalam kemuliaan-Nya dan kesempurnaan-Nya sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga.

Dua loh batu yang kedua yang berisikan sepuluh hukum -- yang sama dengan dua loh batu yang pertama -- ditaruh di dalam Tabut Perjanjian. Sementara Tabut Perjanjian terdiri dari dua bagian;
-       Peti dari tabut, menunjuk kepada; gereja atau sidang mempelai Tuhan.
-       Tutup peti dengan dua kerub di atasnya, itu menunjuk kepada; Allah Trinitas, Tuhan Yesus Kristus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga.

Maka benar, bahwa: Kalau kita satu, sama dengan; sempurna. Kalau kita sempurna, maka kelak dipermuliakan, berada dalam perjamuan kawin Anak Domba, berada dalam pesta kawin Anak Domba, mempelai Tuhan bersanding dengan Mempelai Laki-Laki Sorga. Inilah kerinduan Tuhan yang kedua.

Jadi, kita beribadah semata-mata bukan hanya untuk mencari berkat-berkat dan mujizat secara lahiriah, tetapi kita beribadah adalah untuk melakukan tuntutan firman yang terkait dengan persepuluhan:
-       Yang pertama; memikul salib.
-       Yang kedua; supaya kita masuk dalam pesta nikah Anak Domba (menjadi satu = sempurna).
Uang dan berkat-berkat serta perkara-perkara lahiriah lain terlalu kecil bagi Tuhan. Yang terpenting adalah turuti tuntutan yang pertama terkait dengan persepuluhan, yaitu MEMIKUL SALIB, selanjutnya turuti tuntutan firman terkait persepuluhan yang kedua, yaitu supaya kita SATU.
Tuhan sangat memperhatikan kehidupan kita ini, tentu supaya kita tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Tetapi kenyataannya tadi: Sepersepuluh bagian dari kota itu rubuh oleh karena gempa bumi yang dahsyat. Hal ini menjadi pertanyaan, mengapa sepersepuluh bagian dari kota itu dirubuhkan?

Matius 23:23
(23:23) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.

Persepuluhan dari selasih, persepuluhan dari adas manis, persepuluhan dari jintan, persepuluhan dari berkat-berkat, persepuluhan ditraktir dan sebagainya, dipersembahkan (dikembalikan) kepada Tuhan, itu bagus.
Tetapi yang terpenting dari tuntutan firman terkait sepersepuluh, yaitu:
1.     Keadilan diabaikan.
2.     Belas kasihan diabaikan.
3.     Kesetiaan diabaikan.
Inilah sepersepuluh bagian dari kota suci yang nanti rubuh oleh karena gempa bumi yang dahsyat.

Tadi kita sudah melihat: Setelah Musa selesai memahat dua loh batu yang baru -- yang sama dengan dua loh batu pertama -- barulah Allah turun dalam kemuliaan. Sesudah itu, Allah berseru: “TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya”.
Tetapi di sini kita melihat; ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengembalikan sepersepuluh, tetapi tuntutan firman terkait dengan sepersepuluh diabaikan, yaitu; keadilan diabaikan, belas kasihan diabaikan -- tidak ada pengampunan --, kesetiaan diabaikan. Untuk apa mengembalikan sepersepuluh, tetapi jika tuntutan firman terkait dengan sepersepuluh diabaikan?

Hati-hati. Saya sudah sampaikan. Jika nanti bumi digoncang oleh gempa bumi yang dahsyat, jangan sampai kita mempersalahkan Tuhan, jangan ada tuntutan kepada Tuhan, sebab saya sudah menyampaikannya sore ini. Tuhan tidak bisa berhutang kepada kita, justru kitalah yang berhutang banyak.
Perhatikan keluarga masing-masing, perhatikanlah suami, isteri dan anak. Apalah jadinya nanti kalau keluarga kita binasa oleh karena gempa bumi yang dahsyat? Pokoknya saya sudah sampaikan, maka saya tidak berdosa lagi kepada Tuhan.
Cintailah Tuhan dengan segenap hatimu, perasaanmu dan pikiranmu. Jangan engkau memikirkan yang tidak perlu dipikirkan.

Akibat gempa bumi yang dahsyat, YANG KEDUA: TUJUH RIBU ORANG MATI.
-       Angka 7 (tujuh), artinya; sempurna, juga menunjuk hari perhentian.
-       Angka 1000 (seribu) adalah angka pelipatgandaan.

2 Petrus 3:8
(3:8) Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari.

Satu hari = seribu tahun. Seribu tahun = satu hari di hadapan Tuhan.
Jadi, jelas bahwa, angka 1000 (seribu) adalah angka pelipatgandaan.

Berarti, kerajaan 1000 (seribu) tahun damai yang terdapat dalam Wahyu 20:2,4, itu menunjuk; hari ketujuh, hari perhentian, sama dengan; sempurna.

Kita lihat HARI PERHENTIAN.
Ibrani 4:4
(4:4) Sebab tentang hari ketujuh pernah dikatakan di dalam suatu nas: "Dan Allah berhenti pada hari ketujuh dari segala pekerjaan-Nya."

“… Allah berhenti pada hari ketujuh dari segala pekerjaan-Nya."
Angka tujuh adalah angka sempurna, juga disebut hari perhentian.

Selanjutnya, kita akan memperhatikan, siapakah tujuh ribu orang yang mati oleh karena gempa bumi yang dahsyat itu?
Ibrani 4:5-7
(4:5) Dan dalam nas itu kita baca: "Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku." (4:6) Jadi sudah jelas, bahwa ada sejumlah orang akan masuk ke tempat perhentian itu, sedangkan mereka yang kepadanya lebih dahulu diberitakan kabar kesukaan itu, tidak masuk karena ketidaktaatan mereka. (4:7) Sebab itu Ia menetapkan pula suatu hari, yaitu "hari ini", ketika Ia setelah sekian lama berfirman dengan perantaraan Daud seperti dikatakan di atas: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!"

Siapa mereka yang tidak masuk pada hari perhentian? Siapakah tujuh ribu yang mati oleh karena gempa bumi yang dahsyat itu?
Mereka itu adalah orang yang tidak taat kepada firman, tidak taat, setia, dan dengar-dengaran, tidak tunduk kepada firman.

Banyak orang Kristen yang hanya tunduk (taat) kepada kehendak manusia, taat kepada aturan, situasi, dan kondisi yang ada, sehingga tidak sedikit anak-anak Tuhan tunduk kepada peraturan-peraturan di dunia ini, misalnya; tinggalkan ibadah hanya karena overtime. Inilah tujuh ribu orang yang mati karena gempa bumi yang dahsyat.

Tadi saya sudah katakan di atas: Angka tujuh ini bukankah angka sempurna, angka yang dikhususkan oleh Tuhan? Tetapi mengapa justru angka ini tidak sampai pada hari perhentian?
Barulah Tuhan beri pengertian ini kepada saya, untuk saya sampaikan sore ini, dan kita semua mengerti. Oleh sebab itu, mari kita belajar untuk taat, setia, dan dengar-dengaran. Kalau hari ini kita dengar firman, janganlah keraskan hati.
Hal ini pun sudah saya sampaikan, berarti tanggung jawab sudah saya kerjakan. Jadi kalau nanti akhirnya ditimpa oleh gempa bumi yang dahsyat, jangan salahkan Tuhan. Oleh sebab itu, JANGAN KERASKAN HATI. Belajar untuk TAAT, SETIA, DENGAR-DENGARAN kepada Tuhan.

Inilah tujuh ribu orang yang mati karena gempa bumi yang dahsyat. Bagaimana sekarang status kerohanian kita? Masihkah keras hati atau sudah taat, setia, dengar-dengaran? Apakah sudah tunduk pada kehendak Tuhan, atau tunduk pada kehendak manusia, kehendak aturan di dunia ini?
Orang yang keras hati, tunduk pada kehendak sendiri, tunduk pada kehendak aturan di dunia, orang semacam ini tidak akan masuk pada hari perhentian, berarti akan mati oleh karena gempa bumi yang dahsyat.
Tetapi saya berdoa, semoga satu pun dari antara keluarga Allah, sidang jemaat GPT "BETANIA"  Serang dan Cilegon tidak ada satu pun yang binasa, tidak ada yang tertinggal, semua masuk pada hari perhentian. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang



No comments:

Post a Comment