KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Monday, June 8, 2015

IBADAH RAYA MINGGU, 07 JUNI 2015

IBADAH RAYA MINGGU, 07 JUNI 2015

Tema   : JEMAAT DI LAODIKIA (dari Wahyu 3: 14-22)
              (Seri 08)

Subtema : MEMBELI EMAS YANG DIMURNIKAN

Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Kristus, dengan kasih sayang dan kasih setia-Nya yang abadi, kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian.

Kita kembali memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari Wahyu 3: 14-22, mengenai SIDANG JEMAAT DI LAODIKIA.
Pembacaan terlebih dahulu diawali dari ayat 17.
Wahyu 3: 17
(3:17) Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,

Jemaat di Laodikia berkata: “Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa”, menunjukkan bahwa jemaat di Laodikia bergantung pada kekayaan sampai mereka tidak kekurangan apa-apa.
Tetapi dalam Lukas 12:15 dikatakan, “walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung pada harta kekayaan itu.”
Hal ini dapat kita perhatikan mengenai orang kaya yang bodoh; dia membuat suatu rencana dalam hidupnya, yaitu; untuk memperbesar lumbung-lumbungnya dan mengisi segala harta bendanya, selanjutnya ia berkata dalam hatinya: “Beristirahatlah, makanlah, minumlah, bersenang-senanglah”, tetapi pada waktu ia membuat rencana itu dalam hidupnya, Tuhan berkata: “Pada malam ini juga, jiwamu akan diambil dari padamu” (Lukas 12:20).
Ini menunjukkan bahwa seseorang tidak dapat bergantung pada harta, kekayaan, bahkan atas kedudukan dan jabatan yang tinggi, sebab semua itu tidak dapat menyelamatkan jiwa seseorang.
Mengingat hari kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi, biarlah kita hanya bergantung pada kemurahan hati Tuhan saja.
Tanah Kanaan itu bergunung-gunung dan berlembah-lembah, berarti; yang mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit,artinya; bergantung kepada kemurahan hati Tuhan.
Biarlah itu juga terjadi dalam kehidupan kita, maksudnya kita bergantung pada kemurahan hati Tuhan saja, tidak mengandalkan kekuatan.
Kekuatan kita tidak seberapa dan pikiran daging kita banyak salahnya, oleh sebab itu, biarlah kita bergantung pada kemurahan Tuhan.

Pada saat jemaat di Laodikia memperkayakan diri dan tidak kekurangan apa-apa, sebaliknya di mata Tuhan, jemaat di Laodikia:
1.    Melarat, malang, miskin.
2.    Buta.
3.    Telanjang.
Ketiga hal tersebut menimpa jemaat di Laodikia menunjukkan kondisi yang sangat memprihatinkan, karena ada orang melarat, malang, miskin, tetapi tidak buta. Berarti; dapat kita simpulkan betapa dalamnya jemaat di Laodikia ini berada dalam sumur penderitaan.

Wahyu 3: 18
(3:18) maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.

Oleh sebab itu, Tuhan menasihatkan jemaat di Laodikia supaya membeli emas yang telah dimurnikan dalam api.
Membeli = bayar harga. Untuk mengikuti dan melayani Tuhan harus bayar harga; sangkal diri dan pikul salib.
Selanjutnya yang harus dibeli di sini adalah; “emas yang telah dimurnikan dalam api.”

1 Petrus 4: 12
(4:12) Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu.

Jangan heran akan nyala api siksaan atau nyala api penderitaan karena itu adalah ujian terhadap iman seseorang.
Siksaan/penderitaan adalah cara Tuhan, satu-satunya cara Tuhan, untuk memurnikan iman seseorang. Kalau ada cara lain, itu adalah ajaran sesat.

Baru-baru ini saya mendengar, ada hamba Tuhan berkotbah dan berkata kepada jemaat: Mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, akal budi dan kekuatan, adalah hal yang salah, alasannya adalah bahwa itu adalah kotbah perjanjian lama.
Malam ini saya katakan, untuk memurnikan iman seseorang hanya dengan satu cara, yaitu sengsara salib, aniaya karena firman. Karena Yesus sendiri menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung di atas kayu salib, Ia menjadi pendamaian antara manusia dengan Allah, Ia menjadi penghubung antara bumi dengan sorga.

1 Petrus 4: 13
(4:13) Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.

Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus.
Bagian yang kita dapat dalam penderitaan Kristus ialah ibadah dan pelayanan, sehingga apabila kita harus menderita oleh karena ibadah & pelayanan, menjadi tawanan Roh, terikat dengan pelayanan, dan oleh karena itu harus menanggung penderitaan, TETAPLAH BERSUKACITA.
Maksudnya supaya kita juga boleh bergembira dan bersukacita pada saat Yesus menyatakan kemuliaan-Nya pada kali yang kedua, Dia datang sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga. Dibalik salib Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya.

1 Petrus 1: 6
(1:6) Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.

Bersukacitalah akan hal itu, maksudnya; bersukacita pada saat kita mengambil bagian dalam penderitaan Kristus, sekalipun sekarang ini kita harus berdukacita dalam berbagai-bagai pencobaan.
Bergembiralah akan hal itu, berarti jangan heran akan nyala api siksaan, sekalipun sekarang ini kita seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.
Ujian yang kita hadapi saat ini; silih berganti yang satu belum selesai, muncul ujian yang kedua. yang kedua belum selesai, muncul yang ketiga, dan seterusnya, tetapi firman Tuhan berkata: “Bergembiralah akan hal itu”.

1 Petrus 1: 7
(1:7) Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu -- yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api -- sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.

Kalau harus menghadapi nyala api siksaan oleh berbagai-bagai pencobaan, maksud semuanya itu terjadi ialah; untuk membuktikan kemurnian iman seseorang.
Kemurnian iman itu tidak terlihat jika tanpa ujian, dengan demikian seseorang hidup dalam iman yang dimurnikan, berarti iman yang tahan uji bukan iman abal-abal.
Iman abal-abal adalah iman yang tidak tahan terhadap ujian/pencobaan, orang yang seperti ini lebih menyukai pemberitaan firman yang ditambahkan dan dikurangkan.
-      Firman ditambahkan: Pemberitaan firman Tuhan disertai dengan cerita-cerita isapan jempol, dongeng nenek-nenek tua, silsilah-silsilah yang tidak ada putus-putusnya, dan filsafat-filsafat kosong manusia.
-      Firman dikurangkan: Pemberitaan firman tentang salib diganti dengan 2 hal;
1.    Teori kemakmuran, artinya orang Kristen tidak boleh miskin, harus kaya.
2.    Tanda-tanda heran atau mujizat-mujizat semata.
Tetapi ketika seorang hamba Tuhan menyampaikan firman Tuhan yang dikurangkan; ia sedang mengecilkan salib Kristus. itulah yang membuat banyak anak-anak Tuhan di akhir zaman ini tergelincir.

Dan saya melihat, banyak anak-anak Tuhan yang imannya sudah tidak lagi teruji, sehingga ketika imannya itu dimurnikan, ia menolak, dan hal ini dimanfaatkan oleh hamba-hamba Tuhan dengan segala kelicikan mereka.
Oleh sebab itu, biarlah kita tetap berdoa, supaya firman pengajaran, firman mempelai ini tetap eksis menggembalakan sebanyak-banyaknya jiwa, bahkan seantero 4 penjuru bumi, tentu juga sidang jemaat dalam kandang penggembalaan ini.

Ciri-ciri seseorang hidup dalam iman yang dimurnikan.
1 Petrus 1: 8
(1:8) Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan,

Mengasihi Allah sekalipun belum pernah melihat Dia, percaya kepada Allah walaupun tidak melihat Dia, itulah iman Abraham yang tertulis dalam Ibrani 11:8-9; percaya walaupun belum melihat, bahkan Dia mengasihi Allah walaupun tidak melihat.
Berbeda dengan iman Thomas; melihat dahulu baru percaya (Yohanes 20:25).

Sekarang kita akan melihat ketika iman Abraham diuji.
Kejadian 22: 1-2
(22:1) Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan."
(22:2) Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu."

Allah memerintahkan Abraham supaya mempersembahkan anaknya yang tunggal sebagai korban bakaran kepada Allah di salah satu gunung di tanah Moria.
Iman Abraham diuji, sebab dia harus mempersembahkan Ishak, anaknya yang tunggal / anak satu-satunya, anak yang sangat ia kasihi. Abraham telah menantikan Ishak selama 100 tahun, jadi Ishak ini adalah anak yang sangat dikasihi. Tetapi, itu pun harus dikorbankan kepada Tuhan sebagai korban bakaran.
Bayangkan, bukankah itu sangat memilukan hati Abraham? Barangkali kalau harta benda raib, lenyap, hal itu tidak terlalu sakit rasanya dibandingkan dengan rasa sakit kehilangan anak. Di sini, iman Abraham diuji.

Kejadian 22: 9-11
(22:9) Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api.
(22:10) Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.
(22:11) Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan."

Abraham tidak segan-segan mempersembahkan Ishak, anaknya yang tunggal, anak yang sangat dikasihi sebagai korban bakaran kepada Allah.

Imamat 6: 9
(6:9) "Perintahkanlah kepada Harun dan anak-anaknya: Inilah hukum tentang korban bakaran. Korban bakaran itu haruslah tinggal di atas perapian di atas mezbah semalam-malaman sampai pagi, dan api mezbah haruslah dipelihara menyala di atasnya.

Korban bakaran harus tinggal di atas perapian, di atas mezbah, semalam-malaman sampai pagi, berarti potongan-potongan daging itu dibiarkan sampai hangus, artinya; mengasihi Tuhan sampai menghanguskan daging.
Kalau daging sudah hangus, maka daging tidak lagi bersuara.
Saudaraku, jangan lagi bersungut-sungut, itu adalah suara daging. Itu sebabnya potongan daging itu harus dibakar semalam-malaman sampai pagi, sampai hangus.
Kalau beribadah melayani Tuhan tetapi daging masih bersuara / bersungut-sungut, itu adalah tanda bahwa seseorang belum mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan.

Itu sebabnya, kalau kita perhatikan dalam ...
Yohanes 2: 17
(2:17) Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku."

Perkataan Yesus Kristus kepada dua belas murid: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku", menunjukkan bahwa Yesus telah mempersembahkan tubuh-Nya sebagai korban bakaran kepada Allah.
Yesus Kristus sangat mencintai rumah Tuhan, itulah saya dan saudara, sampai Ia rela mempersembahkan tubuh-Nya di atas kayu salib sebagai korban bakaran.
Biarlah pernyataan yang serupa keluar dari mulut kita: cinta akan rumah Tuhan sampai menghanguskan aku.
Kalau daging dengan keinginannya masih besar, berarti daging belum hangus. Hati-hati dengan keinginan daging, sesuai dengan 1 Petrus 4: 3, “Sebab telah cukup banyak waktu kamu pergunakan untuk melakukan kehendak orang-orang yang tidak mengenal Allah. Kamu telah hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang.
Daging memiliki hawa nafsu, antara lain keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang. Kekerasan hati juga adalah salah satu penyembahan berhala.

Terkhusus imam-imam yang melayani Tuhan, harus mempersembahkan korban bakaran termasuk persepuluhan karena itu bagian dari korban bakaran kepada Tuhan, kalau tidak, lebih baik mundur dari pelayanan, dan beribadah saja, itu tidak apa-apa.
Tetapi sidang jemaat (belum melayani) juga harus hati-hati dalam hal sepersepuluh; hari ini setia, besok tidak, itu adalah bagian dari hawa nafsu daging.
Saya berani mengatakan ini karena saya sudah melakukannya terlebih dahulu. Kalau saudara mengatakan saya mata duitan, itu terserah saudara, tetapi Tuhan melihat hati saya.

Kejadian 22: 11-12
(22:11) Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan."
(22:12) Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku."

Abraham mengasihi Tuhan sehingga ia menyerahkan anaknya yang tunggal sebagai korban bakaran, ia tidak segan-segan untuk menyerahkan Ishak, anaknya yang tunggal.
Abraham adalah orang yang takut akan Allah, ia mengasihi Allah melebihi apa yang ada di atas muka bumi ini.
Kesimpulannya; iman Abraham telah dimurnikan = iman yang tahan uji.

Selanjutnya setelah iman dimurnikan...
1 Petrus 1: 7
(1:7) Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu -- yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api -- sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.

Iman yang dimurnikan itu lebih teguh, lebih kuat, bahkan jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, emas yang telah diuji, dimurnikan dalam api.
Berarti, kalau hidup dalam iman yang telah dimurnikan itu adalah kehidupan yang sangat berharga dan berarti di mata Tuhan = MAHAL.

Kehidupan dalam iman yang telah dimurnikan memperoleh puji-pujian, dan kemuliaan, dan kehormatan, pada saat Ia datang pada kali yang kedua, sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga.
Jadilah pribadi yang berharga, bernilai tinggi. Tetapi iman yang tidak dimurnikan dalam nyala api siksaan, yang tidak tahan uji adalah iman abal-abal, tidak ada harganya/tidak bernilai di mata Tuhan, itulah kehidupan yang tidak mau dikoreksi dosanya.

Akhirnya, Abraham memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan, pada saat Yesus datang pada kali yang kedua sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga.
Kejadian 22: 13-14
(22:13) Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya.
(22:14) Dan Abraham menamai tempat itu: "TUHAN menyediakan"; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: "Di atas gunung TUHAN, akan disediakan."

Karena iman dari pada Abraham adalah iman yang teruji, ia hidup dalam iman yang telah dimurnikan, maka Tuhan menyediakan seekor domba jantan sebagai korban bakaran, pengganti Ishak, anaknya yang tunggal itu.
Selanjutnya Tuhan menamai tempat itu: “TUHAN menyediakan”, arti rohani dari JEHOVAH JIREH, sebab sampai sekarang dikatakan orang: "Di atas gunung TUHAN, akan disediakan."
Biarlah kita senantiasa mencari gunung Tuhan, itulah gunung Sion, di situ Tuhan menambahkan, menyediakan segala sesuatu, yaitu hormat, puji-pujian dan kemuliaan.
Barangkali hari ini orang yang hidup di luar Tuhan dapat memperoleh puji-pujian dan hormat oleh karena harta kekayaan yang banyak, tetapi kelak, puji-pujian itu akan sirna.

Saya tidak memuji diri, setelah menjadi hamba Tuhan, saya belajar untuk sama dimanapun saya berada; tidak gerah ketika dikoreksi oleh firman Tuhan, sebentar suka, sebentar tidak.
Saudaraku, pertahankanlah apa yang baik di hadapan Tuhan, supaya berkat yang Tuhan berikan pun kekal.

Sedikit kesaksian; Suatu kali saya mengikuti persekutuan, pada waktu itu saya baru ditimpa masalah, dan hamba Tuhan ini tahu. Saya dikucilkan sekali, namun saya tetap bertahan.
Pada saat saya mengikuti acara itu, saya duduk diam, namun hamba Tuhan ini sangat mengucilkan saya.
Tetapi biar bagaimanapun, hati saya sakit, patah, remuk, lalu jiwa saya hancur.
Saya berdoa kepada Tuhan, supaya saya tidak terpengaruh oleh situasi apapun, dan pada saat selesai berdoa, ada seorang hamba Tuhan yang pada waktu itu pengaruhnya besar untuk pribadi saya. Inilah cara Tuhan membela saya; beliau duduk di sebelah saya, sehingga hati saya tetap, tidak terpengaruh, tidak ciut, tidak minder.
Kalau kita berdoa untuk sesuatu yang baik, pasti Tuhan menjawab doa kita, sehingga hati kita tetap, tidak terpengaruh. Itu adalah bagian dari korban bakaran.

Saya tambahkan sedikit; “seekor domba jantan ... yang tanduknya tersangkut dalam belukar”, itulah pribadi Yesus yang disalibkan karena dosa manusia. Belukar à manusia yang berdosa.

Tujuan membeli emas yang dimurnikan.
Wahyu 3: 18
(3:18) maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.

AGAR ENGKAU MENJADI KAYA”, berarti;
1.    Tidak melarat, tidak malang, tidak miskin.
2.    Memiliki kekayaan sorgawi.

Matius 6: 19-20
(6:19) "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.
(6:20) Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.

Pesan firman Tuhan: “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi sebab di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.” Tetapi kumpulkanlah harta di sorga, dengan demikian kita memiliki kekayaan sorgawi.
Kalau mengumpulkan harta di bumi, ada 3 musuh, yaitu;
1.    Ngengat, adalah musuh dari pakaian, karena sifatnya merusak.
2.    Karat, adalah musuh dari benda logam, karena sifatnya merusak.
3.    Pencuri, adalah musuh dari kawanan domba, karena sifatnya merusak kandang penggembalaan.
Mulailah malam  ini untuk mengumpulkan harta sorgawi, di situ tidak ada ngengat, tidak ada karat, tidak ada pencuri.

Matius 6: 21
(6:21) Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.

Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.
Kalau kita mengumpulkan harta di sorga, di situlah hati kita berada. Ibadah dan pelayanan adalah harta sorgawi, itulah bagian kita, milik pusaka kita, supaya kita kelak memiliki Kerajaan Sorga, dengan kekayaan sorgawi yang terdapat di dalamnya, di mana tidak ada ngengat, tidak ada karat, tidak ada pencuri, berarti sifatnya kekal, tidak dapat berubah.

1 Petrus 1: 4
(1:4) untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.

Keadaan kekayaan sorgawi dimana semuanya tersimpan di sorga, antara lain;
-      Tidak dapat binasa = hidup kekal.
-      Tidak dapat cemar = tidak dapat dipengaruhi oleh hal-hal yang tak suci, baik itu dosa kejahatan maupun dosa kenajisan.
-   Yang tidak dapat layu = tidak kekeringan, berarti; berakar, bertumbuh sampai menghasilkan buah. 
      Di manapun kita berada, biarlah kita selalu mengingat ibadah & pelayanan, mengingat kebenaran firman Tuhan, memikirkan kemajuan pelayanan dalam kandang penggembalaan, sehingga firman pengajaran mempelai dapat tersebar luas.
Namun itu semua tergantung pada posisi hati kita masing-masing; apakah berada pada harta di sorga atau pada harta di bumi? Berapa persen hati kita pada harta di sorga, sebaliknya berapa persen hati kita pada harta di bumi?
Sebab tadi kita sudah membaca: “Dimana hartamu berada, di situ jugalah hatimu berada.”
Saudaraku, belajarlah dari apa yang kita dengar pada malam hari ini.  Ingat ibadah & pelayanan, jangan bergantung pada harta kekayaan!

Pertanyaanya; APA YANG MEMBUAT ABRAHAM BERANI MENGAMBIL KEPUTUSAN?
Kejadian 17: 1-6
(17:1) Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela.
(17:2) Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan membuat engkau sangat banyak."
(17:3) Lalu sujudlah Abram, dan Allah berfirman kepadanya:
(17:4) "Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa.
(17:5) Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa.
(17:6) Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja.

Abraham berpegang teguh pada perjanjian Allah, berpegang teguh pada firman Allah.
Jadi sekalipun ia harus mempersembahkan Ishak, ia tetap berpegang teguh pada janji Allah, sesuai dengan perkataan Allah: “Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa .... Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak.
Kalau kita berpegang pada firman Allah, kita tidak perlu ragu terhadap janji Allah, sebab janji Allah itu ya dan Amin.

Setelah Allah berfirman, lalu sujudlah Abraham, dan Ia berfirman kepada-Nya. Jadi, tidak ada komentar lain, hanya berkata “ya” lalu langsung sujud menyembah kepada Allah. Merendahkan diri terhadap janji-janji Allah, tanpa ada keragu-raguan.

Roma 4: 17
(4:17) seperti ada tertulis: "Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa" -- di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada.

Firman Allah menjadikan yang tidak ada menjadi ada, di situlah keberanian dari Abraham untuk mengambil suatu keputusan, tidak ragu lagi, sehingga imannya rela diuji, dia mau dimurnikan oleh nyala api siksaan. Mengapa? Karena ia berpegang kepada kebenaran firman; firman-Nya berkuasa menjadikan yang tidak ada menjadi ada.

Roma 4: 18-19
(4:18) Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."
(4:19) Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup.

Abraham dengan usia yang menjelang 100 tahun, dan rahim Sara telah tertutup, sesungguhnya dengan dua alasan tersebut dapat membuat seseorang menjadi ragu, tetapi dalam hal ini Abraham tidak terpengaruh oleh situasi dan kondisi yang ada, ia tetap percaya kepada firman Allah, sebab firman Allah berkuasa menjadikan yang tidak ada menjadi ada.
Allah berfirman: “Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa .... Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak”, lalu Allah memerintahkan Abraham untuk mempersembahkan anaknya yang tunggal, namun Abraham tetap berpegang pada janji firman.
Seandainya Abraham menggunakan logika, pastilah ia tidak akan mempersembahkan Ishak, anaknya yang tunggal dan yang ia kasihi, sebagai korban bakaran.
Sekali lagi saya tandaskan, di gunung Tuhan, segala sesuatu telah tersedia, datanglah kepada-Nya, persembahkanlah korban bakaran dan korban-korban yang lain.
 aaa
Ibrani 1: 3
(1:3) Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi,

Firman Allah itu menopang segala sesuatu yang ada karena firman Allah penuh dengan kuasa.  Hidup saya, hidup saudara, bahkan segala sesuatu yang ada di atas muka bumi ini,  ditopang oleh firman Allah, karena firman Allah itu berkuasa. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


No comments:

Post a Comment