KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Monday, January 11, 2016

IBADAH RAYA MINGGU, 3 JANUARI 2016

IBADAH RAYA MINGGU, 3 JANUARI 2016

Tema: “..Karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel."

Shalom...!
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita sekalian, oleh karena kasih sayang dan kasih setia Tuhan yang abadi kita dimungkinkan untuk melangsungkan ibadah raya minggu yang pertama pada tahun 2016. Ini merupakan buah sulung kita, maka sidang jemaat juga membawa persembahan sulung pada malam ini untuk kita tunjukkan kepada Tuhan sebagai mana bangsa Israel menunjukkan buah sulung kepada Tuhan dan ini bukan ajaran sesat. Kita menjalankan ini harus sesuai dengan kebenaran firman dan saya juga tidak mau memanipulasi kebenaran firman Tuhan.

Saya merindukan sekali untuk kita kembali memperhatikan firman dalam ibadah malam natal pada tanggal 24 Desember 2015, yang juga saya bawa ke Binjai dan Paropo.
Tema dari Matius 2:6: “..Karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel."

Untuk melihat kandang penggembalaan ini kita baca..
Matius 2:1-6
(2:1) Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem
(2:2) dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."
(2:3) Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem.
(2:4) Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan.
(2:5) Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi:
(2:6) Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel."

“..Karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel."

Berkaitan dengan kelahiran ini, kita perhatikan..
Matius 2:1
(2:1) Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem

Di sini kita melihat ada tiga golongan, yaitu;
Golongan pertama: Yesus Kristus.
Golongan kedua: Raja Herodes.
Golongan ketiga: Orang-orang majus dari timur.

Pada tanggal 22 Desember 2015; natal persekutuan pengajaran Tabernakel, sudah kita deklarasikan, dan dihadiri oleh beberapa hamba Tuhan baik dari Semarang, jabodetabek, Serang-Cilegon dan sekitarnya. Biarlah persekutuan ini terus bertambah besar dan besar, dan orang mengenal persekutuan pengajaran Tabernakel.  Pada persekutuan pengajaran Tabernakel kita telah melihat golongan kedua yaitu; Raja Herodes.

Sekarang kita memperhatikan golongan ketiga: Orang-orang majus dari timur.
Perhatikan kalimat pada Matius 2:2: “...Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."
Artinya: Ibadah itu harus memuncak sampai kepada penyembahan, ibadah tidak boleh jalan di tempat, harus berjalan terus.

Wahyu 11:1
(11:1) Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.

Yang masuk dalam ukuran Tuhan adalah bait suci Allah dan ibadah yang memuncak sampai kepada doa penyembahan.
Dalam pola Tabernakel, bait Allah adalah ruangan suci / tempat pengudusan, di dalamnya terdapat tiga macam alat, yaitu:
-     Meja roti sajian à ketekunan dalam ibadah pendalaman Alkitab.
-     Pelita EMAS  à ketekunan dalam ibadah raya minggu disertai kesaksian.
-     Mezbah dupa à ketekunan dalam ibadah doa penyembahan.
Jadi, yang diukur adalah ruangan suci dan ibadah yang memuncak sampai kepada doa penyembahan.
Banyak sekali gereja hanya mengerti ibadah raya minggu, karena mereka tidak menggunakan pola Tabernakel yang adalah miniatur kerajaan sorga, sehingga mereka tidak mengerti puncak dari ibadah, seolah – olah ibadah raya minggu adalah puncak dari pada ibadah.

Kita lihat seorang hamba Tuhan yang ibadah dan pelayanannya memuncak sampai kepada doa penyembahan.
2 Korintus 12:1-2
(12:1) Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan.
(12:2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau--entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya--orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga.

Rasul Paulus diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga.
Tabernakel adalah daerah kerajaan sorga, di bagi menjadi tiga daerah:
-     Halaman dengan dua alat di dalamnya yaitu; mezbah korban bakaran dan bejana kolam pembasuhan.
-     Ruangan suci disebut juga tempat pengudusan, dengan tiga macam alat di dalamnya, yaitu; meja roti sajian, pelita emas dan mezbah dupa.
-     Ruangan maha suci / tempat maha kudus, di situlah dia melihat segala penglihatan–penglihatan dan penyataan-penyataan yang luar biasa itu, di alam Roh dia diangkat, itu sebabnya dia berkata: “Entah di dalam tubuh entah di luar tubuh.”

2 Korintus 12:3-4
(12:3) Aku juga tahu tentang orang itu, --entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya--
(12:4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan,

Inilah ibadah yang sudah memuncak sampai kepada penyembahan. Jadi sekali lagi saya katakan ibadah tidak boleh jalan di tempat, harus berjalan maju sampai pada penyembahan.

Lewat kesaksian tadi, keluarga Nisi berkata saya mau tekun dalam tiga macam ibadah pokok, sampai kepada ibadah doa penyembahan.
Di dunia ini banyak sebutan ibadah, misalnya; ibadah family altar, ibadah padang, ibadah ini dan itu, dan lain sebagainya, tetapi tidak sesuai dengan pola kerajaan sorga. Tidak salah sebut ibadah family altar, ibadah ini dan itu, tetapi yang utama ikuti dulu ibadah yang sesuai dengan kerajaan sorga, supaya ibadah itu berpola jangan seenaknya saja, saya tidak menghakimi, yang saya maksud supaya pikiran kita terbuka.
Inilah ibadah yang sudah memuncak sampai kepada doa penyembah, ibadah yang masuk dalam ukuran Tuhan.

Dan dibuktikan dengan tulisan rasul Paulus yang dikirim kepada orang Ibrani.
Ibrani 9:1-4
(9:1) Memang perjanjian yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah dan untuk tempat kudus buatan tangan manusia.
(9:2) Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus.
(9:3) Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus.
(9:4) Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian,

Kemah yang paling depan itulah ruangan suci, rasul Paulus melihat kaki dian dan meja roti sajian tetapi rasul Paulus tidak menyebutkan mezbah dupa.
Kemudian, dibelakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus, di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas dan tabut perjanjian, seharusnya mezbah dupa ada di rungan suci sesuai dengan apa yang dilihat oleh Musa (Tabernakel Musa), tetapi di sini posisinya sudah ada di ruangan maha suci, seolah-olah penglihatan rasul Paulus ini tidak sama dengan Tabernakel Musa, sementara Musa membuat Tabernakel sesuai dengan petunjuk Tuhan yang dia terima di atas gunung Sinai selama 40 hari 40 malam.

Yang dimaksud kenapa mezbah dupa ada di ruangan maha suci, artinya adalah; ibadah itu harus memuncak sampai kepada penyembahan, itu yang Tuhan mau. Kalau ibadahnya hanya semata ibadah raya minggu dan pendalaman Alkitab (meja roti dan pelita emas), itu belum masuk dalam ukuran Tuhan.  
Pendeknya, tidak ada perbedaan pandangan antara rasul Paulus dan Musa. Ibadah tidak boleh jalan di tempat harus bergerak maju dan memuncak sampai kepada doa penyembahan / hidup rohani kita sampai kepada penyembahan.

Sekarang kita perhatikan..
Wahyu 4:8-10
(4:8) Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."
(4:9) Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya,
(4:10) maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata:

Empat makhluk siang dan malam tidak henti-hentinya berseru, seruannya; "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."
Setiap kali empat makhluk ini berseru–seru dengan seruan tadi, 24 tua – tua tersungkur menyembah dihadapan takhta Anak domba, artinya; ibadah di bumi = ibadah di sorga.

Banyak ibadah di bumi ini, tetapi tidak sama dengan ibadah di sorga. Itu sebabnya kita paling bersyukur setelah menggunakan pola Tabernakel, kita mengerti ibadah di bumi sama dengan ibadah di sorga. Kalau ibadah tidak memuncak sampai kepada doa penyembahan, bukan pantulan dari ibadah di sorga.
Maka tadi saya berani berkata; banyak gereja beribadah dengan sebutan ibadah ini dan itu, tidak salah, tetapi ikuti dulu tiga macam ibadah pokok, bukan ibadah-ibadah itu yang terpenting, ibadah yang penting, yaitu; memuncak sampai kepada doa penyembahan. Kalau ibadah tidak memuncak sampai kepada penyembahan, kasihan, habis waktu, tenaga, pikiran tetapi tidak masuk dalam ukuran.

Kemudian, di sini ada kalimat: “..Mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya.” 24 tua-tua menyembah Allah yang hidup bukan menyembah Allah yang mati.
Banyak penyembahan yang salah di dunia ini, kenapa? Karena ibadahnya tidak memuncak sampai kepada penyembahan. Kalau ibadah itu berjalan terus dan memuncak sampai kepada penyembahan, pasti tidak salah, tidak menyembah allah yang mati.
Kenapa banyak anak Tuhan lebih menomor satukan pekerjaan dari pada ibadah? Uang nomor satu ,Tuhan nomor dua? Karena ibadah itu belum memuncak sampai kepada penyembahan. Banyak gereja yang keliru, mereka menyembah allah yang mati.

Sebagai bukti bahwa Dia, Allah yang hidup.
Kisah Para Rasul 4:11-12
(4:11) Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan--yaitu kamu sendiri--,namun ia telah menjadi batu penjuru.
(4:12) Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."

Tidak ada nama lain yang kita sembah selain nama Yesus, siapa Yesus? Dialah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan. Artinya: Yesus yang disalibkan.
Tukang-tukang bangunan adalah imam-imam kepala , ahli-ahli Taurat dan tua-tua.

1 Petrus 1:18-19
(1:18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
(1:19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.

Kita ditebus bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, tetapi dengan darah yang mahal, ini bukti bahwa Allah kita hidup.
Barang yang fana itulah; emas, perak, harta, kekayaan, uang, tidak punya darah, ini adalah allah yang mati.
Kita minta ampun atas kekeliruan kita selama ini, mengikuti Tuhan tetapi tidak tahu pengikutan kita seperti apa. Saya tidak mau menggunakan logika untuk menyampaikan firman, harus ayat menerangkan ayat dan menggunakan rumus, yaitu pola Tabernakel, untuk memperoleh hasilnya, kalau tidak menggunakan rumus nanti asal main comot ayat, agar terlihat bagus.

Mari kita lihat lagi bahwa Dia benar-benar Allah yang hidup.
-     Wahyu 1:5
(1:5) dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya—

Dia telah menebus dosa, melepaskan kita oleh darah-Nya, karena Dia mengasihi saya dan saudara.
Allah yang hidup mengasihi saya dan saudara, allah yang mati, yaitu; emas, perak, uang, harta, kekayaan tidak mampu mengasih kita.
Jadi jangan coba-coba menomor satukan / memberhalakan uang, pekerjaan, tidak akan mampu menyelamatkan saudara dan mengasihi saudara, justru membuat saudara terpisah jauh dari Tuhan. Coba saudara perhatikan karena karier, karena pekerjaan, karena ini dan itu, pasti membuat seseorang jauh dari Tuhan.
Jadi saudara jangan bangga dengan khotbah cerita tentang sikancil, sikura-kura. Banggalah kalau rahasia firman Tuhan dibukakan, supaya isi hati Tuhan menyatu dengan isi hati kita, sebab Dia adalah Mempelai Laki-Laki Sorga dan kita mempelai wanita Tuhan, sebab ibadah ini suatu kali akan membawa ktia masuk dalam pesta nikah Anak Domba. Kalau berhala / allah yang mati tidak mampu mengasihi kita, dia membuat kita jauh dari Tuhan. Berikan cara pikir dirubah oleh Tuhan Yesus jangan dipertahankan. Saya pribadi mengaminkan permohonan dari Rotua, dia ingin tergembala di sini, dia sudah lama mencari ke sana dan ke sini, dia sudah tergembala di tempat lain, tetapi tidak tahu ibadahnya masuk ukuran Tuhan atau tidak. Jangan sampai kita jauh dari Tuhan karena penyembahan yang keliru.

-     Wahyu 1:6
(1:6) dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, --bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin.

Membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah = melayani Tuhan = imamat rajani, itu adalah suatu kedudukan yang sangat tinggi dihadapan Tuhan, suatu kedudukan yang sangat mulia.
Jadi, ibadah itu tidak cukup hanya ibadah, tetapi harus melayani, pelayanan tidak boleh dikecilkan.
Kita melayani bukan karena kita pintar, gagah, hebat, perkasa tetapi oleh karena darah. Kalau melayani dengan hebat, kuat, gagah, pasti tidak dengar-dengaran, suka mendahului Tuhan.

Inilah hebatnya Allah yang hidup itu, jangan lagi sembah allah yang mati. Kenapa banyak penyembahan berhala? Memang kita tidak membuat arca atau patung, tetapi kalau barang fana sudah menjadi nomor satu inilah penyembahan yang keliru, kenapa? Karena ibadahnya belum masuk dalam ukuran Tuhan.

Dampak negatif, apabila ibadah tidak masuk dalam ukuran Tuhan / belum memuncak sampai kepada doa penyembahan.
Yang pertama.
Wahyu 11:1-2
(11:1) Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.
(11:2) Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya."

Diserahkan kepada bangsa-bangsa lain untuk diinjak-injak selama 42 bulan lamanya = 3,5 tahun = 1 masa + 2 masa + ½ masa = 1260 hari.

Saya paling bersyukur kepada Tuhan, dulu tidak mengerti firman pengajaran mempelai dalam terangnya Tabernakel, semakin hari saya diberikan pengertian, semakin saya bersyukur, terimakasih Tuhan, dan apapun tawaran dunia kepada saya, tetapi syaratnya melepaskan pelayanan, saya tidak mau, karena saya tahu tujuan hidup saya, andaikata saya belum tahu mungkin mau. Tetapi untuk apa seseorang memiliki seluruh dunia, tetapi harus kehilangan nyawanya?
Sebab itu pada waktu Yesus dicobai sebanyak tiga kali dan yang ketiga Iblis membawa Dia ke gunung yang tinggi lalu Iblis menunjukkan kerajaan dunia dengan segala kemegahannya,  itu akan diberikan kepada Yesus asalkan Ia menyembah Setan, ini penyembahan yang keliru, Yesus berkata: “Ada tetulis sembahlah Tuhan Allahmu.” Sebab itu kalau anak-anak Tuhan masih menomor satukan perkara lahiriah akan diserahkan kepada bangsa-bangsa lain, itulah antikris, itu menunjuk kepada kerohanian yang masih ada di halaman.
Ibadah di halaman sifatnya masih berbau daging, di situlah dipersembahkan binatang sebagai korban kepada Tuhan = mengutamakan hal yang lahiriah, misalnya; uang, pekerjaan, harta, kekayaan, lebih utama dari pada ibadah dan pelayanan. Jadi, semuanya masih bersifat  daging, tetapi di ruangan suci tidak ada lagi daging yang dipersembahkan.

YANG KEDUA.
Wahyu 12:1
(12:1) Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.

Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.”
Inilah mempelai wanita Tuhan.

Wahyu 12:2-3
(12:2) Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan.
(12:3) Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota.

Pada ayat 1: “...Maka tampaklah suatu tanda besar di langit..”, ayat 3: “...Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit.” Ada tanda lain di langit tetapi tidak besar, lebih besar mempelai perempuan.

Wahyu 12:4
(12:4) Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya.

“Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit.”
Bintang-bintang / guru-guru dalam rumah Tuhan / diaken-diaken, juga akan terseret.
Kalau yang sudah melayani saja bisa diseret apalagi yang belum. Sebab itu saya selalu menghimbau sidang jemaat, supaya mengambil bagian di dalam pelayanan = imamat rajani.

Wahyu 12:5-6
(12:5) Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.
(12:6) Perempuan itu lari ke padang gurun, di mana telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, supaya ia dipelihara di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.

Gereja Tuhan dipelihara, jauh dari mata ular selama 42 bulan lamanya, ini yang kita upayakan. Sebab itu saya selalu himbau sidang jemaat; ibadah harus memuncak sampai kepada doa penyembahan, supaya jauh dari mata ular.

Wahyu 12:13-14
(12:13) Dan ketika naga itu sadar, bahwa ia telah dilemparkan di atas bumi, ia memburu perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu.
(12:14) Kepada perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar, supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun, di mana ia dipelihara jauh dari tempat ular itu selama satu masa dan dua masa dan setengah masa.

Mempelai perempuan jauh dari mata ular karena diberikan sayap burung nazar, ini kekuatan kita.
“Dimana ada bangkai di situ burung nazar berkerumun.” Bangkai itulah pengalaman kematian, itulah penyembahan sampai daging tidak bersuara. Kalau belum mati, daging bersuara, kalau sudah mati, biar dicubit, diludahi, dimaki-maki, ditendang, tidak bersuara, biar juga dipuji tidak rasa, biasanya, orang kalau dipuji hidungnya langsung kembang kempis.

Jadi jangan suka mendengar firman sikancil dan buaya, tidak perlu cerita-cerita, dengar firman ayat menjelaskan ayat. Banyak gereja meninabobokan jemaat, takut orang kaya pergi, tetapi saya tidak mau, saya tidak takut. Kalau sidang jemaat berjudi, merokok, tetapi tidak ditegor, gembala akan diminta pertanggungjawabannya. Saya tidak mau karena jemaat yang tidak mengalami tegoran, lalu saya tidak masuk sorga. Saya tidak perlu menghakimi gereja, tetapi saya tahu persis hal yang seperti ini. Biarlah kita menghakimi dosa kita sendiri, seperti 24 tua-tua duduk di atas takhta untuk menghakimi dosa, jangan hakimi orang lain.

Wahyu 12:15-17
(12:15) Lalu ular itu menyemburkan dari mulutnya air, sebesar sungai, ke arah perempuan itu, supaya ia dihanyutkan sungai itu.
(12:16) Tetapi bumi datang menolong perempuan itu. Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai yang disemburkan naga itu dari mulutnya.
(12:17) Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus.

Mata ular itu tidak menemukan perempuan itu, sebab dia dipelihara di padang gurun, padang belantara selama 3,5 tahun, karena mereka diberikan sayap burung nazar, sehingga terhindar dari mata ular itu.
Dan akhirnya naga itu memburu keturunan yang lain, siapa itu? Gereja Tuhan yang hanya menuruti hukum-hukum Allah / firman Allah dan memiliki kesaksian Yesus / Roh kudus, tetapi ibadahnya tidak sampai kepada doa penyembahan.
Kita bersyukur Tuhan memberi pengertian demi pengertian dan pengertian itu untuk menyelamatkan jiwa kita dan keluarga kita masing-masing, bukan untuk menyombongkan diri.

Kalau ibadah hanya sebatas firman dan Roh Kudus, belum memuncak sampai kepada penyembahan, habislah kita, maka dari tadi saya katakan ibadah tidak boleh jalan di tempat harus bergerak maju, sampai memuncak kepada doa penyembahan.
Inilah dampak negatifnya, dan dua dampak negatif ini harus kita perhatikan sungguh-sungguh, jangan sampai kita salah satu dari mereka yang ditelan oleh ular dan antikris.

Jalan keluarnya supaya ibadah kita masuk dalam ukuran Tuhan.
Kita kembali belajar kepada orang-orang majus tadi.
Matius 2:1-2
(2:1) Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem
(2:2) dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."

Orang-orang majus mencari Yesus Kristus Raja orang Yahudi yang dilahirkan, tujuannya; datang untuk menyembah Dia.

Kita perhatikan usaha-usaha yang dilakukan oleh orang-orang majus untuk menyembah Dia.
Usaha pertama: “Bertanya-tanya.”
Persamaan bertanya-tanya = mencari tahu, mau tahu.
Puji Tuhan saudara kita Yeremia dengan Rotua suami isteri bertanya-tanya di mana GPT, sudah 10 tahun mereka ada di Serang tetapi tidak menemukan GPT, lalu mereka mencari-cari lewat internet, kalau dicari-cari pasti ditemukan, asal bertanya-tanya.

Matius 7:7-8
(7:7) "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
(7:8) Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.

Persamaan mencari tahu, mau tahu adalah:
-     Mintalah maka akan diberikan”, karena setiap orang yang meminta akan menerima.
-     “Carilah akan mendapat”, karena setiap orang yang mencari, mendapat.
-     Ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu”, karena setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.
Hal mencari ini kita lakukan bukan kepada manusia, saudara, teman, sesama dan siapapun yang ada di muka bumi ini tetapi kepada Tuhan, seperti orang-orang majus bertanya-tanya mencari Yesus yang dilahirkan itu, Dialah Bapa kita semua. Di sorga tidak ada sebutan engkong, embah atau opung, hanya ada Bapa, supaya kita disebut dengan anak-anak Tuhan.
Bertanya / mencari ini harus kepada Bapa di sorga, jangan kepada manusia, nanti kita dikecilkan, diremehkan.

Matius 7:9-11
(7:9) Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti,
(7:10) atau memberi ular, jika ia meminta ikan?
(7:11) Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."

-     Bapa memberikan roti kepada anak yang meminta roti, tidak memberikan batu.
Dalam Yohanes 6 Yesus adalah roti yang turun dari sorga, akan diberikan kepada kita. Sebab itu dalam Yohanes 1:1, Yesus adalah firman yang menjadi manusia, roti yang turun dari sorga.
Roti yang turun dari sorga adalah praktek firman. Praktek kebenaran adalah salib, di luar salib tidak ada lagi kebenaran, yang ada kebenaran diri sendiri dan hukum Taurat.
Jadi roti yang turun dari sorga itulah firman Allah yang hidup yang telah disalibkan, itulah yang Bapa berikan kepada kita.

Yohanes 1:1
(1:1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

Kalimat pertama;“Pada mulanya adalah Firman”, kalimat kedua; “Firman itu bersama-sama dengan Allah”, kalimat ketiga; “Firman itu adalah Allah.”
Kalimat pertama dan kalimat kedua seolah – olah ada dua pribadi yang berbeda, tetapi pada akhirnya firman itu adalah Allah.

Siapa Allah itu?
Yohanes 1:14
(1:14) Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Bapa memberikan roti kepada anak yang meminta roti, Allah Bapa telah memberikan anak-Nya yang Tunggal itulah kebenaran, itulah firman. Andaikata Yesus tidak disalibkan di atas kayu salib, maka kita tidak memiliki roti hidup, tidak memiliki kebenaran. Kita meminta kebenaran, Allah telah memberikannya di atas kayu salib dan biarkanlah kebenaran itu sampai mendarah daging. Diberikan roti, nikmati saja, susah senang ikuti Tuhan, ibadah dan melayani, nikmati saja.

Pertanyaannya: Mengapa harus menikmati roti hidup?
Jawabnya: “Penuh kasih karunia.”
Kita ini adalah orang berdosa, kalau kita dapat beribadah itu karena kasih karunia, lanjut lagi kita dapat melayani karena kasih karunia, nikmati saja roti itu. Kalau kita menikmati, maka kita beroleh kasih karunia. Jangan jauh dari kasih karunia, jangan lepaskan kebenaran salib.

2 Petrus 1:19-20
(2:19) Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung.
(2:20) Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.

Sengsara salib = teraniaya karena kebenaran firman, itulah kasih karunia. Kalau menderita karena kesalahan itu bukan kasih karunia.
Maka kita lihat perempuan yang kedapatan berzinah pada pagi hari, seharusnya ia dirajami / dilempari dengan batu sampai mati, tetapi pada akhirnya, ia dilepaskan dari penghukuman oleh karena kasih karunia. Jadi jangan coba-coba sesekali menghakimi orang berdosa, karena kita sendiripun adalah orang berdosa.

Allah memberikan roti kepada anak yang meminta roti, Dia tidak akan memberikan batu.
Mari kita lihat batu...
Yohanes 1:16-17
(1:16) Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia;
(1:17) sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.

Hukum Taurat diberikan oleh Musa.
Hukum Taurat = mata ganti mata, gigi ganti gigi, artinya; kejahatan dibalas dengan kejahatan, siapa yang salah maka dihukum, dilempari sampai mati dengan batu.
Tetapi kebenaran dari firman Allah, roti yang kita nikmati supaya kita memperoleh kasih karunia. Ayo cari, bertanya –tanya, jangan cari yang lain –lain lagi, Dia akan memberikan roti, supaya kita lepas dari hukuman.

-     Bapa tidak akan memberikan ular kalau anak meminta ikan.
Ikan à kehidupan yang diurapi Roh Kudus.
Kalau kita perhatikan Yehezkiel 47, air sungai kehidupan keluar dari bait suci Allah, lalu Yehezkiel masuk ke air itu dan mengukur; 1000 hasta pertama air itu masih semata kaki. Kemudian diukur kembali, 1000 hasta kedua air sudah selutut, kemudian 1000 hasta yang ketiga, air itu sudah sepinggang, 1000 hasta keempat air itu tidak bisa lagi dilalui, kecuali seperti ikan yang berenang. Biarlah kita ini kehidupan seperti ikan, jiwa-jiwa yang diurapi Roh Kudus, tenggelam, hanyut dalam kuasa Roh Kudus.
Waktu air itu masih semata kaki, semua daging di atasnya masih bebas bergerak, 1000 hasta yang kedua selutut, dari lutut ke atasnya daging masih bisa bersuara. 1000 hasta yang ketiga air itu sudah sepinggang, dari pinggang ke atas daging masih bisa bersuara, 1000 hasta yang ke empat air itu tidak bisa lagi dilalui, kecuali berenang seperti ikan-ikan yang berenang, berkeriapan di dalam air, artinya; kehidupan yang diurapi Roh Kudus tidak lagi hidup dalam menurut hawa nafsu dan keinginan daging.
Tuhan memberikan ikan bukan ular, kalau kita meminta ikan, sebab itu Yesus berkata; lebih baik Aku pergi kepada Bapa supaya Roh Kudus turun atas-Mu, apa yang dijanjikan oleh Tuhan akan digenapi, jadilah jiwa-jiwa yang dikuasai / diurapi oleh Roh Kudus.

Kehidupan yang diurapi Roh Kudus, persis seperti pelita emas, bernyala-nyala, menjadi terang dan kesaksian sehingga dalam Wahyu 5:5-6 disebut ketujuh mata Allah itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.
Artinya; kehidupan yang diurapi menjadi terang, kesaksian, contoh teladan, baik dalam perkataan dan perbuatan dimanapun kita berada,  bukan saja saat ibadah, tetapi di luar ibadah juga.
Dari sejak semula ular adalah pembunuh manusia, tidak ada kebenaran di dalam dirinya dan dia adalah bapa pendusta.... Yohanes 8:44. Dan kalau kita perhatikan Kejadian pasal 3; ular memperdaya Hawa dan akhirnya mereka menjadi telanjang, dan mereka jatuh dalam dosa, mereka diusir dari taman Eden, mereka merusak gambar dan rupa Allah.

Waktu Petrus gagal, dia menyangkal Yesus tiga kali, tidak berhenti sampai di situ, dia kembali kepada kehidupan yang lama, dia menjadi penjala ikan, semalam-malaman dia mencari ikan, tetapi tidak mendapat. Ketika ia gagal, pada saat pagi menjelang siang, Yesus memerintahkan dia untuk kembali menebar jala di sebelah kanan dan ia mendapatkan sejumah besar ikan. Mungkin dulu kita pernah gagal, kembali kepada kebenaran firman, Tuhan akan memberikan ikan kalau kita meminta ikan. Jadilah kehidupan yang diurapi, menjadi tujuh mata Allah itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi, menjadi terang, kesaksian, dimanapun kita berada.

Usaha kedua: “memberi diri dituntun oleh bintang timur.”
Kita lihat bintang timur.
Daniel 12:3
(12:3) Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.

Bintang–bintang itulah orang bijaksana, itulah pemimpin, guru-guru dalam rumah Tuhan, menuntun sidang jemaat dan banyak orang kepada kebenaran, bukan menuntun banyak orang kepada berhala. Orang–orang majus memberi diri dituntun oleh bintang timur sampai mereka diarahkan kepada Yesus Kristus. Mari kita memberi diri dituntun oleh bintang timur, jangan memberi diri dituntun oleh yang lain-lain, tidak jelas arahnya. Gembala sidang harus bijaksana menuntun banyak orang dalam kebenaran, jangan hanya cerita-cerita.
Timur kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel dimulai dari pintu gerbang, sampai nanti kita terus dibawa masuk dalam ruangan maha suci / doa penyembahan. Hamba-hamba Tuhan yang pandai cerita soal-soal dunia, tidak bijaksana dalam pemberitaan firman, tidak jelas, tidak bisa menuntun sidang jemaat, saya berani tegaskan itu malam ini.

Inilah dua usaha itu, dan sampai akhirnya..
Matius 2:10-11
(2:10) Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka.
(2:11) Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.

Akhirnya mereka menemukan keberadaan Yesus, lalu masuk dan sujud menyembah. Inilah ibadah yang masuk dalam ukuran.
Jangan bangga kalau sudah melayani Tuhan, tetapi tidak mengerti firman, banggalah kalau hati Tuhan sudah dicurahkan kepada kita.

Tanda ibadah memuncak sampai penyembahan, mempersembahkan tiga perkara;
-     Emas = kemurnian / tabiat Ilahi yang tidak mudah dipengaruhi oleh dosa, daging, dunia, imannya tidak mudah digeser oleh uang, harta, kekayaan. Tabiat Ilahi murni dan pyur untuk melayani Tuhan.
Biar dilempar ke lumpur yang hitam, emas tetap emas, justru ketika diuji dalam api, diuji dalam banyak cobaan, akan semakin terlihat kemurniannya, mungkin saat diuji dia lebur sedikit, tetapi setelah lewat ujian akan kembali menjadi emas bahkan lebih murni.
-     Kemenyan à pribadi / kehidupan yang membawa dirinya rendah di bawah kaki Tuhan, sekaligus membawa perkaranya di bawah kaki Tuhan. Kalau orang sudah menyembah, dia akan mempersembahkan hidupnya di atas mezbah dan termasuk segala perkaranya. Dia tidak akan lagi datang kepada manusia dan menceritakan kebodohan dan kekurangannya. Kalau kita menceritakan kekurangan kita kepada orang lain, kita dijelekkan, diomongkan lagi kepada orang lain, tetapi kalau kita mempersembahkan hidup dan membawa segala perkara kita di bawah kaki salib Kristus, selesai masalah kita.
-     Minyak mur à kehidupan yang diurapi Roh Kudus.
1 Yohanes 2:27
(2:27) Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu--dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta--dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia.

Kehidupan yang diurapi Roh Kudus tidak perlu diajar oleh orang lain sebab Roh Kudus itu mengajar kita tentang segala sesuatu. Sebab itu kalau hamba-hamba / imam-imam yang melayani dipenuhkan Roh Kudus, gembala sidang enak, belum di suruh sudah tahu mengatur ini dan itu. Hamba Tuhan sekali waktu bisa salah, tetapi Roh Kudus ajarannya benar, tidak salah dan tidak ada dusta.
Ayo kita persembahkan minyak mur, emas dan kemenyan kepada Tuhan, karena kita sudah menemukan Dia, akhirnya ibadahkita masuk dalam ukuran Tuhan, yaitu; memuncak sampai kepada doa penyembahan. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita firman;

Gembala sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment