KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, May 26, 2017

IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 20 MEI 2017

IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 20 MEI 2017

“STUDY YUSUF
(Seri 114)

Subtema : TENTANG PENGAJARAN SALIB.

Shalom saudaraku.
Selamat malam salam sejahtera bagi kita semua. Oleh karena kemurahan hati Tuhan kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Pemuda Remaja.

Segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Kaum Muda Remaja tentang study Yusuf.
Kejadian 41: 15
(41:15) Berkatalah Firaun kepada Yusuf: "Aku telah bermimpi, dan seorang pun tidak ada yang dapat mengartikannya, tetapi telah kudengar tentang engkau: hanya dengan mendengar mimpi saja engkau dapat mengartikannya."

Di sini kita melihat, Firaun datang kepada Yusuf sekaligus menceritakan mimpinya kepada Yusuf menunjukkan bahwa Firaun membutuhkan seorang nabi.
Sebetulnya Firaun tidak mengenal nabi, tetapi di sini kita melihat dia sangat membutuhkan nabi.
Kalau Firaun saja membutuhkan seorang nabi, maka kita lebih lagi membutuhkan seorang nabi dan firman para nabi, karena kita sudah lama mengenal firman para nabi.

Kejadian 41: 8
(41:8) Pada waktu pagi gelisahlah hatinya, lalu disuruhnyalah memanggil semua ahli dan semua orang berilmu di Mesir. Firaun menceritakan mimpinya kepada mereka, tetapi seorang pun tidak ada yang dapat mengartikannya kepadanya.
Firaun menceritakan semua mimpinya kepada semua ahli dan kepada semua orang berilmu di  Mesir tetapi kenyatannya seorangpun tidak ada yang dapat mengartikan mimpinya, sehingga Firaun tetap gelisah.
Tidak ada yang dapat mengartikan mimpinya, artinya keahlian dan ilmu tidak dapat mengatasi masalah, segala pergumulan, segala persoalan yang dihadapi setiap orang.

Yeremia 23: 28
(23:28) Nabi yang beroleh mimpi, biarlah menceritakan mimpinya itu, dan nabi yang beroleh firman-Ku, biarlah menceritakan firman-Ku itu dengan benar! Apakah sangkut-paut jerami dengan gandum? demikianlah firman TUHAN.

Nabi yang beroleh mimpi biarlah menceritakan mimpinya itu dan nabi yang beroleh firman Tuhan, biarlah menceritakan firman Tuhan itu dengan benar, berarti tidak boleh ditambahkan dan tidak boleh dikurangkan.
Pendeknya, syarat untuk menjadi seorang nabi:
-       Harus jujur.
-       Tidak boleh takut dalam hal menyampaikan firman Tuhan.
Sebab memang tugas seorang nabi adalah untuk bernubuat.

1 Korintus 14: 1
(14:1) Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat.

Hal yang harus diperhatikan :
a.     Kejarlah kasih itu.
b.     Usahakanlah memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat.

1 Korintus 14: 2-4
(14:2) Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia.
(14:3) Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur.
(14:4) Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat.

Perbandingan antara bahasa Roh dengan nubuat:
-       Bahasa Roh, berarti; membangun dirinya sendiri di hadapan Tuhan.
-       Nubuat; membangun sidang jemaat.

1 Korintus 14: 5
(14:5) Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun.

Nubuat jauh lebih berharga dari pada bahasa Roh, namun jangan salah mengerti, di sini Rasul Paulus berkata: “Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat.
Jadi, tidak salah kalau Tuhan mengaruniakan bahasa Roh kepada anak-anak Tuhan, tetapi ada yang lebih berharga dari pada bahasa Roh, yaitu nubuat, karena nubuat membangun sidang jemaat, sedangkan bahasa Roh itu hanya membangun dirinya sendiri  kepada Tuhan, tidak membangun orang lain, karena tidak ada yang tahu bahasa Roh kecuali dirinya sendiri dengan Tuhan.

1 Korintus 14: 6
(14:6) Jadi, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa roh, apakah gunanya itu bagimu, jika aku tidak menyampaikan kepadamu penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat atau pengajaran?
Penyataan Allah atau firman para nabi itu bersifat:
a.     Bersifat pengetahuan.
b.     Bersifat nubuat.
c.     Bersifat pengajaran.

Sekarang kita akan melihat tentang: BERSIFAT PENGAJARAN.”
2 Timotius 4: 1-2
(4:1) Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya:
(4:2) Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.

Demi penyataan Allah dan demi Kerajaan Allah, Rasul Paulus berpesan kepada Timotius supaya:
a.     Beritakanlah firman = penginjilan.
b.     Nyatakan apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.

Pendeknya, pengajaran itu bentuknya:
-       Menyatakan apa yang salah (menunjuk dosa).
-       Menegur dan menasihati.

Ibrani 6: 1-2
(6:1) Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Allah,
(6:2) yaitu ajaran tentang pelbagai pembaptisan, penumpangan tangan, kebangkitan orang-orang mati dan hukuman kekal.

Setelah memberitakan firman (penginjilan), selanjutnya di sini kita perhatikan; harus beralih kepada perkembangannya yang penuh -> pengajaran, bentuknya menyatakan apa yang salah, menegur dan menasihati.
Kalau penginjilan, di situ tidak ada teguran, tidak ada nasihat. Di dalam penginjilan itu di situ banyak terjadi tanda-tanda heran, yang sakit sembuh, ada pengusiran Setan, kemudian ada mujizat-mujizat, itu penginjilan. Jadi penginjilan itu kegunaannya supaya orang percaya, bertobat dan akhirnya memberi diri dibaptis, maka orang yang seperti ini membutuhkan mujizat, tanda-tanda heran.
Namun sesungguhnya setelah menerima berita penginjilan harus beralih pada perkembangannya yang penuh, itulah pengajaran.

Kita lihat tentang PENGAJARAN.
Ibrani 5: 11-14
(5:11) Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan.
(5:12) Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras.
(5:13) Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil.
(5:14) Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.

Di sini kita akan melihat antara penginjilan dengan pengajaran:
-       Penginjilan itu berarti, menyatakan asas-asas pertama, itulah susu.
Itu ditujukan kepada orang-orang yang belum dewasa secara rohani atau kanak-kanak secara rohani, supaya mereka percaya, bertobat dan dibaptis air.
-       Pengajaran, yaitu makanan keras.
Itu ditujukan kepada orang-orang yang dewasa rohani. Sedangkan kanak-kanak secara rohani tidak memerlukan makanan keras, tidak membutuhkan pengajaran salib. Susulah yang dibutuhkan oleh kanak-kanak.

Yesaya 2: 2-3
(2:2) Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana,
(2:3) dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."

Gunung Sion itu disebut juga dengan gunung Tuhan atau rumah Allah Yakub, dari sana keluar pengajaran salib. Sedangkan firman Tuhan dari Yerusalem.
Berarti, berada di atas gunung Sion; rindu terhadap pengajaran salib, supaya kita dapat berjalan menempuh jalan salib.
Kalau kita menerima pengajaran salib berarti kita diajar menempuh jalan salib. Mengapa kita diajar menempuh jalan salib? Karena kita berada di atas gunung Sion yang mengajar kita tentang jalan salib.
Orang yang tidak menempuh jalan salib tanda bahwa dia tidak berada di atas gunung Sion. Andaikata dia berada di atas gunung Sion, dia akan menerima pengajaran salib, mengajar dia untuk menempuh jalan salib, tidak menempuh jalan yang lain.

Saudaraku, memang sebaiknya di dalam rumah Tuhan, yang disampaikan adalah pengajaran salib, jangan menyampaikan pengajaran-pengajaran asing supaya kita tidak menempuh jalan asing, sebab itu membinasakan.

1 Petrus 2: 19-20
(2:19) Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung.
(2:20) Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.

Orang yang menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung, menunjukkan bahwa ia telah menerima pengajaran salib.

1 Petrus 2: 21
(2:21) Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
Kita dipanggil, tujuannya adalah supaya kita semua mengikuti jejak-Nya = menempuh jalan salib.

1 Petrus 2: 22-24
(2:22) Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.
(2:23) Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.
(2:24) Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.

Adapun jalan salib itu yaitu;
a.     Ia tidak berbuat dosa, berarti hidup Kudus atau tanpa cacat cela atau tanpa ragi.
b.     Tipu tidak ada di dalam mulut-Nya = tidak ada dusta.
c.     Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan caci maki = tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, menunjukkan bahwa Ia tidak hidup di bawah hukum Taurat.
d.     Ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkan kepada Dia yang menghakimi dengan adil.
Inilah pengajaran salib yang harus ditempuh, dan kita dipanggil tujuannya hanya satu yaitu, untuk menempuh jalan salib.
Jalan salib itu; tidak ada ragi, tidak ada dusta, tidak berada di bawah hukum Taurat, kemudian menyerahkan segala persoalan kepada Tuhan, tidak menjadi hakim.
Mengapa kita harus menempuh jalan salib? Karena kita sudah menerima pengajaran salib di atas gunung Sion, gunung Tuhan.

Keadaan murid-murid saat menempuh jalan salib.
Matius 26: 30-32
(26:30) Sesudah menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun.
(26:31) Maka berkatalah Yesus kepada mereka: "Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai.
(26:32) Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea."

Yesus Kristus menyatakan atau menunjukkan keadaan dari murid-murid saat mereka menempuh jalan salib.
Adapun keadaan mereka: iman dari 12 murid terguncang.

Saat ini barangkali ada di antara kita, iman percayanya sedang terguncang, saya sebagai gembala berpesan: tetap bertahan, apapun keadaan situasi yang sedang terjadi dan yang sedang dialami, tetap bertahan, jangan berubah, tetaplah memiliki pendirian iman yang teguh.
Kalau iman terguncang, sama seperti domba-domba yang tercerai-berai.
Tecerai-berai berarti tidak tergembala dengan baik, dengan benar dalam satu kandang penggembalaan dengan satu gembala. Itulah keadaan dari 12 murid saat menempuh jalan salib; iman mereka terguncang atau pendirian mereka sudah mulai tergoyah.
Malam ini juga Tuhan nyatakan keberadaan kita saat menempuh jalan salib.

Sekarang kita lihat; Respon dari Simon Petrus.
Matius 26: 33
(26:33) Petrus menjawab-Nya: "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak."

Petrus menjawab-Nya: “Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.
Dari jawaban ini menunjukkan bahwa Petrus tetap memiliki pendirian yang teguh, berarti tergembala dengan baik, tidak tercerai-berai.

Matius 26: 34
(26:34) Yesus berkata kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali."

Kemudian Yesus berkata untuk yang kedua kali untuk menyatakan keberadaan dari pada Simon Petrus, yaitu: “... sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau (Simon Petrus) telah menyangkal Aku tiga kali.
Semakin memperlihatkan keadaan dari pada Simon Petrus.
Jadi tanda iman yang tergoncang:
1.     Kawanan domba tererai-berai.
2.     Akan terjadi penyangkalan demi penyangkalan.
Kalau Yesus menyatakan itu kepada Simon Petrus, maka itu akan terjadi.

Namun kita melihat jawaban Simon Petrus.
Matius 26: 35
(26:35) Kata Petrus kepada-Nya: "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." Semua murid yang lain pun berkata demikian juga.

Kemudian kata Petrus kepada-Nya untuk yang kedua kali: Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau."  Inilah pengakuan Simon Petrus untuk yang kedua kali kepada Yesus Kristus.

Sekarang kita akan melihat pembuktian ketika menempuh jalan salib.
Matius 26: 69-74
(26:69) Sementara itu Petrus duduk di luar di halaman. Maka datanglah seorang hamba perempuan kepadanya, katanya: "Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu."
(26:70) Tetapi ia menyangkalnya di depan semua orang, katanya: "Aku tidak tahu, apa yang engkau maksud."
(26:71) Ketika ia pergi ke pintu gerbang, seorang hamba lain melihat dia dan berkata kepada orang-orang yang ada di situ: "Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu."
(26:72) Dan ia menyangkalnya pula dengan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu."
(26:73) Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ datang kepada Petrus dan berkata: "Pasti engkau juga salah seorang dari mereka, itu nyata dari bahasamu."
(26:74) Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu." Dan pada saat itu berkokoklah ayam.

Di sini kita lihat, Simon Petrus menyangkal Yesus sebanyak tiga kali sebelum ayam berkokok.
Penyangkalan Simon Petrus yang pertama, Petrus berkata: “Aku tidak tahu, apa yang engkau maksud.
Berarti, sudah tahu tetapi pura-pura tidak tahu.
Orang yang pura-pura tidak tahu di tengah-tengah ibadah dan pelayanannya kepada Tuhan, itu juga merupakan penyangkalan yang pertama terhadap salib Kristus, sudah tahu pekerjaan Tuhan, tetapi masih juga pura-pura tidak tahu dengan pekerjaan Tuhan.
Memang salib yang dipikul itu berat, sehingga di situ banyak orang menyangkal sampai akhirnya pura-pura tidak tahu padahal sudah tahu.

Kemudian penyangkalan Simon Petrus yang kedua, Petrus berkata: “Aku tidak kenal orang itu”, berarti tidak mengakui keberadaan Yesus di dalam hidupnya.
Banyak orang menjual Yesus hanya karena sesuap nasi, hanya karena karir, bisa juga hanya karena kedudukan dan jabatan, bisa juga karena mamon, dan lain sebagainya.
Namun sebelum berkata: “Aku tidak kenal orang itu”, terlebih dahulu Simon Petrus bersumpah. Bersumpah menunjukkan bahwa Simon Petrus berasal dari si jahat.

Matius 5: 33-37
(5:33) Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.
(5:34) Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah,
(5:35) maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar;
(5:36) janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun.
(5:37) Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.

Di sini dengan tegas Yesus berkata: “Jangan bersumpah”, berarti bersumpah itu dilarang, baik demi:
-       Demi langit, alasannya karena langit adalah takhta Allah.
-       Demi bumi, alasannya karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya.
-       Demi Yerusalem, alasannya karena Yerusalem adalah kota raja besar.
-       Demi kepala, alasannya karena manusia tidak berkuasa untuk memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun.
Yang benar adalah “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak”, apapun resikonya, sebab lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
Jadi, orang yang bersumpah menandakan bahwa orang itu berasal dari si jahat.

Kemudian penyangkalan Simon Petrus yang ketiga, dia berkata: “Aku tidak kenal orang itu” (untuk yang kedua kali).
Namun penyangkalan yang ketiga ini diawali dengan mengutuk dan bersumpah.
Mengutuk menunjukkan bahwa kutuk nenek moyang belum terputus dari dalam hidupnya. Jadi, dia masih hidup dalam perbuatan yang sia-sia, yaitu segala dosa-dosa dari pada nenek moyang belum terputus.

Kita kembali memperhatikan ...
Matius 26: 75
(26:75) Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: "Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.

Setelah Simon Petrus menyangkal Yesus sebanyak tiga kali, lalu ia pergi keluar dan menangis dengan sedihnya.
Jadi setelah penyangkalan Simon Petrus yang ketiga, posisinya sudah berada di luar halaman, artinya berada di luar Tuhan.
Orang yang menyangkal Yesus pada akhirnya akan berada di luar Tuhan, hidupnya jauh dari Tuhan, sekalipun dia berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan. Padahal posisi semula dia berada di halaman, sampai akhirnya dia keluar dari halaman.
Jadi orang yang suka menyangkal salib Kristus pada akhirnya berada di luar Tuhan.

Jadi, sampai sejauh itulah keberadaan dari Simon Petrus saat menempuh jalan salib.
Sesungguhnya sebelumnya Yesus telah menyatakan pengajaran salib terhadap murid-murid sebanyak empat kali.

Kita lihat pengajaran salib yang disampaikan Yesus.
Pengajaran salib yang pertama.
Matius 16: 21
(16:21) Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.

Yesus harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Inilah pengajaran salib yang pertama kali dinyatakan kepada murid-murid.

Matius 16: 22
(16:22) Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."

Setelah mendengar pengajaran salib, kita lihat di sini reaksi dari Simon Petrus: Menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."
Menunjukkan bahwa Simon Petrus menolak pengajaran salib. Dalam hal ini Simon Petrus menggunakan logika, akal pikirannya, sebab dia tahu bahwa Yesus adalah Tuhan, dan hal itu tidak akan menimpa Yesus. Sesungguhnya mengikut Tuhan tidak boleh memakai logika, yang benar adalah dengan segala penyerahan diri.

Matius 16: 23
(16:23) Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

Menolak pengajaran salib = menjadi batu sandungan.
Sebab orang yang menolak pengajaran salib tidak memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah, melainkan apa yang dpikirkan oleh manusia.
Pikiran manusia tidak sama dengan pikiran Allah. Tetapi pikiran Allah harus menjadi pikiran manusia. Jangan paksakan pikiran manusia menjadi pikiran Allah, itu sesuatu yang tidak mungkin. Jangan memaksakan kehendak. Yang benar adalah bahwa kita harus menempuh jalan salib, kalau tidak, maka akan menjadi batu sandungan terhadap karya Allah yang besar. Karya Allah yang terbesar adalah Salib di Golgota.

Pengajaran salib yang kedua.
Matius 17: 22-23
(17:22) Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia
(17:23) dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." Maka hati murid-murid-Nya itu pun sedih sekali.

Yesus menyatakan pengajaran salib untuk yang kedua kalinya kepada murid-murid pada waktu Yesus dan murid-murid berada di Galilea.
Pengajaran salib yang kedua ini menunjukkan bahwa Yesus menyatakan bahkan memperlihatkan suasana kebangkitan, sebab ketika Yesus bangkit, Yesus akan mendahului murid-murid-Nya ke Galilea.
Jadi, tidak ada kebangkitan tanpa pengajaran salib, itulah pengalaman kematian.
Kalau tadi Simon Petrus menolak pengajaran salib, tetapi di sini kita melihat hati murid-murid-Nya itu pun sedih sekali. Tidak menolak, tetapi hati mereka sedih sekali menerima pengajaran salib. Mulut tidak menolak tetapi hati sedih.
Banyak terjadi hal yang seperti ini dan dialami oleh anak-anak Tuhan, mulut tidak melawan tetapi hatinya sedih karena pengajaran salib.
Ketika tidak sesuai dengan kehendak hati, mulutnya tidak melawan tetapi hatinya sedih. Berarti murid-murid belum 100% menerima pengajaran salib.

Jadi wajar saja kalau keadaan murid-murid imannya terguncang karena pengajaran salib yang pertama belum lulus, dan pengajaran salib yang kedua juga belum lulus.

Pengajaran salib yang ketiga.
Matius 20: 17-19
(20:17) Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan:
(20:18) "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati.
(20:19) Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan."

Yesus menyatakan pengajaran salib terhadap murid-murid ketika mereka berjalan bersama ke Yerusalem.
Di sini tidak ada penolakan, kemudian hati mereka juga tidak sedih, sebab mereka sudah mulai berjalan untuk menempuh pengajaran salib.

Sekarang kita melihat, pengajaran salib yang keempat.
Matius 26: 1-4
(26:1) Setelah Yesus selesai dengan segala pengajaran-Nya itu, berkatalah Ia kepada murid-murid-Nya:
(26:2) "Kamu tahu, bahwa dua hari lagi akan dirayakan Paskah, maka Anak Manusia akan diserahkan untuk disalibkan."
(26:3) Pada waktu itu berkumpullah imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi di istana Imam Besar yang bernama Kayafas,
(26:4) dan mereka merundingkan suatu rencana untuk menangkap Yesus dengan tipu muslihat dan untuk membunuh Dia.

Yesus menyatakan pengajaran salib, kemudian disela-sela itu Yesus menyatakan dua hal, yaitu;
a.     Dikaitkan dengan paskah -> pembebasan, berarti bebas dari belenggu dosa, bebas dari ikatan dosa.
b.     Istana imam besar -> kemuliaan.
Kesimpulannya, pengajaran salib ini berkuasa untuk membebaskan dari belenggu atau ikatan dosa dan akhirnya menyatakan kemuliaan.

Pengajaran salib yang kedua dinyatakan kepada murid-murid pada saat di Galilea, tetapi kenyataannya hati mereka sedih sekali walaupun mulut tidak melawan/memberontak.
Kemudian pengajaran salib yang ketiga itu pada saat mereka berjalan ke Yerusalem, di situ Yesus berkata bahwa Anak Manusia akan dijatuhkan hukuman mati.
Jadi pengajaran salib ini membawa kita masuk ke dalam pengalaman kematian, kebangkitan, dan dilepaskan untuk dibawa masuk dalam kemuliaan.
Tetapi kenyataannya, murid-murid belum juga lulus dari pengajaran salib. Mereka menempuh jalan salib tetapi belum lulus, buktinya, iman mereka terguncang, tidak memiliki pendirian yang teguh, tandanya digambarkan seperti kawanan domba yang tercerai-berai, tidak tergembala dengan baik dan benar.

Oleh sebab itu mari segera kita perhatikan ...
Jalan keluarnya.
Yesaya 2: 2-3
(2:2) Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana,
(2:3) dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."

Jalan keluarnya; menerima penngajaran salib di atas gunung Sion supaya kita menempuh jalan salib.
Berarti bertahan, jangan lari dari kenyataan, hadapi segala persoalan.

Sekarang kita akan melihat; ORANG-ORANG YANG MENERIMA PENGAJARAN SALIB.
1 Petrus 2: 6-7
(2:6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."
(2:7) Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan."

Siapa yang percaya kepada pengajaran salib tidak akan dipermalukan oleh Tuhan, percayalah.
Batu yang terpilih, itulah batu penjuru yang mahal, itu berbicara tentang korban Kristus, itulah pengajaran salib yang patut kita junjung tinggi.
Pengajaran salib yang kita terima, itulah dasar kita untuk hidup beribadah melayani kepada Tuhan.

Batu penjuru (pengajaran salib) dalam kesempatan yang lain menjadi:
a.     Batu sentuhan.”
Berarti menyentuh hati, menyentuh kehidupan kita, mengerti keberadaan kita.
b.     Batu sandungan.”
Ini berlaku bagi mereka yang menolak pengajaran salib, itulah imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua orang Yahudi.

Keadaan menerima pengajaran salib.
1 Korintus 1: 22-24
(1:22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat,
(1:23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,
(1:24) tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.

Pengajaran salib untuk orang Yahudi adalah suatu batu sandungan karena mereka hanya menghendaki sebatas tanda-tanda heran ataupun mujizat-mujizat.
Bagi orang-orang yang bukan Yahudi (Yunani), pengajaran salib adalah suatu kebodohan, karena bangsa kafir (Yunani), hanya untuk mencari hikmat, persis seperti ahli Taurat; mengerti firman tetapi tidak menjadi pelaku.
Bagi mereka, batu penjuru menjadi suatu batu sandungan. Tetapi bagi mereka yang menghargai pengajaran salib itu adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah, pendeknya menjadi batu sentuhan.

Wahyu 14: 1
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.

144.000 orang berdiri di atas bukit Sion (berarti menerima pengajaran salib). Di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya. Berarti di dahi mereka tertulis huruf “T” tidak ada yang lain.
Huruf “T” -> pengajaran salib.

Wahyu 14: 2-4
(14:2) Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya.
(14:3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.
(14:4) Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.

-       “Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru“, menunjukkan bahwa mereka berada dalam persekutuan yang indah dengan Tuhan atau melangsungkan hubungan intim antara tubuh dengan kepala, atau isteri dengan suami.
-       “Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan”, artinya tidak dicemari dengan hawa nafsu dan keinginan daging.
Alasan mereka tidak mencemari diri dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan, berarti suci di atas suci, mereka betul-betul menjaga kesucian mereka.
-       “Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi”, berarti tergembala dengan baik, dengan benar. Kalau domba-domba tergembala, maka yang terlihat dengan baik adalah;
a.     Dengar-dengaran
b.     Mengikuti gembala. Kalau mengikuti gembala, berarti gembala menjadi teladan.
-       “Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba.”  Hak kesulungan adalah ibadah dan pelayanan, berarti orang-orang yang menghargai ibadah dan pelayanan menjadi korban-korban sulung, dari antara manusia.

Wahyu 14: 5
(14:5) Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela.
Kemudian, di dalam mulut mereka tidak ada dusta, selain itu mereka tidak bercela, berarti terus menerus disucikan oleh air dan firman.
Inilah keadaan apabila berada di atas gunung Sion; menerima pengajaran salib dan menempuh jalan salib.

Hasilnya.
Yesaya 2: 2-3
(2:2) Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana,
(2:3) dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."

Hasil yang diperoleh apabila menerima pengajaran salib dari gunung Sion.
a.     Akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung.
Bandingkan dengan Wahyu 6: 14.
(6:14) Maka menyusutlah langit bagaikan gulungan kitab yang digulung dan tergeserlah gunung-gunung dan pulau-pulau dari tempatnya.
Pada saat Tuhan mengguncang bumi, menyusutlah langit, bagaikan gulungan kitab yang digulung, maka pada saat itu tergeserlah gunung-gunung dan pulau-pulau dari tempatnya.
Tergeser dari tempatnya, berarti tidak bertahan. Yang berdiri tegak di hulu gunung-gunung hanyalah gunung Sion. Tetaplah bertahan di atas gunung Sion sampai Tuhan datang pada kali yang kedua, sebab gunung-gunung lain yang tidak ada pengajaran salib di dalamnya akan tergeser bersama-sama dengan orang-orang yang beribadah di dalamnya.

b.     Menjulang tinggi di atas bukit-bukit”, artinya selama berada di atas gunung Sion, kita sanggup mengatasi segala pergumulan dan persoalan seberat apapun persoalan dan pergumulan yang kita hadapi.

Tetaplah berada di atas gunung Sion, terimalah pengajaran salib, supaya kita menempuh jalan salib, Yesus adalah jalan kebenaran dan hidup. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment