KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, January 24, 2018

IBADAH NATAL PPT (Persekutuan Pengajaran Tabernakel) Sesi ke I 28 Desember 2017

IBADAH NATAL PPT (Persekutuan Pengajaran Tabernakel) Sesi ke I
28 Desember 2017

Tema: Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. (Yohanes 1: 1)

Mula pertama saya ucapkan puji syukur kepada Tuhan, oleh karena kemurahan hati Tuhan kita diizinkan untuk melangsungkan Ibadah Natal Persekutuan Pengajaran Tabernakel atau ibadah Natal PPT, yang sudah terselenggara selama tiga natal berturut-turut, artinya masih seumur jagung, baru dua tahun berjalan.
Yang menjadi saksi pada saat dideklarasikan ada beberapa hamba Tuhan yang masih setia bersekutu dengan kami di tempat ini, Bapak Pdt. Nababan bersama rekan-rekan menjadi saksi, Pdt. Mulyadi menjadi saksi, kemudian yang lain yang tidak bisa saya sebut menjadi saksi terbentuknya atau berdirinya Persekutuan Pengajaran Tabernakel.

Tetapi dalam satu sisi, saya di dalam hati yang kecil ini, saya berdoa kepada Tuhan: “Jangan sampai PPT ini berhenti, jangan sampai ini berdiri karena keinginan daging saya, Tuhan”, sebab saya mendambakan dan merindukan Persekutuan Pengajaran Tabernakel ini, berjalan terus, bersama-sama kita untuk membawa Pengajaran Mempelai dalam terang-Nya Tabernakel.
Dan satu demi satu rekan-rekanku hamba Tuhan boleh bersekutu dengan kami di tempat ini, bukan karena kami lebih dari pada saudara, tetapi betul-betul kami mempunyai suatu kerinduan yang mendalam, mengingat kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi. Kalau saudara perhatikan, keadaan dunia sudah tidak menentu lagi, bukan saja di dalam negeri tetapi di luar negeri, di lima benua, tiap-tiap negara. Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia dilanda badai, banjir, tsunami, longsor, bagaimana mungkin kita bisa menghadapi hanya dengan berita berkat, berita pelipat gandaan uang di dalam gereja, itu tidak mungkin.
Yang bisa menyelamatkan manusia hanyalah salib, dari Alfa sampai kepada Omega, di tengah-tengahnya adalah salib. Yesus berkata; “Akulah jalan, kebenaran dan hidup”, harta kekayaan, uang, kedudukan, jabatan, ijazah yang tinggi tidak pernah berkata; “akulah jalan kebenaran dan hidup.”
Hari-hari ini kita harus lebih sungguh-sungguh lagi untuk beribadah dan melayani, menyerahkan diri kita kepada Tuhan sebagai korban dan persembahan kepada Tuhan, puji Tuhan.

Shalom saudaraku...
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita sekaliannya, salam di dalam kasih-Nya Tuhan kita Yesus Kristus.
Oleh karena kemurahan Tuhan, kita boleh dipersekutukan di dalam Dia, puji Tuhan.
Dan juga saya menyapa, anak-anak Tuhan, hamba-hamba Tuhan di dalam dan luar negeri yang senantiasa mengikuti tiga macam ibadah pokok, termasuk ibadah natal PPT malam ini, kiranya kita semua diberkati dalam dan luar negeri, anak-anak Tuhan, hamba-hamba Tuhan di mana saja berada.

Puji Tuhan. Kita kembali memperhatikan tema yang terpampang di depan ini. Kita akan memperhatikannya selama dua sesi berjalannya ibadah natal PPT ini, sesi pertama malam ini, besok pagi kita akan lanjutkan kembali (sesi ke II).
Kami dengan segala kerendahan hati melayani hamba-hamba Tuhan, sidang jemaat tidak tertutup kemungkinan juga, kami menyediakan penginapan bukan karena kami punya tetapi ada suatu kerinduan yang mendalam, mengingat kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi, puji Tuhan, itu saja.
Kami tidak merasa lebih dari hamba-hamba Tuhan, tidak, tetapi ada kerinduan yang mendalam, karena sasaran akhir dari ibadah dan pelayanan ini adalah pesta nikah Anak Domba, itu tidak bisa di pungkiri oleh gereja Tuhan (Wahyu 19:6-8). Pesta nikah Anak Domba, di mana Dia akan tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga sebab pengantin-Nya telah siap sedia, itu kerinduan kami.
Jadi, bukan semata-mata hanya perkara-perkara di bawah, perkara di bumi, yang ada ini, bukan, tetapi lebih dari pada itu, itu saja, tidak lebih, tidak kurang. Jadi tidak ada maksud-maksud yang lain, tidak ada maksud tandingan-tandingan dengan persekutuan yang lain, tidak, tetapi ada suatu kerinduan yang mendalam.

Kita akan melihat selama dua kali berjalannya ibadah persekutuan kita dengan tema yang sama. Kita perhatikan tema yang terpampang di depan ini, dengan segala kerendahan hati, seperti Maria, kita bawa hidup kita, supaya kita bisa menikmati kemurahan Tuhan malam ini.

Yohanes 1:1
(1:1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

Sebelum kita masuk lebih dalam, sebagai pendahuluan; dalam pengajaran Tabernakel, Injil Yohanes 1 ini terkena kepada pintu gerbang.
Arti rohani pintu gerbang adalah menerima = percaya kepada Yesus sebagai kepala lewat Injil atau firman yang akan kita terima malam ini.

Yohanes 1:12
(1:12) Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya

Tetapi semua orang yang menerima Yesus, diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya di dalam nama-Nya. Menerima Yesus berarti percaya di dalam nama-Nya.

Efesus 1:22-23
(1:22) Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada.
(1:23) Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.

Percaya kepada Kristus sebagai kepala yang berkuasa yang menyelamatkan tubuh. Itulah Injil Yohanes 1. Kalau dikaitkan dengan pelajaran Tabernakel terkena kepada pintu gerbang (percaya), menerima Yesus dan percaya, Dialah kepala yang menyelamatkan tubuh. Itu pendahuluan.

Kita kembali memperhatikan Injil Yohanes 1: 1, supaya kalau kita mulai dari pintu gerbang, pelayanan itu akan mengarah terus sampai kepada Kristus sebagai kepala.
Yohanes 1:1
(1:1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

Kalimat pertama: “Pada mulanya adalah firman”, kemudian kalimat yang kedua: “firman itu bersama-sama dengan Allah”, seolah-olah ada dua oknum antara firman dengan Allah, tetapi pada saat kalimat yang ketiga, ternyata; “Firman itu adalah Allah.”

Malam ini kita fokus memperhatikan kalimat yang pertama; “pada mulanya adalah firman”
Pada mulanya adalah Firman, berarti; telah terjadi natal, sedangkan Injil Yohanes 1:14... “Firman itu telah menjadi manusia = natal.

Untuk mengetahui kebenaran dari ayat ini, kita lihat dulu kalimat yang sama pada ayat yang lain.
Kejadian 1:1
(1:1) Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.

Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
Kalimat ini menimbulkan pertanyaan di dalam hati, manakah yang terlebih dahulu? pada mulanya adalah firman atau pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi?
Dulu awal mula melayani Tuhan, jujur saja, saya bingung dengan kalimat yang sama pada Injil Yohanes 1 dengan Kejadian 1:1.
Dalam Injil Yohanes 1 “Pada mulanya adalah firman”, sedangkan dalam Kejadian 1:1 “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.”
Jadi, kalimat ini menimbulkan pertanyaan di dalam hati saya, mana yang terlebih dahulu; apakah pada mulanya adalah firman atau pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi?

Untuk itu, supaya kita mendapatkan jawaban yang pasti, kita kembali memperhatikan Injil Yohanes 1: 1
(1:1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

Kalimat yang pertama; “Pada mulanya adalah Firman”, berarti natal telah terjadi, sudah terjadi.
Kemudian kalimat kedua; “Firman itu bersama-sama dengan Allah.” Seolah-olah ada dua oknum, antara firman Allah dan Allah.
Kalimat ketiga: “Firman itu adalah Allah”, berarti yang terlebih dahulu adalah firman, sebab firman itu adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi dan segala isinya, itu yang terlebih dahulu.

Langit bumi dan segala isinya itu ciptaaan Tuhan, hasil karya. Jadi, yang terlebih dahulu adalah firman, yang terutama di dalam hidup ini adalah firman, bukan hasil karya, bukan yang ada ini, bukan kedudukan dan jabatan, bukan harta dan kekayaan, bukan ijazah yang tinggi. Biarlah kita semua belajar untuk mendahulukan firman dari segala sesuatu, berarti telah terjadi natal.

Saya sangat bersyukur, saya banyak diajar oleh pengajaran Mempelai untuk terus mendahulukan firman dari segala yang ada, dahulukan ibadah, dahulukan pelayanan dari uang. Saya banyak diajar oleh Tuhan, semoga kita sama-sama belajar dari firman Tuhan. Bukan saya yang lebih baik, firman yang lebih baik, saya masih banyak kekurangan.

Supaya penjelasan ini lebih akurat harus dibuktikan dengan Amsal 8:22.
(8:22) TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala.

“Tuhan telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya”, inilah pengakuan Yesus sebagai Anak Tunggal. Pengakuan ini perlu kita beri apresiasi setinggi-tingginya. Berarti, belajar untuk mendahulukan firman dari segala yang ada.

Amsal 8:23-26
(8:23) Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada.
(8:24) Sebelum air samudera raya ada, aku telah lahir, sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air.
(8:25) Sebelum gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu dari pada bukit-bukit aku telah lahir;
(8:26) sebelum Ia membuat bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran yang pertama.

Bukti bahwa yang pertama-tama adalah firman, antara lain;
-     Sebelum air samudera raya ada.
-     Sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air (mata air).
-     Sebelum gunung-gunung tertanam.
-     Sebelum bukit-bukit.
-     Sebelum Allah membuat bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran yang pertama.
Yesus berkata sebanyk dua kali; “Aku telah lahir.”  

Pernyataan dua kali itu peneguhan bahwa yang harus kita dahulukan adalah firman Allah dari segala yang ada ini. Itu saya ajar kepada sidang jemaat, apalagi yang melayani tiga macam ibadah pokok, nomor satu ibadah. Yang buka usaha tutup, yang kuliah ibadah sungguh-sungguh.
Satu kali ada imam-imam yang tidak sungguh-sungguh, dengan terpaksa saya turunkan langsung, sebab yang terlebih dahulu adalah firman. Dua kali pengakuan “Aku telah lahir” itu peneguhan.

Amsal 8:27-29
(8:27) Ketika Ia mempersiapkan langit, aku di sana, ketika Ia menggaris kaki langit pada permukaan air samudera raya,
(8:28) ketika Ia menetapkan awan-awan di atas, dan mata air samudera raya meluap dengan deras,
(8:29) ketika Ia menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titah-Nya, dan ketika Ia menetapkan dasar-dasar bumi,

Proses ketika terjadi penciptaan antara lain;
-       Ketika Tuhan mempersiapkan langit.
-       Ketika Tuhan menggaris kaki langit pada permukaan air samudera raya.
-       Ketika Tuhan menetapkan awan-awan di atas.
-       Ketika mata air samudera raya meluap dengan deras.
-       Ketika Tuhan menentukan batas kepada laut.
-       Ketika Tuhan menetapkan dasar-dasar bumi.
Yesus berkata; “Aku di sana.”  
Jadi, segala sesuatu yang kita kerjakan, firman saksinya. Yesus ada di sana asal kita mendahulukan natal, asal kita mendahulukan firman, Yesus ada di sana, firman ada di sana.

Dulu awal memulai pelayanan saya sedikit ketar ketir, “Tuhan bagaimana saya memulai pelayanan di Provinsi Banten yang begitu keras sekali.” Belum ada sidang jemaat, belum ada kolekte, saya harus jalan kaki dari door to door, dari perumahan satu ke perumahan yang lain, kota Serang, kota Cilegon saya kelilingi, sampai ke Merak jalan kaki, hanya bisa menangis, menangis, menangis, tetapi hari demi hari firman Tuhan terus mengajar saya.
Yesus berkata: “Aku di sana” Jadi ketika proses penciptaan itu, saksinya adalah Yesus, firman itu sendiri, Dia ada di sana.

Amsal 8:30
(8:30) aku ada serta-Nya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi kesenangan-Nya, dan senantiasa bermain-main di hadapan-Nya;

Sebagai Anak, Yesus selalu bersama-sama dengan Bapa dan Bapa selalu bersama dengan firman, itu tidak boleh dilupakan, pada saat langit, bumi dan isinya diciptakan.

Matius 6:31-33
(6:31) Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
(6:32) Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
(6:33) Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Perhatikan kalimat: “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya” = mendahulukan firman Tuhan, di dalam Kerajaan Sorga ada kebenaran, itulah firman.
Orang yang mendahulukan firman Tuhan; tidak kuatir soal apa yang akan dimakan, apa yang akan diminum, tidak kuatir soal apa yang akan dipakai.
Kalau saja saya hamba Tuhan yang sudah melayani Tuhan mendahulukan firman; tidak kuatir soal makanan, tidak kuatir soal minuman dan tidak kuatir dengan apa yang dipakai, tidak kuatir dengan apa yang ada ini, itu pengalaman saya. Betul. Saya tidak mengadopsi pengalaman orang, itu pengalaman saya.

Roma 14:16-18
(14:16) Apa yang baik, yang kamu miliki, janganlah kamu biarkan difitnah.
(14:17) Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
(14:18) Karena barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia.

Tidak usah takut soal apa yang dimakan, diminum. Layani Tuhan dengan sistem Kerajaan Sorga, sehingga dikenan Tuhan, kemudian dihormati manusia.

Sebab itu saya belajar untuk menghormati hamba-hamba Tuhan siapa pun yang datang. Dulu saya awal melayani, seperti orang yang baru belajar karate, ada tiang listrik di pinggir jalan dikaratekan semua, ada pohon-pohon besar dikaratekan semua, itu dulu. Tetapi semakin ke sini saya banyak diajar oleh firman.
Dulu saya kurang hormat kepada hamba-hamba Tuhan termasuk kepada Pendeta Si ringo-Ringo seringkali saya banyak menggurui. “Mohon maaf ya bapa pendeta Siringo-ringo. Amin, Pendeta Siringo-ringo?” Seringkali saya menggurui tetapi semakin ke sini, saya semakin diajar firman. Tuhan saja yang benar. Kalau saya mungkin ada kurang hormat kepada rekan-rekan, mohon maaf sebesar-besarnya.
Kalau kita melayani Tuhan dengan sistim Kerajaan Sorga; mendahulukan firman (natal telah terjadi), dikenan oleh Tuhan. Tidak cukup di situ, lanjut; dihormati manusia.

Sebab itu pada ayat 16 dikatakan di sini; “Apa yang baik, yang kamu miliki, janganlah kamu biarkan difitnah”, oleh sebab itu dahulukan firman.
Kalau kita mendahulukan yang ada ini, mendahulukan uang, harta, kekayaan, Tuhan tidak kenan kita, dan tidak ada yang menghormati hamba Tuhan yang semacam ini. Jangankan orang lain, sidang jemaat pun tidak hormat kepada gembala yang seperti ini.
Biarlah kita semua melayani Tuhan dengan sistem Kerajaan Sorga; mendahulukan firman. Kerajaan Sorga bukan soal makan, minum dan pakaian, kalau saya keiling-keliling bisa, ke Pendeta Siringo-Ringo, Pendeta mana saja bisa, tetapi saya tidak mau lakukan itu, lebih utama mendahulukan firman, mendahulukan ibadah dalam kandang penggembalaan ini. Puji Tuhan, kiranya dapat dipahami dengan baik.

Tadi natal telah terjadi sebab “Pada mulanya adalah firman.” Dikenan Tuhan, dihormati manusia.
Melayani dengan sistem Kerajaan Sorga, pertahankan ini.
Tuhan meneguhkan saya dari ayat ini semoga itu juga menjadi berkat bagi kita semua.

Amsal 8:28-29
(8:28) ketika Ia menetapkan awan-awan di atas, dan mata air samudera raya meluap dengan deras,
(8:29) ketika Ia menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titah-Nya, dan ketika Ia menetapkan dasar-dasar bumi,

Tuhan menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titah-Nya.
Laut tidak boleh keluar dari batas yang telah ditentukan oleh Tuhan. Kalau keluar dari situ, berarti melanggar firman, berarti kita harus terus mendahulukan firman. Tujuannya; supaya jangan melanggar firman Tuhan.
Jadi, apa yang baik, yang kita miliki jangan biarkan difitnah orang.

Kejadian 1:9
(1:9) Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering." Dan jadilah demikian.

Berfirmanlah Allah; semua air yang di bawah langit ini berkumpul pada satu tempat, itu tadi sudah ditentukan, tidak boleh keluar, supaya apa? Supaya yang kering kelihatan. Berarti sinkron dengan Amsal 8:28-29.

Kejadian 1:10
(1:10) Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.

Jadi, ketika air berkumpul pada satu tempat, kelihatanlah yang kering = ketika Tuhan menetapkan apa yang ditentukannya itu (laut tidak boleh keluar dari batasnya itu), kelihatanlah yang kering.
Maka Tuhan menamai yang kering itu darat, sedangkan kumpulan air itu laut. Lalu kemudian Allah melihat bahwa semua itu baik.

Natal harus terus terjadi. Melayani dengan sistim Kerajaan Sorga, berarti dahulukan firman, sebab di dalam Karajaan Sorga ada kebenaran.
Saudaraku, lewat ibadah natal persekutuan PPT ini, di sini Tuhan berhadirat, inilah takhta Tuhan, di sinilah kebenaran itu kita nantikan, maka kita belajar untuk terus mendahulukan firman dari apa yang kita terima malam ini.
Hati-hati, jangan keluar dari sana, nanti difitnah oleh orang lain. Jangankan orang lain, jemaat sendiri bisa memfitnah kita dan itu banyak terjadi.

Kejadian 7:18-20
(7:18) Ketika air itu makin bertambah-tambah dan naik dengan hebatnya di atas bumi, terapung-apunglah bahtera itu di muka air.
(7:19) Dan air itu sangat hebatnya bertambah-tambah meliputi bumi, dan ditutupinyalah segala gunung tinggi di seluruh kolong langit,
(7:20) sampai lima belas hasta di atasnya bertambah-tambah air itu, sehingga gunung-gunung ditutupinya.

Pada zaman Nuh, air bah pernah terjadi selama 150 hari, lalu air bah itu meliputi bumi, bukan hanya bumi, bahkan menutupi segala gunung, berarti dengan kata lain tidak kelihatan daratan, tidak kelihatan lagi yang kering.
Kesimpulannya; kumpulan air telah keluar dari batas yang telah ditentukan oleh Tuhan, sehingga yang kering (darat) tidak kelihatan lagi, bahkan gunung-gunung tempat beribadah pun dilewati oleh air bah itu. Berarti, sudah melampaui batas-batas yang ditentukan oleh Tuhan  melanggar firman.

Kejadian 7:21-24
(7:21) Lalu mati binasalah segala yang hidup, yang bergerak di bumi, burung-burung, ternak dan binatang liar dan segala binatang merayap, yang berkeriapan di bumi, serta semua manusia.
(7:22) Matilah segala yang ada nafas hidup dalam hidungnya, segala yang ada di darat.
(7:23) Demikianlah dihapuskan Allah segala yang ada, segala yang di muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang melata dan burung-burung di udara, sehingga semuanya itu dihapuskan dari atas bumi; hanya Nuh yang tinggal hidup dan semua yang bersama-sama dengan dia dalam bahtera itu.
(7:24) Dan berkuasalah air itu di atas bumi seratus lima puluh hari lamanya.

Pada saat kumpulan air (laut) keluar dari batas yang ditentukan, yang terjadi adalah kematian (kebinasaan).
Matilah semua yang bernafas, manusia sampai binatang bahkan sampai kepada burung-burung, binasa.
Maka, tadi saya himbau; ayo kita belajar sama-sama, saya juga belajar kok. Hari-hari saya belajar terus. Belajar dari firman, belajar dari kehidupan.

Air bah pernah terjadi di Aceh banyak jiwa binasa. Saya pernah menonton di televise; tsunami di Jepang, ketika kumpulan air keluar dari batas yang ditentukan, semua digeser, diseret. Kapal yang besar pindah tempat sampai ke gunung, di Aceh. Mengerikan sekali kalau kita tidak mendahulukan firman.

Kita lihat AIR BAH YANG SESUNGGUHNYA.
Kejadian 6:1-2
(6:1) Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahir anak-anak perempuan,
(6:2) maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka.

“Anak-anak Allah mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan (yang cantik), siapa saja yang disukai mereka” = dosa kenajisan.
Dan hari-hari ini air bah sudah keluar dari batasnya sehingga yang kering itu (daratan itu), sudah tidak kelihatan lagi. Dosa kenajisan sudah melanda dunia, bukan hanya di luar negeri, di Indonesia, bukan hanya di kota, juga di desa, bukan hanya orang kaya, juga  orang miskin, bukan hanya orang yang gagah (cakap), tetapi yang jelek sekalipun sudah dilanda oleh air bah, kumpulan air itu sudah keluar dari batasnya.
Dulu mungkin hanya bagian dari konglomerat, sekarang tidak, yang miskin pun dilanda oleh air bah. Tadi kita sudah lihat bukan hanya daratan, gunungpun dilanda, tempat-tempat beribadahpun dilanda, alasannya; Tuhan tidak melihat pakaian, tetapi  hatimu, sehingga dibiarkan rok-rok pendek melayani Tuhan, Tuhan tidak lihat pakaian, akhirnya pakaian dari perempuan bentuk V di belakang (punggung kelihatan), kemudian roknya pendek dan sexi sekali, hebat sudah hamba-hamba Tuhan mengucapkan kata-kata itu. Hebat.
Itulah yang terjadi apabila kumpulan air (laut) keluar dari batas yang ditentukan oleh Tuhan.

Kita belajar untuk jujur kepada firman Tuhan, bukan jujur kepada jemaat, tetapi kepada Tuhan. Saya bisa pura-pura baik kepada jemaat tetapi apalah arti hidupku di hadapan Tuhan? Tidak berguna. Orang jujur, polos, dipimpin oleh ketulusan hatinya.
Mohon maaf ya saudaraku, kalau mungkin sedikit tertusuk hati, mohonlah dimaafkan. Saya tidak ada maksud untuk menyinggung, tetapi ini firman tidak boleh saya kurangi, itu saja, sebab kita melayani bukan untuk menyukakan hati manusia melainkan menyukakan hati Tuhan.
Mohon maaf mertuaku yang datang dari Semarang, ada juga orang tua yang melahirkan saya, bukan maksud saya menggurui, tetapi ini firman.

Kejadian 6:3
(6:3) Berfirmanlah TUHAN: "Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja."

Tadi Kerajaan Sorga bukan soal makan, dan bukan soal minum dan pakaian tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita, tiga hal ini dikerjakan oleh Roh Kudus.
Saat ini kita berada dalam kegiatan Roh, saat ini kita berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, di dalamnya ada; kebenaran, damai sejahtera dan sukacita, itu kegiatan Roh tetapi karena manusia itu kegiatannya daging, maka Tuhan ambil Roh-Nya. Kalau Tuhan ambil Roh-Nya, maka ibadah ini liturgis, ibadah ini rutinitas, ibarat mempersembahkan tubuh jasmani kepada Tuhan, tetapi hatinya tidak dipersembahkan, kepada Tuhan (merantau ke mana-mana). Tubuhnya ada di sini, tetapi hatinya jauh dari firman Pengajaran.
Dari tadi, dari awal saja, saya sudah menangis; “Tuhan, jangan ambil Roh-Mu, Tuhan, apalah saya Daniel ini tidak bisa apa-apa, saya ini manusia biasa tidak bisa apa-apa”, itu yang saya tangisi.
Setiap kali ibadah, itu yang saya doakan; “Jangan ambil Roh-Mu ya Tuhan. Jangan ambil Roh-Mu, Tuhan, supaya ibadah ini jangan listurgis.

Sekarang kita lihat; Contoh ketika kumpulan air (laut) keluar dari batas yang ditentukan Tuhan.
Tadinya ia mendahulukan firman; natal terus terjadi di dalam hidupnya. Sekali waktu kumpulan air (laut) keluar dari batas yang ditentukan Tuhan, mari kita lihat contoh itu...
2 Samuel 12:9-10
(12:9) Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon.
(12:10) Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu.

Daud mengambil isteri Uria orang Het itulah Batsyeba, berarti kumpulan air (laut) telah keluar dari batas yang telah ditentukan oleh Tuhan.

Konsekuensi dari dosa kenajisan ini;
-       “Pedang tidak akan menyingkir dari keturunan Daud.”
Setelah Daud mati, yang duduk di atas takhta adalah Salomo yang lahir dari rahim  Batsyeba itu sendiri. Pendek cerita Salomo mati dilanjutkan dengan anaknya itulah Rehabeam, tetapi oleh karena janji Allah kepada Daud soal Bait Allah, maka Tuhan berikanlah dulu damai sejahtera dan berkat-berkat kepada Salomo, tetapi setelah Rehabeam menjadi raja, kerajaan itu pecah menjadi dua; kerajaan Yehuda, dan kerajaan Israel.
Tetapi kalau kita amat-amati, pedang tidak pernah menyingkir dari keturunan Daud. Kemudian, di kerajaan Yehuda yang duduk di atas takhta tetap keturunan Daud, tidak bisa beralih kepada siapapun, tetapi kerajaan Israel, raja yang duduk di atas takhta itu silih berganti, jadi sistemnya itu kudeta, siapa yang kuat itu jadi raja.
Jadi, pedang tidak pernah berhenti menyingkir dari keturunan Daud. Sampai pada akhirnya Yehudapun dibuang ke Babel diperbudak selama 70 tahun. Itu konsekuensi kalau laut keluar dari batas yang ditentukan oleh Tuhan.

-       “Malapetaka menimpa keluarga Daud.”
Dalam 2 Samuel 13 Amnon memperkosa Tamar, saudarinya, beda ibu. Kemudian di 2 Samuel 13: 23-29 Absalom kaka kandung Tamar membunuh Amnon, lalu Absalom pun melarikan diri, dia ketakutan. Tidak berhenti sampai di situ, di dalam 2 Samuel 15: 1-12, Absalom mengadakan persepakatan gelap karena dia ingin menjadi raja menggantikan Daud, ayahnya. Jadi, betul-betul malapetaka menimpa keluarga Daud.
Pemerkosaan yang pertama Amnon kepada saudarinya, kemudian kakak kandung Tamar tidak terima, itulah Absalom, lalu dia membunuh Amnon, lalu melarikan diri. Setelah kembali, dia ingin kudeta, mengambil alih kerajaan, Absalom ingin menjadi raja menggantikan Daud. Itu konsekuensi setelah Daud jatuh dalam perzinahan, sampai pada ayat 14 ...
2 Samuel 15:14
(15:14) Kemudian berbicaralah Daud kepada semua pegawainya yang ada bersama-sama dengan dia di Yerusalem: "Bersiaplah, marilah kita melarikan diri, sebab jangan-jangan kita tidak akan luput dari pada Absalom. Pergilah dengan segera, supaya ia jangan dapat lekas menyusul kita, dan mendatangkan celaka atas kita dan memukul kota ini dengan mata pedang!"

Daudpun melarikan diri dari anaknya, Absalom. Daud ketakutan kepada anaknya sendiri.
Jadi, betul-betul malapateka itu menimpa keluarga Daud.

Kemudian, 2 Samuel 18:1-8 Absalom terpukul kalah dan mati, Daudpun mengalami kesedihan. Akhir dari sebuah episode yang sangat mengerikan sekali, akhir dari sebuah episode yang sangat menyedihkan sekali.
Itu konsekuensi kalau laut keluar dari batas yang ditentukan oleh Tuhan.

Tidak usah takut saudaraku, dahulukan saja firman, natal terus terjadi.
Satu kali saya pernah bersaksi kepada pendeta Agus dari Surabaya, sebelum ada jiwa.
Saya pernah kotbahi batu, seorang pemuda tinggal bersama dengan saya, heran mungkin, dia belum pernah melihat hamba Tuhan yang seperti ini, kok batu dikotbahi.
Saya bilang saya bukan orang stress, saya belajar dahulukan firman. Saya ceritakan kepada pendeta Agus, kami saling menguatkan. Asal kita dahulukan firman, tidak usah putus asa.
Barangkali lebih dari kesaksian yang saya punya ini mungkin sudah saudara alami, saya hanya menyaksikan apa yang saya alami saja.

Tadi kita sudah melihat akhir dari sebuah episode sangat menyedihkan sekali, semoga itu tidak menimpa kehidupan kita, keturunan kita, keluarga kita masing-masing.

Mari kita perhatikan jalan keluarnya supaya kita lepas dari akhir episode yang sangat menyedihkan tadi. Tetapi boleh juga saya tambahkan, tanpa kita baca;
Tuhan membentuk Adam dan istrinya lalu ditempatkan di taman Eden hanya satu tujuannya; untuk mengusahakan dan memeliharakan taman Eden. Tetapi untuk mengusahakan dan memeliharakan taman Eden ada dua ketentuan;
1.     Semua pohon yang ada di taman ini bebas kau makan buahnya.”
2.     “Tetapi pohon yang baik dan yang jahat jangan kau makan buahnya. Kalau melanggar ya konsekuensinya mati.”
Berarti; Adam dan Hawa tetap harus mendahulukan firman, ketentuan yang ditetapkan oleh Tuhan.

Jadi, sidang jemaat, imam-imam juga, harus tetap mengikuti ketentuan-ketentuan yang ada di dalam penggembalaan, tidak boleh seenaknya dan gembala tidak boleh takut.
Saya yakin kita semua tidak takut karena kita belajar mendahulukan firman. Kita mengusahakan taman Eden dengan segala ketentuan yang ada, tetapi begitu keluar dari batas yang ditentukan Tuhan; Adam telanjang, setelah telanjang, Adam ketakutan.
Apa ciri ketakutan? Suka menyembunyikan dosa. Setelah itu diusir dari taman Eden. Yang ada kesedihan, ratap tangis dan duka cita. akhir episode ini dialami oleh Daud.

Mari kita lihat jalan keluarnya sekarang.
Tadi pada mulanya adalah firman, Natal telah terjadi, tetapi rupanya kumpulan air (laut) keluar dari batas yang telah ditentukan, akhirnya dukacita bahkan sampai kepada kematian nantinya, sebab upah dosa adalah maut. Ayo, kita perhatikan jalan keluarnya.

Jalan keluar.
Yohanes 1:14
(1:14) Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Firman itu telah menjadi manusia = natal, berarti Yesus lahir.
Untung ada ayat 14 ini, kalau hanya ayat 1 tanpa ayat 14, kita binasa.
“Pada mulanya adalah Allah”,  berarti natal telah terjadi tetapi sudah rusak, berakhir dengan kesedihan. Ayo kembali lagi ke Natal, kembali mendahulukan firman.

Ketika kita mendahulukan firman, kita dapat melihat kemuliaan Allah.
Pertanyaannya; Mengapa kita dapat melihat kemuliaan Allah, setelah kembali ke Natal, setelah kembali mendahulukan firman?
Jawabnya; karena di dalam firman itu ada dua hal;
-       Di dalam firman ada kasih karunia.
-       Di dalam firman ada kebenaran.
Di dalam natal ada kasih karunia, ada kebenaran. Mari kita ikuti kedua hal ini.

Tentang: kasih karunia.
Yang Pertama.
Matius 15:21-22
(15:21) Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon.
(15:22) Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita."

Perempuan Kanaan memohon belas kasih kepada Tuhan.

Matius 15:23-24
(15:23) Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: "Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak."
(15:24) Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."

Ketika perempuan Kanaan ini memohon belas kasih, Yesus menjawab; "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."
Saya kira Yesus tidak hanya diutus untuk bangsa Israel tetapi juga untuk bangsa kafir, tetapi ini perlu harus dipahami bukan berarti Tuhan salah mengatakan ini, ada maksud Tuhan di balik perkataan-Nya itu.

Matius 15:25-26
(15:25) Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku."
(15:26) Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing."

Perempuan Kanaan tidak berhenti memohon belas kasih, dia tetap berkata: “Tuhan, tolonglah aku.
Jawab Yesus yang kedua; “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing."  

Perempuan Kanaan sebagai bangsa kafir, digambarkan seperti anjing.
Tabiat dari anjing;
-       Yang pertama; Menyukai borok...Lukas 16:21. Menyukai kelemahan orang lain akhirnya terjadi nyanyian berbalas-balasan, kejahatan dibalas dengan kejahatan.
-       Tabiat anjing yang kedua; Mengulangi kesalahan yang sama... 2 Petrus 2:22-23.
-       Tabiat anjing yang ketiga; Liar, tidak tergembala ... Yohanes 10:12.
Bayangkan, begitu kerasnya Yesus berkata kepada perempuan Kanaan tersebut.

Lihat; Reaksi dari perempuan Kanaan...
Matius 15:27
(15:27) Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya."

Perempuan Kanaan tersebut mengakui dan berkata; Benar Tuhan”, artinya; dia menyadari diri sebagai bangsa kafir dengan tabiat anjng, dia tidak panas hati.

Ada kalanya ketika ditegur kita memberontak, tidak sadar kalau kita salah (tidak sadar sebagai bangsa kafir).
Itu sebabnya saya lebih banyak berdiam di hadapan hamba - hamba Tuhan hari-hari ini, mau bilang apa ya terserah sekalipun ada sesuatu yang tidak masuk akal.
Mohon maaf dulu, minyak ditumpahi di jalan-jalan untuk mendoakan kota, kan tidak sesuai dengan firman toh, tetapi saya diam. Kalau urapan dari minyak goreng, aduh.... !
Urapan itu sumbernya dari salib, minyak dari tabung tanduk dituangkan ke atas kepala Daud, sedangkan pengurapan dari Saul minyak dituangkan dari buli-buli tanah liat. Jadi, tanduk dijadikan tabung minyak, maka terlebih dahulu menyembelih seekor domba.
Domba yang disembelih -> pribadi Yesus Kristus yang disalibkan.
Sedangkan buli-buli tanah liat -> daging dengan tabiat-tabiatnya.
Bukan maksud menghakimi, doa keliling ditumpahi minyak di situ. Mengapa tidak dikasih ke rumah saya? Saya bilang; terima kasih, Tuhan memberkatimu, pasti doa saya didengar Tuhan  Tetapi sekalipun saya melihat kesalahan seperti itu, saya diam, sudahlah, sebab kalau nanti diluruskan jadi ramai dan menjadi perselisihan/pertengkaran.

Selanjutnya, perempuan Kanaan berkata: “Namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” Artinya: perempuan Kanaan mau menghargai firman/mendahulukan firman.

Matius 15:28
(15:28) Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh.

“Dan seketika itu juga anaknya sembuh.”
Kalau kita belajar untuk mendahulukan firman dengan tindakan iman, semua selesai, itulah kasih karunia.
Kasih karunia = kemurahan = yang tidak layak menjadi layak.
Bangsa kafir menghargai firman (mendahulukan firman) dan disembuhkan, itu kemurahan double.

Tentang: kasih karunia.
Yang Kedua.
Yohanes 8:1-5
(8:1) tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun.
(8:2) Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.
(8:3) Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.
(8:4) Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.
(8:5) Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"

Di sini kita melihat ada seorang perempuan kedapatan berbuat zinah waktu pagi hari. Lalu ahli Taurat dan orang farisi menarik, menggeret lalu dilemparkan di hadapan Yesus, dan berkata; “Menurut hukum Taurat perempuan seperti ini harus dilempari (dengan batu) sampai mati.”

Kemudian ...
Yohanes 8:6
(8:6) Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.

Mendengar pernyataan itu Yesus segera membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.
Ini pelajaran yang sangat baik untuk kita mendapatkan kasih karunia itu.

Yohanes 8:7-8
(8:7) Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
(8:8) Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.

Karena Dia didesak, lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata; "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
Setelah mengucapkan kata-kata itu, Yesus kembali membungkuk lalu menulis di tanah.

Yohanes 8:9
(8:9) Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.

Tanpa berselisih, ahli Taurat, dan juga orang-orang Farisi mengundurkan diri satu persatu.
Jadi, orang pintar, orang hebat, ahli, tidak perlu dilawan dengan kepintaran, tunjukkan saja salib, sebab tujuan untuk memperoleh kasih karunia, bukan dengan cara yang lain-lain.

Yohanes 8:10-11
(8:10) Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?"
(8:11) Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."

Setelah orang-orang itu pergi barulah Yesus bangkit berdiri, lalu bertanya; "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" Jawab perempuan itu: "Tidak ada, Tuhan."
Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau, pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." Lepas dari hukum Taurat; itu kasih karunia.
Membungkuk dan bangkit -> pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus = kasih karunia.
Tetapi syarat untuk hidup di dalam kasih karunia; jangan berbuat lagi.

Diawal saya melayani saya banyak salah, kasih karunia bagian saya sekarang, karena dosa saya diampuni, tetapi konsekuensinya juga banyak saya alami, tetapi sekarang kasih karunia bagian saya, asal jangan mengulangi lagi, itu saja, jangan bertahan di dalam kebodohan itu, maka kasih karunia permanen.

Barulah kita membaca ...
Yohanes 1:16
(1:16) Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia;

Dari kepenuhan Yesus kita telah menerima kasih karunia demi kasih karunia, dari kasih karunia yang satu kita dibawa kepada kasih karunia yang lain.
Dosa dusta, sudah berhenti, itu kasih karunia, kemudian, dosa mencuri berhenti, itu kasih karunia, dosa satu berhenti, dosa lain berhenti, dosa, dosa, dosa, berhenti, itu kasih karunia. Dari kasih karunia yang satu di kita bawah kepada kasih karunia yang lain, terus terus terus sampai dibawa kepada kesempurnaan.

Sekarang kita akan melihat tentang perempuan yang terkenal berbuat dosa…
Simon si kusta mengundang Yesus makan di rumahnya, tetapi hanya sebatas makan, orang kaya kelebihannya begitu, setelah itu seenaknya ngomong. Hati-hati ya. Kita ini semua punya sidang jemaat, hati-hati dengan itu. Kita juga hamba Tuhan jangan setelah kita traktir lalu seenake ngomong, seenake dewek, hati-hati.
Tetapi di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal karena dosa, setelah mendengar bahwa Yesus ada di rumah Simon, dia datang ke rumah itu dan bertindak tiga hal;
“Membasahi kaki Yesus dengan air mata”, lalu disekanya dengan rambutnya, itu yang pertama.
Yang kedua; “Tidak berhenti mencium kaki Yesus.”
Yang ketiga; Membuka buli-buli pualam berisi minyak yang berharga, dan meminyaki kaki Yesus.

Lalu melihat situasi itu Simon si kusta berkata-kata di dalam hati; kalau Dia ini nabi, pasti dia ini tahu perempuan ini siapa.
Yesus tahu bahwa Simon si kusta ini merasa diri paling benar. Kusta itu putih tetapi penyakit, kebenaran diri sendiri itu penyakit.
Lalu Tuhan berkata; Simon ada dua orang berhutang kepada si pelepas hutang, satu orang 50 dinar, satu orang lagi 500 dinar, lalu karena keduanya ini tidak bisa membayar hutangnya, siapa kira-kira yang akan mengasihi dari antara kedua orang itu. Jawab Simon si kusta; saya kira orang yang banyak hutangnya itu, yang banyak berbuat kasih. Yesus berkata; tepat apa yang kamu katakan.
Secara logika kita semua pintar, tetapi prakteknya dia tidak banyak berbuat kasih. Lalu Yesus berkata; Aku datang kamu tidak menyambut Aku dengan mencium pipi kiri dan pipi kanan, tetapi dari tadi dia tidak berhenti mencium kaki-Ku.
Hal yang wajar tidak dapat dilakukan Simon si kusta. Kemudian, Yesus berkata: Aku datang, engkau tidak meminyaki kepalaku, tetapi dia meminyaki kakiku. Engkau tidak bawa air mencuci kaki-Ku, tetapi dia tidak berhenti membasahi dengan air mata dan menyekanya dengan rambut, maka dosanya yang besar itu diampuni. Siapa banyak diampuni, banyak berbuat kasih. Sedikit diampuni, sedikit berbuat kasih.
Kalau diukur menurut kasih karunia, perempuan yang terkenal berbuat dosa limpah kasih karunia. Buktinya apa? Banyak berbuat kasih. Ukurannya di situ.

Yohanes 1:17
(1:17) sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.

Kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. Inilah kasih karunia itu.
Saya kira kita semua dengan mudah sekali mengerti karena saudara juga paham, tetapi moment ini untuk mengingatkan, menguatkan kita kembali, itu saja. Itulah sedikit tentang kasih karunia.

Tentang: kebenaran.
Yohanes 18:37-38a
(18:37) Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Jadi Engkau adalah raja?" Jawab Yesus: "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku."
(18:38) Kata Pilatus kepada-Nya: "Apakah kebenaran itu?"

Yesus memberitahukan bahwa Dia lahir untuk menyatakan diri sebagai Raja.
Kemudian, datang ke dunia untuk bersaksi tentang kebenaran. Jadi, Yesus lahir untuk menjadi Raja dan menyatakan/membawa kebenaran di bumi. Sementara Raja yang pertama adalah Herodes tidak hidup di dalam kebenaran, anak-anak berumur dua tahun di Betlehem. Selain itu, Herodes disebut juga si serigala. Pekerjaan serigala; menerkam dan mencerai-beraikan kawanan domba.

Tetapi aneh sekali, Pilatus berkata kepada Yesus; “Apakah kebenaran itu?” Pilatus orang besar, tidak tahu tentang kebenaran, itu sangat aneh.
Tetapi ada lagi yang lebih aneh kalau kita acuh tak acuh saat dengar firman, itu yang lebih aneh. Kalau Pilatus itu bangsa romawi, kita memang sama-sama bangsa kafir, tetapi kita sudah ada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan (Kerajaan Sorga), Allah bertakhta, di dalamnya ada kebenaran.
Sudah lama terima Pengajaran Mempelai, tetapi masih acuh tak acuh, itu yang paling aneh menurut saya.

Sebagai bukti bahwa Pilatus betul-betul tidak mengenal kebenaran.
Yang Pertama.
Yohanes 18:29-31
(18:29) Sebab itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata: "Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?"
(18:30) Jawab mereka kepadanya: "Jikalau Ia bukan seorang penjahat, kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu!"
(18:31) Kata Pilatus kepada mereka: "Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu." Kata orang-orang Yahudi itu: "Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang."

Bukti bahwa Pilatus tidak mengerti kebenaran...
Pada saat Yesus diserahkan untuk diadili di hadapan Pilatus, Pilatus berkata; "Ambillah Dia, hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu" = melepaskan diri dari tanggung jawab.

Kalau seorang Imam berusaha untuk melepaskan  diri dari tanggung jawab yang dipercayakan oleh Tuhan =  ibadah lahiriah = berada di bawah hukum Taurat, ibadah Taurat.
Jawab orang Yahudi; kami tidak diperbolehkan membunuh, sesuai dengan hukum yang keenam; jangan membunuh. Pendeknya, kalau kita melepaskan diri dari tanggung jawab, maka hukum Taurat yang lebih benar.

Yohanes 18:33-34
(18:33) Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya: "Engkau inikah raja orang Yahudi?"
(18:34) Jawab Yesus: "Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?"

Pada saat Pilatus kembali lagi ke dalam gedung pengadilan itu, Pilatus bertanya; "Engkau inikah raja orang Yahudi?" Lalu jawab Yesus; "Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?"
Kalau seorang imam tidak bertanggungjawab dengan apa yang dipercayakan oleh Tuhan, orang seperti ini mengerjakan apa yang dipercayakan oleh Tuhan bukan dari hati.

Yohanes 18:35-36
(18:35) Kata Pilatus: "Apakah aku seorang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau perbuat?"
(18:36) Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini."

Yesus menjelaskan: “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini”, tetapi di Sorga.
Kalau kerajaan Yesus di bumi maka hamba-hamba-Nya akan datang melawan = kejahatan dibalas dengan kejahatan.

Jadi, dua kali Yesus mengajar Pilatus.
1.     Yang pertama, Yesus berkata: “Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri?” Yesus mengatakan hal itu, karena Pilatus menyerahkan Yesus kepada orang Yahudi untuk dihakimi menurut hukum Taurat = melayani bukan dari hati = tidak bergantung jawab.
2.     Kemudian, yang kedua, Yesus berkata; “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sin.i” Hal yang kedua Pilatus diajar untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
Yesus mengajar Pilatus dengan luar biasa, yang pertama; soal perasaan, yang kedua; soal hukum Taurat, sesuai dengan yang dia nyatakan di awal tadi; “Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu.”

Sebagai bukti bahwa Pilatus betul-betul tidak mengenal kebenaran.
Yang Kedua.
Yohanes 18:38b-39
(18:38b) Sesudah mengatakan demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya.
(18:39) Tetapi pada kamu ada kebiasaan, bahwa pada Paskah aku membebaskan seorang bagimu. Maukah kamu, supaya aku membebaskan raja orang Yahudi bagimu?"

Di sini Pilatus berkata: “...pada kamu ada kebiasaan, bahwa pada Paskah aku membebaskan seorang bagimu. Maukah kamu, supaya aku membebaskan raja orang Yahudi bagimu?” Kalau melayani dengan kebiasaan, biar berdarah-darah seperti domba paskah, tidak ada artinya kalau itu hanya kebiasaan, harus dengan tanggung jawab. Biar berkorban seperti apa, tidak ada artinya, bahkan sampai berdarah-darah tidak ada artinya.

Kita lihat buktinya;
-       1 Korintus 13:1
(13:1) Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.

Mengerti bahasa manusia, mengerti bahasa malaikat, tetapi kalau tidak mempunyai kasih = gong yang berkumandang dan canang yang bergemerincing.
Gong kalau dipukul bunyinya gong. Kalau canang, cang. Tetapi tidak punya nada tinggi dan rendah, hanya teng, teng, teng, gong, gong, gong, tidak bisa mengikuti tinggi rendahnya sebuah nada, tidak bisa mengikuti iramanya Tuhan.
Tinggi rendah -> pengalaman kematian dan kebangkitan, inilah irama yang harus kita ikuti di tengah-tengah ibadah dan pelayanan.

Biarpun menguasai segala sesuatu, dan mengerti semua tetapi tidak dapat mengikuti irama di dalam pengalaman kematian dan kebangkitan = nol. Sebagai pemain musik mati di situ, daging jangan bersuara, tanggung jawabi, pemimpin pujian mati di situ, tanggungjawabi, hari ketiga bangkit, itu sebuah irama untuk melayani Tuhan.
Saya sangat bersyukur kepada Tuhan, saya juga rindu supaya kita bisa ikuti iramanya Tuhan. Amin, saudaraku?

-       1 Korintus 13:2
(13:2) Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.

Sidang jemaat, hamba Tuhan juga, jangan terpukau dengan karunia, tetapi terpukaulah kalau seseorang berjuang memikul salibnya.
Kalau hanya karunia tetapi tidak ada kasih = nol. Saya juga melayani Tuhan malam ini, kalau bukan karena kasih, nol.

-       1 Korintus 13:3
(13:3) Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.

Melayani dengan pengorbanan yang banyak, memberi diri dibakar, kalau hanya kebiasaan; nol, tidak ada artinya.

Yohanes 19:1-3
(19:1) Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia.
(19:2) Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu,
(19:3) dan sambil maju ke depan mereka berkata: "Salam, hai raja orang Yahudi!" Lalu mereka menampar muka-Nya.

Melayani dengan kebiasaan akibatnya, prajurit-prajurit mempermainkan Yesus sebagai Raja.
Kalau kita melayani hanya dengan kebiasaan, orang lain bermain-main, orang yang di sekitar kita juga bermain-main = menampar wajah Yesus = mempermalukan Yesus oleh karena sikap kita.
Itulah resiko melayani dengan kebiasaan, tidak dengan tanggung jawab penuh, seperti menampar Yesus.

Sebagai bukti bahwa Pilatus betul-betul tidak mengenal kebenaran.
Yang Ketiga.
Yohanes 19:4-5
(19:4) Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka: "Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya."
(19:5) Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah manusia itu!"

Setelah Yesus habis ditampeleng dan dipukuli sampai babak belur oleh prajurit- prajurit, selanjutnya Pilatus membawa Yesus keluar, lalu berkata; “lihatlah anak manusia itu.”
Maksudnya, supaya orang-orang Yahudi menaruh perasaan iba, itu bukan kasih karunia. Menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung, itu kasih karunia, tetapi menderita karena pukulan, itu kesalahan bukan kasih karunia. Banyak kali kita seolah-olah menderita babak belur supaya kita tertolong dan benar di mata Tuhan, itu salah.

Yohanes 19:6-7
(19:6) Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia, berteriaklah mereka: "Salibkan Dia, salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya."
(19:7) Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah."

Karena orang-orang Yahudi mendesak, supaya Pilatus segera menyalibkan Yesus, maka Pilatus berkata; “Ambillah Dia dan salibkan Dia.”  Kemudian, Pilatus berkata: “Sebab aku tak mendapati kesalahan apapun pada-Nya."
Alasan orang-orang Yahudi mendesak Pilatus adalah supaya Pilatus segera menjatuhkan hukuman salib, itu sebabnya orang-orang Yahudi berkata: “Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah”

Yohanes 19:12-13
(19:12) Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak: "Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar."
(19:13) Ketika Pilatus mendengar perkataan itu, ia menyuruh membawa Yesus ke luar, dan ia duduk di kursi pengadilan, di tempat yang bernama Litostrotos, dalam bahasa Ibrani Gabata.

Tetapi semakin lama orang Yahudi semakin mendesak Pilatus untuk menyalibkan Yesus, lalu Pilatus masuk kembali duduk di kursi pengadilan tanpa hasil, tanpa keputusan yang adil = duduk di kursi Listostrotos, dalam bahasa Ibrani Gabata.

Saudaraku, perhatikan sungguh-sungguh; kalau seseorang tidak berdaya, tidak mau keluar dari kekurangannya, tidak mau lepas dari ketidakberdayaan, maka sama seperti duduk di kursi Gabata, juga bertahan dalam kebodohan  = duduk di kursi Litostrotos.

Ayo, yang masih duduk di Gabata, yang masih duduk di kursi Litostrotos, ayo keluar dari sana.
Memang dosa enak, tetapi harus keluar dari sana. Tetapi kenapa bisa seperti ini? Karena Pilatus tidak memiliki kebenaran, tidak mengerti tentang kebenaran, sampai pada akhirnya Yesus pun disalibkan pada ayat berikutnya. Pilatus tidak mengerti tentang kebenaran.
Tetapi malam ini kita sudah mendapat pelajaran yang indah tentang kebenaran itu. Kebenaran yang sejati terletak pada salib, di luar salib tidak ada lagi kebenaran. Akhirnya, Yesus harus disalib, itulah kebenaran yang sejati = sangkal diri, pikul salib di tengah-tengah ibadah dan pelayanan.

Saya ulangi, ini untuk saya, barangkali untuk kita semua; kalau tidak berdaya, tidak mau keluar dari ketidakberdayaan, saya mau katakan: “Sedang duduk di kursi Gabata” Tidak mau berusaha berjuang dari kelemahan, entah kejahatan, entah kenajisan, berarti sedang duduk di kursi Litostrotos.  
Malam ini, kita sudah mengenal kebenaran itu. Sesi pertama; “Pada mulanya” berarti telah terjadi natal, tetapi natal telah rusak, namun jalan keluarnya, pada Injil Yohanes 1:14,Firman itu menjadi daging”, kembali ke natal, untuk dipulihkan. Di dalam natal penuh kasih karunia, dan kebenaran. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita firman oleh;

Gembala sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment