KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Saturday, January 27, 2018

IBADAH RAYA MINGGU & IBADAH TUTUP TAHUN, 31 DESEMBER 2017

IBADAH RAYA MINGGU & IBADAH TUTUP TAHUN, 31 DESEMBER 2017

KITAB WAHYU
Subtema: BERNILAI TINGGI KARENA KEKAYAAN ROHANI.

Mula pertama saya mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan. Oleh karena pertolongan Tuhan kita ada sebagaimana ada, dan kita berada di penghujung tahun 2017. Banyak hal yang sudah kita lalui baik dalam suka maupun dalam duka, kita lalui dalam hidup, dalam nikah, dalam ibadah, dalam pelayanan, dalam segala sesuatu, kita telah lalui, tetapi Tuhan tetap menolong kita dalam segala situasi. Kita mengucap syukur kepada Tuhan, kemurahan-Nya besar dan terlalu besar, oleh sebab itu biarlah kita terus menghargai korban Kristus.

Tadi saya sudah perhatikan kesaksian demi kesaksian dari sidang jemaat. Saya melihat bahwa kemurahan Tuhan telah diakui, tetapi biarlah kemurahan itu semakin kita hargai selagi masih ada kesempatan.
Di penghujung tahun ini kita kembali memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari Wahyu 7.
Namun dari hati saya yang paling dalam, saya bersyukur, kesaksian demi kesaksian berjalan dengan baik. Dahulu kita bersaksi kurang memahami apa yang harus disaksikan, tetapi semua saya perhatikan dari pribadi lepas pribadi bersaksi dengan baik dan kesaksian itu adalah kesaksian yang tidak dihapal, semua kesaksian mengalir sesuai pimpinan Roh Kudus sehingga menjadi berkat. Puji Tuhan.

Saya bersyukur juga kepada Tuhan, dari kasih karunia yang satu Tuhan membawa kita pada kasih karunia yang lain, sampai pada saat detik terakhir (penghujung tahun 2017) kita dipercayakan oleh Tuhan untuk mengadakan ibadah natal PPT (Persekutuan Pengajaran Tabernakel) yang berlangsung pada tanggal 28 dan 29 Desember 2017.
Tuhan membawa hamba-hamba Tuhan dalam persekutuan ini dari beberapa daerah, ada yang dari Sumatera, Serang, Cilegon sekitarnya, Jabodetabek, bahkan ada yang datang dari Bogor, Tangerang, Jakarta, juga dari Gersik, dari Surabaya Jawa Timur. Kita bersekutu bersama-sama, semua karena kemurahan Tuhan.
Yang tidak kalah penting saya syukuri adalah bahwa suatu kali menjelang Ibadah Natal PPT, Maria pernah menyampaikan mimpinya kepada saya, bahwa di mimbar ini saya memecah-mecahkan roti dan roti itu sangat putih sekali dan itu bisa kita rasakan, pada sesi pertama kita cukup diberkati oleh pembukaan rahasia firman Tuhan, pada sesi yang kedua kita juga cukup diberkati oleh firman Tuhan. Ada yang merasakan berkat pada sesi pertama, dan sudah disaksikan, dan juga berkat dari ibadah natal PPT sesi kedua juga ada yang menyaksikan. Betapa luar biasa, ayat yang pernah kita terima tetapi Tuhan bukakan rahasia yang belum pernah kita terima. Itu yang saya rasakan. Puji Tuhan.

Ada suatu kesempatan Tuhan percayakan kepada kita untuk membawa pengajaran mempelai dan pengajaran Tabernakel ini jangan disia-siakan lagi. Yang pernah memberontak karena tidak terima oleh karena koreksi firman. Sadari diri bahwa firman saja yang benar, kita banyak salah. Tuhan saja yang benar, kita banyak salah. Puji Tuhan.
Supaya kita semakin hari semakin dibaharui dari sehari ke sehari dan pemakaian Tuhan semakin terlihat tentunya kepada kita semua. Biarlah kiranya kita dipakai bukan atas dasar kemampuan, tetapi kita dipakai atas dasar dengar-dengaran kepada Tuhan. Kita dipakai oleh karena penyerahan diri kita kepada Tuhan.
Tuhan menggiring kita seperti Tuhan menggiring bangsa Israel di padang gurun, betul-betul di luar kemampuan daging, tetapi yang dibutuhkan di sini adalah penyerahan diri, jangan lagi ada persungutan di antara kita, tetapi sadari diri bahwa kita yang banyak salah, firman Tuhan saja yang benar, salib yang benar (Tuhan yang benar), supaya kita dibenarkan oleh salib, itulah kasih karunia.

Juga saya menyapa anak-anak Tuhan dan hamba-hamba Tuhan yang sedang menyaksikan siaran langsung di internet youtube maupun facebook, kiranya Tuhan memberkati kita semua di dalam negeri maupun di luar negeri, di lima benua dan di tiap-tiap negara.

Wahyu 7: 17
(7:17) Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka."
Kalimat yang harus kita perhatikan dari ayat 17 ini adalah: “Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka
Siapa mereka? Mereka di sini adalah orang-orang yang berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang dan malam di Bait Suci-Nya.

Kita segera memperhatikan tentang PENGGEMBALAAN, menurut pengalaman Daud.
Mazmur 23: 1
(23:1) Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Suasana dalam penggembalaan: yang pertama di sini, takkan kekurangan aku.
Secara jasmani Tuhan cukupkan, tidak berkekurangan. Secara rohani, Tuhan mengambil aib atau dosa sebagai kekurangan dan kelemahan kita masing-masing.

Wahyu 3: 14-17
(3:14) "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah:
(3:15) Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!
(3:16) Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.
(3:17) Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,

Kalau dibandingkan dengan jemaat di Laodikia, secara jasmani; mereka kaya dan mereka memperkayakan diri dan tidak kekurangan apa-apa, namun secara rohani; mereka melarat, malang dan miskin, bahkan buta dan telanjang, karena mereka suam-suam kuku, tidak dingin dan tidak panas dalam mengikuti Tuhan. Berbanding terbalik dengan pengalaman Daud, sebab Daud tidak kekurangan baik secara jasmani maupun secara rohani (aib atau dosa).
Jemaat di Laodikia hanya kaya secara jasmani, oleh sebab itu mereka memperkayakan diri, tidak kekurangan, serba berkecukupan, tetapi sebaliknya di hadapan Tuhan justru mereka miskin, buta dan telanjang. Berarti betapa dalamnya jemaat di Laodikia ini jatuh di dalam kubang penderitaan karena dosa.

Wahyu 3: 18
(3:18) maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.
Nasihat Tuhan kepada sidang jemaat di Laodikia yaitu untuk memiliki tiga hal;
YANG PERTAMA: MEMBELI EMAS YANG TELAH DIMURNIKAN DALAM API.
1 Petrus 4: 12-13
(4:12) Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu.
(4:13) Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.
Nyala api siksaan sebagai ujian memang harus terjadi untuk memurnikan iman setiap orang.
Jadi, jangan heran dengan nyala api siksaan sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kita. Memang itu harus terjadi untuk memurnikan iman dari setiap orang. Sebab banyak orang melayani Tuhan karena ada kepentingan priabdi.

Oleh sebab itu, tetap bersukacita sesuai dengan bagian yang kita dapat dalam penderitaan Kristus. Oleh karena penderitaan Kristus, kita boleh beribadah sampai di penghujung tahun, oleh karena salib Kristus kita boleh melayani Tuhan sesuai dengan karunia-karunia Roh Kudus dan juga oleh karena darah Salib (pengalaman kematian), Tuhan memberikan jabatan-jabatan kepada setiap hamba-hamba Tuhan. Oleh sebab itu, tetap bersukacita sesuai dengan bagian yang kita dapat dalam penderitaan Kristus.

1 Petrus 1: 6-7
(1:6) Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.
(1:7) Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu -- yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api -- sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.

Dalam menghadapi ujian, cobaan, tetaplah bergembira, berarti jangan segera putus asa, maksud dari ujian (nyala api siksaan tadi), ialah untuk membuktikan kemurnian setiap orang.
Tuhan ingin melihat kemurnian iman sebab di hari-hari ini banyak orang Kristen beribadah kepada malaikat, bukan kepada Kristus sebagai kepala, beribadah bukan lagi dengan sangkal diri dan pikul salib, tetapi sasarannya adalah berkat-berkat secara lahiriah.
Sementara hamba-hamba Tuhan berkanjang pada penglihatan-penglihatannya dan melayani hanya untuk mencari untung saja. Kemudian, membesar-besarkan dirinya, oleh pikirannya yang duniawi...Kolose 2:18.

Perlu untuk diketahui; kemurnian iman itu jauh lebih tinggi nilainya dari emas yang fana yang diuji kemurniannya dengan api = berharga di mata Tuhan.
Perhatikan: “Kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya”, itu bukti bahwa kemurnian iman itu lebih bernilai tinggi dari pada segala-galanya, kita berharga di mata Tuhan.

Jadi, iman itu perlu dimurnikan, tujuan kita beribadah itu apa? Murni atau tidak, tulus atau tidak, kan Tuhan mau tau. Kalau melayani Tuhan tanpa nyala api siksaan, tanpa ujian (tanpa cobaan), tidak terlihat kadar rohani seseorang. Ada emas 18 karat, ada emas 23 karat, ada emas 24 karat, tergantung sejauh mana nyala api siksaan itu untuk memurnikan. Kalau hanya melayani tanpa ujian, tidak terlihat kadar rohani seseorang di hadapan Tuhan. Maka ujian (nyala api) itu penting.

1 Petrus 1: 8
(1:8) Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan,

Walaupun belum melihat Dia, namun mengasihi-Nya, kemudian percaya kepada Dia, sekalipun sekarang tidak melihat-Nya, itu bukti bahwa iman telah dimurnikan.

Banyak orang mundur dari ibadah dan pelayanan, putus asa, karena dia sendiri tidak merasa bahwa Tuhan melihat dia, dia sendiri tidak yakin bahwa Tuhan dapat menolong kehidupannya.
Tetapi bukti bahwa iman itu telah dimurnikan; tetap mengasihi Tuhan, tetap percaya kepada Dia, walaupun sekarang ini tidak melihat Dia.

Ayub 23: 8-11
(23:8) Sesungguhnya, kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana; atau ke barat, tidak kudapati Dia;
(23:9) di utara kucari Dia, Ia tidak tampak, aku berpaling ke selatan, aku tidak melihat Dia.
(23:10) Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.
(23:11) Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang.

Ayub berkata: “Aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana”, “ke barat, tidak kudapati Dia”, kemudian “di utara kucari Dia, Ia tidak tampak”, “ke selatan, aku tidak melihat Dia
Namun Ayub tetap mengasihi dan percaya kepada Allah sekalipun harus menghadapi ujian demi ujian, menghadapi ujian silih berganti; ujian pertama belum selesai, ujian kedua muncul. Ujian kedua belum selesai, ujian ketiga muncul. Terus bertubi-tubi. Oleh sebab itu dia berkata: “Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas
Jadi ujian demi ujian yang dialami oleh Ayub, menjadikan dia tampil seperti emas, berarti memiliki kemurnian iman. Jadi sekalipun ia tidak melihat, dia tetap mengasihi, dia tetap percaya kepada Tuhan = iman yang murni.

Kalau melihat baru percaya, semua orang bisa lakukan. Tetapi tidak melihat namun tetap percaya dan tetap mengasihi, ini betul-betul iman telah dimurnikan. Itu iman yang benar; percaya walaupun tidak melihat.
Kalau kerohanian Setan; tidak sanggup meraba korban Kristus. Waktu itu murid-murid, kerohanian mereka masih kerohanian Setan. Akhirnya waktu Yesus tiba-tiba tampil, selain terkejut, mereka (murid-murid) juga takut. Namun Yesus berkata: Aku bukan hantu, lihatlah, rabalah.
Ayub tetap mengasihi Tuhan, tetap percaya walaupun dia tidak melihat.

Ayub 1: 20-21
(1:20) Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah,
(1:21) katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"

Ayub harus kehilangan hartanya. Harta yang satu baru saja lenyap (raib), harta yang kedua juga menyusul lenyap, sampai seluruh hartanya habis. Tidak berhenti sampai di situ, dia juga harus kehilangan 7 anak laki-laki dan 3 anak perempuan.
Reaksi Ayub terhadap ujian demi ujian yang dia alami.
Yang Pertama:
-     Mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya” = rela menghinakan dirinya sekalipun hatinya hancur.
-     Sujudlah ia dan menyembah = merendahkan dirinya di hadapan Tuhan = mau mengakui keputusan Tuhan dengan segala kerendahan hatinya. Banyak orang tidak mampu menerima keputusan Tuhan, justru mempersalahkan Tuhan, menyudutkan Tuhan, mempersalahkan koreksi firman, mempersalahkan hamba Tuhan, mempersalahkan situasi, mempersalahkan kondisi, mempersalahkan keadaan, mengapa begini, mengapa begitu. Tetapi justru pada saat dia kehilangan semuanya itu, harta dan seluruh anaknya itu, dia sujud dan menyembah = merendahkan dirinya di hadapan Tuhan, mau menerima segala keputusan Tuhan yang pahit dengan segala kerendahan hati.

Yang Kedua: Ayub berkata: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!
Ini perkataan yang betul-betul memuliakan Tuhan. Dia sadar rencana Tuhan dalam kehidupannya. Banyak orang tidak sadar bahwa Tuhan sedang membuat suatu rencana yang indah dalam kehidupannya. Tetapi di sini kita melihat Ayub sadar bahwa memang Tuhan yang memberi, lalu kalau Tuhan mengambil, itu hak Tuhan. Kalau Tuhan kembalikan lagi berlipat-lipat ganda, itu hak Tuhan. Tidak ada yang bisa mengganggu gugat rencana Tuhan. Kita datang ke dunia ini tidak membawa apa-apa, juga kembali kepada-Nya tidak membawa apa-apa.

Kita harus sadar rencana Tuhan, sebab daging dan darah tidak mewarisi Kerajaan Sorga. Jadi, jangan pertahankan sesuatu yang tidak baik. Apa yang telah diperbuat oleh Tuhan, kita harus sadari, itu adalah sebuah rancangan yang begitu indah walaupun tidak sesuai dengan logika manusia.

Ayub 1: 22
(1:22) Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.
Ayub tidak berdosa karena Ayub tidak mempersalahkan keputusan Tuhan.
Jadi orang yang mempersalahkan keputusan Tuhan, dosanya itu semakin bertimbun-timbun. Orang yang bersungut-sungut, orang yang suka mempersalahkan keputusan Tuhan, dosanya semakin bertimbun-timbun.

Dulu saya tidak memahami hal seperti ini, tetapi setelah saya dipanggil oleh Tuhan, dan diajar untuk terus berpadanan dengan panggilan itu, barulah saya menyadari keputusan Tuhan adalah yang terbaik.
Banyak hal yang terjadi di dalam hidup saya yang tidak enak bagi diri saya, tetapi saya harus kembali kepada Firman, bahwa Firman membuat semua itu untuk membentuk kehidupan saya, untuk membentuk karakter saya menjadi hamba Tuhan yang rendah hati, untuk menjadi contoh teladan yang baik dalam perkataan dan perbuatan, bahkan untuk menyempurnakan hidup saya di dalam segala hal, sehingga layak menjadi contoh bagi sidang jemaat.
Kalau saya semakin maju di dalam rohani, sidang jemaat akan semakin maju. Itu yang saya lihat, itu yang saya rasakan.
Kalau dulu panas hati, bila perlu bisa ambil tindakan sendiri, karena tidak masuk logika. Tetapi sekarang, semakin mengerti rencana Tuhan.

Mengapa Tuhan tidak segera membinasakan binatang buas, tidak segera menghalau binatang buas waktu bangsa Israel memasuki tanah Kanaan? Sebab Tuhan mau membentuk bangsa Israel sedikit demi sedikit.
Terkadang binatang buas itu harus ada di sekitar kita. Manusia tanpa roh itu binatang buas, memang itu harus terjadi, untuk membentuk kehidupan kita pribadi lepas pribadi. Jangan lagi ada persungutan, seolah-olah keputusan Tuhan salah.

Ayub 1: 22
(1:22) Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.
Tidak berdosa karena tidak mempersalahkan keputusan Tuhan. Orang yang bersungut-sungut, orang yang mempersalahkan keputusan Tuhan adalah orang yang dosanya semakin bertimbun-timbun.

Ayub 2: 7-9
(2:7) Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya.
(2:8) Lalu Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah abu.
(2:9) Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!"

Ujian yang kedua, Ayub ditimpa barah yang busuk dari telapak kaki sampai ke batu kepala.
Sebetulnya ujian yang pertama itu membuat Ayub sangat menderita sekali. Harus kehilangan seluruh hartanya. Kemudian, setelah kehilangan harta kekayaan Ayub juga harus kehilangan 7 anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Kehilangan harta saja sudah membuat sangat menderita. Belum lagi ditambahkan penderitaan yang hebat, yaitu kehilangan semua anaknya. Itu adalah penderitaan hebat.
Orang kehilangan uang puluhan juta saja sudah stress jungkir balik, menangis-nangis darah. Ini bukan puluhan juta atau ratusan juta. Pada saat itu Ayub adalah orang yang paling kaya, berarti kekayaannya tidak bisa tertandingi, namun habis, lenyap. Selanjutnya, mengalami kehilangan anak-anaknya. Itu adalah penderitaan yang hebat. Harta bisa lenyap, tetapi anak tidak bisa diganti. Itu adalah penderitaan yang hebat dari orang tua terhadap anaknya. Tetapi itu pun dia tetap tidak mengutuki keputusan Tuhan, dia menerimanya.
Ditambah lagi ujian yang kedua; barah yang berbau busuk dari ujung kepala sampai ke batu kepala, namun dia tetap menerimanya.

Kemudian, apa bukti dia menerima keputusan Tuhan yang kedua ini; Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah abu.
Dia tidak langsung segera pergi ke puskesmas, rumah sakit yang mewah untuk mengobati lukanya, justru dia mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya. Itu saja sudah cukup bagi dia. Setelah itu, sambil duduk di tengah-tengah debu, artinya menyadari diri bahwa dirinya adalah manusia yang hina karena dosa = debu tanah.
Bayangkan, biasanya orang kalau sudah menderita tidak bisa menyadari diri sebagai orang yang berdosa seperti debu tanah, (tidak dapat lagi berpikir jernih) justru akan semakin mempersalahkan Tuhan.
Namun di sini kita melihat, selain menggaruk-garuk dengan sekeping beling, dia duduk di tengah-tengah abu, betul-betul menyadari dirinya sebagai manusia yang hina karena dosa, tidak lantas mempersalahkan keputusan Tuhan. Dia tetap menyadari diri.

Ayub 21: 9
(2:9) Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!"

Penderitaan ditambah dari isterinya; sementara Ayub mengalami penderitaan hebat, isterinya tidak memberi penghiburan, tidak menopang, tidak mendukung, justru sebaliknya, isterinya berkata: “Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu?” Istri Ayub mempersalahkan kesalehan Ayub.
Memang Ayub itu adalah orang yang saleh pada zaman itu. Ayub adalah orang yang saleh dan jujur, ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan ... Ayub 1: 1.
Oleh sebab itu, isterinya masih mempertanyakan kesalehan Ayub dan berkata: Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu?, tidak berhenti dengan perkataan pedas ini, masih lanjut lagi dengan perkataan yang lebih pedas lagi: “Kutukilah Allahmu ...
Siapa kita, siapa Tuhan. Tuhan menciptakan langit bumi dan segala isinya dengan dua tangan yang ajaib, juga membentuk manusia segambar serupa dengan Allah dari segumpal tanah liat yang hina bisa menjadi segambar serupa dengan Allah, sama mulia. Hanya Tuhan ingin membuat suatu rencana yang indah, lalu isterinya berkata: “Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu?”, tidak berhenti dengan perkataan pedas, lanjut lagi berkata: “Kutukilah Allahmu” siapa kita, siapa Tuhan. Bukan manusia ini hasil karya Tuhan?
Lalu lanjut lagi dan berkata: “matilah!
Oh, ini pergumulan yang luar biasa yang dialami Ayub. Sudah menderita tetapi isteri tidak mendukung, sudah menderita tetapi isteri tidak menopang. Perlu untuk diketahui; dalam situasi penderitaan, kalau suami menderita, butuh topangan isteri, sebab isteri diambil dari tulang rusuk Adam, maksudnya supaya menjadi penopang yang sepadan.
Kalau dalam Tabernakel, sisi Utara dan sisi Selatan pada Ruangan Suci, ada papan jenang, untuk melindungi tiga macam alat di dalamnya.  Jadi itulah isteri untuk menopang.

Perempuan muda (pemudi), suatu kali kelak engkau akan menjadi ibu rumah tangga, atau menjadi seorang isteri dari seorang suami.
Dari sejak sekarang belajar dengar firman sungguh-sungguh, jadilah penopang dikala sang suami menderita. Jangan ditambahkan lagi penderitaan dengan kata-kata yang tidak baik. Betapa hebat penderitaan Ayub ditambah lagi isteri yang tidak mau menopang, Ayub semakin susah, semakin sulit dan tersudutkan.

Sekarang kita lihat sikap seorang Ayub ...
Ayub 21: 10
(2:10) Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.

Ayub menjawab isterinya; Engkau berbicara seperti perempuan gila (tidak waras). Memang kalau isteri Ayub waras, dia tidak akan berbicara seperti itu. Kalau dia masih waras, dia akan hibur suaminya. Kalau dia waras, dia akan topang suaminya. Kalau sidang jemaat masih waras, kita akan dukung dan topang pelayanan ini, karena Kristus adalah kepala tubuh.
Sidang jemaat adalah keluarga Allah yang dipancangkan di dalam rumah Tuhan, untuk menopang pekerjaan Allah...1 Timotius 3:15.
Saya sangat senang sekali apabila sidang jemaat pro aktif di tengah-tengah ibadah dan pelayanan yang Tuhan percayakan ini. Tidak pasif, artinya, tidak pusing memikirkan soal penghidupan, tidak pusing dengan dagingnya, tidak pusing dengan kenikmatannya sendiri. Melainkan tetap pro-aktif dalam melayani Tuhan.
Karena kalau seseorang masih sibuk soal perasaannya, dia tidak akan pro-aktif untuk menopang pelayanan ini.
Isteri Ayub sibuk dengan perkara lahiriah, sibuk dengan perasaan dagingnya, sibuk dengan hatinya, sibuk dengan pikirannya, sibuk dengan keinginannya, itu sebabnya Ayub berkata: “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?
Isteri Ayub hanya mau menerima yang baik (yang enak), yang susah tidak. Dia sibuk dengan dagingnya saja, sibuk dengan perasaannya saja, sibuk dengan keinginannya saja, itu yang membuat dia tidak bisa menopang sang suami.

Nanti ibadah Paskah PPT jika Tuhan izinkan akan diselenggarakan di Tangerang pada bulan empat (april), tidak tertutup kemungkinan di tempat-tempat lain. Kita sudah melihat respon dari hamba-hamba Tuhan kemarin, mereka begitu respon dengan Pengajaran Mempelai.

Kemudian di sini dikatakan: “Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya” ? karena apa yang keluar dari mulut itu berasal dari dalam hati. Jadi kalau hatinya tidak menerima apa yang baik (rencana Tuhan yang baik), itu akan keluar dari mulut, akan keluar dari bibir
Jadi apa yang keluar dari mulut itu dari hati. Jadi kalau dia tolak rencana Tuhan, dia tolak jalan salib, itu akan keluar dari bibir juga. Itulah yang menajiskan seseorang. Tetapi dalam semuanya itu, di sini kita melihat, bahwa Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya, sebab dia tidak menuduh Tuhan berbuat yang kurang patut.

Ayub 1: 5
(1:5) Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya: "Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati." Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa.

Dibalik penderitaan Ayub ada hal yang harus kita ketahui, yaitu; Ayub selalu mempersembahkan korban bakaran untuk 7 anak laki-laki dan 3 anak perempuannya.
Korban bakaran berarti potongan daging dipersembahkan di atas mezbah semalam-malaman sampai daging itu betul-betul hangus, artinya, daging tidak bersuara lagi. Itu yang selalu dipersembahkan oleh Ayub kepada Tuhan; siapa tahu anaknya berbuat salah, siapa tahu anaknya berbuat sesuatu yang tidak baik.
Tetapi kenyataannya, sekalipun ia mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan, ujian demi ujian tetap saja dialami oleh Ayub. Seharusnya kalau kita berpikir secara logika, orang yang sudah beribadah, orang yang sudah melayani dengan sungguh-sungguh, bersusah payah dengan segenap hati, segenap jiwa, dan akal budi dan kekuatannya (penuh dengan pengorbanan) tidak mungkin mengalami penderitaan yang sedemikian pahit.
Tetapi dalam hal ini, Tuhan mau menjadikan Ayub bukan saja kaya secara jasmani, tetapi juga kaya secara rohani, sesuai dengan apa yang dialami Daud yang dia tuliskan dalam Mazmur 23 (Mazmur terbesar). Daud berkata: “Yesus adalah Gembalaku, lalu diikuti pernyataan: Takkan kekurangan aku.
Banyak orang berpuas hati hanya kaya secara jasmani, namun mengabaikan hal-hal yang rohani kekayaan sorgawi, tetapi Tuhan mau supaya kita kaya secara jasmani maupun secara rohani, maka nyala api siksaan sebagai ujian (cobaan), memang itu harus terjadi untuk memurnikan iman. Ada kalanya orang mengasihi karena kaya.

Tuhan mau memurnikan kita supaya apa? Supaya menjadi mahal, nilainya tinggi, lebih tinggi dari emas fana yang dimurnikan dalam api.
Apa artinya kaya seperti jemaat di Laodikia, tetapi miskin rohani. Tuhan berkata, kamu melarat, malang, miskin, tidak berhenti sampai di situ, selanjutnya Tuhan berkata: buta dan telanjang. Ada orang melarat, malang, miskin, tetapi tidak buta dan tidak telanjang. Berarti betapa dalamnya dia jatuh di dalam kubangan itu, kubangan penderitaan.

Kita kembali ...
Wahyu 3: 18
(3:18) maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.
Tujuan dari membeli emas yang telah dimurnikan dalam api adalah supaya kaya dalam hal yang rohani.
Belilah emas yang telah dimurnikan, berarti bayar harga, sangkal diri = pikul salib.
Jemaat di Laodikia tidak dingin dan tidak panas? Seharusnya dingin ya dingin, panas ya panas.
Kaya secara jasmani belum tentu bernilai tinggi, buktinya; mudah tersinggung, mudah terpengaruh terhadap hal-hal yang tak suci, mempertahankan harga diri, sombong, angkuh, najis = murahan.
Tetapi kalau kaya rohani, berarti telah mengalami pemurnian iman = bernilai tinggi, lebih tinggi dari harta kekayaan. Perkataan, sikap, tingkah laku, cara berpikir, sudut pandang, solah tingkah dalam hal apapun, berharga, bernilai tinggi. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment