KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Thursday, April 18, 2019

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 03 JANUARI 2019



IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 03 JANUARI 2019

KITAB RUT
(Seri:36)

Subtema:“PERBUATAN SESUAI DENGAN PERKATAAN”

Shalom saudaraku.
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita sekaliannya, salam di dalam kasih-Nya Tuhan kita Yesus Kristus. 
Oleh karena kemurahan Tuhan kita diijinkan untuk melangsungkan Ibadah Pendalaman Alkitab untuk yang pertama kali di tahun baru ini, di tahun 2019. Biarlah ibadah yang sulung ini (Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci) kita dilawat, dijangkau, dan dipulihkan oleh Tuhan, ibadah dan pelayanan, nikah, dan rumah tangga segala sesuatu dipulihkan, berkat berkelimpahan menjadi bagian kita, kita yang susah dihibur, yang lemah dikuatkan sampai nanti pada akhirnya kita digairahkan di jalur perlombaan sehingga berkobar-kobar di dalam melayani Tuhan Yesus Kristus mengingat kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi. 

Kita kembali memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan Perjamuan Suci dari kitab Rut 2:2.

Rut 2:2
(2:2)Maka Rut, perempuan Moab itu, berkata kepada Naomi: "Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku."Dan sahut Naomi kepadanya: "Pergilah, anakku."

Rut meminta ijin sekaligus memohon doa restu dari Naomi dan diapun direstui. Sidang jemaat sebagai anak-anak rohani ada baiknya mendapat doa restu dari ibu, gambaran dari seorang gembala sidang supaya berhasil dan diberkati dalam setiap perbuatan-perbuatannya. Sebaliknya, kalau sidang jemaat tidak mendapat ijin dan restu maka tidak perlu bersungut-sungut dan tidak perlu berkecil hati dan merasa terkekang. Yesus adalah Gembala Agung, dia mengerti keberadaan kita masing-masing. 
Adapun permohonan Rut kepada Naomi, dibagi atas:
1. Biarkanlah aku pergi ke ladang.
2. Memungut bulir-bulir jelai.
3. Di belakang orang yang murah hati kepada ku.

Keterangan A dan B telah saya sampaikan pada bulan lalu, pada tahun 2018. Maka sekarang kita memperhatikan,
Keterangan:DI BELAKANG ORANG YANG MURAH HATI KEPADAKU.

Rut 2:3
(2:3)Pergilah ia, lalu sampai di ladang dan memungut jelai di belakang penyabit-penyabit; kebetulan ia berada di tanah milik Boas, yang berasal dari kaum Elimelekh.

Pada ayat 2, kita sudah melihat Rut berkata; “...Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku...”Sedangkan pada ayat 3;”..Lalu sampailah dia dan memungut jelai gandum dibelakang penyabit-penyabit...”
Dalam hal ini, Rut konsekuen dengan perkataannyasebab perbuatannya sesuai dengan perkataannya. 
Banyak anak-anak Tuhan bahkan imam-imam (yang telah melayani pekerjaan Tuhan), perbuatannya tidak sesuai dengan perkatannya. Ada kalanya ya dan besok tidak, atau sebaliknya ada kalanya tidak, tetapi besok ya. Berubah-berubah, tidak konsekuen.
Kerohanian yang tidak stabil, tidak mempunyai pendirian, dengan kata lain kehilangan jati diri. Tetapi Rut seorang yang konsekuen dengan perkataannya sebab perbuatannya sesuai dengan perkataanya. 
Kita banyak belajar dalam hal ini. Saat kita dengar firman Tuhan, kita merasa dijangkau, dilawat, dan kita merasa uluran tangan Tuhan sebagai tanda belas kasih-Nya dinyatakan lalu pada saat itu hati kita terharu lalu meluap-luap di dalam doa untuk mengakui dosa, tetapi beberapa waktu kemudian kembali mengulangi kesalahan yang sama, berarti tidak mempunyai pendirian. 
Tetapi Rut tidaklah demikian, perbuatan dan perkataannya sama, dia memiliki jati diri. 

2 Korintus 12:1-2,4
(12:1)Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan.(12:2)Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau--entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya--orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. (12:4)ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.

Disini kita perhatikan, Rasul Paulus menerima penglihatan-penglihatan dan pernyataan-pernyataan dari Tuhan saat dia diangkat pada tingkat yang ketiga dari sorga yang disebut juga dengan Firdaus. Hal ini disaksikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus setelah empat belas tahun melayani Tuhan. 

2 Korintus 12:5-6
(12:5)Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku. (12:6)Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku,supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku.

Jadi sekalipun Rasul Paulus di angkat ke tingkat yang ketigadia tidak mau bermegah. Tujuannya supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadanya lebih dari yang mereka lihat dan dengar dari Rasul Paulus. 
Ketika Rasul Paulus diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga, dia mendapat penglihatan-penglihatan juga pernyataan-pernyataan yang luar biasa dari Tuhan, tetapi semua perkara itu tidak ada orang yang tahu dan melihat. Oleh sebab itu Rasul Paulus menahan dirinya terhadap kesaksian itu, dia tidak bermegah supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadanya lebih dari apa yang mereka lihat dan lebih dari apa yang mereka dengar dari Rasul Paulus sampai akhirnya perkataan dan perbuatannya sesuai.
Kalau dia menyampaikan sebuah pernyataan yang tidak pernah dilihat oleh manusia maka perkataan dan perbuatannya tidak sesuai. Oleh sebab itu, kita tidak perlu bermegah terhadap kelebihan-kelebihan yang kita peroleh dari Tuhan supaya perbuatan sesuai dengan perkataan-perkataan kita. 
Jadi kesimpulannya; Rasul Paulus adalah pribadi yang konsekuen, perkatan dan perbuatannya sesuai. 

2 Korintus 1:17
(1:17)Jadi, adakah aku bertindak serampangandalam merencanakan hal ini? Atau adakah aku membuat rencanaku itu menurut keinginanku sendiri, sehingga padaku serentak terdapat "ya" dan "tidak"?

Rasul Paulus tidak bertindak serampangan dalam hal melayani Tuhan, maksudnya di dalam dirinya tidak serentak “ya”dan “tidak”dalam hal melayani Tuhan.

2 Korinstus 1:18-20
(1:18)Demi Allah yang setia, janji kami kepada kamu bukanlah serentak "ya" dan "tidak".(1:19)Karena Yesus Kristus, Anak Allah, yang telah kami beritakan di tengah-tengah kamu, yaitu olehku dan oleh Silwanus dan Timotius, bukanlah "ya" dan "tidak", tetapi sebaliknya di dalam Dia hanya ada "ya".(1:20) Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah. 

Di dalam Kristus bukanlah serentak “ya”dan “tidak”, tetapi sebaliknya hanya terdapat “Ya”.
Pendeknya;Kristus adalah Ya bagi semua janji Allah. 

Ciri-ciri hamba Tuhan yang konsekuen dengan perkataannya.
2 Korintus 12:5,7
(12:5)Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku.(12:7) Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.

Rasul Paulus tidak bermegah dengan kelebihannya, sebaliknya dia bermegah di dalam kelemahan-kelemahannya, yaitu; duri di dalam dagingnya, dimana seorang utusan iblis untuk menggocoh dia. 
Saudaraku, orang-orang yang melayani pekerjaan Tuhan disebut pelayan Tuhan, hidup dalam kebenaran disebut hamba Tuhan dan kita diutus untuk memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, itulah salib Kristus. Sedangkan utusan setan tugasnya adalah untuk menggocoh, untuk menyakiti, dan lain sebagainya. 
Berarti kita dapat mengambil suatu kesimpulan; sandungan disebut duri dalam daging, terkadang ini diijinkan Tuhan terjadi untuk menggocoh seseorang. Kita tidak perlu bertanya kenapa harus seperti ini, kenapa harus seperti itu, itu diijinkan Tuhan terjadi untuk menggocoh kehidupan kita.

Saudaraku, iblis pernah menggocoh Ayub dengan banyak perkara yang dibagi menjadi dua fase;
Fase yang pertama: Ayub kehilangan harta bendanya serta kehilangan anak-anaknya.
Semuanya itu tertulis di dalam Ayub 1:11-19.

Boleh kita baca terlebih dahulu..
Ayub 1:21
(1:21)katanya:"Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"

Respon Ayub ketika dia kehilangan harta benda dan kehilangan anak-anaknya;“Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga akau akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!”

Ketika Ayub digocoh, Ayub berpikir dengan realistis bahwa Tuhan yang memberi maka Tuhan juga yang mengambilnya, dia lahir dengan telanjang dari kandungan ibunya dan pada akhirnya dia kembali kepada sang khalik dengan telanjang, tidak membawa apa-apa. 
Ketika Ayub digocoh dengan hebat dia tidak bersungut-sungut, namun dia sadar bahwa itu terjadi atas seijin Tuhan. 

Ayub 1:22
(1:22)Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.

Jadi sekalipun Ayub digocoh dengan hebat, namun dia tidak bebuat dosa dan tidak mempersalahkan Tuhan dengan apa yang sedang dialaminya.

Fase yang kedua: Iblis menggocoh Ayub dengan barah yang berbau busuk dari ujung kaki sampai ujung kepalanya.Itu tertulis pada Ayub 2:7.

Sekarang kita membaca..
Ayub 2:8-10
(2:8)Lalu Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah abu.
(2:9)Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!"(2:10)Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?"Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.

Pergumulan Ayub pada fase yang kedua ini, istri Ayub berkata; “Masih bertekunkan engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!”
Dalam hal ini, istri Ayub tidak mendukung, tidak menjadi penopang yang baik, tidak dapat menghibur suami di kala di dalam kekusahannya, di kala dalam kesakitannya. Pendeknya; istri Ayub tidak dapat menjadi penghibur dan itu sangat menyakitkan. 
Hal ini perlu juga diperhatikan oleh istri-istri, bahkan perempuan-perempuan muda (yang belum menikah), belajar dari apa yang terjadi di sini, kalau melihat suami menderita, harus menjadi penopang, maksudnya harus menjadi penghibur, jangan membiarkan suami gelisah, jangan membiarkan suami kesusahan, jangan biarkan suami dalam penderitaannya, suami perlu ditopang.
Padaayat 10, jawaban Ayub kepada istrinya; "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.”
Perempuan gila tandanya adalah mau menerima yang baik dari Tuhan, mau diberkati oleh Tuhan, tetapi menolak salib. Itu ciri-ciri perempuan gila. Tanda seseorang tidak mau memikul salib; perbuatannya betul-betul gila. 
Saudaraku, dalam setiap pergantian tahun, seorang raja harus memimpin tentaranya di dalam peperangan, tetapi Daud, berada di atas sotoh istananya dan saat itulah terjadi kegilaan yang luar biasa. Daud mengambil istri Uria orang Het, juga membunuh Uria itu sendiri, bukankah itu suatu kegilaan? Seharusnya dalam setiap pergantian tahun seorang raja berjuang dalam hal memikul salibnya supaya tidak terjadi kegilaan (perbuatan gila).

Kita kembali membaca..
2 Korintus 12:7
(12:7)Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.

Rasul Paulus bermegah dengan duri dalam dagingnya yaitu seorang utusan iblis menggocoh dia, tujuannya adalah supaya dia jangan meninggikan diri, melainkan supaya menjadi seorang hamba Tuhan yang rendah hati. Baik perkataannya selalu di bawah, baik gerak-geriknya selalu di bawah. Tambah tahun kita harus semakin tambah rendah hati, sikap dan perbuatan harus selalu di bawah supaya nyata pribadi Yesus di dalam diri kita masing-masing.

Ayub 1:20
(1:20)Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah,

Pada saat Ayub digocoh (Ayub kehilangan semua harta benda dan kehilangan anak-anakya):
1. Berdirilah Ayub lalu mengoyak jubahnya dan mencukur kepalanya.
2. Sujudlah dia dan menyembah.
Saudaraku, mengoyak jubah dan mencukur kepala menandakan bahwa Ayub merasahina dan tidak layak dihadapan Tuhan. Sedangkan sujud menyembah menunjukkan bahwa dia adalah pribadi yang rendah hati, merendahkan diri dihadapan Tuhan. Itulah yang terjadi pada fase yang pertama, yaitu ketika dia kehilangan harta benda dan kehilangan anak-anak yang dikasihinya. 

Ayub 2:8
(2:8)LaluAyub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya,sambil duduk di tengah-tengah abu.

Tindakan yang kedua adalah terhadap barah yang busuk Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya sambil duduk di tengah-tengah abu. 
Mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya ini jelas menunjukkan suatu kerendahan hati. Biasanya orang yang sakit langsung segera mengobatinya dengan obat, langsung segera pergi ke rumah sakit dan sebagainya, tetapi dalam hal ini dia hanya mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, ini jelas menggambarkan suatu kerendahan hati. 
Itulah yang dia tampilkan kepada Tuhan pada saat dia mengalami gocohan yang kedua. 
Jadi betul-betul Ayub adalah seorang yang rendah hati

2 Korintus 12:8
(12:8)Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.

Disini kita melihat Rasul Paulus tiga kali berseru supaya utusan iblis itu undur dari padanya. Hal ini kita kaitkan dengan pengalaman Yesus Kristus di dalam Matius 26:40, Yesus berkata;“jikalau sekiranya mungkin cawan ini lalu dari padaku.”Tetapi pada ayat 42, Yesus kembali berkata; ”Jangan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu yang jadi.”
Di dalam 2 Korintus 12:9, jawab Tuhan kepada Rasul Paulus; “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna, sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahnku supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.”

2 Korintus 12:10
(12:10)Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.

Jadi kita kuat karena kita bermegah dalam kelemahan yaitu aniaya karena firmandansengsara karena salib. Itu sebabnya Yesus berkata; “...Cukuplah kasih karuniaku bagimu...”Bermegah dengan duri dalam daging itu merupakan kasih karunia, bermegah dengan aniaya karena firman itu merupakan kasih karunia sebab di dalam kelemahanlah kita kuat, sebaliknya kalau kita merasa diri kuat pasti kita lemah. 

2 Korintus 4:7-10
(4:7)Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. (4:8)Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;(4:9)kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.(4:10)Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.

Saudaraku, harta dalam bejana tanah liat yaitu “membawa kematian Yesus di dalam hidup kita”supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah bukan dari diri manusia itu sendiri. 
Harta dalam bejana tanah liat -> kematian Yesus Kristus. 
Saudaraku, harta di dalam bejana tanah liat memberi kekuatan, yaitu:
1. Ditindas namun tidak terjepit.
2. Habis akal namun tidak putus asa.
3. Dianiaya namun tidak ditinggalkan sendirian.
4. Dihempaskan namun tidak binasa.
Sebetulnya manusia sama seperti bejana tanah liat, rapuh, mudah hancur, kalau lepas dari tangan kemudian jatuh, dia akan hancur berkeping-keping, tetapi kalau kita ada di dalam pengalaman kematian, itu yang memberikan kekuatan. Biarlah kita membawa kamatian Yesus di dalam hidup kita supaya pribadi Yesus nyata dalam kehidupan kita. 

2 Korintus 4:11
(4:11)Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini.

Oleh karena sengsara salib, aniaya karena firman maka pribadi Yesus nyata di dalam kehidupan kita masing-masing. 

2 Korintus 4:12
(4:12)Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu.

Kemudian, Rasul Paulus berkata kepada sidang jemaat di Korintus; “...Maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu...”Artinya; kalau seorang hamba Tuhan senantiasa memikul salibnya maka orang lain terselamatkan. 
Seorang imam harus berdiri antara Allah dan manusia. Demikian juga pemimpin pujian, pemain musik, singer, dia sedang berdiri antara Allah dan manusia, dia menjadi pengantara untuk menyelamatkan manusia. 
Kita harus sadar bahwa hidup kita ini tidak lebih tidak kurang bagaikan bejana tanah liat, rapuh, mudah hancur. Sebab itu biarlah kita membawa kamatian Yesus di dalam kehidupan kita ini supaya pribadi Yesus nyata, supaya kekuatan yang berlimpah-limpah itu nyata di dalam kehidupan kita. 

Kesimpulannya; dari apa yang telah saya sampaikan di atas..
Yakobus 3:2
(3:2)Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.

Barangsiapa tidak bersalah di dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna.”Kelebihan orang yang tidak bersalah dalam perkatannya dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. 
Maka biarlah kita belajar menjadi pribadi-pribadi yang konsekuen, perbuatan sesuai dengan perkataan, berarti tidak salah di dalam perkataan. Kalau seseorang tidak salah di dalam perkataan, dia sempurna, hidupnya sempurna dihadapan Tuhan.

Yakobus 3:3-4
(3:3)Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. (3:4)Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi.

Saudaraku, kuda dapat dikendalikan karena kekang pada mulut kuda, kemudian kapal besar yang digerakkan oleh angin keras juga dapat dikendalikan oleh kemudi menurut kehendak juru mudi. 
Kekangdankemudi-> salib Kristus yang berkuasa mengendalikan seluruh kehidupan kita ini (kita tidak menjadi liar).
Jadikekangmemang perlu, kemudijuga perlu, itulah salib untuk mengendalikan seluruh kehidupan kita ini. 
Kalau tidak ada salib maka kita liar, tidak terkendali, menuruti kata hati. Demikian juga, kalau tidak ada salib maka kehidupan kita ini berlayar di lautan bebas, tidak ada arah, tujuan, tetapi oleh karena salib kita terkendali dengan baik. 
Jadi biarlah kiranya perbuatan sesuai dengan perkataan, sama seperti Rut, sampai pada akhirnya tidak salah dalam perkataan yang terkait dengan kekang dan kemudi, itulah salib Kristus. 
Kalau kita dikendalikan oleh salib, kita tidak liar, tidak menuruti kata hati, kemudian kalau kita berlayar di lautan bebas, sekalipun melewati angin, badai, topan, kita dapat dikendalikan oleh juru mudi sampai berada di pelabuhan hati Tuhan dengan baik. 

Kita kembali memperhatikan..
Rut 2:3
(2:3)Pergilah ia, lalu sampai di ladang dan memungut jelai di belakang penyabit-penyabit; kebetulan ia berada di tanah milik Boas, yang berasal dari kaum Elimelekh.

Memungut jelai di belakang penyabit-penyabit, artinya; Rut di dalam mengerjakan pekerjaan Tuhan tidak mau menonjolkan diri.Jadilah Rut-Rut diakhir zaman, di dalam melayani pekerjaan Tuhan, tidak perlu untuk menonjolkan diri. 

1 Korintus 9:22-23
(9:22)Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya,supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka.(9:23)Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya.

Saudaraku, dari pembacaan ini Rasul Paulus tidak menonjolkan diri, tetapi mau menyelami orang lain supaya dia dapat menyelamatkan orang lain. Bagi dia tidak penting menonjolkan diri, yang penting adalah dia berusaha menyelami hati orang lain. Saat orang lain lemah, dia menyelami hati orang yang lemah, bagi semua orang, dia menjadi segala-galanya, dia menyelami segala keadaan orang lain supaya dia dapat menyelamatkan orang lain. 
Bukan karena penonjolan diri lalu kita dapat menyelamatkan orang lain, tetapi di dalam kerendahan hati kita dapat menyelami hati orang lain. Orang sombong tidak bisa menyelami hati orang lain, tetapi di dalam kerendahan hati kita dapat mengerti orang lain, dapat menyelami isi hati orang lain. 
Tujuannya;supaya sedapat mungkin ia dapat memenangkan dan menyelamatkan banyak jiwa.
Di dalam mengerjakan pekerjaannya, Rasul Paulus tidak melakukan dengan sembarangan supaya dia tidak mendapat penolakan dari Tuhan, melainkan supaya dia mendapat bagian di dalam injil itu. 

1 Korintus 9:26
(9:26)Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul.

Jadi Rasul Paulus dalam mengerjakan pekerjaannya, tidak melakukannya dengan sembarangan supaya dia tidak mengalami penolakan dari Tuhan, melainkan mendapat bagian di dalam injil itu. 

1 Korintus 9:15-16
(1:15)Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satupun dari hak-hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini, supaya aku pun diperlakukan juga demikian. Sebab aku lebih suka mati dari pada...! Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapapun juga! (1:16)Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri.Sebab itu adalah keharusan bagiku.Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.

Rasul Paulus tidak menonjolkan diri/memegahkan diri sebab itu adalah keharusan bagi dia di dalam hal memberitakan injil. 
Tidak menonjolkan diri dan tidak bermegah adalah seorang yang bertanggung jawab dihadapan Tuhan, bahkan pelayanan di dalam pemberitaan injil itu menjadi suatu keharusan bagi dia. 

Amsal 3:34
(3:34)Apabila Ia menghadapi pencemooh, maka Iapun mencemooh, tetapi orang yang rendah hati dikasihani-Nya.

Mari kita kembali melihat orang yang rendah hati di dalam.. 
1 Korintus 9:17-18
(9:17)Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku. (9:18)Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil.

Saudaraku, orang yang rendah hati di dalam melayani pekerjaan Tuhan tidak menuntut upah, tetapi itu merupakan suatu tanggung jawab yang harus kita lakukan dihadapan Tuhan. Jangan sampai kita berpikir, kalau saya melakukan ini apa upahku, kalau saya melakukan ini apa bagian ku. Tetapi di sini kita melihat, orang yang rendah hati dikasihani oleh Tuhan, tidak ada penonjolan diri. 
Untuk orang yang rendah hati, dipercaya melayani Tuhan saja itu sudah upah besar. 
Apa upah kita melayani Tuhan?Dipercaya melayani Tuhan tanpa upah. Kepercayaan itu kemurahan dan itu upah besar. Orang yang tidak mau menonjolkan diri, melayani tanpa upah karena upah sesungguhnya di dalam melayani Tuhan adalah dipercaya melayani tanpa upah. 
Tidak perlu kita menuntut ini dan itu lagi, dipercaya melayani Tuhan tanpa upah itulah upah yang sejati, upah yang sesungguhnya dari Tuhan. Itulah yang dikerjakan oleh Rut, memungut jelai gandum dibelakang penyabit-penyabit tanpa penonjolan diri. 

1 Korintus 9:19
(9:19)Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.

Kalau kita melayani Tuhan dengan mengambil rupa sebagai seorang hamba, dapat menyelami hati setiap orang dalam keadaannya, dengan demikiandapat memenangkan jiwa sebanyak mungkin.

1 Korintus 9:20
(9:20)Demikianlahbagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi.Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat,sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat.

Di sini kita perhatikan oleh karena kerendahan hati Rasul Paulus, dia dapat memenangkan hati orang-orang Yahudi dan mereka yang hidup di bawah hukum taurat. Dia mengerti orang susah, dia mengerti orang jahil, dia mengerti keadaan setiap orang sehingga dia dapat memenangkan jiwa orang lain (orang lain terselamatkan). 
Biarlah kita melayani Tuhan dengan mengambil rupa sebagai seorang hamba, tanpa penonjolan, tanpa memegahkan diri, melainkan merendahkan diri, dengan demikian kita dapat menyelami hati setiap orang dalam keadaannya masing-masing. 
Rasul Paulus dapat memenangkan jiwa orang Yahudi, dapat memenangkan jiwa orang yang berada di bawah hukum taurat, namun bukan berarti Rasul Paulus hidup di bawah hukum taurat, tetapi karena dia dapat menyelami hati orang lain, dia dapat mengerti isi hati orang lain, dia mengerti orang jahil, dia mengerti orang susah. 

Melayani pekerjaan Tuhan pada natal PPT yang sudah kita kerjakan, bagi yang melayani Tuhan di balik layar, tidak perlu berkecil hati sebab upah kita yang sesungguhnya adalah dipercaya melayani tanpa upah. Yang memberi banyak dan yang memberi sedikit sama upahnya, sedinar satu hari. 
Ayo, perhatikanlah firman Tuhan dengan sungguh-sungguh, tidak usah kecil hati, justru kita bersyukur kepada Tuhan, dimulai dari perkataan dan perbuatan sesuai/konsekuen, hari ini A, besok A, seterusnya A, jangan hari ini ya, besok tidak, itu serampangan. Sampai akhirnya tidak bersalah dalam perkataan, berarti; sempurna bagaikan kekang pada mulut kuda dan bagaikan kemudi kecil pada kapal besar. Jadi jangan heran kalau kita merasa terkekang, namun memang seharusnya kita dikendalikan di dalam penggembalaan ini supaya jangan salah dalam perkataan, dimulai dengan konsekuen dulu dalam perkataan, kemudian tidak ada penonjolan diri, dan selanjutnya mengambil rupa sebagai seorang hamba sehingga dapat menyelami keadaan hati setiap orang, dengan demikian dapat memenangkan sebanyak-banyaknya jiwa. 
Kita harus ingat bahwa upah kita adalah dipercaya melayani tanpa upah, itu upah yang sesungguhnya. 
Jadi jangan keliru soal upah, yang memberi banyak dan memberi sedikit sama upahnya. Ada yang bekerja dari pagi, ada yang jam dua belas, dan ada juga yang jam lima sore, namun sama-sama menerima upah satu dinar. Jadi yang bekerja dari jam enam pagi jangan bersungut-sungut melihat orang yang bekerja jam lima sore. Kalaupun datang dari belakang pada pengumpulan jelai gandum bagaikan pekerja pada jam lima sore, tetapi ingat upah kita adalah kalau dipercaya melayani Tuhan tanpa upah, tetap sama-sama satu dinar sehari. 

Ayo, mari kita mengambil rupa sebagai seorang hamba, menyelami isi hati orang lain. Kalau hanya berdiri di altar, tetapi tidak mengerti orang lain, tidak ada artinya, itu bukan upah. Kita belajar mulai dari malam ini sehingga semakin dewasa, pelayanan kita semakin dewasa dihadapan Tuhan, tentu dengan demikian kita dapat menyenangkan hati Tuhan, selain memenangkan sebanyak-banyaknya jiwa. Amin 

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


No comments:

Post a Comment