KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Thursday, June 6, 2019

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 21 FEBRUARI 2019



IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 21 FEBRUARI 2019

KITAB RUT
(Seri: 43)

Subtema: “TIDAK MENDAHULUI TUHAN ADALAH TANDA KERENDAHAN HATI”

Shalom saudaraku.
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita di tengah perhimpunan Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan Perjamuan Suci. Kita mohonkan kemurahan Tuhan supaya kiranya Tuhan membukakan firman-Nya untuk melawat setiap kehidupan kita, memulihkan hidup, ibadah, pelayanan, nikah, dan rumah tangga dipulihkan, berkat berkelimpahan turun menaungi kehidupan kita. 
Dan selanjutnya saya juga tidak lupa menyapa umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, video internet, youtube, facebook, dimanapun pun anda berada kiranya Tuhan memberkati kita sekaliannya.

Segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari Rut 2:7.
Rut 2:7
(2:7) Tadi ia berkata: Izinkanlah kiranya aku memungut dan mengumpulkan jelai dari antara berkas-berkas jelai ini di belakang penyabit-penyabit. Begitulah ia datang dan terus sibuk dari pagi sampai sekarang dan seketikapun ia tidak berhenti."

Rut berkata kepada hamba yang mengawasi penyabit-penyabit di ladang Boas; “Izinkanlah kiranya aku memungut dan mengumpulkan jelai dari antara berkas-berkas jelai ini di belakang penyabit-penyabit.” 
Pernyataan ini menunjukkan bahwa Rut adalah seorang yang rendah hati.

Mari kita melihat ayat-ayat yang merupakan dasar dari Rut memungut jelai gandum di ladang Boas..
Imamat 19:9-10, 23:22
(19:9) Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya, dan janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu. (19:10) Juga sisa-sisa buah anggurmu janganlah kaupetik untuk kedua kalinya dan buah yang berjatuhan di kebun anggurmu janganlah kaupungut, tetapi semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu. (23:22) Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya dan janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu, semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu."

Allah memberi peraturan kepada bangsa Israel di dalam menuai hasil di ladang, yaitu;
a. Agar tidak menuai habis-habis.
b. Tidak boleh memungut yang terjatuh. 
c. Tidak boleh memungut apa yang ketinggalan.
Inilah peraturan yang harus dilakukan oleh bangsa Israel.

Lebih diperjelas lagi di dalam..
Ulangan 24:19-20
(24:19) Apabila engkau menuai di ladangmu, lalu terlupa seberkas di ladang, maka janganlah engkau kembali untuk mengambilnya; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda--supaya TUHAN, Allahmu, memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu. (24:20) Apabila engkau memetik hasil pohon zaitunmu dengan memukul-mukulnya, janganlah engkau memeriksa dahan-dahannya sekali lagi; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda.

Saudaraku, dilarang untuk menyabit habis-habis jelai gandum dan tidak boleh memungut yang terjatuh serta apa tertinggal sebab itu adalah bagian dari orang miskin, orang asing, anak yatim, dan janda. 
Ini adalah suatu peraturan yang harus diperhatikan oleh umat Israel. 
Jadi ayat-ayat inilah sebagai dasar dari Rut untuk memungut dan mengumpulkan jelai gandum di ladang Boas. Namun sekalipun ada dasar untuk memungut jelai gandum yang tersisa tadi, Rut tetap meminta ijin kepada hamba yang mengawasi ladang Boas. 
Pendeknya; Rut sudah terlebih dahulu merendahkan dirinya sebelum memungut dan mengumpulkan jelai gandum di ladang Boas. 
Demikian juga imam-imam, hamba-hamba Tuhan di dalam melayani pekerjaan Tuhan bahkan sidang jemaat yang merindu untuk melayani Tuhan sudah harus terlebih dahulu merendahkan dirinya untuk dipakai oleh Tuhan di dalam pekerjaan Tuhan. Pelayanan kepada Tuhan dan pelayanan kepada sesama sangat dibutuhkan kerendahan hati sebagai mana Yesus telah menjadi contoh di dalam kerendahan hati yaitu di dalam melayani sidang jemaat.

Matius 11:29-30
(11:29) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. (11:30) Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."

Yesus sudah terlebih dahulu merendahkan hati disertai dengan kelemah lembutan di dalam memikul salib yaitu sidang jemaat. Sebetulnya; orang-orang yang melayani pekerjaan Tuhan, berarti memikul suatu beban yang ditaruh oleh Tuhan di atas pundak kita masing-masing. Namun perlu untuk diketahui, beban yang ditaruh Tuhan itu bukan untuk menyiksa kita dan membuat kita menjadi susah, bukan untuk mempersulit hidup kita, tetapi sebaliknya supaya jiwa  menjadi tenang. Maka di dalam melayani pekerjaan Tuhan, logika tidak boleh dikaitkan dengan apa yang dipikirkan oleh Allah dan tidak boleh memaksa kehendak sendiri, namun biarlah pikiran dan kehendak Tuhan menyatu di pikiran kita. 


Kisah Para Rasul 20:17-19
(20:17) Karena itu ia menyuruh seorang dari Miletus ke Efesus dengan pesan supaya para penatua jemaat datang ke Miletus. (20:18) Sesudah mereka datang, berkatalah ia kepada mereka: "Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara kamu sejak hari pertama aku tiba di Asia ini: (20:19) dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku.

Di sini kita perhatikan, Rasul Paulus dengan segala kerendahan hati melayani pekerjaan Tuhan. 
Sebagai saksi kerendahan hati Rasul Paulus di dalam melayani Tuhan: 
a. Air mata menjadi saksi bisu.
 Air selalu mengalir mencari dataran yang rendah, dia tidak mencari dataran yang tinggi. Demikian juga sungai-sungai selalu mencari dataran rendah.  Kalau sungai terlihat ada yang berliku-liku, itu tandanya air itu selalu mencari dataran rendah untuk bisa mengalir. Sama seperti air mata, itu merupakan saksi bisu dari kerendahan hati  Rasul Paulus di dalam melayani Tuhan.
b. Mengalami banyak pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh dia. 
  Pendeknya; rela menjadi domba sembelihan
  Saudaraku, ketika seseorang menjadi domba sembelihan, dia akan mengalami jiwa yang hancur, hati yang patah  dan remuk sesuai dengan Mazmur 51:19.

Mazmur 73:21-23
(73:21) Ketika hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya, (73:22) aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu. (73:22) Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku.

Pemazmur berkata; “Hati terasa pahit dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya.”
Buah pinggang -> baptisan air, berarti; satu di dalam pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Pengalaman ini bagaikan menusuk-nusuk buah pinggang rasanya. Tetapi pemazmur berkata; “aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu. Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku.”
Dungu artinya; tetap berdiam diri = satu di dalam pengalaman kematian Tuhan Yesus Kristus. 
Ketika kita merendahkan diri disertai dengan kelemah lembutan dalam melayani Tuhan, memang hati terasa pahit dan buah pinggang seperti menusuk-nusuk rasanya bahkan kita dianggap sebagai domba sembelihan, tetapi pemazmur ini berkata; ”...aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku...”
Berarti pemazmur ini tidak berhenti untuk terus melayani Tuhan apapun yang terjadi, dia tidak putus asa, karena Tuhan senantiasa memegang tangan kanan kita. 
Jadi kesimpulannya, ayat ini menceritakan kerendahan hati dari pemazmur tersebut. 

Mazmur 73:25-26
(73:25) Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.
(73:26) Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya

Sebagai tanda kerendahan hati, pemazmur berkata; “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya. 
Sekalipun daging dan hati habis lenyap, raga ini habis lenyap, tetapi selanjutnya ia berkata; “gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.”
Itulah kerendahan hati dari pada Rut, sekalipun ada dasar, dia tetap meminta ijin kepada hamba yang mengawasi penyabit-penyabit di ladang boas itu.
Orang yang rendah hati senantiasa menempatkan Kristus sebagai Kepala, sebaliknya kehidupan yang tidak rendah hati suka mendahului kehendak Tuhan. 
Jangan susahkan diri sendiri hanya karena mengambil jalannya sendiri dan menuruti keinginan hati sendiri. Tetapi tetaplah di dalam tanda kerendahan hati di dalam hal melayani Tuhan. 

Kerendahan hati itu juga bagian dari tahbisan imam-imam. Mari kita perhatikan di dalam..
Keluaran 29:1-2
(29:1) "Inilah yang harus kaulakukan kepada mereka, untuk menguduskan mereka, supaya mereka memegang jabatan imam bagi-Ku: Ambillah seekor lembu jantan muda dan dua ekor domba jantan yang tidak bercela,
(29:2) roti yang tidak beragi dan roti bundar yang tidak beragi, yang diolah dengan minyak, dan roti tipis yang tidak beragi, yang diolesi dengan minyak; dari tepung gandum yang terbaik haruslah kaubuat semuanya itu.

Dalam tahbisan imam-imam, Allah menentukan dan menuntut korban persembahan. Selain mempersembahkan tiga korban binatang, Allah juga menentukan dan menuntut tiga macam korban sajian. Salah satunya ialah roti tipis yang tidak beragi -> kebenaran yang disertai dengan kerendahan hati. 
Jadi apabila imam-imam melayani Tuhan di dalam tanda kerendahan hati itu merupakan salah satu tahbisan dari seorang imam dihadapan Tuhan. 
Kalau kita mau tahbiskan diri untuk menjadi seorang pelayan Tuhan dan pelayan kepada sesama maka hal itu harus diperhatikan degan sungguh-sungguh.
Harus terlebih dahulu merendahkan diri sebelum melayani Tuhan supaya jangan kita meninggi-ninggikan diri karena hal yang kita punya, sekalipun ada dasar kita yaitu potensi dan kelebihan, namun harus tetap minta ijin, maksudnya; tidak mendahului Tuhan. Kegiatan-kegiatan yang ada, yaitu; ibadah dan pelayanan ini adalah pekerjaan Tuhan, bukan pekerjaan manusia maka harus merendahkan diri dihadapan Tuhan. 

Mazmur 22:27
(22:27) Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya!

Rut berada di ladang Boas untuk memungut dan mengumpulkan jelai gandum, berarti; dia akan makan dan kenyang. Hal ini terjadi karena dia sudah terlebih dahulu merendahkan dirinya dihadapan Tuhan. 
Kemudian “orang yang mencari Tuhan akan memuji-muji Tuhan.” Oleh sebab itu biarlah hati kita hidup untuk selama-lamanya. Hidup ada kaitannya dengan kerendahan hati menunjuk pada orang yang senantiasa mencari Tuhan dan memuji-muji Tuhan. 
Itulah yang disebut dengan hidup. 

Mazmur 37:11
(37:11) Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah.

Orang-orang yang rendah hati:
a. Mewarisi negeri. 
b. Bergembira.
Karena Tuhan memberikan kesejahteraan yang berlimpah-limpah kepada orang yang rendah hati. Beda dengan orang yang congkak, orang yang sombong, akan mendahului kejatuhannya dan kesusahannya. Tetapi orang yang rendah hati mewarisi negeri dan bergembira karena Tuhan memberikan kesejahteraan yang berlimpah-limpah.

Mazmur 149:4
(149:4)Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan.

Selanjutnya di sini kita perhatikan; “Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan.” 
Tuhan kiranya menyertai kita dengan keselamatan. Jangan sampai kita berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, tetapi tidak memperoleh mahkota keselamatan. 
Namun saya terlalu yakin bahwa setiap orang yang melayani Tuhan jerih payahnya tidak akan menjadi sia-sia. 

Ciri-ciri hamba Tuhan di dalam kerendahan hati. 
Rut 2:7
(2:7) Tadi ia berkata: Izinkanlah kiranya aku memungut dan mengumpulkan jelai dari antara berkas-berkas jelai ini di belakang penyabit-penyabit. Begitulah ia datang dan terus sibuk dari pagi sampai sekarang dan seketikapun ia tidak berhenti."

Begitulah ia datang dan terus sibuk dari pagi sampai sekarang dan seketikapun ia tidak berhenti."
Hal ini menunjukkan keadaan Rut dalam dua hal:
1.Memanfaatkan kesempatan yang Tuhan berikan.
 Selagi ada kesempatan mari kita manfaatkan sebaik-baiknya. Jangan bermasa bodoh dan bermalas-malasan, jangan berlaku acuh tak acuh, tetapi mari kita manfaatkan sebaik mungkin, jangan berhenti memanfaatkan kesempatan yang Tuhan berikan kalau tidak mau kehilangan mahkota keselamatan itu.  
2. Rut tidak lalai bekerja di ladang Boas.
  Gambaran dari Yesus Kristus sang penebus. Inilah ciri dari hamba Tuhan, tidak lalai di dalam melayani pekerjaan Tuhan dan melayani sesama.

Kisah Para Rasul 20:20-21
(20:20) Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu;
(20:21) aku senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus.

Rasul Paulus tidak melalaikan pekerjaan Tuhan dan melayani sesama yaitu sidang jemaat di Asia kecil, yaitu: 
1. Dalam hal memberitakan firman Allah.
2. Dalam hal mengajarkan firman Allah.
3. Dalam hal bersaksi dalam hal firman Allah.
Tujuannya adalah supaya sidang jemaat yang dilayani oleh Rasul Paulus bertobat kepada Allah dan percaya kepda Tuhan kita Yesus Kristus, baik bangsa Kafir maupun bangsa Israel itu sendiri.
Inilah ciri-ciri hamba Tuhan yang rendah ahti, tidak lalai dalam hal apa yang berguna bagi Tuhan. 


Kisah Para Rasul 20:22-24
(20:22) Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ (20:23) selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku. (20:24) Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.

Di sini kita perhatikan; sebagai tawanan Roh atau terikat dengan ibadah dan pelayanan, Rasul Paulus tidak lagi memperdulikan dirinya, tidak lagi memperdulikan nyawanya di dalam pelayanannya kepada Tuhan juga di dalam pelayanannya kepada sesama. Dengan satu tujuan: agar dia dapat mencapai garis akhir, berarti; dapat menyelesaikan tugas pelayanan yang dipercayakan oleh Tuhan kepadanya. 
Saya jadi teringat dengan murid-murid yang diutus oleh Tuhan. Sebelum sampai kepada tujuan, tidak boleh memberi salam kepada siapapun, abaikan segala sesuatunya supaya kita dapat mencapai garis akhir. Itu syarat untuk diutus oleh Tuhan.

2 Timotius 4:6-8
(4:6) Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.
(4:7) Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
(4:8) Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.

Rasul Paulus telah mengakhiri pertandingan yang baik, ia telah mencapai garis akhir, selanjutnya Tuhan  mengaruniakan upah kepadanya yaitu mahkota kebenaran. Tetapi bukan hanya kepada Rasul Paulus, tetapi juga kepada hamba-hamba Tuhan yang melayani pekerjaan Tuhan dalam tanda kerendahan hati, mereka juga akan menerima upah yaitu mahkota kebenaran.
Ini merupakan penghiburan kepada hamba-hamba Tuhan, imam-imam yang melayani Tuhan di dalam tanda kerendahan hati; menerima upah yaitu mahkota kebenaran.

Efesus 4:1
(4:1) Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.

Sekalipun Rasul Paulus berada di dalam penjara, namun dia tetap memperhatikan sidang jemaat di Efesus termasuk sidang jemaat yang lainnya yang ada di Asia Kecil, dia tidak lalai dalam memberitakan hal yang berguna kepada sidang jemaat.
Ayo, yang terikat dengan pelayanan (tawanan Roh) dari kota ke kota kita melayani Tuhan, sengsara dan penjara sudah menunggu, bagaikan hewan dungu kita di dekat Dia, tetapi kita selalu dekat dengan Dia karena Tuhan akan memegang tangan kanan kita sebagai pembela bagi kita. Asal kita tidak menjadi lemah dan tidak lalai dalam hal mempergunakan karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh Kudus (menjalankan tugas yang berguna bagi Tuhan). 

Efesus 4:2
(4:2) Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.

Tunjukkanlah kerendahan hati, tunjukkanlah kelemah-lembutan dan kesabaran serta menunjukkan kasih dalam hal saling membantu di tengah-tengah ibadah dan pelayanan ini. Jangan lalai, jangan berhenti supaya pada akhirnya kita menerima mahkota kebenaran dan mahkota keselamatan. 

Efesus 4:3-6
(4:3) Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: (4:4) satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, (4:5) satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, (4:6) satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.

Tujuan dari Rasul Paulus melayani di dalam kerendahan hati ialah agar tercapainya kesatuan di dalam tubuh Kristus. Mencapai garis akhir (menyelesaikan pekerjaan Tuhan) berarti; tercapainya kesatuan tubuh.
Inilah sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini, berada di dalam pesta nikah Anak Domba, bukan yang lain-lain. 
Sebab itu Raul Paulus menghimbau kepada sidang jemaat di Efesus untuk berusaha memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera dengan tanda:
a. Satu tubuh.
b. Satu Roh.
c. Satu Tuhan.
d. Satu iman.
e. Satu baptisan.
f. Satu Allah dan satu Bapa dari semua, Allah di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.
Itu merupakan kasih karunia yang dianugrahkan oleh Tuhan.
Jadi mencapai garis akhir, berarti; mencapai kesatuan dari anggota tubuh yang berbeda-beda supaya masuk di dalam pembentukan tubuh kristus yang sempurna, menjadi tubuh mempelai. Jadi jangan sampai kita pribadi lepas pribadi mengabaikan soal kerendahan hati ini. 

Lebih jauh kita melihat tentang kerendahan hati ini..
Filipi 2:1-4
(2:1) Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, (2:2) karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, (2:3) dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; 
(2:4) dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.

Di sini ada dua bagian tentang nasihat supaya bersatu dan merendahkan diri seperti Kristus. 
1. Di dalam kristus ada;
a. Nasihat. 
b. Penghiburan kasih.
c. Persekutuan Roh.
d. Kasih mesra.
e. Belas kasihan.
2. Di dalam gereja dan di dalam nikah serta di dalam rumah tangga akan tercapai satu kesatuan jikalau ada lima perkara di dalamnya, yaitu:
a. Sehati.
b. Sepikir.
c. Satu kasih.
d. Satu jiwa.
e. Satu tujuan.
Kalau lima perkara ini ada di dalam gereja, ada di dalam nikah, ada di dalam rumah tangga maka akan tercapai satu kesatuan.
Maka kita harus perhatikan lima perkara di dalam Kristus selanjutnya lima perkara di dalam gereja, di dalam nikah, dan di dalam rumah tangga supaya terwujudnya satu kesatuan ini. 

Lima hal di dalam Kristus tidak boleh diabaikan, juga lima hal di dalam gereja, nikah, dan rumah tangga tidak boleh diabaikan. Kalau memang kita merindu terwujudnya kesatuan tubuh yang disebut tubuh Kristus yang sempurna (mempelai wanita Tuhan), syaratnya adalah; 
1. Tidak boleh memikirkan kepentingan diri sendiri.
2. Tidak boleh mencari puji-pujian supaya disukai oleh orang lain.
Sebab kedua hal di atas adalah musuh dari kesatuan. 
Kalau kita dewasa rohani, pasti mengerti hal ini, tetapi kalau masih kanak-kanak rohani, ia hanya untuk memikirkan kepentingan diri dan hanya untuk mencari puji-pujian supaya disukai oleh orang lain padahal dia tidak tahu bahwa itu adalah musuh dari kesatuan.
Biarlah kita semakin hari semakin dewasa menyikapi apa yang kita terima dari Tuhan malam ini, tanda kerendahan hati kita di dalam melayani Tuhan dan di dalam melayani sesama. 
Pendeknya; Orang yang rendah hati adalah orang yang ditahbiskan oleh Tuhan = layak melayani Tuhan dan sesama 
Orang yang melayani karena adanya kepentingan diri sendiri, melayani karena mencari puji-pujian supaya disukai oleh orang lain = tidak layak, karena dia melayani bukan untuk Tuhan, melainkan untuk dirinya sendiri, untuk memuaskan hawa nafsunya saja. 

Filipi 2:5
(2:5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,

Oleh sebab itu Rasul Pulus memberikan suatu ketegasan kepada sidang jemaat di Filipi supaya dalam hidup bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus. Jangan lagi menuruti pikiran hati manusia dan jangan lagi hanya mencari puji-pujian supaya disukai oleh orang lain. 
Ingat! musuh dari kesatuan adalah kepentingan diri dan mencari puji-pujian supaya disukai oleh orang lain. Tetapi hendaklah kita dalam hidup bersama sebagai anggota keluarga Gpt “Betania” menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga di dalam kristus Yesus.

Filipi 2:6-8
(2:6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (2:7) melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (2:8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Dalam keadaan sebagai manusia, Dia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati bahkan sampai mati di atas kayu salib. Berarti; sudah mencapai garis akhir. 
Jadi kematian Yesus di atas kayu salib adalah untuk mempersatukan anggota-anggota tubuh yang berbeda-beda, dengan bukti; tidak ada satupun tulang-tulang-Nya yang terpatah-patahkan, tidak ada tulang-tulang-Nya yang terpisah-pisah. 
Kesimpulan; mencapai garis akhir, Dia telah mempersatukan anggota-anggota tubuh yang berbeda-beda.
Inilah tujuan kita melayani di dalam kerendahan hati supaya mencapai garis akhir yaitu terwujudnya kesatuan tubuh itulah yang disebut tubuh mempelai. 
Rasul Paulus telah meneladani kerendahan hati dari Yesus Kristus di dalam hal memikul salib yaitu melayani sidang jemaat. Juga Rut sekalipun ada dasar untuk memungut dan mengumpulkan jelai gandum di ladang Boas namun dia tetap meminta ijin kepada pengawas penyabit-penyabit di ladang Boas, itu menunjuk kerendahan hati dari pada Rut. 

Saya merasa Tuhan menaruh suatu tanggung jawab di atas bahu saya yaitu soal kesatuan tubuh ini. Itu sebabnya Tuhan percayakan kepada kita Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel untuk selanjutnya dibawa dari Timur sampai ke Barat, dari ujung bumi yang satu sampai ke ujung bumi yang lain supaya terwujudnya kesatuan tubuh ini, dimulai dari nikah, rumah tangga, di dalam gereja, antar gereja, antar denominasi gereja, antar organsasi sampai nanti Kafir dan Israel bersatu. 
Itulah garis akhir dari pelayanan kita, maka tidak boleh ada jurang pemisah, tidak boleh ada gap-gap oleh karena pengaruh yang tidak suci, pengaruh yang tidak baik, oleh karena dosa kejahatan dan dosa kenajisan, karena kepentingan diri dan mencari puji-pujian supaya disukai oleh orang lain. Semuanya itu adalah musuh dari kesatuan. 

Amsal 18:12
(18:12) Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan.

Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan. 
Menerima mahkota keselamatan dan menerima mahkota kebenaran oleh karena kerendahan hati di tengah ibadah dan pelayanan, yaitu melayani pekerjaan Tuhan dan melayani sesama. Tetapi orang yang tinggi hati, itulah orang yang mementingkan dirinya dan yang senantiasa mencari puji-pujian untuk dirinya akan mendahului kehancuran, berarti; tidak terwujudnya kesatuan tubuh Kristus yang sempurna (tubuh mempelai). 
Kesombongan, kepentingan diri, mencari puji-pujian untuk dirinya, kita buang jauh-jauh, saatnya kita menyesali segala perbuatan yang lama, serta minta ampun dan menangis dihadapan Tuhan. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt Daniel U. Sitohang















No comments:

Post a Comment