KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, March 8, 2022

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 02 DESEMBER 2021


 
IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 02 DESEMBER 2021
 
KITAB RUT
(Seri: 15)
 
Subtema: MENANGGALKAN KASUT MENJADIKAN KITA PEMIMPIN SEJATI
 
Selamat malam, salam sejahtera bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita masing-masing. Segala puji, segala hormat hanya bagi Dia yang sudah memungkinkan kita untuk berada di tengah Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci. Saya juga tidak lupa menyapa sidang jemaat di Bandung, di Malaysia, dan umat ketebusan TUHAN yang senantiasa dengan tekun digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang & Cilegon, Banten, Indonesia.
 
Selanjutnya, kita berdoa dan kita mohon kemurahan TUHAN supaya kiranya firman yang dibukakan itu betul-betul memberkati kehidupan kita pribadi lepas pribadi, karena dua tangan TUHAN dari Sorga menjangkau setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
 
Kita sambut STUDY RUT sebagai firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci. Kita baca Rut 4, dengan perikop: “Rut menjadi isteri Boas.”
Rut 4:1
(4:1) Boas telah pergi ke pintu gerbang dan duduk di sana. Kebetulan lewatlah penebus yang disebutkan Boas itu. Lalu berkatalah Boas: "Hai saudara, datanglah dahulu ke mari, duduklah di sini." Maka datanglah ia, lalu duduk. (4:2) Kemudian dipilihnyalah sepuluh orang dari para tua-tua kota itu, dan berkata: "Duduklah kamu di sini." Maka duduklah mereka. (4:3) Lalu berkatalah ia kepada penebus itu: "Tanah milik kepunyaan saudara kita Elimelekh hendak dijual oleh Naomi, yang telah pulang dari daerah Moab. (4:4) Jadi pikirku: baik juga hal itu kusampaikan kepadamu sebagai berikut: Belilah tanah itu di depan orang-orang yang duduk di sini dan di depan para tua-tua bangsa kita. Jika engkau mau menebusnya, tebuslah; tetapi jika engkau tidak mau menebusnya, beritahukanlah kepadaku, supaya aku tahu, sebab tidak ada orang yang dapat menebusnya kecuali engkau, dan sesudah engkau: aku." Lalu berkatalah ia: "Aku akan menebusnya." (4:5) Tetapi kata Boas: "Pada waktu engkau membeli tanah itu dari tangan Naomi, engkau memperoleh Rut juga, perempuan Moab, isteri orang yang telah mati itu, untuk menegakkan nama orang itu di atas milik pusakanya." (4:6) Lalu berkatalah penebus itu: "Jika demikian, aku ini tidak dapat menebusnya, sebab aku akan merusakkan milik pusakaku sendiri. Aku mengharap engkau menebus apa yang seharusnya aku tebus, sebab aku tidak dapat menebusnya."
 
Boaslah yang menjadi penebus yang sesungguhnya atau penebus sejati. Sebab, penebusan atas tanah Elimelekh pada akhirnya jatuh ke tangan Boas. Kemudian, di dalam hal penebusan tanah tersebut Boas juga turut memperoleh Rut, menantu Naomi yang sudah menjadi janda.
 
Pertanyaannya: MENGAPA RUT TURUT DITEBUS?
Rut 4:5
(4:5) Tetapi kata Boas: "Pada waktu engkau membeli tanah itu dari tangan Naomi, engkau memperoleh Rut juga, perempuan Moab, isteri orang yang telah mati itu, untuk menegakkan nama orang itu di atas milik pusakanya."
 
Rut turut ditebus oleh Boas tujuannya adalah untuk menegakkan nama Mahlon di atas tanah milik pusakanya. Mahlon adalah suami Rut, anak sulung Elimelekh yang dilahirkan oleh Naomi. Berarti, oleh penebusan yang dikerjakan Boas silsilah Mahlon tidak akan terputus walaupun dia sudah mati atau sudah tiada.
Dengan demikian, janji Firman Allah tergenapi yakni suatu kehidupan yang hina, dina, papah, serta kehidupan yang masih ditandai dengan kelemahan-kelemahan mendapat kesempatan untuk beroleh tanah air Sorgawi sebagai milik pusakanya untuk selama-lamanya.
 
Kita ini adalah bangsa kafir bukan bangsa Yahudi, kita ini adalah kehidupan yang hina, dina, papah dan masih banyak ditandai dengan kelemahan, kenajisan dan berhala-berhala yang lain, tetapi oleh karena kemurahan TUHAN itulah penebusan yang dikerjakan oleh Boas rohani kehidupan yang hina, dina dan papah mendapat kesempatan untuk memperoleh tanah air Sorgawi sebagai milik pusaka kita untuk selama-lamanya.
Demikian juga penebusan yang telah dikerjakan oleh TUHAN Yesus Kristus di bukit Golgota, tujuannya terang saja supaya kita mendapat bagian dalam tanah air Sorgawi sebagai milik pusaka kita untuk selama-lamanya.
 
Dalam hal ini Yesus Kristus telah menggenapi firman para nabi dan hukum Taurat seperti juga tertulis dalam Ulangan 25, dengan perikop: “Tentang kawin dengan isteri saudara yang telah mati.”
Ulangan 25:5-6
(25:5) "Apabila orang-orang yang bersaudara tinggal bersama-sama dan seorang dari pada mereka mati dengan tidak meninggalkan anak laki-laki, maka janganlah isteri orang yang mati itu kawin dengan orang di luar lingkungan keluarganya; saudara suaminya haruslah menghampiri dia dan mengambil dia menjadi isterinya dan dengan demikian melakukan kewajiban perkawinan ipar. (25:6) Maka anak sulung yang nanti dilahirkan perempuan itu haruslah dianggap sebagai anak saudara yang sudah mati itu, supaya nama itu jangan terhapus dari antara orang Israel.
 
Apabila seseorang mati tanpa meninggalkan anak laki-laki maka salah seorang dari saudara-saudaranya yang masih hidup harus melakukan kewajiban PERKAWINAN IPAR, itulah saudara dari seorang yang sudah mati itu harus mengambil isterinya. Kemudian, anak laki-laki yang sulung yang nanti dilahirkan perempuan itu haruslah dianggap dari anak orang yang mati itu, tujuannya adalah supaya silsilah orang yang mati itu tidak terputus, tidak terhapus dari antara orang israel. Demikianlah Boas mengambil Rut menjadi isterinya supaya silsilah Mahlon tidak terputus dari antara orang israel.
 
Kita kembali untuk membaca Rut 4.
Rut 4:6
(4:6) Lalu berkatalah penebus itu: "Jika demikian, aku ini tidak dapat menebusnya, sebab aku akan merusakkan milik pusakaku sendiri. Aku mengharap engkau menebus apa yang seharusnya aku tebus, sebab aku tidak dapat menebusnya."
 
Penebus pertama tidak siap menebus tanah Elimelekh dan tidak siap menebus Rut, perempuan Moab itu. Alasannya adalah dia tidak mau merusakkan tanah milik pusakanya sendiri. Sama dengan Nabot; dia tetap mempertahankan tanah yang diwariskan nenek moyangnya sebagai milik pusakanya, sekalipun harus kehilangan nyawanya, sekalipun hayat lepas dari kandung badan tetap dia pertahankan.
 
Kita bandingkan dengan hukum yang berlaku, dalam Ulangan 25.
Ulangan 25:7
(25:7) Tetapi jika orang itu tidak suka mengambil isteri saudaranya, maka haruslah isteri saudaranya itu pergi ke pintu gerbang menghadap para tua-tua serta berkata: Iparku menolak menegakkan nama saudaranya di antara orang Israel, ia tidak mau melakukan kewajiban perkawinan ipar dengan aku.
 
Jika saudara dari orang yang mati itu menolak melakukan kewajiban perkawinan ipar, maka isteri dari orang yang mati itu harus pergi ke pintu gerbang untuk memberitahukan perkara-perkara itu kepada tua-tua kota itu.
 
Ulangan 25:8-9
(25:8) Kemudian para tua-tua kotanya haruslah memanggil orang itu dan berbicara dengan dia. Jika ia tetap berpendirian dengan mengatakan: Aku tidak suka mengambil dia sebagai isteri -- (25:9) maka haruslah isteri saudaranya itu datang kepadanya di hadapan para tua-tua, menanggalkan kasut orang itu dari kakinya, meludahi mukanya sambil menyatakan: Beginilah harus dilakukan kepada orang yang tidak mau membangun keturunan saudaranya.
 
Setelah perempuan itu datang kepada para tua-tua kota itu, maka para tua-tua kota itu yang bertindak dan meyakinkan saudaranya itu. Namun, apabila orang itu tetap bertahan dan menolak untuk melakukan kewajiban perkawinan ipar, maka tua-tua di kota itu mengizinkan perempuan yang menjadi janda itu untuk melakukan dua hal:
Yang pertama: Perempuan itu harus MELUDAHI muka orang itu.
Ketika Yesus disalibkan orang Yahudi juga pernah meludahi wajah Yesus, dalam Matius 26:67.
Model atau bau ludah dari orang Yahudi adalah …
1.      Hukum Taurat.
2.      Keras hati dan tegar tengkuk.
Ini bau ludah yang sangat luar biasa dan membuat hati TUHAN pilu.
Kemudian, bangsa kafir yang diwakili oleh tentara romawi juga meludahi wajah Yesus, dalam Matius 27:30.
Model atau bau ludah dari bangsa kafir adalah kenajisan dan berhala.
 
Yang kedua: MENANGGALKAN KASUT dari orang itu.
Malam ini kita kembali memperhatikan penjelasan tentang “Menanggalkan Kasut.”
Rut 4:7-8
(4:7) Beginilah kebiasaan dahulu di Israel dalam hal menebus dan menukar: setiap kali orang hendak menguatkan sesuatu perkara, maka yang seorang menanggalkan kasutnya sebelah dan memberikannya kepada yang lain. Demikianlah caranya orang mensahkan perkara di Israel. (4:8) Lalu penebus itu berkata kepada Boas: "Engkau saja yang membelinya." Dan ditanggalkannyalah kasutnya.
 
Penebus pertama menyerahkan hak penuh kepada Boas untuk menebus tanah milik Elimelekh dan Rut menjadi isterinya. Kemudian, supaya perkara itu dianggap sah maka penebus pertama harus menanggalkan kasut dari kakinya. Dengan demikian, penebusan yang akan dikerjakan oleh Boas atas tanah milik Elimelekh serta Rut perempuan Moab yang menjadi janda itu, dianggap sah dan diakui oleh para saksi.
 
Mari kita simak suatu peristiwa tentang kasut yang ditanggalkan, di dalam Keluaran 3.
Keluaran 3:1
(3:1) Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.
 
Kalimat “biasa menggembalakan kambing domba” artinya: Tergembala dengan sungguh-sungguh sampai mendarah daging.
Dampak positif tergembala dengan sungguh-sungguh adalah domba-domba yang digembalakan atau kehidupan rohani yang tergembalan akan dituntun atau digiring dan diseberangkan dari padang gurun dunia untuk selanjutnya dibawa sampai ke gunung TUHAN, gunung Horeb. Berarti, berada pada tingkat ibadah yang tertinggi itulah doa penyembahan.
 
Tiadalah mungkin kita berada sampai puncak ibadah itulah doa penyembahan kalau kita tidak tergembala dengan sungguh-sungguh. Tergembala berarti setia beribadah sampai nanti digiring kepada tingkat ibadah yang tertinggi itulah doa penyembahan.
 
Keluaran 3:2-3
(3:2) Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. (3:3) Musa berkata: "Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?"
 
Di atas puncak gunung Horeb malaikat TUHAN menampakkan diri kepada Musa di dalam nyala api yang ke luar dari semak duri. Bagi Musa fenomena ini menjadi suatu penglihatan yang besar dan hebat, sebab semak duri itu menyala-nyala tetapi tidak terbakar dan tidak hangus.
 
Keluaran 3:4-5
(3:4) Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: "Musa, Musa!" dan ia menjawab: "Ya, Allah." (3:5) Lalu Ia berfirman: "Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus."
 
Karena Musa berusaha untuk mendekat untuk melihat penglihatan yang hebat itu, maka secepatnya TUHAN memerintahkan untuk menanggalkan kasut dari Musa, sebab tempat di mana Musa berdiri itu adalah tanah yang kudus.
 
Kasut pada kedua telapak kaki Musa, itu menunjuk kepada:
A.    40 (empat puluh) tahun di Mesir = Berdiri di atas pengetahuan yang berasal dari Mesir atau dunia.
B.     40 (empat puluh) tahun di Midian = Berdiri di atas pengalaman yang berasal dari manusiawi.
 
Pendeknya: Pengetahuan dan pengalaman yang berasal dari dunia ini tidak dapat dijadikan sebagai dasar pijakan bagi seorang hamba TUHAN di dalam hal melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN.
Biarpun seseorang mempunyai pengetahuan bahkan sederet gelar di pundaknya itu tidak bisa dijiadikan oleh seorang hamba TUHAN sebagai dasar pijakannya untuk melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN. Demikian juga, sekalipun seseorang mempunyai pengalaman yang hebat di dunianya dan dibidangnya tidak akan bisa dijadikan sebagai dasar pijakan bagi seorang hamba TUHAN di dalam hal melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN.
Pengetahuan dan pengalaman dari dunia belum dapat mencapai kemuliaan dan ketinggian dari Kerjaan Sorga.
 
Sejenak kita kembali memperhatikan penjelasan tentang: PENGETAHUAN MUSA YANG DIPEROLEH DARI MESIR.
Kisah Para Rasul 7:21-22
(7:21) Lalu ia dibuang, tetapi puteri Firaun memungutnya dan menyuruh mengasuhnya seperti anaknya sendiri. (7:22) Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya.
 
Musa dididik dengan segala hikmat orang Mesir selama 40 (empat puluh) tahun.
Intinya: Musa memperoleh pengetahuan yang berasal dari Mesir atau dunia.
Inilah kasut yang pertama yaitu 40 (empat puluh) tahun yang pertama, berbicara soal pengetahuan yang berasal dari Mesir.
 
Kisah Para Rasul 7:23-24
(7:23) Pada waktu ia berumur empat puluh tahun, timbullah keinginan dalam hatinya untuk mengunjungi saudara-saudaranya, yaitu orang-orang Israel. (7:24) Ketika itu ia melihat seorang dianiaya oleh seorang Mesir, lalu ia menolong dan membela orang itu dengan membunuh orang Mesir itu.
 
Pada waktu berumur 40 (empat puluh) tahun Musa mengunjungi bangsanya atau saudara-saudaranya yang sedang diperbudak dan ditindas di Mesir. Pada saat ia ke luar, ia melihat salah seorang bangsanya itu ditindas oleh orang Mesir, lalu secepatnya Musa datang untuk menolong dan membela dengan cara membunuh orang Mesir itu.
 
Kisah Para Rasul 7:25
(7:25) Pada sangkanya saudara-saudaranya akan mengerti, bahwa Allah memakai dia untuk menyelamatkan mereka, tetapi mereka tidak mengerti.
 
Dengan perbuatannya itu Musa menyangka bahwa saudara-saudaranya akan tahu bahwa dia dipakai oleh TUHAN untuk menyelamatkan bangsanya itu, namun pada kenyataannya mereka tidak mengerti.
Mengapa mereka tidak mengerti? Jawabnya; sebab kepemimpinan yang berasal dari tempat yang Maha Tinggi itulah yang berasal dari Allah dari Sorga bertolakbelakang dengan kepemimpinan yang ditampilkan oleh Musa.
Jadi, ukuran seorang pemimpin yang dipakai oleh TUHAN adalah dari Sorga, dari Allah.
 
Banyak pelayan-pelayan TUHAN sampai kepada hamba-hamba TUHAN bahkan gembala sidang menyangka bahwa dia dipakai TUHAN, tetapi pemakaian TUHAN kepada seorang hamba TUHAN harus diukur dengan Firman Allah bukan diukur dengan hal lahiriah, bukan diukur dengan mata manusia.
Jadi, di sini Musa tampil sebagai pemimpin menurut pengetahuan yang berasal dari Mesir yang dia miliki.
 
Matius 20:25
(20:25) Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
 
Kepemimpinan menurut ukuran duniawi:
-          Pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi.
-          Pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas rakyatnya.
Sama halnya dengan Musa; dia datang untuk membela dan menolong bangsanya dengan cara tangan besi dan kekerasan sampai akhirnya MEMBUNUH orang Mesir.
 
Hal ini juga akan terjadi di masa-masa terakhir ini, yaitu pada saat antikris berkuasa atas bumi ini selama 3,5 tahun, begitu banyak yang menjadi korban, begitu banyak anak-anak TUHAN yang akan mati terbunuh di tangan besi dan kekuasaan yang dijalankan dengan kekerasan, dengan otoriter. Bertolak belakang dengan kepemimpinan yang berasal dari tempat yang Maha Tinggi.
Maka, ketika Musa tampil sebagai pemimpin dia menyangka bahwa saudara-saudaranya akan mengerti bahwa TUHAN akan memakai dia untuk menyelamatkan mereka, tetapi sebaliknya saudara-saudaranya tidak mengerti. Sebab, bangsa Israel ini adalah bangsa pilihan, dimulai dari Abraham Ishak dan Yakub, sehingga benih iman dari pada Abraham itu sudah ada artinya iman tentang Sorga mereka sudah mengerti walaupun dalam keadaan tertindas di Mesir.
 
Matius 20:26-27
(20:26) Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, (20:27) dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;
 
Kepemimpinan yang berasal dari tempat Yang Maha Tinggi (dari Sorga):
-          Yang terbesar hendaklah menjadi pelayan.
Jika rindu menjadi yang terbesar, maka layanilah TUHAN dengan sungguh-sungguh, tidak usah bersungut-sungut. Kalau bersungut-sungut dengar firman bagaimana seseorang dapat melayani TUHAN dengan hati besar dan jiwa besar serta lapang dada. Oleh sebab itu, milikilah jiwa besar, sebab jiwa besar harus dimiliki oleh seorang pelayan.
-          Yang terkemuka hendaklah menjadi hamba.
Hamba dalam bahasa Yunani berarti doulos, artinya: Tidak ada hak untuk dirinya sendiri selain tuannya.
Imam-imam belajar untuk menjadi leadership yang handal; pemimpin yang terkemuka, pemimpin yang terbesar, memiliki jiwa besar dan memiliki hati doulos, berarti tidak memiliki hak atas dirinya sendiri selain tuannya sendiri. Yesus Kristus adalah tuan dari dari segala hamba-hamba di atas muka bumi ini.
 
Contoh yang konkrit pemimpin yang datang dari tempat Yang Maha Tinggi.
Matius 20:28
(20:28) sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
 
Yesus datang ke dalam dunia ini bukan untuk dilayani melainkan untuk dua hal:
1.      Melayani. Berarti, Dialah yang terbesar, Dialah yang terkemuka.
2.      Menyerahkan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.
Pendeknya: Kepemimpinan yang berasal dari tempat Yang Maha Tinggi berbeda dengan kepemimpinan yang berasal dari dunia yang menjalankan kuasanya dengan tangan besi dan dengan kekerasan, seperti Musa membunuh orang Mesir.
 
Yesus adalah pemimpin sejati sepanjang masa, sebab Yesus datang ke dunia ini untuk melayani dan menyerahkan nyawanya. Dialah yang terbesar, Dialah yang terkemuka, Dialah pemimpin sejati sepanjang masa dan tidak ada yang seperti Dia. Dia sangat peduli dengan saya dan saudara. Oleh sebab itu, kita harus tetap belajar untuk menjadi leadership yang handal dan meneladani teladan Yesus di atas muka bumi ini. 
Kalau pemimpin hanya peduli dengan pikirannya dan perasaannya, dia bukanlah pemimpin sejati walaupun dia melayani di tengah-tengah ibadah dan pelayanan. Sebab, seorang pemimpin sejati datang untuk melayani dan menyerahkan nyawa.
 
Kita ikuti teladan Yesus, sebab Dia pemimpin sejati. Mungkin kita belum sempurna tetapi paling tidak kita terus belajar. Jangan sibuk dengan perasaan, jangan sibuk memikirkan untuk mencari kesenangan sendiri, tetapi belajar untuk mengerti segala sesuatu.
Inilah perbedaan kepemimpinan yang berasal dari tempat yang maha tinggi dan kepemimpinan yang berasal dari dunia.
 
Yohanes 18:33
(18:33) Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya: "Engkau inikah raja orang Yahudi?" (18:34) Jawab Yesus: "Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?" (18:35) Kata Pilatus: "Apakah aku seorang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau perbuat?" (18:36) Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini."
 
"Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini." Dari jawaban Yesus sudah jelas bahwa Yesus adalah seorang pemimpin sejati yang berasal dari tempat Yang Maha Tinggi; Dia raja orang Yahudi, pemimpin orang Yahudi, pemimpin sejati di sepanjang masa dari masa ke masa.
 
Pemimpin yang berasal dari tempat Yang Maha Tinggi Dia tidak peduli dengan perasaannya, Dia tidak peduli dengan pikirannya, Dia tidak peduli dengan kesenangannya. Namun, kalau pemimpin yang berasal dari dunia Dia akan mencari hamba-hamba-Nya supaya Dia tidak mati disalibkan. Tetapi, karena Dia pemimpin sejati yang berasal dari tempat Yang Maha Tinggi maka Dia harus rela menyerahkan nyawa-Nya; Dia datang untuk melayani, Dia datang untuk menyerahkan nyawa-Nya dan mati di atas kayu salib, berart tidak pusing dengan diri-Nya sendiri.
Oleh sebab itu, pusinglah dengan tanggung jawab yang dipercayakan kepada setiap imam, jangan pusing dengan perasaanmu.
 
Jangan terlihat seperti membela dan menolong, tetapi membunuh; itulah menjalankan kuasa dengan tangan besi dan menjalankan kuasa dengan kekerasan di hati. Orang yang semacam ini tidak pantas untuk menjadi seorang pelayan.
Untuk menjadi seorang pemimpin belajar dari firman TUHAN, jangan selalu bertahan dengan pengertian sendiri, jangan mempertahankan pengertian yang berasal dari dunia, sehingga akhirnya menjadi salah (keliru). Kalau melayani dan menjadi pemimpin dengan pengetahuan yang kita miliki maka di situ banyak kekeliruan.
 
Kita bersyukur kita diajar supaya kita memperoleh pengetahuan yang berasal dari tempat Yang Maha Tinggi, karena TUHAN rindu supaya kita mau menjadi imam-imam, pelayan-pelayan atau pemimpin-pemimpin atau disebut juga leadership yang handal, yang mau bertanggung jawab untuk pekerjaan yang dipercayakan TUHAN bahkan sampai mati di situ. Oleh sebab itu, jangan terlalu sibuk dengan perasaan dan berkata; “aduh aku capek,” kalau “aduh” tiap hari sampai di neraka nanti “aduh.” Sebab, kalau banyak mengeluh maka tempatnya di neraka, di alam maut.
 
Yohanes 18:37
(18:37) Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Jadi Engkau adalah raja?" Jawab Yesus: "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku."
 
Kata Pilatus: "Jadi Engkau adalah raja?" Jawab Yesus: "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja.”
Pemimpin sejati tidak merasa bahwa dia adalah seorang pemimpin. Biarlah kita semua di dalam hal melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN, dengan kata lain menjadi pemimpin, bukan karena pengakuan diri sendiri tetapi TUHAN yang mengakui, karena TUHAN yang membuka mulut Pilatus untuk mengakui bahwa Yesus raja, Yesus pemimpin sejati. Sebab, Yesus sendiri berkata “Engkat mengatakan, bahwa Aku adalah raja.”
Pemimpin sejati, pemimpin yang berasal dari tempat Yang Maha Tinggi tidak pernah membesar-besarkan diri, tidak pernah mengakui keberadaannya, tetapi pemimpin sejati diakui oleh TUHAN.
 
Pendeknya: Yesus datang ke dunia ini untuk menampilkan model kepemimpinan yang benar kepada seantero dunia ini. Itu sebabnya, Yesus berkata: “untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini.”
Dengan penampilan seorang pemimpin yang berasal dari tempat Yang Maha Tinggi maka dunia dibenarkan.
 
Matius 18:38A
(18:38) Kata Pilatus kepada-Nya: "Apakah kebenaran itu?"
 
Pilatus adalah pemimpin wilayah, namun dia bertanya kepada Yesus: "Apakah kebenaran itu?" Dalam hal ini Pilatus tidak memahami tentang kepemimpinan yang benar, yang sejati.
 
Kita lihat PRAKTEK kepemimpinan yang benar atau kepemimpinan yang sejati, di dalam Ibrani 3 dengan perikop: “Yesus lebih tinggi dari Musa.”
Ibrani 3:1-6
(3:1) Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus, (3:2) yang setia kepada Dia yang telah menetapkan-Nya, sebagaimana Musa pun setia dalam segenap rumah-Nya. (3:3) Sebab Ia dipandang layak mendapat kemuliaan lebih besar dari pada Musa, sama seperti ahli bangunan lebih dihormati dari pada rumah yang dibangunnya. (3:4) Sebab setiap rumah dibangun oleh seorang ahli bangunan, tetapi ahli bangunan segala sesuatu ialah Allah. (3:5) Dan Musa memang setia dalam segenap rumah Allah sebagai pelayan untuk memberi kesaksian tentang apa yang akan diberitakan kemudian, (3:6) tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan.
 
Yesus Kristus adalah Kepala rumah TUHAN yang setia, pemimpin yang setia.
Bukti bahwa Yesus tampil sebagai pemimpin yang setia, pemimpin yang sejati itulah pemimpin yang berasal dari tempat Yang Maha Tinggi:
1.      Yesus tampil sebagai Rasul.
2.      Yesus tampil sebagai Imam Besar Agung.
Berarti, dalam hal ini; Yesus sebagai rasul dan Yesus sebagai Imam Besar Agung, yang kita akui.
 
Pertanyaan PERTAMA: Apa tugas dari seorang Rasul?
Jawabnya dapat kita temukan dalam Wahyu 1.
Wahyu 1:1-2
(1:1) Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi. Dan oleh malaikat-Nya yang diutus-Nya, Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes. (1:2) Yohanes telah bersaksi tentang firman Allah dan tentang kesaksian yang diberikan oleh Yesus Kristus, yaitu segala sesuatu yang telah dilihatnya.
 
Rasul Yohanes menerima wahyu dari Allah. Jadi, prosesnya;
-          wahyu itu dari Allah lalu turun kepada Yesus Kristus,
-          kemudian, dari Yesus Kristus turun kepada para malaikat,
-          dari para malaikat turun kepada hamba-hamba-Nya,
-          dari hamba-hamba-Nya sampai kepada tujuh sidang jemaat di Asia kecil.
Jadi, tugas dari seorang hamba TUHAN yang menerima jabatan rasul adalah untuk menyampaikan wahyu kepada sidang jemaat, berarti mengajarkan tentang hal-hal yang akan datang. Di sini Rasul Yohanes memberitakan wahyu kepada tujuh sidang jemaat yang ada di Asia kecil.
 
Kita belum berada pada masa yang akan datang, dan kita masih berada pada masa yang sekarang. Jadi, kita belum melihat tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang secara jasmani atau secara kasat mata. Tetapi oleh karena wahyu kita akan memiliki pengertian tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang = Mata batin ini sudah melihat apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Maka, roh rasuli ini juga harus dimiliki oleh pemimpin rohani yaitu gembala sidang supaya bisa memberitahukan masa-masa yang akan datang yaitu apa yang akan terjadi, supaya sidang jemaat terbuka pikirannya; jangan terus pemikirannya soal berkat, jangan terus pemikirannya hanya bicara soal keberhasilan, sebab itu adalah ibadah fasik sesuai dengan kitab Daniel.
 
Sikap pemimpin yang benar adalah memiliki roh rasuli supaya dia bisa mengajarkan kepada sidang jemaat tentang masa-masa yang akan datang, supaya dengan demikian sidang jemaat bisa juga dengan aktif dapat mengatasi segala persoalan yang akan terjadi. Kalau wahyu itu diterima oleh sidang jemaat, maka otomatis sidang jemaat dapat mengerti apa yang akan terjadi, maka dari sejak sekarang sidang jemaat dapat mempersiapkan diri untuk masa yang akan terjadi. Oleh sebab itu, saudara harus bersyukur kepada TUHAN Yesus kalau wahyu itu dinyatakan oleh seorang pemimpin secara khusus gembala sidang yang memiliki roh rasuli.
 
Wahyu 1:9
(1:9) Aku, Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus.
 
Untuk mendapatkan wahyu tersebut Rasul Yohanes rela dibuang dan diasingkan ke pulau Patmos.
Jadi, mulai dari sekarang harus belajar untuk membawa hidup rendah serendah-rendahnya. Kalau memang rasa-rasanya kita seperti dibuang di dunia ini tidak perlu harus mengeluh, justru pada saat kita mau merendahkan diri karena terbuang dan tersisih dari dunia ini maka TUHAN menerima kita dan pada saat TUHAN menerima kita di situ TUHAN menyatakan wahyu dan memperlihatkan segala sesuatu yang akan terjadi. Itulah keuntungan dari orang yang rela turun serendah-rendahnya karena memang rela disingkirkan dari dunia ini. Oleh sebab itu, tidak perlu mengeluh.
 
Kalau saudara juga tidak mau menerima pengertian sangat keterlaluan. Hanya karena sesuap nasi, hanya karena gelar di pundak ini dan saudara mengabaikan wahyu maka sama dengan bunuh diri.
Si pendurhaka sudah di depan mata dan sesudah itu TUHAN datang, berarti kedatangan TUHAN sudah tidak lama lagi, lalu masih sibuk dengan dunia ini. Kalau kita sibuk oleh dunia dan oleh karena itu kita diterima dunia, maka tidak akan mungkin kita mendapat wahyu. Oleh sebab itu, mulailah dewasa sekarang, mulailah bijaksana sekarang, sekalipun usia muda harus dewasa dan bijaksana oleh firman yang mendewasakan.
 
Wahyu 1:10-13
(1:10) Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala, (1:11) katanya: "Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia." (1:12) Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas. (1:13) Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas.
 
Rasul Yohanes memperlihatkan apa yang terjadi di depan, yakni: Tujuh sidang jemaat Asia kecil pada akhirnya tampil sebagai kaki dian, tampil menjadi terang yang besar, di mana di tengah-tengahnya Kristus tampil sebagai Kepala.
Ini loh ke depan yang TUHAN mau nyatakan kepada kita, sehingga pada saat kita berada pada puncak kegelapan yaitu pada masa kesesakan yang sangat luar biasa tepatnya pada masa antikris berkuasa selama 3,5 tahun, kita bisa melewati, karena oleh wahyu ini ke depan kita menjadi kaki dian dengan tujuh pelita menyala-nyala di atasnya. Itulah akhirnya kondisi dari tujuh sidang jemaat di Asia kecil ini, di mana Yesus Kristu jadi Kepala.
 
Memang tujuh sidang jemaat ini belum sempurna, tetapi oleh wahyu yang diterima oleh Rasul Yohanes maka tujuh sidang jemaat mengalami penyucian demi penyucian, sampai akhirnya oleh wahyu itu ke depan mereka ditampilkan sebagai kaki dian dengan tujuh pelita menyala-nyala di atasnya = Terang dunia dan Yesus Kristus Kepala atas mereka.
Kalau berada dalam terang sanggup melewati kegelapan malam yang memuncak sampai antikris berkuasa atas seantero dunia selama 3,5 tahun, mereka itu adalah pemerintah yang menjalankan kekuasaan dengan tangan besi dan kekerasan atau otoriter, menjalankan kekerasan sampai pembunuhan. Banyak nanti anak-anak TUHAN akan mati terbunuh, tetapi TUHAN mau supaya wahyu ini disampaikan dan kita ke depan tampil menjadi kaki dian dengan tujuh pelita menayala-nyala di atasnya.
 
TUHAN tidak mau kita semua binasa, tetapi TUHAN mau kita dapat melewati puncak gelapnya malam yang memuncak pada saat antikris berkuasa selama 3,5 tahun. Itulah pemimpin sejati; Dia terlalu peduli kepada tujuh sidang jemaat. Oleh sebab itu, sebagai rasul Dia harus menyatakan apa yang akan terjadi ke depan.
 
Soal terang kita akan pelajari sedikit di dalam Injil Matius.
Matius 5:14
(5:14) Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
 
Kamu adalah terang dunia. Itulah kerinduan TUHAN kepada tujuh sidang jemaat di Asia kecil; ditampilkan sebagai kaki dian dengan tujuh pelita yang menyala di atasnya = Menjadi terang dunia.
 
Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Kota yang berkedudukan di atas gunung yang tinggi tidak mungkin tersembunyi, pasti terlihat dengan jelas, tidak ada lagi yang disembunyikan segala sesuatu yang tidak beres.
 
Ukuran untuk menjadi terang.
Matius 5:15
(5:15) Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.
 
Untuk menjadi pelita, syaratnya adalah tidak boleh meletakkan di bawah gantang, artinya: Tidak boleh melatakkannya berdasarkan pikiran manusiawi.
Oleh sebab itu, untuk menjadi terang tidak bisa menggunakan ukuran diri sendiri sebab nyalanya tidak akan terang, sama seperti pelita menyala namun ditutupi oleh gantang.
 
Matius 5:16
(5:16) Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."
 
Yang terlihat adalah perbuatan baik, tidak ada lagi perbuatan yang jahat; yang najis, yang kotor, yang tersembunyi. Sehingga terang itu bercahaya di depan orang dan mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di Sorga.
 
Inilah asal muasal dari pada terang, digambarkan seperti kota yang berkedudukan di atas gunung, dan nanti memuncak sampai kepada kota Yerusalem baru. Kota di sini tidak disebut, tetapi nanti dia akan disebut dalam Wahyu 21.
 
Wahyu 212
(21:2) Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.
 
Dalam Matius 5 dikatakan kota yang berkedudukan di tempat yang tinggi, tetapi dia akan memuncak sehingga disebut kota kudus, Yerusalem yang baru, yang turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.
Inilah terang yang mau TUHAN tampilkan, inilah Kaki Dian yang memuncak sampai Yerusalem yang baru.
 
Wahyu 21:9-11
(21:9) Maka datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku, katanya: "Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak Domba." (21:10) Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah. (21:11) Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.
 
Terangnya akan memuncak sampai menjadi Yerusalem baru, pengantin perempuan mempelai Anak Domba.  Dan akhirnya bercahaya kemuliaan Allah, shekinah glory, berarti kualitas rohaninya sederajat dengan Mempelai Laki-Laki Sorga.
 
Mempelai perempuan bercahaya kemuliaan Allah; cahayanya seperti permata yang paling indah itulah permata yaspis, jernih seperti kristal, berarti transparan; luar dan dalam sama, tidak ada lagi yang tersembunyi. Jelas, ini menunjuk kepada orang yang jujur, tulus, polos, tampil apa adanya, tidak ada yang dibuat-buat lagi. Ini puncak dari pada Kaki Dian dengan tujuh pelita di atasnya.
Maka, dari hal ini kita dapat memahami TUHAN itu betul-betul pemimpin sejati, Dia merindukan gereja-Nya menjadi terang yang memuncak menjadi mempelai TUHAN, milik kepunyaan-Nya. Maka, jelas Yesus adalah pemimpin sejati sepanjang masa. Sedangkan, manusia yang ada hanyalah iri, dengki, benci, tidak suka melihat orang maju, dan kalau pelayan TUHAN seperti ini berarti orang semacam ini sibuk dengan hatinya, pemikirannya, perasaannya.
 
TUHAN tidak sibuk dengan kesusahan-Nya, tidak sibuk dengan pikiran dan perasaan-Nya, tetapi Dia sibuk untuk menjadikan kita menjadi Kaki Dian dengan tujuh pelita menyala-nyala di atasnya. Berarti, tidak ada yang tersembunyi sampai nanti memuncak sampai kepada pengantin perempuan, mempelai Anak Domba berarti kualitas rohaninya sederajat dengan Mempelai Laki-Laki. Kalau pada akhirnya seseorang dipakai dan diberkati, biarkan saja, jangan iri hati. Sebab, itu adalah pemimpin sejati.
 
Yesus setia untuk mengepalai rumah-Nya, itulah kehidupan saya dan saudara, Dia pemimpin sejati, dengan bukti:
Yang pertama: Dia tampil sebagai Rasul. Tugas rasul adalah menyatakan wahyu untuk memberitakan apa yang akan terjadi ke depan.
 
Tentang wahyu muaranya adalah dalam Wahyu 4, dengan perikop: “Kedua puluh empat tua-tua dan keempat binatang.”
Wahyu 4:1-2
(4:1) Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini. (4:2) Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang.
 
Oleh karena wahyu yang dinyatakan kepada tujuh sidang jemaat akhirnya tujuh sidang jemaat dibawa tampil menjadi kaki dian yang menyala yang memuncak sampai kepada menjadi pengantin perempuan mempelai Anak Domba, milik kepunyaan Allah, permata yaspis, permata yang paling indah. Sesudah penampilan pengantin perempuan mempelai Anak Domba, TUHAN menunjukkan kerajaan Sorga kepada Yohanes, di dalamnya sebuah takhta terdiri di Sorga dan di takhta itu duduk Seorang.
Perlu untuk diketahui: Seindah-indahnya Sorga tidak ada artinya kalau sebuah takhta tidak terdiri di Sorga dan di takhta itu duduk Seorang.  Demikian juga, seindah-indahnya manusia oleh karena kelebihan yang dia miliki; mungkin harta kekayaan, uang yang banyak, batangan emas dan perak, termasuk gelar yang tinggi di pundaknya, tidak akan indah kalau kerajaan Sorga atau Allah tidak bertakhta di hatinya.
 
Siapakah Seorang yang duduk di atas takhta itu?
Jawabnya; Dialah Yesus Raja di atas segala raja, Pemimpin di atas segala pemimpin, Dialah pemimpin sejati dari sepanjang masa. Yesus sebagai pemimpin sejati, Dia tampil sebagai seorang Rasul, tugas dari seorang Rasul adalah menyatakan wahyu kepada sidang jemaat. Wahyu berarti menceritakan hal-hal yang akan datang.
Jadi, tidak berhenti dijadikan sebagai pengantin perempuan mempelai Anak Domba, tetapi juga dibawa masuk ke dalam kerajaan Sorga.
 
Demikian juga halnya dengan Rasul Paulus dalam 2 Korintus 12:1-4, kepada jemaat di Korintus ia menceritakan tentang pribadinya yang diangkat ke tingkat yang ketiga dari Sorga disebut juga Firdaus. Pada saat itu Rasul Paulus menerima penglihatan-penglihatan yang hebat dan penyataan-penyataan yang hebat dari TUHAN.
-          Penyataan-penyataan itu berbicara tentang persekutuan yang indah dengan TUHAN atau hubungan yang intim dengan TUHAN lewat doa penyembahan, itulah perkataan-perkataan yang tidak boleh diucapkan dan tidak boleh diketahui oleh siapapun.
-          Penglihatan-penglihatan yang dimaksud Rasul Paulus itu dituliskan kembali dalam Ibrani 9:1-4, di mana pembakaran ukupan emas itu sudah berada di dalam Ruangan Maha Suci bersama dengan Tabut Perjanjian, artinya: Doa penyembahan itulah yang membawa kehidupan dari gereja TUHAN sampai ke hadirat Allah menembusi takhta Allah.
 
Jadi, sudah sangat jelas; tugas dari seorang Rasul adalah menyatakan wahyu, berarti menceritakan tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, dimulai dari pada hubungan nikah yang suci, sebagaimana juga yang dikaitkan dengan Rasul Yohanes di mulai dari Matius 4 memuncak sampai Wahyu 21.
Demikian juga, penyataan-penyataan yang diterima oleh Rasul Paulus itu juga berbicara tentang hubungan intim, hubungan nikah yang suci. Kemudian, penglihatan-penglihatan itu berbicara tentang doa penyembahan yang membawa kita sampai naik ke hadirat Allah, menembusi takhta Allah.
Inilah yang akan terjadi dan yang akan dialami bilamana wahyu itu dinyatakan oleh seorang Rasul, bukan hanya Rasul Yohanes tetapi Rasul Paulus juga kepada sidang jemaat di Korintus dan kepada orang Ibrani. Dari hal ini kita mengetahui bahwa betul-betul Yesus adalah pemimpin sejati. Inilah rencana yang besar yang TUHAN mau yang akan TUHAN perlihatkan lewat wahyu. Oleh sebab itu, bersyukurlah kepada TUHAN.
 
Pertanyaan PERTAMA: Apa tugas dari seorang Imam Besar Agung?
Jawabnya; melayani, berdoa dan memperdamaikan dosa umat-Nya.
 
Yang pertama.
Lukas 22:24-27
(22:24) Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka. (22:25) Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. (22:26) Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. (22:27) Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.
 
Murid-murid bertengkar sebab mereka berlomba-lomba untuk menjadi yang terbesar.
Banyak orang ingin menjadi yang terbesar dengan cara yang manusiawi seperti Musa dengan mengandalkan pengetahuannya, tetapi justru dalam pemerintahan itu terjadi banyak kekeliruan. Persis seperti ayat 25; "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung.
Jadi, ukuran menjadi seorang pemimpin di dunia itu adalah karena hal yang lahiriah; kemewahan dan kelebihan secara duniawi, hal itu adalah salah.
 
Oleh sebab itu, TUHAN juga tunjukkan kepemimpinan dari tempat yang Mahatinggi, yaitu:
-          Terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda. Berarti, tidak mau belajar dan tidak merasa senior.
-          Pemimpin sebagai pelayan.
Maka, jangan kita berlomba-lomba menjadi yang terbesar tetapi dengan cara yang manusiawi seperti Musa yaitu tampil menjadi pemimpin tetapi menggunakan pengetahuan yang berasal dari Mesir.
 
Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan, mengapa? Karena Dia adalah seorang Imam Besar; berusaha melayani murid-murid-Nya supaya jangan terjadi pertengkaran, perselisihan, kegaduhan satu dengan yang lain.
Yesus tampil diantara murid-murid sebagai pelayan, sebab Dia ingin memberikan contoh teladan sebagai pelayan yang baik kepada murid-murid, menunjukkan bahwa Yesus adalah Imam Besar Agung.
 
Lukas 22:28-30
(22:28) Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. (22:29) Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, (22:30) bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.
 
Pelayanan TUHAN Yesus sebagai Imam Besar; pada akhirnya membawa murid-murid sampai ke dalam kerajaan Sorga untuk menghakimi kedua belas suku Israel.
 
Inilah contoh teladan dari pelayanan Yesus sebagai Imam Besar untuk menjadikan kita sebagai dua belas rasul hujan akhir untuk memimpin gereja TUHAN ke luar dari masa kesesakan. Itu sebabnya, Yesus tampil sebagai Imam Besar Agung untuk melayani murid-murid karena murid-murid pada akhirnya setelah kualitas rohaninya meningkat akan berubah menjadi dua belas rasul, sesuai dengan 1 Korintus 15. Dan akhirnya dua belas rasul hujan akhir akan membawa gereja TUHAN ke luar dari kesesakan yang besar.
 
Yang kedua.
Lukas 22:31-32
(22:31) Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, (22:32) tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu."
 
Tugas Yesus sebagai Imam Besar yang kedua adalah berdoa untuk murid-murid, termasuk kepada Simon Petrus.
Simon Petrus ini merasa diri hebat, merasa mampu untuk melewati kesesakan yang besar, itu sebabnya Yesus berkata; Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum. Tetapi Yesus berdoa supaya iman dari Simon Petrus tidak gugur. Itu sebabnya, Yesus tampil sebagai Imam Besar dengan tugasnya adalah berdoa supaya iman dari gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini manakala harus menghadapi ujian yang berat tidak menyangkali Yesus Kristus.
Oleh sebab itu, jangan menyangkali Yesus Kristus supaya iman kita jangan gugur. Itulah yang TUHAN mau dan sebab itu Yesus tampil sebagai Imam Besar diantara dua belas murid.
 
Kalau kita harus menghadapi masa kesesakan yang berat, jangan kita menyangkali salib Kristus. Kalau mati untuk TUHAN biarlah mati untuk TUHAN. Itu adalah kuasa doa Imam Besar bagi kita semua.
Kita sudah melihat Wahyu 13:15, nabi-nabi palsu dengan kuasa penuh yang diterima dari antikris memberikan nyawa kepada patung binatang itu sehingga patung binatang itu berbicara begitu rupa dan bertindak begitu rupa, dengan demikian nabi-nabi palsu berhasil membuat patung tiruan atau ilah tiruan untuk disembah dan orang yang tidak menyembah akan dibunuh. Berarti, bila tetap berpihak kepada TUHAN akan dibunuh, tetapi apabila menyangkali TUHAN akan menyembah patung binatang itu. Tetapi di sini kita sudah melihat, Yesus tampil sebagai Imam Besar diantara dua belas murid supaya jangan sampai iman mereka gugur.
Saat kapan iblis menuntut untuk menampi? Pada saat antikris berkuasa selama 3,5 tahun di atas muka bumi ini.
 
Saya percaya TUHAN Yesus tampil dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamun suci sebagai Imam Besar, melayani kita semua supaya kita kelak menjadi pelayan-pelayan TUHAN bagaikan dua belas rasul yang memimpin gereja TUHAN ke luar dari masa kesesakan. Kemudian, Yesus tampil sebagai Imam Besar supaya jangan iman kita gugur dan jangan kita menyangkali Yesus Kristus seperti Simon Petrus.
 
Lukas 22: 33-36
(22:33) Jawab Petrus: "Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!" (22:34) Tetapi Yesus berkata: "Aku berkata kepadamu, Petrus, hari ini ayam tidak akan berkokok, sebelum engkau tiga kali menyangkal, bahwa engkau mengenal Aku." (22:35) Lalu Ia berkata kepada mereka: "Ketika Aku mengutus kamu dengan tiada membawa pundi-pundi, bekal dan kasut, adakah kamu kekurangan apa-apa?" (22:36) Jawab mereka: "Suatu pun tidak." Kata-Nya kepada mereka: "Tetapi sekarang ini, siapa yang mempunyai pundi-pundi, hendaklah ia membawanya, demikian juga yang mempunyai bekal; dan siapa yang tidak mempunyainya hendaklah ia menjual jubahnya dan membeli pedang.
 
Simon Petrus tidak mempunyai kekuatan yang berasal dari diri sendiri untuk menghadapi masa kesesakan, oleh sebab itu Yesus harus tampil sebagai Imam Besar dan berdoa untuk murid-murid termasuk Simon Petrus supaya imannya jangan gugur. Dan pada akhirnya TUHAN mengutus dua belas rasul.
 
Yang ketiga.
Lukas 22:37-38
(22:37) Sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi pada-Ku: Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi." (22:38) Kata mereka: "Tuhan, ini dua pedang." Jawab-Nya: "Sudah cukup."
 
Yesus harus mati di atas kayu salib supaya firman para nabi tergenapi, dan hal itu diceritakan kepada murid-murid. Sesudah murid-murid mendengarkan tentang sengsara salib, murid-murid berkata: "Tuhan, ini dua pedang." Artinya: Murid-murid berharap supaya Yesus membinasakan mereka dengan dua pedang yang ada di tangan mereka. Tanpa sadar mereka menolak salib.
Namun, jawab Yesus: "Sudah cukup." Berarti, Yesus tampil sebagai Imam Besar; dengan kematian-Nya di atas kayu salib Dia sudah memperdamaikan dosa manusia dan itu sudah cukup, tidak perlu dengan membawa dua pedang di tangan.
 
Yesus sudah mengerjakan penebusan pendamaian di atas kayu salib sehingga kita diperdamaikan kepada Allah bukan dengan kekuatan. Manusia tidak bisa berdamai kepada Allah dengan pengetahuannya, dengan kemampuannya, dengan kekuatannya, dengan kepandaiannya. Oleh sebab itu, tugas dari Imam Besar ada di tengah-tengah peribadatan ini untuk memperdamaikan dosa kita.
Salib memperdamaikan dosa kita dan memberi damai sejahtera, itu sudah cukup. Tidak perlu kita mengandalkan pengetahuan Mesir.
 
Kisah Para Rasul 7:26
(7:26) Pada keesokan harinya ia muncul pula ketika dua orang Israel sedang berkelahi, lalu ia berusaha mendamaikan mereka, katanya: Saudara-saudara! Bukankah kamu ini bersaudara? Mengapakah kamu saling menganiaya?
 
Keesokan harinya dia muncul ketika dua orang Israel berkelahi lalu berusaha mendamaikan mereka, katanya; “Saudara-saudara! Bukankah kamu ini bersaudara? Mengapakah kamu saling menganiaya?”
Pada ayat 26, Musa menampilkan diri sebagai seorang pemimpin untuk berusaha memperdamaikan bangsa Israel kepada TUHAN.
 
Kisah Para Rasul 7:27-28
(7:27) Tetapi orang yang berbuat salah kepada temannya itu menolak Musa dan berkata: Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? (7:28) Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti kemarin engkau membunuh orang Mesir itu?
 
Dia berusaha memperdamaikan bangsa Israel kepada TUHAN, berarti dia tampil sebagai seorang pemimpin. Tetapi orang yang berbuat salah kepada temannya itu berkata: Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? Berarti, Musa tidak diakui sebagai pemimpin, tidak diakui sebagai hakim.
Lalu orang itu kembali berkata: Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti kemarin engkau membunuh orang Mesir itu? Kalau seseorang berusaha tampil sebagai seorang pemimpin dengan pengetahuannya namun pada akhirnya terdapat banyak kekeliruan terjadi maka kekeliruan itu akan selalu diingat oleh orang lain.
 
Pengetahuan kita tidak bisa dijadikan dasar pijakan untuk melayani TUHAN, melayani pekerjaan TUHAN, apalagi menjadi pendamaian. Justru oleh pengetahuan itu terjadi banyak kekeliruan dan apabila terjadi kekeliruan itu akan selalu diingat oleh orang lain. Sekalipun saya katakan tidak boleh lihat kesalahan, tetapi tidak bisa dipungkiri kekeliruan pasti diingat orang lain, buktinya orang yang bersalah itu ingat kekeliruan dari pada Musa.
 
Kisah Para Rasul 7:27-28
(7:29) Mendengar perkataan itu, larilah Musa dan hidup sebagai pendatang di tanah Midian. Di situ ia memperanakkan dua orang anak laki-laki.
 
Mendengar perkataan itu, larilah Musa dan hidup sebagai pendatang di tanah Midian = Menjadi pelarian, berarti dikejar-kejar musuh dan masalahnya tidak pernah selesai = Menjadi penakut, berarti tidak memiliki kasih.
Membenci sesama setara dengan membunuh, dan orang yang membenci adalah orang yang tidak memiliki kasih. Sebab di dalam kasih tidak ada ketakutan.
 
Begitu besar kasih Allah kepada kita, Dia mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, itulah Yesus; Dia pemimpin sejati sepanjang masa. Dia sangat dan terlalu mengasihi kita;
-          Dia sampai tidak mempedulikan diri-Nya tetapi peduli dengan hati kita,
-          Dia tidak peduli dengan perasaan-Nya tetapi peduli dengan pikiran dan perasaan kita,
-          Dia tidak peduli dengan kesulitan tetapi peduli kesulitan kita,
-          Dia tidak peduli dengan persoalan yang dihadapi tetapi Dia peduli dengan kesulitan dan persoalan yang kita hadapi di bumi,
-          Dia tidak peduli dengan kesusahan-Nya tetapi Dia peduli dengan banyak kesusahan yang ada di dalam pemikiran ini.
Itulah pemimpin sejati.
Oleh sebab itu, jadilah pemimpin-pemimpin sejati. Tanggalkanlah kasut 40 (empat puluh) tahun di Mesir, sebab tidak bisa dijadikan dasar pijakan, sehingga supaya kita akui bahwa Allah itu kudus di tempat kudus-Nya. Amin.
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 

1 comment:

  1. Amin….Renungan yang menarik, mengingatkan saya akan Yesus dan Musa. Saya mencoba membuat renungan tentang ini di https://youtu.be/P94DbuJXO0c semoga anda juga suka.

    ReplyDelete