KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, March 1, 2022

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 25 NOVEMBER 2021


 
IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 25 NOVEMBER 2021
 
KITAB RUT PASAL 4
(Seri: 14)
 
Subtema: HIDUP TANPA KASIH BERKEDUDUKAN DI ALAM MAUT
 
Segala puji, segala hormat hanya bagi Dia yang sudah memungkinkan kita berada di tengah Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci.
Saya tidak lupa menyapa sidang jemaat di Bandung dan Malaysia yang senantiasa digembalakan oleh  lewat media internet
Biarlah damai sejahtera memerintah setiap kehidupan kita yang hadir malam ini, supaya berkat TUHAN nyata dan boleh kita alami bersama-sama. Isi hati kita diisi oleh Firman TUHAN, sehingga kita boleh mengerjakan apa yang TUHAN mau sampai
 
Selanjutnya, mari kita sambut STUDY RUT sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.
Kita berdoa, supaya TUHAN, dalam pembukaan-Nya betul-betul melawat setiap kehidupan kita, memberkati kita, membela dan menolong kita, karena memang Dia Kepala, Dia Imam Besar yang kita cintai.
 
Kita memperhatikan Rut 4, dengan perikop: “Rut menjadi isteri Boas
Rut 4:1-6
(4:1) Boas telah pergi ke pintu gerbang dan duduk di sana. Kebetulan lewatlah penebus yang disebutkan Boas itu. Lalu berkatalah Boas: "Hai saudara, datanglah dahulu ke mari, duduklah di sini." Maka datanglah ia, lalu duduk. (4:2) Kemudian dipilihnyalah sepuluh orang dari para tua-tua kota itu, dan berkata: "Duduklah kamu di sini." Maka duduklah mereka. (4:3) Lalu berkatalah ia kepada penebus itu: "Tanah milik kepunyaan saudara kita Elimelekh hendak dijual oleh Naomi, yang telah pulang dari daerah Moab. (4:4) Jadi pikirku: baik juga hal itu kusampaikan kepadamu sebagai berikut: Belilah tanah itu di depan orang-orang yang duduk di sini dan di depan para tua-tua bangsa kita. Jika engkau mau menebusnya, tebuslah; tetapi jika engkau tidak mau menebusnya, beritahukanlah kepadaku, supaya aku tahu, sebab tidak ada orang yang dapat menebusnya kecuali engkau, dan sesudah engkau: aku." Lalu berkatalah ia: "Aku akan menebusnya." (4:5) Tetapi kata Boas: "Pada waktu engkau membeli tanah itu dari tangan Naomi, engkau memperoleh Rut juga, perempuan Moab, isteri orang yang telah mati itu, untuk menegakkan nama orang itu di atas milik pusakanya." (4:6) Lalu berkatalah penebus itu: "Jika demikian, aku ini tidak dapat menebusnya, sebab aku akan merusakkan milik pusakaku sendiri. Aku mengharap engkau menebus apa yang seharusnya aku tebus, sebab aku tidak dapat menebusnya."
 
Boaslah yang menjadi Penebus yang sesungguhnya, atau penebus sejati, sebab penebusan atas tanah Elimelekh, pada akhirnya jatuh ke tangan Boas. Kemudian, di dalam hal penebusan, Boas juga memperoleh Rut, menantu Naomi yang sudah menjadi janda itu.
 
Pertanyaannya: MENGAPA RUT JUGA TURUT DITEBUS?
Untuk melihat jawabannya, kita kembali memperhatikan ayat 5.
Rut 4:5
(4:5) Tetapi kata Boas: "Pada waktu engkau membeli tanah itu dari tangan Naomi, engkau memperoleh Rut juga, perempuan Moab, isteri orang yang telah mati itu, untuk menegakkan nama orang itu di atas milik pusakanya."
 
Rut turut ditebus oleh Boas untuk menegakkan nama Mahlon di atas tanah milik pusakanya.
 
Mahlon adalah suami Rut, dia adalah anak sulung Elimelekh yang dilahirkan oleh Naomi. Berarti, oleh karena penebusan yang dikerjakan oleh Boas, maka silsilah Mahlon tidak terputus walaupun dia sudah mati. Dengan demikian, janji Firman Allah tergenapi, yaitu suatu kehidupan yang dina, hina, papah, mendapat kesempatan untuk memperoleh tanah air sorgawi sebagai milik pusakanya untuk selama-lamanya.
Selama kita mendiami kemah tubuh ini, kita ini masih banyak mengalami penderitaan dan pergumulan oleh karena kesalahan itu sendiri, tetapi puji TUHAN, janji Firman Allah tergenapi, yaitu suatu kehidupan yang dina, hina, papah, termasuk bangsa kafir mendapat kesempatan untuk memperoleh tanah air sorgawi sebagai milik pusakanya untuk selama-lamanya.
 
Bangsa kafir, bangsa yang tidak mengenal TUHAN, sebetulnya hidup dalam penyembahan berhala dan kenajisannya, mudah sekali diseret oleh berhala bisu, dan kita tahu, upah dosa adalah maut. Tetapi lihatlah, janji Firman Allah kepada bangsa kafir yang masih ditandai dengan kelemahan mendapat kesempatan untuk memperoleh tanah air sorgawi sebagai milik pusaka kita untuk selama-lamanya.
 
Ditegaskan pada ayat 10.
Rut 4:10
(4:10) juga Rut, perempuan Moab itu, isteri Mahlon, aku peroleh menjadi isteriku untuk menegakkan nama orang yang telah mati itu di atas milik pusakanya. Demikianlah nama orang itu tidak akan lenyap dari antara saudara-saudaranya dan dari antara warga kota. Kamulah pada hari ini menjadi saksi."
 
Di sini kita perhatikan: Boas juga mengambil Rut menjadi isterinya. Tujuannya adalah untuk menegakkan nama Mahlon di atas milik pusakanya, dengan kata lain; silsilah Mahlon tidak akan terputus sekalipun ia sudah mati ketika masih berada di daerah Moab.
Demikian juga dengan penebusan yang telah dikerjakan oleh Boas rohani, supaya kita mendapat bagian tanah air sorgawi sebagai mi.
 
Dalam hal ini Yesus Kristus telah menggenapi Firman nubuatan, sekaligus menggenapi hukum Taurat, sebagaimana dengan yang tertulis pada Ulangan 25:5-6, dengan perikop: “Tentang kawin dengan isteri saudara yang telah mati
Ulangan 25:5-6
(25:5) "Apabila orang-orang yang bersaudara tinggal bersama-sama dan seorang dari pada mereka mati dengan tidak meninggalkan anak laki-laki, maka janganlah isteri orang yang mati itu kawin dengan orang di luar lingkungan keluarganya; saudara suaminya haruslah menghampiri dia dan mengambil dia menjadi isterinya dan dengan demikian melakukan kewajiban perkawinan ipar. (25:6) Maka anak sulung yang nanti dilahirkan perempuan itu haruslah dianggap sebagai anak saudara yang sudah mati itu, supaya nama itu jangan terhapus dari antara orang Israel.
 
Di sini kembali kita perhatikan penjelasan tentang: Apabila seseorang mati tanpa meninggalkan anak laki-laki, maka seorang saudara atau kerabat terdekat dari orang yang mati itu, harus melakukan kewajiban perkawinan ipar. Tujuannya adalah supaya silsilah orang yang mati itu tidak putus, tidak terhapus dari antara orang Israel. Demikianlah Boas mengambil Rut menjadi isterinya, supaya silsilah Mahlon tidak terputus.
Boas rohani, itulah TUHAN Yesus Kristus, Dialah saudara yang terdekat, Dialah kerabat yang terdekat, Dia mengerti kesusahan kita masing-masing.
 
Kita kembali untuk membaca Rut 4:6.
Rut 4:6
(4:6) Lalu berkatalah penebus itu: "Jika demikian, aku ini tidak dapat menebusnya, sebab aku akan merusakkan milik pusakaku sendiri. Aku mengharap engkau menebus apa yang seharusnya aku tebus, sebab aku tidak dapat menebusnya."
 
Penebus pertama tidak siap untuk menebus tanah Elimelekh dan Rut, perempuan Moab, itu. Alasan dari penebus pertama ialah ia tidak mau merusakkan milik pusakanya sendiri.
 
Sekarang, kita akan bandingkan dengan hukum yang berlaku di dalam Ulangan 25.
Ulangan 25:7
(25:7) Tetapi jika orang itu tidak suka mengambil isteri saudaranya, maka haruslah isteri saudaranya itu pergi ke pintu gerbang menghadap para tua-tua serta berkata: Iparku menolak menegakkan nama saudaranya di antara orang Israel, ia tidak mau melakukan kewajiban perkawinan ipar dengan aku.
Jika saudara atau kerabat yang terdekat dari orang yang mati itu menolak untuk melakukan kewajiban perkawinan ipar, maka isteri dari orang yang mati itu harus pergi ke pintu gerbang untuk memberitahukan hal itu kepada tua-tua kota itu.
 
Ulangan 25:8-9
(25:8) Kemudian para tua-tua kotanya haruslah memanggil orang itu dan berbicara dengan dia. Jika ia tetap berpendirian dengan mengatakan: Aku tidak suka mengambil dia sebagai isteri -- (25:9) maka haruslah isteri saudaranya itu datang kepadanya di hadapan para tua-tua, menanggalkan kasut orang itu dari kakinya, meludahi mukanya sambil menyatakan: Beginilah harus dilakukan kepada orang yang tidak mau membangun keturunan saudaranya.
 
Selanjutnya, para tua-tua di kota itu akan bertindak dan meyakinkan saudara orang yang mati itu. Namun, apabila orang itu tetap bertahan dan menolak untuk melakukan kewajiban perkawinan ipar, maka tua-tua di kota itu akan mengizinkan perempuan itu untuk melakukan 2 (dua) hal kepada laki-laki:
YANG PERTAMA: Perempuan itu atau janda itu harus meludahi muka orang itu.
Tentang “meludahi muka” telah dijelaskan, yang dikaitkan dengan:
-          Muka Yesus telah diludahi oleh orang-orang Yahudi dalam Injil Matius 26:67. Model dan bau busuk ludah dari orang-orang Yahudi adalah tegar tengkuk, keras hati dan bertahan dengan hukum Taurat,  menjalankan ibadah secara Taurat.
-          Kemudian, wajah Yesus juga diludahi oleh bangsa kafir, di dalam Injil Matius 27:30. Model dan bau ludah dari bangsa kafir adalah berhala dan kenajisannya, tetapi itu ditanggung oleh Yesus sendiri di atas kayu salib.
 
YANG KEDUA: Perempuan itu atau janda itu menanggalkan kasut dari orang yang menolak untuk melakukan kewajiban perkawinan ipar.
Penjelasan tentang “menanggalkan kasut” akan kita perhatikan kembali di dalam Rut 4.
Rut 4:7-8
(4:7) Beginilah kebiasaan dahulu di Israel dalam hal menebus dan menukar: setiap kali orang hendak menguatkan sesuatu perkara, maka yang seorang menanggalkan kasutnya sebelah dan memberikannya kepada yang lain. Demikianlah caranya orang mensahkan perkara di Israel. (4:8) Lalu penebus itu berkata kepada Boas: "Engkau saja yang membelinya." Dan ditanggalkannyalah kasutnya.
 
Penebus pertama menyerahkan hak penuh kepada Boas untuk menebus tanah Elimelekh dan Rut menjadi isterinya. Kemudian, supaya hal penebusan itu dianggap sah, maka penebus pertama harus menanggalkan kasutnya; dengan demikian, penebusan yang dikerjakan oleh Boas telah dianggap sah atau diakui oleh para saksi.
 
Selanjutnya, mari kita simak suatu peristiwa tentang KASUT YANG DITANGGALKAN, di dalam Keluaran 3, dengan perikop: “Musa diutus TUHAN
Keluaran 3:1-2
(3:1) Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.
 
Di sini melihat: Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya.
Kata “biasa” di sini menunjukkan bahwasanya hal tergembala itu sudah sampai mendarah daging. Maka, tergembala itu pun sudah harus mendarah daging bagi kita. Kita semua harus tergembala sampai mendarah daging.
Kalau ada orang yang tidak tergembala, saudara tidak perlu pusing, sebab masing-masing punya urusannya kepada TUHAN. Yang terpenting adalah kita harus tergembala dengan sungguh-sungguh. Saudara harus takut kalau saudara tidak tergembala sampai mendarah daging.
Jadi, kalau ada yang malas-malas, kita tidak perlu bersungut-sungut, tetapi biarlah kita doakan dia, kita lawat dia, supaya dia sungguh-sungguh. Tidak perlu kita menggerutu kepada TUHAN: “TUHAN, di mana keadilan-Mu?” TUHAN sudah menunjukkan keadilan-Nya di atas kayu salib, tinggal kita memperhatikan diri kita masing-masing saja “apakah kita sudah pikul salib atau belum”.
 
Singkatnya: Kita semua harus tergembala dengan benar, supaya kita mengetahui (memahami) tentang menanggalkan kasut; itulah  kelebihan dari seorang yang tergembala dengan baik, tergembala sampai mendarah daging.
 
Jadi, kita semua harus tergembala dengan benar, dengan sungguh-sungguh sampai mendarah daging. Kalau kita tidak datang beribadah, lalu kita merasa “ada sesuatu yang kurang”, itu menunjukkan bahwa hidup rohani kita sudah tergembala sampai mendarah daging.
Kemudian, kalau kita tergembala dengan sungguh-sungguh, tergembala sampai mendarah daging, maka keuntungan yang kita peroleh ialah TUHAN sebagai Gembala Agung akan menggembalakan hidup rohani kita, serta melepaskan kita dari padang gurun dunia ini, dilepaskan dari segala dosa, dilepaskan dari segala persoalan yang ada di dunia ini, sampai pada akhirnya kita diseberangkan dari padang gurun dunia ini untuk selanjutnya dibawa sampai ke gunung Allah, gunung yang tertinggi, ibadah yang tertinggi, itulah doa penyembahan.  
Doa penyembahan adalah suatu kedudukan yang memberi kebahagiaan kepada saya dan saudara. Selama seseorang diperbudak oleh padang gurun dunia, maka dia tidak akan pernah mengalami kebahagiaan.
Oleh sebab itu, kejar kedudukan yang memberi kebahagiaan itu, itulah doa penyembahan; jangan pusing dengan sandungan. Tidak perlu kita tersandung dengan sandungan, tidak perlu kita pusing dengan sandungan, tetapi serahkanlah dirimu untuk digembalakan oleh Gembala Agung, dan tergembala sampai mendarah daging, sampai akhirnya dibawa sampai kepada puncak ibadah yang tertinggi, itulah doa penyembahan.
 
Kemudian, keuntungan ganda yang kita peroleh manakala kita tergembala dengan sungguh-sungguh atau tergembala sampai mendarah daging ialah …
Keluaran 3:2
(3:2) Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api.
 
Malaikat TUHAN menampakkan diri kepada Musa di dalam nyala api yang keluar dari semak duri; itulah keuntungan ganda yang kita peroleh manakala hidup rohani kita tergembala dengan sungguh-sungguh.
 
Kita masih ingat: Ketika Allah berfirman kepada Musa, Allah memerintahkan Musa untuk menuntun bangsa Israel di padang gurun, dan Allah berjanji bahwa malaikat TUHAN akan berjalan di depan untuk menuntun perjalanan mereka.  Kita butuh malaikat TUHAN berjalan di depan untuk menuntun hidup rohani kita sampai dibawa kepada Yerusalem yang baru. Ini adalah keuntungan ganda yang kita peroleh.
 
Singkatnya:
-          Keuntungan yang pertama ialah berada di gunung yang tertinggi, itulah doa penyembahan yang memberi kebahagiaan.
-          Keuntungan yang kedua ialah dibawa sampai kepada tujuan perjalanan rohani kita, itulah Yerusalem baru.
Itulah keuntungan ganda yang kita peroleh bila kita tergembala sampai mendarah daging.
 
Keluaran 3:2-3
(3:2) Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. (3:3) Musa berkata: "Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?"
 
Di atas gunung Sinai, Musa melihat bahwa semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. Jadi, karena semak duri itu menyala, tetapi tidak hangus dimakan api, maka Musa menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu: Mengapa semak duri itu menyala, tetapi tidak terbakar hangus? Musa penasaran melihat fenomena itu.
 
Keluaran 3:4-5
(3:4) Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: "Musa, Musa!" dan ia menjawab: "Ya, Allah." (3:5) Lalu Ia berfirman: "Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus."
 
Karena Musa berusaha untuk mendekat, maka secepatnya TUHAN memerintahkan Musa untuk menanggalkan kasut dari kakinya, sebab tempat di mana Musa berdiri adalah tanah yang kudus.
 
Kasut Musa pada kaki kanan dan kaki kiri Musa, itu menunjuk kepada:
-          40 (empat puluh) tahun di Mesir → Pengetahuan yang dimiliki oleh Musa dari Mesir.
-          40 (empat puluh) tahun di Midian → Pengalaman Musa di dalam menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, di Midian.
Pendeknya: Pengetahuan dan pengalaman yang berasal dari dunia ini tidak bisa dijadikan sebagai dasar pijakan bagi seorang hamba TUHAN di dalam melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN.
 
Tentang “pengetahuan yang dimiliki oleh Musa dari Mesir” selama 40 (empat puluh) tahun di Mesir, oleh kemurahan TUHAN telah disampaikan dan telah memberkati kita selama 2 (dua) minggu berturut-turut. Saya berharap, apa yang sudah kita terima dan kita dengar tidak untuk dilupakan, tetapi Firman itu harus mendarah daging, supaya nyata bahwa kita menikmati pelayanan Roh, bukan pelayanan tubuh.
 
Tetapi saya akan kembali menyampaikan tentang: PENGETAHUAN YANG DIMILIKI (DIPEROLEH) OLEH MUSA DARI MESIR.
Kita berdoa, kiranya Firman yang dibukakan ini akan meneguhkan kehidupan kita masing-masing, namun ingat; pengetahuan yang diperoleh dari dunia (Mesir) tidak bisa dijadikan dasar pijakan seorang hamba TUHAN di dalam melayani kesucian dan kemuliaan TUHAN.
 
Oleh sebab itu, mari kita melihat Kisah Para Rasul 7.
Kisah Para Rasul 7:21-23
(7:21) Lalu ia dibuang, tetapi puteri Firaun memungutnya dan menyuruh mengasuhnya seperti anaknya sendiri. (7:22) Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya. (7:23) Pada waktu ia berumur empat puluh tahun, timbullah keinginan dalam hatinya untuk mengunjungi saudara-saudaranya, yaitu orang-orang Israel.
 
Musa memperoleh dengan pengetahuan selama 40 (empat puluh) tahun di Mesir.
 
Kisah Para Rasul 7:23-25
(7:23) Pada waktu ia berumur empat puluh tahun, timbullah keinginan dalam hatinya untuk mengunjungi saudara-saudaranya, yaitu orang-orang Israel. (7:24) Ketika itu ia melihat seorang dianiaya oleh seorang Mesir, lalu ia menolong dan membela orang itu dengan membunuh orang Mesir itu. (7:25) Pada sangkanya saudara-saudaranya akan mengerti, bahwa Allah memakai dia untuk menyelamatkan mereka, tetapi mereka tidak mengerti.
 
Genap berusia 40 (empat puluh) tahun, Musa mengunjungi bangsanya yang sedang ditindas di Mesir. Pada saat itu, ia melihat salah satu bangsanya itu dianiaya oleh seorang Mesir, lalu Musa tampil untuk menolong dan membela bangsanya itu, tetapi dengan cara membunuh orang Mesir itu, sesuai dengan pengetahuan yang dia miliki selama 40 (empat puluh) tahun diasuh dididik oleh puteri Firaun.
 
Tentang hal MEMBUNUH, kita akan perhatikan 1 Yohanes 3, dengan perikop: “Kasih terhadap saudara sebagai tanda hidup baru
1 Yohanes 3:14
(3:14) Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut.
 
Kedudukan yang tepat apabila seseorang memiliki kasih Allah dan mau mengasihi saudaranya adalah ia berada di dalam hidup kekal atau berada di dalam Kerajaan Sorga. Biarlah kiranya kita semua didudukkan di dalam Kerajaan Sorga. Kerajaan Sorga menjadi kedudukan kita suatu kali kelak, dengan catatan; kita harus memiliki kasih Allah dan mau mengasihi sesama.
Sebaliknya, kedudukan yang tepat bagi orang yang tidak mengasihi sesamanya adalah alam maut.
 
Jadi, saudara harus bersyukur dan berterima kasih: Kalau TUHAN tampil sebagai Gembala, di mana saya dan saudara adalah kawanan domba yang digembalakan oleh TUHAN, maka kita harus bersyukur di situ, supaya TUHAN memberi suatu kedudukan yang tepat bagi kita, itulah Kerajaan Sorga, bukan alam maut.
 
Kita bandingkan dengan kedudukan dan suasana ALAM MAUT, yang akan kita pelajari dari Injil Lukas 16, dengan perikop: “Orang kaya dan Lazarus yang miskin
Lukas 16:19-21
(16:19) "Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. (16:20) Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, (16:21) dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya.
 
Orang kaya senantiasa bersukaria dalam kemewahan yang ia miliki, berarti ia tidak bersukaria di dalam kasih Allah. Itulah sebabnya ia tidak mau mengasihi saudaranya, Lazarus, sekalipun Lazarus berada dalam penderitaan yang hebat. Sebab kalau kita perhatikan di sini:
-          Lazarus itu adalah seorang pengemis = Miskin.
-          Badan Lazarus penuh dengan borok = Penuh dengan kelemahan.
-          Malahan anjing-anjing datang menjilat boroknya. Anjing-anjing adalah gambaran dari bangsa kafir, bangsa yang belum mengenal TUHAN, yang sangat suka sekali dengan borok, sangat suka sekali dengan kelemahan.
Ini adalah suatu penderitaan yang hebat. Tetapi orang kaya itu tetap bersukaria di dalam kemewahan, bukan di dalam kasih Allah, sehingga sekalipun Lazarus, saudaranya itu mengalami suatu penderitaan yang hebat, namun ia tidak peduli.
 
Lukas 16:22-23
(16:22) Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. (16:23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya.
 
Namun pada akhirnya, matilah Lazarus, tetapi rohnya ada di pangkuan Abraham. Kemudian, orang kaya itu juga mati, lalu dikubur, tetapi roh dari orang kaya itu dibawa ke alam maut, didudukkan di alam maut.
Alam maut adalah tempat penderitaan. Kemudian, alam maut itu hanyalah tempat khayalan, artinya; bagi dia, sorga itu hanyalah impian (tidak nyata), sorga itu hanya sebatas pandangan mata dari orang kaya itu namun tidak dialami olehnya. Itulah suasana di alam maut, itulah tempat penderitaan.
 
Oleh sebab itu, Kerajaan Sorga tidak boleh dikhayal-khayal. Itu sebabnya, kita harus mempunyai suatu kerinduan dan tekad yang kuat, bahwasanya kita harus mengalami suasana kebahagiaan kekal di dalam Kerajaan Sorga. Tetapi tidak demikian dengan apa yang dialami oleh orang kaya itu, sebab Kerajaan Sorga bagi dia hanya impian semata, kebahagiaannya tidak nyata.
Tujuan kita datang beribadah adalah memiliki kasih, supaya kelak kedudukan kita ada di sorga dan merasakan kebahagiaan, bukan? Artinya, sorga bukanlah impian bagi kita.
 
Lukas 16:24-25
(16:24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (16:25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.
 
Alam maut adalah tempat pengharapan yang kosong dan semu, sebab Abraham tidak mau mendengarkan permohonan dari orang kaya itu.
Kalau kita tahu dan sadar bahwa tempat itu merupakan tempat dengan pengharapan yang kosong, jangan anda di situ; itu artinya, bahwa tempat itu adalah alam maut. Oleh sebab itu, di atas tadi saya sudah sampaikan dengan benar: Kita ini sudah seharusnya bersyukur dan berterima kasih, sebab TUHAN membawa dan menghimpunkan kita untuk berada di tempat perhimpunan ibadah-ibadah yang dipercayakan TUHAN; ini adalah tempat pengharapan yang sejati.
Jika tempat itu tidak menjanjikan, jika tempat itu tidak memberi pengharapan, lalu kenapa masih berada di situ? Walaupun kelihatannya ada perkara-perkara lahiriah yang limpah di situ, tetapi kalau tidak memberi pengharapan, berarti itu adalah alam maut. Oleh sebab itu, kita patut bersyukur, karena TUHAN menempatkan kita di dalam kerajaan terang yang penuh pengharapan.
 
Lukas 16:26
(16:26) Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.
 
Kemudian, alam maut bukanlah tempat berjuang untuk meraih (mencari) Kerajaan Sorga. Itu sebabnya, Abraham berkata: Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, tujuannya; supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.
 
Perlu untuk kita ketahui: Kedudukan seseorang jika sudah mati ialah kalau tidak di pangkuan Abraham, ya di alam maut. Kalau sudah ditempatkan di situ, maka roh dari orang yang sudah mati itu tidak bisa gentayangan. Jadi, yang gentayangan itu adalah Setan. Kalau pun ada yang menyerupai orang yang sudah mati, itu adalah pekerjaan Setan. Jangan mau dibodoh-bodohi oleh Setan.
 
Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Alam maut bukanlah tempat untuk berjuang bagi kita untuk meraih Kerajaan Sorga. Kalau tempat itu bukan tempat untuk meraih Kerajaan Sorga, berarti itu adalah alam maut; oleh sebab itu, jangan anda bertahan di sana, jangan bertahan dengan kebodohan.
 
Lukas 16:27-29
(16:27) Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, (16:28) sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. (16:29) Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu.
 
Kemudian, alam maut adalah tempat yang menjadikan seseorang bodoh dan buta tentang keselamatan. Mengapa saya katakan demikian? Sebab orang kaya itu meminta kepada Abraham supaya ada orang yang memperingatkan 5 (lima) saudaranya yang masih hidup, yang tinggal di rumah bapanya. Tetapi untuk permintaan itu, secepatnya Abraham menjawab: “Baiklah mereka mendengarkan kesaksian Musa dan kesaksian para nabi.
 
Sejenak kita akan melihat tentang “kesaksian Musa dan kesaksian para nabi”.
Tentang: KESAKSIAN MUSA.
Kesaksian Musa → Dua loh batu yang berisikan hukum-hukum Allah atau perintah Allah.
 
Kita akan memperhatikan Injil Yohanes 15, dengan perikop: “Perintah supaya saling mengasihi
Yohanes 15:9
(15:9) "Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu.
 
TUHAN merindukan supaya kita semua tinggal di dalam kasih Allah. Sebagaimana Bapa mengasihi Anak, demikian juga Yesus, Anak Allah, mengasihi kita; itu sebabnya TUHAN meminta supaya kita semua tinggal di dalam kasih itu.
 
Yohanes 15:10
(15:10) Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.
 
Perlu untuk diketahui: Setiap orang yang menuruti Firman TUHAN dan melakukan Firman TUHAN = Tinggal di dalam kasih Allah. Inilah kesaksian Musa.
Inti dari 10 (sepuluh) hukum yang tertulis pada 2 (dua) loh batu adalah kasih.
-          Kasih kepada TUHAN, yang mewakili loh batu pertama.
-          Kasih kepada sesama, yang mewakili loh batu kedua.
 
Yohanes 15:11-13
(15:11) Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. (15:12) Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. (15:13) Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.
 
Kemudian, tidak ada kasih yang lebih besar dari salib di Golgota. Dan kasih Allah, kasih yang berasal dari salib di Golgota itu hanya diperuntukkan (ditujukan) kepada sahabat-sahabat-Nya. Jadilah sahabat-sahabat Allah.
 
Siapa yang menjadi SAHABAT ALLAH?
Yohanes 15:14
(15:14) Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.
 
Sahabat Allah adalah orang yang mau melakukan Firman Allah dan rela melakukan Firman Allah dengan segala ketulusan hatinya.
 
Jadi, jangan sampai saudara mendengar untuk melupakan, tetapi biarlah kita mendengar Firman untuk melakukan; itulah tanda bahwa dia adalah sahabat-sahabat Allah. Jadilah sahabat Allah di dalam rencana-Nya. Jangan hanya sebatas “teman” yang tidak taat kepada rencana Allah dan yang tidak mau tergembala dengan baik.
Kembali saya sampaikan: Sahabat Allah adalah orang yang mau melakukan Firman Allah dengan rela dan tulus ikhlas. Biarlah kita semua menjadi sahabat-sahabat Allah di dalam rencana keselamatan yang Dia berikan, supaya kita semua ada di dalamnya.
 
Yohanes 15:15
(15:15) Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.
 
Kelebihan dari sahabat-sahabat Allah adalah Yesus, Anak Allah, memberitahukan segala sesuatu tentang rencana penyelamatan yang dikerjakan oleh Allah kepada sahabat-sahabat-Nya.
Kita patut bersyukur kepada TUHAN, karena apa yang Dia lihat, apa yang Dia dengar dari Bapa, itu yang Dia beritahukan kepada sahabat-sahabat-Nya.
 
Sekarang, kita akan melihat: KESAKSIAN PARA NABI.
1 Petrus 1:10-11
(1:10) Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu. (1:11) Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu.
 
Kesaksian para nabi adalah bernubuat tentang kasih karunia -- penderitaan yang dialami oleh Yesus di atas kayu salib -- yang diperuntukkan (ditujukan) bagi kita supaya kita memperoleh keselamatan.
Yesus memang telah menanggung penderitaan itu di atas kayu salib, dan itu merupakan kasih karunia bagi bangsa kafir, bagi bangsa yang belum mengenal Allah. Selanjutnya, perlu untuk kita ketahui: Dibalik sengsara Salib, TUHAN menyatakan kemuliaan. Dan hal itu juga disampaikan kepada bangsa kafir; sesudah penderitaan itu, selanjutnya menyusul kemuliaan.
 
Jadi, di dalam hal mengikuti TUHAN, yang kita cari bukan soal mujizatnya. Seperti permintaan orang kaya tadi;
-          Permintaan pertama, dia meminta supaya Abraham menyuruh Lazarus mencelupkan ujung jarinya ke dalam air karena dia sudah kepanasan. Dari ujung jari yang dicucukkan ke dalam air itu diharapkan dapat menyejukkan lidahnya, tetapi itu pun tidak disanggupi.
-          Kemudian, permintaan yang kedua; orang kaya itu meminta supaya Abraham memerintahkan supaya ada orang yang pergi dan bersaksi kepada 5 (lima) saudaranya di rumah ayahnya, tetapi Abraham menjawab: Pada mereka ada kesaksian Musa dan kesaksian para nabi.
Mohon maaf, banyak hamba TUHAN belum paham soal keselamatan ini; dia tidak tahu apa yang harus diajarkan kepada sidang jemaat. Tetapi kita bersyukur kepada TUHAN, karena TUHAN membeberkan isi hatinya kepada kita semua.
 
Sesudah kita membaca ayat 10-11, sekarang kita akan memperhatikan ayat 12.
1 Petrus 1:12
(1:12) Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.
 
Seorang nabi sejati tidak bersaksi tentang dirinya sendiri, tetapi bersaksi tentang pekerjaan penebusan yang dikerjakan oleh Yesus, Anak Allah, di atas kayu salib. Pendeknya: Seorang nabi melayani berita Injil, mereka bersaksi tentang kasih karunia yang berasal dari penderitaan Yesus Kristus, sesuai dengan pimpinan Roh-El Kudus, sesuai dengan dorongan dari Allah Roh-El Kudus, bukan karena emosi daging.
Mereka memberitakan Injil bukan karena ada kepentingan diri di situ, tetapi betul-betul memberitakan tentang sengsara salib sesuai dengan dorongan dari Allah Roh-El Kudus, bukan dari emosi daging. Itulah yang disebut “nabi sejati”.
 
Kemudian, kesaksian dari para nabi -- nubuat tentang penderitaan Kristus --, di mana mereka bernubuat sesuai dengan dorongan Roh Kudus, hal itu ingin sekali diketahui oleh para malaikat, baik malaikat yang masih bertahan di sorga, maupun malaikat yang sudah jatuh ke dalam dunia (dosa).
Malaikat terdiri dari roh yang tidak bisa menampung darah salib, sehingga manakala mereka jatuh dalam dosa, maka mereka tidak dapat diampuni, tidak dapat ditebus sampai disucikan; itu sebabnya para malaikat ini sangat penasaran sekali.  Dalam istilah lain; sebetulnya, mereka (malaikat) cemburu kepada manusia, karena kalau mereka jatuh dalam dosa, maka mereka langsung menjadi Setan, tidak ada pengampunan, sebab darah Yesus tidak berlaku atas malaikat.
Tetapi kalau manusia jatuh dalam dosa, manusia masih ada kesempatan untuk mendapatkan penebusan oleh darah salib. Hidup manusia -- yang terdiri dari tubuh, jiwa dan roh -- adalah wadah untuk menampung darah salib Kristus sebanyak-banyaknya, yang berkuasa untuk menebus, mengampuni, menyucikan kita, sampai menyempurnakan kita semua.
Inilah kesaksian para nabi; bernubuat sesuai dengan dorongan Roh Kudus tentang penderitaan Kristus, bernubuat sesuai dengan kasih karunia yang diuntukkan kepada saya dan saudara.
 
Kita harus bersyukur kepada TUHAN; sudah berapa kali kita berbuat dosa, sudah berapa kali kita melakukan kesalahan, bahkan tidak terhitung banyaknya, tetapi selagi yang namanya ada kesempatan, kita masih memperoleh pengampunan atas dosa-dosa yang kita perbuat oleh penebusan darah salib Kristus.
Ingat: Hidup (tubuh) kita ini adalah wadah untuk menampung darah salib, bukan wadah untuk menampung hal-hal yang tak suci. Oleh sebab itu, biarlah secepatnya kita menyatu dengan korban Kristus, dan itu adalah kasih karunia.
 
Kita perhatikan 2 Petrus 1, dengan perikop: “Nubuat tentang kemuliaan Kristus telah digenapi
2 Petrus 1: 18
(1:18) Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus.
 
Semua peristiwa ketika TUHAN Yesus Kristus mengajak Yakobus, Yohanes dan Petrus ke atas gunung yang tinggi, dia tuliskan di dalam 2 Petrus 1:18, sesuai dengan apa yang dia lihat dan dia dengar di atas gunung yang tinggi itu. Ini saja membuat kita bahagia, apalagi jikalau Yesus Kristus, Anak Allah menyampaikan apa yang Dia dengar, apa yang Dia lihat dari Bapa kepada sahabat-sahabat-Nya.
 
2 Petrus 1: 19
(1:19) Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.
Firman para nabi itu berkuasa untuk meneguhkan hati kita masing-masing. Firman yang rahasianya dibukakan berkuasa untuk meneguhkan hati kita masing-masing.
 
Memperhatikan Firman para nabi atau nubuatan para nabi = memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat gelap = menerangi kegelapan, sehingga tidak ada lagi tempat untuk menyembunyikan dosa. Itulah keuntungan yang kita peroleh jika kita memperhatikan Firman atau nubuatan dari para nabi.
Kuasa dari nubuatan para nabi:
-          Keluar dari kegelapan dan berada di tempat terang sampai fajar menyingsing, lepas dari kegelapan yang besar, sampai lepas dari puncak kesesakan (aniaya antikris) selama 3.5 (tiga setengah) tahun.
-          Bintang timur terbit dan bersinar di dalam hati. Bintang timur → orang-orang yang bijaksana. Tugas dari orang yang bijaksana adalah menuntun banyak orang kepada kebenaran. Maka, kalau bintang timur terbit dan bersinar di dalam hati, itulah yang menuntun kita sampai kepada kebenaran sejati.
 
Oleh sebab itu, janganlah kita bodoh seperti kebodohan orang kaya yang bodoh, yang tidak mengerti tentang keselamatan kekal. Sudah di alam maut saja masih tetap bertahan dengan kebodohan.
Kalau orang bodoh masih mendapat kesempatan untuk memperbaiki kebodohan ya puji TUHAN, tetapi ini selain tidak kesempatan, dia pun sudah binasa, namun tetap saja masih mempertahankan kebodohan; ini kan bodoh yang tidak terkira lagi.
Berbahagialah kalau hari ini kebodohan itu diperiksa dan diperbaiki oleh TUHAN. Jangan lagi sibuk memeriksa kebodohan orang bodoh.
 
2 Petrus 1:20-21
(1:20) Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, (1:21) sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.
 
Nubuat yang tertulis dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan oleh kehendak manusia. Banyak juga hamba TUHAN menafsirkan Firman nubuatan menurut kehendaknya sendiri. Ini adalah suatu kekeliruan yang besar, yang seharusnya diperbaiki.
Tetapi yang benar adalah nubuat dari seorang nabi dihasilkan oleh karena dorongan kuasa Roh Kudus, yang berbicara atas nama Allah.
 
1 Korintus 14:24-25
(14:24) Tetapi kalau semua bernubuat, lalu masuk orang yang tidak beriman atau orang baru, ia akan diyakinkan oleh semua dan diselidiki oleh semua; (14:25) segala rahasia yang terkandung di dalam hatinya akan menjadi nyata, sehingga ia akan sujud menyembah Allah dan mengaku: "Sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu."
 
Kuasa Firman para nabi ialah menyelidiki segala rahasia-rahasia yang terkandung di dalam hati = dosa dibongkar dengan tuntas.
 
Kuasa dari Firman para nabi menghasilkan 2 (dua) hal:
1.      Membawa seseorang untuk sujud menyembah Allah = Membawa sampai kepada doa penyembahan.
2.      Mengaku "Sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu." Berarti, menyadari bahwa Allah berpihak kepada mereka; jelas ini adalah orang-orang pilihan (umat pilihan) = menjadi milik kepunyaan Allah sendiri yang sudah dimeteraikan oleh Roh Kudus.
 
Lukas 16:27-29
(16:27) Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, (16:28) sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. (16:29) Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu.
 
Tadi kita sudah melihat:
-          Kesaksian Musa terkait dengan 10 (sepuluh) hukum yang tertulis pada 2 (dua) loh batu, di mana kita diajar untuk memiliki kasih, yaitu mengasihi TUHAN dan sesama, dan menjadi sahabat-sahabat Allah.
-          Kesaksian para nabi, yaitu bernubuat tentang kasih karunia, itulah pribadi Yesus yang mati disalibkan, kemudian menyusul kemuliaan setelah itu. Kemudian, kuasa dari nubuatan dari para nabi ialah menyingkapkan segala rahasia yang terkandung di dalam hati, dosa dibongkar dengan tuntas, sehingga hasilnya; membawa kita kepada satu penyembahan yang menyenangkan hati TUHAN dan membawa kita menjadi umat pilihan TUHAN, milik kepunyaan Allah sendiri.
Inilah yang diberitahukan (dibentangkan) oleh bapa Abraham kepada orang kaya bodoh yang ada di dalam maut itu.
 
Tetapi, APA JAWAB DARI ORANG KAYA ITU?
Lukas 16:30
(16:30) Jawab orang itu: Tidak, Bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat.
 
Tidak, Bapa Abraham” Dari jawaban ini menunjukkan bahwa dia tetap merasa paling benar, paling suci, paling tepat, tidak salah lagi; jelas, orang semacam ini adalah orang tegar tengkuk dan keras hati, susah diatur, yang selalu merasa paling benar.
Bagaimana dengan saudara; kalau kesalahan ditegur, apakah saudara terima atau tidak? Jangan malah bersungut-sungut dan mencari kesalahan untuk mempersalahkan salib.
Tetapi kenyataannya, lihatlah orang kaya bodoh ini: Sudah binasa saja masih tetap keras kepala. Bukankah ini lucu? Jadi, orang ini keterlaluan bodohnya, keterlaluan keras kepalanya. Kalau kita diingatkan, janganlah kita keras kepala, juga jangan serang balik seolah-olah salib Kristus yang salah.
 
Selain keras kepala, dia juga mengajari bapa Abaraham. Abraham itu adalah bapa orang beriman. Jadi, supaya kita memiliki iman, maka kita harus mencontoh iman dari bapa Abraham. Tetapi di sini kita melihat; orang kaya yang bodoh itu justru mengajari bapa Abraham (bapa orang beriman).
Kemudian, di tengah-tengah dia mengajari Abraham, dia berkata: “Jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat.” Jadi menurut pemikiran orang kaya ini, kalau saja ada mujizat “orang mati menjadi hidup” pasti terjadi keubahan dan bertobat. Maka sudah sangat jelas; orang kaya ini tidak mengerti tentang keselamatan.
 
Supaya selamat, maka seseorang harus bertobat, tetapi orang yang mengalami mujizat kesembuhan belum tentu bertobat. Oleh sebab itu, untuk memperoleh Kerajaan Sorga, maka setiap orang harus menerima kesaksian Musa dan kesaksian para nabi.
-          Kesaksian Musa; supaya kita semua saling mengasihi.
-          Kesaksian para nabi; supaya kita boleh mengalami penyucian yang membawa kita kepada suatu penyembahan yang menyenangkan hati TUHAN, dan membawa kita menjadi umat pilihan TUHAN (milik kepunyaan Allah).
 
Sekalipun sejuta kali mujizat terjadi di depan mata, namun itu belum tentu sanggup menyucikan manusia berdosa. Tetapi yang sanggup menyucikan kita adalah kasih Allah yang sempurna, yang sanggup menyucikan kita adalah kitab para nabi, nubuatan para nabi; tidak ada yang lain.
 
Lukas 16:31
(16:31) Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati."
 
Pendeknya: Jikalau lima saudara orang kaya yang tinggal di rumah ayahnya itu tidak menerima kesaksian Musa dan tidak menerima kesaksian para nabi, maka mereka mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun terjadi mujizat “orang mati dibangkitkan”. Hal ini Alkitab sendiri yang mengatakannya.
 
Kita ini hanya dapat diyakinkan oleh kesaksian Musa dan kesaksian para nabi, bukan karena mujizat “orang mati dibangkitkan”. Buktinya, di dalam Injil Yohanes 6, orang yang menerima mujizat kesembuhan dan mujizat 5 (lima) roti serta 2 (dua) ikan pun tidak selamat, sebab ketika Yesus berbicara tentang “tubuh dan darah”, mereka tinggalkan Yesus pada Injil Yohanes 6:66, sebab hal itu terlalu keras bagi mereka.
 
Kita kembali untuk membaca 1 Yohanes 3.
1 Yohanes 3:14
(3:14) Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut.
 
-          Kedudukan yang tepat bagi mereka yang memiliki kasih Allah dan yang mengasihi saudaranya adalah Kerajaan Sorga.
-          Sebaliknya, kedudukan bagi orang yang tidak memiliki kasih dan tidak mau mengasihi sesama saudaranya adalah alam maut.
 
Tadi kita sudah melihat “alam maut”, itulah tempat penderitaan, tempat khayalan, tempat pengharapan yang kosong. Kalau semua tanda-tanda itu ada di satu tempat, saya pesankan: “Jangan bertahan di situ” Bijaksanalah saudara dalam menerima Firman malam ini.
 
1 Yohanes 3:15
 (3:15) Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.
 
Dosa membenci setara dengan dosa membunuh. Jadi, saudara jangan pernah merasa lebih baik, lebih benar, lebih suci dari seorang pembunuh yang membunuh orang dengan cara mutilasi, jikalau saudara masih membenci sesama. Ayo, ingat kebencian-kebencian yang pernah terjadi, kalau masih ada, malam ini meraung menangislah.
 
Lihat, itulah yang dialami oleh Musa; dia merasa dipakai oleh TUHAN, dia merasa layak untuk menjadi pemimpin atas bangsanya, tetapi ketika dia tampil sebagai pemimpin, dia berusaha menolong dan membela dengan cara pengetahuan yang dia peroleh di Mesir, itu sebabnya dia membunuh orang Mesir yang menganiaya bangsanya itu.
Itu sebabnya, saya katakan kembali: Jangan pernah merasa lebih benar, lebih baik, lebih suci dari seorang pembunuh jikalau saya dan saudara masih membenci sesama, dan jangan pernah merasa lebih layak dari orang lain. Jadilah leadership yang handal, dimulai atas diri sendiri, sampai akhirnya menjadi pemimpin di luaran sana.
 
Kisah Para Rasul 7:25
(7:25) Pada sangkanya saudara-saudaranya akan mengerti, bahwa Allah memakai dia untuk menyelamatkan mereka, tetapi mereka tidak mengerti.
Musa menyangka bahwa dia dipakai TUHAN, dan Musa berpikir bahwa saudara-saudaranya itu akan tahu bahwa dia “dipakai TUHAN”. Banyak hamba TUHAN yang merasa bahwa dia dipakai TUHAN, tetapi kenyataannya, lihatlah; mereka tidak mengerti, mereka tidak tahu kalau Musa adalah seorang pemimpin.
 
Banyak hamba TUHAN merasa sebagai pemimpin yang dipakai oleh TUHAN, tetapi sebetulnya mereka belum tentu dipakai oleh TUHAN. Jadi, ukuran untuk menjadi seorang pemimpin yang berasal dari TUHAN bukan dilihat dari yang lahiriahnya, tetapi ukurannya adalah Firman yang tertulis di dalam Kitab Suci.
 
Kisah Para Rasul 7:26
(7:26) Pada keesokan harinya ia muncul pula ketika dua orang Israel sedang berkelahi, lalu ia berusaha mendamaikan mereka, katanya: Saudara-saudara! Bukankah kamu ini bersaudara? Mengapakah kamu saling menganiaya?
 
Musa berusaha untuk tampil menjadi pendamaian. Memang, seorang pemimpin harus menjadi pendamaian terhadap dosa, sesuai dengan 2 Korintus 5:19-21. Setiap imam disebut juga pemimpin, dan setiap pemimpin harus tampil menjadi pendamaian yang membawa berita damai; jangan bikin onar, jangan bikin susah hati orang lain, itulah pemimpin yang menjadi pendamaian.
 
Kisah Para Rasul 7:27-28
(7:27) Tetapi orang yang berbuat salah kepada temannya itu menolak Musa dan berkata: Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? (7:28) Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti kemarin engkau membunuh orang Mesir itu?
 
Di sini kita melihat: Orang yang bersalah terhadap temannya itu menolak Musa sebagai pemimpin. Selanjutnya, orang yang bersalah itu berkata kepada Musa: “Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti kemarin engkau membunuh orang Mesir itu?” Inilah “dosa membenci” yang setara dengan “dosa membunuh”.
 
Jangan kita merasa diri layak, merasa bisa, merasa berkenan lebih dari orang lain, lebih dari seorang pembunuh, apabila kita masih membenci. Lihat, di dalam Filipi dikatakan: Jangan percaya kepada anjing-anjing dan penyunat-penyunat palsu, tetapi kitalah orang yang bersunat, kalau kita datang kepada TUHAN oleh karena pimpinan Roh TUHAN; bermegah kepada salib, bukan kepada yang lahiriah.
 
Kisah Para Rasul 7:29
(7:29) Mendengar perkataan itu, larilah Musa dan hidup sebagai pendatang di tanah Midian. Di situ ia memperanakkan dua orang anak laki-laki.
 
Mendengar ungkapan itu, Musa lari ke Midian, dengan kata lain; Musa menjadi takut. Seorang pemimpin tidak boleh takut, tetapi harus berani menghadapi resiko apa pun yang terjadi; itulah pemimpin, itulah imam, itulah pendamaian.
Kalau lari dari musuh, berarti ia dikejar-kejar oleh musuh; itu adalah tanda bahwa masalah belum selesai. Musuh itu sama seperti si pendendam; sebelum ia membalaskan dendamnya, musuh tidak akan berhenti mengejar. Maka kalau di antara kita semua ada kesalahan, ada dosa, ada sesuatu yang masih menjadi ganjalan atau penghambat dalam pertumbuhan rohani, biarlah secepatnya diakui; jangan lari dari kenyataan, jangan sampai dosa mengejar-ngejar terus.
 
Jadi, orang penakut itu tidak berani menghadapi segala konsekuensi dari segala sesuatu yang dia perbuat. Dari sinilah kita belajar melakukan hal yang baik dan berkenan di hadapan TUHAN, supaya TUHAN akui kita untuk menjadi pemimpin-pemimpin yang handal.
 
Kembali saya sampaikan: Musa menjadi pelarian atau dikejar-kejar musuh = menjadi hamba dosa, jelas ini menunjukkan bahwa ia adalah seorang penakut, bukan seorang pemimpin yang handal.
 
1 Yohanes 4:16-17
(4:16) Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.  (4:17) Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini.
 
Kita telah mengenal, kita juga percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih; barangsiapa tetap berada dalam kasih, maka ia tetap berada dalam Allah, dan Allah di dalam dia. Di dalam kasih tidak ada ketakutan. Kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan, sebab ketakutan mengandung hukuman, dan barangsiapa takut, maka ia tidak sempurna dalam kasih.
 
Jadi, Musa ini ketakutan dan melarikan diri, karena masih dikejar-kejar oleh bayang-bayang dosa. Itu adalah tanda bahwa Musa belum sempurna di dalam kasih, sehingga tidak layak untuk menjadi pemimpin-pemimpin yang handal.
Kalau seorang imam tidak berani untuk berkorban, maka dia tidak layak untuk menjadi pemimpin, tidak layak untuk menjadi pelayan, tidak layak untuk menjadi imam. Seorang imam harus berani, tidak boleh penakut; itu adalah tanda bahwa kasih Allah sempurna di dalamnya.
 
1 Yohanes 4:19
(4:19) Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.
 
Perlu untuk diketahui: Kita mengasihi sesama karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.
Jadi, dari hal ini kita dapat mengambil kesimpulan, bahwasanya; pengetahuan tidak dapat dijadikan sebagai dasar pijakan dari seorang hamba TUHAN untuk melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN.
 
Itu sebabnya, ketika Musa berusaha untuk mendekat melihat apa yang sedang terjadi pada semak duri yang tidak terbakar itu, Allah segera berkata: “Jangan dekat-dekat, tanggalkan kasutmu itu, sebab tempat engkau berdiri adalah tanah yang kudus” Biarlah kita menanggalkan kasut yang lama; dengan demikian, kita mengakui dengan sungguh bahwa TUHAN itu kudus dan sempurna adanya.  Kalau kita datang beribadah dengan kasut yang lama, berarti kita menganggap enteng darah penebusan.
 
Jadi, dari sini kita banyak belajar, bahwa; kasut → 40 (empat puluh) tahun di Mesir, yang berbicara tentang pengetahuan Musa yang dia peroleh dari Mesir, yang tidak bisa dijadikan dasar sebagai pijakan untuk melayani TUHAN dan pekerjaan-Nya.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment