IBADAH RAYA MINGGU, 13 APRIL 2025
WAHYU PASAL 18
Wahyu 18:21
(Seri 5)
Tema: SUARA MEMPELAI LAKI-LAKI & MEMPELAI PEREMPUAN
Pertama-pertama saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN, oleh karena kemurahan hati TUHAN, yang telah menghimpunkan kita di atas gunung TUHAN yang kudus, sehingga kita boleh datang menghadap Dia lewat Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian zangkoor.
Puji nama TUHAN, saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat ketebusan TUHAN, bapa/ibu, saudara/saudari, yang turut bergabung lewat online / live streaming / video internet, baik dari Youtube, maupun dari Facebook, atau media sosial lainnya yang dapat diakses.
Kiranya damai sejahtera dari Sorga ada di tengah-tengah kita untuk memberi sukacita, bahagia saat kita duduk diam dekat kaki TUHAN dan terus mendengarkan Firman TUHAN. Namun, jangan lupa, tetap berdoa dalam Roh, mohon kemurahan TUHAN, supaya Firman yang dibukakan itu meneguhkan setiap hati kita, pribadi lepas pribadi.
Sekali lagi saya minta, berdoalah dalam Roh, karena saya ini adalah manusia biasa, terbatas kemampuan yang saya punya, terbataslah segala sesuatu yang saya miliki. Namun, kalau toh saya juga masih diberi kesempatan untuk menyampaikan Firman Allah dalam tiga macam ibadah pokok dan juga kaum muda remaja, berarti ada empat kali penyuguhan / penyajian Firman, itu adalah kemurahan TUHAN, semata-mata bukan karena hebat dan kuat saya. Oleh sebab itu, bila ada waktu saat teduh, tetaplah dukung dalam doa, terkait dengan pembukaan rahasia Firman.
Marilah kita sambut KITAB WAHYU sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian Roh
Wahyu 18:22-23 --- Perikop: “Babel tidak akan bangkit lagi”
(18:21) Dan seorang malaikat yang kuat, mengangkat sebuah batu sebesar batu kilangan, lalu melemparkannya ke dalam laut, katanya: "Demikianlah Babel, kota besar itu, akan dilemparkan dengan keras ke bawah, dan ia tidak akan ditemukan lagi. (18:22) Dan suara pemain-pemain kecapi dan penyanyi-penyanyi, dan peniup-peniup seruling dan sangkakala, tidak akan kedengaran lagi di dalammu, dan seorang yang ahli dalam sesuatu kesenian tidak akan ditemukan lagi di dalammu, dan suara kilangan tidak akan kedengaran lagi di dalammu. (18:23) Dan cahaya lampu tidak akan bersinar lagi di dalammu, dan suara mempelai laki-laki dan pengantin perempuan tidak akan kedengaran lagi di dalammu. Karena pedagang-pedagangmu adalah pembesar-pembesar di bumi, oleh ilmu sihirmu semua bangsa disesatkan."
Awalnya Babel disebut sebagai “gunung pemusnah”, namun akhirnya menjadi “gunung api yang telah padam.”
Untuk mendukung ayat ini, ayat referensinya ada dalam Yeremia 51:25.
Tanda gunung api telah padam; 3 (tiga) hal pokok tidak ditemukan lagi di dalamnya.
YANG PERTAMA: Suara pemain-pemain kecapi dan penyanyi-penyanyi, dan peniup-peniup seruling dan sangkakala, tidak akan kedengaran lagi di dalamnya.
Hal ini berbicara tentang doa penyembahan. Bila dikaitkan dengan tiga alat di dalam Ruangan Suci terkena kepada Mezbah Dupa.
YANG KEDUA: Suara kilangan tidak akan kedengaran lagi di dalamnya 🡪 Pengajaran itulah Firman Allah dan perjamuan suci. Bila dikaitkan dengan tiga alat di dalam Ruangan Suci, terkena kepada Meja Roti Sajian.
YANG KETIGA: Cahaya lampu tidak akan bersinar lagi di negeri Babel 🡪 kesaksian dari Roh Allah yang suci.
Bila dikaitkan dengan tiga alat di dalam Ruangan Suci, terkena kepada Pelita Emas.
Jadi, 3 (tiga) alat yang di dalam Ruangan Suci, yaitu;
Meja Roti Sajian 🡪 ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.
Pelita Emas 🡪 ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian.
Mezbah Dupa 🡪 ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan.
Sementara Mezbah Dupa lebih menonjol ke depan dibanding dengan dua alat lainnya yakni; Meja Roti Sajian dan Pelita Emas, sehingga kedudukannya lebih dekat dengan Tirai yang kedua disebut juga dengan Tabir Bait Suci Allah. Itu adalah satu gambaran (bayangan) kepada kita / kepada hidup gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini, bahwasanya puncak ibadah adalah doa penyembahan. Sementara, penyembahan adalah penyerahan diri sepenuhnya untuk taat hanya kepada kehendak Allah dan lewat penyembahan inilah terjadi perobekan daging dari atas sampai ke bawah. Sehingga, wujud setan tidak terlihat lagi, setan tidak berkenan tinggal di situ. Jadi, daging yang utuh adalah takhta setan.
Jadi, daging ini tidak lebih dan tidak kurang adalah takhta setan, tetapi, begitu terjadi perobekan daging, setan tidak berkenan tinggal di situ. Jadi, daging besar / daging utuh jangan dipelihara.
Adapun tiga hal pokok tersebut di atas telah diterangkan pada minggu-minggu yang lalu secara berurutan. Oleh sebab itu, kembali saya sampaikan, tetaplah menulis dengan rapi, sebab tulisan itu satu kali dibutuhkan. Kalau engkau pemuda, satu kali menikah, isterimu pasti akan membaca itu. Kalau engkau pemudi, satu kali engkau menikah, suamimu nanti akan membaca itu. Hal itu sudah pasti, karena waktu TUHAN bukan waktu kita, segala sesuatu ada waktunya di bumi ini. Ada waktu mencatat, ada waktu tidak mencatat, ada waktu tertawa, ada waktu sedih. Segala sesuatu ada waktunya. Nanti, ada waktu juga membaca apa yang telah kita catat. Jadi, apa yang kita tabur di bumi, itu juga yang kita tuai, nama kita tercatat dalam kitab kehidupan Anak Domba. Seperti kita mencatat pribadi Yesus di lembaran hati kita masing-masing, karena kita penuh dengan Roh Kudus. Lima jabatan (lima jari), diurapi Roh Kudus menjadi alat untuk menulis di lembaran-lembaran hati kita masing-masing.
Selanjutnya, terkait dengan hal pokok YANG KETIGA, karena cahaya lampu tidak lagi bersinar di negeri Babel, maka tentu saja negeri Babel sudah berada pada kegelapan yang paling gelap
DAMPAK NEGATIF BERADA DALAM KEGELAPAN YANG PALING DAHSYAT:
Wahyu 18:23
(18:23) Dan cahaya lampu tidak akan bersinar lagi di dalammu, dan suara mempelai laki-laki dan pengantin perempuan tidak akan kedengaran lagi di dalammu. Karena pedagang-pedagangmu adalah pembesar-pembesar di bumi, oleh ilmu sihirmu semua bangsa disesatkan."
Suara mempelai laki-laki dan pengantin perempuan tidak akan kedengaran lagi di negeri Babel.
Kita sekarang ini ada di dalam dunia yang gelap, karena yang berkuasa atas seantero dunia adalah raja kegelapan itulah iblis setan. Tetapi, lewat ketekunan tiga macam ibadah pokok atau pertemuan-pertemuan ibadah, kita tetap dalam terang yang ajaib. Tetapi, kalau di luar dari terang yang ajaib, maka akan berada pada kegelapan yang paling gelap. Maka pada saat itu, suara mempelai laki-laki dan suara pengantin perempuan tidak akan terdengar lagi di dalamnya.
Coba saudara bayangkan, kalau saya sebagai suami (mempelai laki-laki) berdiam diri, kemudian isteri saya sebagai mempelai perempuan berdiam diri, apa yang terjadi kira-kira?
Mari kita lihat dulu…
Yohanes 3:29 --- Perikop: “Kesaksian Yohanes tentang Yesus”
(3:29) Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh.
Singkat kata, sukacita mempelai adalah sukacita penuh. Tetapi, sukacita yang diberikan oleh dunia, daging dan setan; tidak penuh (bersifat sementara), tetapi sukacita mempelai bersifat kekekalan (selama-lamanya).
Kemudian, yang empunya mempelai perempuan ialah mempelaki laki-laki, demikian juga sebaliknya.
Kemudian, di sini kita melihat, sahabat mempelai laki-laki sangat bersukacita karena mendengar suara mempelai laki-laki.
Jadi, sahabat mempelai laki-laki mengalami satu sukacita yang besar karena dia mendengar suara dari mempelai laki-laki. Seperti kita malam ini, kita boleh bergirang, bersukacita dengan lain kata; bahagia mendengar suara dari pribadi Yesus Kristus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga lewat Firman Allah yang disampaikan.
Kalau kita mendengar gosip, tidak ada sukacita di situ, justru menghanyutkan sukacita. Dengan lain kata, tadinya ada sukacita, tetapi, begitu mendengar gosip; sukacita terhanyutkan. Tetapi, sahabat mempelai laki-laki bersukacita, saat mendengar suara mempelai laki-laki.
Lebih rinci,,,
Yeremia 7:34 --- Perikop: “Penyembahan berhala dan akibatnya”
(7:34) Di kota-kota Yehuda serta di jalan-jalan Yerusalem akan Kuhentikan suara kegirangan dan suara sukacita, suara pengantin laki-laki dan suara pengantin perempuan, sebab negeri itu akan menjadi tempat yang tandus.
Suara kegirangan dan suara sukacita akan berhenti apabila suara pengantin laki-laki dan mempelai perempuan tidak kedengaran lagi. Suasananya: menjadi tempat yang tandus.
Tandus berarti; gersang = kering-kering rohani, sama seperti ranting yang tidak melekat kepada pribadi Yesus sebagai pokok anggur, pohon kehidupan, pokok keselamatan. Maka ranting menjadi kering dan tidak menghasilkan buah anggur yang manis; perkataannya tidak ada lagi yang manis, perbuatannya juga tidak ada lagi yang manis. Belum bicara, melihatnya saja sudah pahit, gerakan dan semua yang ada di dalam dirinya menjadi pahit. Itulah tandus
Untuk mendukung Yeremia 7:34, kita lengkapi lagi dengan…
Yeremia 16:9 --- Perikop: “Hukuman Allah atas bangsa itu”
(16:9) Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Sesungguhnya, di tempat ini, di depan matamu dan pada zamanmu, akan Kuhentikan suara kegirangan dan suara sukacita, suara pengantin laki-laki dan suara pengantin perempuan.
Suara kegirangan dan suara sukacita akan berhenti, apabila suara pengantin laki-laki dan suara pengantin perempuan tidak terdengar lagi
Yeremia 16:11
(16:11) maka engkau akan berkata kepada mereka: Oleh karena nenek moyangmu telah meninggalkan Aku, demikianlah firman TUHAN, dan oleh karena mereka telah mengikuti allah lain dengan beribadah dan sujud menyembah kepadanya, tetapi mereka meninggalkan Aku dan tidak berpegang pada Taurat-Ku.
Bangsa Israel telah meninggalkan TUHAN dan melepaskan taurat TUHAN, sebab;
Mereka telah mengikuti allah lain.
Beribadah dan sujud menyembah kepadanya.
Tetapi saudara, sampai hari ini kita masih tetap beribadah kepada Allah yang hidup, lalu sujud menyembah kepada Allah yang hidup, tidak kepada “ilah lain” (berhala-berhala), itu adalah kemurahan, berarti ada tanda kehidupan.
Yeremia 16:19
(16:19) Ya TUHAN, kekuatanku dan bentengku, tempat pelarianku pada hari kesesakan! Kepada-Mu akan datang bangsa-bangsa dari ujung bumi serta berkata: "Sungguh, nenek moyang kami hanya memiliki dewa penipu, dewa kesia-siaan yang satu pun tiada berguna.
Ya TUHAN, kekuatanku dan bentengku, tempat pelarianku pada hari kesesakan!
Jadi, TUHAN adalah gunung batu, kota benteng dan tempat pelarian pada hari dimana kesesakan / kesulitan / kesukaran yang datang oleh karena banyaknya pergumulan itu mengejar.
Gunung batu berarti tempat perlindungan
Kota benteng berarti tempat penjagaan.
Saudara, kita sudah tahu bahwa TUHAN adalah gunung batu, tempat perlindungan, kota benteng, tempat penjagaan kita semua bilamana kesesakan / kesulitan oleh karena banyaknya pergumulan mengejar kita semua, kita berlalu kepada Dia bukan? Walaupun nenek moyang Israel mengerti akan kebenaran semacam ini, tetapi anehnya, mereka meninggalkan Allah dan menyembah allah lain itulah dewa penipu, dewa kesia-siaan yang sama sekali tidak berguna. Tidak ada berhala yang ketika dipertuhankan jujur dan tulus untuk menolong kita.
Oleh karena rahmat TUHAN sampai hari ini kita masih beribadah di atas gunung TUHAN, dihimpunkan oleh TUHAN, beribadah kepada TUHAN lewat Ibadah Raya Minggu. Kita lepas dari ilah lain itulah berhala-berhala, karena sebetulnya itu adalah dewa penipu, dewa kesia-siaan, sama sekali tidak berguna.
Jangan kita tinggalkan jam-jam ibadah hanya karena kegiatan-kegiatan (aktivitas-aktivitas) di dunia ini. Aktivitas apapun itu, jangan lupa, itu merupakan dewa penipu, dewa kesia-siaan, sama sekali tidak berguna.
Memang, tinggalkan jam-jam ibadah untuk overtime ada keuntungan secara lahiriah. Tetapi yang benar, rugi sedikit tetapi untung di dalam TUHAN, itukan jauh lebih baik, artinya kita sedang menabung di dalam kerajaan Sorga, tinggal kita menuai dari tabungan itu. Mulai dari diri kita, nanti seisi rumah kita, rumah tangga kita, putera-puteri kita nanti tertolong. Belajarlah untuk menabung di Sorga. --- menabung lahiriah tetapi rugi tabungan di Sorga, menabung di Sorga, rugi lahiriah ---, tidak jai soal. Sekali-kali tinggalkan overtime untuk jam-jam ibadah kenapa? Itukan tabungan di Sorga.
Lebih rinci tentang dewa penipu dan dewa kesia-siaan tadi. Kita kembali lagi ke dalam Yeremia 7:29.
Saudara, Yeremia 16 ini merupakan mata rantai dari Yeremia 7.
Yeremia 7:29 --- Perikop: “Penyembahan berhala dan akibatnya”
(7:29) Cukurlah rambut kepalamu dan buanglah! Angkatlah ratapan di atas bukit-bukit gundul, sebab TUHAN telah menolak dan membuang bangsa yang kena murka-Nya!
Tanda bangsa yang ditolak oleh TUHAN:
Kehilangan kemuliaan Allah Israel,
Prakteknya: mencukur rambut kepala dan membuangnya.
Rambut panjang dari seorang perempuan adalah tudung / mahkota dari mempelai laki-laki.
Tanpa kegirangan dan sukacita.
Prakteknya: ada ratapan di atas bukit yang gundul, berarti; beribadah tetapi tanpa TUHAN dengan lain kata, beribadah tetapi tidak menyembah TUHAN, tidak memuji TUHAN.
Gunung / bukit, gambaran dari ibadah.
Jadi rupanya, bisa beribadah tetapi tanpa TUHAN, seperti jemaat di Efesus; bisa beribadah tanpa TUHAN, bisa melakukan segala sesuatu tanpa dorongan kasih karena mereka telah kehilangan kasih, melakukan pekerjaan yang besar tanpa motor dari kasih. Itu juga gambaran dari beribadah tanpa TUHAN, itulah bukit gundul.
Lebih jelas lagi….
Yeremia 7:30-31
(7:30) Sungguh, orang Yehuda telah melakukan apa yang jahat di mata-Ku, demikianlah firman TUHAN, telah menempatkan dewa-dewa mereka yang menjijikkan di rumah yang atasnya nama-Ku diserukan ini untuk menajiskannya. (7:31) Mereka telah mendirikan bukit pengorbanan yang bernama Tofet di Lembah Ben-Hinom untuk membakar anak-anaknya lelaki dan perempuan, suatu hal yang tidak pernah Kuperintahkan dan yang tidak pernah timbul dalam hati-Ku.
Orang Yehuda telah melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, sebab mereka:
Mendirikan dewa-dewa kejijikan.
Mendirikan bukit pengorbanan yang disebut Tofet di Lembah Ben-Hinom.
Tujuannya: untuk mempersembahkan anak laki-laki dan anak perempuan mereka untuk dibakar.
Ini adalah perbuatan bodoh saudara. Oleh sebab itu TUHAN berkata bahwa dewa yang mereka sembah itu adalah dwa kejijikan, dewa penipu, dewa kesia-siaan. Bayangkan saudaraku, sampai sedemikian rupa kebodohan-kebodohan yang terjadi kalau seseorang jatuh dalam penyembahan berhala; meninggalkan TUHAN oleh karena ilah lain.
Saudara, hal ini sangat sadis sekali. Bayangkan, bila ada seorang ayah atau ibu menyerahkan anak laki-laki atau anak perempuannya untuk dipersembahkan kepada dewa kejijikan untuk selanjutnya dibakar? Inikan bodoh. Melahirkannya setengah mati, lalu membesarkannya dengan banyak pengorbanan dari orangtua; habis tenaga, pikiran, waktu dan uang dan lain sebagainya. Tetapi kenyataannya, hal itu terjadi pada masa itu.
Sebenarnya, hal ini bertolak belakang dengan perintah Allah, sebab pada ayat 31 dikatakan; “…..suatu hal yang tidak pernah Kuperintahkan dan yang tidak pernah timbul dalam hati-Ku.” Apa yang diperintahkan TUHAN pada masa itu?
Mari kita lihat…
Imamat 18:21 --- Perikop: “Kudusnya perkawinan”
Berarti terdengar suara mempelai laki-laki dan mempelai perempuan, sehingga ada suara kegirangan / sukacita.
Imamat 18:21
(18:21) Janganlah kauserahkan seorang dari anak-anakmu untuk dipersembahkan kepada Molokh, supaya jangan engkau melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah TUHAN.
Perintah TUHAN: jangan persembahkan anak laki-laki atau anak perempuan kepada Molokh (dewa kekejian dan dewa kesia-siaan); menjijikan bagi TUHAN. Ini terkait dengan kudusnya perkawinan.
Tetapi saudara, kalau perkawinan sudah tidak kudus, seorang isteri yang telah ditinggalkan oleh suami, tega juga meninggalkan anak-anaknya. Lalu anak ini menjadi seorang pemulung, saban hari memulung, supaya bisa beli beras. Kalau dia belum mendapat target umpama Rp 10.000,- sehari, dia akan terus memulung sampai jauh malam bahkan sampai jam tiga pagi, Kalau jarak tempuh sudah terlalu jauh dia tidur di emperan, barulah pulang lagi dan besok hari kembali ke tempat tinggal. Begitu saya melihat tempatnya. persis di pinggir jalan raya besar, yang di sisi-sisinya ada tembok yang biasanya kita temukan di jalan tol. Lalu masuk dari lobang tembok itu, dia buat kayu-kayu supaya dia bisa berteduh di situ. Lalu dia buat karpet-karpet dari plastik sebagai alas tidur. Yang lucunya anak ini dewasa sekali, saya kira umur 10 tahun. Ini adalah sedikit kesaksian kalau nikah itu hancur, tidak ada sukacita dan kegirangan.
Kemudian, dia membakar kertas (dudukan telur) untuk mengusir nyamuk sebab ini mengebul. Dan dia bercerita tidak untuk dibelas kasihani, sebab penderitaan itu bagi dia biasa saja. Lalu ditanya, dimana orangtuamu? Dia menjawab; tidak peduli lagi dengan saya, kemarin saja saya ditangkap satpol PP, lalu dilempar kota lain, orangtua saja tidak mencari dan dia tidak bersedih saat menceritakan itu. Namun, ia kembali ke gubuk-gubuk derita itu.
Betapa hebat penderitaan anak ini, inilah akibat apabila suara mempelai laki-laki dan suara mempelai perempuan tidak terdengar lagi; tidak ada sukacita. Kalau suara mempelai laki-laki dan suara mempelai berhenti maka; berhenti pulalah suara sukacita dan suara kegirangan. Tetapi puji TUHAN, anak ini dibawa dan jadi anak angkat, itulah berkat pertolongan TUHAN bagi anak ini. Soal berkat memang diberkati, tetapi soal keselamatan kita harus kembali kepada Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel. Hagarpun diberkati, dikasih air saat ia kehausan, kalau soal berkat.
Jadi, bukan soal berkat ukurannya, bukan gedung besar, bukan kuantitas, tetapi kualitas yang TUHAN perhatikan. Tetaplah berpegang teguh kepada suara dari Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.
Itulah mengenai Imamat 18:21. TUHAN tidak perintahkan untuk menyembah dewa Molokh dan mempersembahkan anak-laki-laki dan anak perempuan kepada dewa Molokh. Jadi, dewa Molokh adalah dewa kejijikan. Kenapa menjadi kejijikan di mata TUHAN? Karena, dewa Molokh adalah dewa penipu dan kesia-siaan.
Jadi, anak laki-laki dan anak perempuan yang dipersembahkan selanjutnya dibakar, itu juga kesia-siaan. Bukan berarti, dengan pengorbanan yang sedemikian hebat lalu berkenan kepada TUHAN, tidak saudara. Oleh sebab itu, jangan keliru, jangan tinggalkan jam-jam ibadah dengan pengorbanan yang besar kepada ilah lain sebab itu sama saja dengan dewa Molokh; kejijikan bagi TUHAN, karena menjadi dewa penipu dan kesia-siaan -- apapun yang dipersembahkan adalah kesia-siaan.
Imamat 2:1-5 --- Perikop: “Kudusnya umat TUHAN”
Kalau perikop di atas tadi; “Kudusnya perkawinan” sekarang “kudusnya umat TUHAN”
Jadi, umat TUHAN kudus karena nikahnya dengan TUHAN bagus; nikah jasmani dan rohani kudus.
Imamat 2:1-5
(20:1) TUHAN berfirman kepada Musa: (20:2) "Engkau harus berkata kepada orang Israel: Setiap orang, baik dari antara orang Israel maupun dari antara orang asing yang tinggal di tengah-tengah orang Israel, yang menyerahkan seorang dari anak-anaknya kepada Molokh, pastilah ia dihukum mati, yakni rakyat negeri harus melontari dia dengan batu. (20:3) Aku sendiri akan menentang orang itu dan akan melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya, karena ia menyerahkan seorang dari anak-anaknya kepada Molokh, dengan maksud menajiskan tempat kudus-Ku dan melanggar kekudusan nama-Ku yang kudus. (20:4) Tetapi jikalau rakyat negeri menutup mata terhadap orang itu, ketika ia menyerahkan seorang dari anak-anaknya kepada Molokh, dan tidak menghukum dia mati, (20:5) maka Aku sendiri akan menentang orang itu serta kaumnya dan akan melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya dan semua orang yang turut berzinah mengikuti dia, yakni berzinah dengan menyembah Molokh.
Intisari dari ayat ini adalah TUHAN akan melenyapkan orang yang mempersembahkan anak laki-laki dan perempuan yang diserahkan kepada dewa Molokh. Dan kita juga tidak boleh kompromi dengan kebodohan semacam ini. Orang yang kompromi dengan pekerjaan yang semacam ini’ sudah melihat tetapi tidak menegor (kompromi), TUHAN yang akan melenyapkan dia.
Yeremia 7:32-33
(7:32) Sebab itu, sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa orang tidak akan mengatakan lagi "Tofet" dan "Lembah Ben-Hinom", melainkan "Lembah Pembunuhan"; orang akan menguburkan mayat di Tofet karena kekurangan tempat, (7:33) bahkan mayat bangsa ini akan menjadi makanan burung-burung di udara serta binatang-binatang di bumi dengan tidak ada yang mengganggunya.
Tofet yang ada di Lembah Ben-Hinom tidak lagi diingat, tetapi disebut Lembah Pembunuhan.
Maksudnya: menjadi tempat pembuangan mayat-mayat karena kekurangan tempat untuk menguburnya.
Pendeknya, Tofet menjadi tempat mayat-mayat.
Mayat-mayat 🡪 makanan burung-burung di udara dan binatang-binatang di bumi.
Burung-burung 🡪 roh najis (kenajisan percabulan) = roh antikris.
Binatang di bumi 🡪 roh jahat = nabi-nabi palsu
Jadi saudara, jangan kita disebut sebagai mayat hidup, supaya kita jangan dilemparkan ke Lembah Pembunuhan itulah Tofet. Jangan kita mengalami kematian rohani, sungguh-sungguhlah datang beribadah kepada Allah yang hidup, kita menyembah kepada-Nya dan mempersembahkan korban. Orang yang mengalami kematian rohani dilemparkan ke Lembah Pembunuhan, yang dahulu disebut Lembah Tofet.
Supaya kita jangan dilemparkan ke Lembah Pembunuhan lalu dikuasai oleh roh jual beli (roh antikris) itulah burung-burung di udara dan dikuasai oleh binatang-binatang di bumi itulah roh-roh jahat (nabi-nabi palsu), maka…
JALAN KELUAR
Kidung Agung 2:8-9 --- Perikop: “Di pintu mempelai perempuan”
(2:8) Dengarlah! Kekasihku! Lihatlah, ia datang, melompat-lompat di atas gunung-gunung, meloncat-loncat di atas bukit-bukit.(2:9) Kekasihku serupa kijang, atau anak rusa. Lihatlah, ia berdiri di balik dinding kita, sambil menengok-nengok melalui tingkap-tingkap dan melihat dari kisi-kisi.
Kehidupan yang memiliki kaki rusa, berjejak di bukit yang terjal, dia melihat Sorga lewat pembukaan rahasia Firman Allah itulah Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel.
Kidung Agung 2:10
(2:10) Kekasihku mulai berbicara kepadaku: "Bangunlah manisku, jelitaku, marilah!
Suara mempelai laki-laki di sini terdengar, supaya mempelai perempuan berada dalam suasana kebangkitan.
Yesus dibangkitkan oleh Roh Allah. Kita sekarang ada dalam suasana kebangkitan dalam pertemuan ibadah.
Kidung Agung 2:11-13
(2:11) Karena lihatlah, musim dingin telah lewat, hujan telah berhenti dan sudah lalu. (2:12) Di ladang telah nampak bunga-bunga, tibalah musim memangkas; bunyi tekukur terdengar di tanah kita. (2:13) Pohon ara mulai berbuah, dan bunga pohon anggur semerbak baunya. Bangunlah, manisku, jelitaku, marilah!
Intinya di sini; mempelai laki-laki bersuara, lalu suara itu membangunkan hidup rohani kita supaya tetap dalam suasana kebangkitan. Dalam kegiatan Roh kita ada di tengah pertemuan-pertemuan ibadah.
Kidung Agung 2:14
(2:14) Merpatiku di celah-celah batu, di persembunyian lereng-lereng gunung, perlihatkanlah wajahmu, perdengarkanlah suaramu! Sebab merdu suaramu dan elok wajahmu!"
Kita semua adalah merpatinya TUHAN, orang yang diurapi oleh TUHAN, tempatnya adalah “di celah-celah bukit” = berdiri di atas korban Kristus; tempat perlindungan, kubu pertahanan, kota benteng yang teguh, tempat kita melarikan diri saat kesesakan, kesulitan karena banyaknya pergumulan yang mengejar kita. Itulah kehidupan yang diurapi TUHAN, di situ dia bersembunyi, dia tidak lagi ke tempat lain.
Saya hanya mengingatkan, manakala kita banyak masalah, jangan lari ke tempat lain, jangan suka cerita masalahmu kepada keluarga, saudara daging sekalipun. Larilah kepada TUHAN saja, sebab semakin kita banyak bicara, masalah itu semakin bertambah-tambah, bukan semakin berkurang, sekalipun saudara sedaging yang paling dekat sekalipun berkata: “yang sabar.” Sebetulnya itu menambah masalah, sebab satu kali kalau clash dengan dia, diingat dan diungkit lagi, susah lagi kita. Dengan TUHAN kita tidak bisa clash, kita yang bikin clash, tetapi TUHAN tidak pernah ungkit masa lalu; “sudah selesai.” Berlindunglah di celah-celah bukit batu, itulah merpatinya TUHAN, kehidupan yang diurapi.
Kemudian di sini kita melihat mempelai laki-laki merindukan dua hal dari mempelai perempuan.
YANG PERTAMA: Perdengarkan suaramu.
Kita melihat kerinduan dari TUHAN ….
Supaya berlindung di celah-celah gunung batu = berdiri di atas korban.
Kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel terkena kepada Mezbah Korban Bakaran.
Menerima Yesus terkena kepada Pintu Gerbang, selanjutnya, mau tidak mau kita akan melihat satu alat yang besar sekali, lebih besar dari semua alat yang ada di Halaman itulah Mezbah Korban Bakaran gambaran dari salib, dimana Yesus yang menjadi korban-Nya.
Kemudian, langkah berikutnya adalah Kolam Pembasuhan Tembaga.
Berbicara tentang baptisan Kristus 🡪 Pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan-Nya.
Langkah berikutnya adalah Pintu Kemah 🡪 kepenuhan Roh Kudus.
Selanjutnya ada dalam Ruangan Suci untuk tekun dalam tiga macam ibadah pokok sesuai dengan tiga macam alat yang ada di Ruangan Suci.
Jadi saudara, dimulai dari berlindung di celah-celah itulah dasar nikah dan ibadah kita. Nanti selanjutnya ada dalam Ruangan Sucil; tekun dalam tiga macam ibadah pokok sesuai dengan tiga macam alat yang ada di Ruangan Suci. Dari ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, Yesu tampil sebagai Imam Besar Agung memimpin ibadah-ibadah kita sampai kepada puncak ibadah itulah doa penyembahan.
Saya akan kasih CONTOH…
Lukas 17:24 --- Perikop: “Kedatangan Kerajaan Allah”
(17:24) Sebab sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain, demikian pulalah kelak halnya Anak Manusia pada hari kedatangan-Nya.
Jadi, kalau ada orang berkata; TUHAN ada di sana, TUHAN ada di sini, TUHAN ada di padang gurung; jangan pergi ke sana. TUHAN ada di bilik; jangan kit pergi ke situ. Sebab, kedatangan TUHAN sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu (Timur) sampai ujung langit yang lain (Barat).
Berarti ayat ini menggambarkan kepada kita bahwa mau tidak mau kita harus menerima Firman Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel, yang membawa kita dari Timur (Pintu Gerbang) sampai Barat (Ruangan Maha Suci).
Lukas 17:25
(17:25) Tetapi Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini.
Inilah dasar merpati bersembunyi di bukit celah-celah gunung.
Ayat ini berbicara soal korban Kristus sebagai pendirian dari gereja TUHAN / merpatinya TUHAN / kehidupan yang diurapi.
Luks 17:26-28
(17:26) Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia: (17:27) mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua. (17:28) Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot: mereka makan dan minum, mereka membeli dan menjual, mereka menanam dan membangun.
Zaman Nuh adalah bayangan dari baptisan air.
Di atas tadi, bersembunyi di bukit-bukit, di celah-celah itulah dasar kita beribadah dan dasar nikah itulah korban Kristus. Lalu, diceritakan soal pengalaman Nuh, itu bayangan dari baptisan air.
Kejadian 17:30-31
(17:30) Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya. (17:31) Barangsiapa pada hari itu sedang di peranginan di atas rumah dan barang-barangnya ada di dalam rumah, janganlah ia turun untuk mengambilnya, dan demikian juga orang yang sedang di ladang, janganlah ia kembali.
Ayat ini terkena kepada Pintu Kemah berada dalam kepenuhan Roh Kudus. Jangan lagi terkait dengan perkara di bawah / perkara di bumi / perkara lahiriah.
Sudah terlihat bukan susunannya saudara? Jadi Alkitab ini disusun dengan pola Tabernakel, tidak bisa asal main comot; khotbah sana, khotbah sini, harus berurutan. Sebab itu, kita perlukan ikhtisar dalam hal berkhotbah, tidak asal main pengertian-pengertian sendiri. Sehingga, kalau kita menggunakan pola Tabernakel; tepat sasarannya ke Sorga. Kalau soal ibadah yang lain saya tidak komen. Tetapi kalau hal ini saya berani berkata; Pengajaran Tabernakel sangat akurat atau tepat untuk membawa kita ke Sorga, kalau mau digembalakan oleh Firman Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel.
Jadi saudara, kembali saya sampaikan, tadi dimulai dari merpati di celah-celah gunung bukan? Tetapi TUHAN tidak puas di situ.
Mari kita lanjutkan…
Lukas 17:32-33
(17:32) Ingatlah akan isteri Lot! (17:33) Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya.
Pada ayat ini TUHAN menunjukan hidup kekal, tetapi syaratnya; sangkal diri dan pikul salib = rela kehilangan nyawa. Untuk apa kita memperoleh seisi dunia tetapi kehilangan nyawa?
Lukas 17:34-36
(17:34) Aku berkata kepadamu: Pada malam itu ada dua orang di atas satu tempat tidur, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. (17:35) Ada dua orang perempuan bersama-sama mengilang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan." (17:36) [Kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.]
Supaya kita melihat hidup kekal itu, maka kaitannya ada ada ayat ini, sebab di sini kita temukan 3 (tiga) perkara;
Tempat tidur 🡪 doa penyembahan.
Bila dikaitkan dengan tiga alat yang ada di dalam Ruangan Suci terkena kepada Mezbah Dupa 🡪 ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan.
Kemudian di tempat tidur itu ada dua perempuan; yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggal.
Mengilang 🡪 ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci.
Bila dikaitkan dengan tiga alat yang ada di dalam Ruangan Suci terkena kepada Meja Roti Sajian.
Tetapi ingat, ada dua orang perempuan; yang seorang dibawa dan yang lain akan ditinggal.
Di ladang 🡪 kegiatan Roh = Ibadah Raya Minggu.
Bila dikaitkan dengan tiga alat yang ada di dalam Ruangan Suci terkena kepada Pelita Emas 🡪 ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian Roh.
Jadi, dari sinilah kita bisa melihat, bahwasanya benar sekali harus tekun dalam tiga macam ibadah pokok. dasarnya; merpati TUHAN bersembunyi di celah-celah bukit batu. Kemudian tahap berikutnya; dibaptis = lahir baru, berbicara soal pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan. Tanda berikutnya; penuh dengan Roh Kudus. Barulah tekun dalam tiga macam ibadah pokok untuk memperoleh hidup kekal. Jangan kita seperti isteri Lot; mempertahankan nyawa tetapi kehilangan nyawa. Yang terpenting adalah tekun dalam tiga macam ibadah pokok.
Lewat ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok Yesus sebagai Imam Besar Agung memimpin ibadah kita sampai kepada puncak ibadah (ayat 37).
Marilah kita baca…
Lukas 17:37
(17:37) Kata mereka kepada Yesus: "Di mana, Tuhan?" Kata-Nya kepada mereka: "Di mana ada mayat, di situ berkerumun burung nasar."
Mayat berarti sudah bicara soal puncak ibadah itulah doa penyembahan; penyerahan diri sepenuhnya untuk taat hanya kepada kehendak Allah. Sebagaimana Yesus sudah menjadi mayat di atas kayu salib, itu adalah penyembahan-Nya, penyerahan diri-Nya kepada TUHAN. sesudah berkata; sudah selesai --- Selanjutnya Ia menyerahkan diri-Nya dan mati = sudah menjadi mayat. Setelah sampai doa penyembahan (mayat), di situlah berkerumun burung nasar dengan lain kata; kepadanya dipercayakan sayap burung nasar.
Jadi, doa penyembahan adalah puncak ibadah; perdengarkanlah suaramu hai merpati ku, itu yang ditunggu oleh Mempelai Laki-Laki Sorga. Mempelai Laki-Laki sudah memperdengarkan suara-Nya, tetapi harus ada hubungan timbal balik yaitu; mempelai perempuan juga harus memperdengarkan suaranya itulah doa penyembahan.
Jadi, sekali lagi saya sampaikan; sudah terdengar suara Mempelai Laki-Laki, kemudian, oleh suara itu gereja TUHAN dibangunkan sampai akhirnya dibawa sampai ke puncak ibadah itulah doa penyembahan, terdengarlah suara penyembahan. Pendeknya, terdengarlah suara Mempelai Laki-Laki dan suara mempelai perempuan.
Inilah nikah yang diberkati. Kalau nikah suci, maka anak laki-laki dan anak perempuan juga suci. Kata “suci” = diberkati oleh TUHAN, dipelihara, dilindungi oleh TUHAN, karena anak laki-laki dan anak perempuan turut memperdengarkan suaranya seperti suara orangtuanya kepada TUHAN. Inilah yang TUHAN tunggu sampai hari ini.
Tetapi saudara, kurang lengkap kalau mempelai TUHAN hanya memperdengarkan suara.
Mari kita lihat…
Kidung Agung 2:14
(2:14) Merpatiku di celah-celah batu, di persembunyian lereng-lereng gunung, perlihatkanlah wajahmu, perdengarkanlah suaramu! Sebab merdu suaramu dan elok wajahmu!"
“Sebab merdu suaramu,” doa penyembahan adalah suara yang sangat merdu.
Apa arti merdu? TUHAN mengharapkan dan menantikannya, TUHAN menghormatinya.
Jadi, apa yang diharapkan merupakan kategori yang dihormati.
Selanjutnya, suara mempelai laki-laki diperdengarkan kepada mempelai perempuan, untuk 2 (hal) yaitu;
YANG KEDUA: Perlihatkanlah wajahmu dan elok wajahmu.
Hal ini berbicara soal kesempurnaan dari gereja mempelai, yakni; bercahaya kemuliaan Allah.
Untuk hal ini saya tidak akan terangkan lebih jauh, karena yang TUHAN tunggu dari kehidupan kita ada dua dan salah satunya adalah perdengarkan suaramu sebab merdu suaramu.
Kemudian, sesudah Mempelai Laki-Laki Memperdengarkan suara-Nya, selanjutnya mempelai perempuan juga memperdengarkan suaranya, itu namanya nikah suci. Lalu kita temukan dalam Wahyu 12; mempelai perempuan melahirkan anak laki-laki, itulah yang menggembalakan gereja TUHAN nanti.
Tetaplah berpegang teguh dalam Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.
Yel-yel….
Pengajaran mempelai dalam teranganya Tabnerkael:
Mendahsyatkan
Yang mendahsyatkan:
Pengajaran mempelai dalam teranganya Tabnerkael:
Hal itu tidak begitu saja saya ucapkan, ada begitu banyak ayat referensinya, sebagaimana dalam Yehezkiel 1:22, ketika empat makhluk menjunjung tinggi cakrawala / langit (pola Tabernakel Sorgawi); sangat dahsyat sekali. Ayo, junjunglah tinggi Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel seperti keempat makhluk, maka TUHAN sudah memberkati kita malam ini. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment