IBADAH
PENDALAMAN ALKITAB, 26 JUNI 2025
KITAB MALEAKHI PASAL 2
(Seri 6)
Subtema: PENGHUKUMAN ALLAH ATAS BUMI (CELAKA 3)
Mula pertama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan yang
telah menghimpunkan kita di atas gunung Tuhan, sehingga kita boleh datang
menghadap Dia Lewat ibadah pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan
suci. Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat ketebusan Tuhan, Bapak
Ibu Saudara-saudari terkasih yang dikasihi dalam kasih Kristus Tuhan, kiranya
juga TUHAN melawat saudara di sana, dan selanjutnya Tuhan hadir di
tengah-tengah kita memberi damai sejahtera, sukacita bahagia saat kita duduk
diam dekat kaki Tuhan dan terus dengar firman Tuhan.
Selanjutnya marilah kita sambut STUDY MALEAKHI sebagai
firman penggembalaan untuk ibadah pendalaman Alkitab malam ini.
Namun tetaplah berdoa dalam Roh, mohon kemurahan Tuhan
supaya firman yang dibukakan itu meneguhkan setiap hati kita sekaliannya.
Maleakhi 2:13 – Perikop: TUHAN memarahi Israel karena kawin campur
dan perceraian.
(2:13) Dan inilah yang kedua yang kamu
lakukan: Kamu menutupi mezbah TUHAN dengan air mata, dengan tangisan dan
rintihan, oleh karena Ia tidak lagi berpaling kepada persembahan dan tidak
berkenan menerimanya dari tanganmu.
Salah satu kesalahan fatal yang diperbuat oleh orang-orang
Yehuda di Yerusalem maupun di Israel adalah menutupi mezbah TUHAN dengan...
-
Air mata.
-
Tangisan dan rintihan.
Pendeknya, air mata dapat dijadikan sebagai senjata untuk
menutupi Mezbah TUHAN.
Jadi,anak-anak TUHAN, teramat lebih para wanita atau para
istri-istri berhati-hatilah dengan air mata, maksudnya; janganlah air mata itu dijadikan sebagai senjata (alasan) untuk tidak
mendirikan Mezbah (ibadah dan pelayanan) bagi TUHAN.
Demikian juga dengan tangisan
dan rintihan (keluh kesah); sungut-sungut jangan dijadikan sebagai alasan untuk
menutupi Mezbah TUHAN; ,menjauhkan diri dari ibadah dan pelayanan.
Singkat kata; janganlah kita menutupi Mezbah Tuhan yakni
ibadah pelayanan sekalipun di tengah-tengah kesulitan yang menghimpit.
Jadi ibadah dan pelayanan harus terus berjalan sehingga kita
mendapatkan kesempatan untuk mempersembahkan korban di atas mezbah Tuhan.
Jadi ibadah-ibadah ini adalah kemurahan. Kemurahan yang
Tuhan yang Tuhan nyatakan kepada kita adalah kesempatan untuk membawa korban
dan mempersembahkannya di atas Mezbah Tuhan, itu sebabnya menutupi Mezbah Tuhan
adalah kejahatan (kesalahan kesalahan fatal) yang kedua yang dilakukan oleh
orang-orang Yehuda di Israel maupun di Yerusalem.
Terkait dengan Mezbah kita hubungkan dengan firman Allah
yang diajarkan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus.
1 Korintus 9:13-14.
(9:13) Tidak tahukah kamu, bahwa mereka
yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu
dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah
itu? (9:14) Demikian pula Tuhan
telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari
pemberitaan Injil itu.
Perlu untuk diketahui oleh semua anak-anak TUHAN:
-
Yang melayani tempat kudus akan
mendapat penghidupannya dari tempat kudus.
-
Yang melayani mezbah TUHAN, mendapat
bahagian dari mezbah itu.
Singkat kata, melayani dalam tempat kudus dan Mezbah Tuhan diperhatikan serta dipelihara langsung oleh Tuhan sebagaimana Tuhan menetapkan
pemberita Injil, ia hidup dari pemberitaan Injil itu sendiri. Biarlah kita
semua mendapat perhatian dari TUHAN, karena kita melayani dalam tempat kudus
dan Mezbah TUHAN. Jadi tidak ada ruginya melayani TUHAN.
1 Korintus 9:15
(9:15) Tetapi aku tidak pernah
mempergunakan satu pun dari hak-hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini, supaya
aku pun diperlakukan juga demikian. Sebab aku lebih suka mati dari pada ...!
Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapa pun juga!
Rasul Paulus lebih suka mati
daripada …!
Tanda “!” suatu sikap ketegasan yang
ditunjukan oleh Rasul Paulus di
tengah-tengah ibadah pelayanannya di hadapan Tuhan.
Titik-titik tersebut bisa kita isi
langsung dengan:
a.
Tidak
mendirikan Mezbah bagi TUHAN.
b.
Tanpa
ibadah dan pelayanan.
c.
Tidak
memberitakan injil Kristus (Pengajaran salib).
Itu berarti bagi anak-anak TUHAN:
-
Mendirikan
Mezbah bagi TUHAN adalah harga mati,
-
tekun
dalam tiga macam ibadah pokok adalah harga mati,
-
tergembala
dengan sungguh-sungguh adalah harga mati.
Itu sebabnya Rasul Paulus tadi berkata di ayat 15 "Aku lebih suka mati
daripada …
-
tidak
mendirikan mezbah,
-
tanpa
ibadah pelayanan,
-
tidak
memberitakan Injil.
Berarti:
-
Beribadah
melayani adalah harga mati,
-
tekun
dalam tiga macam ibadah pokok adalah harga mati,
-
melayani
Tuhan dan dan melayani pekerjaanNya di tengah ibadah-ibadah tersebut adalah
harga mati.
Tapi kalau saudara pun tidak bekerja satu hari tidak jadi
soal, sebab pekerjaan (kegiatab-kegiatan di dunia) bukanlah harga mati, libur pun hari ini dari segala
aktivitas di dunia ini itu tidak jadi soal. Tetapi untuk menjadi satu kehidupan
domba tergembala itu harga mati sesuai dengan firman Allah yang diajarkan oleh
Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus. Kalau kita hari ini menyangkal diri,
memikul salib, mengikut Tuhan kita memperoleh nyawa walaupun harus kehilangan
nyawa. Tetapi kalau kita hari ini saja tetap dengan keras hati mempertahankan
nyawa karena perkara-perkara di dunia ini, satu kali akan kehilangan nyawa. Itu
sebabnya saya katakan mendirikan Mezbah adalah harga mati, menjadi satu
kehidupan domba yang tergembala adalah harga mati.
Pendeknya kemegahan Rasul Paulus ialah mendirikan mezbah
bagi Tuhan itulah ibadah pelayanan yang tidak dapat ditiadakan (tidak dapat
dihalangi)
-
Oleh siapapun!, entah itu atasan di tempat
bekerja, entah itu rekan bisnis. Maksudnya jangan karena manusia atau karena
orang lain kita tidak mendirikan mezbah bagi Tuhan.
-
Oleh apapun. Antara lain harta, kekayaan,
takhta, yakni kedudukan dan jabatan
serta pangkat yang tinggi; karena kemegahan daripada Rasul Paulus adalah ketika
ia mendirikan Mezbah bagi TUHAN.
Ini satu prinsip yang harus kita pegang dan kita harus tegas
dengan prinsip ini karena ada tanda !.
1 Korintus 9:16
(9:16) Karena jika aku memberitakan Injil,
aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan
bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.
Mendirikan mezbah bagi TUHAN dalam bentuk pelayanan
pemberitaan Injil adalah keharusan bagi
Rasul Paulus, adalah keharusan juga bagi kita.
Itulah sebabnya Rasul Paulus berkata; Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil
Pendeknya menutupi
Mezbah Tuhan adalah orang celaka.
Kalau kemegahan kita mendirikan Mezbah bagi Tuhan, maka
tentu saja kita datang menghadap Tuhan dalam ketekunan tiga macam pada pokok
bukan karena aturan, bukan karena hamba Tuhan (gembala sidang), bukan karena
malu kepada orang lain atau bukan karena keterpaksaan, tetapi mendirikan Mezbah
adalah harga mati. Maka itu sebabnya ketika Tuhan Allah menempatkan Adam dan
Hawa di Taman Eden tujuannya hanya satu; untuk mengusahakan dan memelihara
Taman Eden, tetapi syaratnya harus memperhatikan perintah pada Kejadian 2:16
dan larangan pada Kejadian
2:17. Dan itu hanya bisa kita lakukan jikalau Tuhan menolong kita. Demikian
juga ketika kita mendirikan Mezbah bagi Tuhan dengan kekuatan daging, atau hari
ini mungkin kita bisa paksakan diri, besok belum tentu. Sebab itu dalam Kejadian 2:18: TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri
saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."
Tuhan kirimkan penolong yang sepadan itulah Roh Allah yang
suci Roh El Kudus, Dialah penolong yang sepadan, Dia terus tolong kita sejauh
penyerahan diri kita. Kita tidak bisa mengerjakan ini dengan kekuatan sendiri.
Kenapa orang memaksakan diri datang beribadah, kenapa orang
hari ini beribadah besok tidak? karena sebetulnya ibadah itu belum mendarah
daging, belum dipatri oleh Roh El Kudus (penolong yang sepadan). Seandainya
sudah dipatri oleh penolong yang sepadan, maka ibadah itu dinikmati, bukan satu
keterpaksaan.
Singkat kata, menutupi Mezbah Tuhan dengan air mata dan
dengan tangisan atau dan rintihan (keluh
kesah) adalah orang celaka. Tidak mendirikan Mezbah bagi TUHAN adalah orang
celaka.
Lebih rinci tentang celaka hal itu dapat kita selidiki untuk
kita bahas bersama dalam Wahyu 8:13
demikian firman Tuhan Allah
Wahyu 8:13 – perikop: keempat sangkakala yang pertama
(8:13) Lalu aku melihat: aku mendengar
seekor burung nasar terbang di tengah langit dan berkata dengan suara nyaring:
"Celaka, celaka, celakalah mereka yang diam di atas bumi oleh karena bunyi
sangkakala ketiga malaikat lain, yang masih akan meniup sangkakalanya."
Tujuh sangkakala yang ditiup oleh ketujuh malaikat Allah itu
merupakan penghukuman terhadap orang-orang yang menolak firman Allah, ayat
referensinya Yohanes 12:48. Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima
perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah
yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman.
Jadi hari ini kita menolak firman, maka pada akhir zaman kita
akan dihakimi oleh firman itu sendiri. Jadi tujuh sangkakala yang ditiup oleh
tujuh malaikat Allah itu merupakan penghukuman, secara khusus bagi mereka yang
menolak firman Allah ayat referensinya Yohanes
12:48.
Kalau kita tahu ini akan terjadi di akhir zaman maka
hendaklah kita bijaksana dalam bertindak dan mengambil keputusan. Itu berarti
hari ini kita harus menghargai firman yang disampaikan, itulah firman yang
diurapi, firman yang keluar dari mulut
Allah; ayat menjelaskan ayat supaya kita lepas dari penghukuman tujuh
sangkakala yang ditiup oleh tujuh malaikat Allah.
Berjanjilah kepada TUHAN bahwa hari ini kita harus
menghargai firman Allah supaya di akhir zaman kita tidak dihakimi oleh firman
Allah. Yang menentukan adalah akhir bukan awal
Kemudian penghukuman dari ketujuh sangkakala tersebut dibagi
dalam dua bagian:
Bagian pertama adalah penghukuman dari sangkakala
1 sampai dengan 4 disebut juga dengan keempat
sangkakala yang pertama dalam Wahyu
8:6-12.
Bagian kedua, marilah kita baca
Wahyu 8:13.
(8:13) Lalu aku melihat: aku mendengar
seekor burung nasar terbang di tengah langit dan berkata dengan suara nyaring:
"Celaka, celaka, celakalah mereka yang diam di atas bumi oleh karena bunyi
sangkakala ketiga malaikat lain, yang masih akan meniup sangkakalanya."
Jadi penghukuman dari sangkakala 5 (lima) sampai dengan 7
(tujuh) disebutlah sebagai celaka, dan celaka itu terjadi sebanyak tiga kali.
-
Celaka
pertama datang dari sangkakala kelima
(Wahyu 9:1-11)
-
Celaka
kedua datang dari sangkakala yang keenam
(Wahyu 9:13-21 dan Wahyu 11:1-13)
Pendeknya celaka pertama dan celaka kedua sudah lewat,
sedangkan celaka ketiga masih menyusul ada pada Wahyu 11.
Wahyu 11 :15-18 – Perikop: Sangkakala ketujuh nyanyian
puji-pujian para tua-tua.
(11:15) Lalu malaikat yang ketujuh
meniup sangkakalanya, dan terdengarlah suara-suara nyaring di dalam sorga,
katanya: "Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia
yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai
selama-lamanya." (11:16) Dan kedua puluh empat tua-tua,
yang duduk di hadapan Allah di atas takhta mereka, tersungkur dan menyembah
Allah, (11:17) sambil berkata:
"Kami mengucap syukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, yang ada
dan yang sudah ada, karena Engkau telah memangku kuasa-Mu yang besar dan telah
mulai memerintah sebagai raja (11:18)
dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi
orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada hamba-hamba-Mu,
nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut akan nama-Mu,
kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk membinasakan
barangsiapa yang membinasakan bumi."
Celaka yang ketiga ini datang dari sangkakala ketujuh. Dan
ada dua perkara dinyatakan di dalamnya:
1.
Tentang pemerintahan Allah atas
dunia (ayat
15b)
Jadi pada akhirnya nanti Tuhan akan
mengambil alih pemerintahan atas dunia. Saat ini setan masih berkuasa dan
menjadi raja kegelapan atas dunia, tetapi satu kali Tuhan akan memerintah atas
dunia, pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita satu kali nanti. Dan
pada minggu yang lalu kita sudah membahas tentang pemerintahan Allah atas dunia
itu (ayat 15)
2.
Penghukuman Allah atas bumi untuk membinasakan barangsiapa membinasakan
bumi (ayat 18)
Pada minggu yang lalu kita sudah membahas tentang pemerintahan Allah atas dunia, maka
malam ini kita akan masuk pada pembahasan tentang yang kedua; penghukuman Allah
atas bumi. Kita akan baca itu di Wahyu
11:16-18.
Keterangan: PENGHUKUMAN ALLAH ATAS BUMI.
Wahyu 11:16-18
(11:16) Dan kedua puluh empat tua-tua, yang
duduk di hadapan Allah di atas takhta mereka, tersungkur dan menyembah Allah, (11:17) sambil berkata: "Kami
mengucap syukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, yang ada dan yang
sudah ada, karena Engkau telah memangku kuasa-Mu yang besar dan telah mulai
memerintah sebagai raja (11:18) dan
semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi
orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada
hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut
akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk
membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi."
Pada akhirnya Tuhan akan mengambil ahli pemerintahan sebagai
raja atas bumi ini, selanjutnya hukuman Allah berlangsung atas bumi dengan
kuasa yang sangat dahsyat, sanggup meredam dan sanggup mematahkan amarah semua
bangsa-bangsa di bumi ini. Jadi bangsa-bangsa marah tapi amarah Tuhan lebih
besar sanggup meredam sanggup mematahkan amarah bangsa-bangsa di bumi. Inilah muatan
yang kedua dari sangkakala yang ketujuh yang akan dicurahkan atas bumi, ini
dalam bentuk pencurahan tujuh bokor atau cawan murka Allah.
Jadi tidak bisa kita marah-marah, kita tidak bisa
bersungut-sungut, ngomel karena keadaan yang di sekitar kita tidak sesuai
dengan hati, amarah Tuhan nanti jauh
lebih besar mematahkan amarah-arah di seluruh bangsa di bumi ini, sekaligus
menghukum bumi dengan kuasa yang dahsyat. Jadi jangan kita ngomel, jangan kita
marah-marah, jangan kita suka bersungut-sungut, walaupun ibadah pelayanan ini
tidak sesuai dengan keinginan di hati, walaupun segala sesuatu yang ada di
sekitar kita tidak sesuai dengan keinginan hati, karena amarah Tuhan jauh lebih
besar sekaligus menghukum bumi ini.
Itu muatan kedua dari sangkakala tujuh, Dan penghukuman dari
sangkakala yang ketujuh sebagai celaka tiga itu sampai kepada 7 cawan murka
(tujuh bokor).
Wahyu 15:1 – Perikop: Nyanyian mereka yang menang.
(15:1) Dan aku melihat suatu tanda lain di
langit, besar dan ajaib: tujuh malaikat dengan tujuh malapetaka terakhir,
karena dengan itu berakhirlah murka Allah.
Tanda lain (tanda kedua) di langit besar dan ajaib yakni
tujuh malaikat dengan tujuh malapetaka terakhir (celaka ketiga) Kemudian oleh
cawan murka atau tujuh malapetaka terakhir ini berakhir pulalah murka Allah.
Pelaksanaan dari hukuman itu tertulis dengan lengkap pada Wahyu 16:1-21. Pemberitahuannya ada
pada Wahyu 15:1. Pelaksanaanya ada
pada Wahyu 16:1-21; ketujuh
malapetaka (tujuh celaka) dari tujuh cawan murka Allah yang dicurahkan oleh
tujuh malaikat. Inilah muatan kedua dari sangkakala ketujuh; Allah menghukum seluruh bumi.
Penghukuman oleh ketujuh cawan murka Allah itu merupakan celaka besar dan ajaib menimpa
bangsa-bangsa di bumi.
Kemudian kita akan selidiki dulu apa yang terdapat pada Wahyu 15:1. Pada ayat ini
dikatakan tanda lain (tanda kedua) di
langit besar dan ajaib. Saudara jika ada tanda kedua maka tentu saja ada tanda
pertama di langit, tapi tanda pertama ini besar dan dahsyat juga.
Wahyu 12:1,3. – Perikop: Perempuan dan naga
(12:1) Maka tampaklah suatu tanda besar
di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah
kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.
(12:3) Maka tampaklah suatu tanda yang
lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar, berkepala
tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota.
Tanda besar dan dahsyat di langit yang pertama tampilnya
mempelai wanita Tuhan atau gereja Tuhan yang sempurna
-
Berselubungkan matahari = mengenakan lenan halus
berkilau-kilauan dan yang putih bersih itu berbicara tentang kasih dari Allah
Bapa.
-
Bulan di bawah kaki = berdiri di atas korban Kristus
korban Yesus anak Allah.
-
Bermahkotakan 12 (dua belas) bintang di atas kepala =
bintang-bintang di langit → orang-orang bijaksana; orang-orang yang sudah
diurapi oleh Tuhan.
Inilah tanda besar di langit yang pertama tampilnya mempelai
wanita Tuhan (Gereja Tuhan sempurna), dengan bukti-bukti berselubungkan
matahari, kemudian bulan di bawah kaki, kemudian bermahkotakan 12 (dua belas)
bintang di atas kepala. Jadi tiga benda penerang di langit sudah menjadi milik
mempelai perempuan.
Kalau tiga benda penerang sudah beralih kepada mempelai
perempuan, maka dunia dalam kegelapan besar. Jadi ayat 12 (dua belas) ini
memberi sinyal besar bagi kita bahwasanya pada saat benda penerang itu sudah
beralih dan menjadi milik mempelai Tuhan, maka otomatis dunia ini berada dalam
suasana gelap gulita. Berarti dari sini kita bisa melihat bahwa setan tritunggal sudah berkuasa penuh atas
dunia, itu sebabnya tanda pertama di langit itu tanda yang besar, sedangkan tanda kedua di langit dahsyat dan besar tampilnya tujuh
malaikat dengan tujuh cawan murka untuk menghukum dunia ini.
Jadi pada saat mempelai wanita tampil; benda penerang sudah
beralih kepadanya, dalam kesempatan yang lain bumi berada dalam kegelapan yang
besar gelap gulita dan mencekam.
Perlu untuk diketahui; pada saat celaka ketiga berlangsung
sebagai malapetaka terakhir yang merupakan penghukuman Allah atas bumi maka
mempelai Tuhan telah diasingkan (diungsikan) ke padang belantara.
Jadi dunia sudah dalam kegelapan, apa buktinya; naga antikris dan nabi palsu sudah
menjadi raja, tetapi pada masa itu mempelai Tuhan sudah diasingkan di padang
belantara.
Maka dari sini tampaklah dua keadaan:
-
Bumi dalam keadaan gelap gulita.
-
Mempelai wanita diasingkan ke padang belantara.
Ini dua keadaan yang
nampak dengan jelas dari apa yang kita selidiki malam ini.
Jangan kita abaikan pengertian ini. Kalau TUHAN mencurahkan
isi hatinya itu adalah belas kasihNya TUHAN bagi kita. Kalau kita tolak belas
kasih tersebut, maka TUHAN akan
mencurahkan tujuh cawan murka Allah sebagai penghukuman atas mereka yang menolak
KASIH.
Kita buktikan itu dalam buktikan itu dalam Wahyu 12:6.
Wahyu 12:6.
(12:6) Perempuan itu lari ke padang gurun,
di mana telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, supaya ia dipelihara
di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.
Mempelai Tuhan diungsikan (diasingkan) di suatu tempat supaya ia dipelihara di situ kurang lebih
1260.
Di atas tadi kita sudah melihat dengan tampilnya tanda
pertama dahsyat dan besar di langit di mana benda-benda penerang sudah menjadi
bagian dari mempelai perempuan, maka
bumi dalam suasana gelap gulita mencekam.
Di situlah puncak gelap malam, manusia sibuk dengan dosa makan minum dan
dosa kawin mengawinkan puncaknya dosa, kenajisan percabulan itu merajalela.
Tetapi mempelai Tuhan sudah diasingkan (diungsikan) supaya ia dipelihara di situ– bukan lagi di
bumi dalam keadaan gelap gulita – dan dia dipelihara di situ selama 1260 hari
kurang lebih.
Doa dan harapan saya kiranya saya juga sebagai gembala
sidang bersama istri anak saya serta keluarga besar GPT Serang dan Cilegon doa
saya kiranya kita semua diasingkan
(diungsikan) di padang belantara, jangan ada yang tertinggal.
Di bumi berada dalam suasana gelap gulita sebab antikris
sudah menjadi raja (puncakgelap malam). Jangan kita ketinggalan supaya jangan
kita binasa.
Wahyu 12:13,14 – Perikop: Naga memburu perempuan itu.
(12:13) Dan ketika naga itu sadar, bahwa ia
telah dilemparkan di atas bumi, ia memburu perempuan yang melahirkan Anak
laki-laki itu. (12:14) Kepada
perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar, supaya ia
terbang ke tempatnya di padang gurun, di mana ia dipelihara jauh dari tempat
ular itu selama satu masa dan dua masa dan setengah masa.
Mempelai wanita Tuhan dipelihara di padang gurun selama satu
masa, tambah dua masa, tambah setengah
masa (3.5 tahun/42 bulan). Bukti 42 bulan ayat referensinya; Wahyu 11:2: Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah
engkau mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan
mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya."
Jadi antikris berkuasa atas bumi selama 3,5 tahun = 42 bulan
= 1260 hari, tetapi kepada mempelai perempuan TUHAN diberikan kedua sayap
burung nazar yang besar. Pendeknya, untuk sampai ke padang belantara haruslah
memiliki kedua sayap burung nasar yang besar.
Jadi tidak ada serta-merta tiba-tiba dia diasingkan di
padang belantara. Kalau dia tidak memiliki dua sayap burung nasar yang besar ya
ketinggalan, dia tetap di bumi yang berada dalam gelap gulita, dimana antikris
berkuasa, di situlah puncak gelap malam, puncaknya dosa sedang berlangsung,
puncaknya aniaya besar, siksaan yang dahsyat semua memuncak disitu.
Tetapi saat ini adalah saat di mana kita masih berada dalam
keadaan terang, walaupun dikatakan berada pada petang hari, tetapi kita masih berada dalam terang
buktinya kita masih ada kesempatan untuk datang menghadap Tuhan lewat ketekunan
tiga macam ibadah pokok, kita tetap mendirikan Mezbah itulah ibadah pelayanan
di hadapan Tuhan, selanjutnya membawa korban dan mempersembahkannya di atas
Mezbah Tuhan, yang walaupun memang tidak dipungkiri lagi, bahwa waktu yang
sangat tersisa ini tinggal sedikit lagi, tapi sekalipun sedikit manfaatkanlah
dengan sungguh sungguh, jangan lagi sibuk sana sibuk sini gak karu-karuan,
sampai tidak mempersiapkan diri
menghadap Tuhan lewat ibadah-ibadah, supaya jangan kita ketinggalan.
Kepada perempuan itu diberikan kedua
sayap dari burung nasar yang besar, supaya ia terbang ke tempatnya di padang
gurun, di mana ia dipelihara jauh dari tempat ular itu selama satu masa dan dua
masa dan setengah masa.
Padang belantara yang dimaksud adalah tempat yang sulit
dijangkau oleh mata ular.
Jadi tempat yang sulit dijangkau, itulah tempat yang
disediakan kepada mempelai perempuan TUHAN, karena kepadanya diberikan sayap
burung nasar yang besar untuk menerbangkan dia ke padang belantara.
Kita telusuri …
Ayub 39:29
(39:29) Oleh pengertianmukah burung elang
terbang, mengembangkan sayapnya menuju ke selatan?
Oleh pengertianmukah burung elang
terbang.
Kalau kita pada akhirnya terlepas dari masa aniaya antikris
itu bukan karena pengertian sendiri, tetapi oleh karena pengertian yang kita peroleh
lewat firman Allah yang dibukakan.
Jadi jangan bersandar dengan pengertian sendiri,
bersandarlah kita kepada pengertian yang datang dari surga lewat firman Allah
yang dibukakan itu.
mengembangkan sayapnya menuju ke
selatan?
Jadi singkat kata mempelai Tuhan diterbangkan ke Selatan
oleh kedua sayap burung nasar yang besar.
Ke selatan bukan berarti jadi Selatan secara hurufiah,
tetapi ini pengertian secara rohani; ke Selatan artinya lepas dari Utara yakni
takhta daripada iblis (setan), itu pengertiannya.
Jadi kita semua memang harus menerima kedua sayap burung
nasar yang besar, hanya itu satu-satunya sarana untuk menerbangkan kita ke
Selatan dengan lain kata melepaskan kita dari Utara takhtanya setan yang sudah
dinubuatkan oleh Yesaya 14:13-14.
Singkat kata, Selatan
di sini artinya lepas dari utara itulah takhta daripada iblis setan. Jadi
jangan lagi bersandar dengan pengertian manusia.
Ayub 39:30-31
(39:30) Atas perintahmukah rajawali terbang
membubung, dan membuat sarangnya di tempat yang tinggi? (39:31) Ia diam dan bersarang di
bukit batu, di puncak bukit batu dan di gunung yang sulit didatangi.
Sarang burung rajawali adalah di tempat yang tinggi atau
gunung yang tertinggi jelas itu menunjuk puncak ibadah yakni doa penyembahan
dan itu sulit dijangkau dan didatangi oleh setan tritunggal. Jadi mau tidak mau
rela tidak rela enak tidak enak ibadah
harus sampai pada puncaknya doa penyembahan itulah sarang burung rajawali sulit
dijangkau atau sulit untuk didatangi oleh antikris.
CIRI-CIRI BERADA PADA PUNCAK IBADAH…
Ayub 39:32
(39:32) Dari sana ia mengintai mencari
mangsa, dari jauh matanya mengamat-amati; (39:33) anak-anaknya menghirup darah,
dan di mana ada yang tewas, di situlah dia."
ciri-ciri berada pada puncak ibadah (doa penyembahan) ada
dua:
a.
Memiliki pandangan nubuatan berarti
memandang jauh ke depan.
Contoh anak-anak Tuhan atau hamba
Tuhan yang memiliki pandangan nubuatan
ada dalam 2 Korintus 4:16.
Korintus 4:16
(4:16)
Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin
merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.
Jadi ketika manusia batiniah kita
dibaharui dari sehari ke sehari tentu saja manusia lahiriah kita semakin
merosot, namun sekalipun demikian jangan rendah diri jangan malu serta jangan
tawar hati. Budaya dari nenek moyang yakni kesombongan keangkuhan, kefasikan,
tinggi hati itu jangan dipertahankan. Kalau batiniah dibaharui lahirnya
merosot, tapi tidak perlu malu tidak perlu tawar hati.
Korintus 4:16-18.
(4:17)
Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan
kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan
kami. (4:18) Sebab kami tidak
memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang
kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.
Contoh memiliki pandangan nubuatan;
mengabaikan yang kelihatan dan memperhatikan yang tak kelihatan yaitu kerajaan
surga.
-
Yang
kelihatan sifatnya sementara.
-
Yang
tak kelihatan sifatnya kekal.
Kalau kita sudah berbicara soal
kekekalan berarti ada kaitannya dengan doa penyembahan.
Praktek memiliki pandangan nubuatan:
1.
Rela
menderita hingga manusia batiniah dibaharui dari sehari ke sehari.
2.
Tidak
pusing dengan perkara-perkara lahiriah perkara-perkara di bumi (di bawah),
tidak memusingkan diri dengan soal penghidupan-penghidupan.
b.
Masuk atau satu dalam pengalaman
kematian Tuhan Yesus Kristus = berada pada puncak ibadah doa penyembahan. (Ayub 39:33)
Lukas 17:32-33; Istri Lot mempertahankan nyawa
sehingga dia kehilangan nyawa.
Lukas 34-36; berbicara soal ketekunan tiga
macam ibadah pokok, ini sangat menentukan sekali untuk kita berada pada puncak
ibadah (doa penyembahan). Tetapi sekalipun tekun tiga macam ibadah pokok tidak semua
anak-anak Tuhan berada pada puncak ibadah doa penyembahan sebab, ada yang
diangkat namun ada yang tertinggal di bumi ini di mana setan tritunggal
berkuasa dan bumi berada pada gelap gulita yang mencekam. Ada yang dibawa ada
yang tertinggal, tetapi yang pasti sarana untuk sampai kepada doa penyembahan
haruslah tekun dalam tiga macam ibadah pokok.
1.
Tempat
tidur → Ketekunan Doa penyembahan.
2.
Mengilang
→ Ketekunan dalam ibadah pendalaman Alkitab.
3.
Ladang TUHAN → Ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu
(kegiatan Roh El-Kudus)
Ada yang dibawa, ada yang tertinggal, tetapi kita harus
tekun dalam tiga macam ibadah pokok, sampai nanti kita dibawa pada puncak
ibadah yaitu; doa penyembahan itulah batu yang tinggi sulit dan yang sulit didatangi
oleh ular, sulit untuk dijangkau oleh mata ular (antikris).
Ada yang dibawa dan yang lain
ditinggalkan. Lalu mereka bertanya: Kata mereka kepada Yesus: "Di mana,
Tuhan?" Kata-Nya kepada mereka: "Di mana ada mayat, di situ
berkerumun burung nasar."
Perlu untuk diketahui; pengalaman kematian (mayat) jelas itu
berbicara soal penyembahan, kalau kita mengacu kepada Injil Matius 50:27: Yesus berseru berseru dengan suara nyaring, lalu menyerahkan
nyawaNya (mati) . Jadi pengalaman kematian itu berbicara soal
penyembahan.
Jadi kehidupan yang sudah berada pada puncak ibadah (doa
penyembahan) layak untuk menerima sayap burung nasar yang besar untuk
menerbangkan dia ke padang belantara, supaya ia dipelihara di situ selama 1260
(42 bulan /selama 3,5 tahun).
Berarti syarat untuk
memperoleh kedua sayap burung nasar yang besar adalah berada pada puncak ibadah
yakni doa penyembahan, tandanya: satu
di dalam kematian Yesus Kristus.
Itulah terkait dengan mempelai Tuhan; tiga benda penerang
sudah menjadi miliknya, berarti bumi dalam keadaan gelap gulita disebutlah itu
puncak gelap malam, (puncaknya dosa makan minum dan kawin mawinkan) puncaknya
aniaya, disitulah siksaan dahsyat yang terjadi yang belum pernah terjadi dan
yang tidak akan pernah terjadi setelah antikris nanti dihukum di bumi, dihukum
bersama dengan orang-orang yang ada di dalamnya.
Setelah kita melihat keadaan daripada mempelai Tuhan begitu
luar biasa dipelihara oleh Tuhan, sekarang kita akan membaca Wahyu 12:17.
Wahyu 12:17.
(12:17) Maka marahlah naga itu kepada
perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti
hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus.
Naga itu marah sekali kepada perempuan itu. Ingat Wahyu 11:16-18: Nanti dunia marah
sekali pada saat TUHAN mengambil alih pemerintahan atas dunia, tetapi amarah
dunia ini akan dihentikan karena amarah Tuhan lebih hebat dan lebih berkuasa.
Tadi mempelai wanita Tuhan sudah diasingkan (diungsikan) ke
padang belantara, pada saat yang sama Tuhan mengambil alih pemerintahan atas
dunia. Pada masa itulah amarah dari dunia ini memuncak sebagaimana yang
dituliskan dalam Wahyu 12:17: Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu,
lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah
dan memiliki kesaksian Yesus.
Keturunan yang tertinggal (gereja yang tertinggal/orang
kristen yang tertinggal) hanya memiliki dua hal:
1.
Hukum-hukum
Allah = penuh dengan firman Allah
2.
Kesaksian
tentang Yesus = penuh dengan roh Allah.
Tetapi masih kurang satu lagi alat yang harus dimiliki oleh
gereja Tuhan itulah Mezbah Dupa itulah Doa Penyembahan.
Singkat kata dalam masa 3,5 tahun yang kedua atau yang terakhir
nanti – karena 2 x 3,5 tahun – atau yang
kedua nanti ada dua tempat:
1. Di
bumi.
Inilah nanti yang dikuasai oleh setan
tritunggal (naga, antikris dan nabi-nabi
palsu) Sedangkan anak-anak Tuhan yang belum memuncak sampai kepada doa
penyembahan atau perobekan daging, tempatnya adalah di bumi.
Ini loh yang saya ceritakan dari
tadi; tempatnya di bumi, disebutlah itu gereja yang tertingginggal.
Jadi yang belum mencapai tamatnya
daging, belum mengalami perobekan daging, belum sampai kepada puncak ibadah
yakni doa penyembahan tempatnya di bumi disebutlah itu gereja tertinggal
(keturunan yang lain).
2. Padang
belantara.
Tempat ini disediakan bagi gereja
Tuhan yang sempurna itulah mempelai Tuhan.
Untuk mencapai padang belantara
kepadanya diberikan dua sayap burung nasar yang besar, ini yang kita
nanti-nantikan dari Tuhan. Itu sebabnya orang-orang yang menanti-nantikan
kedatangan Tuhan membaharui kuatnya. Terbang tinggi mengatasi segala persoalan
di bumi ini dengan dua sayap burung nazar yang besar.
Kembali kita membaca …
Wahyu 11:18
(11:18) dan semua bangsa telah marah,
tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan
untuk memberi upah kepada hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan
kepada mereka yang takut akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang
besar dan untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi."
Lihatlah Wahyu
11:18a: tetapi amarah-Mu telah datang
dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi.
Orang-orang mati yang dimaksud di sini adalah orang-orang
yang hidup di luar Tuhan; tidak percaya
kepada Tuhan = tidak percaya kepada kemurahan Tuhan Yesus
Kristus.
Kemurahan Tuhan dapat kita temukan – banyak ayatnya
sebetulnya – tetapi kita baca dulu Ibrani
7:1-2.
Ibrani 7:1-2 – Perikop:
Kristus
dan Melkisedek.
(7:1) Sebab Melkisedek adalah raja
Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi; ia pergi menyongsong Abraham ketika
Abraham kembali dari mengalahkan raja-raja, dan memberkati dia. (7:2) Kepadanya pun Abraham memberikan
sepersepuluh dari semuanya. Menurut arti namanya Melkisedek adalah
pertama-tama raja kebenaran, dan juga raja Salem, yaitu raja damai sejahtera.
Melkisedek adalah:
1.
Raja Salem; pertama-tama raja damai sejahtera.
2. Dia
adalah imam Allah yang maha tinggi.
Kalau kita berbicara Raja jelas itu
kaitannya dengan takhta → kepada mempelai Tuhan. Kalau kita dimempelaikan
(dikristalkan) untuk menjadi mempelai Tuhan itu kemurahan.
Melkisedek disebut juga sebagai imam yang maha tinggi.
Tugas Imam (Besar agung) adalah:
-
Melayani
hidup kita.
Nikah kita, rumah tangga kita
dilayani sehingga keadaan nikah dan rumah tangga kita ada pada tatanan yang
benar, keadaan kita datang melayani Tuhan ada dalam tatanan yang benar, kita
tahu menempatkan diri di mana dan kita tahu menempatkan Kristus sebagai kepala,
itu kalau kita menikmati pelayanan.
-
Berdoa
Supaya iman dan hidup kita tidak
gugur menghadapi ujian pencobaan yang memuncak pada saat antikris menjadi raja
-
Memperdamaikan
dosa manusia kepada Allah.
Itu berarti Yesus adalah seorang pengantara,
Yesus adalah penghubung antara Allah dengan manusia.
Ibrani 2:17: Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan
saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan
dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. Ini
kemurahan.
Kemudian Imam Besar Agung juga
memimpin ibadah kita sampai kepada puncak ibadah. Bukan hanya melayani, berdoa,
memperdamaikan, bukan hanya sebagai pengantara, tetapi Dia tampil di tengah
ibadah-ibadah untuk selanjutnya memimpin ibadah-ibadah itu sampai kepada
puncaknya doa penyembahan.
Wahyu 8:3-5.
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat
lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan
kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan
doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (8:4) Maka naiklah asap kemenyan
bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke
hadapan Allah. (8:5) Lalu malaikat
itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah, dan
melemparkannya ke bumi. Maka meledaklah bunyi guruh, disertai halilintar dan
gempa bumi.
Kita harus berdiri di hadapan Tuhan lewat ketekunan tiga
macam ibadah pokok sampai nanti kita berada pada puncak ibadah doa penyembahan.
Lewat doa penyembahan kita dibawa naik ke hadirat Allah menembusi takhta Allah,
bagaikan asap dupa kemenyan.
Jikalau ibadah ini tidak sampai
kepada puncaknya, yaitu doa penyembahan maka akan mengalami penghukuman seperti
pelemparan api ke bumi.
Itu sebabnya saya berdoa kiranya kita dibawa sampai kepada puncak ibadah, yaitu
doa penyembahan, jangan ada satupun yang tertinggal, jangan ada satupun yang
mendiami bumi ini lagi, karena satu kali
bumi akan dihukum dengan pelemparan api. Jadi pada saat Tuhan mengambil alih
pemerintahan, saat itulah penghukuman juga berlangsung; dua muatan dari
sangkakala yang ketujuh; menghukum semua bangsa menghukum bumi.
Tetapi malam ini Tuhan sudah memberi pengertian yang begitu
jelas; terang benderang, dan kalau ada yang tertinggal di antara kita itu bukan
salah TUHAN, itu karena kebodohan, kekerasan di hati tidak mau berubah. Kalau kita terlanjur-lanjur
dalam kebiasaan salah dalam beribadah, dalam hal mengikuti Tuhan, dalam
menyerahkan diri, ayo berubah.
Jadi sekali lagi saya sampaikan; kalau ada yang tertinggal
di bumi ini itu bukan salahnya Tuhan akhirnya bumi dalam penghukumannya.
Mungkin kita melihat ayat ini kok muter sana, mutar sinim,
tetapi endingnya ke situ, supaya pikiran kita terbuka dulu, memiliki
pengertian yang benar dari surga.
Barulah penghukuman itu sampai kepada Wahyu 16:1 sampai seterusnya, teruslah penghukuman, penghukuman,
penghukuman, itulah ketujuh cawan murka
Allah, disebut sebagai malapetaka atau celaka yang ketiga. Tetapi mempelai
Tuhan dipelihara di padang belantara, sementara bumi dihukum oleh Tuhan, itulah
penghukuman dari sangkakala ketujuh disebutlah itu malapetaka ketiga; celaka
ketiga.
Wahyu 11:18
(11:18) dan semua bangsa telah marah,
tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan
untuk memberi upah kepada hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang
kudus dan kepada mereka yang takut akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan
orang-orang besar dan untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan
bumi."
Bumi dihukum, tetapi hamba-hamba Tuhan menerima upah. Siapa
hamba Tuhan? itulah hamba kebenaran, bukan lagi hamba dosa.
Tetaplah setia melayani Tuhan melayani pekerjaan Tuhan,
tetaplah menjadi hamba Tuhan, hamba kebenaran, dengan kita melayani; lepas dari
hamba dosa, itu cara Tuhan melepaskan kita dari penghukuman atas bumi.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment