KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, July 4, 2025

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 26 JUNI 2025

 


IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 26 JUNI 2025

KITAB MALEAKHI PASAL 2

(Seri 6)

 

Subtema: PENGHUKUMAN ALLAH ATAS BUMI (CELAKA 3)

 

Mula pertama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan yang telah menghimpunkan kita di atas gunung Tuhan, sehingga kita boleh datang menghadap Dia Lewat ibadah pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci. Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat ketebusan Tuhan, Bapak Ibu Saudara-saudari terkasih yang dikasihi dalam kasih Kristus Tuhan, kiranya juga TUHAN melawat saudara di sana, dan selanjutnya Tuhan hadir di tengah-tengah kita memberi damai sejahtera, sukacita bahagia saat kita duduk diam dekat kaki Tuhan dan terus dengar firman Tuhan.

 

Selanjutnya marilah kita sambut STUDY MALEAKHI sebagai firman penggembalaan untuk ibadah pendalaman Alkitab malam ini.

 

Namun tetaplah berdoa dalam Roh, mohon kemurahan Tuhan supaya firman yang dibukakan itu meneguhkan setiap hati kita sekaliannya.

Maleakhi 2:13 –  Perikop: TUHAN memarahi Israel karena kawin campur dan perceraian.

(2:13) Dan inilah yang kedua yang kamu lakukan: Kamu menutupi mezbah TUHAN dengan air mata, dengan tangisan dan rintihan, oleh karena Ia tidak lagi berpaling kepada persembahan dan tidak berkenan menerimanya dari tanganmu.

 

Salah satu kesalahan fatal yang diperbuat oleh orang-orang Yehuda di Yerusalem maupun di Israel adalah menutupi mezbah TUHAN dengan...

-          Air mata.

-          Tangisan dan rintihan.

 

Pendeknya, air mata dapat dijadikan sebagai senjata untuk menutupi Mezbah TUHAN.

Jadi,anak-anak TUHAN, teramat lebih para wanita atau para istri-istri berhati-hatilah dengan air mata, maksudnya; janganlah air mata itu dijadikan sebagai senjata (alasan) untuk tidak mendirikan Mezbah (ibadah dan pelayanan) bagi TUHAN.

 

Demikian juga dengan tangisan dan rintihan (keluh kesah); sungut-sungut jangan dijadikan sebagai alasan untuk menutupi Mezbah TUHAN; ,menjauhkan diri dari ibadah dan pelayanan.

Singkat kata; janganlah kita menutupi Mezbah Tuhan yakni ibadah pelayanan sekalipun di tengah-tengah kesulitan yang menghimpit.

Jadi ibadah dan pelayanan harus terus berjalan sehingga kita mendapatkan kesempatan untuk mempersembahkan korban di atas mezbah Tuhan.

 

Jadi ibadah-ibadah ini adalah kemurahan. Kemurahan yang Tuhan yang Tuhan nyatakan kepada kita adalah kesempatan untuk membawa korban dan mempersembahkannya di atas Mezbah Tuhan, itu sebabnya menutupi Mezbah Tuhan adalah kejahatan (kesalahan kesalahan fatal) yang kedua yang dilakukan oleh orang-orang Yehuda di Israel maupun di Yerusalem.

 

Terkait dengan Mezbah kita hubungkan dengan firman Allah yang diajarkan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di  Korintus.

1 Korintus 9:13-14.

(9:13) Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? (9:14) Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu.

 

Perlu untuk diketahui oleh semua anak-anak TUHAN:

-          Yang melayani tempat kudus akan mendapat penghidupannya dari tempat kudus.

-          Yang melayani mezbah TUHAN, mendapat bahagian dari mezbah itu.

Singkat kata, melayani dalam tempat kudus dan Mezbah Tuhan diperhatikan serta dipelihara langsung oleh Tuhan sebagaimana Tuhan menetapkan pemberita Injil, ia hidup dari pemberitaan Injil itu sendiri. Biarlah kita semua mendapat perhatian dari TUHAN, karena kita melayani dalam tempat kudus dan Mezbah TUHAN. Jadi tidak ada ruginya melayani TUHAN.

 

1 Korintus 9:15

(9:15) Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satu pun dari hak-hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini, supaya aku pun diperlakukan juga demikian. Sebab aku lebih suka mati dari pada ...! Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapa pun juga!

 

Rasul Paulus lebih suka mati daripada …!

Tanda “!” suatu sikap ketegasan yang ditunjukan oleh Rasul Paulus  di tengah-tengah ibadah pelayanannya di hadapan Tuhan.

Titik-titik tersebut bisa kita isi langsung dengan:

a.       Tidak mendirikan Mezbah bagi TUHAN.

b.       Tanpa ibadah dan pelayanan.

c.        Tidak memberitakan injil Kristus (Pengajaran salib).

Itu berarti bagi anak-anak TUHAN:

-          Mendirikan Mezbah bagi TUHAN adalah harga mati,

-          tekun dalam tiga macam ibadah pokok adalah harga mati,

-          tergembala dengan sungguh-sungguh adalah harga mati.

Itu sebabnya Rasul Paulus tadi berkata di ayat 15 "Aku lebih suka mati daripada …

-          tidak mendirikan mezbah,

-          tanpa ibadah pelayanan,

-          tidak memberitakan Injil.

Berarti:

-          Beribadah melayani adalah harga mati,

-          tekun dalam tiga macam ibadah pokok adalah harga mati,

-          melayani Tuhan dan dan melayani pekerjaanNya di tengah ibadah-ibadah tersebut adalah harga mati.

 

Tapi kalau saudara pun tidak bekerja satu hari tidak jadi soal, sebab pekerjaan (kegiatab-kegiatan di dunia) bukanlah  harga mati, libur pun hari ini dari segala aktivitas di dunia ini itu tidak jadi soal. Tetapi untuk menjadi satu kehidupan domba tergembala itu harga mati sesuai dengan firman Allah yang diajarkan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus. Kalau kita hari ini menyangkal diri, memikul salib, mengikut Tuhan kita memperoleh nyawa walaupun harus kehilangan nyawa. Tetapi kalau kita hari ini saja tetap dengan keras hati mempertahankan nyawa karena perkara-perkara di dunia ini, satu kali akan kehilangan nyawa. Itu sebabnya saya katakan mendirikan Mezbah adalah harga mati, menjadi satu kehidupan domba yang tergembala adalah harga mati.

 

Pendeknya kemegahan Rasul Paulus ialah mendirikan mezbah bagi Tuhan itulah ibadah pelayanan yang tidak dapat ditiadakan (tidak dapat dihalangi)

-          Oleh siapapun!, entah itu atasan di tempat bekerja, entah itu rekan bisnis. Maksudnya jangan karena manusia atau karena orang lain kita tidak mendirikan mezbah bagi Tuhan.

-          Oleh apapun. Antara lain harta, kekayaan, takhta,  yakni kedudukan dan jabatan serta pangkat yang tinggi; karena kemegahan daripada Rasul Paulus adalah ketika ia mendirikan Mezbah bagi TUHAN.

Ini satu prinsip yang harus kita pegang dan kita harus tegas dengan prinsip ini karena ada tanda !.

 

1 Korintus 9:16

(9:16) Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.

 

Mendirikan mezbah bagi TUHAN dalam bentuk pelayanan pemberitaan Injil adalah  keharusan bagi Rasul Paulus, adalah keharusan juga bagi kita.

Itulah sebabnya Rasul Paulus berkata; Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil

Pendeknya menutupi Mezbah Tuhan adalah orang celaka.

 

Kalau kemegahan kita mendirikan Mezbah bagi Tuhan, maka tentu saja kita datang menghadap Tuhan dalam ketekunan tiga macam pada pokok bukan karena aturan, bukan karena hamba Tuhan (gembala sidang), bukan karena malu kepada orang lain atau bukan karena keterpaksaan, tetapi mendirikan Mezbah adalah harga mati. Maka itu sebabnya ketika Tuhan Allah menempatkan Adam dan Hawa di Taman Eden tujuannya hanya satu; untuk mengusahakan dan memelihara Taman Eden, tetapi syaratnya harus memperhatikan perintah pada Kejadian 2:16 dan larangan pada  Kejadian 2:17. Dan itu hanya bisa kita lakukan jikalau Tuhan menolong kita. Demikian juga ketika kita mendirikan Mezbah bagi Tuhan dengan kekuatan daging, atau hari ini mungkin kita bisa paksakan diri, besok belum tentu. Sebab itu dalam Kejadian 2:18: TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."

Tuhan kirimkan penolong yang sepadan itulah Roh Allah yang suci Roh El Kudus, Dialah penolong yang sepadan, Dia terus tolong kita sejauh penyerahan diri kita. Kita tidak bisa mengerjakan ini dengan kekuatan sendiri.

 

Kenapa orang memaksakan diri datang beribadah, kenapa orang hari ini beribadah besok tidak? karena sebetulnya ibadah itu belum mendarah daging, belum dipatri oleh Roh El Kudus (penolong yang sepadan). Seandainya sudah dipatri oleh penolong yang sepadan, maka ibadah itu dinikmati, bukan satu keterpaksaan.

 

Singkat kata, menutupi Mezbah Tuhan dengan air mata dan dengan tangisan atau dan rintihan  (keluh kesah) adalah orang celaka. Tidak mendirikan Mezbah bagi TUHAN adalah orang celaka.

Lebih rinci tentang celaka hal itu dapat kita selidiki untuk kita bahas bersama dalam Wahyu 8:13

demikian firman Tuhan Allah

 

Wahyu 8:13 – perikop: keempat sangkakala yang pertama

(8:13) Lalu aku melihat: aku mendengar seekor burung nasar terbang di tengah langit dan berkata dengan suara nyaring: "Celaka, celaka, celakalah mereka yang diam di atas bumi oleh karena bunyi sangkakala ketiga malaikat lain, yang masih akan meniup sangkakalanya."

 

Tujuh sangkakala yang ditiup oleh ketujuh malaikat Allah itu merupakan penghukuman terhadap orang-orang yang menolak firman Allah, ayat referensinya Yohanes 12:48. Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman.

 

Jadi hari ini kita menolak firman, maka pada akhir zaman kita akan dihakimi oleh firman itu sendiri. Jadi tujuh sangkakala yang ditiup oleh tujuh malaikat Allah itu merupakan penghukuman, secara khusus bagi mereka yang menolak firman Allah ayat referensinya Yohanes 12:48.

Kalau kita tahu ini akan terjadi di akhir zaman maka hendaklah kita bijaksana dalam bertindak dan mengambil keputusan. Itu berarti hari ini kita harus menghargai firman yang disampaikan, itulah firman yang diurapi,  firman yang keluar dari mulut Allah; ayat menjelaskan ayat supaya kita lepas dari penghukuman tujuh sangkakala yang ditiup oleh tujuh malaikat Allah.

Berjanjilah kepada TUHAN bahwa hari ini kita harus menghargai firman Allah supaya di akhir zaman kita tidak dihakimi oleh firman Allah. Yang menentukan adalah akhir bukan awal

 

Kemudian penghukuman dari ketujuh sangkakala tersebut dibagi dalam dua bagian:

Bagian pertama adalah penghukuman dari sangkakala 1 sampai dengan 4 disebut juga dengan keempat sangkakala yang pertama dalam Wahyu 8:6-12.

 

Bagian kedua, marilah kita baca

Wahyu 8:13.

(8:13) Lalu aku melihat: aku mendengar seekor burung nasar terbang di tengah langit dan berkata dengan suara nyaring: "Celaka, celaka, celakalah mereka yang diam di atas bumi oleh karena bunyi sangkakala ketiga malaikat lain, yang masih akan meniup sangkakalanya."

 

Jadi penghukuman dari sangkakala 5 (lima) sampai dengan 7 (tujuh) disebutlah sebagai celaka, dan celaka itu terjadi sebanyak tiga kali.

-          Celaka pertama datang dari sangkakala kelima (Wahyu 9:1-11)

-          Celaka kedua datang dari sangkakala yang keenam (Wahyu 9:13-21 dan Wahyu 11:1-13)

Pendeknya celaka pertama dan celaka kedua sudah lewat, sedangkan celaka ketiga masih menyusul ada pada Wahyu 11.

 

Wahyu 11 :15-18 – Perikop: Sangkakala ketujuh nyanyian puji-pujian para tua-tua.

(11:15) Lalu malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, dan terdengarlah suara-suara nyaring di dalam sorga, katanya: "Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya."  (11:16) Dan kedua puluh empat tua-tua, yang duduk di hadapan Allah di atas takhta mereka, tersungkur dan menyembah Allah, (11:17) sambil berkata: "Kami mengucap syukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, yang ada dan yang sudah ada, karena Engkau telah memangku kuasa-Mu yang besar dan telah mulai memerintah sebagai raja (11:18) dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi."

 

Celaka yang ketiga ini datang dari sangkakala ketujuh. Dan ada dua perkara dinyatakan di dalamnya:

1.       Tentang pemerintahan Allah atas dunia (ayat 15b)

Jadi pada akhirnya nanti Tuhan akan mengambil alih pemerintahan atas dunia. Saat ini setan masih berkuasa dan menjadi raja kegelapan atas dunia, tetapi satu kali Tuhan akan memerintah atas dunia, pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita satu kali nanti. Dan pada minggu yang lalu kita sudah membahas tentang pemerintahan Allah atas dunia itu (ayat 15)

2.       Penghukuman Allah atas bumi  untuk membinasakan barangsiapa membinasakan bumi (ayat 18)

 

Pada minggu yang lalu kita sudah membahas tentang pemerintahan Allah atas dunia, maka malam ini kita akan masuk pada pembahasan tentang yang kedua; penghukuman Allah atas bumi. Kita akan baca itu di Wahyu 11:16-18.

 

Keterangan: PENGHUKUMAN ALLAH ATAS BUMI.

Wahyu 11:16-18

(11:16) Dan kedua puluh empat tua-tua, yang duduk di hadapan Allah di atas takhta mereka, tersungkur dan menyembah Allah, (11:17) sambil berkata: "Kami mengucap syukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, yang ada dan yang sudah ada, karena Engkau telah memangku kuasa-Mu yang besar dan telah mulai memerintah sebagai raja (11:18) dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi."

 

Pada akhirnya Tuhan akan mengambil ahli pemerintahan sebagai raja atas bumi ini, selanjutnya hukuman Allah berlangsung atas bumi dengan kuasa yang sangat dahsyat, sanggup meredam dan sanggup mematahkan amarah semua bangsa-bangsa di bumi ini. Jadi bangsa-bangsa marah tapi amarah Tuhan lebih besar sanggup meredam sanggup mematahkan amarah bangsa-bangsa di bumi. Inilah muatan yang kedua dari sangkakala yang ketujuh yang akan dicurahkan atas bumi, ini dalam bentuk pencurahan tujuh bokor atau cawan murka Allah.

 

Jadi tidak bisa kita marah-marah, kita tidak bisa bersungut-sungut, ngomel karena keadaan yang di sekitar kita tidak sesuai dengan hati,  amarah Tuhan nanti jauh lebih besar mematahkan amarah-arah di seluruh bangsa di bumi ini, sekaligus menghukum bumi dengan kuasa yang dahsyat. Jadi jangan kita ngomel, jangan kita marah-marah, jangan kita suka bersungut-sungut, walaupun ibadah pelayanan ini tidak sesuai dengan keinginan di hati, walaupun segala sesuatu yang ada di sekitar kita tidak sesuai dengan keinginan hati, karena amarah Tuhan jauh lebih besar sekaligus menghukum bumi ini.  

Itu muatan kedua dari sangkakala tujuh, Dan penghukuman dari sangkakala yang ketujuh sebagai celaka tiga itu sampai kepada 7 cawan murka (tujuh bokor).

 

Wahyu 15:1 – Perikop: Nyanyian mereka yang menang.

(15:1) Dan aku melihat suatu tanda lain di langit, besar dan ajaib: tujuh malaikat dengan tujuh malapetaka terakhir, karena dengan itu berakhirlah murka Allah.

 

Tanda lain (tanda kedua) di langit besar dan ajaib yakni tujuh malaikat dengan tujuh malapetaka terakhir (celaka ketiga) Kemudian oleh cawan murka atau tujuh malapetaka terakhir ini berakhir pulalah murka Allah.

 

Pelaksanaan dari hukuman itu tertulis dengan lengkap pada Wahyu 16:1-21. Pemberitahuannya ada pada Wahyu 15:1. Pelaksanaanya ada pada Wahyu 16:1-21; ketujuh malapetaka (tujuh celaka) dari tujuh cawan murka Allah yang dicurahkan oleh tujuh malaikat. Inilah muatan kedua dari sangkakala ketujuh; Allah menghukum seluruh bumi.

Penghukuman oleh ketujuh cawan murka Allah itu merupakan celaka besar dan ajaib menimpa bangsa-bangsa di bumi. 

 

Kemudian kita akan selidiki dulu apa yang terdapat pada Wahyu 15:1. Pada ayat ini dikatakan  tanda lain (tanda kedua) di langit besar dan ajaib. Saudara jika ada tanda kedua maka tentu saja ada tanda pertama di langit, tapi tanda pertama ini besar dan dahsyat juga.

 

Wahyu 12:1,3. – Perikop: Perempuan dan naga

(12:1) Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.

(12:3) Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota.

 

Tanda besar dan dahsyat di langit yang pertama tampilnya mempelai wanita Tuhan atau gereja Tuhan yang sempurna

-          Berselubungkan matahari = mengenakan lenan halus berkilau-kilauan dan yang putih bersih itu berbicara tentang kasih dari Allah Bapa.

-          Bulan di bawah kaki = berdiri di atas korban Kristus korban Yesus anak Allah.

-          Bermahkotakan 12 (dua belas) bintang di atas kepala = bintang-bintang di langit → orang-orang bijaksana; orang-orang yang sudah diurapi oleh Tuhan.

Inilah tanda besar di langit yang pertama tampilnya mempelai wanita Tuhan (Gereja Tuhan sempurna), dengan bukti-bukti berselubungkan matahari, kemudian bulan di bawah kaki, kemudian bermahkotakan 12 (dua belas) bintang di atas kepala. Jadi tiga benda penerang di langit sudah menjadi milik mempelai perempuan.

 

Kalau tiga benda penerang sudah beralih kepada mempelai perempuan, maka dunia dalam kegelapan besar. Jadi ayat 12 (dua belas) ini memberi sinyal besar bagi kita bahwasanya pada saat benda penerang itu sudah beralih dan menjadi milik mempelai Tuhan, maka otomatis dunia ini berada dalam suasana gelap gulita. Berarti dari sini kita bisa melihat bahwa  setan tritunggal sudah berkuasa penuh atas dunia, itu sebabnya tanda pertama di langit itu tanda yang besar, sedangkan tanda kedua di langit dahsyat dan besar tampilnya tujuh malaikat dengan tujuh cawan murka untuk menghukum dunia ini.

Jadi pada saat mempelai wanita tampil; benda penerang sudah beralih kepadanya, dalam kesempatan yang lain bumi berada dalam kegelapan yang besar gelap gulita dan mencekam.

 

Perlu untuk diketahui; pada saat celaka ketiga berlangsung sebagai malapetaka terakhir yang merupakan penghukuman Allah atas bumi maka mempelai Tuhan telah diasingkan (diungsikan) ke padang belantara.

Jadi dunia sudah dalam kegelapan, apa buktinya; naga antikris dan nabi palsu sudah menjadi raja, tetapi pada masa itu mempelai Tuhan sudah diasingkan di padang belantara.

Maka dari sini tampaklah dua keadaan:

-          Bumi dalam keadaan gelap gulita.

-          Mempelai wanita diasingkan ke padang belantara.

 Ini dua keadaan yang nampak dengan jelas dari apa yang kita selidiki malam ini.

 

Jangan kita abaikan pengertian ini. Kalau TUHAN mencurahkan isi hatinya itu adalah belas kasihNya TUHAN bagi kita. Kalau kita tolak belas kasih tersebut,  maka TUHAN akan mencurahkan tujuh cawan murka Allah sebagai penghukuman atas mereka yang menolak KASIH.

Kita buktikan itu dalam buktikan itu dalam Wahyu 12:6.

 

Wahyu 12:6.

(12:6) Perempuan itu lari ke padang gurun, di mana telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, supaya ia dipelihara di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.

 

Mempelai Tuhan diungsikan (diasingkan) di suatu tempat  supaya ia dipelihara di situ kurang lebih 1260.

Di atas tadi kita sudah melihat dengan tampilnya tanda pertama dahsyat dan besar di langit di mana benda-benda penerang sudah menjadi bagian dari mempelai perempuan,  maka bumi dalam suasana gelap gulita mencekam.  Di situlah puncak gelap malam, manusia sibuk dengan dosa makan minum dan dosa kawin mengawinkan puncaknya dosa, kenajisan percabulan itu merajalela.

Tetapi mempelai Tuhan sudah diasingkan (diungsikan)  supaya ia dipelihara di situ– bukan lagi di bumi dalam keadaan gelap gulita – dan dia dipelihara di situ selama 1260 hari kurang lebih.

 

Doa dan harapan saya kiranya saya juga sebagai gembala sidang bersama istri anak saya serta keluarga besar GPT Serang dan Cilegon doa saya kiranya kita semua  diasingkan (diungsikan) di padang belantara, jangan ada yang tertinggal.

Di bumi berada dalam suasana gelap gulita sebab antikris sudah menjadi raja (puncakgelap malam). Jangan kita ketinggalan supaya jangan kita binasa.

 

Wahyu 12:13,14 – Perikop: Naga memburu perempuan itu.

(12:13) Dan ketika naga itu sadar, bahwa ia telah dilemparkan di atas bumi, ia memburu perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu. (12:14) Kepada perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar, supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun, di mana ia dipelihara jauh dari tempat ular itu selama satu masa dan dua masa dan setengah masa.

 

Mempelai wanita Tuhan dipelihara di padang gurun selama satu masa, tambah  dua masa, tambah setengah masa (3.5 tahun/42 bulan). Bukti 42 bulan ayat referensinya; Wahyu 11:2: Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya."

 

Jadi antikris berkuasa atas bumi selama 3,5 tahun = 42 bulan = 1260 hari, tetapi kepada mempelai perempuan TUHAN diberikan kedua sayap burung nazar yang besar. Pendeknya, untuk sampai ke padang belantara haruslah memiliki kedua sayap burung nasar yang besar.

Jadi tidak ada serta-merta tiba-tiba dia diasingkan di padang belantara. Kalau dia tidak memiliki dua sayap burung nasar yang besar ya ketinggalan, dia tetap di bumi yang berada dalam gelap gulita, dimana antikris berkuasa, di situlah puncak gelap malam, puncaknya dosa sedang berlangsung, puncaknya aniaya besar, siksaan yang dahsyat semua memuncak disitu.

 

Tetapi saat ini adalah saat di mana kita masih berada dalam keadaan terang, walaupun dikatakan berada pada petang hari,  tetapi kita masih berada dalam terang buktinya kita masih ada kesempatan untuk datang menghadap Tuhan lewat ketekunan tiga macam ibadah pokok, kita tetap mendirikan Mezbah itulah ibadah pelayanan di hadapan Tuhan, selanjutnya membawa korban dan mempersembahkannya di atas Mezbah Tuhan, yang walaupun memang tidak dipungkiri lagi, bahwa waktu yang sangat tersisa ini tinggal sedikit lagi, tapi sekalipun sedikit manfaatkanlah dengan sungguh sungguh, jangan lagi sibuk sana sibuk sini gak karu-karuan, sampai tidak  mempersiapkan diri menghadap Tuhan lewat ibadah-ibadah, supaya jangan kita ketinggalan.

 

Kepada perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar, supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun, di mana ia dipelihara jauh dari tempat ular itu selama satu masa dan dua masa dan setengah masa.

Padang belantara yang dimaksud adalah tempat yang sulit dijangkau oleh mata ular.

Jadi tempat yang sulit dijangkau, itulah tempat yang disediakan kepada mempelai perempuan TUHAN, karena kepadanya diberikan sayap burung nasar yang besar untuk menerbangkan dia ke padang belantara.

 

Kita telusuri …

Ayub 39:29

(39:29) Oleh pengertianmukah burung elang terbang, mengembangkan sayapnya menuju ke selatan?

 

Oleh pengertianmukah burung elang terbang.

Kalau kita pada akhirnya terlepas dari masa aniaya antikris itu bukan karena pengertian sendiri, tetapi oleh karena pengertian yang kita peroleh lewat firman Allah yang dibukakan.

Jadi jangan bersandar dengan pengertian sendiri, bersandarlah kita kepada pengertian yang datang dari surga lewat firman Allah yang dibukakan itu.

 

mengembangkan sayapnya menuju ke selatan?

Jadi singkat kata mempelai Tuhan diterbangkan ke Selatan oleh kedua sayap burung nasar yang besar.

Ke selatan bukan berarti jadi Selatan secara hurufiah, tetapi ini pengertian secara rohani; ke Selatan artinya lepas dari Utara yakni takhta daripada iblis (setan), itu pengertiannya.

Jadi kita semua memang harus menerima kedua sayap burung nasar yang besar, hanya itu satu-satunya sarana untuk menerbangkan kita ke Selatan dengan lain kata melepaskan kita dari Utara takhtanya setan yang sudah dinubuatkan oleh Yesaya 14:13-14.

Singkat kata, Selatan di sini artinya lepas dari utara itulah takhta daripada iblis setan. Jadi jangan lagi bersandar dengan pengertian manusia.

 

Ayub 39:30-31

(39:30) Atas perintahmukah rajawali terbang membubung, dan membuat sarangnya di tempat yang tinggi? (39:31) Ia diam dan bersarang di bukit batu, di puncak bukit batu dan di gunung yang sulit didatangi.

 

Sarang burung rajawali adalah di tempat yang tinggi atau gunung yang tertinggi jelas itu menunjuk puncak ibadah yakni doa penyembahan dan itu sulit dijangkau dan didatangi oleh setan tritunggal. Jadi mau tidak mau rela tidak rela enak tidak enak ibadah harus sampai pada puncaknya doa penyembahan itulah sarang burung rajawali sulit dijangkau atau sulit untuk didatangi oleh antikris.

 

CIRI-CIRI BERADA PADA PUNCAK IBADAH…

Ayub 39:32

(39:32) Dari sana ia mengintai mencari mangsa, dari jauh matanya mengamat-amati; (39:33) anak-anaknya menghirup darah, dan di mana ada yang tewas, di situlah dia."

 

ciri-ciri berada pada puncak ibadah (doa penyembahan) ada dua:

a.       Memiliki pandangan nubuatan berarti memandang jauh ke depan.

Contoh anak-anak Tuhan atau hamba Tuhan yang memiliki pandangan nubuatan  ada dalam 2 Korintus 4:16.

 

Korintus 4:16

(4:16) Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.

 

Jadi ketika manusia batiniah kita dibaharui dari sehari ke sehari tentu saja manusia lahiriah kita semakin merosot, namun sekalipun demikian jangan rendah diri jangan malu serta jangan tawar hati. Budaya dari nenek moyang yakni kesombongan keangkuhan, kefasikan, tinggi hati itu jangan dipertahankan. Kalau batiniah dibaharui lahirnya merosot, tapi tidak perlu malu tidak perlu tawar hati.

 

Korintus 4:16-18.

(4:17) Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. (4:18) Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.

 

Contoh memiliki pandangan nubuatan; mengabaikan yang kelihatan dan memperhatikan yang tak kelihatan yaitu kerajaan surga.

-          Yang kelihatan sifatnya sementara.

-          Yang tak kelihatan sifatnya kekal.

Kalau kita sudah berbicara soal kekekalan berarti ada kaitannya dengan doa penyembahan.

 

Praktek memiliki pandangan nubuatan:

1.       Rela menderita hingga manusia batiniah dibaharui dari sehari ke sehari.

2.       Tidak pusing dengan perkara-perkara lahiriah perkara-perkara di bumi (di bawah), tidak memusingkan diri dengan soal penghidupan-penghidupan.

 

b.       Masuk atau satu dalam pengalaman kematian Tuhan Yesus Kristus = berada pada puncak ibadah doa penyembahan. (Ayub 39:33)

 

Lukas 17:32-33; Istri Lot mempertahankan nyawa sehingga dia kehilangan nyawa.

Lukas 34-36; berbicara soal ketekunan tiga macam ibadah pokok, ini sangat menentukan sekali untuk kita berada pada puncak ibadah (doa penyembahan). Tetapi sekalipun tekun tiga macam ibadah pokok tidak semua anak-anak Tuhan berada pada puncak ibadah doa penyembahan sebab, ada yang diangkat namun ada yang tertinggal di bumi ini di mana setan tritunggal berkuasa dan bumi berada pada gelap gulita yang mencekam. Ada yang dibawa ada yang tertinggal, tetapi yang pasti sarana untuk sampai kepada doa penyembahan haruslah tekun dalam tiga macam ibadah pokok.

1.       Tempat tidur → Ketekunan Doa penyembahan.

2.       Mengilang → Ketekunan dalam ibadah pendalaman Alkitab.

3.        Ladang TUHAN → Ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu (kegiatan Roh El-Kudus)

Ada yang dibawa, ada yang tertinggal, tetapi kita harus tekun dalam tiga macam ibadah pokok, sampai nanti kita dibawa pada puncak ibadah yaitu; doa penyembahan itulah batu yang tinggi sulit dan yang sulit didatangi oleh ular, sulit untuk dijangkau oleh mata ular (antikris).

Ada yang dibawa dan yang lain ditinggalkan.  Lalu mereka bertanya: Kata mereka kepada Yesus: "Di mana, Tuhan?" Kata-Nya kepada mereka: "Di mana ada mayat, di situ berkerumun burung nasar."

 

Perlu untuk diketahui; pengalaman kematian (mayat) jelas itu berbicara soal penyembahan, kalau kita mengacu kepada Injil Matius 50:27: Yesus berseru berseru dengan suara nyaring, lalu menyerahkan nyawaNya (mati) . Jadi pengalaman kematian itu berbicara soal penyembahan.

Jadi kehidupan yang sudah berada pada puncak ibadah (doa penyembahan) layak untuk menerima sayap burung nasar yang besar untuk menerbangkan dia ke padang belantara, supaya ia dipelihara di situ selama 1260 (42 bulan /selama 3,5 tahun).

Berarti syarat untuk memperoleh kedua sayap burung nasar yang besar adalah berada pada puncak ibadah yakni doa penyembahan, tandanya: satu di dalam kematian Yesus Kristus.

 

Itulah terkait dengan mempelai Tuhan; tiga benda penerang sudah menjadi miliknya, berarti bumi dalam keadaan gelap gulita disebutlah itu puncak gelap malam, (puncaknya dosa makan minum dan kawin mawinkan) puncaknya aniaya, disitulah siksaan dahsyat yang terjadi yang belum pernah terjadi dan yang tidak akan pernah terjadi setelah antikris nanti dihukum di bumi, dihukum bersama dengan orang-orang yang ada di dalamnya.

Setelah kita melihat keadaan daripada mempelai Tuhan begitu luar biasa dipelihara oleh Tuhan, sekarang kita akan membaca Wahyu 12:17.

 

Wahyu 12:17.

(12:17) Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus.

 

Naga itu marah sekali kepada perempuan itu. Ingat Wahyu 11:16-18: Nanti dunia marah sekali pada saat TUHAN mengambil alih pemerintahan atas dunia, tetapi amarah dunia ini akan dihentikan karena amarah Tuhan lebih hebat dan lebih berkuasa.

 

Tadi mempelai wanita Tuhan sudah diasingkan (diungsikan) ke padang belantara, pada saat yang sama Tuhan mengambil alih pemerintahan atas dunia. Pada masa itulah amarah dari dunia ini memuncak sebagaimana yang dituliskan dalam Wahyu 12:17: Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus.

 

Keturunan yang tertinggal (gereja yang tertinggal/orang kristen yang tertinggal) hanya memiliki dua hal:

1.       Hukum-hukum Allah = penuh dengan firman Allah

2.       Kesaksian tentang Yesus = penuh dengan roh Allah.

Tetapi masih kurang satu lagi alat yang harus dimiliki oleh gereja Tuhan itulah Mezbah Dupa itulah Doa Penyembahan.

 

Singkat kata dalam masa 3,5 tahun yang kedua atau yang terakhir nanti – karena 2 x 3,5 tahun –  atau yang kedua nanti ada dua tempat:

1.       Di bumi.

Inilah nanti yang dikuasai oleh setan tritunggal (naga, antikris dan  nabi-nabi palsu) Sedangkan anak-anak Tuhan yang belum memuncak sampai kepada doa penyembahan atau perobekan daging, tempatnya adalah di bumi.

Ini loh yang saya ceritakan dari tadi; tempatnya di bumi, disebutlah itu gereja yang tertingginggal.

Jadi yang belum mencapai tamatnya daging, belum mengalami perobekan daging, belum sampai kepada puncak ibadah yakni doa penyembahan tempatnya di bumi disebutlah itu gereja tertinggal (keturunan yang lain).

2.       Padang belantara.

Tempat ini disediakan bagi gereja Tuhan yang sempurna itulah mempelai Tuhan.

Untuk mencapai padang belantara kepadanya diberikan dua sayap burung nasar yang besar, ini yang kita nanti-nantikan dari Tuhan. Itu sebabnya orang-orang yang menanti-nantikan kedatangan Tuhan membaharui kuatnya. Terbang tinggi mengatasi segala persoalan di bumi ini dengan dua sayap burung nazar yang besar.

 

Kembali kita membaca …

Wahyu 11:18

(11:18) dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi."

 

Lihatlah Wahyu 11:18a: tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi.

Orang-orang mati yang dimaksud di sini adalah orang-orang yang hidup di luar Tuhan; tidak percaya

kepada Tuhan = tidak percaya kepada kemurahan Tuhan Yesus Kristus.

Kemurahan Tuhan dapat kita temukan – banyak ayatnya sebetulnya – tetapi kita baca dulu Ibrani 7:1-2. 

 

Ibrani 7:1-2 –  Perikop: Kristus dan Melkisedek.

(7:1) Sebab Melkisedek adalah raja Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi; ia pergi menyongsong Abraham ketika Abraham kembali dari mengalahkan raja-raja, dan memberkati dia. (7:2) Kepadanya pun Abraham memberikan sepersepuluh dari semuanya. Menurut arti namanya Melkisedek adalah pertama-tama raja kebenaran, dan juga raja Salem, yaitu raja damai sejahtera.

 

Melkisedek adalah:

1.       Raja Salem; pertama-tama raja damai sejahtera.

2.       Dia adalah imam Allah yang maha tinggi.

Kalau kita berbicara Raja jelas itu kaitannya dengan takhta → kepada mempelai Tuhan. Kalau kita dimempelaikan (dikristalkan) untuk menjadi mempelai Tuhan itu kemurahan.

Melkisedek disebut juga sebagai imam yang maha tinggi.

Tugas Imam (Besar agung) adalah:

-          Melayani hidup kita.

Nikah kita, rumah tangga kita dilayani sehingga keadaan nikah dan rumah tangga kita ada pada tatanan yang benar, keadaan kita datang melayani Tuhan ada dalam tatanan yang benar, kita tahu menempatkan diri di mana dan kita tahu menempatkan Kristus sebagai kepala, itu kalau kita menikmati pelayanan.

-          Berdoa

Supaya iman dan hidup kita tidak gugur menghadapi ujian pencobaan yang memuncak pada saat antikris menjadi raja

-          Memperdamaikan dosa manusia kepada Allah.

Itu berarti Yesus adalah seorang pengantara, Yesus adalah penghubung antara Allah dengan manusia.

Ibrani 2:17: Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. Ini kemurahan.

Kemudian Imam Besar Agung juga memimpin ibadah kita sampai kepada puncak ibadah. Bukan hanya melayani, berdoa, memperdamaikan, bukan hanya sebagai pengantara, tetapi Dia tampil di tengah ibadah-ibadah untuk selanjutnya memimpin ibadah-ibadah itu sampai kepada puncaknya doa penyembahan.

 

Wahyu 8:3-5.

(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah. (8:5) Lalu malaikat itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah, dan melemparkannya ke bumi. Maka meledaklah bunyi guruh, disertai halilintar dan gempa bumi.

 

Kita harus berdiri di hadapan Tuhan lewat ketekunan tiga macam ibadah pokok sampai nanti kita berada pada puncak ibadah doa penyembahan. Lewat doa penyembahan kita dibawa naik ke hadirat Allah menembusi takhta Allah, bagaikan asap dupa kemenyan.

 

Jikalau ibadah ini tidak sampai kepada puncaknya, yaitu doa penyembahan maka akan mengalami penghukuman seperti pelemparan api ke bumi. Itu sebabnya saya berdoa kiranya kita dibawa sampai kepada puncak ibadah, yaitu doa penyembahan, jangan ada satupun yang tertinggal, jangan ada satupun yang mendiami bumi ini lagi, karena satu  kali bumi akan dihukum dengan pelemparan api. Jadi pada saat Tuhan mengambil alih pemerintahan, saat itulah penghukuman juga berlangsung; dua muatan dari sangkakala yang ketujuh; menghukum semua bangsa menghukum bumi.

 

Tetapi malam ini Tuhan sudah memberi pengertian yang begitu jelas; terang benderang, dan kalau ada yang tertinggal di antara kita itu bukan salah TUHAN, itu karena kebodohan, kekerasan di hati tidak  mau berubah. Kalau kita terlanjur-lanjur dalam kebiasaan salah dalam beribadah, dalam hal mengikuti Tuhan, dalam menyerahkan diri, ayo berubah.

Jadi sekali lagi saya sampaikan; kalau ada yang tertinggal di bumi ini itu bukan salahnya Tuhan akhirnya bumi dalam penghukumannya.

 

Mungkin kita melihat ayat ini kok muter sana,  mutar sinim,  tetapi endingnya ke situ, supaya pikiran kita terbuka dulu, memiliki pengertian yang benar dari surga.

 

Barulah penghukuman itu sampai kepada Wahyu 16:1 sampai seterusnya, teruslah penghukuman, penghukuman, penghukuman,  itulah ketujuh cawan murka Allah, disebut sebagai malapetaka atau celaka yang ketiga. Tetapi mempelai Tuhan dipelihara di padang belantara, sementara bumi dihukum oleh Tuhan, itulah penghukuman dari sangkakala ketujuh disebutlah itu malapetaka ketiga; celaka ketiga.

 

Wahyu 11:18

(11:18) dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi."

 

Bumi dihukum, tetapi hamba-hamba Tuhan menerima upah. Siapa hamba Tuhan? itulah hamba kebenaran, bukan lagi hamba dosa. 

Tetaplah setia melayani Tuhan melayani pekerjaan Tuhan, tetaplah menjadi hamba Tuhan, hamba kebenaran, dengan kita melayani; lepas dari hamba dosa, itu cara Tuhan melepaskan kita dari penghukuman atas bumi.

 

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

 

Pemberita Firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment