IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 19 JUNI 2025
KITAB MALEAKHI PASAL 2
(Seri 24)
Subtema: PEMERINTAHAN ALLAH ATAS DUNIA
Mula pertama saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN yang telah menghimpunkan kita di atas gunung TUHAN yang kudus, sehingga kita boleh datang beribadah melayani kepada TUHAN lewat ibadah pendalaman disertai dengan perjamuan suci. Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat ketebusan Tuhan yang turut bergabung lewat online atau live streaming atau video internet baik dari YouTube maupun dari Facebook atau media sosial lainnya yang dapat diakses atau digunakan Selanjutnya doa dan harapan kami dari tempat ini kiranya damai sejahtera dari surga memenuhi kehidupan kita untuk memberi satu sukacita sekaligus bahagia saat kita duduk diam mendengar firman Allah di kaki salib Tuhan.
Kita akan sambut STUDY MALEAKHI sebagai firman penggembalaan untuk ibadah pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci. Namun tetaplah berdoa dalam roh, mohon kemurahan daripada hati Tuhan supaya firman yang dibukakan itu meneguhkan setiap hati kita pribadi lepas pribadi.
Maleakhi 2:13 – Perikop: TUHAN memarahi Israel karena kawin campur dan perceraian.
(2:13) Dan inilah yang kedua yang kamu lakukan: Kamu menutupi mezbah TUHAN dengan air mata, dengan tangisan dan rintihan, oleh karena Ia tidak lagi berpaling kepada persembahan dan tidak berkenan menerimanya dari tanganmu.
Salah satu kesalahan fatal yang diperbuat oleh orang-orang Yehuda di Yerusalem maupun Israel adalah; menutupi mezbah TUHAN dengan...
Air mata.
Tangisan dan rintihan.
Pendeknya, air mata dapat dijadikan sebagai senjata untuk menutupi Mezbah TUHAN.
Jadi,anak-anak TUHAN, teramat lebih para wanita atau para istri-istri berhati-hatilah dengan air mata, maksudnya; janganlah air mata itu dijadikan sebagai senjata (alasan) untuk tidak mendirikan Mezbah bagi TUHAN, dengan lain kata; air mata dijadikan sebagai senjata untuk tidak datang beribadah dan melayani kepada TUHAN.
Demikian juga dengan tangisan dan rintihan (keluh kesah) jangan dijadikan sebagai senjata untuk menutupi Mezbah TUHAN, tangisan dan rintihan jangan dijadikan alasan (senjata) untuk menjauhkan diri dari ibadah dan pelayanan.
Singkat kata; janganlah kita menutupi mezbah Tuhan yakni ibadah pelayanan sekalipun di tengah-tengah kesulitan, janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah sekalipun di tengah-tengah kesulitan yang menghimpit.
Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas; kita harus mendirikan mezbah bagi Tuhan, maksudnya ibadah pelayanan harus tetap berjalan supaya kita mendapatkan kesempatan untuk membawa korban dan mempersembahkannya di atas Mezbah Tuhan.
1 Korintus 9:13-14
(9:13) Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? (9:14) Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu.
Perlu untuk diketahui oleh semua anak-anak TUHAN:
Yang melayani tempat kudus akan mendapat penghidupannya dari tempat kudus.
Yang melayani mezbah TUHAN, mendapat bahagian dari mezbah itu.
Singkat kata, melayani dalam tempat kudus dan Mezbah Tuhan diperhatikan serta dipelihara langsung oleh Tuhan sebagaimana Tuhan menetapkan pemberita Injil, ia hidup dari pemberitaan Injil itu sendiri. Oleh sebab itu rasa-rasanya tidak rugi untuk mendirikan mezbah bagi Tuhan.
1 Korintus 9:15
(9:15) Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satu pun dari hak-hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini, supaya aku pun diperlakukan juga demikian. Sebab aku lebih suka mati dari pada ...! Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapa pun juga!
Singkat kata, Rasul Paulus lebih suka mati daripada …!
… bisa kita isi langsung dengan:
Tidak mendirikan Mezbah bagi TUHAN.
Tanpa ibadah dan pelayanan.
Tidak memberitakan injil Kristus (Pengajaran salib).
Pendeknya, Rasul Paulus lebih suka mati dari pada:
Tidak mendirikan Mezbah bagi TUHAN.
Tanpa ibadah dan pelayanan di hadapan TUHAN.
Tidak memberitakan injil Kristus itulah Pengajaran salib. `
Setelah kita memperoleh pengertian dari apa yang telah diajarkan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, dengan demikian:
Mendirikan Mezbah bagi TUHAN adalah harga mati,
tekun dalam tiga macam ibadah pokok adalah harga mati,
tergembala dengan sungguh-sungguh adalah harga mati.
Perlu untuk diketahui: jika ibadah pelayanan atau mendirikan Mezbah sudah menjadi harga mati maka hal itu tidak bisa ditawar-tawar lagi, baik:
Oleh siapapun, baik atasannya di tempat bekerja, maupun rekan bisnis dan seterusnya dan seterusnya, bahkan sekalipun seorang pembesar, dia tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun.
Oleh apapun, yakni baik; harta, kekayaan, uang, kedudukan, jabatan, pangkat yang tinggi, sebab di ayat 15 Rasul Paulus berkata: Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapa pun juga! tetap mendirikan Mezbah bagi Tuhan dan itu sudah menjadi harga mati."
1 Korintus 9:16
(9:16) Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.
Mendirikan mezbah bagi TUHAN dalam bentuk pelayanan pemberitaan Injil adalah keharusan bagi Rasul Paulus. Itulah sebabnya Rasul Paulus berkata; Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil
Pendeknya menutupi Mezbah Tuhan adalah orang celaka.
Jadi jangan kita celaka, sementara kita berada di tengah perjalanan menuju kerajaan surga, sampai kita nanti tiba di tujuan, itulah hidup kekal.
Lebih rinci tentang CELAKA…
Wahyu 8:13 Perikop: Keempat sangkakala yang pertama.
(8:13) Lalu aku melihat: aku mendengar seekor burung nasar terbang di tengah langit dan berkata dengan suara nyaring: "Celaka, celaka, celakalah mereka yang diam di atas bumi oleh karena bunyi sangkakala ketiga malaikat lain, yang masih akan meniup sangkakalanya."
Ada tujuh sangkakala yang di yang akan ditiup oleh tujuh malaikat, dan itu merupakan penghukuman terhadap orang-orang yang menolak firman Allah (Yohanes 14:48). Kalau seseorang menolak firman Allah maka firman itu akan menghukum dia sendiri di akhir zaman nanti itulah tujuh sangkakala yang ditiup oleh tujuh malaikat Allah.
Penghukuman dari tujuh sangkakala tersebut dibagi dalam dua bagian:
Bagian pertama; penghukuman dari sangkakala satu sampai dengan sangkakala empat (Wahyu 8: 612)
Bagian kedua; hukuman dari sangkakala lima sampai dengan sangkakala tujuh, disebutlah itu sebagai celaka sebanyak tiga kali.
Jadi 4 + 3; seluruhnya ada tujuh penghukuman dari tujuh sangkakala yang ditiup oleh tujuh malaikat Allah.
Wahyu 11:14
(11:14) Celaka yang kedua sudah lewat: lihatlah, celaka yang ketiga segera menyusul.
Perlu untuk diketahui:
Celaka pertama sudah lewat hal itu ditulis pada Wahyu 8, dan Wahyu 9:1-11 → Sengat maut itu berarti dosa itu telah bersifat permanen.
Celaka satu terjadi pada saat sangkakala lima ditiup oleh malaikat yang kelima. Pada saat celaka satu yang terjadi adalah sengat maut, dimana dosa sudah menjadi permanen
Celaka kedua sudah lewat, hal itu ditulis pada Wahyu 9:13-21 dan Wahyu 11:1-13 → maut, dimana empat malaikat dilepaskan untuk membunuh sepertiga umat manusia. Hal itu terjadi pada saat sangkakala enam ditiup oleh malaikat yang ke enam.
Selanjutnya celaka tiga segera menyusul yakni pada saat malaikat yang ketujuh meniup sangkakala yang ketujuh sebagai sangkakala yang terakhir, yang dilanjutkan dengan tujuh cawan murka Allah sebagaimana yang tertulis pada Wahyu 16:1: Dan aku mendengar suara yang nyaring dari dalam Bait Suci berkata kepada ketujuh malaikat itu: "Pergilah dan tumpahkanlah ketujuh cawan murka Allah itu ke atas bumi."
Terkait dengan; CELAKA TIGA
Wahyu 11:15-18 – Perikop: Sangkakala yang ketujuh Nyanyian puji-pujian para tua-tua.
(11:15) Lalu malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, dan terdengarlah suara-suara nyaring di dalam sorga, katanya: "Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya." (11:16) Dan kedua puluh empat tua-tua, yang duduk di hadapan Allah di atas takhta mereka, tersungkur dan menyembah Allah, (11:17) sambil berkata: "Kami mengucap syukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, yang ada dan yang sudah ada, karena Engkau telah memangku kuasa-Mu yang besar dan telah mulai memerintah sebagai raja (11:18) dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi."
Ada dua perkara yang dinyatakan dalam sangkakala yang ketujuh (sangkakala terakhir):
Tentang pemerintahan Allah atas dunia (Ayat 15).
Tentang penghukuman Allah atas bumi (Ayat 18).
Selanjutnya kita akan membahas yang pertama: KERAJAAN ALLAH ATAS DUNIA.
Memang dunia ini berada di bawah kekuasaan daripada si jahat, tetapi satu kali Tuhan akan mengambil alih segala sesuatu. Tuhan akan mengalahkan semua pemerintahan-pemerintahan dan semuanya itu akan diletakkan di bawah kakiNya. Dan Tuhan sebenarnya sudah meremukkan kepala ular dengan tumitnya 2000 tahun yang lalu di atas kayu salib, itu berbicara tentang keselamatan. Supaya kita tetap berpegang teguh terhadap keselamatan itu, jangan bimbang jangan ragu lagi untuk mengerjakan keselamatan.
Terkait dengan kerajaan Allah atas dunia …
Wahyu 11:15
(11:15) Lalu malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, dan terdengarlah suara-suara nyaring di dalam sorga, katanya: "Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya."
Perlu untuk diketahui; pada saat sangkakala yang ketujuh ditiup terdengarlah suara-suara nyaring di dalam surga.
Itu berarti yang terdengar bukan hanya satu suara, tetapi banyak suara. Ini mengandung arti, mengandung makna bagi kita, dan kiranya Tuhan nyatakan rahmatNya dari hal ini.
Kemudian suara-suara yang nyaring ini terdengar bersamaan dengan sangkakala yang terakhir (sangkakala ketujuh) ditiupkan. Hal ini berbicara tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua sebagai Tuhan dan Raja di atas segala raja dan sebagai Mempelai laki-laki surga.
Jadi bila dikatakan terdengarlah suara-suara nyaring itu berbicara tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali sebagai Tuhan dan Raja di atas segala raja dan sebagai mempelai laki-laki surga.
Perlu untuk diketahui oleh umat manusia di atas muka bumi; kerajaan Allah dimulai dari kerajaan 1000 tahun damai, setelah pesta nikah Anak Domba di awan nan permai lalu turun ke bumi – itulah kerajaan 1000 tahun damai –, yang akan dilanjutkan kepada kerajaan kekal yaitu Yerusalem baru.
Kalau kita kaitkan dengan peta zaman hari ketujuh (hari Sabat) pada masa penciptaan langit dan bumi dalam kitab Kejadian adalah permulaan dari kerajaan Allah yang diberikan kepada gereja Tuhan; gereja Adam dan Hawa, selanjutnya gereja sempurna yakni mempelai wanita Tuhan dibawa masuk ke dalam Yerusalem baru dalam kebahagiaan kekal. Sebetulnya pengertiannya sama saja, cuma sengaja saya bawa kepada masa penciptaan.
Namun di hari-hari terakhir ini kita harus mempunyai kemauan dan kerelaan dari TUHAN untuk dikuduskan oleh Tuhan sebab Tuhan mau tampilkan kita sempurna tanpa cacat atau cela atau kerut atau serupa itu untuk dibawa masuk dalam kerajaan kekal, sebagaimana yang tertulis Efesus 5:26-27. Oleh sebab itu Tuhan sedang mempersiapkan kita dengan suara sangkakala yang keras dan nyaring untuk dibawa sampai kepada kerajaan yang kekal.
Sangkakala itu menunjuk firman Allah yang dibunyikan atau disampaikan dengan keras dan tegas itulah penyucian yang dikerjakan oleh firman Allah dalam urapan Roh Kudus.
Penyucian yang dikerjakan oleh firman Allah itu bisa juga ditemukan dalam 2 Timotius 4:2: Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, itu sangkakala yang ditiup
dengan nyaring bunyinya; itulah firman Allah dalam bentuk penyucian, antara lain:
Menyatakan kesalahan,
bersifat menegur,
firman nasihat,
Sangkakala yang ditiup dengan suara nyaring itu berbicara soal penyucian. Penyucian itu menyatakan apa yang salah, kemudian dia bersifat menegur, kemudian juga bersifat nasihat. Jadi kalau ada orang tidak memahami ini akan tersinggung sekali dia. Tetapi doa dan harapan saya kiranya semua gereja di atas muka bumi meniup sangkakala dengan bunyi suara yang nyaring, bila itu terjadi jemaat gak bisa lagi pilih-pilih gereja. Tapi sangat disayangkan jemaat bisa pilih-pilih gereja sesuai dengan kehendaknya sendiri bila firman penyucian tidak disampaikan.
Sangkakala harus di ditiup dengan bunyi yang nyaring, itulah firman Allah yang sifatnya tegas berarti dia menyatakan kesalahan, dia menegur, dia juga menasehati. Maka kalau kita memahami ini tidak ada yang namanya sakit hati dan tersinggung, sebab Tuhan sedang mempersiapkan kita dengan tiupan sangkakala untuk sampai kepada kerajaan kekal, dimulai dari kerajaan 1000 tahun damai sampai Yerusalem surgawi. Sebab 1000 tahun damai itu di bumi, lalu dari situ lanjut Gereja sempurna dibawa sampai kepada Yerusalem baru (Yerusalem samawi).
Jadi tujuan dari penyucian ini supaya kita benar-benar dilepaskan dan disucikan dari segala noda dosa dan kenajisan-kenajisan, yang dulunya tidak kita sadari itu sebagai dosa. Banyak orang tidak menyadari bahwa dia berdosa, tetapi dengan sangkakala (dengan bunyi yang nyaring) yang dulunya tidak kita sadari sebagai dosa, namun oleh firman penyucian semuanya akan dinyatakan secara gamblang, sehingga dengan demikian kita mendapat kesempatan untuk bertobat, mendapat kesempatan untuk mengaku dosa, lalu diampuni oleh darah salib.
Dosa tidak akan bisa berlalu dengan lamanya waktu, tetapi dosa bisa berlalu disucikan dengan darah Yesus dengan syarat mengaku dosa dalam suratan 1 Yohanes 1:9: Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
Demikian halnya dengan perjalanan bangsa Israel di padang gurun, selain dipimpin oleh tiang awan dan tiang api, mereka juga dipimpin oleh sangkakala (nafiri). Ayat referensi; Bilangan 10:1-10. Perikop: Semboyan Nafiri perak. Nafiri juga disebut sangkakala.
Tetapi kita lihat dulu urutan urutan-urutannya diawali dengan Bilangan 9:15.
Bilangan 9:15 – Perikop: Tiang awan memimpin perjalanan Israel.
(9:15) Pada hari didirikan Kemah Suci, maka awan itu menutupi Kemah Suci, kemah hukum Allah; dan pada waktu malam sampai pagi awan itu ada di atas Kemah Suci, kelihatan seperti api.
Tiang awan dan tiang api memimpin perjalanan bangsa Israel di padang gurun. Tiang awan di siang hari, sedangkan tiang api di malam hari. Sesungguhnya tiang awan tiang api itu adalah pribadi Allah sendiri dalam firman dan Roh Kudus.
Tiang awan = firman Allah,
sedangkan tiang api adalah Roh EL-Kudus.
Bilangan 9:16-19
(9:16) Demikianlah selalu terjadi: awan itu menutupi Kemah, dan pada waktu malam kelihatan seperti api. (9:17) Dan setiap kali awan itu naik dari atas Kemah, maka orang Israel pun berangkatlah, dan di tempat awan itu diam, di sanalah orang Israel berkemah. (9:18) Atas titah TUHAN orang Israel berangkat dan atas titah TUHAN juga mereka berkemah; selama awan itu diam di atas Kemah Suci, mereka tetap berkemah. (9:19) Apabila awan itu lama tinggal di atas Kemah Suci, maka orang Israel memelihara kewajibannya kepada TUHAN, dan tidaklah mereka berangkat.
Adapun posisi dari tiang awan dan tiang api ada selalu menaungi di depan untuk diikuti, supaya bangsa Israel tidak menyimpang dan sesat di tengah perjalanan di padang gurun yang sangat luas.
Dimana tiang awan berada di situlah bangsa Israel berkemah.
Apabila awan lama tinggal di atas kemah suci; di satu tempat (di satu posisi) tidak berangkat, maka orang Israel tetap memelihara kewajibannya kepada Tuhan, yaitu memperhatikan tiga hal di Ruangan Suci, sesuai titah TUHAN antara lain:
MEJA ROTI SAJIAN → itu menunjuk Ketekunan dalam ibadah pendalaman Alkitab serta perjamuan suci.
PELITA EMAS → ketekunan dalam ibadah raya minggu disertai dengan kesaksian roh.
MEZBAH DUPA → ketekunan dalam ibadah doa penyembahan.
Jadi Tuhan yang memimpin perjalanan bangsa Israel di padang gurun, perjalanan mereka dipimpin oleh tiang awan dan tiang api. Tetapi jangan salah, mereka juga dipimpin oleh sangkakala; mari kita lihat Bilangan 2:1-10.
Bilangan 10:1-2 Perikop: Semboyan nafiri
(10:1) TUHAN berfirman kepada Musa: (10:2) "Buatlah dua nafiri dari perak. Dari perak tempaan harus kaubuat itu, supaya dipergunakan untuk memanggil umat Israel dan untuk menyuruh laskar-laskarnya berangkat.
Dua nafiri perak → Injil sepenuh yakni Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dari Kejadian sampai Wahyu yang terdiri dari 66 kitab. Dua nafiri ini disebut juga dua sangkakala, itu tidak dicetak tapi ditempah. Kita juga masuk surga bukan simsalabim tapi ditempah suara Firman TUHAN. Tuhan Yesus juga sudah mengalami itu di atas kayu salib.
Kegunaan dari nafiri atau sangkakala:
Memanggil umat Israel = menghimpunkan.
Kita semua terhimpun di dalam rumah Tuhan karena mendengar suara panggilan dari surga. Kita dipanggil, janganlah kita mengeraskan hati terkait dengan kita nanti dihimpunkan di hadapan Tuhan dalam setiap pertemuan ibadah-ibadah di atas gunung Tuhan.
Untuk menyuruh laskar-laskarnya berangkat (memberangkatkan bangsa Israel)
Mari kita lihat dulu penjelasan tentang: MENGHIMPUNKAN.
Menghimpunkan itu → suatu penginjilan hamba-hamba Tuhan lalu diperlengkapi dengan karunia-karunia untuk perbuatan-perbuatan yang ajaib. Saat dihimpunkan di situ ada perbuatan-perbuatan ajaib, namun gereja Tuhan tidak cukup hanya dipanggil untuk dihimpunkan, namun harus ditingkatkan untuk menjadi milik Tuhan.,
Ibrani 6:1-3
(6:1) Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Allah, (6:2) yaitu ajaran tentang pelbagai pembaptisan, penumpangan tangan, kebangkitan orang-orang mati dan hukuman kekal. (6:3) Dan itulah yang akan kita perbuat, jika Allah mengizinkannya.
Asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus antara lain; percaya, bertobat, dibaptis air lalu dipenuhkan Roh Kudus. Di tengah-tengahnya Tuhan memperlengkapi hamba-hamba Tuhan dengan karunia-karunia untuk mengadakan perbuatan-perbuatan yang ajaib; sehingga yang sakit sembuh bahkan yang mati dihidupkan kembali.
Percaya jika dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel terkena kepada MEZBAH KORBAN BAKARAN.
Dibaptis bila dikaitkan dengan pengajaran Tabernakel terkena kepada KOLAM PEMBASUHAN TEMBAGA.
Dipenuhkan Roh El Kudus jika dikaitkan dengan pengajaran Tabernakel terkena kepada PINTU KEMAH; pembatas (pemisah) antara Ruangan suci dari halaman.
Tetapi ini disebutlah asas-asas pertama; disebutlah itu penginjilan untuk menghimpunkan orang yang terpanggil. Setelah dihimpunkan, kerohanian itu harus ditingkatkan, itu sebabnya disini dikatakan;
sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus (penginjilan) beralihlah kepada perkembangannya yang penuh.
Jadi tidak boleh berhenti hanya sebatas dihimpunkan lewat penginjilan, tetapi harus beralih kepada perkembangannya yang penuh; maksudnya rohaninya harus meningkat menjadi milik kepunyaan Allah itulah perkembangan yang penuh.
Memang di tengah penginjilan, seorang hamba Tuhan diperlengkapi dengan karunia-karunia, karunia iman untuk menggeser gunung, karunia kesembuhan, karunia mujizat, pelepasan dan seterusnya dan seterusnya, tetapi harus ditingkatkan kepada perkembangannya yang penuh. Asas pertama harus ditingkatkan kepada yang lebih tinggi lagi itulah perkembangan yang penuh.
Kita lihat PERKEMBANGAN YANG PENUH..
Efesus 1:22-23
(1:22) Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. (1:23) Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.
Perkembangan yang penuh artinya menempatkan Kristus sebagai kepala atas tubuh.
Kita tahu ada dua jenis ibadah yang satu disebutlah:
Ibadah yang murni; mengunjungi janda-janda dan yatim piatu, itu berbicara soal Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel membawa gereja TUHAN menjadi Mempelai TUHAN. Janda-janda berarti tidak mempunyai kepala, kalau yatim piatu berarti belum dilahirkan sebagai anak. Yang belum dilahirkan sebagai anak adalah jiwa dan roh-Nya.
Jadi Tuhan mau supaya gereja Tuhan menempatkan Kristus sebagai kepala atas tubuh itulah perlunya ibadah yang murni mengunjungi janda dan yatim piatu.
Ibadah yang sejati, mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup kudus dan berkenan itu doa penyembahan, wujud dari mempelai Tuhan di bumi ini.
Bagaimana wujud Kristus kepala atas jemaat (tubuhNya)...
Efesus 4:11-13 – Perikop: Kesatuan jemaat dan karunia yang berbeda-beda
(4:11) Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, (4:12) untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, (4:13) sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, (4:15) tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.
Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel itu yang memberangkatkan kita. Jadi bukan hanya dipanggil untuk terhimpunnya kita, tetapi harus ditingkatkan; diberangkatkan sampai menjadi miliknya Tuhan; menempatkan Kristus kepala berarti menjadi milik kepunyaan Allah sendiri itulah mempelai Tuhan. Itu kegunaan sangkakala, jadi Tuhan sudah mempersiapkan kita dengan bunyi suara sangkakala yang nyaring.
Kita juga harus menyerah kepada Tuhan dengan kata lain mau diberangkatkan untuk selanjutnya menjadi milik kepunyaan Allah sendiri. Dan proses kita diberangkatkan nampak dengan jelas di Efesus 4: 11-13,15.
Efesus 4: 16
(4:16) Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, -- yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota -- menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.
Jadi, sekali lagi saya sampaikan mulailah dari sekarang kita berusaha untuk ada dalam kesatuan itu. Kalau ada kegiatan-kegiatan kecil dalam keluarga GPT Betania usahakan aja, kalau tidak nanti kita rugi sendiri, TUHAN tidak pernah rugi. Saya ini hanya mengingatkan supaya kita ingat. Tadi kan saya sudah singgung sedikit, kalau tidak ada penyucian maka seseorang tidak pernah merasa bersalah, tetapi dengan penyucian itu yang dahulu kita anggap itu benar kita akan sadari bahwa itu satu kesalahan. Mulailah kita sampai kepada kesatuan ini, maka kita harus tingkatkan sampai menjadi milik Tuhan; diberangkatkan.
Kita kembali untuk mengkaji bagaimana sangkakala memimpin perjalanan bangsa Israel di padang belantara dalam Bilangan 10:3-10.
Bilangan 10:3-10.
(10:3) Apabila kedua nafiri itu ditiup, segenap umat itu harus berkumpul kepadamu di depan pintu Kemah Pertemuan. (10:4) Jikalau hanya satu saja ditiup, maka para pemimpin, para kepala pasukan Israel harus berkumpul kepadamu. (10:5) Apabila kamu meniup tanda semboyan, maka haruslah berangkat laskar-laskar yang berkemah di sebelah timur; (10:6) apabila kamu meniup tanda semboyan kedua kalinya, maka haruslah berangkat laskar-laskar yang berkemah di sebelah selatan. Jadi tanda semboyan harus ditiup untuk menyuruh mereka berangkat; (10:7) tetapi untuk menyuruh jemaah itu berkumpul kamu harus meniup saja tanpa memberi tanda semboyan. (10:8) Nafiri-nafiri itu harus ditiup oleh anak-anak imam Harun; itulah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagimu turun-temurun. (10:9) Dan apabila kamu maju berperang di negerimu melawan musuh yang menyesakkan kamu, kamu harus memberi tanda semboyan dengan nafiri, supaya kamu diingat di hadapan TUHAN, Allahmu, dan diselamatkan dari pada musuhmu. (10:10) Juga pada hari-hari kamu bersukaria, pada perayaan-perayaanmu dan pada bulan-bulan barumu haruslah kamu meniup nafiri itu pada waktu mempersembahkan korban-korban bakaranmu dan korban-korban keselamatanmu; maksudnya supaya kamu diingat di hadapan Allahmu; Akulah TUHAN, Allahmu."
Inti dari ayat 3 sampai ayat 10: bangsa Israel harus memahami (mengerti) suara dari bunyi nafiri (sangkakala) karena bunyi nafiri itu tidak sama.
Ada saatnya dibunyikan untuk berkumpul.
Ada saatnya dibunyikan untuk berangkat.
Ada saatnya dibunyikan untuk berperang melawan musuh.
Ada saatnya untuk dibunyikan untuk berpesta = mempersembahkan korban-korban kepada Tuhan.
Jadi kita harus mengerti suara atau bunyi nafiri yang disuarakan (dibunyikan) itu, supaya jangan kita ketinggalan.
Suara Nafiri atau sangkakala sudah dibunyikan dengan nyaring, tapi kita masih ngorok, masih tertidur rohani, bermasa bodoh tidak peduli, ketinggalan di kemahnya sendiri nanti, lalu dia kembali ingin mengejar ketertinggalan; bisa-bisa tersesat dan terhilang ujung-ujungnya binasa. Jadi kita harus mengerti suara itu dan harus memahami. Setiap suara bunyi nafiri yang ditiup dengan nyaring itu mengandung perintah untuk siapa dan bagaimana kita melakukannya, jadi harus memahami.
Demikian juga saudara anak-anak Tuha Gereja Tuhan di hari-hari terakhir ini harus bisa memahami bunyi firman Allah yang disampaikan supaya
Jangan kita tertinggal.
Jangan kita sesat dan binasa di padang gurun dunia dalam perjalanan menuju kerajaan surga.
Terlalu banyak jalan-jalan menuju Roma katanya, tetapi tidak banyak jalan menuju kerajaan Sorga; hanya satu jalan, ikuti, dengar bunyi sangkakala yang ditiup dengan nyaring, jangan ketinggalan.
Kita harus menjadi satu kehidupan domba yang tergembala berarti tekun tiga macam pada pokok, dalam ketekunan tiga macam pada pokok Tuhan menyediakan firman penggembalaan itulah korban sehari-hari yang menggembalakan kita sampai tapal batasnya Tuhan, jangan kita ketinggalan saudaraku.
Jadi sangkakala ketujuh atau sangkakala terakhir akan dibunyikan, lalu diikuti suara-suara nyaring dari surga, itulah yang mengiringi kedatangan Yesus yang kedua kali sebagai Tuhan dan Raja di atas segala raja dan sebagai Mempelai laki-laki Sorga. Suara-suara nyaring itu berbicara soal kedatangan Tuhan.
Jadi sesungguhnya kedatangan Yesus telah didahului dengan kejadian-kejadian yang sudah pernah terjadi di bumi ini, antara lain:
Keluaran 19:16, nanti dilanjutkan Keluaran 20:18-21.
Keluaran 19:16 Perikop: TUHAN menampakan diri di gunung Sinai.
(19:16) Dan terjadilah pada hari ketiga, pada waktu terbit fajar, ada guruh dan kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi sangkakala yang sangat keras, sehingga gemetarlah seluruh bangsa yang ada di perkemahan.
Keluaran 20:18-21
(20:18) Seluruh bangsa itu menyaksikan guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap. Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh. (20:19) Mereka berkata kepada Musa: "Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan; tetapi janganlah Allah berbicara dengan kami, nanti kami mati." (20:20) Tetapi Musa berkata kepada bangsa itu: "Janganlah takut, sebab Allah telah datang dengan maksud untuk mencoba kamu dan dengan maksud supaya takut akan Dia ada padamu, agar kamu jangan berbuat dosa." (20:21) Adapun bangsa itu berdiri jauh-jauh, tetapi Musa pergi mendekati embun yang kelam di mana Allah ada.
Kedatangan Allah Bapa di bumi (di atas gunung sinai) ditandai dengan suara-suara antara lain: suara guru mengguntur, kemudian ada lagi kilat sabung-menyabung, kemudian suara sangkakala berbunyi, kemudian ada gunung berasap.
Sesungguhnya tanda ini bertujuan bukan untuk membinasakan bangsa Israel tetapi supaya mereka memiliki Roh takut akan Tuhan, dan akhirnya mereka pun sujud menyembah kepada Allah.
Kisah Para Rasul 2:1-4.
Kisah Para Rasul 2:1-4. – Perikop: Pentakosta
(2:1) Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. (2:2) Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; (2:3) dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. (2:4) Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.
Allah Roh Kudus juga pernah datang ke bumi di atas loteng Yerusalem, dengan tanda antara lain: ada bunyi seperti tiupan angin, kemudian ada lidah-lidah api yang berterbangan hinggap kepada mereka masing-masing, sampai mereka penuh dengan Roh Kudus. Itu kedatangan dari Allah Roh Kudus ditandai dengan suara-suara di loteng Yerusalem, sampai pada akhirnya Tuhan datang pada kali yang kedua sebagai Tuhan dan Raja di atas segala raja dan sebagai mempelai laki-laki surga juga ditandai dengan suara suara nyaring.
Wahyu 19:5-7
(19:5) Maka kedengaranlah suatu suara dari takhta itu: "Pujilah Allah kita, hai kamu semua hamba-Nya, kamu yang takut akan Dia, baik kecil maupun besar!" (19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. (19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.
Jadi sama halnya dengan kedatangan Tuhan Yesus pada kali yang kedua, Dia datang sebagai Tuhan dan Raja di atas segala raja, Dia datang sebagai Mempelai laki-laki surga ditandai dengan suara-suara nyaring juga.
Jadi kedatangan Tuhan Yesus pada kali yang kedua ditandai dengan suara-suara nyaring baik suara nyaring dari penyembahan Haleluya, baik suara suara nyaring dari himpunan besar orang banyak di surga himpunan besar juga di bumi. Dan sebelum kedatangan Tuhan sudah didahului dengan kejadian-kejadian yang pertama di Gunung Sinai yang kedua di atas loteng Yerusalem. Inilah bunyi sangkakala yang terakhir disertai dengan suara-suara nyaring.
Kalau kita mengenal suara nyaring ini maka kita tidak akan ketinggalan. Kita tetap mendengar suara yang kita kenal dan kita ikuti dan kita ada di dalam rencana Allah sampai kita berada dalam kepenuhan-Nya; diberangkatkan menjadi milik kepunyaan Allah menjadi mempelai Tuhan.
Minggu yang akan datang jika Tuhan kehendaki kita akan melihat soal penghukuman atas penghukuman atas bumi.
Ada dua perkara yang dinyatakan dalam sangkakala yang ketujuh (sangkakala terakhir):
Tentang pemerintahan atas dunia.
Tentang penghukuman atas bumi.
Bantu dalam doa supaya di minggu yang akan datang kita juga diberkati oleh TUHAN sebagaimana kita juga diberkati malam ini.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment