KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Sunday, April 7, 2013

IBADAH RAYA MINGGU, 07 APRIL 2013



Tema:  JEMAAT EFESUS (dari Wahyu 2: 1-7)
            (Seri 04)

Subtema: PELITA DI BAWAH GANTANG BERARTI KAKI DIAN TERAMBIL

Shalom!
Salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena kasih-Nya, kita boleh berada di dalam rumah Tuhan, beribadah melayani Tuhan, sekaligus mempersembahkan korban kepada Tuhan, dan biarlah itu menjadi korban persembahan yang berbau harum dan menyenangkan hati Tuhan.

Kembali kita memperhatikan TUJUH SIDANG JEMAAT, dan kita sedang memperhatikan SIDANG JEMAAT EFESUS, dari Wahyu 2: 1-7, PADA MALAM INI PERHATIAN KITA TERTUJU PADA AYAT 5, namun terlebih dahulu kita membaca ayat 1-3.
Wahyu 2: 1-3
(2:1) "Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu.
(2:2) Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.
(2:3) Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.

Lewat pembacaan ini, kita melihat bahwa Yesus tampil sebagai firman Allah yang tajam untuk memeriksa, mengoreksi dan menyucikan keberadaan sidang jemaat di Efesus.

Setelah dikoreksi lewat firman Allah yang tajam, maka nyatalah keadaan sidang jemaat di Efesus, yaitu memiliki KELEBIHAN-KELEBIHAN di hadapan Tuhan, antara lain;
1.    penuh dengan jerih payah di tengah-tengah ibadah pelayanan,
2.    penuh dengan ketekunan / bertekun di hadapan Tuhan,
3.    tetap sabar di tengah-tengah ibadah pelayanan,
4.    menderita oleh karena nama Tuhan = aniaya karena firman = sengsara salib,
5.    tidak mengenal lelah.

Wahyu 2: 4
(2:4) Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.

Tetapi, sekalipun sidang jemaat di Efesus memiliki lima kelebihan yang luar biasa, di sini kita perhatikan; juga terdapat kekurangan sebagai cacat cela dari sidang jemaat di Efesus, yaitu sidang jemaat di Efesus telah MENINGGALKAN KASIH YANG SEMULA.

Wahyu 2: 5
(2:5) Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.

Meninggalkan kasih yang semula adalah kejatuhan yang amat sangat dalam.
Jadi, meninggalkan kasih yang semula, itu bukanlah perkara kecil, bukan perkara sepele, sebab kalau meninggalkan kasih yang semula adalah KEJATUHAN YANG AMAT SANGAT DALAM.
Biarlah firman ini diperhatikan dengan baik dan menjadi praktek di tempat kita masing-masing, sebab ini adalah tegoran yang tajam bagi kita.

Oleh sebab itu ...
Wahyu 2: 5
(2:5) Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.

Oleh sebab itu, Yesus menghimbau dengan kasih, supaya sidang jemaat di Efesus KEMBALI PADA KASIH YANG SEMULA.
Malam ini saya menghimbau dengan kasih kepada saudara sekalian; kembalilah kepada kasih yang semula itu.

Syaratnya; BERTOBAT.
Artinya; berhenti berbuat dosa dan jangan mengulangi lagi.
Kalau kita kaitkan dengan pola Tabernakel, bertobat terkena pada Mezbah Korban Bakaran.
Berarti, setiap orang yang bertobat, ada tanda darah / tanda pengorbanan.

Memang, untuk kembali kepada kasih yang semula itu harus dengan pengorbanan; barangkali kita terbiasa dengan tabiat-tabiat lama, terbiasa meninggalkan kasih yang semula, dan bahkan itu sudah mendarah daging karena dosa sudah dinikmati, dan ketika orang yang demikian ingin kembali kepada Tuhan, itu memang menyakitkan, sebab membutuhkan pengorbanan untuk melakukan hal itu.
Hal ini harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh.

Kembali kita perhatikan ayat 5 ...
Wahyu 2: 5
(2:5) Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.

Jikalau sidang jemaat di Efesus tidak bertobat, maka konsekuensinya adalah; YESUS AKAN MENGAMBIL KAKI DIAN (pelita emas) dari tengah-tengah sidang jemaat di Efesus.
Kalau kaki dian (pelita emas) / terang diambil dari tengah-tengah sidang jemaat di Efesus, maka otomatis; sidang jemaat di Efesus BERADA DALAM SUASANA GELAP.

SUASANA GELAP DAPAT KITA GAMBARKAN DALAM BEBERAPA HAL.
YANG PERTAMA.
                                                                                                                                
Matius 5: 14-15
(5:14) Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
(5:15) Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.

MENYALAKAN PELITA LALU MELETAKKANNYA DI BAWAH GANTANG.
Sesungguhnya, pelita yang dinyalakan itu harus diletakkan di atas kaki dian, supaya menerangi seisi rumah.
Bukankah TUJUAN SEMULA Yesus Kristus adalah untuk MENJADIKAN TUJUH SIDANG JEMAAT di Asia kecil (termasuk salah satunya adalah sidang jemaat di Efesus) MENJADI TUJUH KAKI DIAN, menjadi PELITA, menjadi TERANG di tengah-tengah dunia, mulai dari perkataan, sikap, tingkah laku, cara berpikir, sudut pandang, gerak-gerik sekecil apapun? itu adalah kerinduan Tuhan bagi sidang jemaat di Efesus juga bagi kita tentunya.

Kalau kaki dian diambil = menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang.
Kalau pelita di bawah gantang, itu tidak ada artinya.
Gantang = takaran / sukat, dengan ukuran isi 3,125 kg.

Lebih jauh kita melihat, mengenai; PELITA DI BAWAH GANTANG.
Markus 4: 21
(4:21) Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian.

Pelita yang menyala bukan untuk diletakkan di bawah gantang, tetapi supaya ditaruh di atas kaki dian, untuk menerangi seisi rumah, itulah yang benar dan itu adalah rencana Allah yang semula untuk sidang jemaat di Efesus, tentu juga bagi kita sekalian, supaya kita menjadi terang di tengah-tengah dunia ini.

Markus 4: 24
(4:24) Lalu Ia berkata lagi: "Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu.

Arti rohani pelita yang menyala namun berada di bawah gantang adalah; MENGUKUR ORANG LAIN DENGAN MENGGUNAKAN UKURAN SENDIRI.
Apabila kita mengukur orang lain dengan ukuran sendiri, maka orang lain akan mengukurkannya sesuai dengan ukuran yang kita pakai.

Lebih jauh kita melihat ...
Matius 7: 1-2
(7:1) "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.
(7:2) Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.

-      Kalau menghakimi orang lain, maka orang lain juga balik menghakimi kita, sesuai dengan penghakiman yang kita gunakan untuk menghakimi orang lain.
-      Kalau kita mengukur orang lain dengan ukuran sendiri, maka orang lain juga akan mengukur kita dengan ukuran yang kita pakai, bahkan lebih lagi.
Itulah pelita di bawah gantang; menyala tetapi berada di bawah gantang, tidak menyala di atas kaki dian, tidak menerangi orang lain.

Ciri-ciri bila pelita berada di bawah gantang.
Matius 7: 3
(7:3) Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?

Cirinya; melihat selumbar di mata saudaranya.
Arti rohaninya; MELIHAT KEKURANGAN / KESALAHAN KECIL di dalam diri seseorang / orang lain.
Selumbar -> dosa kecil.
Selumbar adalah bekas serutan pada kayu / balok.

Ketika seseorang suka melihat kekurangan orang lain / melihat kesalahan orang lain dengan sangat antusias, sesungguhnya ia tidak mengetahui BALOK YANG BESAR MENUTUPI MATANYA.
Artinya; dosa yang besar, bahkan jauh lebih besar, ada / tinggal di dalam kehidupannya.
Balok yang menutupi mata -> dosa besar.
Kalau balok menutupi seluruh mata, berarti; berada dalam suasana gelap, karena balok menutupi matanya, berbeda dengan selumbar bila ada di dalam mata, masih ada terangnya / masih bisa melihat, walaupun mata merasakan risih.

Lukas 11: 33-34
(11:33) "Tidak seorang pun yang menyalakan pelita lalu meletakkannya di kolong rumah atau di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk, dapat melihat cahayanya.
(11:34) Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu.

Kalau mata jahat (karena balok menutupi seluruh mata), maka gelaplah seluruh tubuh.
Jika seluruh tubuh gelap, maka seluruh anggota tubuh berada dalam kegelapan dosa, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki; mulai dari kepalanya (pikiran), telinganya, hidungnya, mulutnya, hatinya, kakinya, tangannya, berada dalam kegelapan, semuanya penuh dengan kejahatan. Orang yang semacam ini disebut orang yang tidak dapat mengendalikan seluruh tubuhnya.

Mari kita perhatikan ayat yang sama ...
Matius 6: 22-23
(6:22) Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu;
(6:23) jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.

Jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.
Kalau mata menjadi jahat (mata menjadi gelap), pelita itu menjadi gelap / padam, maka seseorang bisa merasakan betapa gelapnya kegelapan itu.

CONTOH BETAPA GELAPNYA KEGELAPAN ITU.
Keluaran 10: 22-23
(10:22) Lalu Musa mengulurkan tangannya ke langit dan datanglah gelap gulita di seluruh tanah Mesir selama tiga hari.
(10:23) Tidak ada orang yang dapat melihat temannya, juga tidak ada orang yang dapat bangun dari tempatnya selama tiga hari; tetapi pada semua orang Israel ada terang di tempat kediamannya.

Ketika berada dalam kegelapan, dua hal terjadi;
1.    TIDAK ADA ORANG YANG DAPAT MELIHAT TEMANNYA.
Baik kelebihan, baik kekurangan temannya tidak dapat dilihat.
Artinya; ketika berada dalam kegelapan, seseorang TIDAK DAPAT MENGASIHI SESAMA, baik dalam kelebihannya maupun dalam kekurangannya.
Berarti, jelaslah bahwa; “Jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.”

1 Yohanes 2: 11
(2:11) Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan matanya.

Kalau seseorang berada dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia harus pergi, karena kegelapan itu membutakan matanya.
Kalau seseorang buta (secara rohani), jangan berharap apa-apa darinya, sebab orang yang buta rohani tidak tahu apa yang harus diperbuatnya, sebaliknya kasih Allah dapat kita harapkan.
Biarlah kiranya kita dapat memberi yang terbaik di tengah-tengah ibadah pelayanan ini karena kita tidak buta rohani.

2.    TIDAK ADA ORANG YANG DAPAT BANGUN DARI TEMPATNYA.
= TANPA KEGIATAN, TANPA AKTIVITAS.
Arti rohaninya; tidak dapat mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan.
Kalau tanpa kegiatan, tanpa aktivitas = orang malas, dalam Matius 25: 26, orang malas = orang jahat, dan orang jahat tidak masuk sorga karena ia tidak dapat mengasihi Tuhan.

Keluaran 10: 24-25
(10:24) Lalu Firaun memanggil Musa serta berkata: "Pergilah, beribadahlah kepada TUHAN, hanya kambing dombamu dan lembu sapimu harus ditinggalkan, juga anak-anakmu boleh turut beserta kamu."
(10:25) Tetapi Musa berkata: "Bahkan korban sembelihan dan korban bakaran harus engkau berikan kepada kami, supaya kami menyediakannya untuk TUHAN, Allah kami.

Kalau mengasihi Tuhan, harus ada buktinya di tengah-tengah ibadah pelayanan yang Tuhan percayakan.

Bukti mengasihi Tuhan di tengah-tengah ibadah pelayanan.
BUKTI PERTAMA: MEMPERSEMBAHKAN KORBAN SEMBELIHAN KEPADA TUHAN.
Mazmur 51: 19
(51:19) Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.

Korban sembelihan kepada Allah ialah; jiwa yang hancur, hati yang patah, hati yang remuk, semua itu tidak dipandang hina oleh Tuhan.
Berarti, mempersembahkan korban sembelihan kepada Tuhan, begitu mulianya di hadapan Tuhan.

Kalau memang jiwa hancur, hati patah dan remuk, jangan bersungut-sungut, karena dengan demikian, firman Tuhan tergenapi dalam kehidupan saya dan saudara, mempersembahkan korban sembelihan sebagai bukti mengasihi Tuhan.
JANGAN MAU DIBODOH-BODOHI OLEH HATI (PANAS HATI, IRI HATI), PIKIRAN, PERASAAN, JUGA OLEH ROH HARGA DIRI.

YESUS JUGA DIANGGAP SEBAGAI KORBAN SEMBELIHAN; KETIKA IA DIBAWA KE PEMBANTAIAN MULUT-NYA KELU, BAGAIKAN ANAK DOMBA YANG DIBAWA KE PEMBANTAIAN DAN INDUK DOMBA YANG MULUTNYA KELU DI DEPAN ORANG-ORANG YANG MENGGUNTING BULUNYA, inilah contoh teladan yang baik, seperti pelita yang menyala di atas kaki dian.
Itulah korban sembelihan, tetapi ketika seseorang bersungut-sungut, sekalipun persungutan yang keluar dari dalam mulutnya hanya satu kata, maka korban sembelihan itu tidak sah di hadapan Tuhan.
Jadi, kembali saya katakan; jangan hiraukan hati, pikiran dan perasaan.

Bukti mengasihi Tuhan di tengah-tengah ibadah pelayanan.
BUKTI KEDUA: MEMPERSEMBAHKAN KORBAN BAKARAN.
Dalam Imamat 1, korban bakaran itu berupa LEMBU SAPI, KAMBING DOMBA, BURUNG MERPATI / TEKUKUR. Kemudian, setelah binatang-binatang tersebut dikuliti, selanjutnya dibasuh dengan bersih, kemudian potongan-potongan dari daging korban itu dipersembahkan di atas mezbah korban bakaran, dan dibiarkan sampai daging itu hangus terbakar.
Kalau daging sudah hangus terbakar, maka tentunya daging tidak lagi bersuara.

Yohanes 2: 17
(2:17) Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku."
Ketika kita mempersembahkan korban bakaran di hadapan Tuhan (membiarkan daging hangus terbakar), itu adalah bukti kita mengasihi Tuhan, bukti cinta kita kepada Tuhan dengan cinta Agape.

Imamat 1: 9
(1:9) Tetapi isi perutnya dan betisnya haruslah dibasuh dengan air dan seluruhnya itu harus dibakar oleh imam di atas mezbah sebagai korban bakaran, sebagai korban api-apian yang baunya menyenangkan bagi TUHAN.

Mempersembahkan korban bakaran merupakan korban api-apian yang baunya sangat menyenangkan hati Tuhan.
Kalau kita mengasihi Tuhan sampai hangus terbakar (tidak ada lagi suara daging, tidak ada lagi persungutan, tidak ada lagi omelan), itu merupakan korban api-apian yang baunya menyenangkan di hadapan Tuhan.

Akibat pelita berada di bawah gantang.
Zakharia 5: 6-8
(5:6) Lalu tanyaku: "Apa itu?" Jawabnya: "Yang muncul itu sebuah gantang!" Lagi katanya: "Inilah kejahatan mereka di seluruh negeri!"
(5:7) Lihat, tutup timah gantang itu telah terangkat, dan seorang perempuan duduk di dalamnya!
(5:8) Kemudian berkatalah ia: "Itulah kefasikan!" Lalu didorongnyalah perempuan itu kembali ke dalam gantang dan dibantingnyalah batu timah itu ke mulut gantang.

Seorang perempuan berada di dalam gantang, duduk diam di dalam gantang, kemudian gantang itu ditutup dengan penutup yang terbuat dari timah.
= GANTANG DITUNGGANGI OLEH PEREMPUAN.

Zakharia 5: 10-11
(5:10) Bertanyalah aku kepada malaikat yang berbicara dengan aku itu: "Ke mana mereka membawa gantang itu?"
(5:11) Jawabnya kepadaku: "Ke tanah Sinear, untuk mendirikan sebuah rumah bagi perempuan itu. Dan apabila itu selesai, maka mereka akan menempatkan dia di sana di tempat rumah itu didirikan."

Gantang yang didalamnya duduk seorang perempuan itu, dibawa ke daerah Sinear, selanjutnya di Sinear, dibangunkan / didirikanlah rumah untuk perempuan itu.

Kejadian 11: 2-4
(11:2) Maka berangkatlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah datar di tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di sana.
(11:3) Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik." Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan tér gala-gala sebagai tanah liat.
(11:4) Juga kata mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi."

Rumah yang dibangun / didirikan untuk perempuan yang duduk diam di dalam gantang itu, itulah menara Babel, yang berada di sebelah timur, di daerah Sinear.

Wahyu 18: 2
(18:2) Dan ia berseru dengan suara yang kuat, katanya: "Sudah rubuh, sudah rubuh Babel, kota besar itu, dan ia telah menjadi tempat kediaman roh-roh jahat dan tempat bersembunyi semua roh najis dan tempat bersembunyi segala burung yang najis dan yang dibenci,

Menara Babel adalah tempat bersembunyinya ROH JAHAT dan ROH NAJIS.

Pendeknya; kalau pelita tidak diletakkan di atas kaki dian, akan menjadi tempatnya roh jahat dan menjadi tempatnya roh najis bersembunyi, dan roh najis itu sangat dibenci oleh Tuhan.
Itu sebabnya, ketika malaikat itu menunjukkan gantang kepada nabi Zakharia, malaikat itu berkata: “Inilah kejahatan mereka di seluruh negeri!”, selanjutnya malaikat itu berkata: “Itulah kefasikan!” (Zakharia 5: 6, 8).
Kefasikan = dosa kesombongan = kenajisan dari orang-orang sombong.

Saya dan saudara harus menjadi terang, kalau tidak, Tuhan akan nyatakan kepada dunia, kejahatan dan kenajisan seperti malaikat itu menunjukkan gantang kepada nabi Zakharia, dan kalau itu pernah terjadi, segeralah minta ampun kepada Tuhan pada malam ini, mungkin mata manusia tidak melihat, tetapi mata Tuhan tertuju kepada setiap hati manusia.

Saya bersyukur kepada Tuhan, karena kasih-Nya sungguh luar biasa. Sesungguhnya, saya adalah orang yang paling jahat, tetapi oleh karena kasih setia, kasih sayang yang Tuhan nyatakan, saya dilayakkan untuk melayani Tuhan, dan kasih sayang, kasih setia-Nya itu tidak saya sia-siakan sampai pada malam ini, sebab saya rindu dipakai oleh Tuhan, baik untuk anak-anak Tuhan di dalam negeri maupun anak-anak Tuhan di luar negeri, yang senantiasa mengikuti Buli Buli Emas Berisi Manna (dengan alamat http://gptserangcilegon.blogspot.com/) dengan setia, tentu terlebih bagi sidang jemaat dalam kandang penggembalaan yang Tuhan percayakan, yaitu sidang jemaat di Serang, sidang jemaat di Cilegon, sidang jemaat di Dadap-Tangerang.

Mari kita lihat; PEREMPUAN CABUL.
Wahyu 19: 2
(19:2) sebab benar dan adil segala penghakiman-Nya, karena Ialah yang telah menghakimi pelacur besar itu, yang merusakkan bumi dengan percabulannya; dan Ialah yang telah membalaskan darah hamba-hamba-Nya atas pelacur itu."

Perempuan sundal yang disebut Babel, dia merusak banyak jiwa dari anak-anak Tuhan maupun hamba-hamba Allah yang ada di muka bumi ini, oleh karena anggur hawa nafsu cabulnya (Wahyu 18: 3).

Wahyu 17: 3, 6
(17:3) Dalam roh aku dibawanya ke padang gurun. Dan aku melihat seorang perempuan duduk di atas seekor binatang yang merah ungu, yang penuh tertulis dengan nama-nama hujat. Binatang itu mempunyai tujuh kepala dan sepuluh tanduk.
(17:6) Dan aku melihat perempuan itu mabuk oleh darah orang-orang kudus dan darah saksi-saksi Yesus. Dan ketika aku melihatnya, aku sangat heran.

Ternyata, bukan hanya orang luaran saja yang berbuat cabul dengan perempuan cabul tersebut; perempuan Babel itu menunggangi kehidupan yang sudah memiliki firman yang menguduskan (orang-orang kudus) dan kehidupan yang menjadi saksi oleh kuasa Roh Kudus (saksi-saksi Yesus), itulah mereka yang digambarkan seperti pelita yang berada di bawah gantang.

Supaya kita betul-betul menjadi pelita di atas kaki dian, menjadi terang, menjadi kesaksian di tengah-tengah dunia ini, sebagaimana rencana awal dari Yesus Kristus kepada sidang jemaat di Efesus; JANGAN BIARKAN KAKI DIAN ITU TERAMBIL DARI KEHIDUPAN SAYA DAN SAUDARA, SUPAYA JANGAN BERADA DALAM SUASANA GELAP.

Jalan keluarnya.
2 Petrus 1: 19
(1:19) Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.

Jalan keluarnya; MEMBERI DIRI DITEGUHKAN OLEH FIRMAN PARA NABI / FIRMAN NUBUATAN.
Firman para nabi / firman nubuatan, itulah firman pengajaran yang rahasianya dibukakan, sifatnya keras karena memeriksa, mengoreksi dan menyucikan dosa, sehingga apabila terjadi pembukaan rahasia firman Tuhan, maka segala sesuatu yang terselubung dalam hati akan tersingkap.

Oleh sebab itu, biarlah dengan lemah lembut dan rendah hati kita menikmati firman Allah sebagai makanan rohani kita, sehingga dengan demikian, firman para nabi itu meneguhkan kita sekalian, dan oleh karena firman pengajaran itu, menyucikan dosa-dosa yang terselubung dalam hati.

Saya tidak tahu dosa yang terselubung dalam hati sidang jemaat, pribadi lepas pribadi dan saya tidak tahu apa yang saudara perbuat, tetapi Tuhan mengetahui segala sesuatu. Oleh sebab itu, biarlah dengan lemah lembut dan rendah hati, kita menikmati firman Tuhan, supaya dosa yang terselubung tersingkap.

Bukti jikalau diteguhkan oleh firman para nabi / firman nubuatan.
- MEMPERHATIKAN PELITA YANG BERCAHAYA DI TEMPAT YANG GELAP SAMPAI FAJAR MENYINGSING.
Artinya; melepaskan diri dari kegelapan dosa.
Kalau fajar menyingsing, berarti; kegelapan dosa sudah dilewati / melepaskan diri dari kegelapan dosa.
Jadi, jangan membiasakan diri berada dalam gelapnya kegelapan dosa, kalau tahu itu dosa, jangan dibiarkan / jangan dilakukan.
-      BINTANG TIMUR TERBIT DI DALAM HATI.
Artinya; sampai Yesus menjadi Raja di dalam hati, Yesus bertakhta dalam hati.
Sebab, bintang timur -> pribadi Yesus Kristus.
Setelah kita melepaskan diri dari kegelapan, selanjutnya Yesus bertakhta menjadi Raja di dalam hati  (bintang timur terbit dalam hati), tidak ada yang lain.
Ketika bintang timur terbit dalam hati, hal itu bisa dilihat; sinarnya akan keluar / meluap, sebab apa yang keluar berasal dari dalam hati.

Saudaraku, perhatikanlah firman Tuhan malam ini dengan sungguh-sungguh, jangan diabaikan, jangan teledor, jadilah pribadi yang disiplin, pribadi yang tegas untuk diri sendiri = memiliki keyakinan iman yang teguh, tidak mudah digoyahkan oleh hal-hal yang tidak suci, yang tidak baik, yang tidak benar.

Malam ini, Tuhan merindukan kita bagaikan pelita yang bernyala di atas kaki dian, menerangi seisi rumah.
Matius 5: 14
(5:14) Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.

Terang dunia itu digambarkan seperti kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
Artinya; untuk menjadi terang, tidak menyembunyikan dosa sekecil apapun di dalam hati, sama seperti kota yang terletak di atas gunung, dapat terlihat dengan jelas dari segala penjuru / arah (timur, barat, utara, selatan), dapat dilihat oleh setiap orang.
Tetapi kalau kota itu ada di lembah, yang melihat hanya dari satu arah = hanya melihat kebenaran diri sendiri / merasa diri benar.

Matius 5: 15
(5:15) Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.

Kalau kita menjadi terang, maka menerangi semua orang yang ada di dalam rumah, di mulai dari dalam rumah, sampai di luar rumah menjadi terang.
Oleh sebab itu, berulang kali saya sampaikan kepada murid-murid / anak-anak Pendidikan Agama Kristen; “Walaupun engkau tinggal dalam rumah sendiri, jangan sembarangan di dalam rumahmu sendiri”, sebab kalau kita benar di dalam rumah, maka menjadi terang mulai dari dalam rumah, di luar rumah, sampai ke ujung bumi.

Matius 5: 16
(5:16) Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

Kalau terang itu bercahaya / menjadi pelita, maka orang yang melihat perbuatan baik kita turut memuliakan Bapa di sorga.
Tuhan sudah memberi jalan keluar bagi kita, biarlah kita menjadi pelita di atas kaki dian, bukan di bawah gantang, supaya kaki dian itu tidak diambil dari pada kita. Terpujilah Tuhan kekal sampai selama-lamanya. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment