KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, July 30, 2013

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 30 JULI 2013

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 30 JULI 2013

Tema: HAL BERDOA
          (Seri 52)

Subtema: KUASA SALIB MENUJU KEMULIAAN

Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena kasih-Nya, kita boleh berada dalam rumah Tuhan, beribadah melayani Tuhan, dan sejenak kita akan sujud menyembah, namun terlebih dahulu kita mendengar firman Tuhan, dari Matius 6: 5-13, sebagai firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan, namun kita hanya membaca ayat 13 saja.
Matius 6: 13
(6:13) dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.)

Bagian dari ayat 13 ini, secara khusus kita perhatikan, dikatakan bahwa: “Engkaulah yang empunya ... kuasa”, Yesus Kristus-lah yang empunya kuasa, kekal sampai selama-lamanya.

1 Petrus 5: 11
(5:11) Ialah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya! Amin.

Ialah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya” = Yesus Kristus-lah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya, dan hal ini harus aminkan.

Berkaitan dengan KUASA YESUS KRISTUS, kita membaca ayat 10 ...
1 Petrus 5: 10
(5:10) Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya.

Allah memanggil kita untuk hidup di dalam Kristus, selanjutnya menuju kepada kemuliaan.
Kemudian, dalam panggilan-Nya, Allah melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan saya dan saudara, namun terlebih dahulu RELA MENANGGUNG PENDERITAAN seketika lamanya.
Allah melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan = MENERIMA KUASA.
Jadi jelas sekali bahwa kuasa yang kita terima itu, terlebih dahulu mengalami penyaliban atas daging = rela menderita seketika lamanya.

Wahyu 5: 11-12
(5:11) Maka aku melihat dan mendengar suara banyak malaikat sekeliling takhta, makhluk-makhluk dan tua-tua itu; jumlah mereka berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa,
(5:12) katanya dengan suara nyaring: "Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!"

Anak Domba yang disembelih itu layak menerima kuasa.
Berbicara disembelih, berarti berbicara pengorbanan. Yesus telah berkorban di atas kayu salib menjadi korban sembelihan, Ia rela menanggung penderitaan, mengorbankan diri-Nya di atas kayu salib karena dosa manusia, sehingga dengan demikian Ia layak menerima kuasa, sesuai dengan pernyataan dari para malaikat, tua-tua dan makhluk-makhluk yang ada di sekeliling takhta itu.
Berarti; KUASA itu TERLETAK pada SALIB KRISTUS, sesuai dengan 1 Korintus 1: 24 “tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.

Kemudian, kalau kita perhatikan; pada saat Yesus menerima kuasa lewat penderitaan-Nya, diikuti dengan KEKAYAAN, HIKMAT, KEKUATAN, dan HORMAT, dan KEMULIAAN, dan PUJI-PUJIAN, berarti dibalik salib ada kemuliaan.

Prakteknya.
2 Korintus 12: 6-7
(12:6) Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku.
(12:7) Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.

Atas seijin Tuhan, maka Rasul Paulus menerima duri dalam daging, di mana seorang utusan Iblis menggocoh Rasul Paulus = rela menanggung penderitaan, supaya Rasul Paulus tidak bermegah atas pemakaian Tuhan terhadap dirinya, juga supaya Rasul Paulus tidak meninggikan dirinya karena penyataan-penyataan yang luar biasa.
Berarti, segala sesuatu yang menggocoh, segala sesuatu yang membuat diri kita menderita, anggap saja itu merupakan duri dalam daging, supaya kita tidak bermegah, tidak meninggikan diri, terlebih dalam hal pemakaian Tuhan.

Oleh sebab itu, lebih jauh kita perhatikan ayat 8-9 ...
2 Korintus 12: 8-9
(12:8) Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.
(12:9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.

Kalau kita perhatikan di sini, bahwa; DURI DALAM DAGING itu merupakan KASIH KARUNIA bagi Rasul Paulus.
Itu sebabnya, Rasul Paulus tidak bermegah sekalipun ia dipakai Tuhan, ia tidak tinggi hati sekalipun penyataan-penyataan yang luar biasa ia terima, sebaliknya Rasul Paulus bermegah dalam kelemahannya, supaya saat ia lemah, kuasa Kristus turun menaunginya.

Saudaraku, hal seperti ini banyak dialami oleh hamba-hamba Tuhan, supaya hamba Tuhan tidak lagi mengandalkan kekuatannya, tidak menganggap diri hebat, tetapi benar-benar supaya kuasa Tuhan nyata atasnya.
SEDIKIT KESAKSIAN;
Sejak saya sakit pada tahun 2005, di situlah mulai keangkuhan-keangkuhan saya runtuh, segala kelebihan-kelebihan yang berasal dari diri sendiri habis perlahan-lahan, sehingga di tengah-tengah ibadah pelayanan yang Tuhan percayakan, terlihat kuasa Tuhan, bukan lagi karena fasih lidah, bukan lagi karena gagah hebat dan kuat saya, tetapi benar-benar oleh karena kuasa Tuhan, baik dalam hal jasmani terlebih dalam hal rohani di tengah-tengah ibadah pelayanan yang Tuhan percayakan, sehingga dengan demikian terlihatlah kuasa Tuhan.
Kemudian, saya tambahkan sedikit lagi; ketika saya sakit berbulan-bulan lamanya, seorang hamba Tuhan berkata kepada saya, bahwa saya sedang menerima duri dalam daging. Awalnya, saya tidak mau menerima pernyataan hamba Tuhan ini, karena saya tidak mau sakit dan tidak mau menderita, tetapi setelah saya alami bertahun-tahun, benar, justru lewat sakit yang saya derita ini, saya dapat merasakan kasih karunia Tuhan, dan dibalik salib yang saya terima ini, ada kemuliaan Tuhan dinyatakan.
Tidak jauh-jauh, saya memberi contoh; kalau akhirnya di kota Cilegon ada tempat ibadah dan tempat itu bisa bertahan sampai sekarang, itu karena kasih karunia, yang berawal karena sakit yang saya derita, Tuhan memberikan tempat itu, lalu saya memulai ibadah di situ dengan satu orang jiwa. Seandainya saya tidak mengalami sakit, maka tempat itu tidak ada sampai saat ini.

Jadi saudaraku, jelas sekali kita perhatikan di sini; kuasa itu nyata lewat salib Kristus.

2 Korintus 12: 9-10
(12:9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
(12:10) Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.

Di sini kita perhatikan, bahwa Rasul Paulus lebih suka bermegah atas kelemahan, supaya kuasa Kristus turun menaungi dia, Rasul Paulus rela menanggung penderitaan, antara lain; siksaan, kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus.
Itu sebabnya selanjutnya ia berkata: “jika aku lemah, maka aku kuat” oleh karena kuasa Tuhan.

Ketika kita lemah, justru di situ kita kuat, tetapi sebaliknya ketika kita merasa bisa, di situ kita lemah. Itu sebabnya Rasul Paulus tidak bermegah, tidak tinggi hati atas pemakaian Tuhan, atas pernyataan-pernyataan Tuhan baginya.

2 Korintus 13: 3
(13:3) Karena kamu ingin suatu bukti, bahwa Kristus berkata-kata dengan perantaraan aku, dan Ia tidak lemah terhadap kamu, melainkan berkuasa di tengah-tengah kamu.
(13:4) Karena sekalipun Ia telah disalibkan oleh karena kelemahan, namun Ia hidup karena kuasa Allah. Memang kami adalah lemah di dalam Dia, tetapi kami akan hidup bersama-sama dengan Dia untuk kamu karena kuasa Allah.

Kristus berkuasa di antara kita karena Ia telah disalibkan oleh karena kelemahan (yaitu dosa manusia) = Kristus hidup karena kuasa  Allah.

Sekarang kita perhatikan ...
Tindakan kita untuk mengetahui apakah kuasa Allah itu menaungi kita sekaliannya.
2 Korintus 13: 5
(13:5) Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.

Oleh sebab itu, perlu mengambil suatu tindakan:
-      Yang pertama: MENGUJI DIRI SENDIRI.
Artinya; apakah kita tetap tegak di dalam iman.
-      Yang kedua: MENYELIDIKI DIRI SENDIRI.
Artinya; apakah Kristus Yesus ada di dalam diri kita, berkuasa, bertakhta di dalam diri kita.

Kalau tidak ada dua tindakan tersebut dalam diri saya dan saudara, maka kita tidak tahan uji = tidak ada kekuatan.

Efesus 1: 17-18
(1:17) dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar.
(1:18) Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus,

Kita perlu meminta Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar, supaya menjadikan mata hati kita menjadi terang, sehingga dengan demikian kita dapat mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya.

Efesus 1: 19
(1:19) dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya,

Dengan jelas di sini dikatakan; “ ... betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya
Orang yang percaya adalah orang yang mengadakan dua tindakan, yaitu menguji diri sendiri dan menyelidiki diri sendiri.

Wahyu 5: 13
(5:13) Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: "Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!"

Semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya berkata: “Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!
Saudaraku, di sini tidak lagi disebut Anak Domba Allah yang tersembelih, melainkan bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, berarti Dia (Anak Domba itu) tampil menjadi Raja.
Oleh sebab itu, seruan itu tidak lagi diawali dengan kata-kata kuasa, melainkan diawali dengan PUJI-PUJIAN dan HORMAT dan KEMULIAAN, dan diakhiri dengan kata KUASA sampai selama-lamanya.

Bandingkan dengan ayat 12 ...
Wahyu 5: 12
(5:12) katanya dengan suara nyaring: "Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!"

Di sini, sebutannya adalah ANAK DOMBA YANG DISEMBELIH, kemudian lewat penyembelihan itulah Dia menerima kuasa, yang diikuti dengan kekayaan, hikmat, kekuatan, hormat, kemuliaan dan puji-pujian.
Sedangkan dalam ayat 13 diawali dengan puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan diakhiri kuasa sampai selama-lamanya.

Saudaraku, untuk memiliki kuasa, diawali dengan menanggung penderitaan = sengsara salib, sama seperti Yesus yang disebut Anak Domba Allah yang tersembelih, Dia menerima kuasa, selanjutnya Ia tampil sebagai Raja, duduk di atas takhta yang senantiasa menerima puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya.

Jalan keluarnya.
Yohanes 1: 29
(1:29) Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.

Pertama-tama kita MEMANDANG ANAK DOMBA ALLAH yang menghapus dosa dunia lewat pengorbanan-Nya di atas kayu salib = memandang Anak Domba Allah yang disembelih, artinya; rela menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung (aniaya karena firman / sengsara salib).

Yohanes 1: 35-36
(1:35) Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya.
(1:36) Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah!"

Untuk yang kedua kalinya, Yohanes berkata kepada murid-muridnya: “Lihatlah Anak domba Allah!”, berarti Yesus tampil menjadi Raja.
Jadi, biarlah pandangan kita, pertama-tama dimulai dari Anak Domba Allah yang disembelih, untuk menerima kuasa. Selanjutnya, untuk yang kedua kali, memandang Dia sebagai Anak Domba Allah = memandang Dia sebagai Raja.

Wahyu 19: 6-7
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.
(19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.

Pada akhirnya, Anak Domba Allah tampil menjadi Raja, dan Dialah Mempelai Pria Sorga.
Mereka semua yang berada di dalam himpunan yang besar bersukacita karena hari perkawinan Anak Domba, sesuai dengan Wahyu 7: 9 “Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.

Namun, terlebih dahulu mereka memandang Dia sebagai Anak Domba yang disembelih, sesuai dengan Wahyu 7: 14 “... Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.
Selanjutnya memandang Dia sebagai Anak domba Allah, Dialah yang duduk di atas takhta, Dia tampil sebagai Raja, dan Dialah Mempelai Pria Sorga. Biarlah kita menjadi salah satu dari mereka semua yang dihimpunkan dari empat penjuru bumi, dan kita merasakan sukacita mempelai, sukacita kita menjadi penuh.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment