KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, July 5, 2016

IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 18 JUNI 2016

IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 18 JUNI 2016

“STUDY YUSUF”
(SERI 99)

Subtema : CENTRAL DARI RENCANA ALLAH

Shalom...!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Kristus, oleh karena kasih sayang dan kasih setia Tuhan yang abadi kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Kaum Muda Remaja sebagaimana biasanya di tempat ini, sungguh itu adalah kemurahan Tuhan, karena Tuhan masih memberi kita kesempatan untuk menikmati firman dari study Yusuf.
Sekarang kita memasuki pasal 40.
Kita bersyukur kita telah menikmati study Yusuf dari Kejadian pasal 37, 39 dan sekarang berada di pasal 40 dalam kurun waktu ± 4 tahun, kalau saya tidak salah, semua karena kemurahan Tuhan.
Kejadian 40:1-4
(40:1) Sesudah semuanya itu terjadilah, bahwa juru minuman raja Mesir dan juru rotinya membuat kesalahan terhadap tuannya, raja Mesir itu,
(40:2) maka murkalah Firaun kepada kedua pegawai istananya, kepala juru minuman dan kepala juru roti itu.
(40:3) Ia menahan mereka dalam rumah kepala pengawal raja, dalam penjara tempat Yusuf dikurung.
(40:4) Kepala pengawal raja menempatkan Yusuf bersama-sama dengan mereka untuk melayani mereka. Demikianlah mereka ditahan beberapa waktu lamanya.

Di sini kita melihat juru minuman dan juru roti raja, membuat kesalahan kepada tuannya firaun, maka murkalah firaun kepada mereka sehinga mereka di masukkan ke dalam penjara.

Kita perhatikan kalimat: Kepala pengawal raja (Potifar) menempatkan Yusuf bersama-sama dengan juru minuman dan juru roti untuk melayani mereka.” Menunjukkan segala sesuatu yang terjadi menimpa atas Yusuf semuanya adalah di dalam rencana Allah.
Untuk menguatkan ayat ini kita lihat kalimat berikutnya; “Demikianlah mereka ditahan beberapa waktu lamanya.” Berarti bersifat sementara, bahkan hanya tiga hari saja (ayat 13).
Ini juga menguatkan kita bahwa Yusuf betul-betul berada di dalam rencana Allah.

Sedikit kesaksian:
Waktu saya memperoleh rumah/ tempat tinggal (pastory) betul-betul itu dari Tuhan dan sesuai dengan rencana Tuhan, karena seorang hamba Tuhan tidak mudah memperoleh rumah yang sifatnya KPR BTN. Karena untuk mengambil rumah itu syaratnya; slip gaji minimal tiga bulan terakhir. Tetapi Tuhan punya cara tersendiri supaya saya memiliki tempat tinggal (pastory) dengan dikirimkan-Nyalah seorang pemimpin kepala cabang di BTN Cilegon untuk mempermudahkan segala sesuatunya.
Diawali dari perkenalan saya dengan seorang assistant manager marketing di perum perumnas Cilegon, dia adalah orang tua dari murid (agama Kristen) saya.  Namun tidak lama kemudian pimpinan cabang bank BTN Cilegon pindah tugas. Juga orang tua murid yang saya didik pindah ke surabaya. Jadi mereka ada hanya untuk mempermudah saya mendapatkan rumah.

Kisah para rasul 2:23-24
(2:23) Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.
(2:24) Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu.

“Yesus diserahkan Allah Bapa menurut maksud dan rencana-Nya.”
Jadi segala sesuatu yang telah dikerjakan oleh Yesus Kristus selama 33,5 tahun di atas muka bumi itu menurut maksud dan rencana Allah.

Rencana Allah di dalam diri Yesus:  Yesus harus mati terbunuh di atas kayu salib dan pada hari yang ketiga Ia dibangkitkan = maut telah dikalahkan otomatis lepas dari sengsara maut.
Saudaraku maut adalah musuh yang terakhir sesuai dengan 1 Korintus 15, bangkit berarti; lepas dari sengsara maut.

Mari kita lihat sengsara maut.
1 Korintus 15:26, 54-56
(15:26) Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.
(15:54) Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: "Maut telah ditelan dalam kemenangan.
(15:55) Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"
(15:56) Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat.

Sengsara maut = sengat maut, itulah dosa.
Jadi dosalah yang menimbulkan derita dan sengsara sampai memahitkan hati seseorang à orang yang tertindas.

Sedangkan kuasa dosa / hasil dari perbuatan dosa ialah: hukum Taurat.
Hukum Taurat berarti; “mata ganti mata gigi ganti gigi.”
Arti rohaninya; kejahatan dibalas dengan kejahatan = orang yang berdosa / bersalah tidak luput dari penghukuman.
Kalau orang mencuri maka tangan akan dipotong, kalau mengulangi lagi dosa yang sama, tangan akan dipotong terus menerus sampai bertangan kudung. Demikian juga kalau lidah berdusta akan di potong,  kalau diulangi akan dipotong lagi sampai tidak mempunyai lidah.
Pendeknya orang yang berada di bawah hukum taurat menderita dan binasa, itulah sengsara maut.

Kebangkitan Yesus melepaskan kita dari maut, itulah maksud dan rencana Allah terhadap anak-anak Tuhan terlebih kaum muda remaja Cilegon; lepas dari sengsara maut.
Jadi kalaupun mengalami sedikit masalah, jangan keburu tersinggung, jangan cepat-cepat / buru-buru mengambil keputusan menurut akal dan pikiran manusia.
Yusuf sabar diperlakukan semena-mena oleh saudara-saudaranya, di jual kepada saudagar dari Midian, kemudian dibawa ke Mesir di jual kepada Potifar (pengawal istana), kemudian di situ juga ia difitnah oleh isteri Potifar sampai ia masuk ke dalam penjara bersama dengan juru minuman dan juru roti.

Rencana Tuhan kepada Daud.
Kisah para rasul 2: 27-28
(2:27) sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.
(2:28) Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu.

Rencana Tuhan terhadap anak-anak Tuhan /  dilihat dari sisi pengakuan Daud, yaitu;
Pertama:“Allah tidak menyerahkan anak-anak Tuhan kepada dunia orang mati” = lepas dari sengsara maut = tidak membiarkan orang-orang kudus melihat kebinasaan.

Kedua: Allah memberitahukan kepada anak-anak Tuhan (kaum muda remaja) jalan kehidupan.
Kalau seseorang berjalan tanpa mengetahui jalan yang dia lalui maka tersesatlah dia di tengah perjalanannya.
Tetapi di sini kita perhatikan; Allah memberitahukan jalan untuk menuju kepada kehidupan.
Tuhan membawa kita sampai sejauh ini dengan tujuan; Ia mau menunjukkan jalan menuju kehidupan.
Waktu Tuhan adalah waktu manusia, tetapi rancana manusia bukan rencana Tuhan.

Mari kita lihat...
Yohanes 14:4-10
(14:4) Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ."
(14:5) Kata Tomas kepada-Nya: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?"
(14:6) Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
(14:7) Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia."
(14:8) Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami."
(14:9) Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.
(14:10) Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.

Ketika kita belum mengetahui jalan menuju kehidupan persis seperti dua pribadi, yaitu; Tomas dan Filipus.
Tomas tidak tahu jalan kebenaran menuju kehidupan (rumah bapa di sorga), sedangkan Filipus tidak mengenal bapa di sorga, padahal dia sudah melihat pribadi Yesus Kristus.
Berbanding terbalik dengan pribadi Daud, ia tahu jalan (kebenaran) menuju kehidupan, karena Tuhan telah memberitahukan kepada Daud.

Ketiga: “Allah akan melimpahi anak-anak Tuhan dengan sukacita dihadapan-Nya.”
Saudaraku, sukacita di bumi ini banyak, tetapi persis seperti sumur Yakub, kepuasan yang diberikan sifatnya sementara.
Barangsiapa minum dari sumur Yakub ia akan haus lagi seperti yang dialami oleh perempuan Samaria. Bukti dia haus; tidak cukup memiliki satu laki-laki.
Jadi sukacita yang berasal dari dunia hanya bersifat sementara, bahkan sifatnya kamuflase / bayangan saja (tidak nyata), sedangkan sukacita yang dari Allah sifatnya kekal à sukacita mempelai.

Yohanes 3:29-30
(3:29) Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh.
(3:30) Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.

Sukacita penuh menunjuk kepada sukacita mempelai, berarti; kekal. Sebab itu firman pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel memberi sukacita penuh.

Keadaan setelah berada di dalam rencana Allah:
YANG PERTAMA
Kisah para rasul 2:25-26
(2:25) Sebab Daud berkata tentang Dia: Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
(2:26) Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram,

“Aku senantiasa memandang kepada Tuhan.”
Alasan Daud memandang kepada Tuhan; “karena Ia berdiri disebelah kanan-Nya.”

Roma 8:31-34
(8:31) Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?
(8:32) Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?
(8:33) Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka?
(8:34) Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?

Yesus berdiri disebelah kanan artinya; Yesus tampil sebagai pembela.
Kalau Tuhan di pihak kita tidak ada orang yang menggugat dan menghukum sebab Dia yang telah mati dan bangkit, duduk disebelah kanan Allah Bapa, tampil sebagai pembela. Jadi betul-betul rencana Allah itu terhadap anak-anak Tuhan real, benar-benar nyata.

Kisah para rasul 2:25
(2:25) Sebab Daud berkata tentang Dia: Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.

Kalau Tuhan tampil sebagai pembela kita tidak akan goyah, satu langkahpun tidak akan mundur dalam pengikutan dan pengiringan kita kepada Tuhan.
Tidak goyah à pendirian yang kuat.

1 Korintus 15:57-58
(15:57) Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
(15:58) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.

Berdiri teguh jangan goyah = giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan, selangkahpun tidak mundur.
Ada orang berkata; aku tidak akan goyah, tetapi tidak giat bahkan tidak mau melayani Tuhan, itu namanya salah kaprah. Yang dimaksud dengan tidak akan goyah; giat selalu dalam pekerjaan Tuhan.

Dalam persekutuan dengan Tuhan, jerih payah kita tidak sia-sia. Semua jerih paya tidak sia-sia, semua diperhitungkan oleh Tuhan. Semakin giat bekerja, semakin kita diperhitungkan.

YANG KEDUA
“Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram,”

Hati = batin = manusia rohani bersukacita, jiwa bersorak-sorak, tubuh akan diam dengan tentram, itu menunjukkan bahwa tubuh, jiwa dan Roh dipelihara oleh Tuhan.
Tubuh akan diam dan tentram = tenang seperti Yakub, beda dengan Esau kakaknya / abangnya, sibuk memburu daging. Tinggalnya; di padang, menunjukkan bahwa Esau adalah seorang yang tidak tenang, sehingga Esau menjadi seorang yang lelah = tubuh tidak terpelihara. Pada saat dia pulang dari padang dia lelah / tidak tenang, tidak tentram.

Kalau jiwa tidak dipelihara  seseorang menjadi stress, kalau dibiarkan ujung-ujungnya gila. Kalau hati / batin = manusia roh, tidak dipelihara yang terjadi timbul akar pahit, hidupnya pahit.
Kita patut bersyukur kepada Tuhan kita ada di dalam rencana Tuhan, sehingga tubuh, jiwa dan roh kita dipelihara.

Kita masuk lebih dalam, pada intinya
Central dari semua rencana Allah (titik pusat).
Kisah para rasul 2:21-23
(2:22) Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu.
(2:23) Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.

Rencana Tuhan kepada manusia; ditentukan di dalam pribadi Yesus Kristus; Dia mati terbunuh di atas kayu salib dan bangkit pada hari ketiga.
Kesimpulannya, central dari rencana Allah terletak pada salib, Yesus tidak akan mati terbunuh dan bangkit pada hari ketiga kalau Ia tidak disalibkan.
Jadi jangan lari dari salib, kalau kenyataannya kita harus memikul salib di tengah ibadah dan pelayanan jangan lari dari sana, hadapi sampai nanti firman itu tergenapi dalam kehidupan kita.

Di dalam kesetiaan Yesus sebagai Anak Allah terangkum seluruh kehendak Allah. Kalau Yesus tidak setia, kehendak Allah tidak terlaksana oleh-Nya,.
Jadi apapun adanya keadaan kita di tengah ibadah dan pelayanan, kalau harus pikul salib, pikul saja, jangan lari dari kenyataan, jangan jadi pecundang, kita harus menjadi aktor intelektual, aktor utama dalam rencana Allah, dia sudah atur seperti apa kita berlakon di hadapan Tuhan. Dia sutradara di atas sutradara, Allah telah mengatur segala sesuatunya.

Matius 16:21
(16:21) Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.

Yesus harus pergi ke Yerusalem untuk menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam -imam kepala dan ahli-ahli Taurat lalu mati terbunuh di atas kayu salib dan pada hari yang ketiga Ia akan dibangkitkan, inilah pemberitahuan yang pertama kepada murid-murid-Nya.
Jadi betul-betul central dari pada rencana Allah letaknya pada salib, semua orang harus tahu.
Yerusalem à pusat kota kerajaan damai = tempat kita beribadah dan melayani.

Kalau kita banyak mengalami sengsara salib di tengah ibadah dan pelayanan, berarti; kita sudah berada pada titik pusatnya, sudah berada di dalam centralnya rencana Allah, itu posisi yang sudah tepat sekali, tidak usah ragu lagi.
Itu sebabnya Yesus memberitahukan penderitaan-Nya kepada murid-murid supaya mereka berada pada centralnya rencana Allah.
Tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli taurat à tukang-tukang (ahli-ahli) bangunan.
Jangan lagi bersedih hati di saat memikul salib, sebab kita sedang berada pada posisi yang tepat (berada dalam rencana Allah. Jangan menyesal, cabut penyesalan di masa yang lalu sampai akar-akarnya.

1 Petrus 2:5-6
(2:5) Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.
(2:6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."

Perhatikan; Allah telah meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal.
Batu penjuru à pribadi Yesus yang disalibkan = Korban Kristus.
Sion itulah pusat kerajaan damai à kota mempelai, ibadah dan pelayanan.

1 Petrus 2:7
(2:7) Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan."

Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang telah menjadi batu penjuru à pribadi Yesus Kristus yang disalibkan = korban Kristus. Tukang-tukang bangunan adalah tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli taurat.
Perhatikan kalimat ini; “batu penjuru telah menjadi batu sentuhan dan batu sandungan”, artinya; korban Kristus, bisa menjadi suatu batu sentuhan dan suatu batu sandungan, tergantung dari sudut mana seseorang melihatnya, dari kacamata mana ia memandang batu penjuru itu. Ini perlu diperhatikan

Kita memandang salib Kristus dari sudut pandang mana? Kalau bagi orang Yunani salib Kristus adalah suatu kebodohan, sebab yang mereka kehendaki adalah hikmat.
Mengerti hikmat = mengerti firman tetapi tidak menjadi pelaku sama seperti ahli Taurat, sedangkan orang Yahudi bagi mereka pemberitaan firman tentang salib itu menjadi batu sandungan karena yang mereka kehendaki adalah tanda-tanda heran, hanya mujizat-mujizat semata, orientasi pelayanan mereka adalah mujizat dan berkat, kalau tidak tercapai, salib menjadi sandungan, mereka tersandung terhadap salib. Jadi tergantung dari sudut mana kita melihat batu penjuru ini.

Dulu awal mula tergembala kita sering kaget-kagetan, hampir tersandung dalam setiap ibadah, oleh karena pemberitaan firman tentang salib Kristus. Sesungguhnya, pemberitaan firman tentang salib Kristus bukan suatu kekejian atau kekejaman, melainkan didikan Tuhan bagi kita. Justru saya ingin apa yang telah saya alami, kaum muda juga alami, sebab saliblah yang menjadi kekuatan saya sampai hari ini. Latar belakang saya dari keturunan broken home, bukan orang kaya, kalau bisa bertahan di tengah-tengah ibadah dan pelayanan ini, semua karena darah salib Kristus.

Bidikan itu harus tepat pada sasaran (titik fokus) / central. Kita sedang membidik kehidupan yang kekal, berada di dalam rencana Allah, centralnya adalah; salib.
Kalau bidikan tidak fokus, maka arahnya akan melenceng, kalau kita tidak ada dalam centralnya rencana Allah sasarannya adalah pembangunan tubuh Babel, bukan pembangunan tubuh Kristus.

Mari kita lihat....
batu sentuhaan.
Lukas 20:17-19
(20:17) Tetapi Yesus memandang mereka dan berkata: "Jika demikian apakah arti nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru?
(20:18) Barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur, dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk."
(20:19) Lalu ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala berusaha menangkap Dia pada saat itu juga, sebab mereka tahu, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya dengan perumpamaan itu, tetapi mereka takut kepada orang banyak.

Perhatikan; “batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru.”
Keadaan ketika  jatuh ke atas batu penjuru; ia akan hancur berkeping-keping.
Kemudian, barangsiapa ditimpa batu itu ia akan: remuk.
Inilah yang dialami oleh orang-orang yang menghargai batu yang mahal yang telah diletakkan di atas gunung Sion; rela menjadi hancur dan remuk.
Rela hancur dan remuk à dia telah memandang batu penjuru menjadi batu sentuhan.
Sesungguhnya pemberitaan firman tentang salib mampu menyentuh setiap hati kita, sehingga rela hancur dan remuk, rela menjadi korban sembelihan, sebab itu tergantung dari sudut mana kita memandang salib Kristus. Kalau rela hancur dan remuk berarti batu penjuru telah menjadi batu sentuhan.

Malam ini kita telah dilawat oleh Tuhan, hati kita disentuh dengan kasih yang sempurna, hati kita telah dihiasi oleh kasih Allah sampai hati kita hancur dan remuk. Kita pandang batu penjuru sebagai batu sentuhan, kita pandang ibadah dan pelayanan ini sebagai sentuhan kasih sayang dan kasih setia Tuhan, lawatan Tuhan kepada kita, jangan keliru lagi, kadang pemikiran kita ini keliru.

BATU SANDUNGAN
1 Petrus 2:7
(2:7) Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan."

Batu penjuru juga menjadi batu sentuhan tetapi juga bisa menjadi batu sandungan, tergantung dari sudut mana seseorang memandang salib Kristus.

Matius 16:22-23
(16:22) Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."
(16:23) Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

Petrus, segera menarik dan menegor Yesus katanya; “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."
Sikap dari Simon Petrus, menunjukkan bahwa ia sedang menggunakan akal pikiran dan perasaan manusia daging.
Orang yang menghindari salib adalah orang yang sedang menggunakan akal pikiran manusia daging.

Pikiran manusia daging, sumbernya dari mana?
Matius 16: 23
(16:23) Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

Menolak salib Kristus berarti; salib menjadi batu sandungan.
Bagi orang Yahudi; salib menjadi batu sandungan, mereka tersandung karena mereka hanya menghendaki tanda-tanda heran, mujizat-muzjiat semata.
Saudaraku, orang yang tersandung terhadap salib berarti tidak memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah. Sesungguhnya, di dalam seluruh pemikiran Allah adalah supaya manusia berdosa diselamatkan, tentu lewat salib. Tetapi ahli-ahli bangunan tidak menghargai batu penjuru, justru membuang batu yang mahal yang dipilih itu, mereka tersandung. Berarti; tidak memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah melainkan memikirkan apa yang dipikirkan manusia daging. 

Kalau kita melayani tidak berlandaskan korban Kristus kita tidak ada kekuatan, bagaikan sebuah bangunan yang indah tetapi rapuh. Kalau melayani tanpa di dasari oleh korban Kristus, tanpa memandang korban Kristus, tidak ada kekuatan, itu hanya kamuflase saja, pelayanan hanya bersifat bayangan saja, bukan pada hakikatnya.

Matius 16:24
(16:24) Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.

Sesungguhnya setiap orang yang mengikuti dan melayani Tuhan syaratnya adalah; menghargai batu penjuru, batu yang mahal yang telah dipilih oleh Allah, yang telah diletakkan di gunung Sion.

Menghargai batu penjuru artinya; menyangkal diri dan memikul salib.
Inilah syarat mutlak mengikut dan melayani Tuhan sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi. Sudah sangat jelas dalam Matius 26 Yesus berkata; cawan ini tidak mungkin berlalu apabila Aku tidak meminumnya.
Jadi sangkal diri dan pikul salib tidak boleh ditawar-tawar lagi, itu syarat mutlak untuk ikut dan layani Tuhan (Matius 26:42). Apapun yang dipercayakan oleh Tuhan untuk dikerjakan, kerjakan, jangan tawar menawar dan berkata; tapi om, soalnya, aku kurang tidur dan lain sebagainya.

Keterangan:
-       Sangkal diri berarti menyangkal segala sesuatu yang ada di dalam dirinya termasuk kelebihan-kelebihan yang dia miliki = tidak bermegah.

2 Korintus 12:1-4
(12:1) Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan.
(12:2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau--entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya--orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga.
(12:3) Aku juga tahu tentang orang itu, --entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya--
(12:4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia
(12:5) Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku.

Rasul Paulus ketika diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga disebut juga Firdaus di situ ia menerima dua hal, yaitu;
·          Penglihatan-penglihatan.
·          Penyataan-penyataan yang hebat dari Tuhan.
·          Ia mendengarkan kata-kata yang tak terkatakan yang tidak boleh diucapkan manusia.
Ini adalah suatu kelebihan yang luar biasa, yang tidak diterima / diperoleh orang lain. Tetapi, sekalipun demikian dia tidak bermegah atas kelebihan-kelebihan yang dimiliki itu, ia tidak lantas menyombongkan diri, rasul Paulus tidak merasa diri hebat dan benar, tidak merasa diri besar, dia dapat menahan diri, tanpa penonjolan diri.

2 Korintus 12:6
(12:6) Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku.

Rasul Paulus tidak mau bermegah karena dia bukan orang bodoh lagi.
Kalau orang suka menonjolkan diri itu adalah tanda, bahwa dia adalah orang bodoh, sebab itu rasul Paulus tidak bermegah, ia menahan diri, supaya tidak ada orang memperhitungkan kepadanya lebih dari pada apa yang dilihat dan lebih dari pada apa yang mereka dengar. Kalau perkataan dan perbuatan tidak sama itu bisa diperhitungkan kepada orang itu.

Sebetulnya ada dasar untuk bermegah karena semua yang dia ceritakan itu adalah pengalaman hidupnya, tetapi sekalipun demikian ia tidak mau bermegah, dia sangkal diri, dia berusaha untuk menahan diri karena orang yang merasa diri bisa, mampu dan lain sebagainya itu adalah suatu kebodohan.
Kalaupun kita memiliki ini itu, dikaruniakan karunia-karunia Roh dan jabatan-jabatan, termasuk pernyataan dan penglihatan tidak perlu bermegah, teramat lebih dalam perkara lahiriah, tidak perlu bermegah.

2 Korintus 12:6
(12:7) Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.

Justru atas seijin Tuhan, diberi suatu duri di dalam daging rasul Paulus yaitu; seorang utusan Iblis untuk menggocoh dia. Duri dalam daging menggocoh / mengalami banyak sengsara, tujuannya hanya satu; supaya ia jangan meninggikan diri.

2 Korintus 12:8
(12:8) Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.

Dalam hal ini rasul Paulus memohon sebanyak tiga kali supaya duri dalam daging itu dilepaskan dari dalam dirinya.

Tetapi lihat jawaban Tuhan terhadap permohonan sebanyak tiga kali.
2 Korintus 12:9
(12:9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.

Rasul Paulus terlebih suka bermegah atas kelemahan, atas sengsara salib, supaya kuasa Kristus turun menaungi dia sebab duri dalam daging (sengsara salib)  itu adalah kasih karunia.
Menanggung penderitaan yang tidak harus di tanggung itu adalah kasih karunia... 1 Petrus 2:19.
Jadi rasul Paulus bermegah atas kelemahan, atas sengsara salib, dia tidak bermegah atas kelebihan yang dia miliki, supaya dia hidup oleh karena kasih karunia.
Sengsara salib itu kasih karunia karena sengsara salib adalah central dari pada seluruh rencana Allah, dalam kebodohan kita sering kali menyesali diri meratapi diri, menyalahkan Tuhan dan orang lain karena sengsara salib. sekarang Tuhan telah menerangi hati dan pikiran kita tentunya, supaya kita berada di dalam rencana Allah yang indah.

2 Korintus 12:10
(12:10) Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.

Perhatikan; “rasul Paulus senang dan rela di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus.”
Alasan bermegah di dalam kelemahan; sebab jika aku lemah maka aku kuat, tetapi sebaliknya kalau seseorang merasa diri kuat, di situ dia lemah.
Seharusnya dalam setiap pergantian tahun raja-raja akan memimpin pasukan perangnya tetapi pada hari itu Daud ada di atas sotoh istana kerajaan, ia tidak berperang (tidak berjuang),  pada saat itulah dia jatuh dalam dosa = lemah.

-       Pikul salib berarti; memikul tanggung jawab yang Tuhan percayakan.
Tuhan percayakan tanggungjawab dalam perkara kecil, baik dalam peraka besar, pikul saja.

Matius 25:15-18
(25:15) Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.
(25:16) Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta.
(25:17) Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta.
(25:18) Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.

Di sini kita perhatikan tuan dari hamba-hamba itu mempercayakan talenta kepada hamba-hambanya.
Tuan dari hamba-hamba Tuhan, ialah; Tuhan Yesus Kristus.
Kepada hamba yang pertama dipercayakan lima talenta, kemudian hamba itu mengusahakannya lalu memperoleh laba lima talenta. Hamba yang kedua dipercaya dua talenta dan mengusahakannya lalu ia memperoleh laba dua talenta pula. Hamba yang pertama  dan kedua memikul tanggungjawab sesuai dengan apa yang dipercayakan oleh tuannya.
Sedangkan hamba yang ketiga dipercayakan satu talenta, lebih kecil dari pada hamba yang pertama dan kedua, tetapi  di sini kita melihat; “ia pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.”
Pendeknya, hamba yang ketiga mengubur talenta.
Berarti hamba yang ketiga tidak memikul tanggungjawab yang dipercayakan oleh tuannya

Mengubur talenta arti rohaninya;
·          Mengubur masa depan = masa depan suram.
·          Binasa sebelum hari penghakiman.
Mengubur talenta yang dipercayakan; binasa sebelum hari penghakiman, binasa sebelum Yesus tampil sebagai Raja yang berkuasa untuk menghakimi.
Yang malas-malas, ini adalah suatu peringatan besar kepada kita, masa depan kita ada di tangan Tuhan. Masa depan yang indah penuh bahagia ada di tangan Tuhan, talenta jangan dikubur, apapun yang dipercayakan Tuhan pikul saja.

Matius 25:20-23
(25:20) Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.
(25:21) Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
(25:22) Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta.
(25:23) Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.

Karena setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil maka; hamba yang pertama dan hamba yang kedua ini disebut hamba yang baik dan setia.
Bila setia memikul tanggungjawab dalam perkara kecil; maka Tuhan akan mempercayakan tanggungjawab dalam perkara yang besar.

Jadi tidak cukup hanya sebutan baik, tetapi juga harus setia. Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya? Amsal 20:6. Taat sampai mati bahkan sampai mati di atas kayu salib = setia. Yesus setia, sebagai Anak Dia setia.
Belajar untuk menjadi hamba yang taat, setia, dengar-dengaran.

Dampak positif setia dalam perkara kecil: “masuk dan turut dalam kebahagiaan tuannya.”
Kebahagiaan di sini adalah kebahagiaan yang kekal. Saat ini kita telah masuk dan turut dalam kebahagiaan tuannya. Yesus Kristus adalah tuan dari setiap hamba-hamba Tuhan. Kita telah masuk dan turut dalam kebahagiaan à duduk makan sehidangan dengan Allah, kita telah menikmati tubuh dan darah-Nya.
Saudaraku, ini akan memuncak sampai kepada kebahagiaan yang kekal; duduk makan sehidangan yang sifatnya International, di mulai dari kandang penggembalaan, antar kandang penggembalaan (antar gereja), sampai antar negara; duduk makan sehidangan dengan Dia, masuk dalam kebahagiaan yang kekal yaitu; pesta nikah Anak Domba.

Wahyu 19:6-9
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.
(19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.
(19:8) Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.)
(19:9) Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah."

Puncaknya, masuk dalam pesta nikah Anak Domba dan berbahagialah mereka yang diundang dalam perjamuan kawin Anak Domba.
Inilah sasaran akhir dari pada kebahagiaan, sifatnya kekal, tidak sementara.
Ini dampak positif kalau kita setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, dan dipercayakan tanggungjawab dalam perkara yang besar, sampai pada akhir tujuan, yaitu; turut dan masuk dalam kebahagiaan yang kekal.

Berbahagialah mereka yang diundang dalam perjamuan kawin Anak Domba, perkataan ini benar, jadi jangan ragu lagi dengan firman pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.
Apa yang membuat kita ragu? Perkataan ini benar. Pengajaran mempelai membawa kita masuk pada pesta nikah Anak Domba, sasaran akhir dari ibadah dan pelayanan, bukan berkat, bukan tanda-tanda heran. Kalau hanya tanda-tanda heran nanti tersandung, rencana Allah gagal.
Sasaran akhir dari ibadah dan pelayanan kita di atas muka bumi ini adalah; pesta nikah Anak Domba.
Yusuf betul-betul berada dalam rencana Allah yang besar, centralnya adalah; salib. Tidak usah lagi mengeluh, tidak usah lagi bersungut-sungut, tidak usah lagi bersusah hati, sebab Tuhan sedang menyediakan tempat sebanyak jiwa yang diselamatkan. Amin.


Tuhan yesus kristus kepala gereja mempelai pria sorga memberkati

Pemberita firman oleh;
Gembala sidang; Pdt. Danile u. Sitohang







No comments:

Post a Comment