KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, July 6, 2016

IBADAH RAYA MINGGU, 19 JUNI 2016

Ibadah raya minggu, 19 juni 2016

“wahyu pasal empat”
(SERI 26)

Subtema : SERUAN DARI EMPAT MAKHLUK

Shalom...!
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita sekalian, oleh karena kemurahan Tuhan kita dapat melangsungkan ibadah raya minggu disertai kesaksian. Biarlah kita boleh menikmati dan berbahagia menikmati sabda Allah.

Kita kembali memperhatikan firman penggembalaan untuk ibadah raya minggu dari kitab Wahyu pasal 4.
Wahyu 4:6
(4:6) Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; di tengah-tengah takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang.

“Di tengah-tengah takhta itu dan di sekeliling takhta itu ada empat makhluk hidup.”
Kita patut bersyukur, karena kemurahan hati Tuhan, kita boleh menghadap takhta kasih karunia lewat ibadah dan pelayanan, saat ini kita ada di tengah-tengah dan di sekeliling takhta itu.
Seindah-indahnya dunia dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya, tidak ada artinya kalau kita tidak ada di tengah-tengah dan di sekeliling takhta itu. Seindah-indahnya sorga tidak ada artinya kalau tidak ada satu takhta di dalamnya.

Dari apa yang sudah dibaca tadi;
empat makhluk penuh dengan mata,” menunjukkan bahwa empat makhluk tersebut ada di dalam terang.
Kalau kita perhatikan dalam Matius 6:22; “mata adalah pelita”, kalau mata baik maka teranglah seluruh anggota-anggota tubuhmu. Jadi fungsi pelita itu menerangi seluruh anggota tubuh, di mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Kemudian, mata itu ada disebelah muka dan disebelah belakang, arti rohaninya; perjalanan / hidup rohani kita ke depan ada dalam terang, sebab hidup masa lalu sudah di selesaikan / sudah di dalam terang.
Kalau dosa masa lalu sudah diterangi otomatis perjalanan rohani kita ke depan ada dalam terang. Sebaliknya, kalau dosa masa lalu belum diselesaikan perjalanan rohani ke depan tidak berada dalam terang, karena dosa masa lalu itu ibarat si pendendam, sebelum dendamnya terbalaskan ia akan mengejar terus.
Saya kira setiap orang punya masa lalu, masa lalu harus segera diselesaikan supaya perjalanan rohani kita ke depan ada di dalam terang.

Lebih jauh kita melihat...
Wahyu 4:7
(4:7) Adapun makhluk yang pertama sama seperti singa, dan makhluk yang kedua sama seperti anak lembu, dan makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, dan makhluk yang keempat sama seperti burung nasar yang sedang terbang.

Sekarang kita akan melihat muka dari empat makhluk yang dikaitkan dengan empat Injil.
makhluk yang pertama: sama seperti singa, terkena kepada Injil Matius.
Ini berbicara tentang kemuliaan dan kewibawaan Yesus sebagai Raja, sesuai dengan ciri penulisan dari Injil Matius diawali dengan silsilah Yesus Kristus, Dia berasal dari garis keturunan raja Daud, suku Yehuda, Yesus sendiri adalah singa dari Yehuda.

Makhluk yang kedua: sama seperti anak lembu, terkena kepada Injil Markus.
Ini berbicara tentang kebangkitan Yesus sebagai hamba, sesuai dengan ciri penulisan dari Injil Markus itu sendiri diawali dengan pelayanan Yohanes pembaptis. Dan kalau kita melayani harus dalam suasana kebangkitan yaitu; hidup dalam kesucian. Kalau melayani tanpa kesucian itu namanya kebangkitan palsu. Kalau kita satu di dalam kematian Yesus Kristus otomatis satu dalam kebangkitan-Nya.
Lembu sangat banyak gunanya, dia bisa menggarap ladang dan sawah, kemudian kulitnya juga dapat dipergunakan dengan baik, berupa gendang, kemudian kalau dia sudah tua, disembelih dan dinikmati.
Demikian juga seorang hamba Tuhan, melayani dalam suasana kebangkitan, tidak ada sesuatu yang tidak berarti dalam hidupnya, semuanya berarti. Jadilah hamba Tuhan yang mau melayani dalam suasana kebangkitan, melayani dalam kesucian.

Seekor lembu harus dicucuk hidungnya kemudian di tarik untuk melayani Tuhan, kalau hidung seekor lembu tifdak mau dicucuk nanti akan menjadi anak lembu emas yang dihancurkan di sungai Nil. Tidak ada yang tidak berguna, tidak ada yang tidak berarti dari seorang hamba yang melayani Tuhan.
Tetapi perlu diingat pembelaan Tuhan besar kepada seorang yang dicucuk hidungnya, sesuai dengan ayat yang lain jangan engkau memberangus lembu yang sedang mengirik.

MAKHLUK YANG KETIGA, mempunyai muka sama seperti manusia, terkena kepada Injil Lukas.
Ini berbicara tentang sengsara Yesus sebagai manusia.

MAKHLUK YANG KEEMPAT, burung nazar, terkena kepada Injil Yohanes.
Ini berbicara tentang keadilan dan kebenaran Yesus sebagai Anak Allah sesuai dengan ciri penulisan Injil Yohanes , diawali dari firman Allah yang menjadi manusia (Yohanes 1:1,14) itu merupakan keadilan dan kebenaran Yesus Kristus sebagai Anak Tunggal Bapa.

Kalau kita membuat suatu diagram;
-       Horizontal maka ujung yang satu adalah Injil Matius ujung yang lain adalah injil Markus
-       Vertikal ujung yang di atas adalah Yohanes, kemudian ujung yang di bawah / turun ke bumi; Injil Lukas
Kalau dua diagram ini dipersatukan kesimpulannya menjadi; salib.
Yesaya 9:6
(9:6) Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.

Dasar dari kerajaan sorga adalah keadilan dan kebenaran à salib Kristus.
Tidak ada lagi keadilan di atas muka bumi ini, tidak ada lagi keadilan baik pada pemerintahan, pejabat-pejabat tinggi, tidak ada lagi keadilan dan kebenaran di dalam diri orang itu.
Keadilan dan kebenaran kita peroleh dari salib, supaya kita memperoleh kekuatan tidak lagi semakin tertindas.
Jadi salib adalah dasar dari kerajaan sorga. Korban Kristus adalah dasar kita untuk beribadah dan melayani Tuhan.
Pendeknya, empat makhluk tersebut telah mengalami penyaliban terhadap daging dilihat dari empat muka tadi yang dikaitkan dengan empat Injil.

Lebih jauh kita melihat..
Yehezkiel 1:10
(1:10) Muka mereka kelihatan begini: Keempatnya mempunyai muka manusia di depan, muka singa di sebelah kanan, muka lembu di sebelah kiri, dan muka rajawali di belakang.

Keempatnya mempunyai muka manusia di depan, muka singa di sebelah kanan, muka lembu di sebelah kiri, dan muka rajawali di belakang. Artinya;
-       Kalau berjalan ke depan yang menonjol adalah muka manusia.
-       Kalau berjalan ke kanan yang menonjol adalah muka singa.
-       Kalau berjalan ke kiri yang menonjol adalah muka lembu.
-       Kalau berjalan ke belakang yang menonjol adalah muka rajawali.
Ini adalah keadaan empat makhluk saat memikul salib.

Lebih jauh...
Yehezkiel 1:12
(1:12) Masing-masing berjalan lurus ke depan; ke arah mana roh itu hendak pergi, ke sanalah mereka pergi, mereka tidak berbalik kalau berjalan.

“Masing-masing berjalan lurus ke depan.”
Jadi mereka berjalan sesuai dengan pimpinan Roh sehingga tidak tarik-menarik sekalipun dengan empat muka yang berbeda.
Kalau berjalan ke depan mereka berjalan lurus, tidak tarik menarik tidak ada yang ke kiri, tidak ada yang ke belakang, karena empat makhluk hidup dalam pimpinan Roh Kudus. Pelayanan itu tidak tarik menariK, tidak bisa dipisah-pisahkan, tidak bisa dikotak-kotakan, mana yang lebih penting, mana yang tidak; semua sama. Seorang pemimpin pujian harus di dalam pengurapan yang penuh sampai kita dibawa masuk ke dalam pemberitaan firman, berarti saling membutuhkan, tidak ada kompetisi di tengah-tengah ibadah dan pelayanan.

Yehezkiel 1:17
(1:17) Kalau mereka berjalan mereka dapat menuju keempat jurusan; mereka tidak berbalik kalau berjalan.

“Kalau mereka berjalan mereka dapat menuju keempat jurusan”, sehinga mereka tidak berbalik kalau berjalan, tidak ada kompetisi di tengah ibadah dan pelayanan dan tidak tarik menarik, tidak tumpang tindih.

Sekarang kita akan melihat sayap-sayapnya.
Wahyu 4:8a
(4:8) Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam

“Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam.”
Beberapa waktu lalu saya sudah sampaikan kenapa harus bersayap enam, kenapa tidak bersayap sepuluh atau bersayap dua belas, supaya lebih banyak dan lebih bagus tentunya, sehingga dengan kekuatan sayap itu dia bisa semakin terbang tinggi, tetapi di sini kita melihat empat makhluk itu hanya memiliki enam sayap.

Mari kita lihat....
Yesaya 6:1
(6:1) Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci.

Ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci, ini berbicara tentang pelayanan imam besar.

Yesaya 6:2
(6:2) Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang.

Kerub / serafim masing-masing bersayap enam;
-       Dua sayap dipakai untuk menutupi muka.
-       Dua sayap dipakai untuk menutupi kaki.
-       Dua sayap dipakai untuk melayang-layang.

Wahyu 4:8a
(4:8) Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam

Bersayap enam Sekelilingnya, berarti; daging dengan segala tabiatnya tidak terlihat lagi.
Kalau tidak hidup di dalam hawa nafsu dan tidak menuruti kehendak daging = manusia rohani.

Galatia 5:19-21
(5:19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
(5:20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,
(5:21) kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.

Ada 15 tabiat-tabiat daging; (1) percabulan, (2) kecemaran, (3) hawa nafsu, (4) penyembahan berhala, (5) sihir, (6) perseteruan, (7) perselisihan, (8) iri hati, (9) amarah, (10) kepentingan diri sendiri, (11) percideraan, (12) roh pemecah, (13) kedengkian, (14) kemabukan, (15)  pesta pora.
Kalau hidup menurut hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging = menikmati 15 tabiat-tabiat daging.
Kalau hidup menurut hawa nafsu daging, dia hanya memikirkan hal-hal dari daging, tidak akan memikirkan perkara-perkara dari Roh, perkara rohani, perkara di atas itulah ibadah dan pelayanan.

Sekarang kita bandingkan dengan manusia roh....
Galatia 5:22-23
(5:22) Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
(5:23) kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.

Buah Roh ialah: (1) kasih, (2) sukacita, (3) damai sejahtera, (4) kesabaran, (5) kemurahan, (6) kebaikan, (7) kesetiaan, (8) kelemahlembutan, (9) penguasaan diri.
Kalau hidup di dalam 9 buah Roh Kudus = manusia rohani. Kalau kita menjadi manusia rohani, tidak ada yang menentang.

Proses menjadi manusia rohani.
Galatia 5:24
(5:24) Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.

Proses terjadinya manusia rohani karena telah menyalibkan segala hawa nafsu dan keinginan daging.
Jadi empat makhluk dikaitkan dengan empat Injil, itu salib, kemudian bersayap enam disekelilingya, itu manusia rohani.

Galatia 5:25-26
(5:25) Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh,
(5:26) dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.

Kalau kita hidup oleh Roh (hidup dalam ibadah dan pelayanan / memikul salib), baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh, jangan kita gila hormat, jangan saling menantang dan jangan saling mendengki.
Jangan sampai kita beribadah dan melayani tetapi tidak dipimpin oleh Roh maka nanti akan terlihat di situ gila hormat, saling menantang dan saling mendengki. Tetapi di atas kita sudah melihat, empat makhluk tadi tidak gila hormat, tidak saling menantang, tidak saling mendengki, tidak tarik-menarik di tengah-tengah ibadah dan pelayanan.
Sekali lagi saya tandaskan, jikalau kita hidup oleh Roh (ibadah dan pelayanan), baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh.

Yehezkiel 1:9
(1:9) mereka saling menyentuh dengan sayapnya; mereka tidak berbalik kalau berjalan, masing-masing berjalan lurus ke depan.

“Mereka saling menyentuh dengan sayapnya.”
Ini adalah pekerjaan dari Roh Kudus yang sifatnya mempersatukan. Sayap-sayap à pekerjaan Roh Kudus.

Yehezkiel 1:11
(1:11) Sayap-sayap mereka dikembangkan ke atas; mereka saling menyentuh dengan sepasang sayapnya dan sepasang sayap yang lain menutupi badan mereka.

“Sayap-sayapnya dikembangkan dan saling menyentuh” ini adalah pekerjaan Roh Kudus, sifatnya mempersatukan tidak bisa dipahami oleh akal pikiran manusia. Kiranya formasi dari empat makhluk ini juga jadi formasi di tengah ibadah dan pelayanan dalam kandang penggembalaan ini, kita dipersatukan oleh kuasa Roh Kudus.

Kegiatan dari empat makhluk.
Wahyu 4:8
(4:8) Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."

“Tidak berhenti-hentinya berseru siang dan malam” = senantiasa memuliakan Tuhan dalam setiap saat dan setiap waktu.
Ada kalanya kita berhenti memuliakan Tuhan karena banyaknya kesibukan dan segala aktivitas-aktivitas yang ada di dunia, segala pengaruh dari arus dunia ini sehingga tidak sempat memuliakan Tuhan, tetapi di sini kita melihat; kegiatan dari empat makhluk senantiasa memuliakan Tuhan siang dan malam, setiap saat dan setiap waktu, dalam keadaan situasi kondisi apapun.

Adapun seruan dari empat makhluk: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa” = memuliakan Allah di dalam kekudusan.
Jadi, dari seruan ini kita dapat mengetahui bahwa mereka melayani di dalam kekudusan. Amin.
Kita kaitkan dengan doa bapa kami.
Matius 6:9-10
(6:9) Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu,
(6:10) datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.

Dalam doa bapa kami yang pertama-tama diucapkan adalah; “dikuduskanlah nama-Mu”, kemudian diikuti dengan dua kalimat berikut ini yaitu;
a.     Datanglah kerajaan-Mu”, berarti; Allah berkuasa, bertakhta, memerintah dan berfirman kepada umat-Nya.

Mari kita lihat ketika Allah bertakhta...
Matius 25:31-40
(25:31) "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.  
(25:32) Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing,
(25:33) dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.
(25:34) Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.
(25:35) Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;
(25:36) ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.
(25:37) Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?
(25:38) Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?
(25:39) Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?
(25:40) Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.

Kalau kerajaan Allah datang; Dia berkuasa, Dia bertakhta, Dia memerintah dan berfirman.
Yesus sebagai Raja memperhatikan sisi sosialnya yaitu; soal makan, minum dan pakaian. Perhatian Tuhan dalam bentuk sosial sangat besar termasuk memberi tumpangan bagi orang asing, mengunjungi orang dalam penjara, melawat yang sakit.
Kalau raja, pemimpin tidak memperhatikan dari sisi sosial; dia adalah raja (pemimpin) yang gagal, tetapi raja kita tidak pernah gagal, dia sangat memperhatikan dari sisi sosial, soal makanan, minuman dan bahkan kesehatan kita diperhatikan, sekecil apapun. Dia raja di atas segala raja, Dia tidak pernah gagal.

b.     “Jadilah kehendak-Mu”, ini berbicara tentang salib.
Mari kita lihat ketika Yesus menanggung penderitaan di atas kayu salib.
Matius 26:42
(26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"

Yesus harus meminum cawan Allah sehingga dengan demikian jadilah kehendak Allah. Salib menggenapi seluruh kehendak Allah.
Biarlah kiranya kita memikul salib dan kita tidak perlu membeda-bedakan salib antara si A dan si B, Tuhan jauh lebih tahu porsi masing-masing, yang pasti kita harus pikul salib supaya kehendak Allah jadi.
-       Sebagai seorang gembala salib yang harus saya pikul adalah memperhatikan kawanan domba dalam kandang penggembalaan yang Tuhan percayakan.
-       Sebagai imam-imam harus memperhatikan pelayanan yang Tuhan percayakan.
-       Sebagai suami, mengasihi isterinya.
-       Sebagai isteri; tunduk kepada suami sekalipun suami adalah seorang yang bodoh
-       Sebagai seorang anak hormat kepada orang tua.
Masing-masing kita mempunyai tanggungjawab yang harus dipikul di atas pundak kita masing-masing, supaya kehendak Allah jadi.

Kemudian di sini kita perhatikan perkataan Yesus; “Ya Bapaku,menunjukkan bahwa sebagai anak Ia dengar-dengaran.
Untuk memikul salib kita harus dengar-dengaran, itu kunci sukses. Yesus (sebagai Anak) tidak tawar-menawar; susah senang pikul saja, tidak usah tawar menawar.
Saya dalam hal ini memperhatikan ada beberapa sidang jemaat tidak tawar menawar lagi, harga dirinya sudah mulai dibuang, puji Tuhan, lanjutkan. Jangan tawar menawar; untuk pikul salib harus bayar harga, maka harga diri tidak usah dipertahankan.
Dengar-dengaran kunci sukses di dalam Tuhan, jangan dirubah, jangan tawar menawar lagi, jangan dengarkan suara daging.

Lebih rinci melayani dalam sistim kekudusan.
Yesaya 6:3
(6:3) Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!"

Sampai pada akhirnya; “seluruh bumi penuh dengan kemuliaan Allah.”

Yohanes 1:14
(1:14) Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, dasarnya dua hal, yaitu;
1.     Penuh kasih karunia.
Oleh karena kasih karunia kita dapat melihat kemuliaan Allah, seperti perempuan yang terkenal karena dosa, ia datang kepada rumah Simon si kusta, tiga perkara dia kerjakan di sana; membasahi kaki Yesus dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya, yang kedua; tidak henti-hentinya mencium kaki Yesus, yang ketiga; meminyaki kaki Yesus dengan minyak yang mahal, sampai pada akhirnya dia memperoleh kemuliaan karena kasih karunia.

Juga perempuan yang kedapatan berzinah di pagi hari, ahli Taurat dan orang farisi menangkapnya dan melemparkannya di hadapan Yesus Kristus. Menurut hukum Taurat perempuan yang seperti ini harus dirajami (dilempari dengan batu) sampai mati, tetapi oleh karena kasih karunia perempuan ini tertolong, supaya ia dapat melihat kemuliaan Allah.
Bukankah kita semua adalah orang yang berdosa? Mungkin tidak jatuh dalam  dosa perzinahan, tetapi kekerasan hati, sombong / tinggi hati mengandalkan kekuatan sendiri dan manusia.
Kita membutuhkan kasih karunia, supaya kita dapat melihat kemuliaan Allah.
Kita semua adalah bangsa kafir bukan bangsa pilihan dan kalau dipercaya untuk beribadah dan melayani Tuhan itu karena kasih karunia / kemurahan sehingga lewat kemurahan ini, kita dapat melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus. Yesus Kristus adalah gambar Allah, wujud Allah = kembali kepada wujud semula = sama mulia dengan Allah.

2.     Penuh dengan kebenaran.
Kebenaran yang sejati terletak pada salib, di luar salib tidak ada lagi kebenaran sehingga bumi penuh dengan kemuliaan.

Kita kembali memperhatikan...
Yesaya 6:4
(6:4) Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap.

Tanda-tanda memuliakan Tuhan dengan sistim kekudusan;
a.     Bergoyanglah alas ambang pintu bait suci.”
Artinya ada sukacita besar. Jadi seruan ini adalah seruan yang luar biasa, sampai akhirnya bergoyanglah alas ambang pintu bait suci, mampu menggetarkan hati, itu karena sukacita yang besar.
Sukacita besar, sampai menggoyangkan alas ambang pintu, menggetarkan hati kita.

Mari kita lihat goyang / goncangan ini...
Lukas 1:40-41
(1:40) Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.
(1:41) Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus,

“Ketika Elizabeth mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya.”
Ini goncangan yang hebat, kegerakan yang hebat. Salam dari Maria untuk Elizabeth menimbulkan sukacita yang besar.

Kalau kita melayani dalam sistim kekudusan di situ kita akan melihat sukacita yang besar. Berbeda dengan ibadah Taurat, ibadah yang dijalankan secara lahiriah, tanpa kesucian, biar seruan besar seperti apapun dengan menambah alat-alat suara supaya tambah besar, tidak bisa menggoyangkan alas ambang pintu bait suci, tidak sanggup menggetarkan hati.
Bergoyang à sukacita besar. Jangan sampai kita melayani di suatu tempat tetapi tidak membawa sukacita yang besar, alas ambang pintu tidak bergoyang, tidak ada kegerakan yang besar.

Kisah Para Rasul 2:25-26
(2:25) Sebab Daud berkata tentang Dia: Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
(2:26) Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram,

Daud memandang Tuhan karena Dia berdiri disebelah kanan artinya; dia memandang Tuhan karena Dia tampil sebagai pembela.
Alas ambang pintu;
-       Hatiku bersukacita.” Hati à manusia batiniah = manusia rohani.
-       “Jiwaku bersorak sorak.”
-       Tubuhku bersorak-sorak.”
Ambang dan kedua tiang pintu itulah; tubuh, jiwa dan roh. Jadi hati (manusia batin) bersukacita, jiwa bersukacita, tubuh juga bersukacita.

Yesaya 6:4
(6:4) Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap.

Suara dari empat makhluk itu menggoyangkan alas ambang pintu. Ini jadi pertanyaan besar; kok sukacita ini mampu menggoyangkan alas ambang pintu yang berbicara tentang sukacita yang besar.

Yehezkiel 10:4-6
(10:4) Dalam pada itu kemuliaan TUHAN naik dari atas kerub dan pergi ke atas ambang pintu Bait Suci, dan Bait Suci ini dipenuhi oleh awan itu dan pelatarannya penuh dengan sinar kemuliaan TUHAN.
(10:5) Suara sayap kerub itu terdengar sampai pelataran luar seperti suara ALLAH Yang Mahakuasa, kalau Ia berfirman.
(10:6) Ia memerintahkan kepada orang yang berpakaian lenan itu: "Ambillah api dari tengah-tengah roda-rodanya, dari tengah-tengah kerub itu!" Maka yang berpakaian lenan ini pergi berdiri di samping salah satu dari roda-roda itu.

Seruan ini betapa dahsyatnya, memberi sukacita yang besar, kalau melayani dalam sistim kekudusan. Alas ambang pintu bergoyang karena seruan 4 makhluk tersebut setara dengan suara Allah yang Maha Kuasa kalau Ia berfirman. Dan itu telah kita lihat pada waktu Allah turun di atas gunung Sinai, bangsa Israel ketakutan sampai bangsa Israel memohon kepada Musa; engkau saja yang berfirman, berkata-kata kepada kami, supaya kami jangan mati. Seruan, demi seruan, sanggup menggetarkan hati, dan getaran itu di dalam sukacita yang penuh.

b.     “Bait suci Allah penuh dengan asap”, berbicara tentang penyerahan diri secara total kepada Tuhan.
Wahyu 8:3-4
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu.
(8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.

Asap yang naik à doa penyembahan dari orang-orang kudus.
Penuh dengan asap itu berbicara penyerahan diri kepada Tuhan secara total, lewat doa penyembahan, sedangkan ukuran lamanya penyembahan itu adalah selama satu jam sesuai dengan Matius 26, kalau lebih dari pada itu bagus tetapi jangan sampai kurang.
Ayo, rumah kita masing-masing harus penuh dengan asap, jangan ada asap asing dan api asing, tidak ada asap kalau tidak ada api.
Biarlah api Roh Kudus menggetarkan / membakar hati kita ini sampai nanti ada doa penyembahan, sampai kita dimampukan di dalam penyerahan diri secara total lewat doa penyembahan.

Wahyu 5:8
(5:8) Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.

Di sini kita melihat, di hadapan Anak Domba itu 24 tua masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, itulah pujian dan penyembahan dari orang-orang kudus.
Rumah kita masing-masing harus penuh dengan asap, jangan ada api asing, asap asing.

Wahyu 4:8-10
(4:8) Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."
(4:9) Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya,
(4:10) maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata:
(4:11) "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan."

Ketika empat makhluk berseru; “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa” dalam kesempatan yang lain 24 tua-tua tersungkur di hadapan takhta Allah dan takhta Anak Domba Allah, mereka sujud menyembah Dia. Kalau kita melayani Tuhan, memuliakan Tuhan berarti disitu ada hormat, ada puji-pujian bagi Allah, ada ucapan syukur kepada Tuhan; Dia Raja alam semesta, Dia Raja segala zaman; Dia Raja segala raja.

Luar biasa, betapa Tuhan mengajarkan kita lewat pribadi dari empat makhluk ini, teladan mereka, pengalaman hidup mereka menjadi guru yang terbaik bagi kita.
Rumah Tuhan harus penuh dengan asap (dalam doa penyembahan).

Mari kita lihat siapa yang disembah.
Wahyu 4:10
(4:10) maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata:

24 tua-tua menyembah Allah yang hidup, bukan menyembah allah yang mati. Jadi kalau kita melayani Allah di dalam sistim kekudusan nanti rumah Tuhan penuh dengan asap, orang lain rumahnya juga penuh dengan asap, penuh dengan kemuliaan.
Kalau rumah penuh dengan asap, bebas dari berhala-berhala sebab mereka menyembah Allah yang hidup. Di mulai dari rumah kita masing-masing, nanti rumah-rumah yang lain penuh dengan asap dan mereka juga akan menyembah Allah yang hidup bukan lagi menyembah allah yang mati, tidak menyembah berhala. Berhala adalah segala sesuatu yang melebihi dari Tuhan, bisa saja itu uang, pekerjaan, anak, isteri, kalau itu lebih dari Tuhan, itu berhala.

Selain lepas dari penyembahan berhala, kemudian di sini kita perhatikan; “mereka melemparkan mahkota itu di hadapan takhta itu.”
Menyembah Allah yang hidup jauh lebih berarti dari kemuliaan yang datangnya dari bumi.
Saya tidak larang saudara kuliah dan mengejar cita-citamu, tetapi itu bukan mahkotamu. Puji-pujian hanya bagi Dia, kemuliaan, hormat bagi Dia untuk selama-lamanya.

Apa buktinya Anak Domba adalah Allah yang hidup? Dia telah disembelih, darah-Nya tercurah, menebus dosa manusia. Sedangkan allah yang mati tidak punya darah untuk menebus dosa manusia. Kita ditebus dari perbuatan yang sia-sia itulah dosa  yang diwariskan dari nenek moyang bukan dengan barang yang fana, emas, perak, tetapi dengan darah yang mahal. Tetapi masih banyak orang menyembah allah yang mati, rumahnya belum penuh dengan asap, mungkin ada asap tetapi karena api asing, karena apa? Karena roh najis.
Ini yang terus saya gumuli supaya rumah jasmani dan rohani ku penuh dengan asap, rumah orang lain juga penuh dengan asap. Amin.

Tuhan yesus kristus kepala gereja mempelai sorga memberkati


Pemberita firman oleh;
Gembala sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang









No comments:

Post a Comment