KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Sunday, December 11, 2016

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 02 DESEMBER 2016


IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 02 DESEMBER 2016


Subtema: PEMBELAAN TUHAN NYATA BAGI ORANG YANG MENGANDALKAN-NYA.

Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera, salam di dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus. Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita dapat kembali melangsungkan Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci pada malam hari ini.

Segera kita perhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari kitab Maleakhi.
Maleakhi 4: 1
(4:1) Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka.

Terlebih dahulu kita perhatikan kalimat: “Bahwa sesungguhnya hari itu datang.
Ini berbicara tentang kedatangan Yesus Kristus untuk yang kedua kalinya ke bumi, dimana Ia akan tampil sebagai Raja yang berkuasa untuk menghakimi semua bangsa = hari penghakiman.
Sebagai gambaran dari hari penghakiman: “Menyala seperti perapian”, maka yang akan terbakar pada hari penghakiman itu adalah jerami.
Jerami adalah batang padi/gandum yang kering sesudah dituai -> kerohanian yang kering-kering = tidak berbuah = tidak dapat berbuat apa-apa -> seseorang yang hidup tanpa persekutuan dengan Tuhan atau hatinya jauh dari Tuhan.
Kalau tidak ada persekutuan yang indah dengan Tuhan, seperti ranting tidak melekat pada pokoknya, sehingga ranting tidak menghasilkan buah, kering-kering, sudah dekat dengan kutuk pembakaran.

Pertanyaannya: SIAPAKAH YANG DISEBUT DENGAN JERAMI?
Yaitu semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik.

Keterangan: ORANG FASIK.
Maleakhi 3: 15B
(3:15) Oleh sebab itu kita ini menyebut berbahagia orang-orang yang gegabah: bukan saja mujur orang-orang yang berbuat fasik itu, tetapi dengan mencobai Allah pun, mereka luput juga."
Bukan saja mujur orang-orang yang berbuat fasik itu, tetapi dengan mencobai Allah pun, mereka luput juga”, inilah faham yang dianut oleh orang-orang fasik, suka mencobai Tuhan.

Saya tambahkan sedikit;
-       Orang-orang yang bersungut-sungut di dalam kesesakan, juga disebut mencobai Tuhan.
-       Mengandalkan manusia dan kekuatannya sendiri, itu juga disebut mencobai Tuhan.

Mazmur 10: 4
(10:4) Kata orang fasik itu dengan batang hidungnya ke atas: "Allah tidak akan menuntut! Tidak ada Allah!", itulah seluruh pikirannya.
Kata orang fasik itu dengan batang hidungnya ke atas: “Allah tidak akan menuntut! Tidak ada Allah!”, itulah seluruh pemikiran dari orang-orang fasik, sehingga wajar saja, mereka tidak segan-segan untuk mencobai Tuhan, mereka tidak takut untuk mencobai Tuhan.

Orang fasik dikaitkan dengan pribadi Saul.
1 Samuel 24: 12-13
(24:12) Lihatlah dahulu, ayahku, lihatlah kiranya punca jubahmu dalam tanganku ini! Sebab dari kenyataan bahwa aku memotong punca jubahmu dengan tidak membunuh engkau, dapatlah kauketahui dan kaulihat, bahwa tanganku bersih dari pada kejahatan dan pengkhianatan, dan bahwa aku tidak berbuat dosa terhadap engkau, walaupun engkau ini mengejar-ngejar aku untuk mencabut nyawaku.
(24:13) TUHAN kiranya menjadi hakim di antara aku dan engkau, TUHAN kiranya membalaskan aku kepadamu, tetapi tanganku tidak akan memukul engkau;

Bagian dari perkataan Daud kepada Saul: “Walaupun engkau ini mengejar-ngejar aku untuk mencabut nyawaku.” Pendeknya, Saul berusaha untuk membunuh Daud.

1 Samuel 24: 14
(24:14) seperti peribahasa orang tua-tua mengatakan: Dari orang fasik timbul kefasikan. Tetapi tanganku tidak akan memukul engkau.

Kemudian, perkataan Daud kepada Saul: “Dari orang fasik timbul kefasikan.” Perkataan ini menunjukkan bahwa Saul adalah orang fasik.
Kefasikan, antara lain; kejahatan, ketidakbenaran, tidak timbul dari salib, tetapi kebenaran dan keadilan datang dari salib, dan dusta tidak datang dari salib, melainkan datang dari orang fasik.
Jadi, sepandai-pandainya seseorang menutup-nutupi dosa kejahatannya yaitu kefasikannya, suatu kali nanti, dosa itu akan muncul ke permukaan, apabila orang fasik tidak segera bertobat.
Ini harus dipahami dengan baik.

Bukti-bukti kefasikan Saul (seri kefasikan Saul yang keempat bagian D)
1 Samuel 18: 6-8
(18:6) Tetapi pada waktu mereka pulang, ketika Daud kembali sesudah mengalahkan orang Filistin itu, keluarlah orang-orang perempuan dari segala kota Israel menyongsong raja Saul sambil menyanyi dan menari-nari dengan memukul rebana, dengan bersukaria dan dengan membunyikan gerincing;
(18:7) dan perempuan yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: "Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa."
(18:8) Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya, sebab pikirnya: "Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itu pun jatuh kepadanya."

Saul benci kepada Daud setelah ia mendengarkan nyanyian berbalas-balasan dari perempuan-perempuan yang menari-nari. Adapun bunyi nyanyian dari perempuan yang menari-nari itu adalah “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa.

Kita lihat KEBENCIAN.
1 Yohanes 3: 15
(3:15) Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.
Setiap orang yang membenci saudaranya adalah seorang pembunuh manusia.
Persamaannya; dosa membenci setara dengan dosa membunuh.
Banyak orang seringkali jengkel, marah, melihat seorang pembunuh. Apalagi korbannya itu dibunuh dengan sadis, dimutilasi, bagian-bagian tubuh dipotong-potong. Tetapi pernahkah kita sadari ketika kita benci kepada seseorang, sesungguhnya itu adalah dosa yang sama/dosa yang setara dengan dosa membunuh?
Kita hanya bisa melihat kekurangan orang lain.
Perlu untuk diketahui; tidak ada seorang pembunuh memiliki hidup yang kekal. Oleh sebab itu hati-hati dalam hal dosa  membenci, hal ini harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh.

1 Samuel 18: 9
(18:9) Sejak hari itu maka Saul selalu mendengki Daud.
Sejak hari itu” maksudnya, sejak mendengar nyanyian perempuan-perempuan yang menari-nari itu, maka Saul selalu mendengki Daud.
Dengki, artinya; menaruh perasaan marah dan benci karena iri hati melihat keberhasilan orang lain. Itu bisa kita lihat dari perkataan Saul: “Akhir-akhirnya jabatan raja itu pun jatuh kepadanya.
Sebelum ada nyanyian berbalas-balasan dari perempuan-perempuan yang menari-nari itu, Saul tidak membenci, tidak mendengki Daud, tetapi sejak mendengar itu, Saul mendengki Daud.

Sebagai pembuktian;
1 Samuel 18: 10-11
(18:10) Keesokan harinya roh jahat yang dari pada Allah itu berkuasa atas Saul, sehingga ia kerasukan di tengah-tengah rumah, sedang Daud main kecapi seperti sehari-hari. Adapun Saul ada tombak di tangannya.
(18:11) Saul melemparkan tombak itu, karena pikirnya: "Baiklah aku menancapkan Daud ke dinding." Tetapi Daud mengelakkannya sampai dua kali.

Pada saat Saul kerasukan roh jahat, ia berusaha membunuh dengan melemparkan tombaknya kepada Daud.
Tetapi saat tombak itu dilempar, Daud mengelak dua kali, berarti menghindar dari kematian, namun Saul tidak habis akal, dia berupaya mencari jalan supaya keinginannya untuk membunuh Daud terwujud, itu bisa kita lihat di dalam 1 Samuel 18: 13-27, Saul dengan siasat buruknya berusaha untuk membunuh Daud.
Ada dua siasat buruk Saul untuk membunuh Daud;
1.     Saul mengangkat Daud sebagai kepala pasukan seribu, maksudnya supaya Daud mati di tangan tentara orang Filistin.
2.     Saul memberikan Mikhal, anak perempuannya, kepada Daud, tetapi sebagai jerat. Tujuannya; supaya tangan orang Filistin juga membunuh Daud.

Tetapi kita lihat ayat 28 ...
1 Samuel 18: 28
(18:28) Lalu mengertilah Saul dan tahulah ia, bahwa TUHAN menyertai Daud, dan bahwa seluruh orang Israel mengasihi Daud.

Tuhan melepaskan Daud dari maut, dari niat-niat jahat Saul untuk membunuh Daud, sebab Tuhan menyertai Daud. Bahkan orang Israel pun mengasihi Daud.

1 Samuel 19: 1
(19:1) Saul mengatakan kepada Yonatan, anaknya, dan kepada semua pegawainya, bahwa Daud harus dibunuh. Tetapi Yonatan, anak Saul, sangat suka kepada Daud,
Saul dengki kepada Daud, berarti keinginan Saul membunuh Daud kuat sekali.
Maka dalam 1 Samuel pasal 19 ini, Saul menyampaikan kepada Yonatan (anaknya), dan kepada semua pegawainya, bahwa Daud harus dibunuh.

1 Samuel 19: 4-5
(19:4) Lalu Yonatan mengatakan yang baik tentang Daud kepada Saul, ayahnya, katanya: "Janganlah raja berbuat dosa terhadap Daud, hambanya, sebab ia tidak berbuat dosa terhadapmu; bukankah apa yang diperbuatnya sangat baik bagimu!
(19:5) Ia telah mempertaruhkan nyawanya dan telah mengalahkan orang Filistin itu, dan TUHAN telah memberikan kemenangan yang besar kepada seluruh Israel. Engkau sudah melihatnya dan bersukacita karenanya. Mengapa engkau hendak berbuat dosa terhadap darah orang yang tidak bersalah dengan membunuh Daud tanpa alasan?"

Setelah mendengarkan pernyataan itu, Yonatan berusaha menyadarkan Saul ayahnya dengan menceritakan hal ihwal Daud kepada Saul, yaitu bahwa;
1.     Daud tidak berbuat dosa kepada Saul, bahkan pada 1 Samuel 24 pun ada kesempatan bagi Daud untuk membunuh Saul, tetapi Daud tidak lakukan itu.
2.     Daud telah mempertaruhkan nyawanya terhadap orang Filistin dan mengalahkan orang Filistin karena Tuhan memberi kemenangan besar bagi orang Israel.
Dampak kemenangan yang diberikan oleh Daud: Saul bersukacita karena kemenangan itu.

1 Samuel 19: 6
(19:6) Saul mendengarkan perkataan Yonatan dan Saul bersumpah: "Demi TUHAN yang hidup, ia tidak akandibunuh."

Saul mendengarkan perkataan Yonatan, anaknya, dan ia pun bersumpah demi Tuhan, bahwa Daud tidak akan dibunuh. Saul bersumpah demi nama Tuhan di hadapan Yonatan, anaknya.

Kita lihat ayat 7-8, setelah Saul disadarkan.
1 Samuel 19: 7-8
(19:7) Lalu Yonatan memanggil Daud dan Yonatan memberitahukan kepadanya segala perkataan itu. Yonatan membawa Daud kepada Saul dan ia bekerja padanya seperti dahulu.
(19:8) Ketika perang pecah pula, maka majulah Daud dan berperang melawan orang Filistin; ia menimbulkan kekalahan besar di antara mereka, sehingga mereka melarikan diri dari depannya.

Setelah Saul bersumpah, Yonatan membawa Daud kembali dan memberitahukan janji Saul, ayahnya, bahwa Daud tidak akan dibunuh.
Kemudian dibawalah Daud kepada Saul untuk mengabdi, bahkan ketika perang pecah, Daud mengalahkan Filistin dengan kekalahan yang besar.
Ini adalah perhatian Daud kepada Saul. Daud luar biasa, dia setia, dan dia tidak mau membalas kejahatan dengan kejahatan, dua tangannya tidak digunakan untuk melakukan kejahatan, karena dia sadar, bahwa dia adalah seorang raja, dia seorang pemimpin, dia seorang hamba Tuhan, dia harus menggunakan dua tangannya untuk melayani Tuhan, dua tangannya bersih, dua tangan Daud cakap. Dua tangan Daud terbuka untuk melayani Tuhan.

Sekarang pertanyaannya; APAKAH JANJI SAUL DI HADAPAN YONATAN DIPEGANG TEGUH ATAU TIDAK?
1 Samuel 19: 10
(19:10) Lalu Saul berikhtiar menancapkan Daud ke dinding dengan tombaknya, tetapi Daud mengelakkan tikaman Saul, sehingga Saul mengenai dinding dengan tombak itu. Sesudah itu Daud melarikan diri dan luputlah ia pada malam itu.

Saul berikhtiar membunuh Daud dengan tombaknya, namun Daud mengelak dan melarikan diri dari Saul.
Kesimpulannya; dalam hal ini Saul tidak menepati sumpahnya di hadapan Tuhan, dia tidak berpegang teguh terhadap janjinya/sumpahnya.

Matius 5:33-37
(5:33) Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.
(5:34) Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah,
(5:35) maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar;
(5:36) janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun.
(5:37) Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.


Firman Tuhan kepada kita: “Janganlah bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.
Maksudnya ialah, jika ya, hendaklah mengatakan ya, sebaliknya jika tidak, hendaklah katakan tidak, apapun resikonya, sebab apa yang lebih dari pada itu berasal dari pada si jahat.
Jadi, ya di atas ya, tidak di atas tidak. Jangan sampai ditambahkan, dikurangkan. Jangan sampai diubah-ubah, sebab lebih dari pada itu berasal dari si jahat. Berarti, Saul berasal dari si jahat. Dia mengingkari perjanjiannya, sumpahnya di hadapan Tuhan.
Hati-hati, jangan suka menambahkan perkataan, jangan suka mengurangkan perkataan, jangan mengarang-ngarang, jangan mengada-ngada. Orang yang mengurangkan dan menambahkan suatu perkara/peristiwa, menunjukkan bahwa ia berasal dari si jahat.

Kalimat sebelumnya; “Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita.
Kita sudah banyak dengar firman Allah, yang telah memberi pengertian tentang kebenaran dan mendapat kesempatan untuk melayani Tuhan, oleh sebab itu, segala sesuatu perlu untuk diperhatikan, jangan biasakan diri bersumpah palsu.
Pendeknya; Saul berasal dari si jahat.

Yohanes 8: 44
(8:44) Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.
Iblis (si jahat) adalah pendusta dan bapa segala dusta.
Berarti, kalau seseorang suka berdusta, dia adalah anak Iblis, dan ia berasal dari si jahat.

Saya tambahkan sedikit; yang berjanji, belajar untuk menepati janji, jangan suka memutar balik fakta (ya berubah menjadi tidak).
Janganlah sekali-kali bersumpah, baik;
-       Demi langit (cakrawala), karena langit adalah takhta Allah, di situ ada kebenaran, artinya  kalau mengingkari sumpah, merusak kebenaran.
-       Demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki Tuhan (jejak), artinya kalau mengingkari sumpah, tidak dapat mengikuti jejak-jejak yang ditinggalkan oleh Tuhan, tidak bisa mengikuti contoh teladan Tuhan.
-       Demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota raja besar, pusat kerajaan damai, tempat kita beribadah dan melayani.
Kalau kita mengingkari sumpah (mengingkari janji), maka sama dengan kita merusak ibadah dan pelayanan, sehingga jangan heran dunia akan mempersalahkan ibadah dan pelayanan dari anak-anak Tuhan.
-       Demi kepala, karena kita tidak berhak menghitamkan atau memutihkan sehelai rambut di kepala.
Kepala -> pribadi Yesus Kristus. Dia yang berkuasa untuk menyelamatkan tubuh (menghitamkan dan memutihkan rambut).

Sekali lagi saya tandaskan;  Ya di atas ya, tidak di atas tidak, apapun resikonya, apapun sanksinya. Jangan diubah-ubah, sebab lebih dari pada itu berasal dari si jahat. Dan Saul memang berasal dari si jahat, sudah terlihat karakter, tabiat dari si jahat, pembunuh manusia sejak semula, sejak di taman Eden, dengan cara memutar balik fakta kebenaran, firman Allah terlebih dahulu dipelintir, karena Iblis tidak hidup dalam kebenaran juga adalah bapa pendusta.
Itu sebabnya Saul mudah sekali mengingkari perjanjiannya, ia tidak berpegang pada sumpahnya. Sebetulnya, tidak perlu pakai sumpah, baik demi ini dan itu.

Bukti bahwa Saul berasal dari si jahat (anak Iblis).
1 Samuel 19: 9
(19:9) Tetapi roh jahat yang dari pada TUHAN hinggap pada Saul, ketika ia duduk di rumahnya, dengan tombaknya di tangannya; dan Daud sedang main kecapi.
Kalimat: “Tetapi roh jahat yang dari pada TUHAN hinggap pada Saul” = dikuasai oleh roh jahat, menunjukkan bahwa Saul berasal dari si jahat, bahkan ia adalah anak si jahat, benih yang dilahirkan dari si jahat.

1 Samuel 16: 14
(16:14) Tetapi Roh TUHAN telah mundur dari pada Saul, dan sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang dari pada TUHAN.

Seseorang akan kehilangan Roh Tuhan dan tabiat-tabiat Roh Tuhan itu sendiri, apabila seseorang dikuasai oleh si jahat.
Ada tujuh tabiat Roh Kudus;
1.     Penolong (Yohanes 14:16).
2.     Menyertai (Yohanes 14:17).
3.     Penghibur (Yohanes 14:26).
4.     Mengajar (Yohanes 14:26).
5.     Mengingatkan (Yohanes 14:26).
6.     Menginsafkan dunia akan dosa (Yohanes 16:8).
7.     Memimpin (Yohanes 16:13).
Saul kehilangan Roh Tuhan, karena ia berasal dari si jahat, anak yang dilahirkan dari benih si jahat.
Itu sebabnya pada diri Saul terlihat karakter si jahat, berusaha membunuh Daud.
Kalau kita kehilangan Roh Tuhan, tidak ada artinya kita melayani Tuhan. Pendeknya, tidak ada artinya dia hidup. Daging atau tubuh itu mati, Rohlah yang memberi kehidupan.
Jadi, kalau seseorang tidak memiliki Roh Tuhan = mayat hidup; binasa, sebelum dihakimi.
Saul ada di dalam kegiatan Roh, diangkat menjadi raja, dan terlebih dahulu diurapi, tetapi tidak memberi diri dipimpin oleh Roh, tidak terlihat tujuh tabiat/karakter Roh Kudus, sama seperti orang dunia; hidup tetapi mati (mayat hidup).
Jangan terpaksa beribadah, jangan terpaksa melayani Tuhan, jangan terpaksa berkorban. Kita ini sekarang berada dalam kegiatan Roh, baiklah ia memberi diri dipimpin Roh.

Karunia-karunia Roh Kudus, adalah harta yang indah (perhiasan rohani). Kumpulkan hartamu di sorga, sebab orang yang mengumpulkan harta di bumi, ngengat dan karat akan merusaknya, binasa. Jadi, jangan bangga melihat orang kaya di luaran sana tetapi jauh dari kegiatan Roh.
Banggalah terhadap kemurahan Tuhan karena sekarang berada dalam kegiatan Roh.

Kita akan melihat ...
Tabiat Roh Kudus yang keempat adalah mengajar tentang segala sesuatu dan pengajarannya itu benar, tidak dusta. Sebaliknya, Iblis adalah pendusta.

Tabiat Roh Kudus yang keenam adalah mengisafkan dunia akan dosa. Sebaliknya, Iblis tidak menginsafkan dunia akan dosa, justru  menimbulkan dosa dan mengingatkan dosa untuk diulangi, seperti yang dilakukan oleh Saul.
1 Samuel 18: 10-11, Saul berusaha membunuh Daud dengan tombaknya. Dan untuk yang kedua kali, Saul berusaha membunuh Daud dengan tombaknya, namun Daud melarikan diri...1 Samuel 19:9-10.
Jadi sudah bertolak belakang dengan tabiat Roh Kudus yang keenam.

1 Samuel 19: 9
(19:9) Tetapi roh jahat yang dari pada TUHAN hinggap pada Saul, ketika ia duduk di rumahnya, dengan tombaknya di tangannya; dan Daud sedang main kecapi.
Daud sedang main kecapi, tetapi justru Saul berikhtiar untuk membunuh Daud dengan tombaknya.
Jadi, pekerjaan Iblis/Setan bertolak belakang dengan tabiat Roh Kudus yang keenam.

Kita lihat dahulu sejenak mengenai kecapi.
Wahyu 5: 8-9
(5:8) Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.
(5:9) Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: "Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.

Empat makhluk dan dua puluh empat tua-tua, masing-masing memegang satu kecapi, selanjutnya mereka menyanyikan suatu nyanyian baru.
Jadi memang alat musik petik seperti kecapi, pasti digunakan untuk mengiringi orang yang bernyanyi. Pendeknya, ada kecapi, ada nyanyian.

Wahyu 14: 2-3
(14:2) Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya.
(14:3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.

Tidak ada seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain mereka yang menyanyikannya, yaitu 144.000 orang yang telah ditebus dari bumi.
Kesimpulannya; nyanyian baru adalah hubungan intim antara tubuh dengan kepala, berarti ada persekutuan yang indah dengan Tuhan.
Suami isteri, apabila hubungan mereka intim, di situ akan terdengar nyanyian baru, perkataan baru. Perkataan yang lama tidak akan terlihat dan tidak akan terdengar di situ, tidak ada di situ bahasa-bahasa yang kotor, tidak ada di situ bahasa-bahasa yang buruk, tidak ada di situ bahasa-bahasa yang sifatnya menyakiti hati. Yang ada adalah nyanyian baru, perkataan yang baru kalau hubungan itu intim.
Kalau hubungan kita intim dengan Tuhan, di situ ada nyanyian baru. Tidak ada orang yang dapat memahami nyanyian baru, tidak ada orang yang dapat mempelajari nyanyian baru, selain orang yang melangsungkan hubungan intim itu sendiri dengan Tuhan.
Oleh sebab itu, kita tidak boleh ingin mengetahui hubungan nikah  (intim suami isteri) orang lain, karena itu adalah roh najis, hormati nikah.
Saya adalah hamba Tuhan yang menerima jabatan gembala, sekaligus bapa rohani, sedangkan sidang jemaat, adalah anak rohani saya. Isteri saya adalah ibu gembala saudara. Hormati nikah rumah tangga gembalamu. Ruben adalah anak sulung tetapi tidak memiliki kelebihan. Kemudian, Ham mempermalukan bapanya, sehingga akhirnya diinjak-injak, itulah Kanaan. Oleh sebab itu, hormati nikah, tidak perlu kita ingin tahu lebih dalam tentang nikah orang lain, sebab itu adalah pekerjaan dari roh najis.

1 Korintus 14: 2
(14:2) Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia.
Ketika seseorang berbahasa lidah, itulah yang disebut dengan nyanyian baru, menunjukkan bahwa dia sedang melangsungkan hubungan intim dengan Tuhan. Tidak seorang pun dapat mengetahui, bahasa lidah (bahasa roh), kecuali orang yang sedang melangsungkan hubungan intim itu dengan Tuhan.

Tujuan Daud main kecapi (melangsungkan hubungan intim)
1 Samuel 16: 14-16
(16:14) Tetapi Roh TUHAN telah mundur dari pada Saul, dan sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang dari pada TUHAN.
(16:15) Lalu berkatalah hamba-hamba Saul kepadanya: "Ketahuilah, roh jahat yang dari pada Allah mengganggu engkau;
(16:16) baiklah tuanku menitahkan hamba-hambamu yang di depanmu ini mencari seorang yang pandai main kecapi. Apabila roh jahat yang dari pada Allah itu hinggap padamu, haruslah ia main kecapi, maka engkaumerasa nyaman."

Daud dipanggil untuk main kecapi di hadapan Saul, tujuannya hanya untuk menghibur Saul.
Apabila Saul dirasuki oleh roh jahat, maka Daud harus memetik kecapi (nyanyian baru), supaya ia merasa nyaman, merasa lega, terjadi kelepasan.
Tetapi Saul justru hendak membunuh Daud, hal ini diluar akal sehat? Daud hendak berusaha menolong Saul, tetapi Saul hendak membunuh Daud sang penolong, Saul tidak memiliki akal sehat.
Itu seringkali terjadi dialami oleh anak-anak Tuhan. Salib bermaksud untuk menolong kita, tetapi seringkali kita bersungut-sungut karena Salib. Daud adalah pribadi yang memikul Salib, tetapi Saul tidak menghargai itu.
Apa yang dilakukan Daud itu dasarnya adalah Salib. Untuk menyalakan pelita, maka apinya berasal dari mezbah korban bakaran. Sampai membakar ukupan di atas mezbah juga apinya dari mezbah korban bakaran. Tetapi Saul tidak menghargai salib, tidak menghargai kemurahan Tuhan, tidak menghargai kasih karunia.

Wahyu 14: 3
(14:3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.
Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan:
-       Di hadapan takhta menunjukkan bahwa mereka memuliakan Tuhan.
-       Di hadapan empat makhluk, sehingga pada akhirnya empat makhluk tidak henti-hentinya berseru siang dan malam (Wahyu 4: 8), empat makhluk senantiasa memuliakan Tuhan.
-       Di hadapan dua puluh empat tua-tua, sampai pada akhirnya kita melihat dua puluh empat tua-tua menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya (Wahyu 4: 10).
Kalau kita senantiasa memuliakan Tuhan siang dan malam seperti empat makhluk juga mengambil posisi rendah di bawah kaki Tuhan (sujud menyembah Tuhan) seperti dua puluh empat tua-tua, itu akan membuat hidup kita merasa nyaman.
Ketika kita tersungkur, tercampak di kaki Tuhan, persis seperti pujian yang kita angkat: “Di kaki-Mu kutercampak penuh dosa. Hukuman dan kematian menantikanku. Penuh kasih Kau tuliskan firman di hatiku. Kau mengampuniku dan berkata: Jangan berbuat lagi
Pendeknya, tujuan Daud menghibur Saul adalah supaya Saul merasa nyaman, bebas dari roh jahat, tetapi Saul tidak menghargai kasih karunia, karena Saul tidak mengerti rencana Tuhan, sebab ia tidak memiliki akal sehat.
Kita semua dipakai Tuhan untuk menjadi alat kemuliaan, juga membawa diri kita rendah di kaki Tuhan tujuannya, untuk membebaskan kita dari roh jahat, kalau kita sudah dilepaskan, rasa nyaman akan kita alami. Sesungguhnya, dosalah yang membuat seseorang menderita  dan sengsara, salib tidak pernah membuat kita susah, dosa yang membuat kita susah.
Yang letih lesu dan berbeban berat (yang ditimbulkan dosa), pikullah kuk/salib untuk mendapat kelegaan, seperti Daud menghibur Saul, tujuannya untuk memberi rasa nyaman.

Yesaya 28: 11-12
(28:11) Sungguh, oleh orang-orang yang berlogat ganjil dan oleh orang-orang yang berbahasa asing akan berbicara kepada bangsa ini
(28:12) Dia yang telah berfirman kepada mereka: "Inilah tempat perhentian, berilah perhentian kepada orang yang lelah; inilah tempat peristirahatan!" Tetapi mereka tidak mau mendengarkan.

Saul tidak mau mendengarkan perkataan-perkataan orang-orang yang berlogat ganjil, Saul tidak menghargai Daud saat memetik kecapi di hadapannya.
Tujuan Daud menghibur adalah untuk memberi hari perhentian bagi yang lelah karena beban dosa, tetapi Saul justru memburu Daud. Sesungguhnya kemurahan Tuhan besar sekali kepada Saul, sekalipun Allah telah menolak Saul dua kali karena dua kali kesalahan fatal yang dilakukan oleh Saul, tetapi Tuhan masih kirim Daud, itu adalah kasih karunia, tetapi Saul tidak mau menghargai orang-orang yang berlogat ganjil, tidak menghargai kemurahan Tuhan, tidak menghargai hari perhentian, suatu kebodohan, tindakan yang keliru dari Saul, itu membahayakan dirinya.

Yesaya 28: 13
(28:13) Maka mereka akan mendengarkan firman TUHAN yang begini: "Harus ini harus itu, mesti begini mesti begitu, tambah ini tambah itu!" supaya dalam berjalan mereka jatuh telentang, sehingga luka, tertangkap dan tertawan.

Orang yang tidak menghargai hari perhentian, tidak menghargai hubungan intim dengan Tuhan, akan mengalami tiga hal, yaitu:
1.     Tertangkap dan tertawan = masih terikat dengan dosa.
Bertolak belakang dengan tabiat Roh Kudus yang pertama, yaitu penolong (Yohanes 14: 16).
2.     Supaya dalam berjalan mereka jatuh telentang, berarti; tidak berdaya.
Bertolak belakang dengan tabiat Roh Kudus yang kedua, yaitu menyertai (Yohanes 14: 17).
3.     Sehingga luka-> orang yang menderita.
Bertolak belakang dengan tabiat Roh Kudus yang ketiga, yaitu penghibur (Yohanes 14: 26).
Jadi kita sudah melihat tabiat-tabiat dari Iblis si jahat, bertolak belakang dengan tabiat Roh Kudus.

Tabiat Roh Kudus yang kelima adalah mengingatkan (Yohanes 14: 26), sebaliknya Saul (yang adalah anaknya Iblis)  melupakan segala kebaikan-kebaikan Daud = tidak menghargai kasih karunia Allah lewat salib Kristus.
Itu adalah pekerjaan Iblis; melupakan kebaikan Tuhan, melupakan kemurahan Tuhan. Kalau kita lupa kemurahan Tuhan, yang kita ingat nanti adalah kebaikan diri sendiri, ada yang lebih parah, mengingatkan seseorang untuk mengungkit-ungkit kesalahan orang lain.

Kesimpulannya; kalau hidup di dalam kuasa si jahat atau bertabiatkan kuasa si jahat, akan menuju kepada kebinasaan.

Jalan keluarnya.
1 Samuel 19: 11-17
(19:11) Kemudian Saul mengirim orang-orang suruhan ke rumah Daud untuk mengamat-amatinya dan untuk membunuh dia pada waktu pagi. Tetapi Mikhal, isteri Daud, memberitahukan kepadanya, demikian: "Jika engkau tidak dapat meluputkan dirimu malam ini, maka besok engkau akan dibunuh."
(19:12) Lalu Mikhal menurunkan Daud dari jendela, ia pergi melarikan diri dan luputlah ia.
(19:13) Sesudah itu Mikhal mengambil terafim dan menaruhnya di tempat tidur; ditaruhnya sehelai tenunan bulu kambing di bagian kepala dan ditutupinya dengan selimut.
(19:14) Lalu Saul mengirim orang-orang suruhan untuk mengambil Daud, tetapi perempuan itu berkata: "Ia sakit."
(19:15) Sesudah itu Saul mengirim orang-orang suruhan itu untuk melihat Daud, katanya: "Bawalah dia di atas tempat tidur itu ke mari, supaya ia dibunuh."
(19:16) Lalu masuklah para suruhan itu ke dalam, dan tampaklah ada terafim di tempat tidur dengan sehelai tenunan bulu kambing di bagian kepala.
(19:17) Berkatalah Saul kepada Mikhal: "Mengapa engkau menipu aku demikian itu dan melepas musuhku pergi, sehingga ia luput?" Tetapi jawab Mikhal kepada Saul: "Ia berkata kepadaku: Biarkanlah aku pergi, apa perlunya aku membunuh engkau?"

Daud luput/lepas dari kematian, melarikan diri dari rumahnya.
Kalau kita mengetahui bahwa tempat dimana kita berdiri, tempat dimana kita berada akan mempengaruhi kerohanian kita sampai mematikan kerohanian kita, tinggalkan itu supaya jangan binasa. Lepaskan diri dari situ jangan bertahan.
Saya tambahkan sedikit; yang lebih rohani, kita atau Lot? Tentu Lot. Tetapi Lot saja bisa dipengaruhi oleh Sodom dan Gomora, apalagi kita? Kita tidak ada seujung kukunya. Tidak perlu menggunakan alasan untuk menyelamatkan jiwa. Kembalilah kepada firman. Kalau tempat itu membawa kepada kematian, tinggalkan.
Jangan sampai kita hidup karena uang, hidup karena kekayaan, itu adalah mayat hidup. Tetapi bila karena sangkal diri, pikul salib kita harus kehilangan nyawa, itu adalah hidup, itulah yang benar. Ini adalah langkah Daud yang luar biasa yang harus kita ikuti dan perhatikan.

1 Samuel 19: 18
(19:18) Setelah Daud melarikan diri dan luput, sampailah ia kepada Samuel di Rama dan memberitahukan kepadanya segala yang dilakukan Saul kepadanya. Kemudian pergilah ia bersama-sama dengan Samuel dan tinggallah mereka di Nayot.

Pada saat Daud melepaskan diri dari Saul (meluputkan diri dari kematian itu), ada dua tindakan Daud, yaitu:
1.     Daud datang menjumpai Samuel.
Kita memiliki bapa jasmani, tetapi lebih dari pada itu masih ada bapa rohani, karena bapa jasmani belum tentu rohani. Hal yang rohani hanya bisa diselesaikan oleh bapa rohani, datanglah kepada bapa rohani. Tetapi masih ada lagi di atasnya, yaitu Bapa Sorgawi. Dalam menghadapi masalah situasi yang begitu pelik, berat, datanglah kepada Bapa, jangan datang kepada yang lain-lain. Apalagi mau mengandalkan manusia dan kekuatannya sendiri, menunjuk kepada kerohanian yang kering-kering (tidak berbuah).
Yesus adalah Gembala Agung, telah menunjuk gembala kecil (bapa rohani). Tetapi kalau seseorang coba-coba mengandalkan kekuatannya sendiri, itu tidak akan menyelesaikan masalah, justru memperbesar masalah, inilah yang disebut denagn letih lesu, beban berat.

2.     Ceritakan segala persoalanmu kepada Tuhan, Bapa di sorga.
Jadi, setelah tiba kepada Samuel, Daud langsung menceritakan segala sesuatunya kepada Samuel. Berarti Daud tidak bertindak sendiri, dia tidak menyelesaikan masalahnya dengan caranya, kemampuannya, dengan kekuatannya, tetapi dia menyerahkan segala persoalannya kepada Tuhan. Datang kepada Bapa di sorga, dan menceritakan segala sesuatunya kepada Tuhan. Malam ini kita datang kepada Tuhan membawa segala persoalan kepada Tuhan, tanda bahwa kita mengandalkan Tuhan dalam segala sesuatu. Padahal kita mengetahui, Goliat saja yang tingginya enam hasta sejengkal (kurang lebih tiga meter)dapat dikalahkan, apalagi hanya Saul?
Tetapi dia datang kepada bapa, dia menceritakan, segala persoalannya. Bukan kita tidak mengerti ini dan itu, tentu mengerti, tetapi yang Tuhan mau adalah segala beban dan segala persoalan yang kita alami kita serahkan kepada Tuhan, menunjukkan bahwa Daud mengandalkan Tuhan.
Kalau memang firman ini murni firman Tuhan mengoreksi kita, akuilah, menangislah di kaki Tuhan, supaya kita jangan lelah karena beban dosa.

1 Petrus 2: 20-21
(2:20) Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.
(2:21) Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.

Biarlah kita semua mengikuti jejak Kristus, yaitu menanggung penderitaan yang tidak harus ditanggung.
Kalau kita harus menanggung penderitaan yang tidak harus kita tanggung, itu adalah kasih karunia.
Kita dipanggil, berada dalam terang yang ajaib adalah untuk kasih karunia itu, bukan untuk yang lain-lain.

1 Petrus 2: 22-23
(2:22) Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.
(2:23) Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.

Jejak Kristus antara lain;
-       Tidak berbuat dosa, berarti: hidup suci, bahkan sempurna.
-       Tipu tidak ada di dalam mulut-Nya, berarti: tidak ada kata-kata dusta, ya di atas ya, tidak di atas tidak.
-       Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki, berarti; tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
-       Ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam,tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia yang menghakimi dengan adil, berarti; membawa segala persoalannya kepada Tuhan.
Untuk inilah kita dipanggil, yaitu untuk mengikuti jejak Tuhan.

1 Petrus 2: 24
(2:24) Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.
Kesimpulannya; kita harus memikul salib, memikul kelemahan orang lain, supaya kita tidak binasa.
Kalau kita memikul salib, berarti hidup dalam kebenaran = tidak binasa.
Jadi, tidak usah mengeluh ketika menderita (memikul salib), itu adalah kasih karunia.
Yesus sudah menanggungnya di atas kayu salib, sehingga Dia hidup dalam kebenaran. Kita pun bisa hidup dalam kebenaran kalau kita mengikuti jejak Kristus.

Dampak positifnya.
1 Samuel 19: 20-21
(19:20) maka Saul mengirim orang-orang suruhan untuk mengambil Daud. Tetapi orang-orang ini melihat sekumpulan nabi kepenuhan, dengan dikepalai oleh Samuel. Dan Roh Allah hinggap pada orang-orang suruhan Saul, sehingga mereka pun kepenuhan seperti nabi.
(19:21) Lalu hal itu diberitahukan kepada Saul; ia mengirim orang-orang suruhan yang lain, tetapi orang-orang itu pun juga kepenuhan seperti nabi. Saul mengirim sekali lagi orang-orang suruhan, rombongan yang ketiga, dan orang-orang ini pun juga kepenuhan.

Ketika Saul mengetahui bahwa Daud melarikan diri ke Nayot dekat Rama bersama dengan Samuel, lalu ia menyuruh tiga gelombang suruhannya, dan tiga gelombang suruhan Saul ini, semuanya kepenuhan Roh Kudus seperti nabi.
Kalau seseorang kepenuhan Roh Kudus seperti nabi, maka otomatis niat jahat tidak terlaksana.
Apapun rencana manusia, apapun rencana Setan, apapun rencana si jahat, semuanya akan digagalkan oleh Tuhan sendiri. Oleh sebab itu, jangan lagi mengandalkan manusia dan kekuatannya, itu semua adalah kesia-kesiaan.

Sedikit kesaksian: waktu mau ke Pakistan, terlebih dahulu bertanya kepada Tuhan, saya telepon seorang hamba Tuhan yang diurapi untuk mengerti rencana Tuhan. Jawaban dari beliau: urus saja semua, passport dan visa, kalau berjalan baik, berarti itu dari Tuhan. Saya urus semua sampai ke kedutaan Pakistan di Jakarta. Kalau memang bisa, berarti itu dari Tuhan, kalau tidak, berarti Tuhan tidak ijinkan. Untuk sementara ini Tuhan belum ijinkan.
Banyak bertanya. Ingat, di atas daging masih ada daging, maksudnya: jangan mengandalkan manusia dan kekuatan sendiri. Jangan enggan apalagi menolak firman hanya karena mengendarai kuda tangkas. Belajar datang kepada bapa, bawa persoalanmu. Dampak positifnya; Tuhan yang membela. Niat jahat orang tidak terlaksana. Niat jahat diubah menjadi sebuah kebenaran.

Roh Kudus itu menolong, menyertai, menghibur, menginsafkan, tidak ada keinginan jahat untuk membunuh manusia, kemudian nabi tugasnya adalah bernubuat, berarti membangun, menasihati dan menghibur.
Kalau kepenuhan Roh Kudus dan menjadi seperti nabi, berarti terlepas dari niat jahat, karena Tuhan yang bela.
Daud dalam Kisah Para Rasul berkata: Daud memandang kepada Tuhan, Ia yang duduk di sebelah kanan tampil sebagai Pembela. Jangan pandang uangmu, jangan pandang ini dan itu, pandang Tuhan, Dia tampil sebagai Pembela.

Tidak hanya tiga gelombang suruhan Saul ...
1 Samuel 19: 22-24
(19:22) Lalu ia sendiri pergi ke Rama. Sesampainya ke dekat perigi besar yang di Sekhu, bertanyalah ia, katanya: "Di mana Samuel dan Daud?" Jawab orang: "Ada di Nayot, dekat Rama."
(19:23) Lalu pergilah ia ke sana, ke Nayot, dekat Rama dan pada dia pun hinggaplah Roh Allah, dan selama ia melanjutkan perjalanannya ia kepenuhan seperti nabi, hingga ia sampai ke Nayot dekat Rama.
(19:24) Ia pun menanggalkan pakaiannya, dan ia pun juga kepenuhan di depan Samuel. Ia rebah terhantar dengan telanjang sehari-harian dan semalam-malaman itu. Itulah sebabnya orang berkata: "Apakah juga Saul termasuk golongan nabi?"

Sampai pada akhirnya, juga Saul kepenuhan Roh Kudus seperti seorang nabi.
Hanya perbedaannya dengan tiga gelombang utusannya adalah Saul rebah terhantar dengan telanjang.
Mendatangi Daud dan Samuel, itu sama dengan menelanjangi dirinya sendiri. Dia kepenuhan Roh Kudus seperti seorang nabi, akhirnya kebenaran itu, menunjukkan jati dirinya (menelanjangi dirinya) seperti apa, menunjukkan keberadaannya bahwa dialah seorang pembunuh itu.
Tuhan akan memberitahukan segala sesuatu, karena Dia yang berkuasa  maka kalau seseorang tidak mengandalkan Tuhan, itu sama dengan menunjukkan jati dirinya, menunjukkan ketelanjangannya, kebodohannya di hadapan manusia dan Tuhan.

Kisah Para Rasul 2: 23-26
(2:23) Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.
(2:24) Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu.
(2:25) Sebab Daud berkata tentang Dia: Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
(2:26) Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram,

Daud senantiasa memandang Tuhan, sebab Dia ada di sebelah kanan kita sebagai pembela.
Pandanglah Tuhan, Dia tampil sebagai Pembela. Jangan pandang yang lain-lain. Kita harus mengerti firman, sebab umat Tuhan binasa karena tidak punya pengertian tentang firman. Kalau kita mengerti firman, berarti kita tahu rumus hidup. Sebaliknya, kalau tidak mengerti firman, tidak tahu rumus hidup, dia hanya tahu hidupnya sejauh pengertiannya.

Sampai pada akhirnya, hati Daud bersukacita dan jiwanya bersorak-sorai dan tubuhnya akan diam dengan tenteram.
-         Jiwa bersorak-sorai, berarti, jiwa disegarkan, tidak stres.
-         Hati bersukacita, berarti hatinya tidak susah.
-         Tubuhnya diam dengan tenteram, berarti tidak capek dengan ini dan itu.

Kisah Para Rasul 2: 27
(2:27) sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.

Kesimpulannya:
-         Tuhan tidak membiarkan orang benar kepada dunia orang mati.
-         Tuhan tidak membiarkan orang Kudus melihat kebinasaan.

Kisah Para Rasul 2: 28
(2:28) Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu.

Tuhan memberitahukan kepada Daud jalan kehidupan sampai pada akhirnya Tuhan melimpahi Daud dengan sukacita besar dalam hidupnya di hadapan Tuhan.
Pelajaran yang sudah kita terima dari Daud, menyerahkan segala persoalan hidupnya kepada Tuhan (mengandalkan Tuhan), Dia akan berdiri di sebelah kanan, tampil sebagai Pembela. Dia akan memulihkan hati, dan menyegarkan jiwa sehingga mengalami sukacita besar di hadapan Dia. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


No comments:

Post a Comment