KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, October 22, 2021

IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 11 SEPTEMBER 2021



IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 11 SEPTEMBER 2021
 
STUDY YUSUF
(Seri: 250)
 
Subtema: MENGINGAT KEMURAHAN TUHAN
 
Puji Tuhan, selamat malam, salam sejahtera, bahagia, kiranya memenuhi setiap kehidupan kita.
Saya tidak lupa juga menyapa umat TUHAN, sidang jemaat TUHAN di Bandung, Malaysia, bahkan umat ketebusan TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat Live streaming, video internet, Youtube, Facebook dimanapun anda berada.
Selanjutnya kita mohonkan kemurahan TUHAN, supaya Firman yang dibukakan itu betul-betul meneguhkan setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi, seberapa saja yang hadir di malam ini.
 
Mari kita sambut study Yusuf sebagai Firman penggembalaan untuk Ibadah Kaum Muda Remaja dari
Kejadian 41:50-52
(41:50) Sebelum datang tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki, yang dilahirkan oleh Asnat, anak Potifera, imam di On. (41:51) Yusuf memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: "Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku." (41:52) Dan kepada anaknya yang kedua diberinya nama Efraim, sebab katanya: "Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku."
 
Sebelum datang tahun kelaparan, berarti pada masa tujuh tahun kelimpahan, pada waktu itu lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki.
-          Anak yang sulung bernama Manasye.
-          Anak yang kedua bernama Efraim.
 
Perlu untuk diketahui bersama-sama, nama yang telah diberikan oleh Yusuf kepada kedua anak laki-lakinya itu sebenarnya terkandung suatu makna dan suatu maksud di dalamnya. Yaitu; suatu peristiwa besar yang tidak bisa dilupakan, sebab terkait dengan rencana yang besar dan ajaib yang dinyatakan oleh Allah di dalam kehidupan Yusuf.
Jadi nama yang diberikan oleh Yusuf kepada kedua anak laki-lakinya itu bukan sekedar untuk disebut, tetapi ada suatu makna terselip di dalam nama itu.
Selanjutnya kita akan mengikuti penjelasan tentang arti nama kedua anak laki-laki Yusuf tersebut, tentu saja dimulai dari anak sulung yakni; MANASYE.
Artinya; Allah telah membuat Yusuf lupa sama sekali;
-          Kepada kesukaran-kesukaran yang dialami oleh Yusuf itu sendiri.
-          Kepada rumah bapanya.
Pendeknya, Yusuf telah melupakan seluruh perkara-perkaranya.
Mula-mula Yusuf melupakan kesukaran-kesukaran yang dialaminya oleh karena kejahatan-kejahatan dan kebencian-kebencian saudara-saudaranya, hal itu ditulis dengan lengkap dalam kejadian pasal 37.
Kemudian Yusuf juga telah melupakan rumah bapanya, menunjukkan bahwasanya Yusuf telah memilih untuk menyerahkan segenap hidupnya, di dalam hal melaksanakan segala rencana-rencana Allah yang suci dan mulia.
Kemudian, untuk berada di dalam rencana Allah yang besar dan heran, serta suci dan mulia ini, Yusuf tidak menghiraukan dirinya, Yusuf tidak memedulikan pikiran dan perasaan hatinya sebagai manusia biasa, ini merupakan suatu nubuatan yang telah digenapi oleh Yesus Kristus di atas kayu salib.
 
Filipi 2:5-6
(2:5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (2:6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
 
Disini dikatakan pada ayat 5; “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.”
Artinya; Yesus telah berjuang untuk meninggalkan dan melupakan segala milik kepunyaan-Nya antara lain;
-          Ia telah meninggalkan dan melupakan segala kemuliaan-Nya.
-          Ia telah meninggalkan dan melupakan rumah di surga.
-          Ia telah meninggalkan dan melupakan bapa-Nya di surga.
Dengan demikian, apa yang dialami oleh Yusuf itu merupakan nubuatan dan sudah digenapi oleh Yesus di atas kayu salib.
Tadi, sekilas pandang kita berpikir bahwasanya Yusuf adalah anak durhaka, anak yang telah melupakan rumah bapanya dalam arti hurufiah atau pengertian secara manusia jasmaniah. Namun, setelah kita mendapatkan penjelasan Firman Allah yang terang, maka sekarang kita dapat melihat dan mengetahui bahwasanya; Yusuf ini telah menyerahkan segenap hidupnya untuk menjalankan misi dan visi Allah yang heran dan ajaib, itu yang disebut dengan visi sorgawi dibumi ini.
Pendeknya, Yusuf adalah seorang nabi yang memiliki pandangan nubuatan atau pribadi yang visioner.

Kejadian 45:3-5
(45:3) Dan Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya: "Akulah Yusuf! Masih hidupkah bapa?" Tetapi saudara-saudaranya tidak dapat menjawabnya, sebab mereka takut dan gemetar menghadapi dia. (45:4) Lalu kata Yusuf kepada saudara-saudaranya itu: "Marilah dekat-dekat." Maka mendekatlah mereka. Katanya lagi: "Akulah Yusuf, saudaramu, yang kamu jual ke Mesir. (45:5) Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.
 
Pada ayat 3, setelah Yusuf memperkenalkan dirinya, selanjutnya ia bertanya kepada saudara-saudaranya; tentang Bapanya. Kemudian Yusuf kembali memperkenalkan dirinya untuk yang kedua kalinya dan berpesan agar saudara-saudaranya;
Janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri karena telah menjual Yusuf ke Mesir.
Singkat kata, Yusuf dengan rela meninggalkan dan melupakan rumah Yakub bapanya, demi rencana Allah yang heran dan ajaib, yang suci dan mulia. Itu sebabnya Yusuf juga berkata pada ayat 5; Sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.”
Sampai disitu kita sudah melihat arti rohani dari Manasye, anak sulung daripada Yusuf, dengan beberapa minggu berturut-turut.
Sekarang kita akan memasuki berkat yang baru, dari nama anak laki-laki Yusuf yang kedua, puji TUHAN.

Kejadian 41:50-52
(41:50) Sebelum datang tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki, yang dilahirkan oleh Asnat, anak Potifera, imam di On. (41:51) Yusuf memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: "Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku." (41:52) Dan kepada anaknya yang kedua diberinya nama Efraim, sebab katanya: "Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku."
 
Kepada anak Yusuf yang kedua diberi nama Efraim, sedangkan Efraim artinya; Allah membuat Yusuf mendapat anak dalam negeri kesengsaraan. Dalam keadaan sengsara namun diberkati oleh Tuhan.
Jikalau Manasye tadi artinya adalah; melupakan, berarti Efraim adalah mengingat, kebalikan dari melupakan.
 
Jadi jelas sekali bahwasanya; nama kedua anak laki-laki Yusuf bukan sekedar untuk penyebutan saja, tetapi di dalam nama itu mengandung suatu maksud.
Efraim artinya; Allah membuat Yusuf mendapat anak dalam kesengsaraan, yang merupakan suatu kemurahan yang harus diingat dan selalu diingat, tidak boleh dilupakan.
Sekarang ini seantero dunia digoncang oleh Covid-19, dengan variant-variant yang baru silih berganti, sehingga ekonomi digoncang, politik digoncang, pemerintahan dalam suatu kerajaan atau suatu negara digoncang, sampai imbasnya nikah dan rumah tangga juga digoncang.
Tetapi, dalam keadaan kesusahan semacam ini, TUHAN masih memelihara dan memberkati kita sekaliannya, TUHAN masih memberi nafas kehidupan, TUHAN masih beri kesehatan, TUHAN masih memberi kekuatan untuk kita datang menghadap TUHAN, menjalankan ibadah dan pelayanan ini.
Sekalipun dalam keadaan dunia tergoncang, tetapi TUHAN masih memberi kesempatan untuk beribadah dan melayani kepada TUHAN, itu kemurahan yang besar yang harus diingat dan selalu diingat, tidak boleh untuk dilupakan.
Demikian halnya dengan Yusuf, dalam keadaan kesengsaraan, justru dia diberkati dengan dua anak, yang kedua adalah Efraim, itu kemurahan yang tidak boleh dilupakan.
Jadi, suatu kemurahan yang harus diingat dan selalu diingat, tidak boleh dilupakan itulah Yusuf, sehingga ia memberi nama kepada anaknya yang kedua Efraim.
Jadi betul nama itu mengandung suatu makna dan suatu maksud, sehingga dengan memanggil Efraim berarti Yusuf selalu ingat kemurahan TUHAN.

Contoh lupa kemurahan TUHAN.
Sebelum kita melihat contoh ini saya mau sampaikan sesuatu hal, biasanya, kalau orang kaya akhirnya jatuh miskin, orang semacam ini bisa menjadi orang yang rendah hati, walaupun dibuat-buat. Sebaliknya, orang yang tadinya miskin, hina, papah, dina, tidak termasuk hitungan, namun jikalau suatu kali dia diberkati, orang semacam ini tidak tertutup kemungkinan menjadi suatu kehidupan yang sombong dan lupa TUHAN, itu kecenderungan dari manusia. Banyak juga hamba TUHAN seperti itu, bukan hanya sidang jemaat.
Demikian juga bangsa Israel, mereka adalah hamba Allah, milik kepunyaan Allah, umat pilihan TUHAN, imamat rajani, sempat melupakan Tuhan.

Ulangan 32:1-4
(32:1) "Pasanglah telingamu, hai langit, aku mau berbicara, dan baiklah bumi mendengarkan ucapan mulutku. (32:2) Mudah-mudahan pengajaranku menitik laksana hujan, perkataanku menetes laksana embun, laksana hujan renai ke atas tunas muda, dan laksana dirus hujan ke atas tumbuh-tumbuhan. (32:3) Sebab nama TUHAN akan kuserukan: Berilah hormat kepada Allah kita, (32:4) Gunung Batu, yang pekerjaan-Nya sempurna, karena segala jalan-Nya adil, Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia.

Singkat kata, berilah hormat kepada Allah kita, Dia adalah;
-          Gunung Batu.
-          Pekerjaan-Nya sempurna.
-          Segala jalan-Nya adil.
-          Allah yang setia.
-          Tiada kecurangan.
-          Adil dan benar Dia.
 
Ulangan 32:7-8
(32:7) Ingatlah kepada zaman dahulu kala, perhatikanlah tahun-tahun keturunan yang lalu, tanyakanlah kepada ayahmu, maka ia memberitahukannya kepadamu, kepada para tua-tuamu, maka mereka mengatakannya kepadamu. (32:8) Ketika Sang Mahatinggi membagi-bagikan milik pusaka kepada bangsa-bangsa, ketika Ia memisah-misah anak-anak manusia, maka Ia menetapkan wilayah bangsa-bangsa menurut bilangan anak-anak Israel.

TUHAN membawa bangsa Israel  keluar dari tanah Mesir, selanjutnya dibawa masuk ke tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan kepada nenek moyang bangsa Israel, Abraham, Ishak, Yakub. Lalu  tanah Kanaan itu juga, dari Timur sampai ke Barat, Utara sampai Selatan, dibagi-bagikan kepada nenek moyang bangsa Israel, itulah 12 suku Israel, menjadi milik pusaka turun-temurun, ini kemurahan TUHAN.
Kalau pada akhirnya TUHAN mengijinkan kita untuk dibawa masuk ke tanah Kanaan surgawi, ibadah pelayanan,  suasana kebangkitan, itu kemurahan, sasarannya adalah tanah air surgawi, untuk selanjutnya menjadi milik pusaka kita untuk selama-lamanya. Itu kemurahan yang tidak boleh dilupakan.
Jadi, peristiwa atau pengalaman yang dialami oleh bangsa Israel itu merupakan perjalanan rohani dari gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini, hal itu tidak boleh dilupakan, sebab sasaran dari ibadah pelayanan ini adalah tanah air surgawi untuk dijadikan sebagai milik pusaka selama-lamanya.

Ulangan 32:9
(32:9) Tetapi bagian TUHAN ialah umat-Nya, Yakub ialah milik yang ditetapkan bagi-Nya.
 
Jadi Israel itu adalah milik kepunyaan Allah, bukan milik ilah-ilah lain, maka Israel tidak boleh mendua hati, itu juga harus diingat tak boleh dilupakan.

Ulangan 32:10-12
(32:10) Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya. (32:11) Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, (32:12) demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia.
 
Singkat kata, TUHAN juga yang menuntun perjalanan bangsa Israel selama 40 tahun di padang gurun, tidak ada allah asing. Demikian juga nanti, TUHAN akan menuntun perjalanan kita hingga tiba di Yerusalem Baru, tidak ada allah lain, bukan berhala-berhala.
Dan itu sudah terjadi, setelah tiba di tanah Kanaan, maka tanah Kanaan itu dibagi-bagikan kepada 12 suku Israel untuk selanjutnya dijadikan milik pusaka mereka. Ini perbuatan Allah yang ajaib tidak boleh dilupakan, harus diingat.
Kemudian bangsa Israel adalah umat pilihan Allah, milik kepunyaan Allah tidak boleh dilupakan, harus juga diingat.

Ulangan 32:15
(32:15) Lalu menjadi gemuklah Yesyurun, dan menendang ke belakang, -- bertambah gemuk engkau, gendut dan tambun -- dan ia meninggalkan Allah yang telah menjadikan dia, ia memandang rendah gunung batu keselamatannya.
 
Tetapi sayangnya, setelah bangsa Israel menjadi gemuk, dan di berkati, akhirnya kehidupan yang disayangi dan milik TUHAN, yang disebut Yesyurun;
-          Menendang ke belakang.
-          Meninggalkan Allah yang menjadikan dia.
-          Memandang rendah korban Kristus yang mampu menyelamatkan mereka.
Lupa kepada kemurahan hati TUHAN, lupa siapa yang menuntun mereka dalam perjalanan di padang gurun, lupa siapa yang membawa mereka ke tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan, untuk selanjutnya dijadikan sebagai milik pusaka.
Jangan lupa; TUHAN yang menuntun kita sampai hari ini, TUHAN yang sudah mengampuni dosa kita sekaliannya.

Ulangan 32:15-16
(32:16) Mereka membangkitkan cemburu-Nya dengan allah asing, mereka menimbulkan sakit hati-Nya dengan dewa kekejian, (32:17) mereka mempersembahkan korban kepada roh-roh jahat yang bukan Allah, kepada allah yang tidak mereka kenal, allah baru yang belum lama timbul, yang kepadanya nenek moyangmu tidak gentar.
 
Singkat kata, bangsa Israel melupakan Allah yang hidup, karena ternyata;
-          Mereka membangkitkan cemburu-Nya dengan allah asing.
-          Mereka menimbulkan sakit hatinya dengan dewa kekejian.
Jadi praktek meninggalkan TUHAN adalah menyembah Allah asing dan hal itu membangkitkan cemburunya TUHAN.
Praktek meninggalkan TUHAN;
1.      Menyembah Allah asing, hal itu membangkitkan cemburu Tuhan.
2.      Menyembah dewa kekejian.
Dan hal itu menimbulkan sakit hati TUHAN .
Dewa kekejian; menghentikan korban sehari-hari, itu merupakan kekejian bagi TUHAN.
Korban sehari-hari, antara lain;
-          Korban sembelihan; ibadah yang dihubungkan dengan salib.
-          Korban santapan itulah Pengajaran Firman Allah yang murni dan benar.
Kalau mengabaikan ibadah dan pelayanan yang dihubungkan dengan salib itu merupakan kekejian bagi TUHAN. Juga karena sesuatu perkara, lalu mengabaikan pengajaran Firman Allah yang murni dan benar, itu juga merupakan kekejian bagi TUHAN.

Ulangan 32:18
(32:18) Gunung batu yang memperanakkan engkau, telah kaulalaikan, dan telah kaulupakan Allah yang melahirkan engkau.
 
Singkat kata, gunung batu yang memperanakkan bangsa Israel telah dilalaikan, dan telah melupakan Allah yang telah melahirkan mereka.
Kalau berbicara tentang melahirkan, berarti, itu terkait dengan peristiwa waktu Yesus disalibkan di atas kayu salib.
Sebenarnya Yesus telah mati dengan empat luka; 2 ditangan, 2 di kaki, luka yang terakhir; prajurit-prajurit menombak lambung Yesus, dari situlah segera mengalir keluar darah dan air, sehingga dengan demikian kehidupan kita dilahirkan kembali. Darah itu berbicara tentang pertobatan, sedangkan air; itu berbicara tentang pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan.
 
Nah, peristiwa itu dilupakan oleh bangsa Israel, sakit hatilah TUHAN, cemburulah TUHAN.
Itulah keadaan daripada bangsa Israel, yang disebut juga kekasih TUHAN yang paling diingini, disebut juga dengan Yesyurun.
 
Contoh lupa kemurahan TUHAN (terkait dengan Saul)
1 Samuel 15:17
(15:17) Sesudah itu berkatalah Samuel: "Bukankah engkau, walaupun engkau kecil pada pemandanganmu sendiri, telah menjadi kepala atas suku-suku Israel? Dan bukankah TUHAN telah mengurapi engkau menjadi raja atas Israel?

TUHAN telah mengurapi Saul menjadi raja atas Israel. Ini suatu kemurahan yang luar biasa, suatu kemurahan yang tidak terduga sebetulnya. Mengapa? Karena disini dikatakan; "Bukankah engkau, walaupun engkau kecil pada pemandanganmu sendiri, telah menjadi kepala atas suku-suku Israel?”
Kecil tetapi diberkati oleh TUHAN, kecil tetapi diangkat menjadi raja, itu kemurahan yang tidak boleh dilupakan oleh siapapun.

Tetapi lihatlah ...
1 Samuel 15:22-23
(15:22) Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan. (15:23) Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja."
 
Pada ayat 17, TUHAN mengurapi Saul menjadi raja atas 12 suku Israel, sekalipun Saul sendiri memandang dirinya kecil, tetapi oleh kemurahan TUHAN besar, dia dijadikan sebagai raja.
Saya masih ingat (dibaca di rumah masing-masing dalam 1 Samuel 8), awal mula Saul diangkat menjadi raja itu lewat undian, sampai pada akhirnya, ditemukanlah Saul. Tetapi sayangnya, pada saat dipilih atas undian, ternyata dia bersembunyi dibalik barang-barang rongsokan, artinya; kehidupannya sama dengan sampah, tapi diangkat menjadi raja, bersembunyi dibalik barang-barang rongsokan, sampah-sampah, sesuai dengan pernyataan Rasul Paulus.
Tetapi walaupun setara dengan sampah, Saul diangkat menjadi raja, itu kan kemurahan. Tetapi anehnya, Saul ini adalah suatu kehidupan yang mendurhaka, memberontak, sedangkan dosa pemberontakan setara dengan bertenung, mencari petunjuk-petunjuk kepada arwah.
Kemudian juga, Saul ini ditandai dengan kedegilan atau kekerasan di hati, setara dengan dosa menyembah berhala.
Jadi walaupun kita tidak mendirikan patung atau arca di rumah masing-masing, kalau keras hati maka sama dengan menyembah berhala.
Jadi Saul ini hidup dalam penyembahan berhala karena menolak Firman Tuhan. Ini loh yang lupa kemurahan TUHAN.

Sekarang kita bandingkan dengan pribadi Daud
Mazmur 119 : 66-67
(119:66) Ajarkanlah kepadaku kebijaksanaan dan pengetahuan yang baik, sebab aku percaya kepada perintah-perintah-Mu. (119:67) Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu.
 
Penyimpangan itu terjadi sebelum ia memikul salib, tetapi pada akhirnya dia berpegang pada janji Firman TUHAN.
Jadi saudara, sudah sangat jelas; salib itulah ajaran, didikan, bagi kita semua supaya kita jangan menyimpang. Jangan kita sama seperti Saul; kecil namun akhirnya diberkati, tetapi tidak tahu diri, dia menolak firman TUHAN.
Orang yang menolak firman TUHAN = orang yang mendurhaka dan keras hati, degil.
Sengsara salib itu didikan, supaya kita jangan salah, salib yang membenarkan kita semua.

Mazmur 119 : 68-71
(119:68) Engkau baik dan berbuat baik; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. (119:69) Orang yang kurang ajar menodai aku dengan dusta, tetapi aku, dengan segenap hati aku akan memegang titah-titah-Mu. (119:70) Hati mereka tebal seperti lemak, tetapi aku, Taurat-Mu ialah kesukaanku. (119:71) Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu.

Memikul salib itu baik, itu yang mengajar kita untuk melakukan Firman.
Jangan menolak Firman seperti Saul, padahal dia sudah diberkati, sekalipun dia orang yang kecil, hina, papah, dina, tidak tahu diri, yang setara dengan barang-barang rongsokan atau barang-barang atau sampah saja, menurut Rasul Paulus. Tetapi sekalipun demikian, ia diangkat menjadi raja atas 12 suku Israel, itu kemurahan, yang akhirnya dilupakan oleh Saul, sebab dia menolak Firman TUHAN.
Tetapi Daud ini selalu ingat TUHAN, ingat kebaikan TUHAN, bahkan kebaikan TUHAN dalam penggembalaan pun diinventarisir, sehingga dia berkemenangan.
Bandingkan dengan Rasul Paulus; tiga kali dalam pengakuan yang selalu ingat kemurahan TUHAN.

Yang pertama
Efesus 3:7
(3:7) Dari Injil itu aku telah menjadi pelayannya menurut pemberian kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku sesuai dengan pengerjaan kuasa-Nya.
 
Rasul Paulus dipercayakan untuk memberitakan Injil, itu jelas karena kasih karunia atau kemurahan TUHAN.

Efesus 3:8
(3:8) Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu,

Rasul Paulus dipercayakan untuk menjadi pelayan di dalam pemberitaan Injil kepada bangsa kafir, supaya mereka percaya bahwa Yesus Kristus TUHAN dan Juruselamat.
Dipercaya untuk memberitakan Injil kepada seorang hamba TUHAN, itu adalah kemurahan TUHAN, dipercaya untuk menjadi kitab yang tertulis, itu juga adalah suatu kemurahan TUHAN.

Efesus 3:9
(3:9) dan untuk menyatakan apa isinya tugas penyelenggaraan rahasia yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah, yang menciptakan segala sesuatu,
 
Jadi jelas, yang paling hina di antara segala orang kudus telah dianugerahkan kasih karunia ini, yaitu; menjadi pelayan untuk memberitakan Injil.
Orang kecil, orang hina, dipercayakan untuk memberitakan Injil kepada bangsa Kafir, itu kasih karunia yang dianugerahkan Allah kepada dia, itu kemurahan yang harus diingat.
Dipercaya untuk beribadah itu kemurahan, dipercaya untuk melayani itu kemurahan, dipercaya untuk melayani pekerjaan TUHAN itu juga adalah kemurahan yang dianugerahkan oleh TUHAN bagi kita.
Jangan dilupakan ya, sebab kita itu orang kecil, hina karena banyak dosa yang kita sudah berbuat.

Yang kedua
1 Timotius 1 :12-13
(1:12) Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku -- (1:13) aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman.

Rasul Paulus, sebelum menerima jabatan rasul tadinya;
-          Seorang penghujat.
-          Seorang penganiaya.
-          Seorang ganas.
Tetapi pada akhirnya, ia mendapatkan belas kasihan dari TUHAN.
 
1 Timotius 1 :14
(1:14) Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus.

Bahkan kasih karunia TUHAN telah dikaruniakan dengan limpah kepada Paulus.
Dia tidak boleh lupa, dia orang hina, kecil, dia penghujat, penganiaya, dia seorang ganas, berarti; kecil, hina, bukan siapa-siapa. Namun kepadanya dipercayakan untuk memberitakan Injil, itu merupakan kasih karunia.

1 Timotius 1:15
(1:15) Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.

Rasul Paulus mengaku sebagai orang yang paling berdosa, hina, dan kecil, sebab dia adalah seorang penghujat, penganiaya dan seorang ganas. Tetapi kepadanya dipercayakan untuk memberitakan Injil, itu merupakan kasih karunia yang dianugerahkan oleh Tuhan. Kecil dan hina tapi dipercayakan untuk memberitakan Injil, itu kasih karunia.

Yang ketiga
1 Korintus 15:8
(15:8) Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.

Anak yang lahir sebelum waktunya, disebut bayi prematur.
Apa arti bayi prematur? Gambaran dari sebuah kehidupan yang tidak berdaya, tidak mampu, kecil dan hina.
 
1 Korintus 15:9
(15:9) Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.

Rasul Paulus jelas mengakui sebagai pribadi yang paling hina, bahkan tidak layak untuk menerima jabatan rasul.
Mengapa? sebab dia adalah penganiaya, orang sadis, penghujat, seorang ganas.

1 Korintus 15:10
(15:10) Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.

lalu pada ayat ini, ada tiga perkataan kasih karunia.
Pertama: “Karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang.”
Diberi kesehatan, diberi nafas hidup, diberi umur panjang = aku ada sebagaimana aku ada, itu kemurahan.
Kedua: “Kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia.”
Dia menghargai kasih karunia, dia ingat kasih karunia, dia tidak menyia-nyiakan kemurahan TUHAN, dia selalu ingat kemurahan TUHAN.
Lihat, orang berdosa diampuni, bahkan diberi kesempatan beribadah, lebih daripada itu diberi kesempatan untuk melayani Dia, Raja di atas segala raja, pribadi yang sempurna, Maha Mulia, itu kasih karunia, tidak boleh dilupakan, harus selalu diingat.
Ketiga: “Aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.”
 
Oleh karena penyertaan dari kasih karunia kita juga diberi kemampuan secara ajaib untuk melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN. Jadi kita mampu melayani bukan karena kita mampu, bukan karena kita bisa, karena kasih karunia yang menyertai kita.
Kasih karunia jangan pernah disia-siakan, ingat, jangan lupakan, itulah Efraim.
 
Kalau tadi Manasye artinya; melupakan segala perkara-perkara Yusuf, mula-mula kesukaran-kesukarannya, yang berawal dari kejahatan-kejahatan dan kebencian-kebencian yang dialami, dihadapi, dari pihak saudara-saudaranya, sampai akhirnya dibuang ke Mesir, dijual ke Potifar, lalu jebloskan kepada ke dalam penjara.
Kemudian arti Manasye yang kedua, dia juga lupa rumah bapaknya, ini berbicara tentang kerelaan untuk memilih berada di dalam rencana Allah. Namun syarat untuk berada di dalam rencana Allah; tidak menghiraukan penghidupannya.
Sebab itu, marilah kita menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, tidak mempertahankan segala milik kepunyaan-Nya. Dia telah meninggalkan, melupakan rumahnya di sorga, Dia telah meninggalkan, melupakan Bapa-Nya.
Jadi sudah semakin jelas arti Manasye; melupakan, tetapi Efraim, artinya mengingat, kebalikan dari melupakan.
Dia ingat kemurahan TUHAN, sebab dia diberkati dengan dua anak dalam kesengsaraan di Mesir. Dalam keadaan sengsara disitulah dia diberkati, dikaruniakan dua anak termasuk Efraim.
 
Jangan lupa kebaikan Tuhan, jangan lupa kemurahan TUHAN. Kita ini di telah dijadikan Yesyurun. Setelah diberkati jangan menendang ke belakang. Diberi kesempatan untuk bekerja itu kemurahan, lalu mendapat upah dari surga, jasmani, rohani, itu juga kemurahan,  jangan lupa.

2 Korintus 6:1
(6:1) Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.

Nasehat Paulus kepada rekan-rekan sekerja adalah; supaya jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah yang telah mereka terima.
Dipercaya untuk memberitakan Injil kepada yang bukan Yahudi disebut bangsa Kafir, itu adalah kasih karunia, jangan disia-siakan. Diberi kesempatan untuk melayani TUHAN, melayani pekerjaan TUHAN di tengah-tengah ibadah-ibadah yang dipercaya di atas muka bumi ini, itu kasih karunia, jangan disia-siakan.

2 Korintus 6:2
(6:2) Sebab Allah berfirman:  "Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau,  dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau."  Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.
 
Lihat, kepada orang-orang yang menghargai kasih karunia, TUHAN mendengar teriakan, TUHAN mendengar doa dan permohonan yang kita panjatkan kepada Dia. Pada hari penyelamatan, TUHAN menolong kita semua asal kita mau hargai kasih karunia, pertolongan tepat pada waktunya nanti.
“Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.”
Artinya; hari-hari yang TUHAN berikan bagi kita merupakan kesempatan bagi kita untuk menghargai kasih karunia dan kemurahan TUHAN.
Jadi setiap hari jadikan itu waktu perkenanan, jadikan itu waktu penyelamatan TUHAN, ingat upah dosa adalah maut.

2 Korintus 6:3
(6:3) Dalam hal apa pun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela.

Orang yang menghargai kasih karunia tidak boleh menjadi batu sandungan, supaya orang jangan tersandung baik dengan perkataan, perbuatan, solah tingkah, gerak-gerik, dalam segala perbuatan apapun.
Inilah ciri orang yang menghargai kasih karunia.
Tujuannya: supaya pelayanan kita diterima dimanapun kita ada.

2 Korintus 6:4-10
(6:4) Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran, (6:5) dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa; (6:6) dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik; (6:7) dalam pemberitaan kebenaran dan kekuasaan Allah; dengan menggunakan senjata-senjata keadilan untuk menyerang ataupun untuk membela (6:8) ketika dihormati dan ketika dihina; ketika diumpat atau ketika dipuji; ketika dianggap sebagai penipu, namun dipercayai, (6:9) sebagai orang yang tidak dikenal, namun terkenal; sebagai orang yang nyaris mati, dan sungguh kami hidup; sebagai orang yang dihajar, namun tidak mati; (6:10) sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu.

Ini adalah kekayaan kelimpahan dari kasih karunia.
Jadi tetap dalam keadaan low-profile, menjadi hamba, turun dan merendahkan diri serendah-rendahnya, supaya dengan demikian kita dapat menjangkau yang tak terjangkau.
Ingatlah itu Efraim; ingat selalu kemurahan hati TUHAN, dalam kesengsaraan dikaruniakan anak kedua sehingga diberi nama Efraim itu adalah kemurahan, yang tentunya selalu diingat tidak boleh dilupakan, kita sudah belajar dari pribadi Rasul Paulus, ada di dalam kelimpahan kasih karunia.
Ayo, sadarilah, kita ini orang kecil dan hina, banyak dosa, kalau akhirnya dipercaya banyak kemurahan, dipercayakan banyak berkat, dipercaya untuk menjadi imamat rajani, menjadi Yesyurun yang dikasihi, milik kepunyaan Allah itu kemurahan, jangan sia-siakan. Haleluya … Amin …
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 
 

No comments:

Post a Comment