KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Saturday, October 16, 2021

IBADAH RAYA MINGGU, 05 SEPTEMBER 2021

 


IBADAH RAYA MINGGU, 05 SEPTEMBER 2021
 
KITAB WAHYU PASAL 13
WAHYU 13:11-18
(Seri: 13)
 
Subtema: API ASING DALAM IBADAH PELAYANAN
 
Pertama-tama saya mengucapkan segala puji dan hormat hanya bagi Dia yang telah memungkinkan kita untuk berada di tengah perhimpunan Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian, kita bersyukur kepada TUHAN.
Saya tidak lupa menyapa sidang jemaat TUHAN di Bandung, di Malaysia, bahkan umat ketebusan TUHAN yang senantiasa setia untuk tekun digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Banten, Indonesia di mana pun anda berada; kiranya TUHAN memberkati kita sekaliannya, TUHAN menjangkau kita lewat pembukaan Firman Allah.
 
Malam ini adalah malam istimewa bagi kita semua; karena selain malam ini merupakan minggu pertama, kita juga dikunjungi oleh rekan saya sekaligus sahabat saya yang sedang bersama-sama merintis dan membangun Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT) ini, yaitu Bapak Pendeta Martua Sihombing bersama ibu yang kami kasihi dan kami hormati, bersama Bapak Pendeta Muda Josia Sihombing, dan bersama-sama dengan kita juga ada anak kami Samuel, Elyakim, Timotius; TUHAN memberkati kita semua, selamat datang dan selamat ber-fellowship di dalam kasih-Nya TUHAN Yesus Kristus.
Kiranya dalam hal yang istimewa ini, TUHAN juga kiranya khususkan firman-Nya bagi kita malam ini untuk menjangkau setiap kehidupan kita di hari-hari terakhir ini.
 
Mari secepatnya kita sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari kitab Wahyu 13. Kita berdoa dan kita mohonkan kemurahan TUHAN supaya firman itu keluar, yakni terjadi pembukaan firman untuk menjangkau setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
 
Kita perhatikan Wahyu 13:13, namun fokus kita malam ini adalah bagian B, dengan perikop: “Binatang yang keluar dari dalam bumi” Binatang kedua yang keluar dari dalam bumi, itulah nabi-nabi palsu.
Wahyu 13:13
(13:13) Dan ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat, bahkan ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang.
 
Bagian A: Dan ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat … Nabi-nabi palsu mengadakan tanda-tanda yang dahsyat.
Untuk beberapa sesi pemberitaan Firman TUHAN dari Wahyu 13:13 bagian A ini telah disampaikan tiga minggu berturut-turut. Kiranya itu semua menjadi berkat besar bagi kita semua.
 
Bagian B: Bahkan ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang.
Pendeknya: Nabi-nabi palsu, guru-guru palsu -- disebut juga pemimpin-pemimpin rohani yang palsu -- menurunkan api dari langit ke bumi. Itu merupakan sesuatu yang sungguh luar biasa, sesuatu yang spektakuler terjadi, yang dikerjakan oleh nabi-nabi palsu, guru-guru palsu, pemimpin-pemimpin rohani yang palsu.
Tetapi, api yang mereka turunkan dari langit, bukan api dari Sorga, bukan api dari Allah, melainkan api dari Setan, disebut juga dengan api asing.
 
Untuk membuktikan bahwa api yang diturunkan oleh nabi-nabi palsu adalah API ASING, kita akan mundur pada Wahyu 13:12A.
Wahyu 13:12A
(13:12) Dan seluruh kuasa binatang yang pertama itu dijalankannya di depan matanya. Ia menyebabkan seluruh bumi dan semua penghuninya menyembah binatang pertama, yang luka parahnya telah sembuh.
 
Nabi-nabi palsu -- disebut juga dengan binatang kedua yang keluar dari dalam bumi -- menjalankan kuasa binatang yang pertama yang keluar dari dalam laut, yakni antikris. Jadi, kalau mereka menurunkan api dari langit ke bumi, jelas itu adalah api asing, karena ternyata nabi-nabi palsu mengerjakan apa yang dikerjakan oleh kuasa dari binatang yang pertama, itulah antikris.
 
Kita buktikan kembali dalam Wahyu 13:1-2, dengan perikop: “Binatang yang keluar dari dalam laut” Binatang yang pertama, yang keluar dari dalam laut à antikris; ini adalah kepala dari ular naga merah padam.
Sementara tadi, binatang yang kedua yang keluar dari dalam bumi -- itulah nabi-nabi palsu -- merupakan ekor dari ular naga merah padam. Jadi, wajar saja, kalau akhirnya mereka (ekor) menjalankan kuasa dari binatang yang pertama, itulah kepala dari ular naga merah padam.
 
Wahyu 13:1-2
(13:1) Lalu aku melihat seekor binatang keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh; di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya tertulis nama-nama hujat. (13:2) Binatang yang kulihat itu serupa dengan macan tutul, dan kakinya seperti kaki beruang dan mulutnya seperti mulut singa. Dan naga itu memberikan kepadanya kekuatannya, dan takhtanya dan kekuasaannya yang besar.
 
Binatang pertama yang keluar dari dalam laut -- atau yang disebut dengan antikris -- adalah kombinasi dari tiga jenis binatang yang ada dalam satu tubuh. Kemudian, ular naga merah padam tersebut memberikan tiga hal kepada antikris, yakni:
1.       Kekuatannya.
2.       Takhtanya.
3.       Kekuasaannya yang besar.
 
Kuasa yang besar yang diberikan kepada antikris, selanjutnya kuasa itu dijalankan oleh ekor ular naga merah padam -- yang disebut dengan binatang kedua yang keluar dari dalam bumi --, itulah nabi-nabi palsu. Jadi, jelas, ketika mereka menurunkan api dari langit ke bumi, itu adalah api asing.
 
Singkat kata; api yang diturunkan oleh nabi-nabi palsu tersebut ialah api asing, api yang bukan berasal dari Allah, api yang sama sekali tidak dikenal oleh Allah. Jangan kita berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan dengan api yang tidak dikenal oleh TUHAN. Jangan kita menjalankan ibadah Taurat, di mana mulut memuji TUHAN tetapi hatinya jauh dari TUHAN = tubuhnya ada di tengah ibadah, tetapi hatinya menolak Firman TUHAN. Hati-hati dengan api asing.
 
Oleh sebab itu, kita hubungkan dengan Mazmur 104, dengan perikop:“Kebesaran TUHAN dalam segala ciptaan-Nya.”
Mazmur 104:1-4
(104:1) Pujilah TUHAN, hai jiwaku! TUHAN, Allahku, Engkau sangat besar! Engkau yang berpakaian keagungan dan semarak, (104:2) yang berselimutkan terang seperti kain, yang membentangkan langit seperti tenda, (104:3) yang mendirikan kamar-kamar loteng-Mu di air, yang menjadikan awan-awan sebagai kendaraan-Mu, yang bergerak di atas sayap angin, (104:4) yang membuat angin sebagai suruhan-suruhan-Mu, dan api yang menyala sebagai pelayan-pelayan-Mu,
 
Kedudukan yang benar dari seorang hamba TUHAN, imam-imam di dalam hal melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN sudah harus berada dalam keadaan;
-          selain menghampakan diri atau mengosongkan diri seperti angin,
-          juga sudah seharusnya menyala-nyala dan giat bekerja untuk TUHAN.
Tetapi, yang menjadi motor penggeraknya tentu saja api yang berasal dari TUHAN, yakni Roh TUHAN.
Jangan kita melayani dengan api asing, tetapi kiranya kita harus melayani TUHAN dalam geraknya Pengajaran Pembangunan Tabernakel oleh geraknya Api Tuhan (Roh TUHAN).
 
Jadi seorang hamba TUHAN selain menghampakan diri seperti angin, harus juga mau melayani dalam geraknya kegerakan Roh Kudus hujan akhir, Api Tuhan. Manakala kita harus menghadap TUHAN di tengah pertemuan-pertemuan ibadah, kita harus dalam pimpinan Roh TUHAN; dimulai dari saya sebagai gembala sidang, sampai kepada imam-imam, termasuk zangkoor, tidak terkecuali sampai kepada seluruh sidang jemaat besar, kecil, tua, muda, laki-laki, perempuan.
 
Yohanes 14:16-17, 26
(14:16) Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, (14:17) yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu. (14:26) tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.
Yohanes 16:8, 13
(16:8) Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; (16:13) Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.
 
Kuasa Roh TUHAN dan manfaatnya, yaitu:
1.       Menolong gereja TUHAN.
2.       Menyertai gereja TUHAN.
3.       Menghibur gereja TUHAN.
4.       Mengajar gereja TUHAN.
5.       Mengingatkan gereja TUHAN.
6.       Menginsafkan gereja TUHAN.
7.       Memimpin gereja TUHAN.
 
Pendeknya: Apabila seorang hamba TUHAN, imam-imam di dalam hal melayani TUHAN dan melayani pekerjaan-Nya dengan Roh TUHAN yang bernyala-nyala = Kaki dian emas dengan tujuh pelita yang bernyala-nyala di atasnya, artinya; menjadi kesaksian, menjadi terang yang besar di mana pun kita diutus di atas muka bumi ini, baik di Karimun, baik di Batam, baik di Jakarta, di mana saja menjadi suatu kesaksian yang besar, bukan kesaksian yang kecil.
 
Kita perhatikan Zakharia 4, dengan perikop: “Penglihatan kelima: Kandil emas yang berhiaskan dua pohon zaitun” Kaki dian emas, tetapi dihiasi dengan ukiran dua pohon zaitun pada sebelah kiri dan kanan tempat minyak dari kandil itu. Kalau kita menjadi kesaksian, itu merupakan perhiasan TUHAN yang heran.
Ayo, kita melayani jangan dalam suasana daging, tetapi ikuti Roh TUHAN; dan itu pun selalu menjadi doa saya “jangan dengan perasaan daging”. Jangan kita banding-bandingkan pelayanan dengan pelayanan yang lain, sebab kita sekarang berada dalam api Roh TUHAN.
 
Zakharia 4:1-3
(4:1) Datanglah kembali malaikat yang berbicara dengan aku itu, lalu dibangunkannyalah aku seperti seorang yang dibangunkan dari tidurnya. (4:2) Maka berkatalah ia kepadaku: "Apa yang engkau lihat?" Jawabku: "Aku melihat: tampak sebuah kandil, dari emas seluruhnya, dan tempat minyaknya di bagian atasnya; kandil itu ada tujuh pelitanya dan ada tujuh corot pada masing-masing pelita yang ada di bagian atasnya itu. (4:3) Dan pohon zaitun ada terukir padanya, satu di sebelah kanan tempat minyak itu dan satu di sebelah kirinya."
 
Datanglah kembali malaikat yang berbicara dengan aku itu, lalu dibangunkannyalah aku seperti seorang yang dibangunkan dari tidurnya. Hal ini berbicara soal kebangkitan dari seorang hamba, yang melayani dalam suasana kebangkitan.
 
Dan pohon zaitun ada terukir padanya, satu di sebelah kanan tempat minyak itu dan satu di sebelah kirinya. Itu jelas gambaran dari pribadi Musa dan Elia, yang menjadi suatu kesaksian yang besar. Kalau kita menjadi suatu kesaksian yang besar, itu merupakan perhiasan yang luar biasa bagi TUHAN.
 
Di sini kita melihat: Kandil atau kaki dian emas dengan 7 (tujuh) pelita menyala-nyala di atasnya. Kemudian, pohon zaitun terukir di sebelah kanan dan di sebelah kiri pada tempat minyak. Dengan demikian kehidupan yang diurapi menjadi suatu kesaksian, dan ini merupakan perhiasan yang luar biasa bagi TUHAN.
 
Zakharia 4:4-6
(4:4) Lalu berbicaralah aku, kataku kepada malaikat yang berbicara dengan aku itu: "Apakah arti semuanya ini, tuanku?"  (4:5) Maka berbicaralah malaikat yang berbicara dengan aku itu, katanya kepadaku: "Tidakkah engkau tahu, apa arti semuanya ini?" Jawabku: "Tidak, tuanku!" (4:6) Maka berbicaralah ia, katanya: "Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam.
 
Arti dari penglihatan pada Zakharia 4:1-3 ialah di dalam melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN, ternyata seorang hamba TUHAN tidak mengandalkan keperkasaannya, tidak mengandalkan kekuatan manusia dagingnya, melainkan melayani dengan Roh TUHAN yang besar dan ajaib, supaya menjadi suatu kesaksian yang besar di tengah-tengah pengutusan kita.
Itu adalah pengutusan yang luar biasa, bagaikan pohon zaitun yang terukir pada tempat minyak kandil itu, baik di sisi kanan dan di sisi kiri, itulah Musa dan Elia.
 
Melayani dengan Roh TUHAN yang besar dan ajaib inilah pelajaran yang benar yang diterima oleh seorang bupati di Yehuda, yakni Zerubabel. Jadi, di dalam hal melayani TUHAN juga bersinergi, bekerja sama, berkolaborasi dengan pemerintah, sebab pemerintah juga bisa dipakai untuk melayani TUHAN. Seperti pembicaraan kami dengan Bapak Pendeta Martua Sihombing, di mana Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT) ini dengan rendah hati bekerja sama dengan instansi-instasi terkait, asal jangan melacur, jangan hidup dalam percabulan. Jangan seperti Esau; karena uang dan perkara-perkara lahiriah, akhirnya dia tinggalkan ibadah, tinggalkan kebenaran, tinggalkan jubah.
 
Jadi, ini adalah suatu pelajaran yang benar yang diterima oleh seorang bupati di Yehuda, yakni Zerubabel, yaitu melayani bukan dengan keperkasaan, bukan dengan kekuatan, bukan dengan kemampuan dari manusia daging, tetapi melayani dengan Api Tuhan.
 
Zakharia 4:7
(4:7) Siapakah engkau, gunung yang besar? Di depan Zerubabel engkau menjadi tanah rata. Ia akan mengangkat batu utama, sedang orang bersorak: Bagus! Bagus sekali batu itu!"
 
Siapakah engkau, gunung yang besar? Di depan Zerubabel engkau menjadi tanah rata. Kalau kita datang melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN dengan Roh TUHAN, dengan Api Tuhan, maka gunung besar dan tinggi, itulah persoalan besar dan tinggi, semuanya rata di hadapan Zerubabel.
 
Selain mampu menghadapi persoalan besar menjadi rata, kelebihan orang yang melayani TUHAN dengan Api Tuhan yang kedua ialah “ia akan mengangkat batu utama”, meninggikan korban Kristus di tengah ibadah dan pelayanan, tidak meninggikan yang lain-lain. Mohon maaf, siapa pun sidang jemaat di sini adalah sama, saya tidak akan pernah menjilat, sebab semuanya sama, baik tua muda, laki-laki perempuan, kita semua sama di hadapan TUHAN.
Itu adalah seorang hamba TUHAN yang melayani TUHAN dan pekerjaan TUHAN dengan Api Tuhan, yaitu senantiasa meninggikan korban Kristus, itulah batu utama; mengutamakan korban Kristus, meninggikan korban Kristus, menjunjung tinggi korban Kristus dari segala perkara.
 
Kalau hamba TUHAN (pemimpin sidang jemaat) meninggikan korban di tengah ibadah dan pelayanannya, lihatlah keuntungannya ialah sidang jemaat berkata: “Bagus! Bagus sekali batu itu!” Artinya, sidang jemaat turut meninggikan korban Kristus.
TUHAN sudah berikan satu kereta yang luar biasa kepada kita, itulah Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT); kita harus turuti geraknya Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT), apapun resikonya, dimulai dari saya, dan kiranya saudara juga ikut mengatakan: “Bagus! Bagus sekali batu itu!” Setiap kali kita mengadakan persekutuan Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT), tentu saja dibutuhkan tenaga, pikiran dan waktu, termasuk mengorbankan segala harta, kekayaan dan uang yang kita punya, tetapi tentu saja dimulai dari saya.
 
Jadi, kalau hamba TUHAN melayani dengan Api Tuhan, ia pasti juga meninggikan korban Kristus, mengutamakan korban Kristus (batu utama), maka sidang jemaat juga akan menyusul dari belakang dan berkata: “Bagus! Bagus sekali batu itu!” Percaya saja. Jangan percaya kepada pengertian manusia daging. Ada kalanya, saking sulitnya pelayanan ini, kita terobos jalan pintas, tetapi Zerubabel tidak seperti itu. Kehidupan yang diurapi oleh Api Tuhan, dia akan meninggikan korban Kristus, dan keuntungannya ialah sidang jemaat juga turut meninggikan korban Kristus.
 
Ketika Zerubabel meninggikan korban Kristus, maka orang lain (sidang jemaat) akan bersorak: “Bagus! Bagus sekali batu itu!”, artinya; turut meninggikan korban Kristus. Tidak ada salahnya jika kita meninggikan korban Kristus di tengah ibadah pelayanan ini, tidak usah berhitung-hitung, percaya saja.
 
Kita perhatikan 1 Petrus 2, dengan perikop: “Yesus Kristus batu penjuru” Yesus Kristus adalah dasar dari tiap-tiap bangunan.
1 Petrus 2:3-5
(2:3) jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan. (2:4) Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. (2:5) Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.
 
Jika kita benar-benar telah mengecap, benar-benar telah merasakan kebaikan dan kemurahan hati TUHAN, maka malam ini saya sampaikan dengan tandas: Datanglah kepada-Nya, sehingga dibangun di atas korban-Nya, untuk selanjutnya dipergunakan sebagai batu hidup;
-          Demi terwujudnya pembangunan tubuh Kristus.
-          Untuk mempersembahkan persembahan rohani.
sama artinya; melayani TUHAN sesuai karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh-El Kudus yang dipercayakan oleh TUHAN.
 
Jadi, kembali saya sampaikan dengan tandas: Kalau kita sudah merasakan kemurahan TUHAN, datang saja untuk dibangun di atasnya menjadi batu hidup, dipergunakan sebagai batu hidup, demi terwujudnya pembangunan tubuh Kristus dan untuk mempersembahkan persembahan rohani, melayani sesuai karunia jabatan yang dipercayakan oleh TUHAN.
Zangkoor itu juga imam, penerima tamu itu juga imam, yang membersihkan ruang gereja juga imam, supaya kita semua dipergunakan sebagai batu hidup, demi terwujudnya pembangunan tubuh Kristus dan untuk mempersembahkan segala persembahan-persembahan rohani.
 
1 Petrus 2:6
(2:6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."
 
Di sini kita perhatikan: Allah telah meletakkan di gunung Sion, di rumah Allah Yakub, sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru (dasar bangunan) dan sebuah batu yang mahal. Pendeknya: Siapa yang percaya kepada korban Kristus (batu yang mahal), maka ia tidak dipermalukan.
 
Kalau kita datang menghadap TUHAN dengan meninggikan korban Kristus, maka TUHAN tidak permalukan. Biarpun kita sudah habis-habisan, namun TUHAN tidak permalukan; percaya saja. TUHAN tidak permalukan kita; oleh sebab itu, tinggikanlah korban Kristus.
 
Kita kembali untuk membaca Zakharia 4.
Zakharia 4:8-9
(4:8) Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, demikian: (4:9) "Tangan Zerubabel telah meletakkan dasar Rumah ini, dan tangannya juga akan menyelesaikannya. Maka kamu akan mengetahui, bahwa TUHAN semesta alam yang mengutus aku kepadamu.
 
Sampai pada akhirnya, terwujudlah pembangunan tubuh Kristus, yang dasarnya adalah korban Kristus, batu utama, batu yang mahal, yang telah diletakkan oleh Zerubabel -- itulah yang terjadi kalau melayani TUHAN dan pekerjaan-Nya dengan Roh TUHAN --, sampai akhirnya terwujudnya pembangunan tubuh Kristus yang sempurna.
Pendeknya: Jika sasaran akhir dari sebuah ibadah pelayanan adalah pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, maka dia adalah hamba TUHAN yang diutus oleh TUHAN, dan yang melayani dengan Api Tuhan. Percaya saja.
 
Zakharia 4:10
(4:10) Sebab siapa yang memandang hina hari peristiwa-peristiwa yang kecil, mereka akan bersukaria melihat batu pilihan di tangan Zerubabel. Yang tujuh ini adalah mata TUHAN, yang menjelajah seluruh bumi."
 
Gereja TUHAN harus betul-betul meninggikan korban Kristus, jauh lebih besar dari segala-galanya, sebagaimana di sini dikatakan: “siapa yang memandang hina hari peristiwa-peristiwa yang kecil, mereka akan bersukaria melihat batu pilihan di tangan Zerubabel.” Jangan sampai peristiwa-peristiwa di bumi ini jauh lebih besar dari korban Kristus; jangan sampai seperti itu. Tetapi peristiwa hari apa saja, mulai dari hari jadi, hari ulang tahun pernikahan, hari lahir dan hari apa saja, tidaklah lebih utama dari korban Kristus.
Kalau kita betul-betul meninggikan korban Kristus, mereka akan bersukaria melihat batu pilihan di tangan Zerubabel. Jangan sampai karena peristiwa-peristiwa di bumi ini, karena hari 17 (tujuh belas) Agustus, kita lantas tinggalkan ibadah.
 
Jangan tinggalkan pelayanan. Ikutlah Firman, jangan ikuti perasaan daging, supaya tidak terjadi banyak kesalahan. Kalau kita tidak selesaikan masalah yang satu, maka masalah kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya akan terus terjadi dan mengejar; oleh sebab itu, ikuti Firman, ikuti apa maunya TUHAN.
TUHAN kirim pembukaan Firman, TUHAN kirim hikmat, akal budi, kebijaksanaan untuk menuntun kita sampai kepada Firman kebenaran. Yesus Kristus yang mati di atas kayu salib, Dia adalah Firman kebenaran yang sekarang duduk di sebelah kanan Allah Bapa.
 
Sekarang, kita maju memperhatikan: CIRI-CIRI SEORANG HAMBA TUHAN DI DALAM API TUHAN, yang akan kita perhatikan dalam Injil Yohanes 16.
Yohanes 16:13-14
(16:13) Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. (16:14) Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku.
 
Ciri-ciri Api Tuhan di dalam diri seorang hamba TUHAN ialah melayani sesuai kehendak Allah, bukan menurut kehendak daging; melainkan melayani TUHAN sesuai dengan contoh teladan yang dia dengar, contoh teladan yang dia lihat dari TUHAN. Jadi, bukan sekehendak daging, bukan sekehendak udelnya manusia di dalam melayani TUHAN, tetapi sekehendak Roh TUHAN, sesuai dengan apa yang dia dengar, apa yang dia lihat, itulah dia sampaikan, sampai dimampukan menyampaikan Wahyu, hal-hal yang akan datang, Yerusalem baru.
 
Itulah ciri-ciri Api Tuhan ada di dalam diri seorang hamba TUHAN, yaitu menyampaikan Firman sesuai dengan apa yang dia lihat, menyampaikan Firman TUHAN sesuai dengan apa yang dia dengar, mengikuti contoh teladan TUHAN.
Kita semua dipanggil untuk mengikuti teladan yang ditinggalkan oleh TUHAN, mengikuti tapak-tapak kaki Yesus yang berdarah; jangan melenceng dari sana. Kalau kita mengikuti tapak-tapak kaki Yesus yang berdarah dengan tepat dan benar, pada saat itu juga semua dosa rontok, pada saat itu juga semua musuh diremukkan, sebagaimana TUHAN Yesus telah meremukkan kepala ular dengan tumit-Nya di atas kayu salib 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu.
 
Biarlah kita melayani TUHAN sesuai dengan apa yang kita lihat dari TUHAN dan sesuai dengan apa yang kita dengar dari TUHAN, dengan lain kata; mengikuti teladan TUHAN. Biarlah kita tergembala sesuai dengan contoh teladan TUHAN. Jangan datang beribadah sesuai kehendak sendiri; oleh sebab itu, sesuai dengan perikopnya, yaitu “bertekun”, maka tekunlah dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok, jangan sekehendak daging, tetapi harus mengikuti contoh teladan dari TUHAN. Penggembalaan ini pun harus seperti itu.
 
Yohanes 13:13-15
(13:13) Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. (13:14) Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; (13:15) sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.
 
Kita bukan Kepala, kita bukan TUHAN, kita bukan Gembala Agung, kita bukan Guru, maka kalau Yesus yang adalah Guru, Pengajar, Pendidik, kalau Yesus yang adalah TUHAN, Gembala Agung, yang telah memberi contoh teladan bagi kita, ternyata tujuannya adalah -- tidak lain, tidak bukan -- supaya murid-murid berbuat tepat seperti yang telah TUHAN Yesus perbuat kepada murid-murid.
 
Jadi, di dalam hal beribadah, di dalam hal melayani pekerjaan TUHAN, kita harus mengikuti contoh teladan dari TUHAN; melayani sesuai apa yang kita lihat dari TUHAN, melayani sesuai dengan apa yang kita dengar dari TUHAN.
Dua ribu tahun yang lalu, TUHAN sudah memperdengarkan suara-Nya keras-keras sebagai doa penyahutan: “Eli, Eli, lama sabakhtani!” Dia rela menanggung penderitaan di atas kayu salib; itu adalah suatu teladan yang harus kita kerjakan di tengah-tengah ibadah dan pelayanan ini.
 
Pertanyaannya: MENGAPA KITA HARUS MENGIKUTI TELADAN YESUS?
Jawabnya akan kita perhatikan dalam ayat 16.
Yohanes 13:16
(13:16) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya.
 
Jawabnya adalah seorang hamba TUHAN, seorang pelayan TUHAN, tidak boleh merasa hebat di hadapan TUHAN, tidak boleh merasa lebih pintar, tidak boleh merasa lebih pandai, sebab seorang hamba tidak akan lebih besar dari tuannya, seorang utusan tidak akan lebih besar dari orang yang mengutus dia. Jadi, jangan pernah merasa hebat.
 
Bukankah ini adalah didikan yang baik? Jangan pernah merasa diri lebih pandai dari orang lain. Kita ini bukan guru, kita ini bukan TUHAN, kita ini tubuh Kristus, ikutilah contoh teladan dari Kepala, ikutilah contoh teladan dari pemimpin, Gembala Agung.
 
Lebih rinci kita melihat TELADAN yang dimaksud tadi dalam Injil Yohanes 13:4.
Yohanes 13:4
(13:4) Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya,
 
Perhatikan kalimat: “Lalu bangunlah Yesus …” Kalimat ini berbicara tentang kebangkitan Yesus sebagai hamba.
Praktek kebangkitan Yesus sebagai hamba ialah menanggalkan jubah-Nya, yaitu kelebihan-kelebihan di dalam diri, untuk selanjutnya mengambil rupa seorang hamba, yakni berikat pinggang dengan sehelai kain lenan halus, berikat pinggang dengan kebenaran dari orang-orang suci. Itulah kebangkitan Yesus sebagai seorang hamba.
 
Yohanes 13:5
(13:5) kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.
 
Kemudian, Yesus mengisi air ke dalam basi (wadah air), dan selanjutnya membasuh kaki murid-murid-Nya. Setelah kaki murid dibasuh, lalu air di kaki selanjutnya diseka (dilap) dengan ikat pinggang dari kain lenan tadi.
Jadi, di sini kita melihat: Yesus telah turun dan merendahkan diri-Nya untuk memperhatikan bagian dari anggota tubuh yang paling kecil, untuk memperhatikan anggota tubuh yang paling hina, yang paling rendah, yaitu kaki.
 
Kaki ini penting sekali untuk melangkah, dan kalau kaki melangkah, tidak sedikit debu yang menempel di kaki; terlalu hina dia. Tetapi pada saat itu, Yesus turun serendah-rendahnya ke dunia orang mati hanya untuk memperhatikan kehinaan kita semua; itu adalah teladan. Ini adalah ciri dari seorang hamba TUHAN yang hidup di dalam Roh TUHAN di dalam melayani pekerjaan TUHAN; harus turun rendah, tidak boleh merasa diri hebat. Apalagi orang muda -- seperti saya ini -- tidak boleh merasa diri hebat, tetapi harus turun dan merendahkan diri untuk menjangkau kehidupan yang hina; itulah yang sudah dikerjakan oleh Yesus, dan ini adalah teladan yang Dia tinggalkan.
 
Jadi, apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, itulah yang kita kerjakan di tengah ibadah pelayanan. Jangan ikut-ikutan dengan cara duniawi; janganlah modus dunia masuk ke gereja, tetapi model di tengah ibadah dan pelayanan harus dengan model pola Tabernakel.  Yesus adalah Tabernakel sejati; Dialah tirai yang sudah mengalami perobekan di atas kayu salib.
 
Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Di sini kita melihat, Yesus telah turun dan merendahkan diri-Nya untuk memperhatikan bagian anggota tubuh yang paling hina, itulah kaki; paling rendah, paling hina, dipandang manusia paling kotor, paling jijik, karena semua diinjak, apalagi kalau musim banjir, kotoran apa saja diinjak oleh kaki, tetApi Tuhan datang menghampiri kehidupan yang hina.
Kita ini hina, terlalu banyak dosa yang kita perbuat, kita ini licik, tetApi Tuhan memperhatikan kita malam ini. Doa penyahutan-Nya sudah naik ke sorga (ke langit), lalu dipantulkan dari sorga, dan teriakan itu kita dengar malam ini; itulah yang kita kerjakan sekarang. Kehidupan yang hina dijangkau oleh TUHAN, siapa kita ini?
 
Mari kita perhatikan 1 Korintus 12, dengan perikop: “Banyak anggota, tetapi satu tubuh” Banyak anggota, ada kaki, tangan mulut, hidung, jari-jari, tetapi satu tubuh; oleh sebab itu, jangan pernah merasa lebih dari anggota tubuh yang lain. Tetaplah kita datang dengan turun dan merendahkan diri, supaya banyak jiwa terjangkau, apalagi lewat Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT) ini.
 
1 Korintus 12:12
(12:12) Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus.
 
Tubuh itu satu, walaupun anggotanya banyak -- ada kaki, tangan, mulut, hidung, dan lainnya --, tetapi sekalipun banyak dan coraknya berbeda-beda, tetapi merupakan satu tubuh, mengapa? Karena Kristus Kepala hanya satu, tidak dua.
Izinkanlah Kristus meletakkan Kepalanya di atas tubuh ini. Jangan sampai tubuh menjadi liangnya serigala, jangan sampai tubuh menjadi sarangnya burung; jangan sampai kita dikuasai oleh kepala dan ekor ular naga merah padam.
 
1 Korintus 12:14-16
(12:14) Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota. (12:15) Andaikata kaki berkata: "Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? (12:16) Dan andaikata telinga berkata: "Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh?
 
Kaki adalah anggota tubuh yang paling rendah (hina), namun ia tidak boleh minder, tidak boleh berkata: “Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh”, jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? Jadi, sekalipun kaki adalah bagian anggota tubuh yang paling rendah, sekalipun kecil di pemandangan manusia, tetapi di tengah ibadah dan pelayanan tidak boleh minder. Tidak boleh minder, sebab minder itu dosa besar, bukan dosa kecil.
 
Kemudian, anggota tubuh yang berada di tempat yang lebih tinggi, itulah telinga, juga tidak boleh meninggikan diri lebih dari mata. Kita tidak boleh melayani TUHAN dengan ketinggian di hati; jangan sampai kita merasa lebih tinggi dari mata, sekalipun kita lebih tinggi dari anggota tubuh yang lain. Jadi, tidak boleh meninggikan diri.
 
-          Kaki tidak boleh minder, walaupun terlihat hina.
-      Tetapi telinga juga tidak boleh sombong, walaupun berada di tempat yang tinggi. Jangan coba-coba meninggikan diri lebih dari mata, sebab mata tetap lebih tinggi; tidak boleh sombong. 
Kesimpulannya: Tidak boleh minder dan tidak boleh sombong, karena kita semua adalah anggota tubuh.
 
1 Korintus 12:17
(12:17) Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran? Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman?
 
Bayangkan, kalau anggota tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran (telinga)? Inilah yang terjadi jikalau roh egois ada di tengah ibadah pelayanan; biarlah kita kesampingkan semuanya itu.
Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman? Oleh sebab itu, tidak boleh merasa diri lebih hebat dari yang lain.  Jangan merasa saya ini paling dibutuhkan, sebab kita ini saling melengkapi satu dengan yang lain.
 
Kalau semuanya adalah mata, masakan “mata” jalan sendiri? Kalau seseorang melayani TUHAN dengan dikuasai oleh roh egosentris, ngeri melihatnya. Atau, jika “tangan” jalan sendiri begitu saja, tentu ngeri melihatnya; mengerikan sekali.
Jadi, saudara jangan berpikir “dosa egosentris” ini adalah dosa biasa, bukan, ini adalah dosa besar yang mengerikan bagi TUHAN, apalagi yang lain. Bayangkan, kalau ada penampakan “mata” jalan sendiri, bukankah itu mengerikan? Janganlah menjadi suatu kehidupan yang mengerikan di hadapan TUHAN.
 
Kesimpulannya: Pantangan dari kesatuan tubuh adalah roh egosentris, kepentingan diri, merasa diri lebih utama dari yang lain.
 
Kita lanjut memperhatikan 1 Korintus 12.
1 Korintus 12:20-21
(12:20) Memang ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh. (12:21) Jadi mata tidak dapat berkata kepada tangan: "Aku tidak membutuhkan engkau." Dan kepala tidak dapat berkata kepada kaki: "Aku tidak membutuhkan engkau."
 
Memang ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh. Hal ini harus kita terima dengan benar.
Jadi, mata -- sebagai anggota tubuh yang paling tinggi -- tidak dapat berkata kepada tangan: "Aku tidak membutuhkan engkau." Kemudian, kepala tidak dapat berkata kepada kaki: "Aku tidak membutuhkan engkau." Artinya, satu dengan yang lain saling membutuhkan dan saling melengkapi; dari ujung rambut sampai ujung kaki, semuanya saling membutuhkan, saling melengkapi, tidak ada yang lebih hebat, tetapi ingat; tidak boleh minder, sebaliknya tidak boleh sombong, kemudian tidak boleh dikuasai roh egosentris.
 
1 Korintus 12:22-23
(12:22) Malahan justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan. (12:23) Dan kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. Dan terhadap anggota-anggota kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus.
 
Malahan justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling hina, yang paling kecil, yang paling dibutuhkan. Dan kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, justru sebaliknya kita berikan penghormatan khusus, sebagaimana Yesus turun dan merendahkan diri di tempat yang paling rendah, menjangkau kehidupan yang paling hina, kehidupan kita masing-masing.
 
Kalau kita mengerti pekerjaan pembangunan tubuh Kristus, justru kita harus memperhatikan anggota tubuh yang paling lemah. Jangan nanti, kalau datang hamba TUHAN besar dihormati dan dijamu, tetapi hamba TUHAN kecil disingkirkan; jangan begitu, tidak boleh. Sementara kita pandai mengajar sidang jemaat untuk berdamai dengan si A, berdamai dengan si B, KTP harus beres, namun ketika datang hamba TUHAN besar, ketika ketua sinode datang kita jamu, tetapi hamba TUHAN kecil kita lecehkan; itu tidak benar menurut saya.
Saya tidak bermaksud untuk menghakimi, tetapi hal ini terkait dengan ayat Firman, bahwa; justru anggota tubuh yang paling hina, itulah yang harus diperhatikan, tetapi manusia daging tidaklah demikian. Jadi, itulah sebabnya saya katakan; ciri jikalau hamba TUHAN dikuasai Roh TUHAN, dikuasai Api Tuhan ialah dia sangat memperhatikan pekerjaan TUHAN, dia mengikuti teladan yang ditinggalkan oleh TUHAN, yaitu memperhatikan yang paling kecil.
Saya tidak bermaksud untuk menyindir siapa pun, tetapi ini adalah fakta Firman yang harus saya sampaikan; justru yang paling kecil yang harus kita perhatikan.
 
Saya belajar untuk mempraktekkan Firman: Tidak ada satu pun sidang jemaat di sini yang kalau perpuluhannya besar, lalu saya ramah-ramah kepada dia; tetapi kalau ada sidang jemaat yang perpuluhannya kecil, lalu saya tidak ramah; tidak, bukan begitu tipe saya. Bukan saja di dalam penggembalaan, tetapi di luar penggembalaan juga begitu.
Jadi, kita tidak boleh merasa diri lebih hebat dari yang lain, justru kita harus turun (rendah) menjangkau yang paling hina, yang paling banyak melekat kotoran; jangan justru disingkirkan.
 
Jadi, apa yang dilihat oleh Anak dari Bapa, itulah yang dikerjakan; apa yang Dia dengar dari Bapa, itulah yang Dia kerjakan di atas kayu salib, sehingga dengan demikian, kehendak Allah terlaksana.
 
Demikianlah teladan Yesus; Dia turun untuk menjangkau kehidupan yang hina. Selanjutnya, sasaran dari pekerjaan TUHAN sebagai teladan yang telah ditinggalkan bagi kita, akan kita perhatikan dalam Yohanes 13:6-8.
Yohanes 13:6-8
(13:6) Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?" (13:7) Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak." (13:8) Kata Petrus kepada-Nya: "Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya." Jawab Yesus: "Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku."
 
Di sini kita perhatikan, Yesus berkata: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak."  Kalau saya tegas kepada saudara, mungkin ada di antara saudara yang sakit hati. Hari ini saudara tidak tahu apa yang saya maksud, tetapi suatu kali, saudara harus mengerti. Saya juga bersikap tegas ini, hati saya pun hancur. Jangan saudara berpikir, kalau saya bersikap tegas, lalu saya menjadi otoriter, tidak; hati saya hancur, tetapi saya harus tegas. Mungkin hari ini saudara bersungut-sungut, tetapi besok saudara harus mengerti maksud saya.
 
Kemudian, kembali kita perhatikan perkataan Yesus: "Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku." Jika Yesus tidak turun dan merendahkan diri untuk menjangkau kehidupan yang hina, maka kita tidak akan mendapat bagian dalam Kristus Yesus, tidak masuk dalam kesatuan tubuh Kristus yang sempurna, tidak masuk dalam pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, tidak menjadi bagian dari tubuh Mempelai.
Maka, kalau kita berusaha untuk sombong, berusaha untuk paling hebat, merasa paling punya pembukaan di dunia ini, tidak akan dapat menjangkau anggota tubuh yang paling hina, tidak akan dipakai TUHAN dalam pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, percaya saja; walaupun dia berdoa hebat dan mampu mempengaruhi bagian dia, tetapi tidak dipakai dalam pembangunan tubuh, sebab Alkitab yang mengatakannya. Oleh sebab itu, seorang hamba Tuhan harus turun menjangkau yang paling hina.
Orang hebat bisa kita jamu di luar sana pun manusia duniawi paling hebat melakukannya dan tidak perlu diajari; ketika pimpinan datang, ia dihormati, tetapi ketika yang paling hina datang, apakah saudara bisa menghormatinya juga? Mari kita bersama-sama belajar untuk hal itu.
 
Dalam setiap persekutuan Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT), ada kok datang ketua sinode bersama kita, tetapi penginapannya sama dengan yang lainnya, bahkan kadang menerima yang kurang layak; itu sebabnya, saya hampiri dia dan memohon maaf kepada beliau. Saya dan kita semua belajar untuk tidak memandang muka.
Apa yang kita dengar dari TUHAN, itulah yang kita kerjakan, demi terwujudnya pembangunan tubuh Kristus yang sempurna; jangan melenceng dari situ. Biarlah kita saling mendoakan dan saling memperhatikan satu dengan yang lain.
 
Jadi, tujuannya adalah supaya mendapat bagian dalam TUHAN, berarti masuk dalam kesatuan tubuh Kristus yang sempurna, itulah yang disebut tubuh Mempelai, sebagai sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini, berada di dalam perjamuan malam kawin Anak Domba; itulah sasarannya. Jadi, jangan saudara keburu emosi daging kalau kita menerima teguran yang tegas; jangan, sabar-sabar saja. Kita harus ikuti teladan yang ditinggalkan oleh TUHAN; kita harus lebih percaya kepada Firman dari pada perasaan manusia daging.
 
Itulah sekilas tentang “Api Tuhan”, sekarang kita akan bandingkan dengan “API ASING”.
Tadi kita sudah membaca; binatang yang kedua yang keluar dari dalam bumi -- itulah nabi-nabi palsu -- menurunkan api dari langit ke bumi, disebut juga dengan api asing.
 
Mari, kita perhatikan Imamat 10, dengan perikop: “Kematian Nadab dan Abihu” Harun mempunyai empat anak, yaitu Nadab, Abihu, Eliezer dan Itamar, dan di sini kita akan melihat kematian kedua anak Harun, yaitu Nadab dan Abihu.
Imamat 10:1
(10:1) Kemudian anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil perbaraannya, membubuh api ke dalamnya serta menaruh ukupan di atas api itu. Dengan demikian mereka mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang asing yang tidak diperintahkan-Nya kepada mereka.
 
Api asing adalah api yang tidak diperintahkan oleh TUHAN untuk dipersembahkan, demi kepentingan diri sendiri. Kita melayani TUHAN harus dengan Api Tuhan, bukan dengan api daging untuk menyenangkan daging.
 
Setelah mempersembahkan api asing yang tidak diperintahkan oleh TUHAN kepada Nadab dan Abihu, mari kita lihat KONSEKUENSINYA. Perhatikanlah Firman ini baik-baik; jangan sampai kita mempersembahkan api asing untuk menyenangkan daging kita masing-masing.
 
Imamat 10:2
(10:2) Maka keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan keduanya, sehingga mati di hadapan TUHAN.
 
Kalau tujuannya untuk menyenangkan manusia daging, maka pelayanan itu mati. Walaupun dibuat lampu gemerlap kelap-kelip, namun sesungguhnya pelayanan itu mati di hadapan TUHAN; tetapi yang memahami situasi kondisi pelayanan semacam ini hanyalah orang yang memiliki pandangan rohani yang jauh ke depan -- itulah pandangan nubuat, itulah merpati, miliknya TUHAN, mempelai TUHAN --. Hanya mempelai TUHAN yang dapat melihat pelayanan yang benar di hadapan TUHAN. Kalau dia bukan mempelai TUHAN, maka dia tidak akan tahu hal itu.
 
Akhirnya, Nadab dan Abihu mati. Untuk sekarang, artinya ialah pelayanannya tidak berkenan bagi TUHAN; kelihatan hidup, padahal mati.

Mari kita lihat: KELIHATAN HIDUP, PADAHAL MATI.
Kita akan memperhatikan Wahyu 3, dengan perikop: “Kepada jemaat di Sardis.Wahyu 3 ini dalam susunan Tabernakel terkena pada 7 (tujuh) percikan darah di depan tabut.

Wahyu 3:1-2
(3:1) "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh
bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! (3:2) Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku.

 
Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis … Jadi, yang pertama-tama mendapatkan pembukaan Firman, tentu saja malaikat sidang jemaat, gembala sidang, pemimpin rohani dalam rumah TUHAN, untuk selanjutnya dipraktekkan, dihidupi, baru bisa diayunkan (disampaikan); Firman yang berkuasa.
 
Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu yang datang untuk mengoreksi sidang jemaat di Sardis. Setelah dikoreksi dengan Firman yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh binatang itu: engkau dikatakan hidup, engkau dikatakan penuh dengan Roh TUHAN, padahal engkau mati! Kelihatan hidup, tetapi mati. Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati … Inilah kelihatan hidup, padahal pelayanannya mati; tinggal good bye, tinggal the end sebentar lagi, sebentar lagi tamat sudah riwayat pelayanannya.
 
Dahulu saya mengalami hal itu; namun oleh karena kemurahan TUHAN, TUHAN Yesus datang turun menjangkau saya, dan saya berkata: “Terima kasih TUHAN, Engkau memberikan kesempatan kepada hamba.” Pelan-pelan, diam-diam, TUHAN menyatakan hikmat-Nya di dalam hati ini, sebagaimana dengan Mazmur Daud, yang akhirnya dipakai dalam pembukaan Firman. Sesuai dengan Mazmur 51, diam-diam TUHAN taruh pembukaan Firman di hati-Nya, pada saat itulah TUHAN beri kesempatan.
 
Kembali kita memperhatikan: Kelihatan hidup, padahal mati; akhirnya, tinggal sebentar lagi habis pelayanan, tamat pelayanan. Keadaan seperti ini merupakan suasana yang genting dan menakutkan sekali. Bantu doa terus, supaya kehidupan saya ini selalu berkenan kepada TUHAN; jangan sampai kelihatan hidup, padahal mati; jangan sampai kelihatan penuh dengan Roh Kudus, padahal daging.
 
Kelihatan hidup, padahal mati, maka kehidupan seperti ini tidak ada satu pun dari pekerjaannya yang didapati sempurna, tidak ada satu pun yang berkenan, tidak ada satu pun yang menyenangkan hati TUHAN. Paling tidak, perkataannya enak didengar TUHAN, tetapi ini tidak; perkataannya pun tidak enak, sikapnya juga tidak enak, perbuatannya juga tidak enak, buah pikirannya juga tidak enak, korban persembahannya juga tidak ada, bahkan tidak beretika.
Kelihatan hidup, padahal mati, itu adalah gaya dunia; semua dihiasi, padahal itu daging semua, itulah jemaat di Sardis, yang akhirnya mati rohani. Inilah yang terjadi karena api asing.
 
Wahyu 3:3
(3:3) Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.
 
Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya … Kita sudah mendengar segala sesuatu dari TUHAN dan melihat segala sesuatu dari TUHAN, dan itulah yang kita kerjakan di tengah-tengah ibadah pelayanan ini; oleh sebab itu, turutilah itu dan bertobatlah!
 
Marilah kita saling memperhatikan satu dengan yang lain; turun serendah-rendahnya untuk menjangkau yang paling hina; turutilah itu.
Kemudian, yang kedua adalah bertobat. Bertobat, berarti; berhenti berbuat dosa, selanjutnya serahkan hidup kepada TUHAN dan kembali kepada Dia. Bertobat harus 100 % (seratus persen), jangan 50 % (lima puluh persen). Bertobat 50 % (lima puluh persen), contohnya; sudah berhenti merokok, sudah berhenti pacar-pacaran, itu benar dan baik; tetapi selanjutnya adalah serahkan hidup ini kepada Gembala Agung yang memelihara jiwa kita dalam penggembalaan ini, berarti tergembalalah dengan sungguh-sungguh = bertobat 100 % (seratus persen).
 
Itulah kehidupan yang terlihat hebat, padahal penuh daging semua; terlihat hidup di mata manusia, tetapi di mata TUHAN hampir the end, hampir tamat. Kalau hamba TUHAN sudah tidak dipakai TUHAN, maka ke mana pun dia tidak akan laku; kembali ke dunia pun tidak bisa mencangkul, tidak bisa gergaji, tidak bisa nokok-nokok, maka sengsaralah hidupnya. Tetapi puji TUHAN, sampai sejauh ini, TUHAN masih memberi kesempatan kepada kita untuk melayani Raja di atas segala raja; dan itu merupakan kemurahan hati TUHAN.
 
Ayo, yang sudah berhenti merokok, puji TUHAN; yang sudah berhenti pacar-pacaran, puji TUHAN. Dulu salah satu pemuda di tempat ini suka balap-balapan dan rambut bergaya mohawk, tetapi sekarang sudah berhenti, puji TUHAN; namun selanjutnya adalah serahkan hidup kepada TUHAN, itulah yang dimaksud 100 % (seratus persen), jangan 50 % (lima puluh persen).
 
Sekarang, mari kita perhatikan Bilangan 16, dengan perikop: “Pemberontakan Korah, Datan dan Abiram
Bilangan 16:1-2
(16:1) Korah bin Yizhar bin Kehat bin Lewi, beserta Datan dan Abiram, anak-anak Eliab, dan On bin Pelet, ketiganya orang Ruben, mengajak orang-orang (16:2) untuk memberontak melawan Musa, beserta dua ratus lima puluh orang Israel, pemimpin-pemimpin umat itu, yaitu orang-orang yang dipilih oleh rapat, semuanya orang-orang yang kenamaan.
 
Korah, Datan, Abiram, ditambah On bin Pelet mengajak orang-orang untuk memberontak, demonstrasi kepada gembala yang dipercayakan oleh TUHAN, itulah Musa. Kemudian, Korah ini juga mempengaruhi dua ratus lima puluh orang Israel.
Siapa dua ratus lima puluh orang Israel ini? Yaitu pemimpin-pemimpin umat Israel, lebih tepatnya adalah orang-orang yang dipilih lewat rapat mereka dan mereka itu adalah orang-orang kenamaan. Bayangkan, orang-orang kenamaan, punya kedudukan, tetapi perilakunya tidak bagus, karena mau dihasut oleh Korah untuk demonstrasi dan membuat keonaran kepada gembala yang ditunjuk oleh TUHAN.
 
Hati-hati yang mau wisuda, yang sudah wisuda, sarjana, engkau yang berpangkat, tetapi jika engkau suka demonstrasi, itu menunjukkan bahwa moralnya tidak bagus. Jangan suka memberontak, itu tidak bagus. Gelarnya tinggi, tetapi suka memberontak, itu tidaklah baik. Anak tidak boleh memberontak kepada orang tua, walaupun gajimu tinggi; itu tidak boleh. Imam-imam, sidang jemaat, jangan memberontak!
 
Apa isi demonstrasi mereka?
Bilangan 16:3
(16:3) Maka mereka berkumpul mengerumuni Musa dan Harun, serta berkata kepada keduanya: "Sekarang cukuplah itu! Segenap umat itu adalah orang-orang kudus, dan TUHAN ada di tengah-tengah mereka. Mengapakah kamu meninggi-ninggikan diri di atas jemaah TUHAN?"
 
Mereka datang mengerumuni Musa dan Harun, lalu berkata: “Sekarang cukuplah itu!” Kemudian, mereka lanjut berkata: “Segenap umat itu adalah orang-orang kudus, dan TUHAN ada di tengah-tengah mereka.” Kesannya, saat memberontak, mereka seolah-olah membela hak jemaat (umat Israel), seolah-olah memperhatikan sidang jemaat, seolah-olah memperhatikan kesengsaraan umat TUHAN dalam perjalanan yang dipimpin oleh Musa di padang gurun.
Selanjutnya, Korah dan konco-konco berkata: “Mengapakah kamu meninggi-ninggikan diri di atas jemaah TUHAN?” Itulah demonstrasi mereka kepada Musa dan Harun. Hati-hati sidang jemaat, seperti apapun kelakuan gembala, itu adalah urusan TUHAN; tetapi bukan berarti saya semena-mena terhadap saudara, tidak juga. Saya juga harus setia melayani rumah TUHAN -- seperti yang ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat Ibrani -- dan rendah hati. Tidak ada artinya melayani tanpa kerendahan hati, walaupun ia pandai khotbah, tidak ada artinya.
 
Bilangan 16:4
(16:4) Ketika Musa mendengar hal itu, sujudlah ia. (16:5) Dan ia berkata kepada Korah dan segenap kumpulannya: "Besok pagi TUHAN akan memberitahukan, siapa kepunyaan-Nya, dan siapa yang kudus, dan Ia akan memperbolehkan orang itu mendekat kepada-Nya; orang yang akan dipilih-Nya akan diperbolehkan-Nya mendekat kepada-Nya.
 
Setelah mendengarkan demonstrasi mereka, keonaran yang dipengaruhi oleh Korah itu, berkatalah Musa kepada mereka: “Besok pagi TUHAN akan memberitahukan, siapa kepunyaan-Nya, dan siapa yang kudus, dan Ia akan memperbolehkan orang itu mendekat kepada-Nya; orang yang akan dipilih-Nya akan diperbolehkan-Nya mendekat kepada-Nya” Kalau memang dia suci dan layak melayani TUHAN, maka dia diperbolehkan untuk mendekat kepada TUHAN.
 
Bilangan 16:6
(16:6) Perbuatlah begini: ambillah perbaraan-perbaraan, hai Korah, dan kamu segenap kumpulannya, (16:7) bubuhlah api ke dalamnya dan taruhlah ukupan di atasnya, di hadapan TUHAN pada esok hari, dan orang yang akan dipilih TUHAN, dialah yang kudus. Cukuplah itu, hai orang-orang Lewi!"
 
Korah dan kumpulannya harus mengambil perbaraan, lalu membubuhkan api ke dalamnya dan menaruh ukupan di atasnya di hadapan TUHAN pada esok hari. Lalu, persembahan yang berbau harum di hadapan TUHAN, yang dipilih oleh TUHAN, dialah yang kudus. Itu sajalah yang harus dilakukan oleh Korah dan kumpulannya pada esok hari.  
 
Bilangan 16:8-9
(16:8) Lalu berkatalah Musa kepada Korah: "Cobalah dengar, hai orang-orang Lewi! (16:9) Belum cukupkah bagimu, bahwa kamu dipisahkan oleh Allah Israel dari umat Israel dan diperbolehkan mendekat kepada-Nya, supaya kamu melakukan pekerjaan pada Kemah Suci TUHAN dan bertugas bagi umat itu untuk melayani mereka,
 
Kemudian, ditambahkan lagi oleh Musa: Apakah kamu tidak puas, padahal engkau, hai Lewi, sudah dipisahkan -- satu dari dua belas suku --, dipercaya untuk melayani bersama-sama dengan imam-imam di dalam Ruangan Suci (Tabernakel). Orang Lewi -- satu dari dua belas suku -- dipercaya untuk melayani Ruangan Suci dan memperhatikan segala perabot-perabot yang ada di dalamnya:
1.       Meja Roti Sajian. Jika sudah waktunya nanti, roti yang ada di atas meja itu ditukar dengan roti yang baru. Firman TUHAN yang disampaikan harus baru, tidak boleh dihangat-hangati. Walaupun kitabnya Ulangan, namun tidak boleh dihangat-hangati; walaupun kitabnya Ulangan, tetapi harus dibukakan Firmannya.
2.       Pelita Emas (Kandil dengan tujuh pelita menyala di atasnya) à Persekutuan dengan Roh Kudus. Hamba TUHAN harus penuh dengan Roh Kudus.
3.       Kemudian, puncak ibadah, itulah Mezbah Dupa à Doa penyembahan.
Itu semua boleh diperhatikan oleh orang Lewi bersama dengan imam-imam; oleh sebab itu, setelah dimungkinkan dan dilayakkan untuk berada di Ruangan Suci untuk memperhatikan 3 (tiga) perabotan itu, Musa berkata: Kurang puas ya? Kamu, satu dari dua belas suku, sudah dipercaya, apakah kurang puas?
Yang sudah melayani, kiranya tetap mengucap syukur kepada TUHAN. Jika diberi kesempatan untuk berada di tempat kudus ini, untuk beribadah melayani TUHAN, kiranya tetap mengucap syukur kepada TUHAN. Jangan seperti si lintah yang punya dua anak: “Untukku” dan “untukku”, tidak ada puas-puasnya, seperti rahim yang mandul dan tanah padang gurun yang gersang.
 
Kemudian, kita perhatikan ayat selanjutnya, yaitu ayat 10.
Bilangan 16:10
(16:10) dan bahwa engkau diperbolehkan mendekat bersama-sama dengan semua saudaramu bani Lewi? Dan sekarang mau pula kamu menuntut pangkat imam lagi?
 
Namun sekalipun demikian, mereka masih mau menuntut imam, menganggap diri layak sejajar dengan Musa. Ini adalah dosa kesombongan, pemberontakan yang membuat suatu keonaran.
Jangan suka memberontak. Jangan buat penggembalaan ini menjadi onar, sebab penggembalaan ini seharga dengan setetes darah salib; jangan coba-coba hasut orang lain, sebab TUHAN nanti yang berhadapan denganmu dan sangat beratlah hukumannya. Ingat; jangan coba-coba untuk menghasut orang lain. Ketika engkau hasut orang lain untuk memberontak, maka ada konsekuensi yang harus diterima.
 
Bilangan 16:11-13
(16:11) Sebab itu, engkau ini dengan segenap kumpulanmu, kamu bersepakat melawan TUHAN. Karena siapakah Harun, sehingga kamu bersungut-sungut kepadanya?" (16:12) Adapun Musa telah menyuruh orang untuk memanggil Datan dan Abiram, anak-anak Eliab, tetapi jawab mereka: "Kami tidak mau datang. (16:13) Belum cukupkah, bahwa engkau memimpin kami keluar dari suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya untuk membiarkan kami mati di padang gurun, sehingga masih juga engkau menjadikan dirimu tuan atas kami?
 
Sebab itu, engkau ini dengan segenap kumpulanmu, kamu bersepakat melawan TUHAN. Jadi, memberontak kepada Musa dan Harun = melawan TUHAN. Jangan coba-coba memberontak kepada hamba TUHAN, janganlah memberangus mulut lembu yang sedang mengirik. Melawan hamba TUHAN yang sedang menyampaikan Firman; hati-hati, hukumannya sangat berat sekali.
 
Adapun Musa telah menyuruh orang untuk memanggil Datan dan Abiram, anak-anak Eliab, tetapi jawab mereka: "Kami tidak mau datang. Kalau seseorang sudah memberontak, sudah pasti tidak dengar-dengaran.
-          Ketika dinasihati untuk tekun 3 (tiga) macam ibadah pokok, dia tidak mau, karena dia lebih dengar-dengaran kepada hatinya.
-          Ketika diajar untuk setia persepuluhan, dia tidak mau, bahkan berkata: “Tidak perlu, itu bukan panggilan dari TUHAN.
-          Ketika diajar untuk mempersembahkan persembahan khusus, dia merasa itu tidak perlu untuk dilakukan, sebab dia sudah tidak dengar-dengaran lagi.
-          Ketika orang setia melayani, namun dia justru tidur di rumah.
Berbahagialah engkau yang mau memperhatikan Pastori, sebab engkau sedang mendukung pelayanan ini. Kalau engkau datang memperhatikan kendaraan Pastori dan mencucinya, itu sudah bagus, dukunglah pelayanan ini. Sekiranya engkau harus berkorban tenaga untuk melakukan sesuatu yang baik, untuk mendukung pelayanan ini, lakukan saja; toh juga engkau yang menikmati Firman. Masakan engkau hanya diberkati di tempat ini, tetapi engkau tidak mau mengerti pekerjaan TUHAN? Sudah diberkati, tetapi tidak dengar-dengaran, bukankah itu tidak masuk akal?
 
Selanjutnya sungut-sungut mereka: Belum cukupkah, bahwa engkau memimpin kami keluar dari suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya … Orang yang memberontak, pasti tidak dengar-dengaran. Orang yang tidak dengar-dengaran, otaknya keliru, miring otaknya. Mengapa miring otaknya? Dia bilang, Mesir itu tempatnya susu dan madu; seolah-olah TUHAN yang salah. Kanaan itu limpah susu dan madu, tetapi mereka bilang: “Mesir tempatnya susu dan madu”, perkataan ini menunjukkan bahwa sudah miring otaknya, sudah tidak waras lagi. Itulah yang terjadi kalau memberontak dan tidak dengar-dengaran; otaknya tidak waras lagi, ingat itu.
Kelihatannya jenius; dalam hal berhitung matematika “wow”, komputerisasi “wow”, tetapi di dalam hal yang rohani, miring otaknya; itulah kumpulan Korah dan konco-konconya. Kita akan melihat terus bagaimana hal ini bisa terjadi.
 
Kemudian, mereka berkata: “Masih juga engkau menjadikan dirimu tuan atas kami?” Musa itu adalah seorang hamba TUHAN yang rendah hati. Dalam kitab Bilangan dikatakan, tidak ada yang lebih lemah lembut dan rendah hati dari pada Musa; TUHAN berkata demikian, tepatnya saat Miryam dan Harun mengata-ngatai Musa, adiknya.
 
Bilangan 16:14
(16:14) Sungguh, engkau tidak membawa kami ke negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ataupun memberikan kepada kami ladang-ladang dan kebun-kebun anggur sebagai milik pusaka. Masakan engkau dapat mengelabui mata orang-orang ini? Kami tidak mau datang."
 
Sungguh, engkau tidak membawa kami ke negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ataupun memberikan kepada kami ladang-ladang dan kebun-kebun anggur sebagai milik pusaka. Hal ini sudah sangat bertentangan dengan rencana TUHAN.
Kalau kita perhatikan dalam kitab Yosua, setelah Yosua memimpin bangsa itu tiba di tanah Kanaan (tanah perjanjian), akhirnya dari Timur ke Barat, Utara ke Selatan, itu dibagikan kepada dua belas suku bangsa Israel;
-          Sembilan setengah suku yang di tanah Kanaan.
-          Dua setengah suku di seberang sungai Yordan.
Dan itu adalah titah TUHAN. TUHAN tidak pernah salah, tidak pernah meleset di dalam hal menjanjikan janji-Nya, sebab janji Firman itu mulia bagi kita. Kita beribadah malam ini, bukankah itu adalah bagian dari janji Firman TUHAN untuk menikmati susu dan madu? Ibadah dan pelayanan ini adalah milik pusaka yang TUHAN berikan bagi kita.
Jadi, bukan dunia ini dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya menjadi milik kita, bukan. Tanah Kanaan inilah yang menjadi milik pusaka kita. Ibadah pelayanan inilah yang menjadi milik pusaka kita.
 
Bilangan 16:15
(16:15) Lalu sangat marahlah Musa dan ia berkata kepada TUHAN: "Janganlah perhatikan segala persembahan mereka. Belum pernah kuambil satu ekor keledai pun dari mereka, dan belum pernah kulakukan yang jahat kepada seseorang pun dari mereka."
 
Lalu sangat marahlah Musa … Musa terpancing emosi karena memang dia dituduh yang bukan-bukan; wajar saja. Serendah hati apapun hamba TUHAN, sekali waktu akan terpancing, selama dia masih mendiami kemah tubuh ini. Nanti, sesudah lepas dari kemah ini, ketika sudah berada di sorga, seseorang tidak mungkin terpancing.
 
Janganlah perhatikan segala persembahan mereka. Belum pernah kuambil satu ekor keledai pun dari mereka.” Perkataan ini menunjukkan bahwa Musa itu jujur. Musa melayani TUHAN bukan karena cinta uang, tidak ada kepentingan di dalam dia melayani TUHAN; dia murni melayani TUHAN.
Kemudian, “belum pernah kulakukan yang jahat kepada seseorang pun dari mereka” Juga tidak ada kejahatan yang dilakukan oleh Musa; dia jujur, dia murni, dia tidak berlaku jahat kepada sidang jemaat yang dipimpin.
 
Bilangan 16:16-17
(16:16) Lalu berkatalah Musa kepada Korah: "Engkau ini dengan segenap kumpulanmu harus menghadap TUHAN, engkau dan mereka dan Harun, pada esok hari. (16:17) Baiklah kamu masing-masing membawa perbaraannya membubuh ukupan di atasnya, lalu kamu mempersembahkan masing-masing perbaraannya ke hadapan TUHAN, dua ratus lima puluh perbaraan; juga engkau ini dan Harun masing-masing harus membawa perbaraannya."
 
Akhirnya, Musa kembali berkata: Kalau memang engkau merasa layak, merasa kudus, ayo, taruhlah api di perbaraan mu dan taruhlah ukupan di atasnya. Kalau pelayananmu berkenan, maka dia akan bau harum. Kalau tidak, ya tidak. Dan Harun pun harus membawa perbaraannya juga.
 
Bilangan 16:18-19
(16:18) Maka mereka masing-masing membawa perbaraannya, membubuh api ke dalamnya, menaruh ukupan di atasnya, lalu berdirilah mereka di depan pintu Kemah Pertemuan, juga Musa dan Harun. (16:19) Ketika Korah mengumpulkan segenap umat itu melawan mereka berdua di depan pintu Kemah Pertemuan, tampaklah kemuliaan TUHAN kepada segenap umat itu.
 
Akhirnya, tampaklah kemuliaan TUHAN, Dia hakim yang adil, karena perkara ini sudah sangat besar sekali, tidak bisa lagi diselesaikan oleh akal sehat. Biarpun Musa sudah menyatakan yang benar tadi: “Aku jujur, aku tidak melayani karena kepentingan, tidak berlaku jahat kepada kamu”, namun itu tidak juga diterima. Akhirnya, TUHAN turun menyatakan kemuliaan-Nya.
Jadi, saya juga harus belajar sabar, kita semua harus belajar sabar, biar nanti TUHAN yang menyatakan kemuliaan-Nya.
 
Bilangan 16:20-22
(16:20) Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa dan Harun: (16:21) "Pisahkanlah dirimu dari tengah-tengah umat ini, supaya Kuhancurkan mereka dalam sekejap mata." (16:22) Tetapi sujudlah mereka berdua dan berkata: "Ya Allah, Allah dari roh segala makhluk! Satu orang saja berdosa, masakan Engkau murka terhadap segenap perkumpulan ini?"
 
Bayangkan, ketika TUHAN hendak memurkai Korah dan konco-konconya, serta anak isterinya, tetap saja dia memohon: “Janganlah TUHAN. Gara-gara Korah saja, masakan semua orang mati, baik anak, isteri, pembantunya, juga kucing yang ada di rumahnya, masa itu juga mati? 
 
Bilangan 16:23-25
(16:23) Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: (16:24) "Katakanlah kepada umat itu: Pergilah dari sekeliling tempat kediaman Korah, Datan dan Abiram." (16:25) Lalu pergilah Musa kepada Datan dan Abiram, dan para tua-tua Israel mengikuti dia. (16:26) Berkatalah ia kepada umat itu: "Baiklah kamu menjauh dari kemah orang-orang fasik ini dan janganlah kamu kena kepada sesuatu apa pun dari kepunyaan mereka, supaya kamu jangan mati lenyap oleh karena segala dosa mereka."
 
Di sini kita perhatikan, Musa berkata: “Baiklah kamu menjauh dari kemah orang-orang fasik ini dan janganlah kamu kena kepada sesuatu apa pun dari kepunyaan mereka …” Jangan sampai kita terkait dengan pemberontakan, sedikit pun jangan, supaya kamu jangan mati lenyap oleh karena segala dosa mereka.
 
Bilangan 16:27-28
(16:27) Maka pergilah mereka dari sekeliling tempat kediaman Korah, Datan dan Abiram. Keluarlah Datan dan Abiram, lalu berdiri di depan pintu kemah mereka bersama-sama dengan isterinya, para anaknya dan anak-anak yang kecil. (16:28) Sesudah itu berkatalah Musa: "Dari hal inilah kamu akan tahu, bahwa aku diutus TUHAN untuk melakukan segala perbuatan ini, dan hal itu bukanlah dari hatiku sendiri:
 
Di sini kita melihat, Musa berkata: “Dari hal inilah kamu akan tahu, bahwa aku diutus TUHAN untuk melakukan segala perbuatan ini, dan hal itu bukanlah dari hatiku sendiri” Apakah buktinya Musa diutus TUHAN? Dia melayani bukan sekehendak daging.
 
Bilangan 16:29-32
(16:29) jika orang-orang ini nanti mati seperti matinya setiap manusia, dan mereka mengalami yang dialami setiap manusia, maka aku tidak diutus TUHAN. (16:30) Tetapi, jika TUHAN akan menjadikan sesuatu yang belum pernah terjadi, dan tanah mengangakan mulutnya dan menelan mereka beserta segala kepunyaan mereka, sehingga mereka hidup-hidup turun ke dunia orang mati, maka kamu akan tahu, bahwa orang-orang ini telah menista TUHAN." (16:31) Baru saja ia selesai mengucapkan segala perkataan itu, maka terbelahlah tanah yang di bawah mereka, (16:32) dan bumi membuka mulutnya dan menelan mereka dengan seisi rumahnya dan dengan semua orang yang ada pada Korah dan dengan segala harta milik mereka.
 
Mari kita perhatikan perkataan Musa kepada mereka: Kalau mereka mati seperti manusia mati, berarti aku bukan diutus TUHAN. Tetapi, jika mereka mati dengan cara yang aneh, yaitu tanah terbuka dan mulutnya menganga, sehingga mereka turun hidup-hidup ke dunia orang mati, maka kamu akan tahu, bahwa orang-orang ini telah menista TUHAN.
 
Singkat kata: Korah dan konco-konco mati ditelan bumi hidup-hidup turun ke dunia orang mati; itu adalah bukti bahwa Musa dari TUHAN Yesus. Musa adalah gembala yang diutus untuk memimpin bangsa Israel di padang gurun.
 
Sekarang, kita lihat bagian dari 250 (dua ratus lima puluh) orang pemimpin yang kenamaan itu.
Bilangan 16:34
(16:34) Dan semua orang Israel yang di sekeliling mereka berlarian mendengar teriak mereka, sebab kata mereka: "Jangan-jangan bumi menelan kita juga!" (16:35) Lagi keluarlah api, berasal dari pada TUHAN, lalu memakan habis kedua ratus lima puluh orang yang mempersembahkan ukupan itu.
 
Keluarlah api dari TUHAN memakan habis kedua ratus lima puluh orang pemimpin kenamaan yang mempersembahkan ukupan asing (api asing). Setiap orang yang melayani hanya untuk menyenangkan dagingnya, melayani karena api asing, maka ia akan dihabisi oleh Api Tuhan. Inilah tandanya bahwa Musa adalah hamba TUHAN yang diutus TUHAN, sedangkan 250 (dua ratus lima puluh) orang yang mengaku pemimpin-pemimpin bangsa itu ternyata bukanlah hamba TUHAN yang diutus TUHAN; mereka hanyalah api asing yang melayani untuk memuaskan keinginan dagingnya saja.
Persis seperti Nadab dan Abihu tadi; mereka mengambil api dalam perbaraan, lalu mengambil ukupan dan ditaruh di atasnya, lalu nanti bau-baunnya hanya untuk menyenangkan dirinya; itulah api asing. Seperti itulah 250 (dua ratus lima puluh) orang konco-konco dari pada Korah tadi; mati dihabisi oleh Api Tuhan. Biarlah kita datang menghadap TUHAN dengan Api Tuhan. Jangan datang melayani dengan api asing; jangan coba-coba.
 
Kemudian, mari kita memperhatikan 1 Raja-Raja 18:20-46, yang menceritakan tentang Elia di gunung Karmel bersama dengan 450 (empat ratus lima puluh) nabi-nabi Baal. Hal ini terkait dengan bangsa Israel yang telah berlaku timpang -- mereka tidak punya pendirian yang teguh -- dan bercabang hati -- berarti, mendua hati di hadapan TUHAN --, karena akhirnya bangsa Israel turut menyembah berhala Baal, yang dihasut oleh 450 (empat ratus lima puluh) nabi-nabi Baal; itu sebabnya, Elia sangat marah sekali.
 
1 Raja-Raja 18:21-22
(18:21) Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: "Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia." Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah kata pun. (18:22) Lalu Elia berkata kepada rakyat itu: "Hanya aku seorang diri yang tinggal sebagai nabi TUHAN, padahal nabi-nabi Baal itu ada empat ratus lima puluh orang banyaknya.
 
Elia berkata kepada bangsa Israel: Berapa lama lagi kamu berlaku timpang? Berapa lama lagi kamu mendua hati kepada TUHAN? Kemudian, Elia kembali berkata: “Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, ikuti teladan-Nya, kerjakan segala sesuatu menurut apa yang didengar, apa yang Dia lihat dari TUHAN, jangkau anggota tubuh yang paling hina. Dan kalau Baal, ikutilah dia, kalau memang itu adalah Allah yang hidup.”
 
Kalau saya buat persamaannya:
-          Kalau pekerjaan adalah allah yang hidup, ikutilah dia, bekerja saja, tidak usah datang beribadah.
-          Kalau kuliah mu nomor satu, lalu engkau jadikan itu berhala Baal, ikutilah dia, tidak usah beribadah kepada TUHAN.
Jangan berlaku timpang dan bercabang hati. Jangan mendua hati; bulatkan hati kepada satu TUHAN.
Kalau pekerjaan adalah tuhanmu, sembahlah dia, tidak usah datang beribadah. Kalau kekerasan hatimu adalah tuhan, sembahlah dia, tidak usah datang di hadapan TUHAN. Tetapi kalau memang TUHAN adalah Allah yang hidup, yang sudah meninggalkan teladan-Nya bagi kita, ikuti Dia.
 
Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah kata pun. Rakyat itu tidak bergeming, tidak mau berubah; ini adalah jemaat yang sontoloyo, yang tidak mau berubah. Diberikan yang baik, namun tidak mau berubah; diberikan pengertian, namun tidak mau berubah; tetapi kita tidak sontoloyo, bukan?
 
Lalu akhirnya, Elia berkata kepada rakyat dan 450 (empat ratus lima puluh) nabi-nabi Baal di dalam ayat 23-24.
1 Raja-Raja 18:23-24
(18:23) Namun, baiklah diberikan kepada kami dua ekor lembu jantan; biarlah mereka memilih seekor lembu, memotong-motongnya, menaruhnya ke atas kayu api, tetapi mereka tidak boleh menaruh api. Aku pun akan mengolah lembu yang seekor lagi, meletakkannya ke atas kayu api dan juga tidak akan menaruh api. (18:24) Kemudian biarlah kamu memanggil nama allahmu dan aku pun akan memanggil nama TUHAN. Maka allah yang menjawab dengan api, dialah Allah!" Seluruh rakyat menyahut, katanya: "Baiklah demikian!"
 
Namun, baiklah diberikan kepada kami dua ekor lembu jantan -- ini juga untuk menguji; dia ini hamba TUHAN atau tidak, Musa pun begitu --; biarlah mereka memilih seekor lembu, memotong-motongnya, menaruhnya ke atas kayu api, tetapi mereka tidak boleh menaruh api … Jadi, lembu itu nanti dipersembahkan sebagai korban bakaran di atas kayu api, tetapi syaratnya ialah tidak boleh dinyalakan dengan pemantik, tidak boleh dinyalakan dengan api.
Aku pun akan mengolah lembu yang seekor lagi, meletakkannya ke atas kayu api dan juga tidak akan menaruh api. Elia pun melakukan hal yang demikian, dan demikianlah perjanjiannya. Hal ini sama seperti yang dilakukan oleh Musa terhadap Korah dan konco-konconya.
 
Kemudian biarlah kamu memanggil nama allahmu dan aku pun akan memanggil nama TUHAN. Maka allah yang menjawab dengan api, dialah Allah! Kalau kayu api itu menyala, Dialah Allah; kalau persembahan itu disambar dengan api, Dialah Allah yang hidup.
 
Tetapi pada akhirnya, doa mereka tidak dikabulkan; api tidak menjilat kayu api, korban bakaran dan mezbah yang dipersembahkan oleh nabi Baal tersebut; tidak ada api, tidak terjawab doanya. Berarti, Allah mereka bukanlah Allah Abraham Ishak Yakub, bukan Allah yang hidup. Jadi, berhala itu bukan Allah yang hidup, pekerjaanmu bukan Allah yang hidup, kuliah mu bukan Allah yang hidup, kesibukan mu bukan Allah yang hidup, sebab tidak bisa menyalakan api; percayalah kepada Firman TUHAN.
Intinya, pada akhirnya, mereka tidak dapat menyalakan api, sebab allah mereka adalah allah yang mati, tidak dapat menyalakan api.
 
Sekarang, kita akan melihat ELIA pada ayat 37.
1 Raja-Raja 18:37
(18:37) Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali."
 
Elia mempersembahkan korban pada waktu petang; karena pada pagi hari, 450 (empat ratus lima puluh) nabi Baal sudah mempersembahkan korban bakaran dari seekor lembu sapi sebagai korban bakaran, dipotong-potong, dibersihkan, lalu ditaruh dari kayu api, tetapi tidak ada api yang membakar korban bakaran.
Nah, sekarang giliran Elia, dia berkata: “Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku -- Elia harus berdoa dan didengar oleh sidang jemaat --, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali.” Allah yang hidup mampu memperbaharui hati.
 
1 Raja-Raja 18:38
(18:38) Lalu turunlah Api Tuhan menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya.
 
Secepatnya turun Api Tuhan menyambar habis korban bakaran, menyambar habis kayu api, menyambar habis batu dan tanah, bahkan air dalam parit sekelilingnya yang telah diisi tiga kali habis dijilat oleh Api Tuhan.
Singkat kata: Elia adalah hamba TUHAN yang melayani dengan Api Tuhan. Kalau melayani dengan Api Tuhan (Roh TUHAN), maka korban bakaran itu hangus dari kepala sampai ekor, karena api itu tidak boleh padam semalam-malaman sampai pagi, harus dipertahankan apinya, berarti; sampai hangus. Jangan kepala dari korban bakaran itu hangus, tetapi buntutnya tidak; harus hangus semua, itulah korban bakaran.
 
Itulah hamba TUHAN yang melayani dengan Api Tuhan; sementara 450 (empat ratus lima puluh) nabi Baal melayani dengan api asing. Memang mata tidak melihat api dari api asing, tetapi secara rohani, kita akan melihat API ASING.
 
1 Raja-Raja 18:26
(18:26) Mereka mengambil lembu yang diberikan kepada mereka, mengolahnya dan memanggil nama Baal dari pagi sampai tengah hari, katanya: "Ya Baal, jawablah kami!" Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab. Sementara itu mereka berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu.
 
Inilah API ASING yang pertama, yaitu berjingkat-jingkat. Kalau berjingkat-jingkat, euforia luar biasa di tengah ibadah, luar biasa saat memimpin pujian, sidang jemaat juga luar biasa bersorak-sorai, tetapi saat dengar Firman, dia ngantuk, keluar dari ibadah; itu adalah api asing. Berjingkat-jingkat, tetapi ngantuk saat mendengar Firman, pikirannya melayang-layang, itu adalah api asing.
 
Mari kita lihat CIRI API ASING.
1 Raja-Raja 18:27
(18:27) Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka, katanya: "Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga."
 
Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka … Elia ini pandai bercanda juga rupanya. Apa candaannya?

-          Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung … Ayo, agak keras-keras buat panggilannya, mungkin dia sedang melamun, sebab gajinya ditunda untuk tiga bulan yang akan datang.

-          Mungkin ada urusannya … Dia sibuk, tetapi tentu kita tidak sibuk, bukan? Sekalipun salah satu di antara kita bekerja di bagian properti di Tangerang, namun tetap tidak sibuk, bukan? Tetap datang beribadah, bukan? Itulah api asing; banyak sibuk-sibuknya.

-          Mungkin ia bepergian … Suka pergi-pergi; doakan supaya saya jangan suka pergi-pergi. Kalau memang TUHAN yang utus ke Karimun, TUHAN yang utus ke Jambi, TUHAN yang utus ke Pare-Pare untuk mengembangkan Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT), itu tidak apa-apa, dan jika saudara pun turut mengambil bagian dalam hal korban persembahan di situ, tidak apa-apa; tubuh saudara di sini, tetapi korban persembahan saudara ikut ke sana.

-          Barangkali ia tidur = Pemalas. Jadi, pemalas pun adalah api asing.

-          Dan belum terjaga … Belum bangun-bangun dari tidurnya, ngantuk terus. Kalau dengar Firman, ngantuk terus.

Itu adalah api asing yang pertama.
 
Sekarang, kita akan melihat API ASING yang kedua.
1 Raja-Raja 18:28
(18:28) Maka mereka memanggil lebih keras serta menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan tombak, seperti kebiasaan mereka, sehingga darah bercucuran dari tubuh mereka.
 
Mereka memanggil lebih keras serta menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan tombak; mereka menyakiti daging mereka sendiri. Seringkali kita datang menghadap TUHAN dengan korban yang luar biasa, banyak yang seperti itu; berkorban-korban sampai berdarah-darah pun dilakukan untuk sesamanya, tetapi separuh dari itu tidak dia lakukan untuk TUHAN. Itu adalah kesalahan, dan itu adalah api asing.
Untuk orang lain rela berkorban-korban sampai berdarah-darah, tetapi untuk TUHAN tidak; itu adalah api asing. Untuk tabiat daging saudaramu, engkau rela sampai berdarah-darah, tetapi untuk pekerjaan TUHAN engkau tidak lakukan; itu adalah api asing.
 
Selanjutnya, kita akan melihat API ASING yang ketiga, yang bukan dari TUHAN.
1 Raja-Raja 18:29
(18:29) Sesudah lewat tengah hari, mereka kerasukan sampai waktu mempersembahkan korban petang, tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab, tidak ada tanda perhatian.
 
Mereka kerasukan sampai waktu mempersembahkan korban petang ... Saya berpikir, orang yang berbahasa “kiraba kiraba ... sendalawa sendal jepit ... sendal jepang ... sendal lawas”, padahal ia terlambat masuk gereja, namun ia berbahasa asing, itu menunjukkan bahwa ia sedang kerasukan.
Kalau berbahasa lidah disebut juga bahasa asing (logat ganjil), namun itu adalah kepenuhan Roh Kudus. Tetapi kalau bahasa asing bukan dari sorgawi, itu adalah bahasa Setan.
 
Petrus hampir saja, bahkan sudah sampai mengucapkan kata-kata Setan, dengan berkata: “Aku tidak mengenal Dia”, disertai sumpah dan mengutuk; ini menunjukkan bahwa ia sudah kerasukan.
Yang benar adalah kalau “ya” katakan “ya”, kalau “tidak” katakan “tidak”, jangan takut menerima hukuman. Jangan karena hukuman, akhirnya kita pun berbahasa asing; jangan sampai kerasukan, sebab itu adalah api asing.
 
Inilah perbedaan Api Tuhan dengan api asing. Sekiranya ada hamba TUHAN yang berbeda pengertian, mohon maafkan saya, tetapi inilah yang TUHAN taruh di hati saya untuk selanjutnya disampaikan malam ini. Dan sidang jemaat GPT “BETANIA”, baik di Bandung, di Malaysia, di mana pun umat TUHAN senantiasa memberikan dirinya digembalakan, inilah Firman malam ini; tentang Api Tuhan dan api yang diturunkan dari langit, yang diturunkan oleh binatang yang kedua, yang keluar dari bumi, itulah nabi-nabi palsu, yang menjalankan kuasa dari binatang yang pertama -- yang merupakan api asing juga --, karena kuasa binatang yang pertama diterima dari Setan (api asing).
Demikianlah 450 (empat ratus lima puluh) nabi-nabi Baal ini menurunkan api dari langit; sepertinya “sikaraba … sikaraba …”, padahal sudah kata kutuk dan kata sumpah.
 
Matius 26:74
(26:74) Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu." Dan pada saat itu berkokoklah ayam.
 
Untuk yang ketiga kali Dia berkata: “Aku tidak kenal orang itu.” Tetapi sebelum mengucapkan kalimat yang sama untuk yang ketiga kalinya, Petrus mengutuk dan bersumpah; dia sudah kerasukan, sebab itu bukanlah bahasa Roh.
Yang benar adalah “ya” di atas “ya”, “tidak” di atas “tidak”, itu adalah Api Tuhan, walaupun ada konsekuensi yang harus diterima. Jangan takut terhadap orang yang dapat membunuh tubuh, tetapi manusia batin tidak dapat dia bunuh. “Ya” di atas “ya”, “tidak” di atas “tidak”.
 
Tetapi mereka semua sudah kerasukan, sebab mereka mengatakan bahasa kutuk dan bahasa sumpah; itu bukanlah bahasa Roh, itu adalah kerasukan Setan. Namun TUHAN bisa menolong orang yang kerasukan Setan, kalau ia mau. Tetapi persoalannya tadi, bangsa itu bergeming; diberikan yang baik, namun ia tidak mau berubah; akhirnya, kepala dari 450 (empat ratus lima puluh) nabi-nabi Baal disembelih, sedangkan bangsa itu turut menyembah TUHAN.
Inilah Api Tuhan; kalau Api Tuhan menguasai seorang hamba TUHAN, maka akan mempimpin sidang jemaat di tengah-tengah ibadah, yang memuncak sampai kepada Mezbah Dupa emas, itulah doa penyembahan, sampai perobekan daging, penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah, sehingga jalan terbuka ke sorga.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 

No comments:

Post a Comment