KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Sunday, January 30, 2022

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 26 OKTOBER 2021


 
IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 26 OKTOBER 2021
 
KITAB KOLOSE
(Seri: 166)
 
Subtema: PANDANGLAH IMAM BESAR DAN RASUL
 
Segala puji, segala hormat hanya bagi Dia yang layak untuk disembah, diagungkan, yang sekarang duduk di sebelah kanan Allah Bapa di tempat yang Mahatinggi.
Kita bersyukur, berterima kasih kepada Tuhan karena rahmat-Nya yang luar biasa, kita dimungkinkan untuk berada di tengah perhimpunan Ibadah Doa Penyembahan untuk selanjutnya tersungkur di hadapan takhta TUHAN, sujud menyembah kepada Dia; tentu saja ini adalah suatu kegiatan yang memuncak. Dan apabila kita sudah berada pada puncak kegiatan seperti ini, berarti kita adalah milik kepunyaan Allah sendiri, dengan demikian; pemeliharaan TUHAN juga nyata dalam setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Sekali lagi saya sampaikan syukur dan terima kasih kepada TUHAN karena kita semua ada di tengah perhimpunan Ibadah Doa Penyembahan sebagai puncak ibadah di bumi ini, maka pertolongan TUHAN nyata bagi kita pribadi lepas pribadi.
 
Saya tidak lupa menyapa sidang jemaat TUHAN di Bandung, di Malaysia, bahkan umat ketebusan TUHAN yang senantiasa setia untuk tekun digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Banten, Indonesia. Bahagia kiranya memerintah perhimpunan Ibadah Doa Penyembahan malam ini dalam hal menikmati sabda Allah.
 
Segera saja kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada Jemaat di Kolose, yaitu KOLOSE 3.
Oleh karena rahmat TUHAN, kita masih berada di ayat 19. Sudah dua tahun kurang lebih kita diberkati oleh ayat 19 ini; bukan karena kita hebat, bukan karena kecakapan kita atau kelebihan yang kita punya, tetapi karena kasih dan kemurahan hati Tuhan yang melimpah atas kita sekaliannya.
 
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
 
Seorang suami harus tahu untuk mengasihi isterinya dengan benar, dan seorang suami dilarang untuk berlaku kasar terhadap isterinya.
 
Tentang hal ini, lebih rinci kita akan temukan lagi di dalam 1 Petrus 3:7.
1 Petrus 3:7
(3:7) Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
 
Seorang suami haruslah berlaku bijaksana terhadap isterinya. Yesus Kristus adalah Kepala gereja, sekaligus Mempelai Laki-laki Sorga, namun Dia juga adalah Suami di dalam kebenaran dan Suami dalam keadilan = Suami yang bijaksana. Dia berlaku bijaksana dalam kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
 
Tentang HAL KEBIJAKSANAAN, kita urutkan sampai Daniel 12:3.
Daniel 12:3
(12:3) Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.
 
Orang-orang bijaksana sama seperti bintang-bintang yang bercahaya di cakrawala, berarti; bersinar terang dalam kegelapan.
Adapun tugas dari orang-orang bijaksana ialah menuntun banyak orang kepada kebenaran. Sama seperti ketika Yesus lahir; Bintang Timur menuntun perjalanan orang majus sampai tiba di tujuan, dan akhirnya mereka berlutut sujud menyembah Raja di atas segala raja, itulah Yesus yang baru dilahirkan itu.
 
1 Korintus 10:14-15
(10:14) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala! (10:15.) Aku berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah sendiri apa yang aku katakan!
 
Sebagai seorang hamba TUHAN yang bijaksana, Rasul Paulus berusaha menuntun sidang jemaat di Korintus kepada kebenaran.
 
Mari kita hubungkan perkataan Rasul Paulus pada ayat 14-15 dengan ayat 19-20.
1 Korintus 10:19
(10:19) Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa persembahan berhala adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? (10:20) Bukan! Apa yang kumaksudkan ialah, bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat.
 
Maksud perkataan Rasul Paulus pada ayat 14-15 adalah Rasul Paulus melarang sidang jemaat di Korintus bersekutu dengan roh-roh jahat, seperti bangsa Israel dalam perjalanan mereka selama 40 (empat puluh) tahun di padang gurun.
Sekalipun bangsa Israel menjadi suatu barisan yang dipimpin oleh Musa atau menjadi rombongan yang nampaknya beribadah kepada Tuhan di padang gurun, namun kenyataannya persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat bukan kepada Allah; itu sebabnya Rasul Paulus memerintahkan dengan tegas supaya Jemaat di Korintus jangan bersekutu dengan roh-roh jahat.
 
1 Korintus 10:21
(10:21) Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat.
 
Pendeknya:
-            Pengorbanan kepada TUHAN dan pengorbanan kepada Setan tidak dapat dikerjakan secara bersama-sama.
-            Kehendak Allah dan kehendak dari roh-roh jahat tidak dapat juga dikerjakan secara bersama-sama.
Oleh sebab itu, kalau memang kita mau mengikut TUHAN, ikutlah TUHAN dengan sungguh-sungguh; kalau tidak, ikutlah roh-roh yang lain, supaya jangan mengalami kerugian dua kali lipat.
 
1 Korintus 10:6-10
(10:6.) Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat.(10:7) dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria." (10:8) Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang. (10:9) Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular. (10:10) Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
 
Perjalanan bangsa Israel di padang gurun selama 40 (empat puluh) tahun merupakan contoh dan peringatan bagi kita di hari-hari terakhir ini supaya jangan kita mengikuti apa yang dikerjakan oleh mereka.
 
Bangsa Israel bersekutu dengan roh-roh jahat, dan oleh karena persekutuan yang keliru itu persembahan mereka bukan kepada Allah melainkan kepada roh-roh jahat. Tetapi oleh karena kemurahan TUHAN, kita sudah melihat pribadi Rasul Paulus sebagai seorang yang bijaksana, yang berjuang untuk menuntun sidang jemaat di Korintus sampai kepada kebenaran, seperti Bintang Timur menuntun perjalanan orang-orang majus sampai kepada Yesus, Raja di atas segala raja yang baru dilahirkan itu.
 
Adapun persekutuan bangsa Israel dengan roh-roh jahat selama 40 (empat puluh) tahun di padang gurun:
1.      Pada ayat 6: Bangsa Israel menginginkan hal-hal yang jahat.
2.      Pada ayat 7: Bangsa Israel menyembah berhala.
3.      Pada ayat 8: Bangsa Israel melakukan percabulan.
4.      Pada ayat 9: Bangsa Israel mencobai TUHAN.
5.      Pada ayat 10: Bangsa Israel bersungut-sungut.
Bagian yang pertama dan yang kedua telah disampaikan dan minggu lalu telah berakhir tentang penyembahan berhala lembu emas dari bangsa Israel.
 
Sekarang kita akan memasuki berkat yang baru, yaitu penjelasan dari hal yang ketiga yakni: BANGSA ISRAEL MELAKUKAN PERCABULAN.
Adapun kisah tersebut dengan jelas ditulis dalam kitab Musa yang keempat, yakni kitab Bilangan,  secara khusus ditulis dalam Bilangan 25:1-18.
 
Bilangan 25 erat kaitannya dengan Bilangan 22-24, sebab Bilangan 22-25 mengemukakan tentang kejayaan dan kejatuhan bangsa Israel.
Seharusnya, di dalam TUHAN; kalau kita sungguh-sungguh, maka sekali jaya akan tetap jaya. Namun kenyataannya, kejayaan bangsa Israel diakhiri dengan kejatuhan; sangat disayangkan.
 
Bilangan 22-25 jika dikaitkan dengan pola terang Tabernakel terkena pada Mezbah Dupa → ibadah yang tertinggi, itulah doa penyembahan. Maka, sudah seharusnya ibadah dan hidup rohani kita berada sampai pada puncaknya, itulah doa penyembahan. Tetapi kita tidak akan sampai kepada puncak ibadah kalau tidak ada seorang Imam Besar memimpin ibadah itu sampai pada puncaknya.
 
Ibrani 3:1-2
(3:1) Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus, (3:2) yang setia kepada Dia yang telah menetapkan-Nya, sebagaimana Musapun setia dalam segenap rumah-Nya.
 
Saudara-saudara yang sudah menerima harta yang kudus itulah firman Allah, saudara-saudara yang sudah berada di tengah-tengah kegiatan Roh Kudus (ibadah dan pelayanan), itu yang disebut orang-orang kudus. Ternyata, saudara-saudara yang kudus disamakan dengan orang-orang yang mendapat panggilan sorgawi.
 
Sikap yang harus ditunjukkan oleh orang-orang yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi ialah mereka harus memandang kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus Kristus, TUHAN dan Juruselamat kita.
Adapun tugas dari seorang rasul adalah menceritakan tentang hal-hal yang akan datang; oleh sebab itu, kita wajib untuk memandang Yesus, Dia adalah Rasul.
 
Untuk membuktikan hal itu kita baca Wahyu 1.
Wahyu 1:1,9
(1:1) Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi. Dan oleh malaikat-Nya yang diutus-Nya, Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes. (1:9) Aku, Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus.
 
Demi wahyu yang akan diterima dari Allah, Yohanes rela dibuang ke pulau Patmos, yang sekarang bagian dari negara Turki. Yohanes merupakan gambaran dari seorang hamba TUHAN yang sungguh-sungguh memperhatikan umat TUHAN. Demi masa yang akan datang yang harus diceritakan kepada umat TUHAN, dia rela dibuang ke pulau Patmos.
Kalau pun kita terbuang dari dunia ini demi masa yang akan datang, kita tidak perlu kecil hati, karena masa yang akan datang jauh lebih indah dan lebih mulia dari masa yang sekarang ini.
 
Wahyu 1:19
 (1:19) Karena itu tuliskanlah apa yang telah kaulihat, baik yang terjadi sekarang maupun yang akan terjadi sesudah ini.
 
Kalau kita bisa melihat yang terjadi sekarang, besok, lusa, dan yang akan datang, itu karena kemurahan hati TUHAN.
TUHAN sudah mengutus seorang hamba TUHAN yang rela berkorban, rela dibuang ke pulau yang bernama Patmos; jadi, kita juga harus rela untuk dibuang, harus rela tersingkir, kalau memang itu perlu, supaya orang lain tertolong.
 
Adapun tugas dari seorang Rasul:
-       Menceritakan tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
-       Menceritakan tentang kemuliaan dan keagungan dari Kerajaan Sorga.
 
Wahyu 4:1-3
(4:1) Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini. (4:2) Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang. (4:3) Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya.
 
Roh TUHAN memimpin dan memperlihatkan Kerajaan Sorga kepada Rasul Yohanes, dan di dalam Kerajaan Sorga itu sebuah takhta terdiri di dalamnya. Berarti, seindah-indahnya sorga, semegah-megahnya sorga tidak akan berarti apabila sebuah takhta tidak ada di dalamnya, dengan lain kata; kalau TUHAN tidak bertakhta di dalam Kerajaan Sorga maka sorga tidak ada artinya.
 
Kehidupan manusia pun tidak akan berarti sekalipun ia memiliki kelebihan yang banyak; memiliki harta, kekayaan, uang yang banyak, memiliki kedudukan, jabatan, pangkat yang tinggi, atau sederet gelar yang tinggi di pundaknya, tidak akan menjadi indah dan tidak akan menjadi berarti kalau Allah tidak bertakhta di dalam kehidupan orang itu.
Oleh sebab itu, kita bersyukur di malam ini; oleh karena kemurahan TUHAN, kita semua berada di tengah-tengah takhta Allah, berada di dalam Ibadah Doa Penyembahan, supaya kehidupan kita menjadi kehidupan yang berarti, menjadi suatu kehidupan yang indah di hadapan Tuhan, kehidupan yang dapat menyenangkan hati Tuhan. Ini yang TUHAN harapkan dan dambakan. 
 
Jadi, yang TUHAN dambakan bukan kelebihan harta kekayaan, kecakapan, tetapi TUHAN mengharapkan dan mendambakan hati kita. Oleh sebab itu, mari kita bersama-sama dengan hati terbuka lebar-lebar mengizinkan TUHAN bertakhta di dalam hati kita. Jangan ada lagi yang bermegah karena kelebihan, karena kecakapan; itu adalah kebodohan di zaman jahiliah waktu belum mengerti apa-apa.
 
Wahyu 4:4-5
(4:4) Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka. (4:5) Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah. (4:6) Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; di tengah-tengah takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang.
 
Pada ayat 4-6, kita temukan perabotan yang ada di Tabernakel sorgawi, antara lain:
YANG PERTAMA: Di takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua.
Kalau kita bandingkan dengan Tabernakel di bumi yang dibangun oleh Musa, terkena pada Meja Roti Sajian dengan dua belas ketul roti di atasnya. Dua belas ketul roti di atas Meja Roti Sajian menggambarkan dua belas rasul hujan awal dan dua belas rasul hujan akhir yang memimpin gereja TUHAN keluar dari masa kesesakan.
YANG KEDUA: Tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu.
Persamaannya dengan Tabernakel di bumi yang dibangun oleh Musa, terkena pada Kaki Dian Emas dengan tujuh  pelita bernyala-nyala di atasnya.
YANG KETIGA: Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal.
Persamaannya dengan Tabernakel di bumi yang dibangun oleh Musa, terkena pada Kolam Pembasuhan Tembaga yang berbicara tentang baptisan air, juga berbicara tentang pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan-Nya.
 
Namun, untuk Mezbah Dupa tidak diceritakan pada Wahyu 4 ini, tetapi hal itu diceritakan dalam Wahyu 8:3-4 dan Wahyu 15:2. Tentu saja ada maksud dan tujuan Allah sehingga Rasul Yohanes hanya menuliskan dua alat yang ada di Ruangan Suci pada Tabernakel sorgawi di dalam Wahyu 4 ini.
 
Jadi, sudah sangat jelas bahwa tugas dari seorang hamba TUHAN yang menerima jabatan Rasul adalah menceritakan hal-hal yang akan datang dan menceritakan kemuliaan dari Kerajaan Sorga. Jadi, orang-orang kudus yang mendapat panggilan Kerajaan Sorga, pandanglah kepada Rasul, Dialah Yesus Kristus Tuhan dan Juruselamat yang kita cintai.
Sangat penting bagi kita untuk memahami ini semua, sehingga dengan pengertian ini kita dapat menyenangkan hati TUHAN setiap kali kita menghadap TUHAN dalam pertemuan-pertemuan ibadah kita di bumi ini.
 
Selain memandang kepada Rasul, yang mendapat panggilan sorgawi juga hendaklah memandang kepada IMAM BESAR AGUNG. 
Adapun tugas Imam Besar Agung:
-          Melayani orang berdosa.  
-          Berdoa untuk orang berdosa.
-          Memperdamaikan orang-orang yang berdosa kepada Allah.
Dalam Perjanjian Lama, seorang imam besar sekali setahun harus masuk ke dalam Ruangan Maha Suci dengan membawa darah lembu jantan untuk memperdamaikan dosa sesamanya kepada Allah. Jadi, tugas dari imam besar adalah pengantara antara Allah dengan manusia.
 
Mari kita memperhatikan 1 Yohanes 2, dengan perikop: “Kristus pengantara kita Kristus yang menjadi pengantara kita dengan Allah Bapa. Tiadalah mungkin kita sampai ke dalam Kerajaan Sorga apabila tidak ada pengantara; oleh sebab itu, pandanglah kepada Yesus, sebab Dia Imam besar, Dialah yang menjadi pengantara Allah dengan manusia, Dia harus menjadi korban.
 
1 Yohanes 2:1-2
(2:1) Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. (2:2) Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.
 
Tugas dari seorang Imam besar adalah menjadi pendamaian untuk semua dosa dunia.
Jadi, kita patut memandang Yesus, sebab Dia Imam Besar Agung yang rela mengorbankan diri-Nya untuk menjadi pengantara, menjadi pendamaian terhadap dosa dunia.
 
Apa yang ditulis oleh Rasul Yohanes juga ditulis di dalam Lukas 22.
Lukas 22:24-26
(22:24) Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka. (22:25) Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. (22:26) Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.
 
Di sini kita melihat: Terjadi pertengkaran di antara murid-murid Yesus, sebab mereka berlomba-lomba menjadi yang terbesar.
Kalau berlomba-lomba untuk menjadi yang terbesar, berlomba-lomba untuk menonjolkan diri, maka di situ pasti terjadi pertengkaran, di situ pasti terjadi perselisihan, di situ pasti terjadi keributan, tidak akan ada damai antara yang satu dengan yang lain.  
 
Jadi, dalam hal beribadah dan melayani Tuhan, dalam hal mengikuti TUHAN kita tidak perlu menonjolkan diri kita masing-masing. Jangan meributkan siapa yang terbesar, jangan berlomba-lomba untuk menjadi yang terbesar dengan cara pemikiran manusia duniawi.
 
Oleh karena kebodohan yang terjadi terhadap murid-murid ini, maka TUHAN angkat bicara untuk meluruskan pemikiran mereka yang salah dengan memberi dua contoh kepemimpinan.
Kepemimpinan YANG PERTAMA adalah kepemimpinan dunia: “Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung.
Tuhan tidak menginginkan kepemimpinan dunia; oleh sebab itu, sebab itu TUHAN memberi contoh kepemimpinan YANG KEDUA adalah kepemimpinan di dalam TUHAN, yaitu: “Yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.
Jadi, pemimpin di dalam TUHAN itu bukan karena ia memiliki kelebihan, bukan karena ia orang pintar, orang hebat, memiliki kecakapan, pandai, tetapi pemimpin di dalam TUHAN ialah:
-          Hendaklah menjadi yang termuda, artinya; mengakui diri belum berpengalaman, dengan lain kata; menyadari dirinya bukan siapa-siapa, masih minim pengalaman, menyadari diri belum berpengalaman.
-          Kemudian yang disebut pemimpin di dalam TUHAN, berarti; harus menjadi pelayan.
 
Pemimpin di luaran sana berbeda dengan pemimpin di dalam Tuhan. Oleh sebab itu, hati-hati;
-          Jangan kita datang beribadah dan melayani untuk mencari pujian dan hormat.
-          Jangan datang beribadah karena ambisi.
Kalau itu tujuan kita datang beribadah, maka TUHAN tidak akan membawa kita sampai kepada tujuan sekalipun Allah sudah memerintahkan Rasul Yohanes untuk memperlihatkan Kerajaan Sorga.
 
Mari kita memperhatikan ayat selanjutnya.
Lukas 22:27
(22:27) Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.
 
Yesus tampil di tengah-tengah dua belas murid sebagai pelayan, menunjukan bahwa Dia adalah pemimpin sejati, pemimpin terbesar di sepanjang zaman, yang menjadi PELAYAN.
 
Lukas 22:28-30
(22:28) Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. (22:29) Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, (22:30) bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.
 
Terkait dengan pelayanan yang dikerjakan oleh Yesus ini, maka kita harus tetap bersama dengan TUHAN dalam berbagai pencobaan, mengapa harus demikian? Karena TUHAN Yesus sebagai Imam Besar menentukan hak-hak kerajaan bagi kita kelak, dan kita akan duduk makan dan minum sehidangan dengan Dia; duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.
 
Lukas 22:31-33
(22:31) Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, (22:32) tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu." (22:33) Jawab Petrus: "Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!"
 
Iblis menuntut untuk menampi Simon seperti gandum terpisah dengan sekam.
-          Sekam dikumpulkan untuk dibakar oleh api di dalam neraka.
-          Sedangkan gandum dikumpulkan di dalam lumbung Allah untuk dibawa ke dalam Kerajaan Sorga.
 
Hari-hari ini adalah hari-hari penampian. Kalau kita menghadapi ujian pencobaan, itu adalah cara TUHAN supaya kita masuk ke dalam penampian dan menjadi gandum yang dikumpulkan ke dalam lumbung kelak dibawa masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Usia bumi ini semakin tua, maka tentu saja ujian akan semakin bertambah-tambah. Ujian merupakan penampian untuk memisahkan gandum dari sekam untuk dikumpulkan ke dalam lumbung Kerajaan Sorga. Biarlah kita menjadi gandum, dengan lain kata; penuh dengan Firman Allah, karena sudah terlebih dahulu melewati ujian pencobaan.
 
Di sini kita melihat Yesus sebagai Imam Besar berkata kepada murid-murid: “Tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur.” Sebagai Imam Besar, Yesus BERDOA untuk orang berdosa secara khusus kepada murid-murid, secara khusus kepada Simon Petrus supaya imannya jangan gugur.
Janganlah kiranya ada iman yang gugur di antara kita dalam perjalanan rohani kita menuju Yerusalem baru yang dipimpin oleh dua belas rasul hujan akhir ini.
 
Selanjutnya, Yesus berkata: Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu." Terkait dengan penyangkalan Petrus, TUHAN Yesus meminta kepadanya supaya ia menguatkan orang lain apabila ia sudah insaf.
Jadi, sudah sangat jelas; dua belas rasul hujan akhir dipakai TUHAN untuk memimpin gereja hujan akhir untuk keluar dari masa kesesakan ini. Dan kalau kita sudah insaf, maka selanjutnya kita harus menguatkan orang lain.
 
Tetapi di sini kita perhatikan, Petrus justru berkata: “Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!” Jangan kita merasa hebat, jangan merasa diri benar dan jangan merasa diri kuat ketika menghadapi ujian sebagai penampian yang dituntut oleh Setan.
 
Selanjutnya, mari kita membaca ayat 37-38.
Lukas 22:37-38
(22:37) Sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi pada-Ku: Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi." (22:38) Kata mereka: "Tuhan, ini dua pedang." Jawab-Nya: "Sudah cukup."
 
Murid-murid berkata: "Tuhan, ini dua pedang." Pernyataan murid-murid ini menunjukkan bahwa tidak ada damai di dalam diri murid-murid, sebab mereka masih mau mengajak Yesus berperang dengan orang-orang yang akan menyalibkan-Nya.
Tetapi di sini kita melihat, Yesus menjawab: "Sudah cukup."  Yesus sudah mati di atas kayu salib dan menyerahkan nyawa-Nya. Sebelum Yesus menyerahkan nyawa-Nya Ia berkata: Sudah selesai”, dengan demikian; Yesus tampil sebagai Imam Besar mengadakan PENDAMAIAN terhadap dosa.
 
Jadi, dari kisah ini kita dapat menyimpulkan, bahwa; Yesus Kristus adalah Imam Besar Agung, di mana tugas-Nya adalah:
-          Melayani orang berdosa.
-          Berdoa untuk orang berdosa.
-          Memperdamaikan dosa manusia.
Oleh sebab itu, orang-orang kudus yang mendapat panggilan sorga:
-          Pandanglah kepada Yesus sebab Ia adalah Rasul.
-          Pandanglah kepada Yesus sebab Ia adalah Imam Besar Agung yang sangat mencintai nyawa kita.
 
Kita tidak meminta hal ini semua, tetapi Yesus yang menyatakan diri-Nya untuk menjadi pendamaian bagi dosa kita, berarti Ia menyelami hati manusia, menyelami hati kita semua. Imam-imam harus bisa menyelami hati sesama, tidak boleh mengambil jalan masing-masing, tidak boleh egois, tidak boleh mencari pujian di dalam melayani TUHAN.
 
Wahyu 8:3
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu.
 
Datanglah seorang malaikat lain … Malaikat lain, jelas itu adalah pribadi Yesus Kristus yang sedang menuntun dan memimpin perjalanan hidup rohani gereja TUHAN sampai tujuannya.
Di sini kita melihat: Malaikat lain itu berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Jadi, tugas malaikat lain ini adalah untuk menuntun dan memimpin perjalanan gereja TUHAN sampai pada puncaknya, sampai kepada tujuan rohani kita di atas muka bumi ini, apa buktinya? Ia berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas di tangannya.
 
Jadi, sebagai seorang yang bijaksana, Yesus yang adalah Imam Besar Agung, Dialah malaikat lain yang kuat memimpin, menuntun perjalanan hidup rohani gereja TUHAN sampai puncaknya, itulah doa penyembahan.
 
Wahyu 8:4
(8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
 
Tugas dari seorang Imam Besar ialah memimpin ibadah-ibadah di atas muka bumi ini sampai kepada doa penyembahan, bagaikan asap dupa emas kemenyan yang naik ke hadirat TUHAN, menembusi takhta Allah.
 
Setelah memperdamaikan dosa manusia, selanjutnya Imam Besar Agung memimpin hidup rohani gereja TUHAN sampai kepada doa penyembahan, sehingga kita selamat. Itu juga pesan Allah kepada Musa: “Tuntunlah bangsa itu ke tempat yang telah Kusebutkan kepadamu; akan berjalan malaikat-Ku di depanmu.” Sebenarnya, malaikat yang menuntun itu adalah TUHAN sendiri.
 
Yesus adalah Imam Besar Agung; oleh sebab itu, pandanglah kepada Dia. Tidak usah memandang perkara lahiriah dan membesar-besarkannya supaya kita jangan susah hati.
Kalau kita membanding-bandingkan gaji kita yang kecil dengan gaji sesama yang besar, maka hati kita nanti akan susah; oleh sebab itu, pandang saja kepada Imam Besar Agung. Kalau kita lihat rumah kita lebih kecil dari rumah orang maka hati kita nanti jadi susah; oleh sebab itu, pandang saja Yesus, Dia Imam Besar Agung memimpin kita sampai kepada kemuliaan kekal, bagaikan asap dupa kemenyan naik ke hadirat Allah, menembusi takhta Allah supaya kita kelak bersama-sama dengan Dia dalam kemuliaan kekal.
 
MENGAPA IBADAH DI BUMI HARUS MEMUNCAK SAMPAI PADA DOA PENYEMBAHAN?
Mari kita lihat jawabannya di dalam Wahyu 17.
Wahyu 17:1
(17:1) Lalu datanglah seorang dari ketujuh malaikat, yang membawa ketujuh cawan itu dan berkata kepadaku: "Mari ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu putusan atas pelacur besar, yang duduk di tempat yang banyak airnya.
 
"Mari ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu putusan atas pelacur besar, yang duduk di tempat yang banyak airnya.
Perempuan Babel disebut juga pelacur besar, dia duduk di tempat yang banyak airnya (lautan dunia) sedangkan binatang pertama yang keluar dari dalam laut itu adalah Antikris.
 
Wahyu 17:2
(17:2) Dengan dia raja-raja di bumi telah berbuat cabul, dan penghuni-penghuni bumi telah mabuk oleh anggur percabulannya." 
 
Perempuan Babel disebut pelacur besar, mengapa?
-          Karena kepada raja-raja -- imamat yang berkerajaan, pelayan TUHAN -- di bumi, dia berbuat cabul.
-          Dan kepada penduduk bumi, ia juga berbuat cabul.
Itu sebabnya perempuan Babel disebut pelacur besar.
 
Semakin dunia ini tua, maka gereja-gereja semakin banyak melacur dan berlaku cabul di hadapan TUHAN sebagaimana dengan perjalanan bangsa Israel di padang gurun; mereka bersekutu dengan roh-roh jahat sehingga persembahan mereka bukan kepada Allah, tetapi justru kepada roh-roh jahat, yang salah satunya disebabkan oleh percabulan mereka, yang ditulis dengan lengkap di dalam Bilangan 25. Sedangkan Bilangan 22-25 kalau dikaitkan dengan pola terang Tabernakel terkena kepada Mezbah Dupa → doa penyembahan.
 
Wahyu 17:3
(17:3) Dalam roh aku dibawanya ke padang gurun. Dan aku melihat seorang perempuan duduk di atas seekor binatang yang merah ungu, yang penuh tertulis dengan nama-nama hujat. Binatang itu mempunyai tujuh kepala dan sepuluh tanduk.
 
Seekor binatang yang merah ungu, yang penuh tertulis dengan nama-nama hujat, kemudian binatang itu mempunyai tujuh kepala dan sepuluh tanduk, jelas ini adalah antikris.
Binatang pertama yang keluar dari dalam laut berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, kemudian di atas kepalanya tertulis nama-nama hujat, itu adalah antikris, sesuai dengan Wahyu 13:1-2.
 
Wahyu 17:4
(17:4) Dan perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi dengan emas, permata dan mutiara, dan di tangannya ada suatu cawan emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya.
 
Di tangan perempuan Babel ini ada sebuah cawan emas. Ini tandingan dari malaikat lain (malaikat yang kuat), itulah Tuhan Yesus sebagai Imam Besar, yang juga di tangan-Nya ada cawan emas.
Itulah tujuannya mengapa ibadah ini harus dipimpin oleh malaikat yang kuat, itulah Tuhan Yesus Kristus Imam Besar Agung yang harus kita pandang yang memimpin ibadah sampai kepada doa penyembahan, yaitu supaya kita terlepas dari percabulan perempuan Babel (antikris).
Jadi, jangan kita menganggap enteng setiap pertemuan ibadah, apalagi menganggap enteng Ibadah Doa Penyembahan. Jangan sampai kita jauh dari ibadah, sebelum menyesal pada akhirnya.
 
Kembali kita memperhatikan: Di tangan malaikat yang kuat, itulah Tuhan Yesus Kristus (Imam besar Agung) ada sebuah cawan emas, tetapi kepada-Nya diberi banyak kemenyan supaya dibakar, dan asapnya naik membumbung sampai ke hadirat Allah. Tetapi perempuan Babel yang menunggangi antikris, di tangannya juga ada cawan emas yang isinya adalah kekejian dan kenajisan percabulan.
Jadi apabila ibadah kita tidak dipimpin sampai puncaknya, maka kita akan berhadapan dengan perempuan Babel (pelacur besar), di mana di tangannya ada sebuah cawan emas, yang selain berisi kekejian juga berisi kenajisan percabulan. Apabila ibadah tidak memuncak sampai kepada doa penyembahan, maka tidak tertutup kemungkinan dia juga akan seperti bangsa Israel yang berlaku cabul, seperti yang tertulis di dalam Bilangan 25.
 
Tadi di perjalanan menuju ke gereja, saya berbincang-bincang dengan ibu rohani: Untuk kesekian kali saya berkata pada ibu rohani bahwa penggembalaan GPT “BETANIA” ini cukup diperhatikan TUHAN. Saya bertanggung jawab mengatakan itu karena saya punya hati, punya telinga, punya mata dan pikiran.
Oleh sebab itu, dengan amat sangat saya mohon kepada umat ketebusan TUHAN di mana pun anda berada: Perhatikanlah pemberitaan Firman malam ini. Hidup rohani kita harus sampai pada puncaknya, yaitu doa penyembahan; kalau tidak, maka kita juga akan berlaku cabul karena perempuan Babel dan dikuasai binatang pertama yang keluar dari dalam laut yang sudah ditunggangi oleh roh cabul (antikris).
 
Mari kita lihat: GAMBARAN GEREJA TUHAN YANG BERLAKU CABUL SECARA ROHANI.
Ibrani 12:16
(12:16) Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan.
 
Esau adalah gambaran dari gereja TUHAN yang dikuasai oleh roh percabulan. Sedangkan roh percabulan = nafsu rendah yang begitu hina di hadapan TUHAN.
Jadi, kalau kita beribadah tetapi dikuasai roh percabulan, dengan lain kata; beribadah untuk mencari keuntungan, loba, serakah, tamak, cinta uang, itu adalah nafsu rendah, begitu hina di hadapan TUHAN.
 
Menjual hak kesulungan, meninggalkan (menjual) ibadah dan pelayanan demi semangkuk sop kacang merah = berlaku cabul = nafsu rendah = kehidupan yang murahan; seolah-olah TUHAN tidak sanggup memelihara kehidupan kita. Jangan kita jadikan TUHAN murahan.
Oleh sebab itu, di hari-hari terakhir ini, kita harus sungguh-sungguh, sebab dua belas rasul hujan akhir telah memimpin gereja hujan akhir untuk keluar dari masa kesesakan yang besar ini.
 
Ibrani 12:17
(12:17) Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.
 
Di kemudian hari, apabila orang yang berlaku cabul mencari berkat, ia akan ditolak, sebab ia tidak mempunyai kesempatan untuk memperbaiki kelakuannya. Tetapi bagi kita, terbuka lebar-lebar dan terbuka luas kesempatan yang TUHAN berikan untuk memperbaiki kelakuan kita yang jahat.
 
Kesempatan hanya datang satu kali seumur hidup, tidak dua kali. Oleh sebab itu, selagi hayat masih dikandung badan, selagi nafas ini masih ada di dalam hidup ini, biarlah kita manfaatkan kesempatan yang ada ini. Yesus telah menyerahkan nyawa-Nya supaya kita hidup; oleh sebab itu, mari kita tinggikan korban Kristus, berarti; jangan berlaku cabul.
Kalau seseorang berniat meninggalkan ibadah dan pelayanan untuk berlaku cabul supaya memperoleh kedamaian dan keselamatan; itu adalah pikiran picik dan bodoh. Ingat: Kesempatan hanya datang satu kali seumur hidup. TUHAN Yesus sudah menumpahkan darah-Nya supaya kita bernyawa (hidup).
 
Inilah yang terjadi ketika bangsa Israel berkemah di Sitim, di mana laki-laki dari bangsa Israel telah berzinah dengan perempuan Midian. Kemudian mereka berlaku cabul, lalu mereka membawa persembahan kepada Baal-Peor, mereka menduakan hati TUHAN, meninggalkan TUHAN demi semangkok sop kacang merah.
Peristiwa dalam Bilangan 25:1-2 merupakan bayangan dari gereja TUHAN yang juga berlaku cabul sama seperti gereja Esau.
 
Ayo, kesempatan hanya datang satu kali seumur hidup. Jangan sampai kita ditolak di kemudian hari; walau menangis darah, namun tidak akan ada artinya karena sudah terlambat.
Waktu Esau ditolak oleh Ishak, ia menangis sejadi-jadinya, tetapi itu semua tidak ada artinya sekalipun disertai dengan air mata darah, karena kesempatan hanya datang satu kali.Selagi hayat masih dikandung badan, selagi masih ada nafas dalam hidup, selagi TUHAN masih beri kesempatan hidup, lakukanlah apa yang TUHAN mau.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 
 

No comments:

Post a Comment