KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Thursday, January 6, 2022

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 14 OKTOBER 2021


 
IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 14 OKTOBER 2021
 
KITAB RUT PASAL 4
(Seri: 8)
 
Subtema: MEMPERTAHANKAN MILIK PUSAKA SAMPAI KESUDAHANNYA
 
Segala puji, segala hormat hanya bagi Dia, yang duduk di atas takhta kemuliaan-Nya, Dialah Allah sesembahan kita yang kita puja untuk selama-lamanya; dan kiranya bahagia sejahtera di dalam hal menikmati sabda Allah.
Saya tidak lupa menyapa sidang jemaat TUHAN yang ada di Bandung, di Malaysia, bahkan umat ketebusan TUHAN yang sedang mengikuti ibadah dan pemberitaan Firman lewat live streaming video internet Youtube, Facebook, baik di dalam negeri di tanah air, maupun di luar negeri, di manca negara, di tiap-tiap negara.
Kita mohon kemurahan dari TUHAN, supaya Firman yang dibukakan itu betul-betul menjangkau setiap kehidupan kita, meneguhkan setiap kehidupan kita, bahkan memberi jawaban dari setiap pergumulan persoalan yang kita hadapi; ada yang menghadapi persoalan besar, ada yang menghadapi persoalan kecil dan menengah, namun biarlah kiranya TUHAN menolong kehidupan kita malam ini.
Apa pun yang terjadi, kita tetap mempertahankan tanah air sorgawi yang dijanjikan oleh TUHAN bagi kita sekaliannya sebagai milik pusaka bagi kita untuk selama-lamanya, sehingga kita tidak menjadi tawar hati, tidak undur dari tengah ibadah pelayanan ini, karena kita memiliki pandangan yang jauh ke depan, tidak berpikir pendek.
 
Oleh sebab itu, segera kita sambut STUDY RUT sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab, yang disertai dengan perjamuan suci. Rut 4:1-22 dibagi dalam 2 (dua) bagian:
-          Yang Pertama: Ayat 1-12.
-          Yang Kedua: Ayat 13-22.
 
Dalam kesempatan malam ini, kita hanya membaca bagian yang pertama, yaitu ayat 1-6, dengan perikop: “Rut menjadi isteri Boas
Rut 4:1-6
(4:1) Boas telah pergi ke pintu gerbang dan duduk di sana. Kebetulan lewatlah penebus yang disebutkan Boas itu. Lalu berkatalah Boas: "Hai saudara, datanglah dahulu ke mari, duduklah di sini." Maka datanglah ia, lalu duduk. (4:2) Kemudian dipilihnyalah sepuluh orang dari para tua-tua kota itu, dan berkata: "Duduklah kamu di sini." Maka duduklah mereka. (4:3) Lalu berkatalah ia kepada penebus itu: "Tanah milik kepunyaan saudara kita Elimelekh hendak dijual oleh Naomi, yang telah pulang dari daerah Moab. (4:4) Jadi pikirku: baik juga hal itu kusampaikan kepadamu sebagai berikut: Belilah tanah itu di depan orang-orang yang duduk di sini dan di depan para tua-tua bangsa kita. Jika engkau mau menebusnya, tebuslah; tetapi jika engkau tidak mau menebusnya, beritahukanlah kepadaku, supaya aku tahu, sebab tidak ada orang yang dapat menebusnya kecuali engkau, dan sesudah engkau: aku." Lalu berkatalah ia: "Aku akan menebusnya." (4:5) Tetapi kata Boas: "Pada waktu engkau membeli tanah itu dari tangan Naomi, engkau memperoleh Rut juga, perempuan Moab, isteri orang yang telah mati itu, untuk menegakkan nama orang itu di atas milik pusakanya." (4:6) Lalu berkatalah penebus itu: "Jika demikian, aku ini tidak dapat menebusnya, sebab aku akan merusakkan milik pusakaku sendiri. Aku mengharap engkau menebus apa yang seharusnya aku tebus, sebab aku tidak dapat menebusnya."
 
Boaslah yang menjadi penebus yang sesungguhnya, atau menjadi penebus sejati, sebab penebusan atas tanah pusaka milik Elimelekh, pada akhirnya jatuh ke tangan Boas. Tetapi di dalam hal penebusan tanah itu, Boas juga turut memperoleh Rut, yang merupakan perempuan Moab (bangsa kafir), yang menjadi menantu Naomi, yang sudah menjadi janda.
 
Pertanyaannya: Mengapa Rut, perempuan Moab itu, turut ditebus?
Untuk mendapatkan jawabannya, kita akan memperhatikan Rut 4:5.
Rut 4:5
(4:5) Tetapi kata Boas: "Pada waktu engkau membeli tanah itu dari tangan Naomi, engkau memperoleh Rut juga, perempuan Moab, isteri orang yang telah mati itu, untuk menegakkan nama orang itu di atas milik pusakanya."
 
Rut turut ditebus oleh Boas, dengan maksud; untuk menegakkan nama Mahlon di atas tanah milik pusakanya. Mahlon adalah anak sulung Elimelekh -- yang dilahirkan oleh Naomi bagi Elimelekh --, suami dari pada Rut itu sendiri.
 
Berarti, oleh penebusan yang dikerjakan oleh Boas, silsilah Elimelekh tidak terputus. Demikian, janji Firman TUHAN tergenapi, yakni kehidupan yang hina, dina, dan papah, serta kehidupan yang masih ditandai dengan banyak kelemahan-kelemahan, mendapat kesempatan untuk memperoleh tanah air sorgawi, sebagai milik pusakanya untuk selama-lamanya, termasuk bangsa kafir mendapat kesempatan untuk memperoleh tanah air sorgawi sebagai milik pusaka kita selama-lamanya.
Kita bersyukur, oleh karena rahmat TUHAN, kita ditebus di atas kayu salib di bukit Golgota 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu, dan lewat penebusan ini, kita bangsa kafir mendapat kesempatan terhadap janji Firman TUHAN, itulah tanah air sorgawi yang dijanjikan bagi kita sebagai milik pusaka untuk selama-lamanya.
 
Terkait dengan tanah yang menjadi milik pusaka yang dijanjikan itu, kita akan kembali membaca Rut 4:6.
Rut 4:6
(4:6) Lalu berkatalah penebus itu: "Jika demikian, aku ini tidak dapat menebusnya, sebab aku akan merusakkan milik pusakaku sendiri. Aku mengharap engkau menebus apa yang seharusnya aku tebus, sebab aku tidak dapat menebusnya."
 
Penebus pertama tidak dapat menebus tanah milik pusaka Elimelekh, serta tidak dapat menebus Rut, perempuan Moab itu. Alasan dari penebus pertama ialah ia mau tetap mempertahankan tanah yang menjadi milik pusakanya sendiri -- yang diwariskan kepadanya --, dengan lain kata; ia tidak mau merusakkan milik pusakanya sendiri.
Berarti, bagi kita pun, milik pusaka itu sudah harus sangat berharga; oleh sebab itu, kita harus mempertahankan milik pusaka kita masing-masing.
 
Ibrani 11:8
(11:8) Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.
 
Karena iman, Abraham taat kepada panggilan TUHAN. Itulah sebabnya, ia berangkat ke tanah Kanaan, suatu negeri yang akan diterimanya untuk menjadi milik pusakanya sampai selama-lamanya.
 
Ibrani 11:9
(11:9) Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu.
 
Selanjutnya, Ishak dan Yakub, sebagai anak dan cucu Abraham, yang akhirnya akan menjadi ahli waris dari milik pusaka, itulah tanah Kanaan yang dijanjikan oleh TUHAN kepada Abraham. Jadi, tanah Kanaan itu diwariskan kepada anak cucunya, itulah Ishak dan Yakub, untuk menjadi milik pusaka.
 
Kita akan memperhatikan Mazmur 78:54-55, namun kita akan mengawali dari ayat 53.
Mazmur 78:53
(78:53) dituntun-Nya mereka dengan tenteram, sehingga tidak gemetar, sedang musuh mereka dilingkupi laut;
 
Singkat kata: TUHAN yang membebaskan Yakub (Israel) dari tanah Mesir dan perbudakan Firaun.
 
Mazmur 78:54-55
(78:54) dibawa-Nya mereka ke tanah-Nya yang kudus, yakni pegunungan ini, yang diperoleh tangan kanan-Nya; (78:55) dihalau-Nya bangsa-bangsa dari depan mereka, dibagi-bagikan-Nya kepada mereka tanah pusaka dengan tali pengukur, dan disuruh-Nya suku-suku Israel mendiami kemah-kemah mereka itu.
 
Selanjutnya, TUHAN yang menuntun dan memimpin langkah-langkah perjalanan bangsa Israel di padang gurun -- yang juga ditulis di dalam Keluaran 32:34 --, untuk selanjutnya membawa mereka masuk ke tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan oleh TUHAN Allah kepada nenek moyang bangsa Israel, yakni Abraham Ishak Yakub. Jadi, Mazmur 78:53-55 sama dengan Ibrani 11:8-9.
Setelah mereka dibawa masuk ke tanah Kanaan, TUHAN Allah membagi-bagikan tanah itu menurut suku-suku Israel untuk menjadi milik pusaka mereka sampai selama-lamanya.
 
Inilah tanah yang dijanjikan sebagai milik pusaka, dan inilah yang dibicarakan oleh penebus pertama tadi; inilah yang dipertahankan oleh penebus pertama tadi, di mana ia tidak mau merusakkan tanah yang dijanjikan oleh TUHAN Allah kepada nenek moyang bangsa Israel, Abraham Ishak Yakub, sampai kepada anak cucunya, sebagai milik pusaka yang telah diwariskan kepadanya; ia tidak mau merusakkannya, ia tetap mempertahankannya, dan itulah yang dibicarakan oleh penebus pertama tadi.
Jadi, kita memang harus mempertahankan tanah air sorgawi yang akan menjadi milik pusaka kita untuk selama-lamanya.
 
Mari kita memperhatikan Yosua 11.
Yosua 11:22-23
(11:22) Tidak ada lagi orang Enak ditinggalkan hidup di negeri orang Israel; hanya di Gaza, di Gat dan di Asdod masih ada yang tertinggal. (11:23) Demikianlah Yosua merebut seluruh negeri itu sesuai dengan segala yang difirmankan TUHAN kepada Musa. Dan Yosua pun memberikan negeri itu kepada orang Israel menjadi milik pusaka mereka, menurut pembagian suku mereka. Lalu amanlah negeri itu, berhenti dari berperang.
 
Akhirnya, Yosua membawa bangsa Israel ke tanah Kanaan, sesuai dengan rencana Allah. Kemudian, tanah Kanaan yang dijanjikan oleh TUHAN Allah kepada bangsa Israel dijadikan sebagai milik pusaka mereka dan dibagi-bagi menurut suku-suku Israel.
 
Oleh darah Anak Domba, kita semua telah ditebus dari dosa, kita semua telah ditebus dari cara hidup yang lama yang diwariskan kepada kita. Cara hidup yang lama bukanlah warisan yang harus kita pertahankan; oleh sebab itu, warisan yang sesungguhnya adalah tanah air sorgawi, itulah yang menjadi milik pusaka kita untuk selama-lamanya.
Oleh karenanya, TUHAN rela meninggalkan segala kemuliaan-Nya; turun ke dunia, lalu selanjutnya mati di atas kayu salib, singkat kata: Yesus telah mengerjakan penebusan dan pendamaian terhadap dosa, untuk selanjutnya kehidupan yang ditebus ini dituntun, dipimpin dan dibawa masuk ke tanah air sorgawi yang dijanjikan TUHAN Allah kepada kita dari abad ke abad, dan itulah yang menjadi milik pusaka kita untuk selama-lamanya.
Itulah sebabnya, Yesus mengerjakan penebusan dan pendamaian terhadap dosa di atas kayu salib, sebab yang menjadi milik pusaka kita, itulah tanah air sorgawi yang sudah diwariskan kepada kita untuk selama-lamanya. Jadi, bukan dosa lama, bukan perbuatan lama, bukan hidup yang lama yang menjadi warisan kita dan yang menjadi milik pusaka kita, tetapi yang menjadi warisan kita dan yang menjadi milik pusaka kita adalah tanah air sorgawi.
 
1 Petrus 1:18-19
(1:18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, (1:19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.
 
Yang menjadi milik pusaka kita adalah tanah air sorgawi; itulah milik pusaka yang diwariskan kepada kita, bukan perbuatan yang lama, bukan dosa dari kutuk nenek moyang, itu bukanlah milik pusaka kita. Tetapi yang menjadi milik pusaka kita adalah tanah air sorgawi; itulah sebabnya, dengan rela, Yesus, Anak Allah, meninggalkan kemuliaan-Nya, lalu turun ke dunia, mati di kayu salib, untuk menebus dosa kita, karena TUHAN mau menggenapi janji-Nya, yaitu tanah air sorgawi, sebagai milik pusaka yang diwariskan kepada kita masing-masing.
 
Jadi, segala sesuatu telah digenapi oleh Yesus, Anak Allah, di atas kayu salib, termasuk tanah air sorgawi yang diwariskan kepada kita untuk menjadi milik pusaka kita sampai selama-lamanya. Betapa hebatnya darah salib untuk menggenapi janji Allah dalam kehidupan kita masing-masing; kita patut bersyukur.
Oleh sebab itu, hargailah darah salib, hargailah korban Kristus; Dia mati di kayu salib untuk menggenapi janji-Nya, itulah tanah air sorgawi yang diwariskan kepada kita, untuk menjadi milik pusaka kita sampai selama-lamanya. Terpujilah kasih karunia Allah.
 
Demikian juga tadi; setelah ditebus oleh darah Anak Domba Paskah, dilepaskan dari penindasan Mesir, selanjutnya TUHAN yang menuntun, TUHAN yang memimpin langkah-langkah perjalanan dari pada bangsa Israel di padang gurun, untuk selanjutnya dibawa masuk ke tanah Kanaan, tanah perjanjian, lalu dibagi-bagikan sebagai milik pusaka mereka untuk selama-lamanya.
Demikian juga TUHAN melepaskan kita dari dunia dan melepaskan kita dari dosa dunia oleh darah Anak Domba Paskah, untuk selanjutnya membawa kita masuk ke tanah air sorgawi, itulah yang menjadi milik pusaka kita sampai selama-lamanya. Oleh sebab itu, mulai dari sekarang, kita sudah seharusnya memprioritaskan atau mengutamakan ibadah dan pelayanan ini, sebagai wujud yang nyata, bahwasanya kita tetap mempertahankan tanah air sorgawi dengan segala daya upaya, dengan segala pengorbanan, supaya menjadi milik pusaka kita sampai selama-lamanya.
 
Kita harus pertahankan ibadah dan pelayanan ini, sebab itu merupakan wujud nyata bahwa kita tetap mempertahankan tanah air sorgawi sebagai milik pusaka kita sampai selama-lamanya. Kita harus memprioritaskan ibadah ini lebih dari yang lain; mengutamakan ibadah pelayanan ini lebih dari pada yang lain.
Perbuatan daging dan kutuk nenek moyang bukanlah warisan yang harus kita miliki; tetapi tanah air sorgawi, itu yang harus kita wariskan sebagai milik pusaka kita sampai selama-lamanya.
 
Mari kita lihat CONTOH: NABOT, di mana dia tetap mempertahankan milik pusakanya sampai titik darah penghabisan, di dalam 1 Raja-Raja 21, dengan perikop: “Kebun anggur Nabot
1 Raja-Raja 21:1-2
(21:1) Sesudah itu terjadilah hal yang berikut. Nabot, orang Yizreel, mempunyai kebun anggur di Yizreel, di samping istana Ahab, raja Samaria. (21:2) Berkatalah Ahab kepada Nabot: "Berikanlah kepadaku kebun anggurmu itu, supaya kujadikan kebun sayur, sebab letaknya dekat rumahku. Aku akan memberikan kepadamu kebun anggur yang lebih baik dari pada itu sebagai gantinya, atau jikalau engkau lebih suka, aku akan membayar harganya kepadamu dengan uang."
 
Nabot mempunyai sebidang tanah di Yizreel, yang dijadikan sebagai kebun anggur.
 
Berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan = Berada di tengah-tengah kebun anggur Allah. Kita patut bersyukur kepada TUHAN, sebab itulah wujud nyata bahwa kita betul-betul mempertahankan tanah air sorgawi sebagai milik pusaka kita untuk selama-lamanya; demikian juga Nabot.
Oleh sebab itu, biarlah kita tetap memprioritaskan ibadah pelayanan ini sampai akhir hayat kita masing-masing. Kita tetap mengutamakan ibadah pelayanan ini lebih dari yang lain.
 
Kemudian, karena kedudukan dari kebun anggur Nabot itu tepat berada di samping istana Ahab, maka Ahab menginginkan kebun anggur Nabot itu dengan memberi tawaran yang sangat menggiurkan sekali, antara lain:
YANG PERTAMA: Nabot diiming-imingi oleh Ahab, yaitu akan memberikan kebun anggur yang lebih baik sebagai gantinya.
Adakah perkara-perkara di dunia ini yang lebih indah dari kebun anggur Allah? Saya rasa tidak ada. Jadi, sekalipun banyak perkara sebagai iming-iming dalam kehidupan kita masing-masing, ingat; ibadah pelayanan, itulah kebun anggur Allah, jauh lebih indah dari segala yang diiming-imingi oleh dunia ini.
YANG KEDUA: Nabot diiming-imingi oleh Ahab, yaitu akan membayar harganya dengan uang.
Tentu kita datang kepada TUHAN, bukan karena uang, bukan? Ingat: Cinta akan uang adalah akar dari segala kejahatan.
 
Tetapi, mari kita lihat ayat 3.
1 Raja-Raja 21:3
(21:3) Jawab Nabot kepada Ahab: "Kiranya TUHAN menghindarkan aku dari pada memberikan milik pusaka nenek moyangku kepadamu!"
 
Nabot tidak mau menjual kebun anggurnya, tidak mau diiming-iming dengan bayaran uang, karena ternyata, kebun anggur Nabot adalah milik pusaka yang harus dipertahankan oleh Nabot itu sendiri. Itulah milik pusaka yang harus kita pertahankan.
 
Mempertahankan ibadah pelayanan = Mempertahankan tanah air sorgawi sebagai milik pusaka kita sampai selama-lamanya.
Sekalipun diiming-imingi (ditawari) dengan bayaran uang, dengan gaji yang banyak, sekalipun diiming-imingi dengan kebun anggur yang lebih baik, namun tiadalah mungkin ada sesuatu perkara yang lebih baik, lebih indah dari pada perkara-perkara sorgawi, itulah ibadah pelayanan yang TUHAN percayakan kepada kita; tidak ada yang lebih indah dari itu.
Jadi, jangan mau diiming-imingi oleh perkara apa saja yang ada di dunia ini. Berjanjilah kepada TUHAN bahwasanya kita tetap memprioritaskan (mengutamakan) kebun anggur Allah, itu adalah wujud nyata bahwa kita tetap mempertahankan Kerajaan Sorga sebagai milik pusaka kita untuk selama-lamanya; jangan berpikir pendek.
 
Singkat kata: Nabot tetap mempertahankan milik pusakanya, berarti tetap menjadi ahli waris dari milik pusakanya, sampai tetes darah penghabisan.
Oleh sebab itu, janganlah kita berpikir pendek, jangan berpikir hanya dengan yang bersifat sementara, jangan berpikir hanya untuk menginginkan perkara-perkara yang sifatnya sementara saja, termasuk barang fana.
 
Kita sejenak kembali membaca Ibrani 11.
Ibrani 11:9-10
(11:9) Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu. (11:10) Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.
 
Yang menjadi ahli waris atas tanah perjanjian sebagai milik pusaka Abraham adalah Ishak dan Yakub, itulah anak cucu Abraham. Kita semua adalah keturunan Abraham; kepada kitalah tanah air sorgawi dibagi-bagikan sebagai milik pusaka untuk selama-lamanya. Supaya hal itu tergenapi, Yesus telah mengerjakan penebusan dan pendamaian terhadap dosa di atas kayu salib, supaya kiranya kita mewarisi Kerajaan Sorga. Hargailah darah salib lebih dari apa yang engkau punya.
 
Suatu kota yang direncanakan, itulah rencana Allah yang TUHAN nyatakan kepada kita, anak cucu atau keturunan Abraham. Biarlah kiranya kita semua ada di dalam rencana Allah yang besar. Hindarkan diri atas menginginkan perkara-perkara yang sifatnya sementara. Hindarkan diri dari rencana-rencana manusia daging.
 
Ibrani 11:12-13
(11:12) Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya. (11:13) Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.
 
Dari Abraham terpancar keturunan besar, yang digambarkan seperti bintang di langit dan pasir di tepi laut yang tidak terhitung banyaknya. Kemudian, keturunan Abraham yang hidup dari iman Abraham itu sendiri, selama hidup di dunia ini, merasa sebagai:
-          Orang asing di bumi ini.
-          Pendatang di bumi ini.
Jadi, kerajaan dunia dan kemegahan dunia adalah asing bagi mereka. Mereka tidak terlena dengan apa pun yang disuguhkan bagi dunia, sebab dunia dan kerajaan dunia dan kemegahannya terlalu asing bagi mereka. Siapakah mereka? Mereka itulah keturunan Abraham yang hidup dari iman Abraham; dunia ini asing bagi dia, apa pun yang disuguhkan oleh dunia, hal itu asing bagi dia. Namun mereka tetap berupaya, tangannya tetap melambai-lambai kepada apa yang dia rindukan dan berusaha untuk meraihnya, berarti mereka betul-betul mendambakan tanah air sorgawi sebagai milik pusaka mereka.
 
Oleh sebab itu, jangan terlena dengan segala sesuatu yang disuguhkan oleh dunia ini. Apa pun yang diiming-imingi, apa pun yang disodorkan, tiadalah mungkin perkara dunia lebih indah dari perkara sorgawi. Biarlah kita memiliki roh Nabot, di mana dia tidak mau merusakkan tanah milik pusakanya, di mana tanah warisan yang menjadi milik pusakanya, dia jadikan sebagai kebun anggur Allah; luar biasa Nabot ini.
Demikian juga penebus pertama; sekilas, kalau kita tidak memahami jalan cerita Rut 4, kita berpikir bahwa penebus pertama egois, penebus pertama tidak peduli dengan Elimelekh dan anak cucunya, termasuk Rut -- yang mewakili bangsa kafir --, tetapi sesungguhnya, terkait dengan milik pusaka tanah air sorgawi yang memang harus dipertahankan sampai selama-lamanya. Ini merupakan suatu pelajaran yang harus kita hargai.
Jadi, manakala kita menghadapi kesulitan di bumi ini, jangan lantas merasa kita terasing, lalu seolah-olah TUHAN tidak peduli, jangan. Jangan berpikir pendek. Apa pun yang disuguhkan oleh dunia ini, apa pun yang diiming-imingkan oleh dunia ini, termasuk kerajaan dunia dan kemegahan dunia ini, namun itu semua tidak lebih indah dari kasih sorgawi, percayalah; yang ada ini sifatnya sementara saja. Kita harus mewarisi Kerajaan Sorga; jadikanlah itu milik pusaka untuk selama-lamanya. Jangan berpikir pendek, jangan berpikir yang sifatnya sementara, jangan ingin memiliki yang sifatnya sementara saja.
 
Sekarang, kita perhatikan: Mengapa keturunan Abraham merasa sebagai orang asing dan pendatang di bumi?
Ibrani 11:14
(11:14) Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air.
 
Keturunan Abraham yang hidup dari iman Abraham rindu mencari tanah air sorgawi yang dijanjikan oleh TUHAN Allah sebagai milik pusaka mereka sampai selama-lamanya. Inilah janji Firman Allah yang sudah digenapi oleh TUHAN Yesus Kristus di atas kayu salib.
 
Ibrani 11:15-16
(11:15) Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ. (11:16) Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.
 
Sekalipun ada kesempatan untuk kembali ke tanah asal, atau sekalipun ada kesempatan untuk memiliki seluruh dunia ini, untuk memiliki kerajaan dunia dan kemegahannya, namun mereka tetap saja merindukan tanah air sorgawi yang jauh lebih baik, lebih indah dari segala perkara yang ada di dunia ini, sama seperti Nabot yang tetap mempertahankan tanah yang menjadi milik pusakanya. Sekalipun ada tawaran-tawaran menggiurkan yang datang dari Ahab, tetapi Nabot tidak mau merusakkan milik pusakanya sendiri; ia tetap mempertahankannya.
 
Ibrani 11:36-37
(11:36) Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan. (11:37) Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan.
 
Dari pembacaan Ibrani 11:36-37, di sini kita melihat: Pengorbanan yang besar telah terjadi.
Saya tidak pungkiri, untuk mempertahankan tanah air sorgawi menjadi milik pusaka kita untuk selama-lamanya, tentu saja dibutuhkan pengorbanan yang besar. Baik juga nabi-nabi, ada yang mati digergaji, ada yang mati dibunuh, mati di dalam penjara, dan lain sebagainya, intinya; ditandai dengan suatu pengorbanan yang besar.
 
Ibrani 11:38-39
(11:38) Dunia ini tidak layak bagi mereka. Mereka mengembara di padang gurun dan di pegunungan, dalam gua-gua dan celah-celah gunung. (11:39) Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik.
 
Selanjutnya, di sini kita perhatikan: Dikecilkan dan rela menderita karena iman, lalu mereka yang dikecilkan itu mengembara di padang gurun, dalam gua-gua dan celah-celah gunung, dan itu merupakan suatu kesaksian yang sangat tidak enak bagi daging.
Mengapa mereka rela mengalami dan menerima semua itu? Karena dunia ini tidak layak bagi mereka. Inilah keturunan Abraham yang hidup dari iman Abraham; rela dikecilkan, rela diasingkan dan rela menderita, sekalipun harus tinggal di gua-gua dan di celah-celah gunung. Betapa mulianya hati dan pikiran yang demikian, sampai dunia ini tidak layak bagi mereka.
 
Sekarang, setelah kita membaca pengalaman anak cucu (keturunan) Abraham yang hidup dari iman Abraham, bagaimana kita memandang dunia ini? Apakah kerajaan dunia dan kemegahannya lebih indah dari Kerajaan Sorga? Atau, apakah kerajaan dunia dan kemegahan dunia lebih menyukakan hatimu dari pada kasih sorgawi?
Tetapi lihatlah mereka yang tidak mau merusakkan tanah air sorgawi sebagai milik pusaka mereka; mereka rela dikecilkan, itu sebabnya mereka rela tinggal di padang gurun, rela tinggal di pegunungan, rela tinggal di gua-gua, rela tinggal di celah-celah gunung, karena dunia ini tidak layak bagi mereka.
 
Ketika saya membaca ini, sungguh, hati saya semoga tidak hanya sekedar terharu, tetapi betul-betul ini merupakan pelayanan Roh yang harus kita nikmati bersama-sama. Menghadap Tuhan bukan hanya sekedar menikmati pelayanan tubuh, seperti huruf-huruf yang tertulis pada dua loh batu, atau yang pernah tertulis pada lembaran-lembaran gulungan kitab; tetapi pelayanan Roh harus kita nikmati, berarti Firman itu sudah dimeteraikan di dalam loh daging, ditukik di dalam hati kita. Firman itu sudah menjadi iman, Firman itu sudah menjadi praktek dalam kehidupan kita masing-masing. Jadi, Firman yang kita terima malam ini bukan hanya menyentuh rasa, tetapi sudah menyentuh hati, kalbu, manusia rohani kita.
Kalau hanya menangis, tetapi Firman itu tidak ditindak-lanjuti, dia hanya menyentuh perasaan manusia daging. Tetapi biarlah Firman ini sanggup menjangkau kehidupan kita, Firman itu dimeteraikan oleh Roh Kudus di dalam loh daging, ditukik di hati kita, sehingga Firman menjadi iman, Firman menjadi praktek, Firman menjadi hidup dalam kehidupan kita masing-masing.
 
Biarlah kiranya kita memandang ayat ini di dalam kehidupan kita masing-masing, supaya kita jangan hanya sebatas ahli Taurat saja, yang akhirnya dibinasakan oleh TUHAN.
 
Lalu, ada lagi yang lebih mengharukan, pada ayat 40.
Ibrani 11:40
(11:40) Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.
 
Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita. Kerajaan Sorga, serta kemegahan dan kemuliaan dari Kerajaan Sorga jauh lebih baik dari kerajaan dunia dan kemegahannya, serta segala sesuatu yang ada di dalamnya; itulah yang TUHAN sediakan bagi kita. TUHAN tidak menyediakan sesuatu yang sifatnya sementara, yang akhirnya menimbulkan kesedihan di hati, tetapi TUHAN menyediakan sesuatu yang lebih indah dari segala sesuatu yang ada di dunia ini, dan yang lebih mulia dari segala sesuatu yang ada di dunia ini, yang sifatnya kekal. Itulah yang TUHAN sediakan bagi kita di hari-hari terakhir ini.
 
Tanpa kita yang hidup sekarang ini, mereka -- anak cucu Abraham yang hidup dari iman Abraham yang sudah mati -- tidak dapat sampai kepada kesempurnaan. Jadi, tanpa kita, mereka yang sudah mati terdahulu tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.
Artinya, mereka itu memiliki pandangan yang jauh ke depan, sehingga oleh iman mereka, mereka rela dikucilkan, mereka rela diasingkan, sampai tinggal di gua-gua dan di celah-celah gunung, karena bagi mereka, dunia ini tidak layak bagi mereka. Tetapi ingat; tanpa kita, mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan; jadi, hanya karena kita, mereka melakukan hal itu. Itu artinya, bahwa pemikiran mereka, cara berpikir mereka sangat jauh, tidak dangkal, tidak sempit, tidak pendek.
 
Hanya demi kita, dia rela mati demi kita; ini adalah pemikiran yang sangat jauh ke depan. Saat saya membaca ini: “Oh, TUHAN, luar biasa hal ini.
Pada saat saya membaca bagian A: “Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita”, puji TUHAN, itulah tanah air sorgawi sebagai milik pusaka. Tetapi pada bagian B: Tanpa kita -- yang hidup sekarang ini -- mereka -- itulah kehidupan pada ayat 35-39, yang rela mati menderita hanya karena tanah air sorgawi sebagai milik pusaka, dan dunia ini tidak layak bagi mereka -- tidak dapat sampai kepada kesempurnaan. Hal ini menunjukkan bahwa cara berpikir mereka panjang dan jauh ke depan. Coba bayangkan, luar biasa, bukan?
Apakah kita juga memiliki roh yang demikian? Oleh karena korban-korban kita, orang lain tertolong, apakah kita mau seperti itu? Itulah yang harus kita perhatikan. Jangan hanya karena pergumulan sedikit, kita lantas menangis, uring-uringan, persalahkan orang, persalahkan ibadah, persalahkan salib di Golgota, persalahkan semua; jangan berpikir pendek.
 
Lihat, sungguh luar biasa jika betul-betul dapat memaknai ayat ini: Tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan; tanpa kita, mereka tidak dapat sempurna. Tetapi karena kita, mereka akhirnya sampai kepada kesempurnaan, berarti berpikir panjang.
Namun jangan merasa “oh, karena kita, maka akhirnya mereka sempurna”, jangan berpikir begitu, tetapi ini jelas mengarah kepada pemikiran yang sangat jauh ke depan, mereka itu memiliki pandangan nubuatan, memandang jauh ke depan, tidak berpikir pendek, pemikiran mereka tidak sempit.
Perlu untuk diketahui: Kerajaan Sorga itu luas, tidak sesempit cara manusia duniawi berpikir, tidak sependek manusia duniawi berpikir. Milikilah roh yang demikian, jangan berpikir pendek, jangan bertindak yang hanya sifatnya sementara, dan jangan mendambakan (menginginkan) perkara-perkara yang sifatnya sementara. Langit dan bumi ini akan berlalu, diganti dengan langit bumi yang baru.
 
Kita bandingkan dengan AHAB, di dalam 1 Raja-Raja 21.
1 Raja-Raja 21:2
(21:2) Berkatalah Ahab kepada Nabot: "Berikanlah kepadaku kebun anggurmu itu, supaya kujadikan kebun sayur, sebab letaknya dekat rumahku. Aku akan memberikan kepadamu kebun anggur yang lebih baik dari pada itu sebagai gantinya, atau jikalau engkau lebih suka, aku akan membayar harganya kepadamu dengan uang."
 
Di sini kita melihat: Ahab menginginkan kebun anggur Nabot atau milik pusaka Nabot, tujuannya adalah supaya kebun anggur Nabot itu dijadikan sebagai kebun sayur; dari yang mulia menjadi hina.
Sementara darah salib Kristus mengubah kehidupan yang hina menjadi mulia, tetapi Ahab tidak demikian; sesuatu yang mulia diganti dengan yang hina. Janganlah saudara gantikan kebun anggur Allah, ibadah pelayanan ini hanya karena kebun sayur mu, karena kegiatan mu, aktivitas mu, kesibukan mu di luaran sana.
 
Ibadah pelayanan dalam penggembalaan ini jauh lebih baik dari kegiatan-kegiatanmu yang ada di luaran sana, sekalipun itu terkait dengan internet Youtube, Facebook; seharusnya jauh lebih baik, menurut hemat dari Firman yang kita dapat. Jangan sampai karena engkau menginginkan menjadi seorang youtuber, lalu engkau kecilkan ibadah pelayanan, engkau kecilkan kebun anggur Allah ini; itu adalah sesuatu yang bodoh, itu adalah rohnya Ahab yang turun kepadamu kalau itu engkau pertahankan.
Bayangkan, tanah air sorgawi, kebun anggur, dijadikan kebun sayur. Hanya karena kesibukan, dia tinggalkan kebun anggur, hanya karena kesibukan lahiriah, karena kegiatan, karena aktivitas di dunia, dia abaikan kebun anggur, dia abaikan hal yang mulia dari sorga.
Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Lepaskan dirimu dari roh Ahab. Kebun anggur lebih mulia dari kebun sayur mu di luaran sana.
 
Memang sakit, tetapi harus, sebab ini merupakan jalan sempit, pintu sesak yang harus kita lalui, karena hanya sedikit yang mendapatkannya, namun lebih banyak yang binasa; Alkitab sendiri yang mengatakannya. Tetapi pertanyaannya sekarang: Dari antara orang yang selamat, apakah kita mendapatkan jalan sempit, pintu sesak itu?
 
Sekarang, kita bandingkan keinginan Ahab ini dengan pernyataan TUHAN dan rencana TUHAN kepada bangsa Israel, di dalam Ulangan 11.
Ulangan 11:9
(11:9) dan supaya lanjut umurmu di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu untuk memberikannya kepada mereka dan kepada keturunan mereka, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.
 
Inilah tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan oleh TUHAN Allah kepada nenek moyang bangsa Israel, Abraham Ishak dan Yakub, lalu dibagi-bagikan kepada suku Israel sebagai milik pusaka mereka untuk selama-lamanya, yaitu suatu negeri yang limpah dengan susu dan madunya, suatu negeri yang begitu indah dan menarik.
Itulah rencana TUHAN bagi bangsa Israel, rencana TUHAN bagi kita semua, tetapi rencana itu harus tergenapi; oleh sebab itu, TUHAN telah menggenapi semua rencana itu di atas kayu salib. Hargailah itu.
 
Ulangan 11:10
(11:10) Sebab negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, bukanlah negeri seperti tanah Mesir, dari mana kamu keluar, yang setelah ditabur dengan benih harus kauairi dengan jerih payah, seakan-akan kebun sayur.
 
Mesir adalah gambaran dari kebun sayur. Mengapa? Setelah ditabur dengan benih, selanjutnya harus diairi dengan jerih payah, itulah gambaran dari kehidupan yang menginginkan perkara-perkara duniawi, yaitu hidup dengan jerih payah, hidup dengan mengandalkan kekuatan, tidak pernah mengakui kemurahan TUHAN.
Saya berharap, yang sudah bekerja, kalau itu pertolongan TUHAN, akui, entah kepada orang tuamu, keluargamu, saudaramu, temanmu; jangan sampai engkau tidak akui itu, TUHAN marah nanti. Yang sudah bekerja, akui bahwa itu adalah kemurahan TUHAN; yang sudah mendapat rumah, akui. Jika engkau sudah mendapat kendaraan, mendapat apa saja, akui bahwa itu bukanlah jerih payahmu. Tetapi kalau engkau merasa itu jerih payahmu, seakan-akan engkau masih tetap tinggal di Mesir, seakan-akan engkau masih tetap tinggal di dunia ini, tidak mendambakan sorga, itulah Ahab dengan kebodohannya. Pikiran Ahab ini tolol setolol-tololnya, tetapi kita tidak tolol.
 
Kemudian, kita bandingkan dengan tanah Kanaan, tanah air sorgawi yang dijanjikan oleh TUHAN kepada nenek moyang bangsa Israel, Abraham Ishak Yakub.
Ulangan 11:11
(11:11) Tetapi negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, ialah negeri yang bergunung-gunung dan berlembah-lembah, yang mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit;
 
Mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit, berarti hidup dalam kelimpahan kasih karunia, itulah tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan oleh TUHAN Allah sebagai milik pusaka untuk selama-lamanya, sehingga tidak perlu mengandalkan jerih payah dan kekuatan.
 
Kalau kita mengandalkan TUHAN, prakteknya sama seperti menduduki tanah Kanaan yang bergunung-gunung dan berlembah-lembah, itu jelas berbicara tentang pengalaman kematian dan kebangkitan TUHAN Yesus Kristus. Maka kehidupan yang semacam ini, akan mendapat air sebanyak hujan turun dari langit, berarti; hidup di dalam kemurahan.
Tidak mungkinlah setelah ditaburi benih di atas gunung, lalu orang itu harus turun ke lembah untuk mengambil air, lalu diairi ke gunung; itu sesuatu yang tidak mungkin. Tetapi lihatlah betapa baiknya TUHAN; TUHAN membawa bangsa Israel, dibawa masuk ke tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan sebagai milik pusaka; limpah kasih karunia, sebab tanah yang mereka duduki itu mendapat air sebanyak hujan turun dari sorga. Itulah hidup di dalam kelimpahan kasih karunia.
 
Tetapi Ahab tidak demikian; kemuliaan diganti dengan kehinaan, dia mengabaikan Kerajaan Sorga demi kerajaan dunia dan kemegahan yang ada di dalamnya. Praktek mendambakan dunia dan keinginannya adalah mengandalkan kekuatan; dia tidak pernah lari kepada TUHAN untuk membawa segala pergumulannya, lalu menangis di kaki salib TUHAN, tidak pernah. Saya akan buktikan itu, bahwa dia tidak pernah membawa persoalannya di bawah kaki salib.
 
Kita kembali melihat Ahab, di dalam 1 Raja-Raja 21.
1 Raja-Raja 21:3-4
(21:3) Jawab Nabot kepada Ahab: "Kiranya TUHAN menghindarkan aku dari pada memberikan milik pusaka nenek moyangku kepadamu!" (21:4) Lalu masuklah Ahab ke dalam istananya dengan kesal hati dan gusar karena perkataan yang dikatakan Nabot, orang Yizreel itu, kepadanya: "Tidak akan kuberikan kepadamu milik pusaka nenek moyangku." Maka berbaringlah ia di tempat tidurnya dan menelungkupkan mukanya dan tidak mau makan.
 
Ciri-ciri orang yang mengandalkan manusia dan kekuatannya, seperti Ahab:
1.      Kesal hati atau mudah jengkel, mudah panas hati. Dia yang salah, tetapi dia yang jengkel; dia yang salah, tetapi dia yang panas hati. Hanya karena keinginan-keinginan tabiat dagingnya tidak terpenuhi, dia jengkel, dia marah, dia kesal hati, dia panas hati. Ini adalah ciri-ciri orang yang mengandalkan kekuatan.
2.      Mudah gusar, mudah bimbang, mudah mendua hati, tidak memiliki ketetapan yang teguh di dalam TUHAN, sehingga tidak ada kesempatan untuk membawa dirinya rendah di bawah kaki salib.
3.      Menelungkupkan mukanya di tempat tidur dan tidak mau makan = Putus asa, tidak melarikan dirinya kepada TUHAN dan membawa segala persoalannya kepada TUHAN.
 
Perhatikan: Tanah Kanaan yang dijanjikan oleh TUHAN Allah kepada nenek moyang bangsa Israel, Abraham Ishak Yakub, itu menjadi milik pusaka yang diwariskan kepada anak cucu Abraham, bukan? Janji Allah itu sudah digenapi, dan bangsa Israel sudah dibawa masuk oleh Yosua; kita bersyukur kepada TUHAN. Tetapi ingat; memang tanah itu dibagi-bagi menurut suku Israel, tetapi khusus suku Lewi, mereka tidak mendapat tanah Kanaan sebagai milik pusaka mereka, sebab yang menjadi milik pusaka mereka adalah TUHAN, mereka hidup dari persembahan suku-suku Israel.
Kemudian, tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan itu, di situ disediakan tanah-tanah penggembalaan, supaya kehidupan rohani bangsa Israel tergembala; namun, yang tidak kalah penting adalah tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan itu, juga ada suatu tempat yang disebut kubu pertahanan, sehingga apabila penjahat (orang yang baru saja berbuat dosa) melarikan diri ke kubu pertahanan, dan secepatnya dia tersungkur merendahkan diri di hadapan TUHAN, mengakui kesalahannya, di situ TUHAN akan mengampuni dia. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengganggu-gugat orang yang sudah melarikan diri ke kubu pertahanan; tidak ada yang bisa menganggu-gugat. Orang yang menganggu-gugat yang melarikan diri ke kubu pertahanan, maka orang itu juga akan dibunuh.
 
Lalu, mengapa kita harus cepat-cepat berputus asa seperti Ahab ini, di mana karena hasrat keinginannya tidak kesampaian -- karena Firman Allah yang bersifat preventif --, akhirnya dia uring-uringan menelungkupkan mukanya ke tempat tidur; bagi dia sudah tidak ada lagi harapan untuk memiliki tanah pusaka, tanah air sorgawi. Apakah kita harus seperti Ahab? Tetapi itulah keadaan dari orang yang mengandalkan manusia dan kekuatannya; selain kesal hati, jengkel, kemudian mudah gusar (mendua hati), lalu juga tidak mau makan, putus asa, pasrah kepada keadaan, tidak melarikan dirinya kepada TUHAN, kubu pertahanan (tempat perlindungan) Yang Mahatinggi, Dia memberi pengampunan terhadap dosa.
Kalau TUHAN sudah mengampuni dosa, maka dosa itu juga diampuni sampai selesai, tidak ada yang mengganggu-gugat. Kalau ada orang yang mengungkit-ungkit dosa yang sudah diakui, maka TUHAN yang menjadi lawannya. Semua ini terkait dengan tanah Kanaan, tanah perjanjian, yang dibagi-bagikan kepada suku-suku Israel sebagai milik pusaka mereka; TUHAN sediakan kubu pertahanan.
 
Kita sudah melihat ciri-ciri orang yang mengandalkan manusia dan kekuatannya. Sedikit saya sampaikan: Kalau kita bercerita, janganlah kita menceritakan perkara lahiriah, yang menyangkut kelebihan orang tua, kakak, adik, saudara, siapa pun, tidak perlu untuk diceritakan dan ditonjolkan dalam sebuah persekutuan. Kalau kita duduk diam di rumah masing-masing, Alkitab mengatakan: Ceritakan Firman TUHAN.
Kalau saudara memiliki anak, lalu anak itu mencapai cita-cita sebagai seorang dokter, tidak usah ceritakan dokternya. Seolah-olah bersaksi, tetapi menonjolkan lahiriah; tidak usah. Bawalah segala perkara, larikan dirimu kepada TUHAN; bawa segala pergumulan mu ke sana.
Lalu, kalau pun saudara menceritakan atau menonjolkan kelebihan-kelebihan yang bersifat lahiriah di dalam diri saudara, apa yang saudara dapat di sana? Apakah saudara mendapat pengampunan dari sana? Tetapi bilamana kita melarikan diri kepada TUHAN, lalu membawa segala persoalan kepada TUHAN, di situ TUHAN beri pengampunan yang luar biasa, sampai selesai. Ayo, jangan lagi membawa cerita-cerita atau menonjolkan perkara lahiriah. Kalau duduk di mana saja dengan saudara seiman, ceritakan Firman, sebab itu semua tidak ada artinya.
 
Dahulu, orang tua saya sepertinya bersaksi dan berkata: “Ah, walaupun saudara-saudara saya kaya, tetapi bagi saya TUHAN yang utama”, tetapi yang ditonjolkan justru saudara-saudaranya; seolah-olah merendah, tetapi merendah di atas gunung. Bagaimana merendah di atas gunung? Tetap saja nongol di ketinggian.
Siapa yang pernah atau sering merendah di atas gunung? Kalau tidak mengaku, berarti dusta, sedangkan dusta adalah anak Setan, dan anak Setan tidaklah masuk Sorga. Oleh sebab itu, mulai sekarang, jangan lagi seolah-olah berkata “Ah, biarpun keluargaku kaya, tetapi TUHAN nomor satu”, padahal dari perkataannya itu, keluarganya sudah ditonjolkan.
Ayo, kita harus lebih bijak sekarang. Mulai sekarang, harus lebih dewasa dalam bersikap, lebih bijaksana dalam bersikap; biarlah kita bersikap hanya untuk menyenangkan hati TUHAN. Untuk apa kita lampiaskan, kita puaskan hati ini, tetapi hati TUHAN tidak puas? Untuk apa? Bukankah itu tidak ada artinya? Mohon maaf dengan apa yang saya sampaikan malam ini.
 
1 Raja-Raja 21:5-7
(21:5) Lalu datanglah Izebel, isterinya, dan berkata kepadanya: "Apa sebabnya hatimu kesal, sehingga engkau tidak makan?" (21:6) Lalu jawabnya kepadanya: "Sebab aku telah berkata kepada Nabot, orang Yizreel itu: Berikanlah kepadaku kebun anggurmu dengan bayaran uang atau jika engkau lebih suka, aku akan memberikan kebun anggur kepadamu sebagai gantinya. Tetapi sahutnya: Tidak akan kuberikan kepadamu kebun anggurku itu." (21:7) Kata Izebel, isterinya, kepadanya: "Bukankah engkau sekarang yang memegang kuasa raja atas Israel? Bangunlah, makanlah dan biarlah hatimu gembira! Aku akan memberikan kepadamu kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu."
 
Intinya: Sebagai seorang isteri, sebagai tubuh, di sini kita melihat: Izebel mengambil alih persoalan yang dialami oleh Ahab.
Hal ini suatu kali nanti akan terjadi, di mana Izebel mengambil alih persoalan yang dialami oleh Ahab, termasuk pemerintah-pemerintah dan raja-raja dunia ini.
 
Mari kita memperhatikan Wahyu 13, dengan perikop: “Binatang yang keluar dari dalam bumi
Wahyu 13:11
(13:11) Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga.
 
Binatang kedua, yang keluar dari dalam bumi, itulah nabi-nabi palsu, guru-guru palsu.
 
Wahyu 13:12-14
(13:12) Dan seluruh kuasa binatang yang pertama itu dijalankannya di depan matanya. Ia menyebabkan seluruh bumi dan semua penghuninya menyembah binatang pertama, yang luka parahnya telah sembuh. (13:13) Dan ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat, bahkan ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang. (13:14) Ia menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan tanda-tanda, yang telah diberikan kepadanya untuk dilakukannya di depan mata binatang itu. Dan ia menyuruh mereka yang diam di bumi, supaya mereka mendirikan patung untuk menghormati binatang yang luka oleh pedang, namun yang tetap hidup itu.
 
Nabi-nabi palsu menjalankan seluruh kuasa binatang yang pertama, itulah antikris. Dan selanjutnya, mereka mengadakan tanda-tanda heran, lalu mujizat-mujizat palsu, yaitu menurunkan api dari langit ke bumi. Tujuannya adalah untuk menyesatkan mereka yang diam di bumi. Praktek penyesatan ada 2 (dua), yaitu:
1.      Penduduk bumi digiring sampai kepada puncak ibadah mereka, itulah menyembah antikris.
2.      Digiring untuk mendirikan patung berhala.
Dengan demikian, nabi-nabi palsu akhirnya mengambil alih segala persoalan yang ada di dunia ini, dan itu sangat didambakan oleh antikris.
 
Saya akan buktikan dalam Amsal 7.
Amsal 7:5
(7:4) Katakanlah kepada hikmat: "Engkaulah saudaraku" dan sebutkanlah pengertian itu sanakmu, (7:5) supaya engkau dilindunginya terhadap perempuan jalang, terhadap perempuan asing, yang licin perkataannya.
 
Katakanlah kepada hikmat: "Engkaulah saudaraku" dan sebutkanlah pengertian itu sanakmu, supaya engkau dilindunginya terhadap:
1.      Perempuan jalang = Babel = Pelacur besar = Antikris.
2.      Perempuan asing, yang licin perkataannya à Izebel = Nabi-nabi palsu.
 
Mereka yang licin perkataannya dan penuh tipu daya, itulah nabi-nabi palsu, itulah gambaran dari pada Izebel. Jadi, suatu kali nanti, nabi-nabi palsu -- gambaran dari pada Izebel -- akan mengambil alih segala persoalan yang ada di dunia ini, terkhusus yang terkait dengan milik pusaka, tanah air sorgawi.
 
1 Raja-Raja 21:8-9
(21:8) Kemudian ia menulis surat atas nama Ahab, memeteraikannya dengan meterai raja, lalu mengirim surat itu kepada tua-tua dan pemuka-pemuka yang diam sekota dengan Nabot. (21:9) Dalam surat itu ditulisnya demikian: "Maklumkanlah puasa dan suruhlah Nabot duduk paling depan di antara rakyat.
 
Selanjutnya, di sini kita perhatikan: Izebel ini menulis surat kepada tua-tua dan pemuka-pemuka yang ada di kota Yizreel. Lalu, isi surat itu adalah: “Maklumkanlah puasa dan suruhlah Nabot duduk paling depan di antara rakyat.” Ini kan terkait dengan milik pusaka. Lalu, surat ini pun dimeteraikan dengan cincin meterai raja Ahab; dia memakai kuasa binatang pertama yang keluar dari dalam laut, itulah antikris, untuk mengambil alih persoalan dunia yang terkait dengan milik pusaka.
 
Cerita ini merupakan nubuatan yang akan terjadi di hari-hari terakhir ini. Lihatlah, tadi, surat itu dikirim kepada pemuka-pemuka dan tua-tua; sekarang, mari kita perhatikan di dalam Yesaya 9.
Yesaya 9:14
(9:14) Tua-tua dan orang yang terpandang, itulah kepala, dan nabi yang mengajarkan dusta, itulah ekor.
-          Tua-tua dan orang yang terpandang, itulah kepala ular naga merah padam, itulah antikris.
-          Sedangkan nabi yang mengajarkan dusta (perkataan licin), itulah ekor dari ular naga merah padam.
Jadi, antikris dan nabi palsu bekerja sama, bahkan nabi-nabi palsu mengambil alih persoalan yang ada di dunia ini, dan mengatas namakan tua-tua, pemuka-pemuka, raja-raja, pemerintah-pemerintah dunia ini dengan tanda cincin meterai dari raja Ahab tadi.
 
Jadi, jangan sampai ada anak TUHAN, jangan sampai ada hamba TUHAN berkata bahwa ibadah ini tidak terkait dengan pemerintahan antikris; itu adalah suatu pengertian yang sangat bodoh. Justru nanti, yang mengambil alih persoalan di dunia ini adalah nabi-nabi palsu dengan mengatas-namakan cincin meterai raja-raja pemerintahan dari antikris, yang memang menuntut supaya dunia ini menyembah antikris, dan kuasa itu diberikan kepada nabi-nabi palsu.
 
Setelah saya membaca ini, saya merenung: “Wah, TUHAN, cerita ini adalah suatu nubuatan untuk masa sekarang yang tidak boleh diabaikan begitu saja.” Jadi, saudara harus mengerti, suatu kali nanti, persoalan dunia ini akan diambil alih oleh nabi-nabi palsu dengan perkataannya yang licin.
Itu sebabnya, TUHAN sangat sedih dan sangat menyesal sekali terhadap sidang jemaat di Tiatira, di mana dalam Wahyu 2:20 dikatakan: Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.
Pelajaran malam ini, menurut saya adalah suatu pelajaran yang akan mempersiapkan kita supaya kita kelak betul-betul berada di dalam rencana Allah yang besar. Malaikat TUHAN betul-betul berjalan di depan kita; TUHAN yang memimpin dan menuntun langkah-langkah perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini, bahkan kita mampu melewati masa kesukaran yang besar selama 3.5 (tiga setengah) tahun. Itulah Tri Tunggalnya Setan, yaitu:
-          Naga.
-          Kepalanya, itulah antikris.
-          Serta ekornya, itulah nabi-nabi palsu.
 
Itulah isi dari surat Izebel; dengan perkataan yang licin, mengambil alih kuasa dari binatang pertama, itulah antikris.
 
1 Raja-Raja 21:10-14
(21:10) Suruh jugalah dua orang dursila duduk menghadapinya, dan mereka harus naik saksi terhadap dia, dengan mengatakan: Engkau telah mengutuk Allah dan raja. Sesudah itu bawalah dia ke luar dan lemparilah dia dengan batu sampai mati." (21:11) Orang-orang sekotanya, yakni tua-tua dan pemuka-pemuka, yang diam di kotanya itu, melakukan seperti yang diperintahkan Izebel kepada mereka, seperti yang tertulis dalam surat yang dikirimkannya kepada mereka. (21:12) Mereka memaklumkan puasa dan menyuruh Nabot duduk paling depan di antara rakyat. (21:13) Kemudian datanglah dua orang, yakni orang-orang dursila itu, lalu duduk menghadapi Nabot. Orang-orang dursila itu naik saksi terhadap Nabot di depan rakyat, katanya: "Nabot telah mengutuk Allah dan raja." Sesudah itu mereka membawa dia ke luar kota, lalu melempari dia dengan batu sampai mati. (21:14) Setelah itu mereka menyuruh orang kepada Izebel mengatakan: "Nabot sudah dilempari sampai mati."
 
Nabot ini adalah gambaran dari gereja TUHAN, di mana kehidupan rohaninya sudah dipimpin sampai kepada puncak ibadah, itulah doa penyembahan, dengan lain kata; penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah, sehingga apa pun yang terjadi, dia rela mati demi mempertahankan milik pusakanya, itulah tanah air sorgawi yang dijanjikan oleh TUHAN.
 
Jadi, suatu kali nanti, anak-anak TUHAN harus menghadapi yang disebut “mati martir”, ada yang lehernya dipenggal dengan pedang antikris. Tetapi kita harus bertahan, jangan kita menyangkali TUHAN; biarlah kita tetap menyangkali diri ini, menyangkali daging dengan segala sesuatu yang ada di dalam diri kita semua, sebab cerita ini adalah nubuatan yang akan terjadi ke depan.
 
Biarlah kiranya kita mendapatkan sesuatu hal yang berharga setelah kita menerima apa yang sudah kita terima dari Rut 4 tadi, bahwasanya penebus pertama itu tidak mau merusakkan milik pusakanya, ia tetap mempertahankan milik pusakanya, demikian juga dengan kita di hari-hari terakhir ini.
Sekarang ini kita ada di tengah kebun anggur Allah, kita ada di tengah ibadah pelayanan, itulah wujud nyata yang terlihat manakala kita betul-betul mempertahankan tanah air sorgawi sebagai milik pusaka kita untuk selama-lamanya. Kita harus tetap pertahankan milik pusaka kita sama seperti Nabot.
 
Jangan lupa, suatu kali nanti, dunia ini akan dikuasai oleh antikris. Dan nabi-nabi palsu suatu kali juga akan mengambil alih persoalan ini; mereka akan mengadakan tanda-tanda heran, menurunkan api dari langit (mujizat palsu) untuk menyesatkan penduduk bumi. Setelah disesatkan, lalu mereka digiring kepada dua pemahaman yang keliru:
1.      Digiring kepada penyembahan antikris.
2.      Digiring untuk mendirikan patung berhala.
Tetapi Nabot tetap mempertahankan milik pusakanya yang telah diwariskan kepada dia.
 
Jangan sampai penebusan yang telah dikerjakan oleh Yesus di atas kayu salib menjadi sia-sia; jangan sia-siakan itu. Ayo, larikan dirimu kepada kubu pertahanan, bawa segala persoalan, kesulitan-kesulitan yang menghimpit dirimu. Jangan engkau menangis kalau engkau disakiti orang lain, tetapi menangislah dengan membawa segala pergumulan kepada TUHAN; larikan dirimu ke sana.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment