KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, September 21, 2012

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 21 SEPTEMBER 2012


IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 
21 SEPTEMBER 2012

subtema:  PENGAJARAN YANG BENAR ADA DI DALAM MULUT,
BERARTI TIDAK MENGHAKIMI

Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena kemurahan-Nya, kita boleh berada di rumah Tuhan, untuk menikmati berkat-berkat Tuhan.

Kembali kita memeriksa kitab Maleakhi 2: 6
(2:6) Pengajaran yang benar ada dalam mulutnya dan kecurangan tidak terdapat pada bibirnya. Dalam damai sejahtera dan kejujuran ia mengikuti Aku dan banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan.

Tuhan menunjukkan 3 hal yang menjadi kelebihan orang-orang Lewi, kepada para imam yang melayani di Tabernakel;
I.     Pengajaran yang benar ada dalam mulutnya.
II.    Kecurangan tidak terdapat pada bibirnya.
III.  Dalam damai sejahtera dan kejujuran, orang Lewi mengikuti Tuhan.

Saudaraku, mari kita lihat keterangan yang pertama.
Keterangan:
I.     PENGAJARAN YANG BENAR ADA DALAM MULUTNYA.
Dikaitkan dengan; pelayanan Yesus Kristus.

Matius 7: 28-29
(7:28) Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya,
(7:29) sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.

Takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, berarti di dalam mulut Yesus, ada pengajaran yang benar.

Adapun pengajaran-pengajaran itu, antara lain;
1.    Hal penghakiman (Matius 7: 1-5).
2.    Hal yang kudus dan berharga (Matius 7: 6).
3.    Hal pengabulan doa (Matius 7: 7-11).
4.    Jalan yang benar (Matius 7: 12-13).
5.    Hal pengajaran yang sesat (Matius 7: 15-23).
6.    Dua macam dasar (Matius 7: 24-27).
6 hal di atas, telah disampaikan oleh Yesus kepada orang banyak, itulah yang disebut pengajaran yang benar terdapat di dalam mulut Yesus.

Kita perhatikan pengajaran yang pertama;
HAL PENGHAKIMAN (Hal Menghakimi)

Matius 7: 1
(7:1) "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.

Janganlah kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.
Berarti, jangan menghakimi, supaya tidak dihakimi.

Kita perhatikan...
1 Korintus 4: 3-4
(4:3) Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu pengadilan manusia. Malahan diriku sendiri pun tidak kuhakimi.
(4:4) Sebab memang aku tidak sadar akan sesuatu, tetapi bukan karena itulah aku dibenarkan. Dia, yang menghakimi aku, ialah Tuhan.

Jangan menghakimi, sebab yang menjadi hakim hanyalah Tuhan Allah.

1 Korintus 4: 5
(4:5) Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.

Penghakiman itu akan terjadi pada waktu Tuhan datang untuk yang kedua kalinya.
Oleh sebab itu, bagi kita semua, anak-anak Tuhan, tidak ada waktu untuk saling menghakimi.

Ada 3 oknum yang tidak boleh dihakimi:
YANG PERTAMA.

1 Korintus 4: 3
(4:3) Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu pengadilan manusia. Malahan diriku sendiri pun tidak kuhakimi.

Jangan menghakimi, termasuk diri sendiri, sebab orang yang menghakimi diri sendiri adalah orang yang mudah putus asa dan kecewa.

Orang yang menghakimi diri sendiri adalah orang yang mudah putus asa, orang yang segera kecewa, ujung-ujungnya menolak Tuhan. Orang yang menolak Tuhan adalah orang yang tidak percaya kepada Tuhan, orang yang tidak menaruh pengharapan kepada Tuhan, dan tidak mengasihi Tuhan.
Contohnya;
Ketika ia gagal, ia tidak mau mencoba untuk kedua kalinya, kemudian ia menjadi putus asa, kecewa, selanjutnya meninggalkan Tuhan = kehilangan iman, harap dan kasih = menghakimi diri sendiri.

Ada 3 oknum yang tidak boleh dihakimi.
YANG KEDUA.
Roma 14: 4
(14:4) Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri.

Jangan menghakimi hamba orang lain, entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri.
Saudaraku, seseorang tidak berhak menghakimi hamba orang lain, sebab itu adalah urusan tuannya.
Sementara di sini, yang menjadi tuan dari hamba itu, adalah Tuhan Yesus Kristus.
Kalau kita menghakimi orang lain, berarti menghakimi Tuhan.
Oleh sebab itu, jangan senang melihat orang lain dalam segala kekurangan, penderitaan, kebodohannya.
Ada banyak orang yang tertawa di atas penderitaan orang lain / senang melihat orang lain gagal, menderita, rugi, dan lain sebagainya.

Roma 14: 13
(14:13) Karena itu janganlah kita saling menghakimi lagi! Tetapi lebih baik kamu menganut pandangan ini: Jangan kita membuat saudara kita jatuh atau tersandung!

Karena itu janganlah kita saling menghakimi lagi, lebih baik kita menganut pandangan ini, yaitu: jangan kita membuat saudara kita jatuh atau tersandung!
·         Jangan membuat saudara kita jatuh.
Sebab, menjatuhkan itu adalah pekerjaan iblis setan.

Lukas 4: 9-10
(4:9) Kemudian ia membawa Yesus ke Yerusalem dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah,
(4:10) sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau,

Ketika iblis menempatkan Yesus di bubungan Bait Allah, kemudian, iblis memerintahkan Yesus untuk menjatuhkan diri-Nya ke bawah, dengan jaminan, para malaikat-Nya akan menatang / melindungi-Nya.
Bubungan Bait Allah -> tempat, posisi yang tinggi.
Berarti, kita dapat menyimpulkan bahwa tempat yang tinggi, hanya sebuah sarana untuk menjatuhkan Yesus.

Berbanding terbalik dengan pekerjaan Allah.
Allah menempatkan seseorang di tempat yang tinggi, bukan untuk menjatuhkan, tetapi justru untuk menyelamatkan.
Tempat yang tinggi -> imamat yang rajani = pelayan-pelayan Tuhan yang memiliki kuasa.

Jadi, hati-hati jangan terlena, jangan nyaman dengan posisi yang tinggi, jikalau posisi itu bukan berasal dari Tuhan, sebab sekali waktu ia akan dijatuhkan. Sebaliknya, kalau posisi yang tinggi datangnya dari Tuhan, tidak perlu takut, tidak perlu ragu, tidak perlu risau, karena Tuhan yang menjadi jaminan, bukan para malaikat.

·         Jangan membuat saudara kita tersandung.

2 Korintus 6: 3-4
(6:3) Dalam hal apa pun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela.
(6:4) Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran,
(6:5) dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa;
(6:6) dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik;
(6:7) dalam pemberitaan kebenaran dan kekuasaan Allah; dengan menggunakan senjata-senjata keadilan untuk menyerang ataupun untuk membela
(6:8) ketika dihormati dan ketika dihina; ketika diumpat atau ketika dipuji; ketika dianggap sebagai penipu, namun dipercayai,
(6:9) sebagai orang yang tidak dikenal, namun terkenal; sebagai orang yang nyaris mati, dan sungguh kami hidup; sebagai orang yang dihajar, namun tidak mati;
(6:10) sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu.

Supaya orang lain tidak tersandung, Rasul Paulus mengatakan; kami tidak memberi, sebaliknya, Rasul Paulus menunjukkan sesuatu hal yang luar biasa, yaitu;
1.    Dalam menahan dengan penuh kesabaran.
2.    Dalam penderitaan.
3.    Dalam kesesakan.                               
4.    Dalam kesukaran.
5.    Dalam menanggung dera.
6.    Dalam penjara.
7.    Dalam kerusuhan.
8.    Dalam berjerih payah.
9.    Dalam berjaga-jaga.
10.  Dalam berpuasa.
11.  Dalam kemurnian hati.
12.  Dalam pengetahuan.
13.  Dalam kesabaran.
14.  Dalam kemurahan hati.
15.  Dalam Roh Kudus.
16.  Dalam kasih yang tidak munafik.
17.  Dalam pemberitaan kebenaran.
18.  Dalam kekuasaan Allah; dengan menggunakan senjata-senjata keadilan untuk menyerang ataupun untuk membela.

19.  Ketika dihormati.
20.  Ketika dihina.
21.  Ketika diumpat.
22.  Ketika dipuji.
23.  Ketika dianggap sebagai penipu, namun dipercayai.

24.  Sebagai orang yang tidak dikenal, namun terkenal.
25.  Sebagai orang yang nyaris mati, dan sungguh kami hidup.
26.  Sebagai orang yang dihajar, namun tidak mati.
27.  Sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita.
28.  Sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang.
29.  Sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu.

-      Ada 18 kali pernyataan yang diawali dengan kata “dalam”.
Dalam, berarti; Rasul Paulus sudah berada di dalamnya.

-      Ada 5 kali pernyataan yang diawali dengan kata “ketika”.
Ketika, berarti; Rasul Paulus sedang mengalami / sedang merasakannya.

-      Ada 6 kali pernyataan yang diawali dengan “sebagai orang”.
Sebagai orang, berarti; Rasul Paulus anggapan orang lain terhadap dirinya.

Ada 3 oknum yang tidak boleh dihakimi.
YANG KETIGA
Yudas 1: 9
(1:9) Tetapi penghulu malaikat, Mikhael, ketika dalam suatu perselisihan bertengkar dengan Iblis mengenai mayat Musa, tidak berani menghakimi Iblis itu dengan kata-kata hujatan, tetapi berkata: "Kiranya Tuhan menghardik engkau!"

Malaikat Mikhael tidak berani menghakimi iblis dengan kata-kata hujatan = jangan menghakimi iblis dengan kata-kata hujat.
Kata-kata hujat adalah kata-kata yang tidak baik, kata-kata yang tidak membangun dari orang-orang sombong.

Sedikit kesaksian;
Di Sulawesi ada seorang hamba Tuhan mengadakan pelepasan yang dibantu seorang pengerjanya. Saat diadakan pelepasan, orang tua dari orang yang hendak didoakan ini, marah-marah dan menentang setan yang memasuki perempuan tersebut (anaknya). Saat dia menentang setan dengan kata-kata hujat, tiba-tiba dia kerasukan setan, bahkan lebih parah dari pada anak perempuannya. Ditambah lagi, anak hamba Tuhan yang mengadakan pelepasan ini, juga kerasukan setan, karena tidak menempatkan diri rendah di hadapan Tuhan.
Jadi, tidak boleh menghakimi setan dengan kata-kata hujatan. Biarlah kiranya kita mengandalkan Tuhan dalam segala sesuatu, tanpa memandang ringan segala sesuatu.

Tetapi kalau kita kembali memperhatikan di sini...
Malaikat Mikhael tidak berani menghakimi iblis setan dengan kata-kata hujat, melainkan ia berkata "Kiranya Tuhan menghardik engkau!".
Jadi, sekali lagi saya katakan; jangan menghakimi iblis setan dengan kata-kata hujat, melainkan dengan kata-kata, “dalam nama Tuhan Yesus Kristus”.
Sebab dalam 1 Korintus 15: 27, Allah telah menaruh musuh di bawah kaki Yesus.

Ciri-ciri orang yang menghakimi sesamanya.
CIRI PERTAMA

Roma 2: 1
(2:1) Karena itu, hai manusia, siapa pun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.

Cirinya; ia sendiri tidak bebas dari salah.
Sebab, ketika ia menghakimi orang lain, ia sendiri melakukan hal-hal yang sama.

Ini juga merupakan hikmat bagi kita semua; kalau ada seseorang menghakimi sesamanya, ketahuilah, ia tidak lepas dari kesalahan, karena ia sendiri melakukan hal-hal yang sama. Ini perlu kita ketahui.

Matius 7: 3
(7:3) Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?

Orang yang suka menghakimi sesamanya, tidak menyadari kalau dosa-dosanya jauh lebih besar.
Dosa yang besar itu, digambarkan seperti balok di dalam mata.

Selumbar di mata saudaranya, tetapi balok di matanya tidak diketahuinya.
-      Selumbar menggambarkan dosa yang kecil.
Selumbar adalah serpih kayu, misalnya; hasil serutan dari kayu, dan sebagainya.
-      Balok menggambarkan dosa yang sangat besar.

Mari kita lihat perbandingan antara selumbar di mata, dengan balok di mata:
-      Kalau selumbar ada di mata, memang sedikit menganggu mata, tetapi masih bisa melihat / masih dapat berjalan dalam terang,
-      tetapi kalau balok ada di mata, maka ia tidak dapat berjalan karena ia tidak dapat melihat, karena balok yang besar, menutupi seluruh bola mata.
= tinggal dalam kegelapan dosa = hidup tanpa terang (tanpa pelita) = tidak menjadi kesaksian.

Dalam Matius 6: 22, mata dalah pelita, sedangkan dalam Mazmur 119: 105, firman Tuhan adalah pelita.
Kegunaan pelita; untuk menerangi jalan.
Berarti, kalau bola mata seseorang ditutupi oleh balok yang besar = orang buta = tidak mempunyai mata, artinya: tinggal di dalam kegelapan dosa.

Matius 5: 15
(5:15) Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.

Pelita tidak diletakkan di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.
Kalau pelita diletakkan di bawah gantang, tidak akan menerangi seisi rumah = tidak menjadi kesaksian.
Gantang adalah ukuran / sukat, dengan volume 3,125 kg.
Berarti, kalau kita mengukur orang lain dengan gantang / dengan ukuran sendiri, kita tidak akan menjadi kesaksian di manapun kita berada.
Ukuran di sini adalah kebenaran diri sendiri.

Matius 7: 2
(7:2) Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.

Menghakimi = mengukur orang lain dengan ukuran sendiri.
Kalau mengukur orang lain dengan ukuran sendiri, maka ia akan diukur dengan ukuran yang sama oleh orang lain.

Ciri-ciri orang yang menghakimi sesamanya.
CIRI KEDUA

Yakobus 4: 11
(4:11) Saudara-saudaraku, janganlah kamu saling memfitnah! Barangsiapa memfitnah saudaranya atau menghakiminya, ia mencela hukum dan menghakiminya; dan jika engkau menghakimi hukum, maka engkau bukanlah penurut hukum, tetapi hakimnya.

Kalau memfitnah / menghakimi sesama, berarti ia mencela hukum dan menghakiminya.
Hukum = firman Tuhan.
-      Mencela hukum
Berarti,  seteru firman Tuhan, tidak tunduk pada hukum Allah.
-      Menghakimi hukum
= mempersalahkan Tuhan = mendakwa / menuduh, inilah pekerjaan iblis (Wahyu 12: 10).

Markus 15: 3-4
(15:3) Lalu imam-imam kepala mengajukan banyak tuduhan terhadap Dia.
(15:4) Pilatus bertanya pula kepada-Nya, katanya: "Tidakkah Engkau memberi jawab? Lihatlah betapa banyaknya tuduhan mereka terhadap Engkau!"

Imam-imam memberi banyak tuduhan kepada Yesus Kristus.
Berarti, imam-imam kepala telah dikuasai oleh iblis setan, itu sebabnya mereka memberi banyak tuduhan kepada Yesus Kristus.

Yakobus 4: 12
(4:12) Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?

Sesungguhnya, hanya satu Pembuat hukum dan hanya satu Hakim, tidak ada yang lain, yaitu Tuhan Allah, Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan manusia. Kita bukanlah siapa-siapa di hadapan Tuhan, oleh karena itu kita tidak berhak untuk menghakimi sesama.

Akibat menghakimi sesama.
Matius 7: 5
(7:5) Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

Akibatnya;
1.    Menjadi orang munafik.
Munafik artinya; di luar dan di dalam tidak sama. Di luar tampak lebih baik, sedangkan di dalamnya penuh dengan kejahatan = ibadah lahiriah.
Ibadah lahiriah; mulut / bibir memuji Tuhan, tetapi hatinya jauh dari Tuhan.

2.    Tidak dapat mengeluarkan selumbar dari mata sesama.
Artinya; tidak menjadi kesaksian, tidak dapat menolong orang lain, tidak dapat memperdamaikan dosa manusia kepada Tuhan, karena sama-sama dalam kekurangan / kelemahan.

Ibrani 10: 30
(10:30) Sebab kita mengenal Dia yang berkata: "Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan." Dan lagi: "Tuhan akan menghakimi umat-Nya."

Pembalasan adalah hak Tuhan, Tuhan akan menghakimi umat-Nya seorang dari pada seorang, tidak satupun perbuatan-perbuatan manusia luput dari pandangan Tuhan. Oleh sebab itu, manusia tidak berhak untuk menghakimi diri sendiri, sesamanya, bahkan tidak berhak untuk menghakimi iblis setan dengan kata-kata hujatan.

Jalan keluarnya.
Yohanes 5: 22
(5:22) Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak,

Jalan keluarnya; menyerahkan seluruh penghakiman itu kepada Yesus Kristus Anak tunggal Bapa.
Sebab, Bapa saja menyerahkan penghakiman itu kepada Yesus, sebagai Anak Tunggal.
Menyerahkan penghakiman kepada Yesus = menghormati Bapa dan Anak.

Jadi saudaraku, di sini kita diajar untuk menyerahkan segala persoalan-persoalan, perkara-perkara, bahkan segala sesuatu. Belajarlah untuk menghormati segala sesuatu, jangan mengambil alih penghakiman, dengan kata lain, menempatkan diri sesuai dengan posisi yang sudah Tuhan tentukan / tunduk pada otoritas-Nya Tuhan, seperti Bapa menyerahkan penghakiman kepada Anak, Dia tidak mengambil alih pekerjaan yang telah Ia berikan kepada Anak Tunggal, itulah Yesus Kristus.

Wahyu 14: 7
(14:7) dan ia berseru dengan suara nyaring: "Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba saat penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air."

Menyerahkan penghakiman kepada Yesus, Anak Allah, berarti;
1.    Takutlah akan Allah
Artinya; takut kepada Allah.

Amsal 8: 13
(8:13) Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat.

Takut akan Tuhan berarti membeci kejahatan, secara khusus;
-      benci kepada kesombongan,
-      benci kepada kecongkakan,
-      benci kepada tingkah laku yang jahat,
-      benci kepada mulut penuh tipu muslihat.

Kemudian, takut akan Allah, berarti; mau mengerjakan keselamatan. (Filipi 2: 12)
= menghargai pengorbanan, kematian, kebangkitan Yesus Kristus.

2.    Muliakanlah Dia

-      1 Korintus 6: 19-20
(6:19) Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?
(6:20) Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!

Berbicara memuliakan Tuhan, berarti; memuliakan Tuhan dengan tubuh.
Memuliakan Tuhan dengan tubuh, berarti; tubuh menjadi Bait Allah, tempat Roh Allah berdiam, tempat firman Allah dan tempatnya kasih Allah.

-      Amsal 3: 9
(3:9) Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu,

·         Memuliakan Tuhan dengan segala harta yang kita punya, sama seperti perempuan-perempuan kaya di Antiokhia setelah bertobat, lewat pelayanan Rasul Paulus, kemudian mereka melayani Tuhan dengan harta kekayaan mereka.
Demikian juga, jemaat mula-mula menjual segala hartanya dan membagi-bagikannya untuk kepentingan bersama (Kisah Para Rasul 2: 45).

·         Memuliakan Tuhan dengan hasil pertama.
Berarti; mempersembahkan hasil pertama dari segala penghasilan, apa saja bentuknya.
Hasil pertama = buah sulung = satu dengan kebangkitan Kristus (baptisan air) = hidup dalam pimpinan Roh Kudus.

3.    Sembahlah Dia
Berarti; hanyut dan tenggelam dalam kasih Allah = tidak menyembah allah lain / tidak mengasihi allah lain.
Dengan kata lain, terlepas dari penyembahan berhala.
Berhala adalah segala sesuatu yang melebihi dari Tuhan.

Hasilnya.
Wahyu 19: 1-3
(19:1) Kemudian dari pada itu aku mendengar seperti suara yang nyaring dari himpunan besar orang banyak di sorga, katanya: "Haleluya! Keselamatan dan kemuliaan dan kekuasaan adalah pada Allah kita,
(19:2) sebab benar dan adil segala penghakiman-Nya, karena Ialah yang telah menghakimi pelacur besar itu, yang merusakkan bumi dengan percabulannya; dan Ialah yang telah membalaskan darah hamba-hamba-Nya atas pelacur itu."
(19:3) Dan untuk kedua kalinya mereka berkata: "Haleluya! Ya, asapnya naik sampai selama-lamanya."

Kalau kita menyerahkan penghakiman kepada Yesus, sebagai Anak Tunggal, maka Ia sendiri akan membalaskan penghakiman itu, sebab benar dan adil segala penghakiman-Nya, sehingga dengan demikian kita terbebas dari pelacur besar, itulah Babel.
Babel adalah tempatnya roh jahat dan roh najis, yang menyebabkan banyak orang berlaku cabul.

Wahyu 16: 7
(16:7) Dan aku mendengar mezbah itu berkata: "Ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, benar dan adil segala penghakiman-Mu."

Benar dan adil segala penghakiman Tuhan.
Oleh sebab itu, biarlah kita menyerahkan segala penghakiman kepada Yesus, Anak Tunggal Bapa, sehingga dengan demikian kita terbebas dari perzinahan / kenajisan dan percabulan.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman;
Gembala Sidang: Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment