KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Saturday, May 4, 2013

IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 04 MEI 2013


IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 04 MEI 2013

Tema:  STUDY YUSUF (Kejadian 37: 1-36)
(seri 60)

Subtema:  PENGALAMAN KEMATIAN ADALAH KEBENARAN YANG SEJATI BAGI ORANG MUDA
(MEMAKAI BAJU EFOD)

Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena kasih-Nya kita boleh berada di dalam rumah Tuhan, beribadah melayani Tuhan.

Kembali kita memeriksa pribadi Yusuf, dalam kitab Kejadian 37.
Kejadian 37: 31
(37:31) Kemudian mereka mengambil jubah Yusuf, dan menyembelih seekor kambing, lalu mencelupkan jubah itu ke dalam darahnya.

Kalau kita perhatikan kisah Yusuf dalam Kejadian 37: 1-31, bahwa; saudara-saudara Yusuf benci kepada Yusuf, tidak menyukai Yusuf, sehingga Yusuf pun dijual kepada orang Ismael, saudagar-saudagar dari Midian.
Kemudian, orang Ismael ini membawa Yusuf ke Mesir dan selanjutnya dijual kepada Potifar (tetapi kita tidak mengarah ke sana).

Pendeknya; karena Yusuf telah dijual, maka saudara-saudara Yusuf harus mencari alasan kepada Yakub, ayah mereka, sehingga saudara-saudara Yusuf mengambil jubah Yusuf dan menyembelih seekor kambing lalu mencelupkan jubah itu ke dalam darahnya.

Yang harus kita perhatikan pada saat malam hari ini adalah MENGENAI JUBAH YUSUF.
Pada minggu yang lalu, kita telah melihat mengenai jubah, di mana jubah itu terdiri dari tiga bagian.

Sekarang kita melihat JUBAH, dalam KELUARAN 28.
Keluaran 28: 1-4
(28:1) "Engkau harus menyuruh abangmu Harun bersama-sama dengan anak-anaknya datang kepadamu, dari tengah-tengah orang Israel, untuk memegang jabatan imam bagi-Ku -- Harun dan anak-anak Harun, yakni Nadab, Abihu, Eleazar dan Itamar.
(28:2) Haruslah engkau membuat pakaian kudus bagi Harun, abangmu, sebagai perhiasan kemuliaan.
(28:3) Haruslah engkau mengatakan kepada semua orang yang ahli, yang telah Kupenuhi dengan roh keahlian, membuat pakaian Harun, untuk menguduskan dia, supaya dipegangnya jabatan imam bagi-Ku.
(28:4) Inilah pakaian yang harus dibuat mereka: tutup dada, baju efod, gamis, kemeja yang ada raginya, serban dan ikat pinggang. Demikianlah mereka harus membuat pakaian kudus bagi Harun, abangmu, dan bagi anak-anaknya, supaya ia memegang jabatan imam bagi-Ku.

Jubah / pakaian imam besar disebut PAKAIAN KUDUS, dan juga sebagai PERHIASAN KEMULIAAN.
Kalau berbicara mengenai pakaian kudus / pakaian imam besar -> kelakuan hidup sehari-hari dalam kekudusan dan kesucian dari Tuhan Yesus Kristus, sebagai Imam Besar
Jadi, Imam Besar harus menjadi teladan bagi gereja Tuhan, terlebih bagi imam-imam, tentu juga bagi kehidupan muda-mudi remaja.

PAKAIAN IMAM BESAR TERDIRI DARI TIGA BAGIAN, YANG DIKAITKAN DENGAN KEHIDUPAN MUDA-MUDI REMAJA.
YANG PERTAMA: BAJU EFOD.

Baju efod dapat kita perhatikan dalam Keluaran 28: 6-14, namun kita cukup membaca ayat 6 saja.
Keluaran 28: 6
(28:6) Baju efod itu harus dibuat mereka dari emas, kain ungu tua dan kain ungu muda, kain kirmizi dan lenan halus yang dipintal benangnya: buatan seorang ahli.

Baju efod itu terdiri dari lima warna;
1.    EMAS -> kuasa Roh-El Kudus.
Jadi, seorang imam besar harus hidup di dalam pengurapan Roh-El Kudus.
2.    KAIN UNGU TUA (biru langit) -> kuasa kebangkitan Yesus Kristus, sebagai hamba.
Jadi, seorang hamba harus hidup di dalam suasana kebangkitan.
3.    KAIN UNGU MUDA -> keagungan dan kewibawaan / kemuliaan yang dimiliki oleh Yesus Kristus, sebagai Raja.
Seorang raja memang terlihat agung dan mulia, tidak ada raja yang tidak mulia, dan Yesus adalah Raja di atas segala raja, Dia begitu berwibawa, begitu agung, begitu mulia.
Kemudian, kemuliaan seorang raja terletak pada kuasanya, sebab kalau seorang raja tidak berkuasa, maka raja itu tidak memiliki kemuliaan.
4.    KAIN KIRMIZI (warna merah) -> sengsara / penderitaan Yesus Kristus, sebagai manusia.
Berarti, setiap orang pasti banyak mengalami penderitaan / sengsara, sebab tidak ada manusia yang hidup tanpa penderitaan. Setiap pribadi, setiap orang pasti penuh dengan perjuangan.
5.    LENAN HALUS (bisus putih) -> keadilan, kebenaran, kesucian Yesus Kristus, sebagai Anak Allah.
Itulah lima warna dan arti dari baju efod.

Efod -> kehidupan Tuhan Yesus Kristus dalam tanda salib / tanda kematian.
Jadi, baju efod adalah TANDA KEMATIAN / SENGSARA SALIB.
Tanda salib / tanda kematian yang dialami oleh Yesus Kristus adalah KEBENARAN YANG SEJATI / kebenaran yang hakiki, sebab di luar salib Kristus (di luar tanda kematian), tidak ada kebenaran.
Kebenaran yang sejati itu harus diketahui oleh gereja Tuhan, oleh setiap orang, termasuk bagi kehidupan muda remaja pada saat malam ini. Itu sebabnya, YESUS KRISTUS MENYATAKAN KEBENARAN YANG SEJATI kepada dua belas murid-Nya.

Matius 16: 21
(16:21) Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.

Yesus memberitahukan penderitaan-Nya kepada dua belas murid, bahwa; Ia harus pergi ke Yerusalem menanggung penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, selanjutnya mati terbunuh di atas kayu salib, inilah kebenaran yang sejati.

Yesus harus memberitahukan kebenaran yang sejati, supaya dua belas murid mengetahui, kebenaran yang sejati ini.
Demikian juga malam ini Tuhan membentangkan kebenaran yang sejati kepada kita / kehidupan muda remaja, lewat pemberitaan firman Tuhan pada malam hari ini.

Jadi, penderitaan di sini, bukan menderita karena pukulan, bukan karena melakukan kesalahan, tetapi penderitaan yang dimaksud adalah menanggung penderitaan dari pihak orang lain, itulah kebenaran yang sejati, seperti Yesus menanggung penderitaan di atas kayu salib dari pihak tua-tua, imam-imam kepala, dan ahli-ahli Taurat.
Semoga kita diteguhkan oleh pemberitaan firman Tuhan pada malam hari ini.

KETIKA YESUS MATI DI ATAS KAYU SALIB, KEMATIAN-NYA ITU DIJADIKAN SEBAGAI KORBAN PERSEMBAHAN KEPADA ALLAH BAPA DI SORGA.
Yang Pertama: DIPERSEMBAHKAN SEBAGAI KORBAN BAKARAN.
Imamat 1: 3, 10
(1:3) Jikalau persembahannya merupakan korban bakaran dari lembu, haruslah ia mempersembahkan seekor jantan yang tidak bercela. Ia harus membawanya ke pintu Kemah Pertemuan, supaya TUHAN berkenan akan dia.
(1:10) Jikalau persembahannya untuk korban bakaran adalah dari kambing domba, baik dari domba, maupun dari kambing, haruslah ia mempersembahkan seekor jantan yang tidak bercela.

Korban bakaran itu dipersembahkan kepada Tuhan dari;
-      lembu sapi yang tidak bercacat cela,
-      ataupun dari kambing domba yang jantan dan tidak bercela,
-      burung tekukur (Imamat 1: 14).

Imamat 1: 5-6
(1:5) Kemudian haruslah ia menyembelih lembu itu di hadapan TUHAN, dan anak-anak Harun, imam-imam itu, harus mempersembahkan darah lembu itu dan menyiramkannya pada sekeliling mezbah yang di depan pintu Kemah Pertemuan.
(1:6) Kemudian haruslah ia menguliti korban bakaran itu dan memotong-motongnya menurut bagian-bagian tertentu.

Setelah binatang (yang dipersembahkan sebagai korban bakaran) itu disembelih, selanjutnya dikuliti, kemudian potongan-potongan daging itu dipersembahkan di atas mezbah korban bakaran.

Selanjutnya ...
Imamat 6: 9
(6:9) "Perintahkanlah kepada Harun dan anak-anaknya: Inilah hukum tentang korban bakaran. Korban bakaran itu haruslah tinggal di atas perapian di atas mezbah semalam-malaman sampai pagi, dan api mezbah haruslah dipelihara menyala di atasnya.

Korban bakaran itu dibiarkan semalam-malaman sampai pagi.
Artinya; korban bakaran itu dibiarkan terbakar sampai hangus.
Kalau potongan daging dibiarkan terbakar di atas perapian semalam-malaman sampai pagi, pasti korban bakaran itu terbakar sampai hangus.

Mari kita lihat; ARTI ROHANI dari KORBAN BAKARAN.
Yohanes 2: 17
(2:17) Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku."

Arti rohani dari pada korban bakaran adalah “KASIH ALLAH”.
Jadi mempersembahkan korban bakaran adalah tanda bahwa kita memiliki kasih Allah / tinggal di dalam kasih Allah.

KETIKA YESUS MATI DI ATAS KAYU SALIB, KEMATIAN-NYA ITU DIJADIKAN SEBAGAI KORBAN PERSEMBAHAN KEPADA ALLAH BAPA DI SORGA.
Yang Kedua: DIPERSEMBAHKAN SEBAGAI KORBAN SEMBELIHAN.
Yesaya 53: 7
(53:7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.

Domba sembelihan itu MENANGGUNG PENDERITAAN YANG TIDAK HARUS IA TANGGUNG.
Kemudian, pada saat dia menanggung penderitaan; mulut tidak terbuka = tidak membela diri / membiarkan diri ditindas.

Menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung, itu adalah penderitaan yang hebat; sebab menderita bukan karena kesalahan dirinya sendiri, justru menanggung penderitaan karena kesalahan orang lain.
Kemudian pada saat menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung, dia harus menutup mulut, tidak membela diri, justru membiarkan diri ditindas, ini adalah penderitaan yang sangat hebat.
Oleh sebab itu tadi saya katakan; kematian Yesus Kristus adalah kebenaran yang sejati, kebenaran yang hakiki, dan di luar salib tidak ada lagi kebenaran.

Mari kita lihat; KETIKA MEMPERSEMBAHKAN KORBAN SEBELIHAN KEPADA ALLAH.
Mazmur 51: 19
(51:19) Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.

Korban sembelihan kepada Allah;
-      jiwa yang hancur
-      hati yang patah
-      hati yang remuk
ketika menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung, sudah pasti jiwa hancur, hati patah dan remuk.
Menurut orang dunia, hal ini terlihat hina, namun sekalipun demikian, tidak dipandang hina oleh Tuhan, berarti dipandang mulia oleh Tuhan.

Yesaya 57: 15
(57:15) Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: "Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk.

Tuhan bersemayam di tempat yang tinggi / di tempat kudus, tetapi juga bersemayam / berdiam, bersama-sama dengan orang yang remuk dan rendah hati, sehingga dengan demikian, seseorang yang jiwanya hancur, hatinya patah dan remuk dihidupkan kembali = ada gairah kembali untuk beribadah melayani Tuhan.
Menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan menghidupkan hati orang yang remuk / patah, bagaikan pelita yang menyala, artinya; bernyala-nyala, berkobar-kobar di tengah-tengah ibadah pelayanan karena api “ROH KUDUS”.

KETIKA YESUS MATI DI ATAS KAYU SALIB, KEMATIAN-NYA ITU DIJADIKAN SEBAGAI KORBAN PERSEMBAHAN KEPADA ALLAH BAPA DI SORGA.
Yang Ketiga: DIPERSEMBAHKAN SEBAGAI KORBAN SAJIAN.
Imamat 6: 14-16
(6:14) "Inilah hukum tentang korban sajian. Anak-anak Harun haruslah membawanya ke hadapan TUHAN ke depan mezbah.
(6:15) Setelah dikhususkan dari korban sajian itu segenggam tepung yang terbaik dengan minyak, serta seluruh kemenyan yang di atas korban sajian itu, maka haruslah semuanya dibakar di atas mezbah sehingga baunya menyenangkan sebagai bagian ingat-ingatannya bagi TUHAN.
(6:16) Selebihnya haruslah dimakan oleh Harun dan anak-anaknya; haruslah itu dimakan sebagai roti yang tidak beragi di suatu tempat yang kudus, haruslah mereka memakannya di pelataran Kemah Pertemuan.


Korban sajian itu diolah dari tepung yang terbaik, sebagai roti yang tidak beragi, selanjutnya dipersembahkan kepada Tuhan menjadi roti kudus.


1 Samuel 21: 4-6
(21:4) Lalu jawab imam itu kepada Daud: "Tidak ada roti biasa padaku, hanya roti kudus yang ada; asal saja orang-orangmu itu menjaga diri terhadap perempuan."
(21:5) Daud menjawab imam itu, katanya kepadanya: "Memang, kami tidak diperbolehkan bergaul dengan perempuan, seperti sediakala apabila aku maju berperang. Tubuh orang-orangku itu tahir, sekalipun pada perjalanan biasa, apalagi pada hari ini, masing-masing mereka tahir tubuhnya."
(21:6) Lalu imam itu memberikan kepadanya roti kudus itu, karena tidak ada roti di sana kecuali roti sajian; roti itu biasa diangkat orang dari hadapan TUHAN, supaya pada hari roti itu diambil, ditaruh lagi roti baru.

Roti sajian itu disebut juga roti kudus = roti yang tidak beragi.
Roti tanpa ragi adalah kebenaran yang tidak ditambahkan dan tidak dikurangi = tidak terdapat kejahatan atau pun keburukan.
Saudaraku, biarlah kita senantiasa menikmati roti sajian, yang disebut juga roti kudus (roti tanpa ragi), sehingga kita dapat menyajikan / menyatakan diri kita di hadapan Tuhan di dalam kekudusan.

Biarlah kiranya kita dapat menyajikan / menyatakan diri kita di hadapan Tuhan, sebagai kehidupan yang hidup di dalam kekudusan, tanpa ragi, tanpa dosa kejahatan, namun bukan hanya di hadapan Tuhan, melainkan di hadapan setiap orang, di manapun kita berada harus menyatakan diri di dalam kekudusan.

Mari kita lihat; PRAKTEK UNTUK MENJADI ROTI SAJIAN / ROTI YANG TIDAK BERAGI.
-      Matius 26: 59-60
(26:59) Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat dihukum mati,
(26:60) tetapi mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi dusta. Tetapi akhirnya tampillah dua orang,

Ketika Yesus diadili di hadapan Mahkamah Agama, banyak saksi dusta untuk mencari kesalahan tetapi mereka tidak memperolehnya, dengan kata lain tidak terdapat kesalahan, kejahatan di dalam diri Yesus Kristus = roti tidak beragi.
Yesus telah menyatakan diri-Nya, menyajikan diri-Nya sebagai roti kudus / roti tanpa ragi di hadapan Mahkamah Agama, termasuk di hadapan saksi-saksi dusta.

-      Matius 27: 13-14, 19, 23
(27:13) Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau dengar betapa banyaknya tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?"
(27:14) Tetapi Ia tidak menjawab suatu kata pun, sehingga wali negeri itu sangat heran.
(27:19) Ketika Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan, isterinya mengirim pesan kepadanya: "Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam."
(27:23) Katanya: "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Ia harus disalibkan!"

Demikian juga, ketika Yesus diadili di hadapan Pilatus, tidak terdapat kesalahan-kesalahan, kejahatan yang diperbuat oleh Yesus = roti tanpa ragi = roti kudus / roti sajian.
Bahkan dari pembacaan ini, kita melihat, bahwa; isteri Pilatus sendiri mengetahui bahwa Yesus adalah orang benar = roti kudus / roti tanpa ragi.

Inilah yang disebut roti tidak beragi = roti kudus / roti sajian.
Yesus telah menyajikan diri-Nya sebagai roti kudus / roti yang tidak beragi sebab di dalam diri Yesus tidak terdapat kejahatan, tidak terdapat kesalahan-kesalahan.

Sekarang, kita kembali memperhatikan ...
Matius 16: 21
(16:21) Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.

Yesus menyatakan kebenaran yang sejati, dan ketika Yesus mati di atas kayu salib, Yesus dipersembahkan sebagai korban persembahan bagi Allah Bapa di sorga, yaitu korban bakaran, korban sembelihan dan korban sajian.

Sekarang, mari kita lihat; Bagaimana reaksi 12 murid ketika Yesus menyatakan kebenaran yang sejati itu.
Matius 16: 22
(16:22) Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."

Petrus menolak kebenaran yang sejati, sebab ia menolak untuk masuk dalam pengalaman kematian.
Itu sebabnya, setelah Yesus memberitahukan tentang penderitaan yang akan dialami-Nya, Petrus segera menarik Yesus ke samping dan menegor Yesus, dan berkata: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.
Jadi, dalam hal ini, Petrus menolak kebenaran yang sejati.
Menolak kebenaran yang sejati = tidak masuk dalam pengalaman kematian, tidak rela menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung.

Matius 16: 23
(16:23) Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

Petrus menolak kebenaran yang sejati karena Petrus tidak memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah, melainkan memikirkan apa yang dipikirkan oleh manusia.
Jadi, pemikiran manusia itu; kalau bisa bebas dari penderitaan, tidak mau masuk dalam pengalaman kematian, tidak mau menderita, itulah pikiran manusia. Manusia hanya memikirkan; bagaimana supaya daging enak, bagaimana supaya tidak menanggung penderitaan, itu adalah pikiran manusiawi.

Oleh sebab itu coba saja perhatikan kehidupan muda-mudi remaja yang tidak mau menanggung penderitaan (manusia duniawi), pasti mereka menolak untuk masuk dalam pengalaman kematian, karena mereka tidak memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah, mereka hanya memikirkan apa yang dipikirkan oleh manusia, seperti Petrus.
Kehidupan yang demikian, menjadi batu sandungan bagi Allah, sama seperti orang-orang Yahudi menolak pemberitaan firman tentang Yesus yang disalibkan, sehingga pemberitaan firman tentang salib Kristus menjadi batu sandungan bagi mereka (1 Korintus 1: 23).

Yohanes 21: 18
(21:18) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."

Ketika Petrus masih muda, Petrus mengikat pinggangnya sendiri.
Artinya; hidup di dalam kebenaran diri sendiri.
Kalau seseorang hidup di dalam kebenaran diri sendiri, ia akan berjalan ke mana saja yang ia kehendaki, sekalipun tidak dikehendaki Allah, ini adalah kehidupan orang muda.
Itu sebabnya Petrus menolak kebenaran yang sejati, tidak mau masuk dalam pengalaman kematian.

Bukti kebenaran diri sendiri.
Yohanes 21: 15-17
(21:15) Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
(21:16) Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
(21:17) Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.

-      PERTANYAAN YANG PERTAMA, menunjukkan bahwa Simon Petrus mengasihi dengan KASIH EROS.
Kasih eros adalah kasih terhadap lawan jenis (laki-laki terhadap perempuan, sebaliknya perempuan terhadap laki-laki), dan itu bisa mengarah kepada kenajisan.
-      PERTANYAAN YANG KEDUA, menunjukkan bahwa Simon Petrus mengasihi dengan KASIH FILEO.
Kasih fileo adalah kasih karena keinginan sendiri / mengasihi karena keinginan daging, berarti; mengasihi karena ada kepentingan-kepentingan, mengasihi karena ada unsur-unsur lain, ada motivasi lain.
-      PERTANYAAN YANG KETIGA, menunjukkan bahwa Simon Petrus mengasihi Tuhan dengan KASIH AGAPE.
Kasih Agape adalah kasih Ilahi; mengasihi bukan karena ada kepentingan-kepentingan, bukan karena ada keinginan sendiri, bukan seperti mengasihi lawan jenis.
Berarti, selama ini, Simon Petrus mengikuti Tuhan Yesus Kristus dengan kasih eros dan kasih fileo, itu sebabnya Yesus bertanya untuk yang ketiga kalinya dengan pertanyaan yang sama, dan akhirnya Simon Petrus mengakui dengan hati yang sedih.

Bagaimana dengan kita? Apa dasar kita beribadah melayani Tuhan, apakah karena kasih fileo, karena kasih eros, atau karena kasih Ilahi (Kasih Agape)?

Kita kembali membaca ayat 18 ...
Yohanes 21: 18
(21:18) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."

Mengikat pinggang sendiri, artinya; kebenaran diri sendiri.
Ketika seseorang hidup dalam kebenaran diri sendiri, maka ia akan berjalan ke mana saja yang ia kehendaki.
Namun, berbanding terbalik ketika Simon Petrus sudah MENJADI TUA; ia akan MENGULURKAN TANGANNYA, ORANG LAIN AKAN MENGIKAT dan MEMBAWA KE TEMPAT YANG TIDAK DIKEHENDAKI.
Tua -> kerohanian yang dewasa = tua / dewasa rohani.

SEBAGAI CONTOH;
Matius 26: 39, 42, 44
(26:39) Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."
(26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"
(26:44) Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga.

Yesus harus melakukan kehendak Allah Bapa, yaitu meminum cawan Allah.
Minum cawan Allah, artinya; Yesus harus menanggung penderitaan di atas kayu salib = menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung.

Menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung, seperti Yesus Kristus, itu bukanlah hal yang mudah. Itu sebabnya Yesus memohon kepada Allah Bapa: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku,..” Memang berat untuk menanggung penderitaan, namun sekalipun Yesus memohon, Yesus juga berkata: “... tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.
Berbanding terbalik ketika Simon Petrus masih muda, ia mengikat pinggangnya sendiri dan berjalan ke mana saja yang ia kehendaki, sekalipun Tuhan tidak menghendakinya.

Yesaya 53: 10-11
(53:10) Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.
(53:11) Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul.

Ketika Yesus diremukkan di atas kayu salib, itu adalah kehendak Allah Bapa, walaupun menderita sakit, Ia tunduk dan pasrah.
Dua tangan diremukkan oleh paku yang tajam, pada saat itu Yesus menjerit. Kemudian, ketika dua kaki diremukkan oleh paku yang tajam, juga Yesus kembali menjerit karena kesakitan. Di sini kita melihat, bahwa menanggung penderitaan karena melakukan kehendak Allah Bapa, mengalami sengsara yang luar biasa.

Ketika Yesus menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung oleh karena melakukan kehendak Allah Bapa, ada beberapa hal yang terjadi;
1.    IA AKAN MELIHAT KETURUNANNYA, UMURNYA AKAN LANJUT.
Kita semua adalah anak-anak Allah, berada di dalam rumah Tuhan, beribadah melayani Tuhan = keturunan Abraham, yang berasal dari Allah.
Saat ini Tuhan sedang menyaksikan kita berada di dalam Bait Allah, beribadah melayani kepada Tuhan, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan panjang. Siapa yang mau umurnya panjang, lakukanlah kehendak Allah Bapa.
2.    IA AKAN MELIHAT TERANG DAN MENJADI PUAS.
Berbanding terbalik kalau seseorang hidup di dalam kegelapan dosa, di dalam dirinya tidak ada kepuasan.
Tetapi kalau hati seseorang sudah diterangi, akan dipuaskan oleh Tuhan.
Coba saja kalau seseorang hidup dalam kegelapan, semua dosa pasti dilakukan, baik itu dosa kenajisan, dosa dusta, dan dosa yang lain, namun tetap saja tidak ada kepuasan, justru ketika hati sudah diterangi, hidup dalam terang, hidupnya dipuaskan oleh Tuhan = tidak mencari kepuasan hati dengan cara-cara yang lain.
3.    MEMBENARKAN BANYAK ORANG OLEH HIKMATNYA.
Pemberitaan firman tentang salib adalah hikmat Allah dan kekuatan Allah, itulah yang membenarkan saya dan saudara (1 Korintus 1: 24).
Kita bersyukur dengan pemberitaan firman tentang salib yang adalah hikmat Allah dan kekuatan Allah.
Ketika Yesus menanggung penderitaan di atas kayu salib, Ia diremukkan, tetapi dengan demikian Ia melakukan kehendak Allah; daging tangan yang lembut dan tulang-tulang yang rawan ditembusi oleh paku yang tajam, juga dua kaki ditembusi oleh paku yang tajam, Dia remuk, namun Dia melakukan apa yang dikehendaki oleh Allah.

Kembali kita memperhatikan ...
Yohanes 21: 18-19
(21:18) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."
(21:19) Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku."

Pada akhirnya, Petrus melakukan kehendak Allah Bapa, tidak mengikat pinggang sendiri, melainkan mengulurkan tangan dan orang lain mengikatnya, justru dengan demikian, Petrus memuliakan Allah.
Dalam hal ini Petrus masuk dalam pengalaman kematian, artinya; menerima kebenaran yang sejati, kebenaran yang hakiki, kebenaran yang berasal dari sorga.

Biarlah kita memuliakan Allah karena kita sekaliannya masuk dalam pengalaman kematian, melakukan kehendak Allah Bapa, sekalipun tidak sesuai dengan kehendak hati kita masing-masing, seperti Yesus remuk karena kehendak Allah. Terpujilan Tuhan kekal sampai selama-lamanya. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment