KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Monday, May 6, 2013

IBADAH RAYA MINGGU, 05 MEI 2013


IBADAH RAYA MINGGU, 05 MEI 2013

Tema:  JEMAAT EFESUS (dari Wahyu 2: 1-7)
            (Seri 08)

Subtema: SATU BAHASA, SATU LOGAT

Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena kasih-Nya, kita boleh berada di dalam rumah Tuhan, beribadah melayani Tuhan.

Segera kita memperhatikan sidang jemaat di Efesus sebagai firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu, dari kitab Wahyu 2: 1-7.
Pertama-tama kita memperhatikan ayat 1.
Wahyu 2: 1
(2:1) "Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu.

Yesus tampil sebagai firman Allah yang tajam untuk memeriksa, mengoreksi bahkan menyucikan dosa sidang jemaat di Efesus.

Setelah sidang jemaat di Efesus dikoreksi lewat firman Allah yang tajam, mari kita lihat; KEBERADAAN DARI SIDANG JEMAAT DI EFESUS, pada ayat 2 dan 3.
Wahyu 2: 2-3
(2:2) Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.
(2:3) Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.

Setelah dikoreksi lewat firman Allah yang tajam, maka terlihatlah keberadaan dari sidang jemaat di Efesus, yaitu memiliki KELEBIHAN-KELEBIHAN di hadapan Tuhan, antara lain;
1.    penuh dengan JERIH PAYAH di tengah-tengah ibadah pelayanan,
2.    penuh dengan KETEKUNAN / bertekun di hadapan Tuhan,
3.    TETAP SABAR di tengah-tengah ibadah pelayanan,
4.    MENDERITA OLEH KARENA NAMA TUHAN = aniaya karena firman = sengsara salib,
5.    TIDAK MENGENAL LELAH, sekalipun berjerih lelah di tengah-tengah ibadah pelayanan.
Kelebihan yang dimiliki oleh sidang jemaat di Efesus adalah kelebihan yang luar biasa, sehingga kita patut angkat jempol kepada sidang jemaat di Efesus.

Namun, bila kita perhatikan ayat 4...
Wahyu 2: 4
(2:4) Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.

Sekalipun sidang jemaat di Efesus memiliki kelebihan lima perkara tadi (dalam Wahyu 2: 2-3), namun Tuhan tetap mencela, karena sidang jemaat di Efesus telah MENINGGALKAN KASIH YANG SEMULA.
Meninggalkan kasih yang semula bukan suatu perkara yang kecil, bukan suatu perkara sepele, ini adalah suatu perkara yang besar.

Wahyu 2: 5
(2:5) Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.

Dosa karena meninggalkan kasih yang semula adalah KEJATUHAN YANG AMAT SANGAT DALAM.
Jadi, meninggalkan kasih yang semula, itu bukanlah perkara kecil / bukan perkara sepele, hal ini tidak boleh dianggap main-main.

Saya beri contoh;
-      Dalam nikah rumah tangga; jika salah satu dari pasangan suami isteri menghiati pasangannya, tentu itu sangat menyakitkan pasangannya.
-   Demikian juga terhadap sesama; kalau kita mengabaikan sesama, tidak peduli terhadap sesama, menyepelekan sesama, padahal orang itu sangat membutuhkan pengertian dan perhatian kita, tetapi ia tidak mendapatkannya (karena kita kehilangan kasih yang semula), itu sangat menyakitkan sekali.
Oleh sebab itu saya katakan, meninggalkan kasih semua itu bukanlah perkara kecil, itu sebabnya pada ayat 5 dikatakan: “Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh!
Hal ini harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh, baik saya dan saudara.

Oleh sebab itu ...
Wahyu 2: 5
(2:5) Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.

Di sini kita perhatikan; dengan kasih, Tuhan menghimbau sidang jemaat di Efesus supaya mereka KEMBALI KEPADA KASIH YANG SEMULA itu, dengan jalan BERTOBAT.
Bertobat, artinya; berhenti berbuat dosa dan jangan berbuat lagi, jangan mengulangi lagi, seperti dua tangan dan dua kaki yang terpaku tidak dapat berbuat apa-apa, justru dari sanalah darah mengalir.
Artinya, ketika seseorang berusaha untuk bertobat, berusaha untuk kembali kepada kasih yang semula itu, dibutuhkan pengorbanan / tanda darah, sebab memang kebenaran itu meterainya adalah darah pengorbanan, dan memang, kebiasaan lama sangatlah sukar untuk ditinggalkan, oleh sebab itu, dibutuhkan pengorbanan.

Kalau tidak kembali kepada kasih yang semula, dengan kata lain tidak mau bertobat, konsekuensinya adalah TUHAN AKAN MENGAMBIL KAKI DIAN DARI TEMPATNYA = Tuhan mengambil kaki dian DARI TENGAH-TENGAH SIDANG JEMAAT DI EFESUS.
Dalam pola Tabernakel, kaki dian terkena pada pelita emas.
Kalau kaki dian diambil dari tengah-tengah sidang jemaat di Efesus, maka yang terjadi adalah SUASANA GELAP = sidang jemaat Efesus berada dalam suasana gelap.

Suasana gelap adalah tempat yang paling efektif untuk menyembunyikan dosa, sebab tidak ada dosa yang disembunyikan di tempat yang terang.
Dalam 1 Yohanes 2: 11, dikatakan; orang buta digambarkan berada di dalam kegelapan, tidak tahu harus berbuat apa-apa.
Kalau orang buta dibiarkan berjalan; kalau tidak menabrak, ya ditabrak. Sungguh mengerikan sekali kalau tidak mau bertobat / tidak mau kembali pada kasih yang semula.

Suasana gelap digambarkan dalam empat hal, yaitu;
1.    Bagaikan pelita / kaki dian yang menyala, yang diletakkan di bawah GANTANG.
2.    Bagaikan pelita / kaki dian yang menyala, yang diletakkan di bawah TEMPAYAN.
3.    Bagaikan pelita / kaki dian yang menyala, yang diletakkan di bawah TEMPAT TIDUR.
4.    Bagaikan pelita / kaki dian yang menyala, yang diletakkan DI KOLONG RUMAH / CERUK-CERUK.

Malam ini, kita fokus memperhatikan ayat 6.
Wahyu 2: 6
(2:6) Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci.

Ternyata, selain lima perkara tadi (dalam Wahyu 2: 2-3), sidang jemaat di Efesus juga memiliki kelebihan yang lain, yaitu MEMBENCI SEGALA PERBUATAN PENGIKUT-PENGIKUT NIKOLAUS, yang juga dibenci oleh Tuhan.
Jadi, apa yang dibenci oleh Tuhan, juga dibenci oleh sidang jemaat di Efesus.
Sesungguhnya, banyak hal yang dibenci oleh Tuhan, misalnya; saksi dusta, tugu berhala, itu sangat dibenci oleh Tuhan, dan masih banyak lagi kejahatan-kejahatan yang lain.

Memang, di sini tidak disebutkan secara gamblang mengenai dosa-dosa pengikut-pengikut Nikolaus. Namun yang pasti, apa yang DIBENCI OLEH TUHAN, itu juga yang DIBENCI OLEH SIDANG JEMAAT DI EFESUS.

Mari kita lihat; SATU PERKARA YANG DIBENCI TUHAN ...
Wahyu 18: 2
(18:2) Dan ia berseru dengan suara yang kuat, katanya: "Sudah rubuh, sudah rubuh Babel, kota besar itu, dan ia telah menjadi tempat kediaman roh-roh jahat dan tempat bersembunyi semua roh najis dan tempat bersembunyi segala burung yang najis dan yang dibenci,

Roh najis (dosa kenajisan) itu sangat dibenci oleh Tuhan.
Hal ini harus kita pahami; apa yang dibenci oleh Tuhan, itu juga dibenci oleh sidang jemaat di Efesus, dan dosa yang sangat dibenci oleh Tuhan adalah dosa kenajisan.
Saya seringkali menyampaikan; kiranya kita kuat di dalam Tuhan. Kalau roh najis menggoda, kita harus tetap kuat, jangan terpikat atau pun memikat.

Saudaraku, tempatnya roh najis di sini adalah BABEL, di situlah roh najis bersembunyi.
Berarti, kita dapat menyimpulkan, bahwa; pengikut-pengikut Nikolaus juga dikuasai oleh roh najis yang sangat dibenci oleh Tuhan, itu sebabnya sidang jemaat di Efesus sangat membenci perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus.

Sekarang, mari kita lihat; KISAH MENARA BABEL.
Kejadian 11: 4
(11:4) Juga kata mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi."

Setelah peristiwa air bah, semua yang hidup / semua yang bernyawa binasa, kecuali Nuh, isterinya, tiga anak dan tiga menantunya. Kemudian, dari tiga anak Nuh ini, melahirkan anak-anak / keturunan-keturunan mereka.
Kalau kita perhatikan pada ayat ini; keturunan dari Sem, Ham dan Yafet ini MENDIRIKAN SEBUAH KOTA dan SEBUAH MENARA, YANG PUNCAKNYA SAMPAI KE LANGIT.
Dalam Yesaya 66: 1, dikatakan: langit adalah takhta Allah, namun mereka punya rencana untuk mendirikan sebuah kota dan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit.

Mari kita lihat persamaan dari ayat ini dalam Yesaya 14.
Yesaya 14: 13
(14:13) Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara.

Bintang Timur, putera Fajar, yang disebut Lucifer, itulah iblis setan, hendak naik ke langit, hendak mendirikan takhta untuk mengatasi bintang-bintang Allah.

Yesaya 14: 14
(14:14) Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!

Hendak menyamai Yang Mahatinggi -> dosa kesombongan.
Siapa yang bisa menyamai Allah? tentu tidak ada.
Jika ingin menyamai Allah, ini adalah dosa ketinggian hati = dosa kesombongan.

Mari kita perhatikan ...
Tujuan mereka mendirikan menara Babel.
Kejadian 11: 4
(11:4) Juga kata mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi."

Tujuan mereka membangun suatu kota dan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit adalah hanya untuk MENCARI NAMA, bukan untuk mencari nama Tuhan.
Kalau membangun hidup dengan keperkasaan, dengan kekuatan, dengan kepintaran, dengan harta, dengan kekayaan, dengan apa saja, namun dengan tujuan untuk mencari nama, supaya terkenal / supaya popularitas, itu adalah kesombongan.

Nas firman Tuhan berkata: “... apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah.” (Lukas 16: 15)
Seharusnya, kita lebih mencari nama Tuhan, bukan mencari nama yang lain, supaya Tuhan lebih kita kagumi dari pada yang lain. Oleh sebab itu, kalau seseorang dikuasai oleh roh najis, cintanya tidaklah kepada Tuhan.

Membangun suatu kota dan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, ini adalah pembangunan yang keliru, pembangunan yang salah.
Saudaraku, kalau mungkin ada di antara kita yang membangun diri hanya untuk mencari nama, saya kira saudara salah alamat, sebab itu adalah pembangunan yang keliru. Saya sarankan: jangan lanjutkan lagi, jangan teruskan, sebab itu tidak ada artinya, hanya mendatangkan kesia-siaan.

Yesaya 14: 15
(14:15) Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan, ke tempat yang paling dalam di liang kubur.

Intinya; dosa kesombongan adalah kejatuhan yang amat sangat dalam, dan dosa kesombongan adalah kejatuhan yang pertama.
Sebelum Adam dan Hawa melakukan dosa, setan (yang adalah Bintang Timur, putera Fajar, itulah Lucifer) sudah terlebih dahulu melakukan dosa.

Seseorang yang hidup dalam dosa kesombongan, sudah diikuti dengan kejatuhannya.
Oleh sebab itu, jangan main-main dengan dosa kesombongan, jangan coba-coba mencari nama dalam segala perkara.
Jangan lakukan segala sesuatu supaya dilihat orang, tetapi lakukanlah segala sesuatu tanpa diketahui oleh orang lain, seperti nas firman Tuhan berkata: “... jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.

Ingat saudaraku; DOSA KESOMBONGAN DIIKUTI DENGAN KEJATUHAN.
-      Kalau saudara punya segala sesuatu, itu karena Tuhan,
-      kalau saudara ada, itu karena Tuhan, bukan karena bisa.
Inilah yang harus kita perhatikan mulai saat ini, dan seterusnya ke depan, sampai Tuhan datang pada kali yang kedua.

Akibat dosa kesombongan dari Bintang Timur, putera Fajar.
Kejadian 11: 6-7
(11:6) dan Ia berfirman: "Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apa pun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana.
(11:7) Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing."

TUHAN MENGACAUBALAUKAN BAHASA MEREKA sehingga satu dengan yang lain tidak saling mengerti bahasa masing-masing.
Kalau bahasa sudah kacau, tidak bertemu satu dengan yang lain, maka rencana-rencana yang indah tidak akan terwujud, misalnya; suami mengatakan A, isteri mengatakan B, maka rencana-rencana tidak akan terwujud.

Biarlah kita memohon kepada Tuhan supaya diberi kesatuan baik dalam;
-      penggembalaan yang kecil, itulah nikah rumah tangga,
-      juga penggembalaan yang besar, itulah kandang penggembalaan.

Kejadian 11: 8
(11:8) Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu.

Akhirnya, mereka berhenti mendirikan kota itu dan dari situlah mereka BERSERAK KE SELURUH BUMI.
Berserak = tercerai-berai = tidak ada kesatuan hati.

KESATUAN HATI ITU TERJALIN KARENA ADA YANG MENGIKAT, ITULAH KASIH ALLAH.
Berarti, dapat kita simpulkan, bahwa; akhirnya mereka KEHILANGAN HARTA YANG BESAR, itulah kasih Allah yang mempersatukan satu dengan yang lain.
Apa artinya kita memiliki segala sesuatu di bumi ini, kalau kita kehilangan kasih Allah. Jika kehilangan kasih, berarti tidak mendapatkan keselamatan, sebab ada tertulis: “Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.” (1 Korintus 13: 8)

Pertahankanlah KASIH MEMPELAI, lewat PENGAJARAN MEMPELAI DALAM TERANGNYA TABERNAKEL, jangan karena harta, kekayaan, kedudukan, dan jabatan, saudara meninggalkan kasih mempelai.
Saudaraku, jangan harapkan kasih manusia, itu tidak ada artinya, sebab kasih manusia itu terbatas, tetapi kasih Tuhan tidak terbatas; apa artinya kita memiliki harta, kalau kita tidak memiliki kasih.

Pertanyaannya; APA YANG MENYEBABKAN MEREKA MENDIRIKAN MENARA BABEL YANG PUNCAKNYA SAMPAI KE LANGIT?
YANG PERTAMA.
Kejadian 11: 2
(11:2) Maka berangkatlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah datar di tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di sana.

Berangkatlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah datar di tanah Sinear, lalu mereka menetap di sana.
Kalau kita menggunakan pola Tabernakel, yang benar adalah DARI TIMUR berangkat sampai KE BARAT = dari PINTU GERBANG, sampai dibawa masuk ke dalam RUANGAN MAHA KUDUS.
Berarti, kalau mereka berangkat ke sebelah timur = berada di luar pola Kerajaan Sorga = berada di luar rencana Allah, sebab rencana Allah dalam hidup saya dan kita semua adalah; dari timur berangkat sampai ke barat.
Jangan sekali-kali membuat rencana yang berada di luar rencana Allah, sebab itu tidak ada artinya, percayalah.

Yesaya 55: 7-8
(55:7) Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya.
(55:8) Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.

Kita ada pada malam hari ini, itu bukanlah suatu kebetulan, melainkan Tuhan ingin menyatakan isi hati-Nya.
Oleh sebab itu, mari kita mendengar isi hati Tuhan, ijinkan hati saudara menyatu dengan hati Tuhan.

-      Rancangan manusia bukan rancangan Tuhan,
-      jalan manusia bukan jalan Tuhan.
Banyak orang menyangka bahwa jalannya lurus, padahal itu menuju maut (Amsal 14: 12).
Oleh sebab itu, Tuhan mengatakan / menghimbau kepada saya dan saudara: “Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN ... , sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya.

Yesaya 55: 9
(55:9) Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.

-      Jalan Tuhan dan jalan manusia seperti tingginya langit dari bumi,
-      rancangan Tuhan dari rancangan manusia seperti tingginya langit dari bumi.
Jadi, tidak ada yang bisa memahami jalan-Nya Tuhan, dan tidak ada yang bisa menyelami rancangan Tuhan, seperti tingginya langit dari bumi, oleh sebab itu, tinggal ikuti saja jalan-Nya / rancangan-Nya Tuhan.

Pertanyaannya; APA YANG MENYEBABKAN MEREKA MENDIRIKAN MENARA BABEL YANG PUNCAKNYA SAMPAI KE LANGIT?
YANG KEDUA.
Kejadian 11: 3
(11:3) Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik." Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan tér gala-gala sebagai tanah liat.

Mereka membuat batu bata menjadi batu.
Bata itu terbuat dari tanah liat, ia tidak akan pernah menjadi batu.

Bandingkan dengan ...
1 Petrus 2: 5-6
(2:5) Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.
(2:6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."

Di Sion ada sebuah batu yang terpilih, siapa yang percaya, tidak akan dipermalukan, dan kita semua adalah rumah rohani.
Oleh sebab itu, Tuhan merindukan supaya kita menjadi batu rohani untuk dijadikan sebagai rumah rohani, dan setiap bangunan itu harus didirikan di atas batu, bukan di atas bata.

Matius 7: 24-25
(7:24) "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.
(7:25) Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.

Kalau rumah dibangun di atas batu, tidak akan dipermalukan oleh Tuhan, sekalipun ada ujian dari segala arah penjuru, sebab rumah itu dibangun di atas batu, itulah pribadi Yesus Kristus yang dikorbankan.

1 Korintus 3: 10-11
(3:10) Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya.
(3:11) Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.

Dasar dari setiap bangunan adalah BATU, itulah pribadi Yesus Kristus yang disalibkan = KORBAN KRISTUS.
Kalau berdiri di atas dasar korban Kristus, kita menjadi kuat, tetapi kalau berdiri di atas dasar yang lain, maka kita tidak akan kuat.
Oleh sebab itu, batu bata tidak bisa dijadikan sebagai batu, sebab batu bata adalah gambaran dari manusia daging, di mana manusia itu dibuat dari debu tanah / tanah liat.
Kita semua adalah bangunan Allah / rumah Tuhan, biarlah kiranya setiap rumah memperhatikan bangunan yang dibangun di atas batu, sebagai dasar yang diletakkan.

Dengan korban Kristus; segala pikiran dan hati yang najis bisa dihentikan / direm, karena selalu mengingat korban Kristus.
Kalau dasarnya korban Kristus, maka kita menjadi kuat, tetapi kalau berdiri / dibangun di atas dasar batu bata, tidak akan terwujud segala rencana-rencana yang indah, sebab kekuatan manusia terbatas adanya.

Kita kembali memperhatikan ayat 7-8 ...
Kejadian 11: 7-8
(11:7) Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing."
(11:8) Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu.

Segala rencana-rencana mereka tidak terwujud karena;
-      mereka pergi ke arah timur,
-      dan pada saat mereka membangun, batu bata dijadikan batu,
maka dengan demikian, rencana-rencana yang indah tidak terwujud, akhirnya mereka terserak ke seluruh bumi, bahkan sampai ke nusantara ini, berarti tidak sesuai dengan rencana semula, di mana pada ayat 4, mereka berkata: “Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi.” (Kejadian 11: 4)

Setelah berserak sampai ke nusantara ini, juga memiliki bahasa yang berbeda-beda, sesuai dengan suku masing-masing, sebagai contoh;
-       Ada suku batak.
Pada suku batak saja ada lima bahasa; ada batak toba, batak karo, batak simalungun, batak mandailing, ada juga batak pakpak (Dairi).
-       Ada suku jawa.
Suku Jawa juga berbeda-beda.
Intinya; tidak satu bahasa dan juga tidak satu logatnya.

Kejadian 11: 1
(11:1) Adapun seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya.

Sesungguhnya, seluruh bumi bahasanya satu, logatnya satu.
Apa yang membuat saya dan saudara jadi satu bahasa? Itu karena kasih Allah.

Mari kita lihat; KASIH ALLAH itu dengan SATU BAHASA YANG BESAR.
1.    Wahyu 19: 1
(19:1) Kemudian dari pada itu aku mendengar seperti suara yang nyaring dari himpunan besar orang banyak di sorga, katanya: "Haleluya! Keselamatan dan kemuliaan dan kekuasaan adalah pada Allah kita,

Di sini kita melihat; ADA KESATUAN HATI, bahasa mereka hanya satu, yaitu HALELUYA, segala puji syukur, hormat dan kebesaran, kemuliaan, pengagungan hanya bagi Tuhan, tidak ada lagi bahasa lain, sebab kemuliaan hanya bagi Tuhan.
Hanya satu bahasa dan satu logat, berarti; tidak membawa hati masing-masing.

Tetapi mereka mempunyai rencana yang salah, itulah yang membuat segala sesuatunya hancur, tidak terwujudnya pembangunan tubuh Kristus yang sempurna supaya masa depan indah.

Wahyu 19: 2
(19:2) sebab benar dan adil segala penghakiman-Nya, karena Ialah yang telah menghakimi pelacur besar itu, yang merusakkan bumi dengan percabulannya; dan Ialah yang telah membalaskan darah hamba-hamba-Nya atas pelacur itu."

Dengan satu bahasa dan satu logat, PELACUR YANG BESAR ITU TELAH DIKALAHKAN, itulah Babel, tempat bersembunyinya roh najis = terlepas dari roh najis.

2.    Wahyu 19: 3
(19:3) Dan untuk kedua kalinya mereka berkata: "Haleluya! Ya, asapnya naik sampai selama-lamanya."

Kalau kita satu bahasa dan satu logat, maka apa yang kita persembahkan, berkenan di hadapan Tuhan.
Biarlah ada kesatuan hati di antara kita;
-      antara sidang jemaat dan gembala sidang ada kesatuan bahasa,
-      antara suami dan isteri ada kesatuan bahasa.

Ketika satu bahasa dan satu logat, asapnya naik, artinya; APA YANG KITA MOHONKAN, APA YANG KITA MINTA DIKABULKAN OLEH TUHAN.

3.    Wahyu 19: 6
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.

Kalau kita satu bahasa dan satu logat, maka TUHAN MENJADI RAJA, Tuhan yang berkuasa atas kita, Tuhan yang bertakhta di hati kita, Tuhan yang menguasai seluruh kehidupan kita = tubuh, jiwa, roh dikuasai oleh Tuhan karena Tuhan yang berkuasa.

Wahyu 19: 7-9
(19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.
(19:8) Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.]
(19:9) Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah."

Kalau satu bahasa, satu logat, akhirnya MASUK DALAM RENCANA ALLAH YANG BESAR, yaitu masuk dalam PEMBANGUNAN TUBUH KRISTUS YANG SEMPURNA / masuk dalam PESTA NIKAH ANAK DOMBA.
Yesus Kristus adalah Mempelai Pria Sorga, Dialah kepala / suami, sedangkan kita semua (gereja Tuhan) adalah tubuh Kristus, mempelai perempuan, yang kelak masuk dalam perjamuan kawin Anak Domba.

Kalau satu bahasa dan satu logat, arahnya jelas, yaitu mengarah pada pembangunan tubuh Kristus yang sempurna. Kalau tadi, arah pembangunannya kepada tubuh Babel, dikuasai roh najis.
Mulai sekarang, kembalilah kepada rencana Allah yang besar ini supaya terwujud satu bahasa dan satu logat, jangan ada lagi pikiran yang macam-macam, hati yang jahat, dan biarlah kita mengakui kekurangan-kekurangan selama ini, apabila itu pernah terjadi di hadapan Tuhan.
Selama kita satu bahasa dan satu logat;
1.    Roh jahat dan roh najis dikalahkan.
2.    Doa penyembahan didengar.
3.    Masuk dalam pembangunan tubuh Kristus yang sempurna.
Jadi, jangan pernah membawa hati masing-masing, mulai malam hari ini.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment