KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, June 24, 2014

IBADAH RAYA MINGGU, 22 JUNI 2014

IBADAH RAYA MINGGU, 22 JUNI 2014

Tema:  JEMAAT DI FILADELFIA (dari Wahyu 3: 7-13)
            (Seri 08)

Subtema: KUNCI DAUD BERKUASA UNTUK MEMBUKA PINTU RUMAH ALLAH

Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam di dalam kasih sayang dan kasih setia Tuhan yang abadi.
Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita boleh berada di rumah Tuhan, beribadah melayani Tuhan, sekaligus mempersembahkan korban di tempat yang Tuhan pilih.

Kita segera memperhatikan sidang jemaat di Filadelfia dari kitab Wahyu 3: 7-13.
Namun kita hanya memperhatikan ayat 7 saja.
Wahyu 3: 7
(3:7) "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Filadelfia: Inilah firman dari Yang Kudus, Yang Benar, yang memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka.

Yesus tampil sebagai “Yang Kudus, Yang Benar, yang memegang kunci Daud” untuk menyelidiki, mengoreksi sampai menyucikan sidang jemaat di Filadelfia.

-      Penampilan Yesus yang pertama sebagai Yang Kudus.
Aktivitasnya adalah hidup dalam kekudusan
-      Penampilan Yesus yang kedua sebagai Yang benar.
Aktivitasnya adalah hidup dalam kebenaran.

Sekarang kita melihat penampilan Yesus yang ketiga sebagai “YANG MEMEGANG KUNCI DAUD”
Aktivitasnya adalah untuk membuka pintu sorga bagi saya dan saudara.
Di sini kita melihat, bahwa Tuhan memegang kunci Daud untuk membuka pintu Kerajaan Sorga bagi saya dan saudara, sehingga pintu maut tertutup bagi kita semua.
Kunci Daud juga berfungsi untuk membuka pintu Rumah Allah supaya kita masuk dan berada di dalamnya sampai selama-lamanya.
Kalau kita masuk dan berada di dalam Rumah Allah, Tuhan tidak menghendaki kita undur/keluar dari sana (dari dalamnya).

Ibrani 10: 36-38
(10:36) Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.
(10:37) "Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatangan-Nya.
(10:38) Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya."

Kita memerlukan ketekunan untuk tekun dalam 3 macam ibadah utama selanjutnya melayani ibadah itu sendiri di dalam rumah Allah.
Tuhan tidak menghendaki kita keluar/mundur dari sana, sebab apabila kita keluar dan mengundurkan diri, dengan tegas Tuhan berkata: “Aku tidak berkenan kepadanya

Sebagaimana dalam Yesaya 22 ...
Yesaya 22: 15-16
(22:15) Beginilah firman Tuhan, TUHAN semesta alam: "Mari, pergilah kepada kepala istana ini, kepada Sebna yang mengurus istana, dan katakan:
(22:16) Ada apamu dan siapamu di sini, maka engkau menggali kubur bagimu di sini, hai yang menggali kuburnya di tempat tinggi, yang memahat kediaman baginya di bukit batu?

Sebna keluar dari istana Kerajaan, berarti, Sebna mengundurkan diri dari kedudukannya yang tinggi itu, sebagai kepala istana kerajaan, menjadi penggali kuburan.
Sebna ini terlalu bodoh, dia dipercayakan suatu kedudukan yang tinggi, menjadi kepala istana untuk mengurus seluruh istana Kerajaan, justru dia mengundurkan diri, keluar dari kedudukan yang sangat tinggi itu, dia memilih sebagai penggali kuburan, oleh sebab itu Tuhan bertanya: “Ada apamu dan siapamu di sini, maka engkau menggali kubur bagimu di sini
Kalau seseorang mengundurkan diri, melepaskan diri dari ibadah pelayanan = menggali kuburan sendiri = bunuh diri = binasa.

Hal yang sama dapat kita bandingkan dalam Matius 25 ...
Matius 25: 24-25
(25:24) Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.
(25:25) Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!

Hamba yang ketiga dipercaya oleh tuannya satu talenta, namun satu talenta itu disembunyikan di dalam tanah, dikubur di dalam tanah. Hamba yang ketiga itu tidak mempertanggung jawabkan apa yang telah dipercayakan oleh tuannya itu.
Sesungguhnya yang dipercayakan kepada hamba yang ketiga ini hanya satu talenta saja, lebih kecil dari hamba yang pertama dan yang kedua, namun hamba yang ketiga itu tidak mempertanggung jawabkan apa yang dipercayakan oleh tuannya.
Sementara kepercayaan tuan kepada hamba-hambanya, ada kaitannya dengan kerajaan Sorga, ada kaitannya dengan kehidupan di masa yang akan datang.

Mengubur talenta, memberi pengertian 2 hal;
1.    Mengubur masa depan = masa depan yang suram.
2.    Mengubur hidup/binasa sebelum masa penghakiman.
Saya tandaskan malam hari ini; jangan mengundurkan diri dari ibadah dan pelayanan yang Tuhan percayakan, jangan mengubur talenta dalam tanah!

Mari kita lihat; sebutan yang ditujukan kepada hamba yang ketiga oleh tuannya.
Matius 25: 26
(25:26) Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?

Hamba yang ketiga ini disebut hamba yang jahat dan malas.
Kalau seseorang tidak sungguh-sungguh beribadah dan melayani Tuhan, pasti dia adalah orang yang jahat dan malas. Ukurannya adalah firman Tuhan, bukan apa yang dilihat oleh mata manusia.

Kembali kita perhatikan ...
Sebna keluar dari istana, meninggalkan kedudukan yang tinggi, itu adalah suatu kebodohan yang besar, dia lebih memilih menjadi seorang tukang penggali kuburan.

Ibrani 10: 25-26
(10:25) Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.
(10:26) Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu.

Sudah mengetahui tentang kebenaran, bahwa ibadah itu harus meningkat pada pelayanan, namun lebih menyukai dosa, lalu meninggalkan ibadah, keluar dan melepaskan pelayanan, maka korban penghapus dosa tidak lagi berlaku bagi dia.

Yesaya 22: 20-23
(22:20) Maka pada waktu itu Aku akan memanggil hamba-Ku, Elyakim bin Hilkia:
(22:21) Aku akan mengenakan jubahmu kepadanya dan ikat pinggangmu akan Kuikatkan kepadanya, dan kekuasaanmu akan Kuberikan ke tangannya; maka ia akan menjadi bapa bagi penduduk Yerusalem dan bagi kaum Yehuda.
(22:22) Aku akan menaruh kunci rumah Daud ke atas bahunya: apabila ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila ia menutup, tidak ada yang dapat membuka.
(22:23) Aku akan memberikan dia kedudukan yang teguh seperti gantungan yang dipasang kuat-kuat pada tembok yang kokoh; maka ia akan menjadi kursi kemuliaan bagi kaum keluarganya.

Setelah Sebna meninggalkan istana, selanjutnya Tuhan membuka PINTU KEMURAHAN kepada Elyakim, sebab Tuhan memberikan kedudukan yang teguh, yaitu suatu kedudukan yang dipandang mulia.
Kalau Tuhan membuka pintu kemurahan, pintu rumah Allah, tujuannya adalah supaya kita masuk dan berada di dalamnya sampai selama-lamanya, tekun dalam 3 macam ibadah dan melayani di dalamnya

Kalau kita melayani dengan sistim Kerajaan Sorga; dikenan oleh Tuhan dan dihormati oleh manusia.

Wahyu 1: 6
(1:6) dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, -- bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin.

Tuhan menjadikan kita suatu Kerajaan imam di atas muka bumi ini, dengan demikian Tuhan mengangkat derajat kita setinggi-tingginya, dengan bukti: ada perbedaan di antara orang yang melayani dengan yang tidak melayani Tuhan, dimulai dari perkataan, sikap, tingkah laku, cara berpikir, sudut pandang, gerak-geriknya.

Kesaksian saya dan hamba-hamba Tuhan yang lain; setelah terpanggil menjadi hamba Tuhan, hidup menjadi berbeda. Kalau dahulu hina dengan segala perbuatan yang jahat dan najis, namun setelah melayani Tuhan hidup menjadi berbeda; dihormati manusia dan dikenan Allah, dan itu kita rasakan sendiri karena melayani dengan sistim kerajaan Sorga, yaitu berbicara soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus, dengan demikian dihormati manusia dan dikenan Allah.

Kalau kita dipercaya suatu pelayanan di dalam kandang penggembalaan ini, bukan berarti Tuhan bermaksud untuk memberatkan kita, bukan untuk mempersulitkan kita, sebaliknya untuk mengangkat derajat kita.
Jadi, jangan salah mengerti, ibadah ini bukan untuk mempersulit, bukan untuk memperberat hidup kita, justru untuk membebaskan kita dari kebebasan dunia yang adalah jerat bagi anak-anak Tuhan.
Tuhan merindukan supaya kita masuk dan berada di dalamnya, tekun dalam ibadah dan melayani di tengah-tengah ibadah itu sendiri, mempertanggung jawabkan apa yang Tuhan percayakan, jangan seperti Sebna dan hamba yang ketiga itu sebab tidak bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan.

Mari kita lihat; HAMBA YANG MAU BERTANGGUNG JAWAB.
Matius 25: 14-16
(25:14) "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.
(25:15) Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.
(25:16) Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta.
(25:17) Hamba yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta.

-      Hamba yang pertama dipercaya 5 talenta, selanjutnya mengusahakannya lalu memperoleh laba 5 talenta.
-      Demikian juga dengan hamba yang kedua, dipercaya 2 talenta, lalu ia mengusahakannya, sehingga memperoleh laba 2 talenta.
Dalam hal ini, hamba yang pertama dan hamba yang kedua mempertanggung jawabkan talenta yang dipercayakan oleh tuan mereka.

Matius 25: 21, 23
(25:21) Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
(25:23) Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.

Tuan dari hamba yang pertama dan hamba yang kedua itu menyebutkan dan berkata kepada mereka;Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia.
Sedangkan hamba yang ketiga disebut hamba yang jahat dan malas karena ia menyembunyikan talentanya di dalam tanah.
Selanjutnya, karena hamba yang pertama dan kedua itu setia memikul tanggung jawab dalam perkara kecil, maka tuannya itu mempercayakan tanggung jawab dalam perkara yang lebih besar.

Rasul Paulus mengatakan bahwa pelayanan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadanya, berarti pelayanan yang dipercayakan oleh Tuhan adalah tanggung jawab kita kepada Tuhan, dan itu adalah upah.
Biarlah kita semua di dalam kandang penggembalaan memahami hal ini. Tentu kita mau menerima upah besar, oleh sebab itu, harus setia memikul tanggung jawab dalam perkara kecil, supaya nanti dipercayakan tanggung jawab dalam perkara yang besar = upah yang besar.
Jangan sampai kepercayaan Tuhan yang besar ini dianggap sebagai sesuatu yang mempersulit keadaan saya dan saudara, merasa bahwa itu adalah suatu beban. Justru itu adalah suatu upah yang besar.
Kalau seorang pelayan (imam) mempertanggung jawabkan apa yang Tuhan percayakan kepadanya, maka ia akan menerima setiap tegoran, tidak memberontak, tidak bersungut-sungut.
                                                                             
Selanjutnya tuan dari hamba-hamba itu berkata: “Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
Inilah yang menjadi kerinduan kita sekaliannya, untuk menerima upah, yaitu kebahagiaan yang kekal di dalam kerajaan yang kekal, itulah Kerajaan Sorga.
Kalau kita melayani dengan segala jerih lelah, namun tidak masuk dalam kebahagiaan tuan dari hamba-hamba, maka pelayanan ini tidak ada artinya. Yesus Kristus adalah Tuan dari hamba-hamba Tuhan.

Mari kita lihat suatu kisah yang menarik ...
Lukas 15: 25-28
(15:25) Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.
(15:26) Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu.
(15:27) Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat.
(15:28) Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.

Anak yang sulung tidak mau masuk ke dalam rumah, bahkan sekalipun ayahnya itu telah keluar untuk menjemput, namun anak yang sulung itu tetap saja tinggal di luar.
Dan sesungguhnya, anak yang sulung itu baru saja pulang dari ladang bapanya.
Kalau berada di ladang Tuhan/beribadah dan melayani di ladang Tuhan tetapi pada akhirnya tidak masuk ke dalam rumah Bapa di sorga, ini adalah hal yang sangat disayangkan sekali.

Penyebab anak sulung tidak masuk ke rumah bapanya.
Matius 15: 29
(15:29) Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.

Penyebabnya adalah KEBENARAN DIRI SENDIRI = kekerasan hati = penyembahan berhala = menduakan hati Tuhan = perzinahan.

Mari kita lihat; ORANG-ORANG YANG TINGGAL DI LUAR (TIDAK MASUK).
Wahyu 22: 15
(22:15) Tetapi anjing-anjing dan tukang-tukang sihir, orang-orang sundal, orang-orang pembunuh, penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang mencintai dusta dan yang melakukannya, tinggal di luar.

Penyembah berhala tinggal di luar, tidak masuk ke dalam rumah Bapa di sorga.
Kebenaran diri sendiri = kekerasan hati = berhala, karena menduakan hati Tuhan, mereka tidak akan masuk ke dalam rumah Bapa, dengan kata lain pintu kemurahan tertutup, dan pintu maut terbuka atas mereka.

Wahyu 21: 8
(21:8) Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua."

Pintu Rumah Allah tertutup bagi mereka, sehingga mereka tidak masuk ke dalam rumah Bapa di sorga, sebaliknya pintu maut terbuka atas mereka, termasuk penyembah-penyembah berhala.

Segera kita perhatikan tentang KEBENARAN DIRI SENDIRI.
Lukas 7: 38
(7:38) Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu.

Ketika Yesus berada di rumah Simon, orang Farisi (disebut juga Simon si kusta), tiba-tiba datanglah seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang yang berdosa.
Sambil menangis, ia berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, kemudian dia melakukan 3 hal;
-      Membasahi kaki-Nya dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya
-      Mencium kaki-Nya
-      Meminyaki kaki Yesus dengan minyak wangi

Kemudian mari kita lihat ...
Reaksi Simon orang Farisi terhadap perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa.
Lukas 7: 39
(7:39) Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: "Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa."

Simon orang Farisi merasa diri lebih benar, lebih suci dari perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa.
Dengan bukti, ia berkata dalam hatinya: “Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa
Simon orang Farisi merasa diri lebih benar, itu sebabnya ia disebut juga Simon si kusta.
Penyakit kusta, artinya; kebenaran diri sendiri. Kusta itu terlihat putih, namun itu merupakan penyakit.

Sesungguhnya, Yesus adalah seorang nabi, dan itu tidak perlu diragukan, sebagaimana dalam injil Yohanes 4; sebagai seorang nabi, Yesus mengetahui isi hati perempuan Samaria itu, Dia juga tahu isi hati Simon si kusta, Dia mengetahui segala sesuatunya, tidak perlu diragukan.
Firman pengajaran mempelai disebut juga firman para nabi menembusi hati manusia, berarti menyelidiki, mengoreksi dosa yang tidak bisa ditembusi oleh mata manusia.

Selanjutnya mari kita lihat jawab Yesus ...
Lukas 7: 40
(7:40) Lalu Yesus berkata kepadanya: "Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu." Sahut Simon: "Katakanlah, Guru."

Yesus memberi suatu pernyataan untuk menyatakan sesuatu kepada Simon si kusta, itu menunjukkan bahwa Yesus adalah seorang nabi yang tidak perlu diragukan lagi.

Lukas 7: 41-43
(7:41) "Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh.
(7:42) Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?"
(7:43) Jawab Simon: "Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya." Kata Yesus kepadanya: "Betul pendapatmu itu."

Kalau dosa yang besar itu diampuni oleh Tuhan, maka ia akan lebih mengasihi Tuhan dari pada orang yang dosanya kecil itu diampuni.
Kalau seseorang tidak menyadari diri sebagai orang yang berdosa, pasti ia lebih sedikit diampuni dan lebih sedikit mengasihi. Sebaliknya, kalau seseorang merasa dosanya yang besar itu diampuni, maka dia akan lebih banyak berbuat kasih kepada Tuhan = limpah kasih karunia.
Saudaraku, jangan sampai dosa yang besar itu diampuni namun diulangi lagi!

Kalau ditinjau menurut kasih karunia/kemurahan, antara perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa dengan Simon si kusta ...
Lukas 7: 44
(7:44) Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: "Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya.
(7:45) Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku.
(7:46) Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi.
(7:47) Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih."

Menurut ukuran kasih karunia/kemurahan, perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa LEBIH LIMPAH KASIH KARUNIA, limpah KEMURAHAN, dari Simon si kusta, sebab dosanya yang banyak itu telah diampuni. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga berbuat kasih.

Sebagai pembuktian:
Mari kita lihat perbandingan antara perbuatan perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa dengan perbuatan yang sebetulnya wajar dilakukan oleh Simon orang Farisi.
-      Simon orang Farisi tidak memberikan Yesus air untuk membasuh kaki-Nya
Sedangkan perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa membasahi kaki Yesus dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya, ia menunjukkan bahwa Yesus begitu mulia.
-      Simon orang Farisi tidak mencium Yesus sejak Yesus masuk ke dalam rumahnya.
Sesungguhnya ini adalah hal yang wajar, namun Simon tidak melakukannya.
Sedangkan perempuan yang terkenal sebagai orang berdosa: tiada henti-hentinya mencium kaki Yesus.
-      Simon orang Farisi tidak meminyaki kepala Yesus dengan minyak
Sedangkan perempuan yang terkenal sebagai orang berdosa: meminyaki kaki Yesus dengan minyak wangi.
Dialah Maria, selalu memilih bagian yang terbaik, di bawah kaki Tuhan, dan selepas dosanya diampuni, dia terus mengambil bagian yang terbaik, terus mendengarkan firman Tuhan, hingga akhirnya dia banyak berbuat kasih. Dalam kisah lain dikatakan, dimanapun injil diberitakan, hal itu terus diingat.

Demikian halnya dengan anak sulung; berada di ladang (bertahun-tahun bekerja di ladang Tuhan), tetapi yang selalu merasa diri benar, merasa diri suci, itulah yang menjadi penghambat dan penghalang, sehingga ia tidak masuk dan tidak berada di dalam rumah Bapa, dia tinggal di luar saja.

Ciri-ciri orang yang merasa diri benar.
Lukas 15: 29
(15:29) Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.

Sesuai dengan pernyataan anak sulung kepada bapanya;
1.    Telah bertahun-tahun aku melayani bapa
Berarti, menghitung-hitung segala pengorbanan, menghitung-hitung segala jerih payah, jerih lelah.
Kalau kita menghitung-hitung apa yang kita korbankan dan apa yang kita perbuat selama ini kepada Tuhan di tengah-tengah ibadah pelayanan, hal itu belum sebanding dengan pengorbanan Yesus di kayu salib.
Jadi, jangan merasa diri hebat, jangan merasa paling banyak berbuat.
2.    “ ... belum pernah aku melanggar perintah bapa ...
Setiap orang dibenarkan oleh karena kasih karunia dan setiap orang hidup oleh karena iman, bukan dari hasil perbuatan manusia itu sendiri.
Berarti pernyataan anak sulung ini menunjukkan bahwa dia sama seperti ahli Taurat; mengerti firman tetapi tidak menjadi pelaku = berada di bawah hukum Taurat.
Hukum Taurat itu tangan ganti tangan, mata ganti mata, gigi ganti gigi, artinya; kejahatan dibalas dengan kejahatan. berarti, orang yang berdosa tidak luput dari hukum Taruat.
Itu sebabnya anak yang sulung ini tidak mau menerima keberadaan dari anak bungsu yang kembali dengan sehat.
Pernyataan anak sulung ini menunjukkan bahwa dia sombong sekali, dan begitulah keadaan orang yang berada di bawah hukum Taurat.
3.    tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku
Artinya; anak sulung ini meniadakan korban Kristus = mengecilkan korban Kristus.
Oleh sebab itu, anak sulung ini berpikir; bapa menyembelih lembu yang tambun, sedangkan kepadanya (anak sulung) belum pernah diberikan seekor anak kambing, ini adalah bukti bahwa dia mengecilkan korban Kristus.
Sesungguhnya, oleh karena anak domba paskah disembelih pada waktu senja, Tuhan membebaskan bangsa Israel keluar dari Mesir. Korban Kristus membebaskan kita dari ikatan dosa, dari belenggu-belenggu, selanjutnya mempercayakan ibadah dan pelayanan, lalu bagaimana mungkin kita bisa mengecilkan korban Kristus?
Kemudian, permintaannya itu ditujukan hanya untuk bersukacita dengan sahabat-sahabat, ini adalah sukacita yang salah.

Sekarang kita lihat; PENUDUHAN ANAK SULUNG TERHADAP ANAK BUNGSU.
Lukas 15: 30
(15:30) Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.

Anak sulung terheran-heran karena bapanya menyembelih anak lembu yang tambun bagi anak yang bungsu, sementara ia merasa lebih benar dari adiknya itu.
Itu sebabnya tadi saya katakan; anak sulung ini mengecilkan korban Kristus, merasa diri lebih baik, lebih benar dari anak yang bungsu.
Kalau seandainya saja anak sulung itu tidak merasa lebih benar, tentu saja ia tidak akan menuduh dan menghakimi adiknya itu karena telah memboroskan harta kekayaan bapanya bersama-sama dengan pelacur-pelacur.
Memang orang yang mengecilkan korban Kristus suka menuduh dan menghakimi dengan luar biasa.

Memang, anak yang bungsu itu pernah meninggalkan bapanya setelah menerima harta yang menjadi bagiannya, lalu memboroskannya, berfoya-foya dengan pelacur-pelacur, inilah masa lalu dari anak yang bungsu.
Harta rohani yang kita miliki sekarang adalah firman Tuhan, Roh Kudus, kasih Allah, bagaikan harta dalam bejana tanah liat (2 Korintus 4:7-10).
Kalau memboroskan harta itu dengan pelacur-pelacur, maka dengan otomatis harta dan warisan itu akan habis/lenyap.
Memboroskan harta dengan pelacur-pelacur, artinya; ditunggangi oleh roh najis, bagaikan pelacur besar, perempuan kekejian menunggangi seekor binatang (Wahyu 17: 3).
Setiap orang yang ditunggangi roh najis, pasti ia kehabisan kebenaran firman, Roh Kudus dan kasih Allah.
Sementara kita melayani Tuhan dengan membawa segala harta rohani yang kita miliki untuk selanjutnya mewarisi Kerajaan Sorga, untuk memperkaya saya dan saudara di tengah-tengah ibadah pelayanan ini, sampai akhirnya kita menantikan apa yang dijanjikan Tuhan, selanjutnya turut dan masuk dalam kebahagiaan Tuhan, yaitu Kerajaan Sorga.

Kondisi anak yang terhilang.
Lukas 15: 14-15
(15:14) Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat.
(15:15) Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya.

Di negeri yang jauh, di tempat anak bungsu itu berada, pada akhirnya terjadi kelaparan, dan ia pun mulai melarat, sampai akhirnya ia bekerja dan menjadi penjaga babi.
Nasib ini menimpa mereka yang memboroskan harta dan warisan, menjadi sama dengan binatang, menjadi sama dengan babi.
Dalam 2 Petrus 2: 22, tabiat babi: babi yang habis mandi kembali lagi ke kubangan (kembali berkubang), artinya; babi yang sudah bersih kembali mengulangi dosa kejahatan.

Lukas 15: 16
(15:16) Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya.

Pada saat negeri itu dilanda kelaparan, ia pun ingin mengisi perutnya dengan ampas babi.
Yang menjadi makanannya adalah makanan babi.

Bandingkan dengan makanan yang sebenarnya.
Yohanes 4: 34
(4:34) Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Makanan Yesus adalah;
-      Melakukan kehendak Allah Bapa = sangkal diri, pikul salib.
-      Menyelesaikan pekerjaan Allah Bapa = melayani Tuhan.
Biarlah ini juga menjadi makanan kita, mengingat hari-hari ini adalah hari-hari yang terakhir, dan selanjutnya kita melayani dengan sistim Kerajaan Sorga, sehingga dikenan Tuhan dan dihormati manusia.
Hati-hati jangan sampai ditunggangi oleh roh najis, sebab itu yang akan menghabiskan harta yang menjadi bagian kita, yaitu mewarisi Kerajaan Sorga.
Ini adalah pelajaran yang bagus untuk kita perhatikan.

Namun, ada satu sikap dari semua kesalahan yang dia perbuat, ada pelajaran yang baik dari masa lalu anak bungsu ini.
Lukas 15: 17-21
(15:17) Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.
(15:18) Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa,
(15:19) aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.
(15:20) Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.

Setelah pengalaman pahit yang dilalui oleh anak yang bungsu itu, maka dia segera bertindak untuk kembali kepada bapanya.
Ada 2 hal tindakan dari anak yang bungsu:
Tindakan yang pertama adalah MENYADARI DIRI SEBAGAI ORANG YANG PALING BERDOSA, YANG PALING HINA, bagaikan seekor binatang/babi.
Setelah kesusahan (kelaparan) yang dialami oleh anak yang bungsu itu, barulah ia menyadari keadaannya = tersadar.
Kemudian pada saat ia tersadar, dia mengingat kembali, yaitu:
-    Betapa banyaknya orang upahan bapaku”.
Orang upahan à pekerja – pekerja / pelayan, artinya; mengingat kembali pelayanan.
-    “Berlimpah-limpah makanannya”.
Makanan à firman Allah sebagai makanan rohani.

Tindakan yang kedua adalah BANGKIT.
Kuasa kebangkitan Yesus adalah hidup dalam hidup yang baru (Roma 6: 3-6), berarti yang lama berlalu.
Kita bersyukur, kita berada dalam suasana kebangkitan Yesus, Tuhan berikan ibadah ini, Tuhan percayakan pelayanan, kita berada dalam suasana kebangkitan. Tetapi pertanyaannya; apakah kebangkitan Yesus berkuasa?
Anak bungsu ini bangkit dan pergi, dia tidak mau berlama-lama dalam keterpurukan.

Bapa yang baik selalu menerima segala kekurangan-kekurangan. Apabila kita mau kembali kepada Allah, mengakui segala dosa, maka Dia akan mengampuni, dan pengampunan itu adalah tanda belas kasihan.

Lukas 15: 20
(15:20) Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.

Akhirnya, anak yang bungsu itu (yang terhilang) kembali kepada bapanya.
Kemudian, ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
Tuhan menantikan kita untuk kembali kepada Dia. Tangan Tuhan terbuka menunggulah, menantikan bilamana kita kembali. Saudaraku, jangan keraskan hati, jangan pertahankan kebenaran diri sendiri dalam segala perkara.

Praktek kembali kepada bapa.
Lukas 15: 21
(15:21) Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.

Anak bungsu itu mengakui dosanya dan merasa diri tidak layak disebut anak.
Dosa yang diakui oleh anak yang bungsu;
1.    telah berdosa terhadap sorga
Artinya; telah berdosa karena meninggalkan/melupakan perkara-perkara di atas, perkara-perkara rohani, itulah ibadah dan pelayanan.
2.    telah berdosa terhadap bapa
artinya; tidak dengar-dengaran = tidak patuh pada ajaran yang benar.
Ada 3 pengakuan terhadap bapa;
-      bapa jasmani
-      bapa rohani, itulah gembala sidang
-      bapa di sorga
kalau saja anak yang bungsu itu dengar-dengaran, tentu ia tidak akan pernah meninggalkan bapanya.

Tuhan menantikan sikap yang demikian, di mana kita mau mengakui dosa dan merasa diri tidak layak.

Dampak positif bila kembali kepad bapa.
Lukas 15: 22
(15:22) Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya.

1.    Menerima jubah yang terbaik.
Jubah adalah pakaian dari seseorang yang memegang jabatan imam. saudaraku, hargailah jubah, jabatan, pelayanan sesuai dengan karunia-karunia yang Tuhan percayakan.
2.    Memakai cincin pada jarinya.
Ini à cincin meterai, itulah Roh Kudus dengan karunia-karunia yang diberikannya.
3.    Memakai sepatu pada kakinya.
= berkasutkan kerelaan. Dalam ibadah pelayanan ini, biarlah kita beribadah dan melayani dengan segala kerelaan hati.
Kemudian, ketika kita mengikuti Tuhan, jejak-jejak yang ditinggalkan oleh Yesus dilumuri dengan darah, dan biarlah kita ikuti itu dengan segala kerelaan hati, sehingga kita tidak menyimpang ke kiri dan ke kanan, tidak pernah mendahului apa yang menjadi kehendak Bapa.
Hati-hati, dalam segala sesuatu, dalam bertindak, biarlah terlebih dahulu bertanya kepada Tuhan, jangan terlebih dahulu bertindak!

Tiga perkara ini dipercayakan kembali kepada anak yang bungsu, termasuk kepada mereka yang mau kembali kepada Bapa di sorga;
-      Jubah, itulah kasih
-      Cincin, itulah meterai Roh Kudus
-      Kasut, itulah firman Tuhan
Semua itu diberikan oleh Bapa di sorga karena belas kasih-Nya.

Lukas 15: 23
(15:23) Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita.

Akhirnya, anak lembu yang tambun itu disembelih, kemudian ada sukacita yang besar, sukacita sorga/sukacita yang datangnya dari Tuhan, dari atas, inilah sukacita yang sesungguhnya.
Berbeda dengan anak yang sulung, yang menginginkan anak kambing namun untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatnya, ini adalah kekeliruan karena sukacita itu berasal dari sorga/dari atas.
Anak lembu tambun yang disembelih à korban penghapus dosa yang dikerjakan oleh Yesus Kristus di atas kayu salib.

Dalam Matius 11: 29, Yesus berkata: “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.”
Ketenangan jiwa bersumber dari korban Kristus yaitu memikul kuk / memikul tanggung jawab yang Tuhan percayakan diatas pundak kita masing – masing sebagai kebenaran yang sejati, di situlah sukacita itu kita rasakan.
Anak yang sulung ada bersama-sama bapanya dan selalu berada di ladang, tetapi ia tidak masuk/tinggal di luar sedangkan anak yang bungsu, yang dahulu terhilang kembali lagi oleh karena korban penghapus dosa, sama seperti perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa, menurut ukuran kasih karunia/kemurahan, ia lebih limpah kasih karunia.
Dan akhirnya anak yang bungsu itu masuk dan turutlah dalam kebahagiaan Tuhan di dalam kerajaan Sorga (rumah Bapa di sorga).
Tuhan memegang kunci Daud untuk membuka pintu Kerajaan Sorga, juga membuka pintu rumah Allah (pintu kemurahan/kasih karunia) supaya kita masuk dan berada di dalamnya sampai selama-lamanya, Ia tidak menghendaki kita keluar dari sana.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment